Anda di halaman 1dari 13

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Mikroorganisme yang ada di alam ini mempunyai morfologi, struktur dan
sifat-sifat yang khas, begitu pula dengan bakteri. Bakteri yang hidup hampir tidak
berwarna dan kontras dengan air, dimana sel-sel bakteri tersebut disuspensikan.
Salah satu cara untuk mengamati bentuk sel bakteri sehingga mudah untuk
diidentifikasi ialah dengan metode pengecatan atau pewarnaan. Hal tersebut juga
berfungsi untuk mengetahui sifat fisiologisnya yaitu mengetahui reaksi dinding
sel bakteri melalui serangkaian pengecatan (Jimmo, 2008).
Protozoa merupakan filum mikrorganisme terkecil yang ada di muka bumi,
ukurannya benar – benar kecil sehingga tidak dapat dilihat dengan kasat mata
melainkan harus menggunakan bantuan alat yaitu mikroskop (Campbell, 2012).
Bentuk tubuh protozoa berbeda-beda pada fase yang berbeda dalam siklus
hidupnya. Protozoa memiliki alat gerak yaitu ada yang berupa kaki semu, bulu
getar (cilia) atau bulu cambuk (flagel). Beberapa protozoa memiliki fase vegetatif
yang bersifat aktif yang disebut tropozoit dan fase dorman dalam bentuk sista.
Tropozoit akan aktif mencari makan dan bereproduksi selama kondisi
memungkinkan. Jika kondisi tidak memungkinkan kehidupan tropozoit maka
protozoa akan membentuk sista. Sista merupakan bentuk sel protozoa yang
terdehidrasi dan berdinding tebal mirip dengan endospora yang terjadi pada
bakteri. Pada saat sista protozoa mampu bertahan hidup dalam lingkungan kering
atau basah. Pada umumnya berkembang biak dengan membelah diri.

1.2 Tujuan
Adapun tujuan dari praktikum pengenalan mikroba (protozoa) yaitu sebagai
berikut :
1. Mengidentifikasi/mengetahui bentuk protozoa secara mikroskopis.
2. Mengetahui jenis pengelompokan dan contoh dari protozoa.

1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Mikroba
Mikroba merupakan organisme yang berukuran kecil (mikro), dapat
melakukan aktifitas untuk hidup, dapat tergolong dalam prokaryot seperti bakteri
dan virus, dan eukariot seperti alga, protozoa. Mikroba sangat berperan dalam
kehidupan (Nester, 2009).
Peranan utama mikroba adalah sebagai (pengurai) bahan – bahan organik.
Selain merugikan, mikroba juga mempunyai banyak keuntungan bagi manusia.
Mikroba tidak perlu tempat yang besar, mudah ditumbuhkan dalam media buatan,
dan tingkat pembiakannya relatif cepat. Oleh karena itu, setiap mikroba memiliki
peran dalam kehidupan (Darkuni, 2001).
Berdasarkan struktur sel, mikroba dibagi menjadi dua golongan yaitu
prokariotik dan eukariotik. Hanya bakteri dan arkhae (alga hijau biru) yang
memiliki sel prokariotik. Sedangkan protista, tumbuhan, jamur dan hewan
semuanya mempunyai sel eukariotik (Prescott, 2008).

Gambar 1. Perbedaan Antara Sel Prokariotik dan Sel Eukariotik


Mikroba tumbuh sangat cepat ketika didukung dengan gizi dan kondisi
lingkungan yang baik. Mikroba membentuk koloni yang khas. Morfologi koloni
dapat ditinjau dari berbagai aspek, yaitu bentuk, tepi atau pinggir koloni,
ketinggian, permukaan, warna koloni (Hadioetomo, 1993)

2
Gambar 2. Morfologi Koloni Mikroba
Morfologi sel mikroba adalah karakteristik mikroba yang dilihat melalui
pengamatan mikroskop. Morfologi mikroskopik mikroba dapat ditinjau dari
bentuk sel, sifat terhadap pewarnaan (gram positif/negatif), dan spora. Tiap jenis
mikroba memiliki morfologi sel yang berbeda. Jamur, khamir dan kapang
memiliki karakteristik yang tidak sama (Waluyo, 2004).

2.2 Protozoa
Nama Protozoa berasal dari bahasa latin, terdiri atas dua suku kata, yaitu
“protos” yang berarti pertama dan “zoo” yang berarti hewan. Jadi protozoa adalah
hewan pertama bersel tunggal yang hidup sendiri – sendiri atau berkelompok
membentuk koloni (Irianto, 2009).
Protozoa (bahasa Yunani: protos = pertama; zoa = hidup) adalah hewan
mikroskopik yang terdapat di semua lingkungan di mana kehidupan dapat terjadi.
Mereka tersebar luas di seluruh dunia. Banyak dari mereka mampu membentuk
sista (cyst), atau semacam cangkang yang menutupi sekujur badannya sehingga
mereka dapat hidup dalam kondisi yang kering sama sekali, yang tidak
memungkinkan makhluk lain hidup. Sifat khas utama ialah bahwa mereka terdiri
dari satu sel. Protozoa dapat dikelompokkan menurut habitatnya menjadi dua,
yakni mereka yang hidup di dalam air atau di tempat-tempat lembab dan dikenal
sebagai protozoa yang hidup bebas, dan mereka yang hidup di dalam atau pada

3
hewan atau tumbuh-tumbuhan lain disebut protozoa parasitik (Rohmimohtarto,
2007).
Protozoa hampir semuanya Protista bersel satu, mampu bergerak, dan makan
dengan cara fagositosis, walaupun ada beberapa pengecualian. Protozoa biasanya
berukuran 0,01 – 0,5 mm, tetapi dapat tumbuh sampai dengan 1 mm, sehingga
tidak bisa dilihat dengan mata telanjang melainkan harus menggunakan
mikroskop untuk melihatnya (Campbell, 2012).
Ciri-ciri Protozoa sebagai hewan adalah gerakannya yang aktif dengan silia
atau flagel, memiliki membran sel dari zat lipoprotein, dan bentuk tubuhnya ada
yang bisa berubah-ubah. Adapun yang bercirikan sebagai tumbuhan adalah ada
jenis Protozoa yang hidup autotrof. Ada yang bisa berubah-ubah. Adapun yang
mencirikan sebagai sebagai tumbuhan adalah ada jenis Protozoa yang hidup
autotrof. Perkembangbiakan bakteri dan amuba yang biasa dilakukan adalah
dengan membelah diri. Dalam kondisi yang sesuai mereka mengadakan
pembelahan setiap 15 menit. Peristiwa ini dimulai dengan pembelahan inti sel
atau bahan inti menjadi dua. Kemudian diikuti dengan pembelahan sitoplasmanya,
menjadi dua yang masing-masing menyelubungi inti selnya. Selanjutnya bagian
tengah sitoplasma menggenting diikuti dengan pemisahan sitoplasma. Akhirnya
setelah sitoplasma telah benar-benar terpisah, maka terbentuknya dua sel baru
yang masing-masing mempunyai inti baru dan sitoplasma yang baru pula. Pada
amuba bila keadaan kurang baik, misalnya udara terlalu dingin atau panas atau
kurang makan, maka amuba akan membentuk kista. Di dalam kista amuba dapat
membelah menjadi amuba-amuba baru yang lebih kecil. Bila keadaan lingkungan
telah baik kembali, maka dinding kista akan pecah dan amuba-amuba baru tadi
dapat keluar. Selanjutnya amuba ini akan tumbuh setelah sampai pada ukuran
tertentu dia akan membelah diri seperti semula (George, 2006).
Pada pencernaan protozoa melakukannya dengan pencernaan intraseluler
dengan cara pengambilan makanan yang dibagi kedalam 4 macam cara yaitu,
halozoik (memakan organism lain yang masih hidup dan berupa cairan), saprofit
(mendapatkan makanan dari bahan organik yang sudah mati), saprozoik
(memakan organism yang telah mati), holopitik atau autotrof (membuat
makanannya sendiri) (Brotowidjoyo, 1989).

4
Protozoa terdapat di seluruh lingkungan berair dan tanah, menduduki
berbagai tingkat tropis. Tubuh Protozoa amat sederhana, yaitu terdiri dari satu sel
tunggal (unisel). Namun, Protozoa merupakan sistem yang serba bisa. Semua
tugas tubuh dapat dilakukan oleh satu sel saja tanpa mengalami tumpang tindih.
Ukuran berkisar 10-50 mikron, tetapi dapat tumbuh sampai 1 mm. Bentuk tubuh
macam-macam ada yang seperti bola, bulat memanjang, atau seperti sandal
bahkan ada yang bentuknya tidak menentu. Juga ada memiliki flagel atau bersilia.
Protozoa bergerak di sekitar dengan cambuk seperti ekor disebut flagela. Mereka
sebelumnya jatuh di bawah keluarga Protista. Lebih dari 30.000 jenis telah
ditemukan (Hala, 2007).
Pada reproduksi aseksual terjadi karena induk tunggal membelah diri,
bertunas atau memecah diri untuk menghasilkan dua keturunan atau lebih yang
mempunyai sifat yang menurun yang identik dengan induknya. Mungkin bentuk
yang paling sederhana dari reproduksi aseksual adalah membelahnya tubuh induk
menjadi dua atau lebih bagian yang sama, yang masing – masing berkembang
menjadi satu organisme baru yang utuh. Bentuk reproduksi ini yang disebut
pembelahan, terjadi terutama pada protista (Walker, 1984).

2.3 Fillum Protozoa


Protozoa adalah organisme - organisme heterotrofik yang ditemukan disemua
habitat utama. Sebagian diantaranya hidup bebas sedangkan yang lainnya hidup
sebagai parasit didalam tubuh hewan. Sebagian Protozoa juga menjalani gaya
hidup simbiotik berupa komensalisme dan mutualisme. Protozoa parasitik
menyebabkan beberapa penyakit menusia yang paling tersebar luas dan
membahayakan. Pada umumnya reproduksi Protozoa adalah aseksual, tetapi
terjadi juga pola – pola seksual yang kompleks. Menurut Fried dan Hademenos
(1999), Protozoa sebagai sebuah divisi telah dibagi – bagi menjadi enam filum
utama yaitu sebagai berikut :
a) Mastigophora, Mastigophora (zooflagelata) barangkali merupakan paling
primitif. Ciri khasnya adalah keberadaan satu atau lebih flagela yang
merupakan organel motilitas utamanya. Flagela – flagela itu, yang tidak
seperti flagela yang berputar milik bakteri, memiliki karakteristik substruktur

5
mikrotubular 9+2 yang ditemukan pada silia dan flagela hewan – hewan
multiseluler. Mastigophora biasanya tidak memiliki dinding sel, sehingga
memungkinkan pergerakan seperti gelombang pada tubuh sel beberapa
spesies. Sebagia ahli biologi berpikir kalu mastigophora adalah turunan dari
bentuk – bentuk nenek moyang yang memunculkan hewan – hewan
multiseluler.
b) Sarcodina, Filum ini terdiri atas amoeba dan kerabat – kerabatnya yang
bercangkang. Tidak ada dinding sel diluar membran sel, tetapi beberapa
kelompok memiliki cangkang yang memberikan perlindungan yang cukup
besar terhadap zat-zat abrasif dilingkungan sekitarnya.
c) Foraminifera, adalah protozoa yang paling banyak jumlahnya, dengan hampir
40.000 spesies baik yang masih ada maupun yang sudah punah. Foriminifera
adalah dengan cangkang serupa siput yang bergerak kesana kemari dengan
pergerakan amoeboid. Cangkangnya seringkali memiliki arsitekstur yang
indah dan berwarna – warni menarik.
d) Sporozoa, Seluruh sporozoa bersifat parasit dan nyaris tak memiliki alat
lokomasi. Sporozoa seringkali mengalami siklus hidup yang kompleks
sembari berpindah dari satu inang ke inang yang lainnya. Seringkali struktur
– struktur terspesialisasi yang memungkinkan bentuk – bentuk yang hidup
bebas untuk bergerak, menangkap mangsa, dan mengeksplorasi habitat baru
ternyata sangat tereduksi atau bahkan tidak ada pada sporozoa. Struktur –
struktur lokomotor mungkin hilang selama evolusi sporozoa, tetapi struktur –
struktur reproduksi menjadi lebih menonjol. Biasanya dihasilkan banyak
sekali gamet, spora atau sel-sel reproduktif lainnya terutama pada parasit –
parasit metazoa. Pada sebagian parasit berkembang alar penambat khusus
yang mencegah inang ‘menyingkirkan’ si parasit. Mekanisme – mekanisme
untuk mencegah penghacuran parasit enterik (intestinal) oleh getah – getah
pencernaan inang antara lain adalah pemintalan selubung resisten berlendir
oleh si parasit atau pembentukan spora yang resisten. Malaria yang
disebabkan oleh parasit sporozoa Plasmodium, barangkali merupakan
penyakit menular yang paling tersebar luas. Malaria dapat pada akhirnya
membunuh atau menghancurkan seluruh populasi manusia, terutama

6
didaerah-daerah tropis. Meskipun plasmodium adalah agen infeksi penyakit
itu yang sebenarnya, nyamuk adalah vektor yang menyebarkan protozoa dari
satu inang ke inang lainnya.
e) Ciliata, Ciliata dianggap sebagai protozoa yang paling maju evolusinya.
Struktur organel rumit yang memiliki filum ini tak tertandingi oleh protozoa-
protozoa lainnya. Lebih dari 7.000 spesies ciliata ditemukan diperairan tawar
maupun di laut. Kebanyakan ciliata hidup bebas, prototipe dan ciliata yang
paling dikenal adalah genus Paramecium. Seperti yang ditunjukkan oleh
nama filumnya Ciliata tertutup oleh silia-silia pendek yang serupa rambut,
dengan infrastruktur mikrotubular 9+2. Hampir semua Ciliata memiliki
sebuah mikronukleus yang merupakan tempat penyimpanan informasi
genetik yang akan diwariskan dan sebuah makronukleus yang banyak
mengandung salinan materi yang ditemukan dalam mikronukleus.
f) Opalinida, Opalinida adalah filum protozoa yang relatif kecil. Hampir
semuanya merupakan parasit entrik dalam vertebrata – vertebrata non
mamalia. Walaupun beresilia, opalinida jauh lebih sederhana daripada ciliata
yang mirip dengan secara superfisial. Pada hampir semua spesies opalinida
terdapat dua atau lebih nukleus. Akan tetapi tidak ada spesialisasi nukleus-
nukleus tersebut. Semuanya ekuivalen satu sama lain, fakta yang menunjukan
adanya tahap yang lebih primitf dalam evolusi diferensiasi multinukleus.

7
BAB III
METODE PRAKTIKUM

3.1 Waktu dan Tempat


Praktikum pengenalan mikroba (protozoa) ini dilaksanakan pada hari Rabu,
24 April 2019 pukul 09.10 – 11.00 WIB di Laboratorium Bioteknologi, Fakultas
Pertanian, Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.

3.2 Alat dan Bahan


Alat yang digunakan pada praktikum pengenalan mikroba (protozoa) antara
lain cover glass, pipet tetes, dan mikroskop. Adapun bahan yang digunakan pada
praktikum pengenalan mikroba (protozoa) antara lain rendaman jerami dan botol.

3.3 Cara Kerja


Adapun cara kerja dari praktikum pengenalan mikroba (protozoa) yaitu
sebagai berikut :
1. Digunting jerami kering dengan panjang 3 – 5 cm.
2. Dimasukkan ke dalam jar yang telah berisi akuadest steril.
3. Ditutup jar dan isolasi selama 1 minggu.
4. Setelah 1 minggu, Diambil sampel air jerami dan diletakkan pada object glass
dan ditutup dengan cover glass.
5. Diamati dengan menggunakan mikroskop binokular dan mikroskop stereo.
6. Digambar dan diwarnai berbagai jenis protozoa yang terlihat pada sampel.

8
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil
Tabel 1. Hasil Pengamatan Protozoa
No Gambar Keterangan
 Perbesaran : 6 x 10
 Kingdom : Protista
 Fillum : Ciliophora
 Kelas : Oligohymenophorea
 Ordo : Peniculida
1  Family : Parameciidae
 Genus : Paramecium
 Spesies : Paramecium
caudatum
 Habitat : Air tawar di kolam,
(Paramecium caudatum) sungai, danau, sawah.
 Perbesaran : 6 x 10
 Kingdom : Amoebozoa
 Fillum : Sarcodina
 Kelas : Tubulinea
 Ordo : Tubulinida
2
 Family : Amoebidae
 Genus : Amoeba
 Spesies : Amoeba proteus
 Habitat : Air tawar di kolam,
(Amoeba proteus) sungai, danau, sawah.

4.2 Pembahasan
Pada praktikum kali ini yang berjudul pengenalan mikroba (protozoa)
dilakukan pengamatan pada protozoa yang berada dalam rendaman jerami yang
telah di siapkan oleh praktikan. Praktikum ini bertujuan untuk

9
mengidentifikasi/mengetahui bentuk protozoa secara mikroskopis dan mengetahui
jenis pengelompokan dan contoh dari protozoa. Adapun beberapa alat dan bahan
yang digunakan pada saat praktikum yaitu cover glass, pipet tetes, mikroskop,
rendaman jerami dan botol.
Mikroorganisme atau mikroba yaitu organisme hidup yang sangat kecil, yang
tidak dapat dilihat tanpa menggunakan mikroskop. Menurut penyataan Nester
(2009), mikroba merupakan organisme yang berukuran kecil (mikro), dapat
melakukan aktifitas untuk hidup, dapat tergolong dalam prokaryot seperti bakteri
dan virus, dan eukariot seperti alga, protozoa. Adapun peranan mikroba menurut
seorang ahli Darkuni (2001), yaitu sebagai pengurai bahan – bahan organik.
Selain merugikan, mikroba juga mempunyai banyak keuntungan bagi manusia.
Mikroba tidak perlu tempat yang besar, mudah ditumbuhkan dalam media buatan,
dan tingkat pembiakannya relatif cepat. Oleh karena itu, setiap mikroba memiliki
peran dalam kehidupan. Mikroba dibagi menjadi dua golongan yaitu prokariotik
dan eukariotik. Yang termasuk prokariotik antara lain bakteri dan arkhae (alga
hijau biru) sedangkan yang termasuk eukariotik antara lain protista, tumbuhan,
jamur dan hewan.
Protozoa berasal dari bahasa latin, terdiri atas dua suku kata, yaitu “protos”
yang berarti pertama dan “zoo” yang berarti hewan. Protozoa adalah hewan
pertama bersel tunggal yang hidup sendiri – sendiri atau berkelompok membentuk
koloni. Protozoa dapat dikelompokkan menurut habitatnya menjadi dua, yakni
mereka yang hidup di dalam air atau di tempat-tempat lembab dan dikenal sebagai
protozoa yang hidup bebas, dan mereka yang hidup di dalam atau pada hewan
atau tumbuh-tumbuhan lain disebut protozoa parasitik.
Protozoa hampir semuanya Protista bersel satu, mampu bergerak, dan makan
dengan cara fagositosis. Protozoa biasanya berukuran 0,01 – 0,5 mm, tetapi dapat
tumbuh sampai dengan 1 mm, sehingga tidak bisa dilihat dengan mata telanjang
melainkan harus menggunakan mikroskop untuk melihatnya.
Protozoa sebagai divisi mempunyai enam fillum yang diantaranya
Mastigophora, Sarcodina, Foraminifera, Sporozoa, Ciliata, dan Opalinida. Ciri –
ciri yang terdapat dalam fillum protozoa yaitu tubuh hewan tersusun atas satu sel
sehingga bersifat mikroskopis, umumnya hidup secara individual tetapi ada yang

10
hidup secara berkoloni, umumnya berkembang biak dengan membelah diri tetapi
ada juga yang mengadakan konyugasi dan ada pula yang membentuk spora,
Makanannya berupa bakteri, hewan bersel satu atau sisa-sisa organisme, Cara
bergeraknya ada yang menggunakan flagela, cilia atau pseudopodia, bahkan ada
yang tidak memiliki alat gerak. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan George
(2006).
Menurut Brotowidjoyo (1989), cara pengambilan makanan dalam protozoa
dibagi kedalam 4 macam cara yaitu, halozoik yaitu memakan organisme lain yang
masih hidup dan berupa cairan, saprofit yaitu mendapatkan makanan dari bahan
organik yang sudah mati, saprozoik yaitu memakan organism yang telah mati,
holopitik atau autotrof yaitu membuat makanannya sendiri.
Pada praktikum pertama praktikan mengamati rendaman jerami yang telah
dipotong dan didiamkan selama 1 minggu di botol dengan meneteskan air
rendaman ke object glass dan tutup dengan cover glass. Lalu preparat di amati
menggunakan mikroskop dengan perbesaran 6 x 10. Berdasarkan pengamatan
yang telah muncul di identifikasikan bahwa ada protozoa yaitu Paramecium
caudatum, protozoa ini merupakan kingdom Protista, fillum Ciliophora, kelas
Oligohymenophorea, ordo Peniculida, famili Parameciidae, dan genus
Paramecium. Habitatnya sering muncul di perairan tawar seperti danau, sungai,
sawah, dan di kolam. Paramecium telah memiliki selubung inti (Eukariot).
Protista ini memiliki dua inti dalam satu sel, yaitu inti kecil (Mikronukleus) yang
berfungsi untuk mengendalikan kegiatan reproduksi, dan inti besar
(Makronukleus) yang berfungsi untuk mengawasi kegiatan metabolisme,
pertumbuhan, dan regenerasi. Paramecium bereproduksi secara aseksual
(membelah diri dengan cara transversal), dan seksual (dengan konjugasi).
Paramecium bergerak dengan menggetarkan silianya. Hal ini akan terlihat jika
menggunakan mikroskop. Mereka menangkap makanan dengan cara
menggetarkan silianya, maka terjadi aliran air keluar dan masuk mulut sel. Saat
itulah bersamaan dengan air masuk bakteri bahan organik atau hewan uniseluler
lainnya. memiliki vakuola makanan yang berfungsi untuk mencerna dan
mengedarkan makanan, serta vakuola berdenyut yang berguna untuk
mengeluarkan sisa makanan.

11
Selain protozoa spesies Paramecium caudatum, praktikan juga menemukan
protozoa jenis lain dalam satu pengamatan menggunakan mikroskop dengan
perbesaran 6 x 10. Protozoa ini adalah Amoeba proteus, merupakan kingdom
Amoebozoa, fillum Sarcodina, kelas Tubulinea, ordo Tubulinida, famili
Amoebidae, dan genus Amoeba. Amoeba proteus, sebelumnya Chaos diffluens,
adalah amoeba yang berhubungan dekat dengan amoeba raksasa. Amoeba proteus
memiliki cairan yang lebih pekat dibanding lingkungannya, namun demikian
organisme ini tidak mengalami lisis. Hal ini disebabkan karena organisme tersebut
memiliki organel yang berfungsi sebagai osmoregulator. Amoeba menelan
makanan dengan cara fagositosis, yang berarti mengelilingi bakteri atau protista
kecil lainnya, dan mengeluarkan enzim pencernaan ke dalam vakuola. Pencernaan
partikel makanan terjadi dalam vakuola dengan bantuan tindakan enzimatik.
Sebuah amoeba dapat memiliki lebih dari dua inti dalam sel. Amoeba sangat
sensitif terhadap rangsangan, yang jelas dari penyusutan atau perluasan sel,
tergantung pada kondisi sekitarnya. Salah satu ciri khas yang membedakan
amoeba laut dari yang dari spesies air tawar adalah kurangnya vakuola kontraktil
dan enzim mereka.

12
BAB V
PENUTUP

5.1 Simpulan
Adapun kesimpulan yang dapat diambil dari praktikum “Pengenalan Mikroba
(Protozoa)” yaitu mikroba merupakan organisme yang berukuran kecil (mikro),
dapat melakukan aktifitas untuk hidup.

5.2 Saran
Adapun saran yang ingin disampaikan yaitu dimohon untuk praktikan agar
tidak bermain – main di laboratorium agar tidak mengganggu jalannya praktikum
dan dimohon untuk memperhatikan apa yang dijelaskan oleh asisten laboratorium.

13

Anda mungkin juga menyukai