Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PENDAHULUAN STROKE ATAU CEREBROVASCULAR

ACCIDENT (CVA)

A. Anatomi Fisiologi

1. Otak
Otak manusia kira-kira merupakan 2% dari berat badan orang
dewasa (sekitar 3 lbs). Otak menerima 20% dari curah jantung dan
memerlukan sekitar 20% pemakaian oksigen tubuh dan sekitar 400
kilokalori energy setiap harinya. Otak merupakan jaringan yang paling
banyak memakai energy dalam seluruh tubuh manusia dan terutama
berasal dari proses metabolisme oksidasi glukosa.jaringan otak sangat
rentan dan kebutuhan akan oksigen dan glukosa melalui aliran darah
adalah konstan. Metabolisme otak merupakan proses tetap dan kontinu,
tanpa ada masa istirahat. Bila aliran darah berhenti selama 10 detik saja,
maka kesadaran mungkin sudah akan hilang, dan penghentian dalam
beberapa menit saja dapat menimbulkan kerusakan ireversibel. Otak
terdiri dari empat bagian besar yaitu serebrum (otak besar), serebelum
(otak kecil), brainsterm (batang otak), dan diensefalon. (Price, 2012)
Serebrum merupakan letak pusat-pusat saraf yang mengatur semua
kegiatan sensorik dan motorik, juga mengatur proses penalaran, ingatan,
dan intelegensi. Serebrum terdiri dari dua hemisfer, korteks serebri dan
korpus kalosum. Hemisfer serebri merupakan bagian yang terbesar dari
otk. Masing-masing terdiri atas korteks, suatu selaput bagian luar dari
sel-sel saraf, tersusun dalam lapisan; dengan ketebalan sekitar 2 mm dan
mengandung sekitar 70% dari semua neuron dalam system persarafan.
(Price, 2012)
Sereblum adalah bagian terbesar dari otak belakang. Fungsi
Sereblum adalah untuk mengatur sikap badan. Sereblum berperan
penting dalam koordinasi otot dan menjaga keseimbangan. Bila serabut
kortiko-spinal yang melintas dari korteks serebri ke sumsum tulang
belakang mengalami penyilangan dan dengan demikian mengendalikan
gerakan sisi yang lain dari tubuh, maka hemisfer serebri mengendalikan
tonus otot dan sikap pada sisinya sendiri (Price, 2012).
Brainstrem terdiri dari otak tengah (diensefalon), pons varoli, dan
medula oblongata Otak tengah merupakan bagian atas batang otak.
Aqueduktus serebri yang menghubungkan ventrikel ketiga dan keempat
melintasi otak tengah ini. (Price, 2012)
Talamus, berkenaan dengan penerimaan impuls sensorik yang dapat
di tafsirkan pada tingkat subkortikal atau di salurkan pada daerah
sensorik kortex otak dengan tujuan mengadakan kegiatan penting
mengatur perasaan dan gerakan pada pusat-pusat tertinggi. (Price, 2012)
Medulla oblongata adalah sehelai jaringan saraf yang sempit
bersambungan dengan pons di sebelah atas dan medulla spinalis
disebelah bawah. Medulla oblongata sebagian besar terdiri dari saraf.
Medulla oblongata mengandung sel-sel pusat jantung dan pusat
pernapasan tempat jantung dan paru-paru dikendalikan. Medulla
oblongata mengandung nucleus atau badan sel dari berbagai saraf otak
yang penting. Selain itu medulla mengandung “pusat-pusat vital” yang
berfungsi mengendalikan pernapasan dan system kardiovaskular. Oleh
karena itu, suatu cedera yang terjadi pada bagian ini dalam batang otak,
dapat membawa akibat yang sangat serius. (Price, 2012)
2. Nervus Cranialis
a. Nervus olvaktorius
Saraf pembau yang keluar dari otak dibawa oleh dahi ,
membawa rangsangan aroma (bau-bauan) dari rongga hidung ke
otak. (Syarifuddin, 2011)
b. Nervus optikus
Mensarafi bola mata , membawa rangsangan penglihatan ke
otak. (Syarifuddin, 2011)
c. Nervus Okulomotoris
Saraf ini bersifat motoris, mensarafi otot-otot orbital(otot
penggerak bola mata). Didalam saraf ini terkandung serabutserabut
saraf otonom(para simpatis).saraf penggerak mata keluar dari
sebelah tangkai otak dan menuju ke lekuk mata yang berfungsi
mengangkat kelopak mata atas, selain itu mensarafi otot miring atas
mata dan otot lurus sisi mata. (Syarifuddin, 2011)
d. Nervus troklearis
Bersifat motoris, mensarafi otot-otot orbital.saraf pemutar
mata yang pusatnya terletak dibelakang pusat saraf penggerak mata.
(Syarifuddin, 2011)
e. Nervus trigeminus
Bersifat majemuk (sensoris motoris), saraf ini mempunyai tiga
buah cabang. Fungsinya saraf kembar tiga, saraf ini merupakan saraf
otak besar, sarafnya yaitu: (Syarifuddin, 2011)
1) Nervus oltamikus; sifatnya sensorik, mensarafi kulit kepala
bagian depan kelopak mata atas ,selaput lendir kelopak mata,dan
bola mata.
2) Nervus maksilaris; sifatnya sensoris mensarafi gigi-gigi
atas,bibir atas, palatum, batang hidung,rongga hidung, dan sinus
maksilaris.
3) Nervus mandibularis; sifatnya majemuk(sensori dan motoris).
Mensarafi otot-otot pengunyah.serabut-serabut sensorisnya
mensarafi gigi bawah, kulit daerah temporal, dan dagu.
f. Nervus abdusen
Sifatnya motoris, mensarafi otot-otot orbital. Fungsinya
sebagai saraf penggoyang sisi mata. (Syarifuddin, 2011)
g. Nervus fasialis
Sifatnya majemuk (sensori dan motoris), serabut-serabut
motorisnya mensarafi otot-otot lidah dan selaput lendir rongga
mulut. Di dalamn saraf ini terdapat serabut-serabut saraf otonom
(parasimpatis) untuk wajah dan kulit kepala. Fungsinya sebagai
mimic wajah dan menghantarkan rasa pengecap. (Syarifuddin,
2011)
h. Nervus auditoris
Sifatnya sensoris, mensarafi alat pendengar, membawa
rangsangan dari pendengaran dan dari telinga ke otak. Fungsanya
sebagai saraf pendengar. (Syarifuddin, 2011)
i. Nervus glosofaringeus
Sifatnya majemuk (sensoris dan motoris),mensarafi
faring,tonsil, dan lidah. Saraf ini dapat membawa rangsangan cita
rasa ke otak. (Syarifuddin, 2011)
j. Nervus vagus
Sifatnya majemuk (sensoris dan motoris), mengandung
serabutserabut saraf motorik, sensorik, dan parasimpatis faring,
laring, paru-paru, esophagus, gaster intestinum minor, kelenjar-
kelenjar pencernaan dalam abdomen dan lain-lain. Fungsinya
sebagai saraf perasa. (Syarifuddin, 2011)
k. Nervus asesorius
Sifatnya motoris dan mensarafi muskulus
sternokleidomsatoid dan muskulus trapezius. Fungsinya sebagai
saraf tambahan. (Syarifuddin, 2011)
l. Nervus hipoglosus
Sifatnya motoris dan mensarafi otot-otot lidah. Fungsinya
sebagai saraf lidah. Saraf ini terdapat didalam sumsum penyambung.
(Syarifuddin, 2011)

B. Definisi CVA
Stroke atau CVA adalah kehilangan fungsi otak yang diakibatkan oleh
berhentinya suplai darah kebagian otak (Brunner& Suddarth, 2015)
Stroke atau gangguan peredaran darah otak merupakan penyakit neurologis
yang sering yang sering dijumpai dan harus ditangani secara cepat dan tepat. Stroke
merupakan kelainan fungsi otak yang timbul mendadak yang disebabkan karena
terjadinya gangguan peredaran darah otak dan bisa terjadi pada siapa saja dan kapan
saja. (Muttqin, Arif.2013)
Stroke adalah serangan otak yang timbul secara mendadak dimana terjadi
gangguan fungsi otak sebagian atau menyeluruh sebagai akibat dari gangguan
aliran darah oleh karena sumbatan atau pecahnya pembuluh darah tertentu diotak,
sehingga menyebabkan sel-sel otak kekurangan darah, oksigen atau zat-zat
makanan dan akhirnya dapat terjadi kematian sel sel tersebut dalam waktu relatif
singkat. (Dourman, karel.2013)
Berdasarkan definisi diatas dapat disimpulkan bahwa stroke adalah
serangan mendadak pada otak karena adanya gangguan fungsi otak sebagian atau
menyeluruh akibat dari sumbatan sehingga pecahnya pembuluh darah pada otak
yang dapat menyebabkan kelumpuhan pada seseorang.

C. Etiologi CVA
Beberapa penyebab CVA (Muttaqin, Arif. 2013)
1. Trombosis serebri
Terjadi pada pembuluh darah yang mengalami oklusi sehingga
menyebabkan iskemi jaringan otak yang dapat menimbulkan edema dan
kongesti disekitarnya. Trombosis biasanya terjadi pada orang tua yang
sedang tidur atau bangun tidur. Terjadi karena penurunan aktivitas simpatis
dan penurunan tekanan darah. Trombosis serebri ini disebabkan karena
adanya:
a. Aterosklerostis: mengerasnya/berkurangnya kelenturan dan elastisitas
dinding pembuluh darah.
b. Hiperkoagulasi: darah yang bertambah kental yang akan menyebabkan
viskositas hematokrit meningkat sehingga dapat melambatkan aliran
darah cerebral
c. Arteritis: radang pada arteri
2. Emboli
Dapat terjadi karena adanya penyumbatan pada pembuluhan darah otak
oleh bekuan darah, lemak, dan udara. Biasanya emboli berasal dari
thrombus di jantung yang terlepas dan menyumbat sistem arteri serebri.
Keadaan-keadaan yang dapat menimbulkan emboli:
a. Penyakit jantung, reumatik
b. Infark miokardium
c. Fibrilasi dan keadaan aritmia : dapat membentuk gumpalan-
gumpalan kecil yang dapat menyebabkan emboli cerebri
d. Endokarditis : menyebabkan gangguan pada endokardium
3. Hemoragi serebral
Pecahnya pembuluh darah serebral dengan pendarahan ke dalam
jaringan otak atau ruang sekitar otak.

Ada beberapa faktor resiko CVA ( Smeltzer, 2013) :

1. Hipertensi
Adalah faktor resiko utama. pengendalian hipertensi adalah kunci
utama mencegah stroke. Hipertensi merupakan faktor risiko yang
potensial. Hipertensi dapat mengakibatkan pecahnya maupun
menyempetinya pembulu darah otak apabila pembuluh darah otak
pecah maupun menyempitan pembuluh darah otak. Apabila pembuluh
adarah otak pecah maka timbulah perdarahan otak dan apabila
pembuluh darah otak menyempit maka aliran darah ke otak akan
terganggu dan sel-sel otak akan mengalami kematian.
2. Penyakit kardiovaskuler-embolisme serebri
Berasal dari jantung penyakit arteri koronaria, gagal jantung
kongestif, hipertrofi ventrikel kiri, abnormalitas irama (khususnya
fibrilasi atrium), penyakit jantung kongestif. Berbagai penyakit jantung
berpotensi untuk menimbulkan hambatan/sumbatan aliran darah ke
otak. Karena jantung melepas gumpalan darah atau sel-sel atau jaringan
yang telah mati ke dalam aliran darah. Kerusakan kerja jantung akan
menurunkan kardiak output dan menurunkan aliran darah ke otak.
Disamping itu dapat terjadi proses embolisasi yang bersumber pada
kelainan kantung dan pembuluh darah .
3. Kolesterol tinggi
Meningginya angka kolesterol dalam darah, terutama Low Density
Lipoprotein (LDL), merupakan faktor risiko penting untuk terjadi
arteriosklerosisi (menebalanya dinding pembuluh darah yang kemudian
diikuti penurunan elastisitas pembuluh darah). Peningkatan kadar LDL
dan penurunan kadar HDL (High Density Lipoprotein) merupakan
faktor risiko untuk terjadinya penyakit jantung koroner.
4. Infeksi
Peradangan juga dapat menyebabkan menyempitnya pembuluh
darah, terutama yang menuju otak. Yang mampu berperan sebagai
risiko stroke adalah tuberculosis, malaria, lues, leptospirosis dan
infeksi cacing
5. Obesitas
Merupakan faktor risiko terjadinya penyakit jantung. Pada obesitas
dapat terjadi hipertensi dan peningkatan kadar kolesterol sehingga
dapat mengakibatkan gangguan pada pembuluh darah, salah satunya
pembuluh darah otak
6. Diabetes mellitus
Terjadinya peningkatan viskositas darah sehingga memperlambat
aliran darah. Diabetes mellitus mampu menebalkan dinding pembuluh
darah otak yang berukuran besar. Menebalnya dinding pembuluh darah
otak akan mengganggu kelancaran aliran ke otak, yang pada akhirnya
akan menyebabkan infark sel-sel otak.
7. Merokok
Merupakan faktor risiko utama untuk terjadinya infark jantung
pada perokok akan timbul plaque pada pembuluh darah oleh nikotin
sehingga terjadi aterosklerosis.
8. Usia
Merupakan faktor resiko independen terjadinya stroke, dimana
reflex sirkulasi sudah tidak baik lagi.
9. Faktor keturunan/genetik
10. Pendidikan Rendah
Rendahnya tingkat pendidikan akan menyebabkan kurangnya informasi
kesehatan yang didapatkan, sehingga menyebabkan pengetahuan
tentang kesehatan seperti pengetahuan tentang penyakit stroke
11. Polisitemia
Kadar Hb yang tinggi (Hb lebih dari 16 mg/ dl) menimbulkan darah
menjadi kental, dengan demikian aliran darah ke otak lebih lambat.

D. Klasifikasi CVA
Berdasarkan proses yang mendasari terjadinya gangguan peredaran darah
otak, stroke dibedakan menjadi dua kategori yaitu :
1. Stroke non hemorragik
Stroke non hemorragik disebabkan oleh oklusi pembuluh darah otak
yang kemudian menyebabkan terhentinya pasokan dan glukosa ke otak
(Sudoyo, 2014). Tidak terjadi pendarahan namun terjadi iskemia yang
menimbulkan hipoksia dan dapat timbul edema sekunder (Muttaqin, 2013).
Stroke non hemoragik dibagi lagi berdasarkan lokasi penggumpalan,
yaitu:
a. Stroke Non Hemoragik Embolik
Pada tipe ini embolik tidak terjadi pada pembuluh darah otak,
melainkan di tempat lain seperti di jantung dan sistem vaskuler
sistemik. Embolisasi kardiogenik dapat terjadi pada penyakit
jantung dengan shunt yang menghubungkan bagian kanan
dengan bagian kiri atrium atau ventrikel. Penyakit jantung
rheumatoid akut atau menahun yang meninggalkan gangguan
pada katup mitralis, fibrilasi atrium, infark kordis akut dan
embolus yang berasal dari vena pulmonalis. Kelainan pada
jantung ini menyebabkan curahjantung berkurang dan serangan
biasanya muncul disaat penderita tengah beraktivitas fisik
seperti berolahraga.
b. Stroke Non Hemoragik Trombus
Terjadi karena adanya penggumpalan pembuluh darah ke
otak. Dapat dibagi menjadi stroke pembuluh darah besar
(termasuk sistem arteri karotis) merupakan 70% kasus stroke
non hemoragiktrombus dan stroke pembuluh darah kecil
(termasuk sirkulus Willisi dan sirkulus posterior). Trombosis
pembuluh darah kecil terjadi ketika aliran darah terhalang,
biasanya ini terkait dengan hipertensi dan merupakan indikator
penyakit atherosklerosis.
2. Stroke hemorragik
Merupakan pendarahan serebri dan mungkin pendarahan subarachnoid.
Disebabkan oleh pecahnya pembuluh darah otak pada otak tertentu.
Biasanya kejadiannya saat melakukan aktivitas atau saat aktif, namun juga
bisa terjadi saat istirahat. Kesadaran pasien umumnya menurun. Pendarahan
otak dibagi 3 yaitu :
a. Perdarahan intraserebral
Pecahnya pembuluh darah (mikroaneurisma) terutama karena
hipertensi memgakibatkan darah masuk ke dalam jaringan otak,
membentuk massa yang menekan jaringan otak dan menimbulkan
edema otak. peningkatan TIK yang terjadi cepat, dapat mengakibatkan
kematian mendadak karena herniasi otak. Perdarahan intraserebral yang
disebabkan karena hipertensi sering di jumpai di daerah putamen,
thalamus, pons, dan serebelum (Muttaqin, 2013)
b. Perdarahan Subarakhnoid
Dapat terjadi karena trauma atau hipertensi, penyebab tersering
adalah kebocoran anurisma pada area sirkulus Willisi dan Malvormasi
arteri – vena kongenetal. Gejala-gejala pada umumnya mendadak,
peningkatan intracranial (TIK), perubahan tingkat kesadaran, sakit
kepala (mungkin hebat), vertigo, kacau mental, stupor sampai koma,
gangguan ocular, hemiparesis atau hemiplegic, dan mual muntah.
(Muttaqin, 2013)
c. Pendarahan subdural
Pendarahan subdural pada dasarnya sama dengan peredaran
epidural, kecuali bahwa hematoma subdural biasanya jembatan vena
robek. Karena periode pembentukan hematoma lebih lama dan
menyebabkan tekanan pada otak (Sudoyo, 2014).

E. Patofiologi CVA
Infark serebral adalah berkurangnya suplai darah ke area tertentu di otak.
Luasnya infark bergantung pada faktor-faktor seperti lokasi dan besarnya pembuluh
darah dan adekuatnya sirkulasi kolateral terhadap area yang disuplai oleh pembuluh
darah yang tersumbat. Suplai darah ke otak dapat berubah (makin lambat atau
makin cepat) pada gangguan lokal (thrombus, emboli, perdarahan dan spasme
vascular) atau karena gangguan umum (hipoksia karena gangguan paru dan
jantung). Aterosklerosis sering sebagai factor penyebab infark pada otak. Thrombus
dapat berasal dari plak arterosklerotik, atau darah dapat beku pada area stenosis,
tempat aliran darah mengalami perlambatan atau terjadi turbulensi (price, sylvia.
2012).
Thrombus dapat dipecah dari dinding pembuluh darah terbawa sebagai emboli
dalam aliran darah. Thrombus mengakibatkan iskemia jaringan otak yang disuplai
oleh pembuluh darah yang bersangkutan dan edema dan kogestri disekitar area.
Area edema ini menyebabkandisfungsi yang lebih besar daripada area infark itu
sendiri. Edema dapat berkurang dalam beberapa jam atau kadang-kadang sesudah
beberapa hari. Dengan berkurangnya edema klien mulai menunjukkan perbaikan.
Oleh karena thrombosis biasanya tidak fatal, jika tidak terjadi perdarahan massif.
Oklusi pada pembuluh darah serebral oleh embolus menyebabkan edema dan
nekrosis diikuti thrombosis. Jika terjadi septic infeksi akan meluas pada dinding
pembuluh darah maka akan terjadi abses atau ensefalitis atau jika sisa infeksi berada
pada pembuluh darah yang tersumbat menyebabkan dilatasi aneurisme pembuluh
darah. Hal ini akan menyebabkan perdarahan serebral, jika aneurisme pecah atau
rupture. (price, sylvia. 2012).
Perdarahan pada otak disebabkan oleh rupture arteriosklerotik dan hipartensi
pembuluh darah.perdarahan intrasirebral yang sangat luas akan lebih sering
menyebabkan kematian dibandingkan keseluruhan penyakit
serebrovaskular,karena perdarahan yang luas terjadi destruksi masa
otak,peningkatan tekanan intracranial dan yang lebih berat dapat mengakibatkan
herniasi otak pada falk serebri atau lewat foramen magnum. (price, sylvia. 2012).

F. Pathway CVA
G. Manifestasi Klinis CVA
Manifestasi klinis stroke tergantung dari sisi atau bagian mana yang terkena,
rata-rata serangan, ukuran lesi dan adanya sirkulasi kolateral. Pada stroke akut
gejala klinis meliputi : (Tarwoto, 2015)
1. Kelumpuhan wajah atau anggota badan sebelah (hemiparesis) atau
hemiplagia (paralisis) yang timbul secara mendadak.
Kelumpuhan terjadi akibat adanya kerusakan pada area motoric di
korteks bagian frontal, kerusakan ini bersifat kontralateral artinya jika
terjadi kerusakan pada hemisfer kanan maka kelumpuhan otot pada sebelah
kiri. Pasien juga akan kehilangan kontrol otot volunter dan sensorik
sehingga pasien tidak dapat melakukan ekstensi maupun fleksi.
2. Gangguan sensibilitas pada satu atau lebih anggota badan
Terjadi karena kerusakan system saraf otonom dengan gangguan
saraf sensorik.
3. Penurunan kesadaran (konfusi, delirium, letargi, stupor, atau koma)
Terjadi akibat pendarahan, kerusakan otak kemudian menekan
batang otak atau terjadinya gangguan metabolik otak akibat hipoksia
4. Afasia (kesulitan dalam bicara)
Terjadi akibat kerusakan pada area pusat bicara primer yang berada
pada hemisfer kiri. Afasia terbagi menjadi 2 yaitu :
a. Afasia motorik
Terjadi pada area bronca, yang terletak pada lobus frontal otak
yaitu pasien dapat memahami lawan bicara tapi pasien tidak
dapat mengungkapkan atau kesulitan bicara.
b. Afasia sensorik
Terjadi kerusakan pada area wernicke, yang terletak pada lobus
temporal yaitu pasien tidak mampu menerima stimulasi
pendengaran tapi pasien mampu mengungkapkan pembicaraan,
sehingga respon pembicaraan pasien tidak konheren.
5. Disatria (bicara cadel atau pelo)
Terjadi karena kerusakan nervus kranial sehingga terjadi kelemahan
dari otot bibir, lidah dan laring.
6. Gangguan penglihatan, diplopia
Terjadi karena kerusakan lobus temporal atau periental yang dapat
menghambat serat saraf optik pada korteks oksipital dan gangguan
penglihatan juga dapat disebabkan karena kerusakan pada saraf kranial III,
IV, dan VI
7. Verigo, mual, muntah, dan nyeri kepala
Terjadi karena tekanan intrakranial

H. Pemeriksaan Penunjang CVA


1. Angiografi serebral
Membantu menentukan penyebab stroke secara spesifik misalnya
perdarahan arteriovena atau adanya ruptur dan untuk mencari
sumber perdarahan seperti aneurisma atau malformasi vaskule
2. CT scan
Memperlihatkan secara spesifik letak edema, posisi hematoma,
adanya jaringan otak yang infark atau iskemia dan posisinya secara
pasti
3. Lumbal pungsi
Tekanan yang meningkat dan di sertai bercak darah pada cairan
lumbal menunjukan adanya hemoragi pada subaraknoid atau
perdarahan pada intrakranial
4. MRI (Magnetic Imaging Resonance)
Menentukan posisi dan besar/luas terjadinya perdarahan otak. Hasil
pemeriksaan biasanya di dapatkan area yang mengalami lesi dan
infark akibat dari hemoragik
5. USG Doppler
Mengidentifikasi adanya penyakit arteriovena (masalah sistem
arteri karotis)
6. EEG
Melihat masalah yang timbul dan dampak dari jaringan yang infark
sehingga menurunnya impuls listrik dalam jaringan otak
7. Sinar tengkorak
Menggambarkan perubahan kelenjar lempeng pienal daerah yang
berlawanan dari masa yang meluas, kalsifikasi karotis interna
terdapat pada trombosis serebral, kalsifikasi parsial dinding
aneurisma pada perdarahan subaraknoid. (Batticaca, 2012 )

I. Penatalaksanaan CVA
1. Penatalaksanaan umum
a. Pada fase akut
1) Pertahankan jalan napas, pemberian oksigen, penggunaan ventilator
2) Monitor peningkatan tekanan intrakranial
3) Monitor fungsi pernapasan : analisa gas darah
4) Monitor jantung dan tanda-tanda vital, pemeriksaan EKG
5) Evaluasi status cairan dan elektrolit
6) Kontrol kejang jika ada dengan pemberian antikonvulsan, dan cegah
resiko injuri
7) Lakukan pemasangan NGT untuk mengurangi kompresi lambung
dan pemberian makanan
8) Cegah emboli paru dan tromboplebitis dengan antikoagulan
9) Monitor tanda-tanda neurologi seperti tingkat kesadaran, keadaan
pupil, fungsi sensorik dan motorik, nervus kranial, dan refleks
b. Fase rehabilitasi
1) Pertahankan nutrisi yang adekuat
2) Program management bladder dan bowel
3) Mempertahankan keseimbangan tubuh dengan rentang gerak sendi
(ROM)
4) Pertahankan integritas kulit
5) Pertahankan komunikasi yang efektif
6) Pemenuhan kebutuhan sehari-hari
7) Persiapan pasien pulang
2. Pembedahan
Di lakukan jika perdarahan serebrum diameter lebih dari 3cm atau
volume lebih dari 50ml untuk dekompresi atau pemasangan pintasan
ventrikulo-peritoneal bila ada hidrosefalus obstruktif akut.
3. Penatalaksanaan medis
a. Antihipertensi : captropil, antagonis kalsium
b. Diuretik : manitol 20%, furosemide
c. Antikonvulsan : fenitolin (Tarwoto, 2015)

J. Komplikasi CVA
1. Hipoksia serebral
Hipoksia serebral diminimalkan dengan memberi oksigenasi darah
adekuat ke otak. Fungsi otak bergantung pada ketersediaan oksigen
yang dikirimkan ke jaringan.
2. Penurunan aliran darah serebral dan luasnya area cedera
Aliran darah serebral bergantung pada tekanan darah, curah jantung,
dan itegritas pembuluh darah serebral. Hidrasi adekuat (cairan intravena)
harus menjamin penurunan viskositas darah dan memperbaiki aliran darah
serebral. Hipertensi atau hipotensi ekstrem perlu dihindari untuk mencegah
perubahan pada aliran darah serebral dan potensi luasnya area cedera.
3. Embolisme serebral
Embolisme serebral dapat terjadi setelah infark miokard.
Embolisme akan menurunkan aliran darah ke otak dan selanjutnya
menurunkan aliran darah serebral.Disritmia dapat mengakibatkan curah
jantung tidak konsisten dan penghentikan thrombus lokal. Selain itu
disritmia dapat menyebabkan embolus serebral dan harus diperbaiki.
(Brunner & Suddart. 2015)
DAFTAR PUSTAKA

Aru. W Sudoyo. 2014. Ilmu Penyakit Dalam Jilid 1. Jakarta : Interna Publishing.

Batticaca Fransisca, C. 2012. Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Gangguan


Sistem Persarafan. Jakarta : salemba medika

Brunner & Suddart. 2015. Keperawatan Medikal Bedah. Edisi 12. Jakarta : EGC.

Bulechek, Gloria M. 2013. Nursing Interventions Classification (NIC). CV


Mocomedia. Elsevier.

Heardman, T. Heather. 2015-2017. Diagnosis Keperawatan : Definisi &


Klasifikasi. Jakarta :EGC.

Moorhead, Sue & Marion Johnson dkk. 2013. Nursing Outcomes Classification
(NOC). CV Mocomedia. Elsevier

Muttaqin, Arif. 2013. Asuhan Keperawatan Klien dengan gangguan sistem


persarafan. Jakarta : Salemba medika.

Price, Sylvia A.Wilson. 2012. Patofisiologi konsep klinis proses-proses penyakit


volume 2. Jakarta : EGC

Smeltzer, S.C. 2013. Keperawatan Medikal Bedah Brunner and Suddarth Edisi 12.
Jakarta : EGC

Syaifuddin, Haji. 2011. Anatomi Fisiologi. Jakarta : EGC.

Tarwoto, Wartona. 2015. Keperawatan medikal bedah gangguan sistem


persarafan. Jakarta : CV, Sagung Seto

Anda mungkin juga menyukai