PENDAHULUAN
1.2.Tujuan Penulisan
Untuk memahami dan mempelajari mengenai bagaimana terjadinya hipokalemia
periodik paralis melalui anamnesis, pemeriksaan fisik dan penunjang, etiologi,
epidemiologi, patofisiologi, komplikasi, penatalaksanaan, pencegahan dan prognosisnya
Anamnesis
1.1.Manfaat Penulisan
1. Menambah wawasan mengenai diagnosis dan tatalaksana Priodik Paralisis yang
benar dan tepat.
1
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
1.1 Kalium
1.1.1 Deskripsi
2
1.1.3 Fungsi Kalium dalam Tubuh
3
Durian 691 Wortel 245
Kacang kedelai 1504 Singkong 394
Alpukat 278 Kelapa 555
Bayam 462 Pepaya 223
1.2.2 Epidemiologi
4
1.2.3 Etiologi
Selain kekurangan atau keliebihan ion k+, mutasi pada gen CACNA1S atau SCN4A
juga dapat menyebabkan kelumpuhan periodik hypokalemic . Gen-gen ini memberikan
instruksi untuk membuat protein yang memainkan peran penting dalam otot yang digunakan
untuk pergerakan.
c
Agar tubuh bergerak secara normal, otot-otot ini harus tegang (berkontraksi) dan
rileks secara terkoordinasi. Kontraksi otot dipicu oleh aliran atom (ion) bermuatan positif
tertentu ke dalam sel otot. Protein CACNA1S dan SCN4A berfungsi membentuk saluran atau
canal, karena kontraksi otot diperlukan untuk pergerakan, gangguan pada transportasi ion
normal menyebabkan episode kelemahan otot yang parah atau kelumpuhan.
1.2.4 Klasifikasi
Salah satu bentuk primer dari periodik paralisis, disebabkan oleh terganggunya
transfer ion K+ dikarenakan kekurangan kadar ion K+ ataupun gangguan oleh satu atau
lebih mutasi pada channel ion calcium, sodium dan potasium di membran otot.
Priodik paralisis hipokalemik memiliki 2 bentuk yaitu bentuk paralitik dan miopatik
5
1.2.4.2 Priodik paralisis hiperkalemik
Merupakan jenis priodik paralisis paling jarang, serangan terjadi walau kadar
kalium dalam batas normal
Bentuk paralitik :
o Lebih sering daripada miopatik
o Serangan terjadi secara priodik dan bervariasi (fattique hingga flaksid)
o Pencetus : turunnya kadar ion k+ serum
o 25% beresiko jatuh ke tipe miopatik atau permanent muscle weakness
Bentuk miopatik :
o Serangan tidak bervariasi
o Biasanya serangan terjadi pada masa anak-anak dan pada usia pertengahan
akan menjadi permanent muscle weakness
o Pasien tidak mengalami kelumpuhan episodik
6
1.2.6.2 Priodik paralisis Hiperkalemik
- Serangan terjadi setelah, bukan ketika beraktivitas
- Kelumpuhan tidak berlangsung lama
- Terjadi peningkatan kadar kalium >5,2 mmol/L
1.2.7 Patofisiologi
7
K-ATP ase (yang cenderung memindahkan kalium ke dalam sel).kelebihan hormon
tiroid dapat menjadi predisposisi tejadinya paralisis secara episodik, akibat pengaruh
epinefrin dan insulin.
Mutasi kanal kalsium menyebabkan hilangnya fungsi kanal kalium terutama
potassium inward rectifier class of cannels, sehingga cana; tersebut tidak dapat terbuka
dengan normal yang kemudian otot tidak bisa berkntraksi secara efisien hingga
menyebabkan kelumpuhan
2. Reflek Fisiologis
- Reflek bicep
- Reflek tricep
- Reflek patella
- Reflek achilles
8
3. Reflek Patologis
- Hofman tromner
- Babinski
- Chaddoks
- Oppenheim
- Gordon
- Schaeffer
9
untuk mengevaluasi fungsi saraf dan otot dengan cara merekam aktivitas
listrik yang dihasilkan oleh otot skeletal. Ini merupakan tes penting yang digunakan
untuk mendiagnosis kelainan otot dan saraf.
2.2.10 Diagnosa
Dari anamnesa :
- Pada anamnesa ada riiwayat kelemahan yang periodik
- Onsetnya jam sampai hari (akut)
- Lokasi kelemahan hanya terbatas di ekstremitas atas dan bawah
- Biasanya serangan terjadi saat beraktivitas yang mengeluarkan keringat yang
berlebihan
Diagnosa banding
- Stroke
- Gullian marre
- Myasthenia gravis
Prognosis
Prognosis untuk kasus priodik paralisis tergolong baik, dengan menjaga kadar
elektrolit tubuh, kejadian relaps dapat dihindari.
10
BAB 3
LAPORAN KASUS
Nama : Tn.A
Usia : 60 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Alamat : Kayu Aro
Pekerjaan : Petani
Status Pernikahan : Sudah menikah
Tanggal Masuk : 1 Agustus 2019
3.2 Anamnesa
Keluhan Utama :
Kelemahan anggota gerak, terutama kaki sebelah kanan, sejak kurang lebih 6
jam sebelum masuk rumah sakit
11
- Pasien pernah dirawat dengan keluhan yang sama dibangsal neuro, diberi obat
KSR 600 mg 2x1, B komplek 3x1 dan beberapa obat lain, namun pasien tidak
ingat
- Tidak ada riwayat stroke
- Tidak ada riwayat gullian barre
- Tidak ada riwayat myasthenia gravis
- Tidak ada riwayat hipertensi
- Tidak ada riwayat DM
Status Generalis
Keadaan Umum : Sedang
Kesadaran : Compos Mentis Cooperatif
Tekanan Darah : 120/70 mmHg
Nadi : 80x/i kuat dan teratur
Nafas : 20x/i
Suhu : 36,4 oC
Berat Badan : 45 Kg
Tinggi Badan : 158 cm
IMT : 18,02 (Underweight)
12
Gizi : Sedang
Turgor Kulit : Dalam batas normal
Kulit dan Kuku : Dalam batas normal
Status Lokalisata
Rambut : Hitam dan sedikit beruban
Mata kanan : Konjungtiva tidak anemis, sclera tidak ikterik
Mata kiri : Konjungtiva tidak anemis, sclera tidak ikterik
Kelenjar Getah Bening :
Leher : Tidak teraba pembesaran KGB
Aksila : Tidak teraba pembesaran KGB
Inguinal : Tidak teraba pembesaran KGB
Torak
Paru
Inspeksi : Dinding dada simetris kiri dan kanan
Palpasi : Vocal frenitus sama kiri dan kanan
Perkusi : Sonor dikedua lapangan paru
Auskultasi : Suara nafas normal vesicular, ronki( - / - ), Wheezing ( -/- )
Jantung
Inspeksi : Ictus cordis tidak terlihat
Palpasi : Ictus cordis teraba pada RIC 5 linea midclavicularis
Perkusi : Jantung dalam batas normal
Auskultasi : Reguler
Abdomen
Inspeksi : Perut tidak buncit, tidak ada sikatrik
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan dan nyeri lepas, hepar dan lien tidak teraba
Perkusi : Timpani
Auskultasi : Bising usus( + ) normal
Colum Vertebrae
Inspeksi : Tampak lurus
Palpali : Tidak ada nyeri tekan
3.4 Pemeriksaan Neurologikus
1. Glassgow Coma Scale (GCS): E4M6V5 = 15 (compos mentis kooperatif)
13
2. Tanda Ransangan Meningeal
a. KakuKuduk : Tidak ada
b. Brudzinki I : Tidak ada
c. Brudzinki II : Tidak ada
d. TandaKernig : Tidak ada
3. Tanda peningkatan tekanan intra kranial
a. Pupil : Isokor, diameter 3 mm / 3 mm
b. Refleks cahaya : +/+
c. Muntah proyektil : tidak ada
4. Pemeriksaan Nervus Cranialis
a. N I : Nervus Olfaktorius
Penciuman Kanan Kiri
b. N II : Nervus Optikus
Penglihatan Kanan Kiri
14
Gerakan bulbus Bebas kesegala arah Bebas kesegala arah
Reflek cahaya + +
a. N IV : Nervus Troklearis
Kanan Kiri
Diplopia _ _
b. N V : Nervus Trigeminus
Kanan Kiri
Motoric
Membuka mulut +
Menggerakan rahang +
Menggigit +
Mengunyah +
15
Sensorik +
Divisi optalmika
Reflek kornea + +
Divisi maksila
Divisi mandibular
c. N. VI : Nervus Abdusen
Kanan Kiri
Gerakan mata + +
lateral
Sikap bulbus Dalam batas Dalam batas
normal normal
Diplopia Tidak ada Tidak ada
Fissura palpebral + +
Menggerakkan dahi + +
Menutup mata + +
16
Mencibir/bersiul +
Memperlihatkan gigi +
Suara berbisik -
Swabach test
Pendular - -
Vertical - -
Siklikal - -
17
belakang
Reflek muntah/ Gag Tidak dilakukan
reflek
Uvula Ditengah
Artikulasi Jelas
Suara Cukup
Nadi Teratur
Menoleh ke kanan +
Menoleh ke kiri +
Mengangkat bahu ke +
kanan
Mengangkat bahu ke +
kiri
18
dalam
Kedudukan lidah Ditengah
dijulurkan
Tremor _
Fasikulasi _
Atrofi _
5. Pemeriksaan koordinasi
Cara berjalan Belum bisa Disatria -
dinilai
Romberg test - Disfagia -
Duduk Normal
Mioklonik Tidak
lakukan
Khorea Tidak ada
19
c. Ekstre Superior Inferior
mitas
Kanan Kiri Kanan Kiri
b. Pemeriksaan Sensibilitas
Sensibilitas taktil Tidak dilakukan
Sensibilitas nyeri +
c. System reflex
1.Fisiologi Kanan Kiri Kanan Kiri
Kornea + + Biseps ++ ++
20
dilakukan dilakukan
Dindingper Tidak Tidak Bulboca Tidak Tidak
ut dilakukan dilakukan vernosus dilaku dilakukan
kan
Atas Tidak Tidak Cremater Tidak Tidak
dilakukan dilakukan dilaku dilakukan
kan
Tengah Tidak Tidak Sfingter Tidak Tidak
dilakukan dilakukan dilaku dilakukan
kan
Bawah Tidak Tidak
dilakukan dilakukan
2. Patologis
Lengan Tungkai
Hoffman- - - Babinski - -
Tromner
Chaddoks - -
Oppenheim - -
Gordon - -
Schaeffer - -
21
3. Fungsi Otonom
Miksi : Normal
Defekasi : Normal
Sekresi keringat : Normal
Fungsi luhur
Kesadaran Tanda dementia
Reaksi Normal Refleks Tidak
bicara Glabela dilakuk
an
Fungsi Normal Refleks Snout Tidak
Intelektu dilakuk
al an
Reaksi Normal Refleks Tidak
Emosi memegang dilakuk
an
Refleks Tidak
Palmomental dilakuk
an
2. Kimia klinik
- Gula Darah Sewaktu : 102 mg/dl
- Ureum : 29 mg/dl
- Natrium : 1,33 meg/l
- Kalium : 1,45 meg/l
22
3.5 Rencana Pemeriksaan Tambahan
- EKG
- EMG
- Pemeriksaan eletrolit ulangan
- Rontgen thorax
3.6 Diagnosis
3.7. Penatalaksanaan
Terapi Umum:
Diet tinggi kalium
Drip KCL 25 Meg (2 flakon) dalam RL 12 jam/kolf
Pemasangan kateter
Terapi medikamentosa :
- KSR 600 mg 2x1
- B komplek tablet 3x1
- Paracetamol 3x500 mg
3.8.Prognosis
a. Quo at vitam : Bonam
b. Quo at fungtionam : Dubia ad bonam
c. Quo at sanationam : Dubia ad bonam
23
Follow Up
24
ANALISA KASUS
Telah dilaporkan seorang pria berusia 60 tahun, masuk ke bangsal neurologi RSUD
M. Natsir pada tanggal 1 Agustus 2019 pukul 00.45, dengan diagnosa kerja priodik paralisis
et causa hipokalemik. Diagnosa ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik dan
pemriksaan penunjang.
Pasien mengeluhkan kelemahan anggota gerak, terutama kaki sebelah kanan sejak
kurang lebih 6 jam sebelum masuk rumah sakit. Keluhan dimulai saat pasien ingin
mengambil wudhu, tiba-tiba tangan bagian kanan pasienmenjadi kaku dan diikuti dengan
tangan kiri dan kedua kaki yang tidak bisa digerakan. Pasien mengatakan sudah kurang lebih
2 tahun mengalami keluhan yang sana. Kelemahan biasanya muncul pada saat pasien
beraktivitas ataupun ketika berdiri lama, untuk meringankan gejala, pasien biasanya
beristirahat, kedua kaki juga terasa tebal. Pasien juga mengeluhkan batuk yang dirasakan
sejak 2 minggu yang lalu. Pasien tdak mengalami kecelakaan yang mencederai kepala
maupun tulang belakang.
Pasien pernah dirawat dengan keluhan yang sama dibangsal neurologi dengan keluhan
yang sama, diberi obat KSR 600mg 2x1, B komplek 3x1 dan beberapaobat lain.
Pasien sudah menikah dan memiliki 3 orang anak, tinggal bersama istri dan anak
bungsu. Pasien bekerja sebagai petani yang menanam padi, bawang, cabe dan daun sup.
Endidikan terakhir kelas 1 SD, pasien memiliki kebiasan merokok stengah bungkus per hari
dan minum kopi 2x sehari.
Keadaan umum pasien tampak sakit sedang dengan kesadaran kompos mentis
kooperatif, memiliki tinggi badan 158 cm dan berat badan 45 kg, dengan IMT underweight
(18,02). Tekanan darah 120/70, nadi 80x permenit, pernafasan 20x per menit dan suhu
36,4oc.
Pada pemeriksaan fungsi motorik ditemukan gerakan pasif pada ekstremitas atas dan
bawah dengan kekuatan 444 pada tangan kiri dan kanan serta kaki kiri, sedangkan kekuatan
kaki kanan 333, pada pemeriksaan penunjang didapatkan kadar kalium 1,45 meg/l. Rencana
pemeriksaan tambahan berupa EKG, EMG, dan pemeriksaan elektrolit.pasien mendapatkan
terapi suportif berupa :
- Drip KCL 25 meg (2 flakon) dalam RL 12 jam/ kolf
25
- B komplek tablet 3x1
- Paracetamol 3x1
Prognosa untuk kasus pasien ini tergolong baik, selama kadar kalium dalam tubuh di
jaga dalam batas normal, tiakberaktivitas berlebihan dan menjaga kesembangan elektrolit
tubuh.
26
KESIMPULAN
27
DAFTAR PUSTAKA
1. Smith M,Citerio G, Kofke WA. Periodic paralysis. In: Latronica N, Fagoni N, eds. Oxford
textbook of neurocritical care. New York: Oxford University Press; 2016: 291-299.
2. Jurkat-Rott K, Lerche H, Weber Y, Lehmann-Horn F. Hereditary channelopathies.
Advances in Experimental Medicine and Biology 2010; 686: 305-334.
3. Neki NS. Hyperthyroid hypokalemic periodic paralysis. Pakistan journal of medical
sciences 2016 Jul-Aug; 32(4): 1051-1052.
4. Kokunai Y et al. A Kir 3.4 mutation causes Andersen– Tawil syndrome by an inhibitory
effect on Kir 2.1. Neurology 2014; 82: 1058-1064.
5. Kardalas E, Paschou SA, Anagnostis P, Muscogiuri G, Siasos G, Vryonidou A.
Hypokalemia, a clinical update. Endorin Connections 2018;7: R135-146.
6. Matthews E, Portaro S, Ke Q, Sud E, Haworth A, Davis MB, et al. Acetazolamide efficacy
in hypokalemic periodic paralysis and the predictive role of genotype. Neurology 2011; 77:
1960-1964.
7. Cleland JC, Griggs RC. Treatment of neuromuscular channelopathies: current concepts and
future prospects. Neurotherapeutics 2008; 5 (4): 607-612.
8. Charles G, Zheng C, Lehmann-Horn F, Jurkat –Rott K, Levitt J. Characterization of
hyperkalemic periodic paralysis: a survey of genetically diagnosed individuals. Journal of
Neurology 2013; 260: 2606-2613.
9. Sansone V, Meola G, Links TP, Panzeri M, Rose MR. Treatment for periodic paralysis.
Cochrane Database Systemic Review 2008; 1: CD005045.
10. Dissanayake HA, Padmaperuma PACD. Periodic paralysis: what clinician needs to
know?. Minireview. Endocrinology and Metabolism international journal. 2018. Volume 6
Issue 4: 284-289
11. Marti G, Schwarz C, Leichtle AB, Piedler GM, Arampatzis S, Exadaktylos AK, Lindner
G. Etiology and symptoms of severe hypokalaemia in emergency department patients.
European Journal of Emergency Medicine 2014. 21: 46- 51.
12. Kokunai Y, Nakata T, Furuta M, Sakata S, Kimura H, Aiba T, et al. A Kir 3.4 mutation
causes Andersen –Tawil syndrome by an inhibitory effect on Kir 2.1. Neurology 2014; 82:
1058-1064.
28
13. Cannon, S. C. Channelopathies of Skeletal Muscle Excitability. University of Texas
Southwestern Medical Center. Elsevier inc. 2010; 87:37-48.
14. Levitt JO. Practical aspects in the management of hypokalemic periodic paralysis. Journal
of Translational Medicine 2008: 1-8.
15. Meola G, Hanna GM, Fontaine B. Diagnosis and new treatment in muscle
channelopathies. Journal of Neurology, Neurosurgery, and Psychiatry 2009; 80: 360- 365.
16. Balde MC, Adrar EH, Bechara K, Prinseau J, Baglin A, Hanslik T. (Hypokalaemia and
paralysis: think about the thyroid). La Revue de Medecine Interne/Fondee 2008; 29 (2): 155-
7.
17. Lin SH, Huang CL. Mechanism of thyrotoxic periodic paralysis. Journal of the American
society of nephrology 2012; 23(6): 985-988.
18. Dinata, Gunawan Septa, Yuliarni Syafrita. Laporan Kasus : Profil Pasien Priodik Paralisis
di Bangsal Saraf RSUP DR M Djamil, FK UNAND, 2018.
19. Sepryana, Raena. Hipokalemi Priodik Paralise, 2015.
20. Kulkarni S, Bidkar PU. Hypokalemic periodic paralysis in woman: A rare case report. Intl
J Clin Diag Res. 2014.
21. Winarno, Agus Nur Salim, Christofel Korah, Laporan Kasus : Paralisis Periodik
Hipokalemik diduga Familial yang dipicu Vomitus, 2018.
29