Makalah
Oleh kelompok 2 :
JURUSAN KEPERAWATAN
D3 KEPERAWATAN MALANG
Agustus 2019
BAB I
PENDAHULUAN
Bab ini menyajikan (1) Latar belakang, (2) Rumusan masalah, (3) Tujuan , dan (4)
Manfaat . Berikut ini penjelasan masing-masing subbahasan tersebut.
Dengue Hemorrhagic Fever (DHF) merupakan penyebab utama kematian pada anak-anak
di Asia, dan Dengue Shock Syndrome (DSS) yang parah menyebabkan kematian yang cukup
signifikan pada anak-anak (Ngo Thi Nhan et al., 2001). Sampai saat ini DHF merupakan suatu
permasalahan kesehatan pada masyarakat yang sangat signifikan di kebanyakan negara tropis
Asia Tenggara dan wilayah Pasifik Barat. Penyakit ini termasuk dalam sepuluh penyebab
perawatan di rumah sakit dan penyebab kematian pada anak-anak, yang tersebar sedikitnya di
delapan negaranegara tropis Asia (DepKes RI, 1990; Gubler, 1998).
Angka morbiditas dan mortalitas DHF dari tahun ke tahun terus menunjukkan
peningkatan dan terjadi di semua propinsi di Indonesia (Setiati et al., 2006). Pada tahun 2004
terjadi kenaikan kejadian DHF yang cukup signifikan dan terjadi pada 30 propinsi dari 32
propinsi di Indonesia (Ahmad, 2004). Faktor yang mempengaruhi penyebaran DBD adalah
pertumbuhan penduduk, urbanisasi yang tidak terkendali, tidak adanya kontrol vektor nyamuk,
dan peningkatan sarana transportasi (DepKes RI, 1990). Diagnosis penyakit ini meliputi demam
akut 2-7 hari, manifestasi perdarahan trombositopenia, dan kebocoran plasma. Tatalaksana terapi
pasien DHF meliputi penggantian volume plasma, pemberian antipiretik, pemberian analgetik
(WHO, 1999a ; WHO, 1999b). Kriteria pasien dapat dipulangkan adalah tampak perbaikan
secara klinis, tidak demam selama 24 jam (tanpa antipiretik), hematokrit stabil, jumlah trombosit
cenderung naik > 50.000/mm3, tiga hari setelah syok teratasi dan nafsu makan membaik (WHO,
1999a ; WHO, 1999b). Di berbagai negara Dengue Fever (DF) dan Dengue Hemorrhagic Fever
(DHF) merupakan salah satu penyakit primer yang terjadi terutama pada anak-anak dan
mempunyai peluang yang besar akan terjadinya Drug Related Problems (DRP), hal ini lebih
disebabkan karena anak-anak merupakan segmen terbesar dari individu rentan dalam populasi
yang beresiko.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa pengertian DHF?
2. Apa penyebab terjadinya penyakit DHF?
3. Bagaimana Patofisiologi terjadinya penyakit DHF?
4. Bagaimana cara mencegah terjadi DHF?
1.3 Tujuan
1. Untuk megetahui pengertian DHF
2. Untuk mengetahui penyebab terjadinya penyakit DHF
3. Untuk mengetahui Patofiologi terjadinya penyakit DHF
4. Untuk mengetahui cara mencegah terjadi DHF
1.4 Manfaat
Manfaat dibuatnya makalah ini Sebagi masukan literatur dan pengembangan bagi
mahasiswa Poltekkes Kemenkes Malang. Menambah pengetahuan dan wawasan tentang
penyakit DHF.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Bab ini menyajikan (1) Pengertian DHF, (2) Penyebab DHF, (3) Patofisologi DHF, dan
(4) Pencegahan DHF. Berikut ini penjalasaan masing-masing subbhasan tersebut.
Demam dengue/DF dan DBD atau DHF adalah penyakit infeksi oleh virus dengue
dengan manifestasi klinis demam, nyeri otot dan nyeri sendi yang disertai lekopenia, ruam,
limfadenopati, trombositopenia dan diathesishemoragik.Penyakit DBD mempunyai perjalanan
penyakit yang sangat cepat dan sering menjadi fatal karena banyak pasien yang meninggal akibat
penanganan yang terlambat. Demam berdarah dengue (DBD) disebut juga dengue hemoragic
fever (DHF), dengue fever(DF), demam dengue, dan dengue shock sindrom (DDS). Penyakit
DHF adalah penyakit yang disebabkan oleh virus Dengue yang merupakan Arbovirus (arthro
podborn virus ) dan ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes ( Aedes Albopictus dan Aedes
Aegepty ) nyamuk aedes aegepty Relwan 2012.
2.3 Patofisiologi
Virus dengue yang telah masuk ketubuh penderita akan menimbulkan viremia. Hal ini
akan merangsang pengeluaran bradikinin,sitosinin dan histamin yang menyebabkan peningkatan
sushu tubuh penderita serta mengakibatkan penderita menalami demam,sakit kepala, mual, nyeri
otot pegal pegal di seluruh tubuh, ruam atau bintik bintik merah pada kulit, hiperemia
tenggorokan dan hal lain yang mungkin terjadi pembesaran kelenjar getah bening, pembesaran
hati (hepatomegali). Viremia menyebabkan pelebaran pada dinding pembuluh darah yang
menyebabkan perpindahan cairan dan plasma dari intravascular ke intersisiel yang menyebabkan
hipovolemia. Virus Dengue juga menimbulkan trombositopenia akibat dari, penurunan produksi
trombosit sebagai reaksi dari antibodi melawan virus (Widyorini,dkk 2016).
Pada pasien dengan trombositopenia terdapat adanya perdarahan baik kulit seperti petekia
atau perdarahan mukosa di mulut. Hal ini mengakibatkan adanya kehilangan kemampuan tubuh
untuk melakukan mekanisme hemostatis secara normal dan menimbulkan perdarahan serta syok.
Masa virus dengue inkubasi 3-15 hari, rata-rata 5-8 hari. Kemudian virus bereaksi dengan
antibodi dan terbentuklah kompleks virus antibodi. Dalam sirkulasi dan akan mengativasi sistem
komplemen. Akibat aktivasi C3 dan C5 akan akan di lepas C3a dan C5a dua peptida yang
berdaya untuk melepaskan histamin dan merupakan mediator kuat sebagai faktor meningkatnya
permeabilitas dinding kapiler pembuluh darah yang mengakibtkan terjadinya pembesaran plasma
ke ruang ekstraseluler.
1. Lingkungan Metode lingkungan untuk mengendalikan nyamuk tersebut antara lain dengan
Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN), pengelolaan sampah padat, modifikasi tempat
perkembangbiakan nyamuk hasil samping kegiatan manusia, dan perbaikan desain rumah.
Sebagai contoh:
a. Menguras bak mandi/penampungan air-sekurang-kurangnya sekali seminggu.
b. Mengganti/menguras vas bunga dan tempat-minum burung seminggu sekali.
c. Menutup dengan rapat tempat penampungan air.
d. Mengubur kaleng-kaleng bekas, aki bekas dan ban bekas di sekitar rumah dan lain
sebagainya.
2. Pengendalian biologis antara lain dengan menggunakan ikan pemakan jentik (ikan adu/ikan
cupang), dan bakteri (Bt.H-14)
TINJAUAN KASUS
3.1 Kasus
Ny. E (36th) ditemui di rumahnya dalam keadaan baik dan sehat tetapi pasien
mengatakan masih dalam keadaan lemas dan nafsu makan pasien belum kembali seperti
semula. Pasien tidak bekerja, Pasien hanya membantu kegiatan yang ada di lingkungan
keluarganya seperti mencuci, mengurus keponakan dan membersihkan lingkungan
rumahnya. Pasien merupakan anak kedua dari 3 orang bersaudara. Kakaknya yang
pertama sudah menikah dan mempunyai keluarga. Adik perempuan pasien masih belum
Menikah. Pasien tinggal dengan suami dan dua orang anaknya. Kehidupan keluarga
pasien bergantung pada pekerjaan suaminya yang bekerja sebagai buruh bangunan
bersama kakaknya. Di sekitar lingkungannya juga, dijelaskan oleh pasien ada yang
mengalami keluhan demam tinggi dan dikatakan mengidap penyakit demam berdarah.
Pasien pulang dari RSUP Sanglah pada tanggal 27 Agustus 2015. Pasien dirawat di
Rumah Sakit pada 24 Agustus 2015 dengan keluhan panas badan. Keluhan panas badan
dikatakan oleh pasien pertama kali dirasakan sejak 4 hari sebelum masuk rumah sakit.
Sebelumnya saat 3 hari SMRS pasien sempat berobat di seorang bidan dekat rumahnya.
Pada saat itu pasien diberikan obat penurun panas berupa parasetamol 3 x 500 gram. Obat
tersebut diminum 3 kali dalam sehari, dikatakan setelah meminum obat tersebut panas
badan pasien menurun namun dalam beberapa jam timbul kembali setelah efek obat
tersebut hilang. Keluhan panas badan tersebut dirasakan muncul mendadak tinggi dan
dirasakan terus menerus oleh pasien. Pasien mengatakan keluhan panas badan sempat
hilang setelah pasien minum obat penurun panas sejak 2 hari SMRS namun kemudian
timbul kembali beberapa jam setelah pasien minum obat. Pasien juga mengeluh nyeri
sendi yang dirasakan di seluruh tubuh. Keluhan ini muncul bersamaan dengan panas
badan. Nyeri sendi dirasakan seperti tertusuk-tusuk dan ngilu. Nyeri dirasakan memberat
saat panas badan dirasakan meningkat dan membaik jika panas badan dirasakan menurun.
Pasien juga mengeluh mual yang dirasakan sejak dua hari SMRS. Mual dirasakan
sepanjang hari, tidak berkurang meskipun pasien istirahat, dan menyebabkan nafsu
makan pasien berkurang. Riwayat nyeri kepala, mimisan, gusi berdarah, nyeri perut,
muntah, menstruasi dan berak kehitaman disangkal oleh pasien.
3.2 Pembahasan
a. Demam atau riwayat demam akut, antara 2-7 hari dan biasanya bifasik
b. Ada minimal satu manifestasi perdarahan seperti (Bintik merah/ petekie, perdarahan
gusi, perdarahan hidung, menstruasi pada wanita, muntah darah, BAB berwarna
hitam)
c. Gejala penyerta seperti : Nyeri kepala, nyeri retro orbital, Nyeri sendi atau otot, dan
Ruam kulit
d. Terjadi perdarahan, baik itu mimisan, BAB berwarna hitam, Muntah darah,
menstruasi.Bleeding: Epistaxis, black stool, haematemesis, excessive menstrual
bleeding, darkcoloured
f. Giddiness.
g. Pucat dan dingin pada bagian ekstremitas pasienPale, cold and clammy hands and
feet.
h. Tidak kencing dalam waktu 4-6 jam Less/no urine output for 4–6 hours
Permasalahan kedua, yaitu nutrisi yang lebih pada pasien. Kebutuhan nutrisi yang
lebih yang terkait dengan intake nutrisi yang lebih karena cara pemakanan yang tidak
seimbang dapat ditanggulangi dengan memberikan saran berupa :
1. Mengkonsumsi makanan seimbang dengan porsi karbohidrat, protein, dan lemak yang
sesuai untuk mencapai berat badan ideal
PENUTUP
4. 1 Kesimpulan
Penyakit DHF adalah penyakit yang disebabkan oleh Arbovirus ( arthro podborn
virus ) dan ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes ( Aedes Albopictus dan Aedes
Aegepty ) nyamuk aides aegepty. Dengue haemorhagic fever (DHF) adalah penyakit
yang terdapat pada anak dan orang dewasa dengan gejala utama demam, nyeri otot dan
nyeri sendi yang disertai ruam atau tanpa ruam. DHF sejenis virus yang tergolong arbo
virus dan masuk kedalam tubuh penderita melalui gigitan nyamuk aedes aegypty (betina)
(Resti, 2014). Gejala Utama adalah panas, pendarahan, hepatomegali dan syok.
Pemeriksaan laboratorium meliputi Darah, Urine, Sumsum Tulang, Serologi Demam
Berdarah Dengue DBD dapat dihindari bila Sistem Kewaspadaan Dini (SKD) dan
pengendalian vektor dilakukan dengan baik, terpadu dan berkesinambungan. Pencegahan
terhadap demam berdarah dengue DBD dapatdilakukan dengan mengontrol vektornya
yaitu Aedes aegepty. Manajemen lingkungan, kontrolbiologi, dan kontrol kimia
merupakan cara yang efektif dalam memberantas perkembangbiakan dariAedes aegepty.
Keberhasilanpencegahan DBD membutuhkanpartisipasi masyarakat.
DAFTAR PUSTAKA
Dewi, T. F., Wiyono, J., & Ahmad, Z. S. (2019). HUBUNGAN PENGETAHUAN ORANG
TUA TENTANG PENYAKIT DBD DENGAN PERILAKU PENCEGAHAN DBD DI
KELURAHAN TLOGOMAS KOTA MALANG. Nursing News: Jurnal Ilmiah
Keperawatan, 4(1).
Kurniati, I., Sari, R. D. P., Graharti, R., & Utami, N. (2019). Hubungan Antara Golongan Darah
Sistem ABO dengan Derajat dan Berat Perdarahan pada Penderita Dengue Haemorrhagic Fever
(DHF) Derajat I, II dan III yang Dirawat di Departemen/SMF Ilmu Penyakit Dalam RSUD Dr.
H. Abdul Moeloek Bandar Lampung. Jurnal Kedokteran Universitas Lampung, 3(1), 1-5.
Sucipto, P. T., Raharjo, M., & Nurjazuli, N. (2015). Faktor–faktor yang mempengaruhi kejadian
penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) dan jenis serotipe virus dengue di Kabupaten
Semarang. Jurnal Kesehatan Lingkungan Indonesia, 14(2), 51-56.
https://www.researchgate.net/profile/Nanang_Yasin/publication/242766366_Drug_Related_Prob
lems_DRP_dalam_pengobatan_Dengue_Hemoraggic_Fever_DHF_pada_pasien_pediatri_Drug_
Related_Problem_DRP_of_Dengue_Hemorragic_Fever_DHF_medication_in_pediatric_patient/l
inks/56a05fe908ae4af525479a32.pdf di akses 26 juli 2019
https://simdos.unud.ac.id/uploads/file_penelitian_1_dir/ba3c25eee71e14175424cccf777ecaff.pdf
di akses 26 Juli 2019 pukul 19.49 WIB