Anda di halaman 1dari 21

BAHAN KULIAH

Area Kompetensi
Etika, Moral, Medikolegal dan Profesionalisme serta Keselamatan Pasien

Modul
Etika, Profesionalisme dan Humaniora

OLEH:

dr. Erdanela Setiawati, MM


Dosen

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS BAITURRAHMAH
PADANG
2014

TUJUAN TERMINAL PENDIDIKAN DOKTER


Tujuan pendidikan dokter ialah mendidik mahasiswa melalui serangkaian pengalaman
belajar menyelesaikan suatu kurikulum, sehingga mempunyai cukup pengetahuan,
keterampilan, dan sikap dalam bidang keprofesiannya, serta mempunyai keimanan dan
ketakwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa, untuk:

1. Melakukan profesi kedokteran dalam suatu sistem pelayanan kesehatan pemerintah


dengan pendekatan kedokteran keluarga, mencakup:
a. Mengenal, merumuskan, dan menyusun prioritas masalah kesehatan masyarakat
sekarang dan yang akan datang, serta berusaha dan bekerja untuk menyelesaikan
masalah-masalah tersebut melalui perencanaan, implementasi, dan evaluasi
program-program yang bersifat promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif.
b. Memecahkan masalah kesehatan pasien dengan menggunakan pengetahuan,
keterampilan klinik dan laboratorium, serta observasi dan pencatatan yang baik
untuk mengidentifikasi, mendiagnosis, melakukan tindakan medik, melakukan usaha
pencegahan, meminta konsultasi, mengerjakan usaha rehabilitasi masalah kesehatan
pasien dengan berlandaskan etika kedokteran, serta mengingat aspek jasmani,
rohani dan sosio-budayanya.
c. Memanfaatkan sebaik-baiknya sumber dan tenaga lainnya dalam meningkatkan taraf
kesehatan masyarakat.
d. Bekerja selaku unsur pimpinan dalam suatu tim kesehatan.
e. Menyadari bahwa sistem pelayanan kesehatan yang baik adalah faktor penting
dalam ekosistem yang dapat meningkatkan kesehatan masyarakat.
f. Mendidik dan mengikutsertakan masyarakat untuk meningkatkan taraf
kesehatannya.
2. Senantiasa meningkatkan dan mengembangkan diri dalam segi ilmu kedokteran sesuai
dengan bakatnya, dengan berpedoman pada pendidikan sepanjang hayat.
3. Menilai kegiatan profesinya secara berkala, menyadari keperluan untuk menambah
pendidikannya, memilih sumber-sumber pendidikan yang serasi, serta menilai kemajuan
secara kritis.
4. Mengembangkan ilmu kesehatan, khususnya ilmu kedokteran dengan ikut serta dalam
pendidikan dan penelitian, serta mencari penyelesaian masalah kesehatan penderita,
masyarakat dan sistem pelayanan kesehatan, khususnya pelayanan asuhan medis.
5. Memelihara dan mengembangkan kepribadian serta sikap yang diperlukan untuk
kelangsungan profesinya, misalnya integritas, rasa tanggungjawab, dapat dipercaya,
serta menaruh perhatian dan penghargaan kepada sesama umat manusia, sesuai
dengan etika kedokteran.
6. Berfungsi sebagai anggota masyarakat yangkreatif, produktif, dan bersikap terbuka,
dapat menerima perubahan dan berorientasi ke masa depan serta mendidik dan
mengajak masyarakat ke arah sikap yang sama.

STANDAR KOMPETENSI DOKTER


KONSIL KEDOKTERAN INDONESIA (Indonesian Medical Council)
Jakarta 2006
7. Area Etika, Moral, Medikolegal dan Profesionalisme serta Keselamatan Pasien

7.1. Kompetensi Inti


 Berperilaku professional dalam praktik kedokteran serta mendukung kebijakan
kesehatan
 Bermoral dan beretika serta memahami isu-isu etik maupun aspek medikolegal
dalam praktik kedokteran
 Menerapkan program keselamatan pasien

7.2. Lulusan Dokter Mampu

1. Memiliki Sikap profesional


 Menunjukkan sikap yang sesuai dengan Kode Etik Dokter Indonesia
 Menjaga kerahasiaan dan kepercayaan pasien
 Menunjukkan kepercayaan dan saling menghormati dalam hubungan dokter pasien
 Menunjukkan rasa empati dengan pendekatan yang menyeluruh
 Mempertimbangkan masalah pembiayaan dan hambatan lain dalam memberikan
pelayanan kesehatan serta dampaknya
 Mempertimbangkan aspek etis dalam penanganan pasien sesuai standar profesi
 Mengenal alternatif dalam menghadapi pilihan etik yang sulit
 Menganalisis secara sistematik dan mempertahankan pilihan etik dalam pengobatan
setiap individu pasien

2. Berperilaku profesional dalam bekerja sama


 Menghormati setiap orang tanpa membedakan status sosial
 Menunjukkan pengakuan bahwa tiap individu mempunyai kontribusi dan peran
yang berharga, tanpa memandang status sosial
 Berperan serta dalam kegiatan yang memerlukan kerja sama dengan para petugas
kesehatan lainnya
 Mengenali dan berusaha menjadi penengah ketika terjadi konflik
 Memberikan tanggapan secara konstruktif terhadap masukan dari orang lain
 Mempertimbangkan aspek etis dan moral dalam hubungan dengan petugas
kesehatan lain, serta bertindak secara professional
 Mengenali dan bertindak sewajarnya saat kolega melakukan suatu tindakan yang
tidak profesional

3. Berperan sebagai anggota Tim Pelayanan Kesehatan yang Profesional


 Berperan dalam pengelolaan masalah pasien dan menerapkan nilai-nilai
profesionalisme
 Bekerja dalam berbagai tim pelayanan kesehatan secara efektif
 Menghargai peran dan pendapat berbagai profesi kesehatan
 Berperan sebagai manager baik dalam praktik pribadi maupun dalam sistem
pelayanan kesehatan
 Menyadari profesi medis yang mempunyai peran di masyarakat dan dapat
melakukan suatu perubahan
 Mampu mengatasi perilaku yang tidak profesional dari anggota tim pelayanan
kesehatan lain
4. Melakukan praktik kedokteran dalam masyarakat multikultural di Indonesia
o Menghargai perbedaan karakter individu, gaya hidup, dan budaya dari pasien dan
sejawat
o Memahami heterogenitas persepsi yang berkaitan dengan usia, gender, orientasi
seksual, etnis, kecacatan dan status sosial ekonomi

5. Aspek Medikolegal dalam praktik kedokteran


Memahami dan menerima tanggung jawab hukum berkaitan dengan :
·Hak asasi manusia
·Resep obat
·Penyalahgunaan tindakan fisik dan seksual
·Kode Etik Kedokteran Indonesia
·Pembuatan surat keterangan sehat, sakit atau surat kematian
·Proses di pengadilan
·Memahami UU RI No. 29 tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran
·Memahami peran Konsil Kedokteran Indonesia sebagai badan yang mengatur praktik
kedokteran
·Menentukan, menyatakan dan menganalisis segi etika dalam kebijakan kesehatan

6. Aspek keselamatan pasien dalam praktik kedokteran

·Menerapkan standar keselamatan pasien :


1. Hak pasien
2. Mendidik pasien dan keluarga
3. Keselamatan pasien dan kesinambungan pelayanan
4. Penggunaan metoda peningkatan kinerja untuk melakukan evaluasi dan program
peningkatan keselamatan pasien
5. Peran kepemimpinan dalam meningkatkan keselamatan pasien
6. Mendidik staf tentang keselamatan pasien
7. Komunikasi yang merupakan kunci bagi staf untuk mencapai keselamatan pasien

·Menerapkan 7 (tujuh) langkah keselamatan pasien :


1. Bangun kesadaran akan nilai keselamatan pasien
2. Memimpin dan mendukung staf
3. Integrasikan aktifitas pengelolaan risiko
4. Kembangkan sistem pelaporan
5. Libatkan dan berkomunikasi dengan pasien
6. Belajar dan berbagi pengalaman tentang keselamatan pasien
7. Cegah cidera melalui implementasi sistem keselamatan pasien
LINGKUP POKOK
SUBPOKOK BAHASAN DAFTAR RUJUKAN
BAHASAN BAHASAN
LINGKUP POKOK
SUBPOKOK BAHASAN DAFTAR RUJUKAN
BAHASAN BAHASAN

Aspek perilaku &  Konsep umum  Pengaruh sifat-sifat  Wibisono S.


kepribadian dalam kepribadian kepribadian dalam Aspek perilaku &
bidang kedokteran  Fleksibilitas menumbuhkan empati kepri-badian
dan rigiditas  Pengaruh faktor-faktor dalam bidang
kepribadian bio-psiko-sosial dalam kedokteran.
 Faktor-faktor pembentukan kepribadian Bahan kuliah
yg  Jenis kepribadian tertentu Modul EBP3KH
mempengaruh yang memadai untuk semester 1 FKUI,
i pembentukan menjadi dokter 2007
kepribadian  Pentingnya mengetahui
kepribadian sendiri/sadar
diri sebagai bagian dari 5
qualities of mind
 Pentingnya mengetahui
kepribadian sendiri dan
orang lain utk membangun
empati dan rapport agar
terbentuk hubungan antar
manusia yg adekuat
sehingga mencapai tujuan
akhir meningkatkan
kualitas hidup sesuai
definisi kesehatan jiwa
(WHO)

Hubungan antar  General  Pengertian general system  Mangindaan L.


manusia system theory theory Empati,
 Dasar  Pentingnya general system hubungan antar
hubungan theory serta pengaruhnya manusia dan
antar manusia terhadap hubungan antar kesehatan jiwa.
yg adekuat manusia Bahan kuliah
 Empati sebagai dasar Modul EBP3KH
hubungan antar manusia semester 1 FKUI,
yg adekuat 2007
LINGKUP POKOK
SUBPOKOK BAHASAN DAFTAR RUJUKAN
BAHASAN BAHASAN

Kesehatan jiwa  Konsep  Pengertian kesehatan jiwa  Mangindaan L.


kesehatan jiwa (WHO): rasa sehat dan Empati,
(WHO) gembira, dapat hubungan antar
 Kesehatan jiwa menghadapi/ menye- manusia dan
sebagai tujuan suaikan diri terhadap kesehatan jiwa.
akhir tantangan hidup, dapat Bahan kuliah
perbaikan menerima orang lain Modul EBP3KH
kualitas hidup sebagaimana adanya, semester 1 FKUI,
bersikap positif terhadap 2007
dirinya maupun orang lain
 Mengapa kesehatan jiwa
merupakan tujuan akhir
perbaikan kualitas hidup
 Mengapa hubungan antar
manusia yg adekuat
penting untuk
mempertahankan
kesehatan jiwa
 Pengaruh general system
theory terhadap kesehatan
jiwa

KEPRIBADIAN

Berdasarkan psikologi, Gordon Allport menyatakan bahwa kepribadian sebagai suatu


organisasi (berbagai aspek psikis dan fisik) yang merupakan suatu struktur dan sekaligus
proses. Jadi, kepribadian merupakan sesuatu yang dapat berubah.Secara eksplisit Allport
menyebutkan, kepribadian secara teratur tumbuh dan mengalami perubahan.

Sifat-sifat kepribadian
Berbagai penelitian awal mengenai struktur kepribadian berkisar di seputar upaya untuk
mengidentifikasikan dan menamai karakteristik permanen yang menjelaskan perilaku
individu seseorang.Karakteristik yang umumnya melekat dalam diri seorang individu adalah
malu, agresif, patuh, malas, ambisius, setia, dan takut.Karakteristik-karakteristik tersebut
jika ditunjukkan dalam berbagai situasi, disebut sifat-sifat kepribadian. Sifat kepribadian
menjadi suatu hal yang mendapat perhatian cukup besar karena para peneliti telah lama
meyakini bahwa sifat-sifat kepribadian dapat membantu proses seleksi karyawan,
menyesuaikan bidang pekerjaan dengan individu, dan memandu keputusan pengembangan
karier.

Aspek-aspek kepribadian (Abin Syamsuddin 2003) yang di dalamnya mencakup :

 Karakter yaitu konsekuen tidaknya dalam mematuhi etika perilaku, konsiten


tidaknya dalam memegang pendirian atau pendapat.
 Temperamen yaitu disposisi reaktif seorang, atau cepat lambatnya bereaksi
terhadap rangsangan-rangsangan yang datang dari lingkungan.
 Sikap; sambutan terhadap objek yang bersifat positif, negatif atau ambivalen.
 Stabilitas emosi yaitu kadar kestabilan reaksi emosional terhadap rangsangan dari
lingkungan. Seperti mudah tidaknya tersinggung, marah, sedih, atau putus asa
 Responsibilitas (tanggung jawab) adalah kesiapan untuk menerima risiko dari
tindakan atau perbuatan yang dilakukan. Seperti mau menerima risiko secara wajar,
cuci tangan, atau melarikan diri dari risiko yang dihadapi.
 Sosiabilitas yaitu disposisi pribadi yang berkaitan dengan hubungan interpersonal.
Seperti : sifat pribadi yang terbuka atau tertutup dan kemampuan berkomunikasi
dengan orang lain.

Ciri-ciri kepribadianElizabeth (Syamsu Yusuf, 2003) mengemukakan ciri-ciri kepribadian


yang sehat dan tidak sehat, sebagai berikut :

Kepribadian yang sehat

 Mampu menilai diri sendiri secara realisitik; mampu menilai diri apa adanya tentang
kelebihan dan kekurangannya, secara fisik, pengetahuan, keterampilan dan
sebagainya.
 Mampu menilai situasi secara realistik; dapat menghadapi situasi atau kondisi
kehidupan yang dialaminya secara realistik dan mau menerima secara wajar, tidak
mengharapkan kondisi kehidupan itu sebagai sesuatu yang sempurna.
 Mampu menilai prestasi yang diperoleh secara realistik; dapat menilai keberhasilan
yang diperolehnya dan meraksinya secara rasional, tidak menjadi sombong, angkuh
atau mengalami superiority complex, apabila memperoleh prestasi yang tinggi atau
kesuksesan hidup. Jika mengalami kegagalan, dia tidak mereaksinya dengan frustrasi,
tetapi dengan sikap optimistik.
 Menerima tanggung jawab; dia mempunyai keyakinan terhadap kemampuannya
untuk mengatasi masalah-masalah kehidupan yang dihadapinya.
 Kemandirian; memiliki sifat mandiri dalam cara berfikir, dan bertindak, mampu
mengambil keputusan, mengarahkan dan mengembangkan diri serta menyesuaikan
diri dengan norma yang berlaku di lingkungannya.
 Dapat mengontrol emosi; merasa nyaman dengan emosinya, dapat menghadapi
situasi frustrasi, depresi, atau stress secara positif atau konstruktif , tidak destruktif
(merusak)
 Berorientasi tujuan; dapat merumuskan tujuan-tujuan dalam setiap aktivitas dan
kehidupannya berdasarkan pertimbangan secara matang (rasional), tidak atas dasar
paksaan dari luar, dan berupaya mencapai tujuan dengan cara mengembangkan
kepribadian (wawasan), pengetahuan dan keterampilan.
 Berorientasi keluar (ekstrovert); bersifat respek, empati terhadap orang lain,
memiliki kepedulian terhadap situasi atau masalah-masalah lingkungannya dan
bersifat fleksibel dalam berfikir, menghargai dan menilai orang lain seperti dirinya,
merasa nyaman dan terbuka terhadap orang lain, tidak membiarkan dirinya
dimanfaatkan untuk menjadi korban orang lain dan mengorbankan orang lain,
karena kekecewaan dirinya.
 Penerimaan sosial; mau berpartsipasi aktif dalam kegiatan sosial dan memiliki sikap
bersahabat dalam berhubungan dengan orang lain.
 Memiliki filsafat hidup; mengarahkan hidupnya berdasarkan filsafat hidup yang
berakar dari keyakinan agama yang dianutnya.
 Berbahagia; situasi kehidupannya diwarnai kebahagiaan, yang didukung oleh faktor-
faktor achievement (prestasi), acceptance (penerimaan), dan affection (kasih
sayang).

Kepribadian yang tidak sehat

 Mudah marah (tersinggung)


 Menunjukkan kekhawatiran dan kecemasan
 Sering merasa tertekan (stress atau depresi)
 Bersikap kejam atau senang mengganggu orang lain yang usianya lebih muda atau
terhadap binatang
 Ketidakmampuan untuk menghindar dari perilaku menyimpang meskipun sudah
diperingati atau dihukum
 Kebiasaan berbohong
 Hiperaktif
 Bersikap memusuhi semua bentuk otoritas
 Senang mengkritik/mencemooh orang lain
 Sulit tidur
 Kurang memiliki rasa tanggung jawab
 Sering mengalami pusing kepala (meskipun penyebabnya bukan faktor yang bersifat
organis)
 Kurang memiliki kesadaran untuk mentaati ajaran agama
 Pesimis dalam menghadapi kehidupan
 Kurang bergairah (bermuram durja) dalam menjalani kehidupan

Faktor-faktor Pembentuk Kepribadian

1. Faktor keturunan (biologis)Faktor keturunan (biologis) berpengaruh langsung dalam


pembentukan kepribadian seseorang. Beberapa factor biologis yang penting seperti
system syaraf, watak, seksual dan kelainan biologis, seperti penyakit-penyakit
tertentu.
2. Faktor lingkungan fisik (geografis). Meliputi iklim dan bentuk muka bumi atau
topografi setempat, serta sumber-sumber alam, Faktor lingkungan fisik (geografis)
ini mempengaruhi lahirnya budaya yang berbeda pada masing-masing masyarakat.
3. Faktor lingkungan sosial 1) Faktor keluarga, dimulai sejak bayi yaitu berhubungan
dengan orangtua dan saudaranya 2) Lingkungan masyarakat yang beraneka ragam.
Suatu warna yang harus ditegaskan dapat saja dianggap tidak perlu oleh anggota
masyarakat lainnya.
4. Faktor kebudayaan yang berbeda-bedaPerbedaan kebudayan yang berbeda-beda
Perbedaan kebudayaan dalam setiap masyarakat dapat mempengaruhi kepribadian
seseorang misalnya kebudayaan di daerah pantai, pegunungang, kebudayaan petani,
kebudayaan kota.

Memahami ataupun Mengenali kepribadian diri sendiri


Keunikan jati diri setiap individu adalah hasil dari proses-proses terdahulu dan merupakan
awal dari proses ke depan yang juga tidak perlu dibandingkan dan dinilai secara berlebihan.
Bagaimana cara memahami ataupun mengenali kepribadian diri sendiri?
1) Sifat-sifat dan karakter. Setiap orang pasti membawa berbagai sifat dan karakter
masing-masing. Kalaupun ada kemiripan, tapi setiap orang tidak pernah memiliki
kesamaan yang total. Sifat-sifat dan karakter dalam diri seseorang tidak memiliki
batasan baik dan buruk walaupun pada akhirnya tentu saja harus ada penilaian. Dan
kita sudah sewajarnya berusaha mengejar nilai-nilai berlaku baik.
2) Hasrat dan keinginan. Setiap orang pasti memiliki hasrat dan keinginan yang biasanya
merupakan refleksi dari sebuah bentuk ideal atau cita-cita yang awalnya bersumber
dari ego. Dalam bentuk yang paling sederhana, ego semua manusia pada dasarnya
adalah hal yang baik karena secara alamiah bersumber dari naluri untuk
mempertahankan hidup. Hal ini harus dipahami dan disadari sehingga kita bisa benar-
benar menyatu dengan hasrat dan keinginan kita sendiri walaupun tentu saja kita
harus menjadikan kondisi lingkungan sebagai rambu-rambu untuk keseimbangan.
3) Kemampuan. Penguasaan terhadap suatu hal yang merupakan ciri khas seseorang
yang dimiliki dan didapat secara alamiah. Hal tersebut harus terus digali dan
dikembangkan serta dipergunakan secara positif demi kebaikan diri sendiri.
Kemampuan memang akan selalu terasa kurang karena adanya persaingan. Maka dari
itu, belajar dan berlatih merupakan hal-hal pokok yang sangat berperan dalam usaha
meningkatkan kemampuan diri sendiri.
4) Ketidakmampuan dan keterbatasan. Selain kemampuan, setiap individu juga diliputi
oleh ketidakmampuan dan keterbatasan. Jika kita bermaksud melakukan proses
pengenalan diri, maka kita harus lebih mengenal ketidakmampuan dan keterbatasan
yang kita miliki. Tentu saja maksudnya adalah untuk memperbaiki dan mengubahnya
sebisa mungkin sehingga menjadi faktor yang justru dapat diandalkan.
5) Latar belakang. Latar belakang seseorang bisa dianggap sebagai akar dari semua
perkembangan yang muncul dan ada sekarang. Walaupun kita memang tidak perlu
mempermasalahkannya, namun usaha untuk memahami latar belakang diri kita itu
akan berguna untuk mengetahui siapa dan bagaimana diri kita yang sesungguhnya.
Dengan mengenal diri sendiri, maka kita bisa mengetahui apa yang mesti jadi tujuan
hidup. Kita menyadari kemampuan dan bakat serta tahu bagaimana menggunakannya
demi mencapai tujuan tsb

“The Five Qualities of Mind” dari Donner Clauser

1. Kemampuan berpikir kritis


2. memiliki perspektif yg fleksibel,
3. nondogmatis,
4. peka terhadap nilai,
5. empati dan sadar diri
DAFTAR BUDI PEKERTI LUHUR

YANG PERLU DIMILIKI DAN DILESTARIKAN

:
1. Jujur 19. Cerdik 36. Rajin
2. Terbuka 20. Cermat 37. Ramah tamah
3. Bertanggung jawab 21. Efisien 38. Rasa kasih sayang tanpa
4. Memiliki integritas 22. Beriman pamrih
5. Mau menerima orang 23. Kreatif/inovatif 39. Rasa percaya diri
lain sebagaimana 24. Bersahaja 40. Rela berkorban
adanya/menerima 25. Produktif 41. Sabar
pendapat orang lain 26. Mampu beradaptasi 42. Bersikap adil
yang berbeda dalam berbagai situasi 43. Bersikap hormat
6. Empati yang berbeda 44. Bersikap tertib
7. Rendah hati 27. Mampu mengisi 45. Sopan santun
8. Mandiri berbagai peran diri 46. Sportif
9. Berkemauan kuat / (contoh: sebagai dokter, 47. Bersusila
mau belajar suami/istri, orang tua, 48. Selalu menepati janji
10. Memiliki disiplin diri dan berbagai peran 49. Dinamis
11. Tekun dan teliti lainnya) secara optimal 50. Bersyukur
12. Gigih/ulet 28. Menghargai karya/ buah 51. Bersikap konstruktif
13. Tabah, tegar dan pikiran orang lain 52. Berani memikul risiko
tangguh namun cukup 29. Selalu mawas diri 53. Mau belajar
fleksibel 30. Mengenal kemampuan 54. Peduli
14. Bersemangat dan keterbatasan diri 55. Mampu bekerjasama
15. Berhati lembut & lentur 31. Menghargai waktu dalam tim
16. Bijaksana 32. Pemaaf 56. Memiliki sifat
17. Mampu 33. Pemurah keutamaan pemimpin
mempertimbangkan 34. Mengabdi tanpa Pamrih 57. Loyal pada pemimpin
dampak positif dan 35. Dapat mengendalikan yang adil dan amanah
negatif dari berbagai diri 58. Orientasi kerakyatan
alternatif pilihan yang 59. dsb
memungkinkan
18. Berpikir jauh ke depan

HUBUNGAN ANTAR MANUSIA

General Systems Theory


• Diajukan oleh Ludwig von Bertalanffy (1936,1968)
• Alam semesta, dunia, dan segala hal di dunia diorganisir oleh SISTEM
• Suatu sistem adalah sebuah unit utuh, dan walaupun terbentuk dari elemen-elemen yang
lebih kecil, fungsinya bukan penjumlahan dari elemennya.
• Suatu sistem berfungsi secara seutuhnya, mampu mengatur dirinya sendiri; juga
dipengaruhi dan mendapat energi dari sistem-sistem lainnya.

Sistem di dunia
Alam Semesta

Dunia (termasuk ekologi)

Hubungan internasional

Negara / Pemerintahan

Institusi

Kelompok / Organisasi
Keluarga

Individu

Organ

Sel

Molekul

Atom

Pengaruh GST terhadap hubungan antar manusia


• Setiap sistem dipengaruhi dan mendapat energi (positif atau negatif) dari sistem lain, baik
secara horizontal maupun vertikal.
• Contoh: gangguan metabolisme pada level sel dari sebuah organ dapat mempengaruhi:
 sel lain yang sehat dari organ tersebut;
 fungsi dari organ tersebut;
 organ-organ lain dari orang tersebut;
 orang itu sendiri;
 keluarganya;
 sistem tempat kerjanya.

• Pertempuran atau perang antar kelompok atau negara dapat menyebabkan:


 Aksi brutal dan pembunuhan serta konsekuensinya
 Pengungsian besar-besaran, eksodus
 Kelangkaan makanan, kelaparan, penyakit, malnutrisi
 Tinggal di kamp pengungsi dengan konsekuensinya

• Perlakuan atau penegakkan hukum yang diskriminatif dapat menyebabkan:


 Perasaan tidak aman
 Hubungan tidak sehat antar kelompok
 Pengelompokan orang berdasarkan identitas sehingga terkotak-kotak, berdasarkan
konsep nonpluralisme
 Depresi

• Perusakan ekologi yang disebabkan oleh alam atau manusia,


 Penebangan hutan ilegal atau tak terkontrol, dapat menyebabkan: Deforestasi,
banjir, dan segala konsekuensinya
 Sungai terpolusi dari kompleks industri dapat menyebabkan limbah beracun di air,
dan jika diminum dapat menyebabkan:
 Keracunan logam berat
 Pertumbuhan fetus abnormal, dan bayi-bayi lahir cacat, dapat tumbuh
dengan disfungsi mental dan fisik yang berat, yang pada akhirnya
akan menyebabkan beban berat bagi keluarganya

• Keadaan ekonomi buruk akibat korupsi, manajemen salah, dapat menyebabkan:


 Pemecatan masal;
 Depresi bagi pencari nafkah;
 Konflik antar anggota keluarga;
 Hubungan emosional tidak sehat dalam keluarga;
 Atmosfir kesehatan mental yang tidak sehat.

• Sistem pendidikan tak sehat entah karena kebijakan pemerintah, sistem sekolah, prinsip
pendidikan keluarga, dapat menyebabkan:
 Pertumbuhan kepribadian yang kaku, pikiran sempit, automatis, cara berpikir yang
tidak kritis, fanatik, gangguan kepribadian tertentu (mis. dependen, anankastik,
paranoid, narsisistik)
 Melihat sudut pandang kehidupan hanya dari diri sendiri atau nilai sendiri.

Hubungan antar manusia yang adekuat dilandasi oleh Empati

EMPATI
Adalah upaya dan kemampuan untuk mengerti, merasakan dan meletakkan diri sendiri
ditempat orang lain sesuai dengan:
• Identitas: nama, umur, kondisi fisik, status kesehatan, perkawinan, ras, etnis, orientasi
seksual(hetero, bi, homoseksual), tingkat pendidikan, tradisi, budaya, agama/kepercayaan.
• Perasaan, cara berpikir, harapan, nilai dan perilaku seseorang TANPA mencampur adukkan
nilai-nilai pribadinya atau bereaksi secara emosional apabila nilai-nilai orang yang
diempatinya berbeda dengan nilai-nilai pribadinya.

Empati berarti:
1. Memiliki sikap tidak menghakimi (non judgemental) dan juga tidak menyalahkan
atau membenarkan.
2. Menerima individu seperti apa adanya
3. Mengerti nilai-nilai mereka

Dasar dari EMPATI adalah : kasih sayang (brotherly love / ukhuwah insannyyah) tanpa
pamrih.
Ilmu Kedokteran memiliki 2 aspek secara bersamaan
• Aspek keilmuan : pendekatan terhadap individu sebagai objek keilmuan
• Aspek kemanusiaan : pendekatan individu sebagai manusia seutuhnya yang juga adalah
individu yang unik dan khas.
Inilah yang harus didasari dengan EMPATI

Hubungan Dokter-Pasien :

gunakan Komunikasi Efektif

Komunikasi efektif diharapkan dapat mengatasi kendala yang ditimbulkan oleh kedua pihak,
pasien dan dokter. Opini yang menyatakan bahwa mengembangkan komunikasi dengan
pasien hanya akan menyita waktu dokter, tampaknya harus diluruskan. Sebenarnya bila
dokter dapat membangun hubungan komunikasi yang efektif dengan pasiennya, banyak hal-
hal negatif dapat dihindari.Dokter dapat mengetahui dengan baik kondisi pasien dan
keluarganya dan pasien pun percaya sepenuhnya kepada dokter. Kondisi ini amat
berpengaruh pada proses penyembuhan pasien selanjutnya.

Pasien merasa tenang dan aman ditangani oleh dokter sehingga akan patuh menjalankan
petunjuk dan nasihat dokter karena yakin bahwa semua yang dilakukan adalah untuk
kepentingan dirinya. Pasien percaya bahwa dokter tersebut dapat membantu
menyelesaikan masalah kesehatannya.

Kurtz (1998) menyatakan bahwa komunikasi efektif justru tidak memerlukan waktu
lama.Komunikasi efektif terbukti memerlukan lebih sedikit waktu karena dokter terampil
mengenali kebutuhan pasien (tidak hanya ingin sembuh).Dalam pemberian pelayanan
medis, adanya komunikasi yang efektif antara dokter dan pasien merupakan kondisi yang
diharapkan sehingga dokter dapat melakukan manajemen pengelolaan masalah kesehatan
bersama pasien, berdasarkan kebutuhan pasien.

Tujuan dari komunikasi efektif antara dokter dan pasiennya adalah untuk mengarahkan
proses penggalian riwayat penyakit lebih akurat untuk dokter, lebih memberikan dukungan
pada pasien, dengan demikian lebih efektif dan efisien bagi keduanya (Kurtz,1998).

Menurut Kurzt (1998), dalam dunia kedokteran ada dua pendekatan komunikasi yang
digunakan:

1. Disease centered communication style atau doctor centered communication style.


Komunikasi berdasarkan kepentingan dokter dalam usaha menegakkan diagnosis,
termasuk penyelidikan dan penalaran klinik mengenai tanda dan gejala-gejala.
2. Illness centered communication style atau patient centered communication style.
Komunikasi berdasarkan apa yang dirasakan pasien tentang penyakitnya yang secara
individu merupakan pengalaman unik. Di sini termasuk pendapat pasien,
kekhawatirannya, harapannya, apa yang menjadi kepentingannya serta apa yang
dipikirkannya.
Dengan kemampuan dokter memahami harapan, kepentingan, kecemasan, serta kebutuhan
pasien, patient centered communication style sebenarnya tidak memerlukan waktu lebih
lama dari pada doctor centered communication style.

Keberhasilan komunikasi antara dokter dan pasien pada umumnya akan melahirkan
kenyamanan dan kepuasan bagi kedua belah pihak, khususnya menciptakan satu kata
tambahan bagi pasien yaitu empati. Empati itu sendiri dapat dikembangkan apabila dokter
memiliki ketrampilan mendengar dan berbicara yang keduanya dapat dipelajari dan dilatih.

Carma L. Bylund & Gregory Makoul dalam tulisannya tentang Emphatic Communication in
Physician-Patient Encounter (2002), menyatakan betapa pentingnya empati ini
dikomunikasikan.

Dalam konteks ini Empati disusun dalam batasan definisi berikut:

1. Kemampuan kognitif seorang dokter dalam mengerti kebutuhan pasien (a physician


cognitive capacity to understand patient’s needs),
2. Menunjukkan afektifitas/sensitifitas dokter terhadap perasaan pasien (an affective
sensitivity to patient’s feelings),
3. Kemampuan perilaku dokter dalam memperlihatkan/menyampaikan empatinya
kepada pasien (a behavioral ability to convey empathy to patient).

Kesehatan Mental / Jiwa

Definisi Kesehatan Mental (WHO):


 Seseorang yang sehat mental / jiwanya
 Merasa sehat dan bahagia
 Mampu menghadapi tantangan hidup
 Menerima orang lain apa adanya (artinya: mampu berempati dan tidak
berprasangka terhadap orang lain yang berbeda)
 Bersikap positif terhadap dirinya sendiri dan orang lain

Definisi Kesehatan Mental (WHO) ini seharusnya menjadi sasaran terakhir dan tertinggi bagi
semua orang di dunia.

GANGGUAN JIWA / MENTAL


adalah sindrom perilaku atau psikologis yang secara klinis bermakna yang berkaitan dengan
distress / penderitaan dan atau disfungsi / hendaya, dan bukan hanya respons wajar
terhadap kejadian tertentu atau terbatas pada konflik hubungan antara seseorang dengan
lingkungan

Usaha untuk meningkatkan Kesehatan Mental


Memperhatikan General Systems Theory, terutama pada hubungan antara sistem-sistem di
dunia,
jelaslah bahwa diperlukan: hubungan antar manusia yang adekuat termasuk perilaku
manusia terhadap lingkungan dan dampaknya terhadap orang lain

PSIKIATRI
Adalah bidang ILMU KEDOKTERAN yang berfokus pada:
Pendekatan komprehensif dalam Ilmu Kedokteran dengan konsep bio-psiko-sosial, dengan
pendekatan eklektik holistik.

1. Pendekatan komprehensif, mencakup:


 Siklus kehidupan manusia
 Otak dan perilaku
 Ilmu-ilmu Psikososial
 Teori-teori Perkembangan & kepribadian: Freud, Jung, Adler, Horney,
Erikson, Piaget, Gestalt Therapy, Existential Psychiatry, Behavior Therapy,
Cognitive Therapy, Terapi keluarga
2.Pemeriksaan Psikiatri
3.Gangguan mental, psikiatri anak dan remaja, psikiatri geriatri, psikiatri forensik
4. Terapi psikiatri:
 Terapi biologik
 Konseling / Psikoterapi
5. Masalah Kesehatan Mental

Psikiatri memiliki dua fungsi


• Sebagai pendekatan medis dasar yang komprehensif: mengerti manusia dari perspektif
biologis – psikologis dan sosial
• Sebagai cabang kedokteran berfokus pada gangguan mental, masalah kesehatan mental,
dan hubungan antara cabang-cabang lain kedokteran dengan psikiatri ( Consultation Liaison
Psychiatry)

Pendekatan Dasar Psikiatri


1. Pendekatan eklektik, meliputi:
 Perkembangan Ilmu kedokteran dasar
 Pengobatan medis klinis
 Cabang-cabang Humaniora lain (termasuk: psikologi, teologi, filosofi, sejarah,
linguistik, filologi, kesusastraan, kesenian, ilmu sosial, antropologi.)
2. Pendekatan Holistik: mendekati seseorang secara utuh dan menyeluruh sebagai seorang
manusia dari aspek bio-psiko-sosialnya

Konsep Holistik
• Seorang individu tidak hanya sekedar kombinasi dari gabungan elemen2 kecil atau organ-
organ tubuhnya.
• Seorang individu adalah seorang yang unik, yang keunikannya secara individual
berdasarkan atas aspek biologisnya, ditambah sejarah pribadinya dan perkembangan psiko-
sosialnya (term. budaya – tradisi – aspek keagamaan), yang lalu juga mempengaruhi caranya
berpikir, respons emosional, perilaku dan persepsi subyektifnya tentang dirinya sendiri dan
tentang dunia.
•Keunikan khas dari seseorang adalah unsur INTENSIONALITAS (INTENTIONALITY), yang bisa
merubah secara radikal perjalanan hidupnya.

Pendekatan holistik dan komprehensif di kedokteran


Artinya:
• Merawat orang / individu / pasien bukan sebagai obyek atau obyek medis, tetapi sebagai
manusia unik secara komprehensif dan holistik
• Dan bukan sekedar bertujuan menurunkan hendaya dan disfungsi

TUJUAN UTAMA:
Meningkatkan kesehatan mental dan kualitas hidup

GLOSSARY

Academic performance : kemampuan seseorang dalam mencapai tahapan akademik


tertentu.

Analisis kritis : Analisis secara sistematik berdasarkan sikap terhadap materi


dan metode yang digunakan untuk mencapai suatu keputusan.

Antipati : 1. penolakan atau perasaan tidak suka yang kuat; 2. perasaan


menentang obyek tertentu yang bersifat personal dan abstrak.

Antropologi : ilmu tentang manusia, khususnya tentang asal-usul, aneka


warna, bentuk fisik, adat istiadat, dan kepercayaan (pada masa
lampau).

Apresiasi : penilaian/penghargaan terhadap sesuatu.

Attitude (sikap) : 1. kecenderungan untuk bersikap dengan cara tertentu; 2.


tingkahlaku yang mencerminkan perasaan atau keyakinan; 3.
suatu watak untuk bertindak secara positif atau negatif
terhadap perorangan, kelompok, obyek, situasi, atau nilai
(value); 4. suatu penilaian yang dipelajari sehingga dapat
menghasilkan perilaku yang konsisten ketika menghadapi
seseorang, sekelompok orang, obyek, atau sekelompok obyek.

Care provider : dokter atau pelaksana perawatan yang melihat pasien secara
holistik, baik sebagai individu maupun sebagai bagian dari
keluarga/komunitas serta menyediakan/ melakukan perawatan
yang berkualitas tinggi, komprehensif, berkesinam-bungan,
dan disesuaikan dengan perorangan (personalized) dalam
hubungan jangka panjang yang didasarkan atas kepercayaan.
Communicator : orang yang mampu meningkatkan cara hidup sehat dengan
memberi penjelasan dan nasehat efektif, sehingga mendorong
individu dan kelompok untuk meningkatkan dan
mempertahankan kesehatannya.

Community leader : seseorang yang telah dipercayai oleh masyarakat di lingkungan


kerjanya, dapat menyatukan kebutuhan kesehatan individu
dan komunitas, serta melakukan tindakan mewakili
kepentingan komunitas tersebut.

Decision-maker : seseorang yang mampu membuat keputusan berdasarkan


pemilihan cara/teknik yang dapat dilaksanakan secara tepat,
efisien/ cost-effective, dan etisuntuk meningkatkan
pemeliharaan/ perawatan yang dilakukannya.

Empati : 1. kemampuan seseorang untuk mengerti perasaan, pikiran,


dan keinginan orang lain, tanpa mempengaruhi obyektivitas
dalam menilai orang tersebut; 2. kemampuan menempatkan
diri ke dalam diri orang lain untuk memahami pandangan dan
perasaan orang tersebut, sesuai dengan latar belakang
pendidikan, sosial, budaya, agama, ekonomi, etnik, dan lain-
lain.

Etik/etika : 1. kumpulan asas/nilai/moralitas universal yang berkenaan


dengan akhlak atau yang serba-baik; 2. norma kebaikan yang
berasal dari pembenaran nilai-nilai yang dianut suatu golongan
atau masyarakat.

Etik/etika kedokteran : etika khususnya kewajiban moral yang mendasari profesi dan
praktik kedokteran, serta melandasi segenap keputusan medik
menjadi keputusan yang benar dan serba baik.

Etik/etika profesi : etika terapan dan kesejawatan yang berlaku untuk masing-
masing profesi yang mengandung keutamaan dan keluhuran
profesi.

Humaniora : ilmu pengetahuan yang bertujuan untuk membantu manusia


untuk bersifat lebih manusiawi dan lebih berbudaya, misalnya
teologi, filsafat, ilmu hukum, ilmu sejarah, filologi, ilmu bahasa,
kesusasteraan, ilmu kesenian, dan ilmu praktik kedokteran.

Human rights : hak-hak alamiah manusiawi yang tidak dapat dicabut dan
merupakan karunia Tuhan, karena semata-mata dimiliki
manusia meliputi antara lain kebebasan berbicara dan
berpendapat, beragama dan berkeyakinan, berserikat dan
berkumpul, serta hak untuk mendapat perlindungan yang sama
di depan hukum.
Ilmiah : 1. bersifat ilmu;
2. secara ilmu pengetahuan;
3. memenuhi syarat-syarat (hukum) ilmu pengetahuan.

Ilmu pengetahuan : gabungan berbagai pengetahuan yang (science) disusun secara


logis dan sistematis yang diperoleh dengan langkah-langkah
ilmiah (observasi, identifikasi masalah, penyusunan hipotesis,
eksperimen, penyusunan teori).

Integritas : 1. keterpaduan; 2. kebulatan; 3. keutuhan; 4. jujur dan dapat


dipercaya.

Jujur : 1. lurus hati; 2. tidak curang; 3. tulus; 4. ikhlas.

Kejujuran : ketulusan (hati); kelurusan (hati).

Kepribadian (personality) : 1. sifat dan tingkahlaku seseorang yang membeda-kannya dari


orang lain; 2. integrasi karakteristik struktur, pola tingkah-laku,
minat, pendirian, kemampuan, dan potensi yang dimiliki
seseorang; 3. segala sesuatu mengenai diri seseorang
sebagaimana diketahui orang lain; 4. ciri dan cara berperilaku
individu yang menerangkan penyesuaian orang tersebut
terhadap lingkungannya.

Komunikasi efektif : komunikasi yang didasarkan atas niat untuk mau mengerti
lawan bicara (empati), yaitu dengan menjadi pendengar yang
baik, baik dari segi verbal maupun bahasa tubuh, serta
kemampuan melakukan empati. Komunikasi efektif dilakukan
melalui tahapan, yaitu mendengarkan, memahami,
menyetujui/menerima, melakukan tindakan/ menanggapi
respon), serta meminta umpan balik

Komitmen : janji atau tekad untuk melakukan sesuatu.

Konsisten : 1. tetap (tidak berubah-ubah); 2. taat asas; 3. ajeg

Kreatif : 1. memiliki daya cipta; 2. memiliki kemampuan untuk


menciptakan.

Manager : 1. seseorang yang dapat bekerja secara harmonis dengan


individu dan organisasi di dalam dan di luar sistem
pemeliharaan kesehatan untuk mencapai kebutuhan pasien
dan komunitas, dengan menggunakan secara tepat data
kesehatan yang ada; 2. orang yang mengatur pekerjaan atau
melakukan kerjasama yang baik dengan menggunakan orang
lain untuk mencapai sasaran; 3. orang yang berwenang dan
bertanggung jawab membuat rencana serta mengatur,
memimpin dan mengendalikan pelaksanaannya untuk
mencapai sasaran tertentu.

Manusia penalar : manusia yang berpikir logis.

Masalah ilmiah : 1. pertanyaan yang ingin dijawab dalam penelitian yang akan
dilakukan, 2. kesenjangan yang teridentifikasi.

Moral : 1. ajaran tentang baik buruk yang diterima umum, mengenai


perbuatan, sikap, kewajiban; 2. akhlak; 3. budi pekerti; 4.
susila; 5. kondisi mental yang membuat orang tetap berani,
bersemangat, bergairah, berdisiplin, dsb; 6. isi hati atau
keadaan perasaan sebagaimana terungkap dalam perbuatan;
7. ajaran kesusilaan yang dapat ditarik dari suatu cerita.

Motivasi : 1. dorongan yang timbul pada diri seseorang, sadar atau tidak
sadar, untuk melakukan suatu tindakan dengan tujuan
tertentu; 2. usaha yang dapat menyebabkan seseorang atau
sekelompok orang tertentu tergerak melakukan sesuatu
karena ingin mencapai tujuan yang dikehendakinya atau
mendapat kepuasan dari perbuatannya.

Nilai (value) : ukuran kuantitatif dalam standar atau kesatuan tertentu.

Observasi : 1. pengamatan atau peninjauan secara cermat; 2. pengujian


fenomena secara berhati-hati dan dilihat dari sudut pandang
pengetahuan.

Perilaku luhur : 1. perilaku yang menjunjung tinggi moral, adat istiadat, sopan
santun, tingkah laku, nilai-nilai baik (terpuji) manusia; 2. budi
pekerti yang paling hakiki, yaitu perilaku yang meliputi sikap
dan perilaku dalam hubungan dengan Tuhan, diri sendiri,
keluarga, masyarakat, bangsa, dan alam sekitar.

Performance : kinerja tingkat pencapaian tertentu.

Plagiat : 1. pengambilan karangan atau pendapat orang lain dan


menjadikannya sebagai karangan atau pendapat sendiri; 2.
jiplakan.

Plagiarisme : aliran penjiplakan.

Profesional : memerlukan kepandaian khusus untuk melakukannya;


mengharuskan pembayaran untuk melakukannya.

Realistik : sesuai dengan kenyataan bersifat nyata atau wajar.


Riwayat alamiah
penyakit : adalah gambaran penyebaran penyakit mulai sebelum sakit
(fase pre-patogenesis) sampai berakhirnya proses perjalanan
penyakit (fase patogenesis)

Role model : mengambil seseorang sebagai model/contoh/suri teladan yang


dapat menjadi panutan, misalnya: guru seringkali menjadi
model yang berpengaruh terhadap muridnya sehingga murid
cenderung mengikuti tingkah lakunya.

Role playing : murid berperan sebagai orang lain sehingga dapat mengalami
perasaan orang tersebut, misalnya bagaimana rasanya menjadi
ibu seorang anak yang kekurangan gizi.

Self assessment : melakukan penilaian hasil yang telah dicapai oleh diri sendiri.

Self experiment : pengalaman langsung yang dialami/diberikan kepada murid


sehingga dapat membentuk sikap (attitude)nya.

Simpati : kecenderungan untuk merasakan perasaan, pikiran, dan


keinginan orang lain, namun karena melibatkan perasaan,
seringkali penilaiannya menjadi subyektif.

Sivitas akademika : masyarakat ilmiah atau kelompok akademik/ perguruan tinggi,


yaitu dosen dan mahasiswa.

Suportif : 1. mendukung; 2. mendorong.

Terbuka : 1. sikap perilaku yang menyebabkan keleluasaan dalam


menerima apa saja dari luar; 2. membuka diri terhadap umpan
balik dan mampu menerima informasi apa saja secara obyektif.

Tanggungjawab : 1. keadaan wajib menanggung segala sesuatunya, bila terjadi


sesuatu boleh dituntut, diperma-salahkan, diperkarakan, dsb;
2. Bertanggung-jawab: berani memikul risiko, dinyatakan
dalam perilaku yang konsekuen, konsisten, dan tuntas.

Anda mungkin juga menyukai