Anda di halaman 1dari 27

Surveilans Kesehatan dan

Lingkungan Kerja
Oleh Kelompok 3
Anggota Kelompok 3
Lorem ipsum dolor sit amet

Aulia’ur Rahmah Prawiningsih


11181010000022 11181010000059

Diah Pitaloka P Ghina Shafa


11181010000030 11181010000080

Ksatria Pandji Amirah Nur Hakim


11181010000058 11181010000092
Definisi Surveilans
Kesehatan Kerja
Surveilans Kesehatan Kerja adalah usaha pengumpulan data
secara sistematis dan berkelanjutan, melakukan analisisatas
data tersebut serta melakukan interpretasi dengan tujuan
untuk perbaikan dari segi kesehatan dan keselamatan kerja
(NIOSH = national institut occupatinal safety and health).

Sumber: Darmawan, A. (2014). Surveilans Kesehatan Kerja. Kedokteran Komunitas/


Keluarga Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UNJA
Dasar Hukum Tujuan
dan Manfaat
DASAR
HUKUM PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
SURVEILANS NOMOR 45 TAHUN 2014 TENTANG PENYELENGGARAAN
SURVEILANS KESEHATAN
KESEHATAN
KERJA
1. Mencegah dan mendeteksi dini adanya gejala penyakit
akibat kerja
TUJUAN 2. Mengetahui seberapa besar permasalahan kesehatan yang

SURVEILANS ada pada pekerja


3. Mengiidentifikasi bahan berbahaya atau faktor risiko di
KESEHATAN lingkungan kerja

KERJA 4. Mengetahui kelompok pekerja yang berisiko (population at


risk)
5. Melihat “trend” perkembangan penyakit pada pekerja
berdasarkan waktu, letak geografi, dan lain-lain
1. Sebagai baseline data
Menjadi pembanding hasil pemeriksaan agar dapat dilakukan
MANFAAT pemantauan terhadap perubahan kondisi kesehatan dari pekerja
SURVEILANS 1. Mengukur keberhasilan program kesehatan kerja
Dapat menggambarkan pelaksanaan program kesehatan di
KESEHATAN tempat kerja dan mengetahui keberhasilan yang dicapai.

KERJA 1. Mendesain Program Promosi Kesehatan


menetapkan program promosi kesehatan yang diperlukan, seperti
program penurunan berat badan, manajemen stress kerja, dan
lain-lain.
1. Mengukur besarnya masalah kesehatan dan pajanan
Jenis-Jenis Surveilans
Kesehatan Kerja
JENIS SURVEILANS KESEHATAN KERJA
Berdasarkan Jenis Pemeriksaan Kesehatan
1. Awal Bekerja
a. Pra Kerja (pre-employment)
b. Pra penempatan atau alih tugas (pre-placement)
1. Selama Bekerja
a. Berkala (periodical examination)
b. Khusus akibat pajanan tertentu
1. Akhir Bekerja
a. Pasca penempatan (post-placement)
b. Pensiun (termination, exit)

Sumber: Darmawan, A. (2014). Surveilans Kesehatan Kerja. Kedokteran Komunitas/


Keluarga Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UNJA
JENIS SURVEILANS KESEHATAN KERJA
Pemeriksaan Kesehatan Berdasarkan Pekerjaan
1. Tukang las
2. Sopir, operator alat berat
3. Pekerja konstruksi
4. Tenaga medis
5. Pekerja offshore
6. Operator komputer
7. Penyelam
8. Pilot
9. Pemadam kebakaran, dan lain-lain

Sumber: Darmawan, A. (2014). Surveilans Kesehatan Kerja. Kedokteran Komunitas/


Keluarga Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UNJA
JENIS SURVEILANS KESEHATAN KERJA
Pemeriksaan Kesehatan Berdasarkan Pajanan
1. Bising dan getaran
2. Debu
3. Suhu ekstrim
4. Bahan kimia
5. Pelarut organik
6. Radiasi
7. Asbestos, timah hitam, silika, dan lain-lain

Sumber: Darmawan, A. (2014). Surveilans Kesehatan Kerja. Kedokteran Komunitas/


Keluarga Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UNJA
JENIS SURVEILANS KESEHATAN KERJA
Survey Biomonitoring

Biological Monitoring adalah penilaian tentang keberadaan substansi tertentu atau


metabolitnya dalam tubuh untuk mengevaluasi pemaparan dan risiko kesehatan dengan
membandingkannya dengan NAB yang tepat.
1. Biomonitoring kadar toxin (mengukur kadar toxin atau metabolitnya dalam media
biologis)
2. Biomonitoring efek non toxin (mengukur efek non-toxin yang berhubungan dengan
dosis internal. Contohnya pemeriksaan enzim delta ALAD untuk pajanan Pb.
3. Biomonitoring kualitas toxin (mengukur jumlah toxin aktif yang langsung berinteraksi
dengan molekul target))

Sumber: Darmawan, A. (2014). Surveilans Kesehatan Kerja. Kedokteran Komunitas/


Keluarga Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UNJA
Bentuk Surveilans
Lingkungan Kerja
Lorem ipsum dolor sit amet, consectetur adipiscing elit, sed do
eiusmod tempor incididunt ut labore et dolore magna aliqua.
1. Surveilans epidemiologi rutin terpadu
2. Pengumpulan data surveilans aktif
3. Berkualitas
4. Tidak diskriminatif, secara objektif
5. Valid, hasil pemeriksaan berlaku 1 thn, hasil pajanan tertentu
hanya berlaku 6 bulan
6. Pelaksanaan pemeriksaan bisa sendiri/outsource, harus
menjamin validitas hasil (sesuai SOP)
7. Hasil pemeriksaan ada kesimpulan ahir dalam bentuk asli dan
hard copy
8. Limbah dari pemeriksaan kesehatan diamankan sesuai
perundangan
9. Pelayan jangka panjang (kontinuitas terjamin)
10.Biaya rinci dan transparan
Identifikasi atau Monitoring
Surveilans Lingkungan Kerja
Lorem ipsum dolor sit amet, consectetur adipiscing elit, sed do
eiusmod tempor incididunt ut labore et dolore magna aliqua.
Surveilans Lingkungan Kerja
(PMK NOMOR 56 TAHUN 2016)

Pemeriksaan kesehatan dilakukan sesuai potensi bahaya yang dihadapi di tempat


kerja. Hal ini merupakan bagian dari surveilans kesehatan pekerja. Data surveilans
kesehatan pekerja dihubungkan dengan data surveilans lingkungan kerja untuk
mengetahui keterkaitan penyakit dengan potensi bahaya di tempat kerja. Perlengkapan
pemeriksaan lingkungan dan alat pemeriksaan lingkungan. Apabila tidak dapat diadakan
sendiri oleh fasilitas pelayanan kesehatan dapat bekerja sama dengan laboratorium
kesehatan daerah (Labkesda), Balai Teknik Kesehatan Lingkungan (BTKL), Balai
Hiperkes Dinas Tenaga Kerja setempat atau laboratorium lingkungan kerja lainnya yang
telah terakreditasi.
Surveilans lingkungan kerja adalah Adalah kegiatan mengidentifikasi dan mengevaluasi faktor-faktor risiko di tempat
kerja yang dapat mempengaruhi kondisi kesehatan pekerja. Faktor-faktor risiko yang dapat mempengaruhi kesehatan pekerja
dapat berupa: Faktor fisik, kimia, biologi, ergonomi, dan psikososial. Adapun yang perlu diperhatikan dalam melakukan
surveilans lingkungan kerja adalah perlunya identifikasi faktor bahaya dilingkungan kerja guna sebagai penilaian untuk
menentukan kecukupan pajanan tersebut untuk menimbulkan gejala penyakit dapat dilakukan. hal ini dapat dilakukan secara
dengan kualitatif maupun kuantitatif, yakni:

1. Kualitatif :
a.) Pengamatan cara, proses dan lingkungan kerja dengan memperhitungkan lama kerja dan masa kerja.
b.) Pemakaian alat pelindung secara benar dan konsisten untuk mengurangi besar pajanan.

1. Kuantitatif :
a.) Data pengukuran lingkungan kerja yang dilakukan secara periodik.
b.) Data monitoring biologis.
Kegiatan surveilans lingkungan kerja meliputi:

1. Pemantauan dan pengukuran faktor risiko yang ada di tempat kerja setiap kurun waktu tertentu
2. Mengadakan upaya perbaikan apabila terdapat faktor risiko yang melebihi nili ambang batas yang telah ditetapkan
3. Memantau dan mengontrol sanitasi atau housekeeping lingkungan kerja
4. Memantau dan mengevaluasi cara kerja pekerja dllihat dari faktor ergonomi
5. Memilih, menetapkan alat pelindung diri serta memberi penyuluhan cara pemakaiannya yang benar dan mengevaluasi
manfaat dari alat pelindung diri tersebut.
OELs

Lorem ipsum dolor sit amet, consectetur adipiscing elit, sed do


eiusmod tempor incididunt ut labore et dolore magna aliqua.
Salah satu strategi terpenting untuk melindungi kesehatan pekerja dari bahaya kimia adalah penetapan
standar, atau batas paparan kerja (OEL). Salah satu strategi terpenting untuk melindungi kesehatan pekerja dari
bahaya kimiawi adalah penetapan standar, atau batas paparan kerja (OEL). Salah satu pendekatan paling efektif
untuk melindungi kesehatan pekerja adalah dengan menetapkan batasan tentang seberapa banyak atau
konsentrasi bahan kimia yang boleh mereka kontak dan untuk berapa lama. Pekerja yang terpapar bahan kimia
dapat mengalami ketidaknyamanan dan efek kesehatan yang merugikan, yang dapat berkembang menjadi
penyakit akibat kerja. Menetapkan standar paparan membatasi risiko penyakit akibat kerja dan membatasi
keparahan efek toksik jika terjadi. OEL (Occupational Exposure Limit) adalah konsentrasi paparan dan terkait
erat dengan waktu kontak. Oleh karena itu tiga jenis OEL dapat didefinisikan:

● Batas pemaparan rata-rata tertimbang waktu (TWA)


● Batas eksposur jangka pendek (STEL)
● Batas pemaparan seketika
● TWA adalah konsentrasi polutan rata-rata yang merupakan indikator utama untuk mengevaluasi
sanitasi tempat kerja dan paparan pekerja. Evaluasi efek pengendalian bahaya penyakit akibat kerja,
seperti penerimaan proyek, penilaian bahaya berkala, penilaian kontak sistem, dan kebutuhan untuk
mengevaluasi kembali dampak lingkungan kerja karena perubahan dalam proses produksi, bahan
baku, dan peralatan, harus fokus pada pengujian TWA. dan evaluasi. Pemantauan titik tetap adalah
metode pengukuran TWA, yang dihitung dengan mengumpulkan konsentrasi rata-rata tempat kerja
dalam satu hari kerja (set 8 jam per hari), seperti yang ditunjukkan berikut ini rumus:

Dimana OELTWA adalah konsentrasi rata-rata bahan kimia, mg / m3; Tn adalah waktu kontak pada
konsentrasi Cn, jam; Cn adalah konsentrasi yang sesuai dalam waktu Tn, mg / m3.
● STEL adalah batas paparan waktu singkat (biasanya 15-30 menit) yang terkait dengan TWA dan dapat
dianggap sebagai suplemen untuk TWA. Ini hanya digunakan untuk paparan jangka pendek terhadap
bahan kimia yang dapat menyebabkan efek akut, seperti iritasi, asfiksia, depresi sistem saraf pusat, dan
kerusakan jaringan kronis ireversibel. Untuk banyak zat kimia dengan OEL-TWA tetapi tanpa OEL-STEL,
American Conference of Governmental Industrial Hygienists mengusulkan bahwa peningkatan
sementara pada tingkat paparan pekerja dapat melebihi tiga kali nilai tingkat OEL-TWA selama tidak
lebih dari 15 menit di a waktu, atau tidak lebih dari empat kesempatan yang berjarak 1 jam selama hari
kerja, dan dalam keadaan apa pun tidak boleh melebihi lima kali nilai level OEL-TWA. Selain itu, TWA 8
jam tidak boleh dilampaui untuk periode kerja 8 jam.
● Batas pemaparan seketika menunjukkan konsentrasi yang tidak boleh terlampaui selama bagian mana
pun dari pemaparan kerja. OEL ini juga disebut nilai batas atas. Jika rata-rata akhir konsentrasi
kontaminan lebih rendah dari OEL-TWA, ekskursi ke atas dengan konsentrasi terbatas diperbolehkan
tetapi harus di bawah nilai batas atas.
Dokumen dan Pencatatan
Surveilans Lingkungan
Kerja
Pencatatan Surveilans
Fasilitas pelayanan kesehatan pelayanan penyakit akibat kerja wajib
melakukan pencatatan kasus dugaan PAK dan kasus penyakit akibat kerja
pada rekam medis. Pencatatan penyakit akibat kerja dilakukan sebagai bagian
dari surveilans kesehatan pekerja. Aspek pengawasan terhadap kondisi
lingkungan kerja dilakukan dengan cara pengukuran lingkungan, inspeksi, dan
pemantauan langsung kondisi di lapangan oleh Safety Officer dan safety man.
DAFTAR PUSTAKA

● Darmawan, A. (2014). Surveilans Kesehatan Kerja. Kedokteran Komunitas/ Keluarga


Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UNJA. Available from
https://willimhaveyou.files.wordpress.com/2014/04/8-surveilans-kesehatan-kerja.pdf
● Guidotti, T. L. (Ed.). (2011). Global occupational health. Oxford University Press.
● Hasibuan, A., Purba, B., Marzuki, I., Mahyuddin, M., Sianturi, E., Armus, R., ... & Jamaludin,
J. (2020). Teknik Keselamatan dan Kesehatan Kerja. Yayasan Kita Menulis.
● PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 56 TAHUN
2016 TENTANG PENYELENGGARAAN PELAYANAN PENYAKIT AKIBAT KERJA

Anda mungkin juga menyukai