Anda di halaman 1dari 22

KONSEP SEKSUALITAS

Pembimbing :

Suriana, S.Kep.Ns., M.Kep

Oleh :

Finda Nur Hamidah (P27820318010)

Wilda Nur Amalia (P27820318011)

Rofiatul Muktamaroh (P27820318012)

Moch Saefudin (P27820318013)

Dhea Nabila Aqilla Haya (P27820318014)

Gita Maftukha Nur Laila (P27820318015)

Arizah Hanani (P27820318016)

Kelas:

Timgkat I-Reguler A

KEMENTRIAN KESEHATAN RI

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SURABAYA

JURUSAN KEPERAWATAN

PRODI DIII KEPERAWATAN KAMPUS SUTOPO

Jl. Parangkusumo No.1 Telp.(031) 3550163 Surabaya 60176

i
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat
dan hidayahnya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “KONSEP
SEKSUALITAS” penyusunan makalah ini untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah
kebutuhan dasar manusia. Kami berharap menambah wawasan dan pengetahuan khususnya
dalam bidang pendidikan seksualitas..

Penulis menyadari banyaknya kekurangan dalam penyusunan makalah ini. Karena itu
penulis sangat mengharapkan kritik dan saran dari pembaca untuk melengkapi segala
kekurangan dari makalah ini. Kami juga mengucapkan terima kasih kepada pihak – pihak
yang telah membantu selama proses penyusunan makalah ini.

Surabaya, 25 November 2018

Penulis

ii
DAFTAR ISI

COVER ................................................................................................................................... i
KATA PENGANTAR ........................................................................................................... ii
DAFTAR ISI .......................................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang ................................................................................................................ 1


1.2 Rumusan Masalah ........................................................................................................... 1
1.3 Tujuan .............................................................................................................................. 2

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Seksualitas .................................................................................................... 3


2.2 Hormon Seksualitas......................................................................................................... 4
2.3 Anatomi dan Fisiologi ..................................................................................................... 5
2.4 Perkembangan Seksualitas ............................................................................................. 12
2.5 Difinisi Seksualitas........................................................................................................... 13
2.6 Cara Mengatasi Hiperseksualitas .................................................................................. 15

BAB III KESIMPULAN DAN SARAN

3.1 Kesimpulan ...................................................................................................................... 17


3.2 Saran ................................................................................................................................. 17

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................ 18

iii
iv
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Seksualitas merupakan bagian integral dari kehidupan manusia. Seksualitas di
defenisikan sebagai kualitas manusia, perasaan paling dalam, akrab, intim dari lubuk hati
paling dalam, dapat pula berupa pengakuan, penerimaan dan ekspresi diri manusia
sebagai mahluk seksual. Karena itu pengertian dari seksualitas merupakan sesuatu yang
lebih luas dari pada hanya sekedar kata seks yang merupakan kegiatan fisik hubungan
seksual. Seksualitas merupakan aspek yang sering di bicarakan dari bagian personalitas
total manusia, dan berkembang terus dari mulai lahir sampai kematian. Banyak elemen-
elemen yang terkait dengan keseimbangan seks dan seksualitas. Elemen-elemen tersebut
termasuk elemen biologis; yang terkait dengan identitas dan peran gender berdasarkan
ciri seks sekundernya dipandang dari aspek biologis. Elemen sosiokultural, yang terkait
dengan pandangan masyarakat akibat pengaruh kultur terhadap peran dan kegiatan
seksualitas yang dilakukan individu. Sedangkan elemen yang terakhir adalah elemen
perkembangan psikososial laki-laki dan perempuan. Hal ini dikemukakan berdasarkan
beberapa pendapat ahli tentang kaitannya antara identitas dan peran gender dari aspek
psikososial. Termasuk tahapan perkembangan psikososial yang harus dilalui oleh oleh
individu berdasarkan gendernya.
Seks adalah perbedaan badani atau biologis perempuan dan laki-laki, yang sering
disebut jenis kelamin yaitu penis untuk laki-laki dan vagina untuk perempuan.
Seksualitas menyangkut berbagai dimensi yang sangat luas, yaitu dimensi biologis,
sosial, perilaku dan kultural. Seksualitas dari dimensi biologis berkaitan dengan organ
reproduksi dan alat kelamin, termasuk bagaimana menjaga kesehatan dan memfungsikan
secara optimal organ reproduksi dan dorongan seksual . Seksualitas dari dimensi
psikologis erat kaitannya dengan bagaimana menjalankan fungsi sebagai mahluk seksual,
identitas peran atau jenis.

1.2 Rumusan Masalah


1.2.1 Apakah pengertian seksualitas ?
1.2.2 Apasajakah hormon seksualitas ?
1.2.3 Bagaimana anatomi fisiologi ?
1.2.4 Bagaimanakah perkembangan seksualitas ?
1.2.5 Apasajakah disfungsi seksualitas ?
1
1.2.6 Bagaimana penanggulangan gangguan seksualitas ?
1.2.7 Apakah aspek unsur seksualitas ?

1.3 Tujuan

1.3.1 Agar mengetahui lebih dalam tentang seksualitas.

2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Seksualitas
Pengertian seksualitas adalah sebuah bentuk perilaku yang didasari oleh faktor
fisiologis tubuh. Istilah seks dan seksualitas adalah suatu hal yang berbeda. Kata seks
sering digunakan dalam dua cara. Paling umum seks digunakan untuk mengacu pada
bagian fisik dari berhubungan, yaitu aktivitas seksual genital. Seks juga digunakan untuk
memberi label jender, baik seseorang itu pria atau wanita (Zawid, 1994; Perry & Potter
2005).
Seksualitas adalah istilah yang lebih luas. Seksualitas diekspresikan melalui interaksi
dan hubungan dengan individu dari jenis kelamin yang berbeda dan mencakup pikiran,
pengalaman, pelajaran, ideal, nilai, fantasi, dan emosi. Seksualitas berhubungan dengan
bagaimana seseorang merasa tentang diri mereka dan bagaimana mereka
mengkomunikasikan perasaan tersebut kepada lawan jenis melalui tindakan yang
dilakukannya, seperti sentuhan, ciuman, pelukan, dan senggama seksual, dan melalui
perilaku yang lebih halus, seperti isyarat gerakan tubuh, etiket, berpakaian, dan
perbendaharaan kata (Denny & Quadagno, 1992; Zawid, 1994; Perry & Potter, 2005).
Pada masa remaja pekembangan seksualitas diawali ketika terjalinnya interaksi antar
lawan jenis, baik itu interaksi antar teman atau interaksi ketika berkencan. Dalam
berkencan dengan pasangannya, remaja melibatkan aspek emosi yang diekspresikan dalam
berbagai cara, seperti memberikan bunga, tanda mata, mengirim surat, bergandengan
tangan, berciuman dan lain sebagainya. Atas dasar dorongan-dorongan seksual dan rasa
ketertarikan terhadap lawan jenisnya, perilaku remaja mulai diarahkan untuk menarik
perhatian lawan jenis. Dalam rangka mencari pengetahuan tentang seks, ada remaja yang
melakukan secara terbuka mengadakan percobaan dalam kehidupan seksual. Misalnya,
dalam berpacaran mereka mengekspesikan perasaannya dalam bentuk perilaku yang
menuntut keintiman secara fisik dengan pasangannya, seperti berpelukan, berciuman
hingga melakukan hubungan seksual (Saifuddin, 1999).
Seksualitas dan aktivitas seksual merupakan suatu area yang harus dibicarakan dengan
setiap remaja secara rahasia. Insidensi aktivitas seksual pada remaja tinggi dan meningkat
sesuai dengan pertambahan usia. Kebanyakan remaja di bawah usia 15 tahun belum pernah
melakukan hubungan seksual, 8 dari 10 remaja putri dan 7 dari 10 remaja putra belum
pernah melakukan hubungan seksual pada usia 15 tahun (Alan Guttmacher Institute, 1998;
Wong, 2008).

3
Remaja terlibat dalam seksualitas karena berbagai alasan, diantaranya yaitu: untuk
memperoleh sensasi menyenangkan, untuk memuaskan dorongan seksual, untuk
memuaskan rasa keingintahuan, sebagai tanda penaklukan, sebagai ekspresi rasa sayang,
atau mereka tidak mampu menahan tekanan untuk menyesuaikan diri. Keinginan yang
sangat mendesak untuk menjadi milik seseorang memicu meningkatnya serangkaian
kontak fisik yang intim dengan pasangan yang diidolakan. Masa remaja pertengahan
adalah waktu ketika remaja mulai mengembangkan hubungan romantis dan ketika
kebanyakan remaja ingin memulai percobaan seksual (Wong, 2008).

2.2 Hormon Seksualitas


Luteinizing hormone (LH) dan follicle stimulating hormone (FSH) merupakan dua
hormon reproduksi yang umum dikenal memiliki peran terhadap perubahan fisik yang
terjadi saat memasuki masa pubertas. Namun sebenarnya masih ada banyak hormon lain
yang turut andil terhadap perkembangan dan kesehatan organ reproduksi. Berikut ini
beberapa hormon reproduksi tersebut:
2.2.1 Follocle Stimulating Hormone (FSH)
Hormon reproduksi FSH diproduksi di kelenjar pituitari, yaitu kelenjar di otak
yang berukuran sebesar kacang polong. Hormon ini memiliki peranan penting
terhadap perkembangan seksual seseorang. Selain memengaruhi perubahan fisik
saat memasuki masa pubertas, hormon FSH pada wanita juga memiliki peran
terhadap proses pembentukan sel telur di ovarium serta turut mengendalikan siklus
menstruasi. Sedangkan pada pria, hormon ini berfungsi untuk mengendalikan
produksi sperma dan perkembangan organ kelamin.
2.2.2 Luteinizing hormone (LH)
Hormon ini juga diproduksi di kelenjar pituitari dan memiliki korelasi dengan
hormon FSH serta saling melengkapi. Pada wanita, hormon reproduksi ini
memengaruhi fisiologis ovarium, produksi sel telur (ovulasi), siklus menstruasi,
dan kesuburan. Sementara pada pria, LH merangsang produksi testosteron, yang
memengaruhi tingkat produksi sperma pria.
2.2.3 Hormon testosteron
Kadar hormon testosteron pada pria lebih tinggi dibandingkan wanita. Selama
masa pubertas, terjadi peningkatan kadar hormon testosteron. Kemudian akan
menurun setelah memasuki usia 30 tahun. Fungsi hormon ini pada pria, termasuk
mengendalikan gairah seksual, produksi sperma, kepadatan tulang, dan juga massa
otot, sehingga mampu memengaruhi perubahan fisik dan emosional pria secara
4
signifikan. Sementara kehadiran hormon testosteron pada wanita berfungsi untuk
mengontrol suasana hati dan gairah seksual, menjaga tulang tetap kuat,
meringankan nyeri, dan menjaga kesehatan kognitif.
2.2.4 Hormon estrogen
Kadar hormon estrogen, berbanding terbalik dengan hormon testosteron pada
pria dan wanita. Hormon estrogen lebih tinggi pada wanita, dibandingkan
pria. Hormon estrogen pada wanita berperan dalam perkembangan seksual saat
masa pubertas. Juga berperan mengendalikan pertumbuhan dinding rahim selama
siklus menstruasi dan masa kehamilan, serta turut andil terhadap kenaikan atau
penurunan berat badan. Untuk pria, salah satu fungsi estrogen adalah mengontrol
kesehatan sperma. Namun, jika kadar estrogen pada pria terlalu tinggi, dapat terjadi
penurunan kualitas sperma dan dapat menyebabkan disfungsi ereksi.
Kesehatan hormon reproduksi dapat dijaga dengan menerapkan gaya hidup sehat,
seperti mengonsumsi makanan sehat dan kaya nutrisi. Bagi Anda yang mengalami berat
badan berlebih maupun berat badan kurang, sebaiknya berkonsultasilah ke dokter untuk
memperbaiki kondisi tersebut, karena dapat memengaruhi hormon reproduksi dan juga
kesuburan.
Selain itu, apabila Anda masih memiliki kebiasaan merokok, mengonsumsi alkohol
atau malas berolahraga, disarankan untuk mulai meninggalkannya. Sebab, kebiasaan-
kebiasaan tersebut juga memengaruhi kesehatan hormon reproduksi dan kesuburan Anda.
2.3 Anatomi dan Fisiologi
2.3.1 Anatomi sistem reproduksi pria
Struktur luar dari sistem reproduksi pria terdiri dari : penis, skrotum (kantung
zakar) dan testis (buah zakar).
2.3.1.1 Penis
Penis terdiri dari:
 Akar (menempel pada didnding perut)
 Badan (merupakan bagian tengah dari penis)
 Glans penis (ujung penis yang berbentuk seperti kerucut).Lubang uretra
(saluran tempat keluarnya semen dan air kemih) terdapat di umung
glans penis. Dasar glans penis disebut korona. Pada pria yang tidak
disunat (sirkumsisi), kulit depan (preputium) membentang mulai dari
korona menutupi glans penis.
Badan penis terdiri dari 3 rongga silindris (sinus) jaringan erektil:

5
 rongga yang berukuran lebih besar disebut korpus kavernosus, terletak
bersebelahan.
 Rongga yang ketiga disebut korpus spongiosum, mengelilingi uretra.
Jika rongga tersebut terisi darah, maka penis menjadi lebih besar, kaku
dan tegak (mengalami ereksi).
2.3.1.2 Skortum
Skrotum merupakan kantung berkulit tipis yang mengelilingi dan
melindungi testis. Skrotum juga bertindak sebagai sistem pengontrol suhu
untuk testis, karena agar sperma terbentuk secara normal, testis harus
memiliki suhu yang sedikit lebih rendah dibandingkan dengan suhu tubuh.
Otot kremaster pada dinding skrotum akan mengendur atau mengencang
sehinnga testis menggantung lebih jauh dari tubuh (dan suhunya menjadi
lebih dingin) atau lebih dekat ke tubuh (dan suhunya menjadi lebih hangat).
2.3.1.3 Testis
Testis berbentuk lonjong dengan ukuran sebesar buah zaitun dan
terletak di dalam skrotum. Biasanya testis kiri agak lebih rendah dari testis
kanan. Testis menghasilkan Follicle Stimulating Hormone (FSH) dan
Luteinizing Hormone (LH) juga hormon testosterone. Fungsi testis, terdiri
dari :
 Membentuk gamet-gamet baru yaitu spermatozoa, dilakukan di Tubulus
seminiferus.
 Menghasilkan hormon testosteron, dilakukan oleh sel interstial (sel
leydig).

Struktur dalamnya terdiri dari : vas deferens, uretra, kelenjar prostat dan
vesikula seminalis.

2.3.1.4 Vas deferens


Vas deferens merupakan saluran yang membawa sperma dari
epididimis. Saluran ini berjalan ke bagian belakang prostat lalu masuk ke
dalam uretra dan membentuk duktus ejakulatorius. Struktur lainnya
(misalnya pembuluh darah dan saraf) berjalan bersama-sama vas deferens
dan membentuk korda spermatika.

2.3.1.5 Uretra
6
Uretra memiliki 2 fungsi, yaitu sebagai bagian dari sistem kemih yang
mengalirkan air kemih dari kandung kemih dan bagian dari sistem
reproduksi yang mengalirkan semen.
2.3.1.6 Kelenjar prostat
Kelenjar prostat terletak di bawah kandung kemih di dalam pinggul dan
mengelilingi bagian tengah dari uretra. Biasanya ukurannya sebesar walnut
dan akan membesar sejalan dengan pertambahan usia. Prostat mengeluarkan
sekeret cairan yang bercampur secret dari testis, perbesaran prostate akan
membendung uretra dan menyebabkan retensi urin. Kelenjar prostat,
merupakan suatu kelenjar yang terdiri dari 30-50 kelenjar yang terbagi atas
4 lobus yaitu:
• Lobus posterior
• Lobus lateral
• Lobus anterior
• Lobus medial
Fungsi Prostat: Menambah cairan alkalis pada cairan seminalis yang
berguna untuk menlindungi spermatozoa terhadap sifat asam yang terapat
pada uretra dan vagina. Di bawah kelenjar ini terdapat Kelenjar Bulbo
Uretralis yang memilki panjang 2-5 cm. fungsi hampir sama dengan
kelenjar prostat.
2.3.1.7 Vesikula seminalis
Prostat dan vesikula seminalis menghasilkan cairan yang merupakan
sumber makanan bagi sperma. Cairan ini merupakan bagian terbesar dari
semen. Cairan lainnya yang membentuk semen berasal dari vas deferens dan
dari kelenjar lendir di dalam kepala penis. Fungsi Vesika seminalis adalah
mensekresi cairan basa yang mengandung nutrisi yang membentuk sebagian
besar cairan semen.
2.3.1.8 Epididimis
Merupakan saluran halus yang panjangnya ± 6 cm terletak sepanjang
atas tepi dan belakang dari testis. Epididimis terdiri dari kepala yang terletak
di atas katup kutup testis, badan dan ekor epididimis sebagian ditutupi oleh
lapisan visceral, lapisan ini pada mediastinum menjadi lapisan parietal.
Saluran epididimis dikelilingi oleh jaringan ikat, spermatozoa melalui
duktuli eferentis merupakan bagian dari kaput (kepala) epididimis. Duktus
eferentis panjangnya ± 20 cm, berbelok-belok dan membentuk kerucut kecil
7
dan bermuara di duktus epididimis tempat spermatozoa disimpan, masuk ke
dalam vas deferens. Fungsi dari epididimis yaitu sebagai saluran penhantar
testis, mengatur sperma sebelum di ejakulasi, dan memproduksi semen.
2.3.1.9 Duktus deferens
Merupakan kelanjutan dari epididimis ke kanalis inguinalis, kemudian
duktus ini berjalan masuk ke dalam rongga perut terus ke kandung kemih, di
belakang kandung kemih akhirnya bergabung dengan saluran vesika
seminalis dan selanjtnya membentuk ejakulatorius dan bermuara di prostate.
Panjang duktus deferens 50-60 cm.
2.3.2 Anatomi sistem reproduksi wanita
Genetalia Eksterna (vulva) terdiri dari:
2.3.2.1 Tundun (Mons veneris)
Bagian yang menonjol meliputi simfisis yang terdiri dari jaringan dan
lemak, area ini mulai ditumbuhi bulu (pubis hair) pada masa pubertas.
Bagian yang dilapisi lemak, terletak di atas simfisis pubis.
2.3.2.2 Labia Mayora
Merupakan kelanjutan dari mons veneris, berbentuk lonjong. Kedua
bibir ini bertemu di bagian bawah dan membentuk perineum. Labia mayora
bagian luar tertutp rambut, yang merupakan kelanjutan dari rambut pada
mons veneris. Labia mayora bagian dalam tanpa rambut, merupakan selaput
yang mengandung kelenjar sebasea (lemak). Ukuran labia mayora pada
wanita dewasa à panjang 7- 8 cm, lebar 2 – 3 cm, tebal 1 – 1,5 cm. Pada
anak-anak dan nullipara à kedua labia mayora sangat berdekatan.
2.3.2.3 Labia Minora
Bibir kecil yang merupakan lipatan bagian dalam bibir besar (labia
mayora), tanpa rambut. Setiap labia minora terdiri dari suatu jaringan tipis
yang lembab dan berwarna kemerahan;Bagian atas labia minora akan
bersatu membentuk preputium dan frenulum clitoridis, sementara bagian. Di
Bibir kecil ini mengeliligi orifisium vagina bawahnya akan bersatu
membentuk fourchette
2.3.2.4 Klitoris
Merupakan bagian penting alat reproduksi luar yang bersifat erektil.
Glans clitoridis mengandung banyak pembuluh darah dan serat saraf
sensoris sehingga sangat sensitif. Analog dengan penis pada laki-laki.

8
Terdiri dari glans, corpus dan 2 buah crura, dengan panjang rata-rata tidak
melebihi 2 cm.
2.3.2.5 Vestibulum (serambi)
Merupakan rongga yang berada di antara bibir kecil (labia minora).
Pada vestibula terdapat 6 buah lubang, yaitu orifisium urethra eksterna,
introitus vagina, 2 buah muara kelenjar Bartholini, dan 2 buah muara
kelenjar paraurethral. Kelenjar bartholini berfungsi untuk mensekresikan
cairan mukoid ketika terjadi rangsangan seksual. Kelenjar bartholini juga
menghalangi masuknya bakteri Neisseria gonorhoeae maupun bakteri-
bakteri patogen
2.3.2.6 Himen (selaput dara)
Terdiri dari jaringan ikat kolagen dan elastic. Lapisan tipis ini yang
menutupi sabagian besar dari liang senggama, di tengahnya berlubang
supaya kotoran menstruasi dapat mengalir keluar. Bentuk dari himen dari
masing-masing wanita berbeda-beda, ada yang berbentuk seperti bulan
sabit, konsistensi ada yang kaku dan ada lunak, lubangnya ada yang seujung
jari, ada yang dapat dilalui satu jari. Saat melakukan koitus pertama sekali
dapat terjadi robekan, biasanya pada bagian posterior
2.3.2.7 Perineum (kerampang)
Terletak di antara vulva dan anus, panjangnya kurang lebih 4 cm.
Dibatasi oleh otot-otot muskulus levator ani dan muskulus coccygeus. Otot-
otot berfungsi untuk menjaga kerja dari sphincter ani.
Genetalia Interna

2.3.2.8 Vagina
Merupakan saluran muskulo-membraneus yang menghubungkan rahim
dengan vulva. Jaringan muskulusnya merupakan kelanjutan dari muskulus
sfingter ani dan muskulus levator ani, oleh karena itu dapat dikendalikan.
Vagina terletak antara kandung kemih dan rektum. Panjang bagian
depannya sekitar 9 cm dan dinding belakangnya sekitar 11 cm. Bagian
serviks yang menonjol ke dalam vagina disebut portio. Portio uteri membagi
puncak (ujung) vagina menjadi:
• Forniks anterior -Forniks dekstra
• Forniks posterior -Forniks sisistra

9
Sel dinding vagina mengandung banyak glikogen yang menghasilkan
asam susu dengan pH 4,5. keasaman vagina memberikan proteksi terhadap
infeksi.
Fungsi utama vagina:
• Saluran untuk mengeluarkan lendir uterus dan darah menstruasi.
• Alat hubungan seks (koitus).
• Jalan lahir pada waktu persalinan (partus).
2.3.2.9 Uterus
Merupakan Jaringan otot yang kuat, terletak di pelvis minor diantara
kandung kemih dan rektum. Dinding belakang dan depan dan bagian atas
tertutup peritonium, sedangkan bagian bawah berhubungan dengan kandung
kemih.Vaskularisasi uterus berasal dari arteri uterina yang merupakan
cabang utama dari arteri illiaka interna (arterihipogastrika interna). Bentuk
uterus seperti bola lampu dan gepeng.
• Korpus uteri : berbentuk segitiga
• Serviks uteri : berbentuk silinder
• Fundus uteri : bagian korpus uteri yang terletak diatas kedua pangkal
tuba.
Untuk mempertahankan posisinya, uterus disangga beberapa
ligamentum, jaringan ikat dan parametrium. Ukuran uterus tergantung dari
usia wanita dan paritas. Ukuran anak-anak 2-3 cm, nullipara 6-8 cm,
multipara 8-9 cm dan > 80 gram pada wanita hamil. Uterus dapat menahan
beban hingga 5 liter.
Dinding uterus terdiri dari tiga lapisan :
 Peritonium luar. Menutupi bagian luar uterus. Merupakan penebalan
yang diisi jaringan ikat dan pembuluh da
Meliputi dinding rahim bagian rah limfe dan urat syaraf. Peritoneum
meliputi tuba dan mencapai dinding abdomen.
 Lapisan otot.Susunan otot rahim terdiri dari tiga lapisan yaitu lapisan
luar, lapisan tengah, dan lapisan dalam. Pada lapisan tengah
membentuk lapisan tebal anyaman serabut otot rahim. Lapisan tengah
ditembus oleh pembuluh darah arteri dan vena. Lengkungan serabut
otot ini membentuk angka delapan sehingga saat terjadi kontraksi
pembuluh darah terjepit rapat, dengan demikian pendarahan dapat
terhenti. Makin kearah serviks, otot rahim makin berkurang, dan
10
jaringan ikatnya bertambah. Bagian rahim yang terletak antara osteum
uteri internum anatomikum, yang merupakan batas dari kavum uteri
dan kanalis servikalis dengan osteum uteri histologikum (dimana terjadi
perubahan selaput lendir kavum uteri menjadi selaput lendir serviks)
disebut isthmus. Isthmus uteri ini akan menjadi segmen bawah rahim
dan meregang saat persalinan.
 Endometrium. Pada endometrium terdapat lubang kecil yang
merupakan muara dari kelenjar endometrium. Variasi tebal, tipisnya,
dan fase pengeluaran lendir endometrium ditentukan oleh perubahan
hormonal dalam siklus menstruasi. Pada saat konsepsi endometrium
mengalami perubahan menjadi desidua, sehingga memungkinkan
terjadi implantasi (nidasi).Lapisan epitel serviks berbentuk silindris, dan
bersifat mengeluarakan cairan secara terus-menerus, sehingga dapat
membasahi vagina. Kedudukan uterus dalam tulang panggul ditentukan
oleh tonus otot rahim sendiri, tonus ligamentum yang menyangga, tonus
otot-otot panggul.
2.3.2.10 Tuba Fallopi
Tuba fallopii merupakan tubulo-muskuler, dengan panjang 12 cm
dan diameternya antara 3 sampai 8 mm. fungsi tubae sangat penting,
yaiu untuk menangkap ovum yang di lepaskan saat ovulasi, sebagai
saluran dari spermatozoa ovum dan hasil konsepsi, tempat terjadinya
konsepsi, dan tempat pertumbuhan dan perkembangan hasil konsepsi
sampai mencapai bentuk blastula yang siap melakukan implantasi.

2.3.2.11 Ovarium
Merupakan kelenjar berbentuk buah kenari terletak kiri dan kanan
uterus di bawah tuba uterina dan terikat di sebelah belakang oleh
ligamentum latum uterus. Setiap bulan sebuah folikel berkembang dan
sebuah ovum dilepaskan pada saat kira-kira pertengahan (hari ke-14)
siklus menstruasi. Ovulasi adalah pematangan folikel de graaf dan
mengeluarkan ovum. Ketika dilahirkan, wanita memiliki cadangan
ovum sebanyak 100.000 buah di dalam ovariumnya, bila habis
menopause. Ovarium yang disebut juga indung telur, mempunyai 3
fungsi:
 Memproduksi ovum
11
 Memproduksi hormone estrogen
 Memproduksi progesterone
Memasuki pubertas yaitu sekitar usia 13-16 tahun dimulai
pertumbuhan folikel primordial ovarium yang mengeluarkan hormon
estrogen. Estrogen merupakan hormone terpenting pada wanita.
Pengeluaran hormone ini menumbuhkan tanda seks sekunder pada
wanita seperti pembesaran payudara, pertumbuhan rambut pubis,
pertumbuhan rambut ketiak, dan akhirnya terjadi pengeluaran darah
menstruasi pertama yang disebut menarche.
Awal-awal menstruasi sering tidak teratur karena folikel graaf
belum melepaskan ovum yang disebut ovulasi. Hal ini terjadi karena
memberikan kesempatan pada estrogen untuk menumbuhkan tanda-
tanda seks sekunder. Pada usia 17-18 tahun menstruasi sudah teratur
dengan interval 28-30 hari yang berlangsung kurang lebih 2-3 hari
disertai dengan ovulasi, sebagai kematangan organ reproduksi wanita.
2.4 Perkembangan Seksualitas
Seksualitas merupakan sebuah proses yang terjadi sepanjang rentang kehidupan, mulai
dari bayi sampai dengan meninggal dunia. secara fisik perkembangan seksualitas ditandai
dengan perkembangan alat kelamin bayi pada usia 7 minggu. Reflek-reflek seksual juga
telah berfungsi ketika bayi lahir. Bayi laki-laki mengalami ereksi pada menit-menit
pertama ia dilahirkan. Sedangkan bayi wanita banyak yang mengalami ereksi klitoral dan
lubrikasi vagina dalam kurun waktu 24 jam setelah dilahirkan.
Organ seksual kita memiliki fungsi reproduksi untuk melanjutkan keturunan, dan
fungsi rekreasi yang maksudnya melalui organ seksual kita dapat merasakan kesenangan.
Ketika memasuki masa pubertas remaja mengalami perubahan. Tanda-tanda umum bagi
remaja yang mengalami pubertas adalah perubahan bentuk tubuh menjadi lebih berlekuk-
lekuk, keringat dan bau badan yang berlebihan, jerawat tumbuh di daerah-daerah tertentu,
dll.
Secara khusus anak perempuan mengalami menstruasi pertama kali sebagai tanda
siklus reproduksi telah terjadi dalam dirinya, sedangkan anak laki-laki mengalami mimpi
basah. Mimpi basah bukan merupakan tanda yang pasti mulai diproduksinya sperma.
Kadang kala testes sudah berfungsi walaupun anak laki-laki itu belum mengalami mimpi
basah. Anak laki-laki juga mengalami perubahan suara. Anak perempuan mengalami
pertumbuhan satu sampai dua tahun lebih cepat daripada anak laki-laki. Badan mereka

12
menjadi lebih besar lebih dulu daripada anak laki-laki, tetapi pada perkembangan
selanjutnya anak laki-laki akan kelihatan lebih besar daripada anak perempuan.
Abad ini, anak perempuan mengalami pertumbuhan tubuh pada usia rata-rata 8-9
tahun, dan mengalami menarche pada usia 12 tahun. Anak laki-laki menunjukkan
perubahan tubuh pada usia sekitar 10-11 tahun, sedangkan perubahan suara terjadi sekitar
usia 13 tahun. Pertumbuhan anak-anak menjadi lebih cepat karena faktor sosioekonomi,
iklim, jumlah anggota keluarga, dan gizi yang lebih baik. Perkembangan ini dipengaruhi
oleh hormon seksual yang telah berfungsi yaitu testosteron untuk laki-laki dan estrogen
untuk perempuan. Hormon ini juga yang mengakibatkan seseorang memiliki dorongan
seksual seperti ketertarikan pada orang lain, keinginan untuk mendapatkan kepuasan
seksual.
Hormon testosteron pada laki-laki mengakibatkan ereksi (menegangnya penis)
sehingga ia menyadari sensasi seksual dan lebih sensitif terhadap stimulasi seksual dan
mengaktifkan dorongan seks. Pada perempuan, hormon estrogen meningkatkan dorongan
seksual pada masa subur dan mengatur ovulasi (pematangan sel telur) dan memerintahkan
rahim untuk menebalkan dinding luarnya (endometrium). Sperma akan terus diproduksi
sampai kurun waktu yang tidak terbatas. Kesuburan laki-laki dipengaruhi oleh pola hidup,
seperti gizi dan olahraga. Tidak diketahui batasan kapan laki-laki berhenti kemampuannya
untuk membuahi. Pada perempuan ada batasan masa subur yaitu ketika perempuan tidak
lagi mengalami menstruasi, disebut dengan menopause.
2.5 Disfungsi Seksualitas
Disfungsi seksual adalah masalah yang menghalangi seseorang memiliki hasrat
seksual atau mendapat kepuasan dalam kegiatan seksual. Kondisi ini dapat menimpa
wanita maupun pria, dan risikonya semakin tinggi seiring pertambahan usia. Disfungsi
seksual pada wanita meliputi masalah dalam respon seksual, orgasme dan rasa nyeri saat
berhubungan seksual. Sedangkan masalah seksual pada pria menyangkut disfungsi ereksi
atau impotensi, gangguan ejakulasi, dan kehilangan gairah seksual. Disfungsi seksual
sendiri bukanlah suatu hal yang jarang terjadi, di mana 43 persen wanita dan 31 persen pria
setidaknya pernah merasakan gangguan atau kesulitan dalam aktivitas seksual mereka.
Disfungsi seksual dapat menjadi gangguan jika masalah ini terjadi terus-menerus dan
berpengaruh secara signifikan dalam kehidupan seksual seseorang. Semakin lama disfungsi
seksual ini berlangsung, semakin tinggi tekanan dan tingkat kecemasan yang dimiliki
penderita. Meski begitu, sebagian besar penderita disfungsi seksual dapat dipulihkan
dengan pengobatan fisik yang dipadukan dengan terapi psikologi. Disfungsi seksual

13
menunjukkan gejala berdasarkan jenis gangguan yang diderita. Pria dan wanita memiliki
gejala yang berbeda. Berikut adalah gejala
2.5.1 Disfungsi seksual pada wanita:
2.5.1.1 Hasrat seksual yang rendah. Ini adalah jenis disfungsi seksual yang paling
umum diderita wanita, dan ditandai dengan hilangnya hasrat atau keinginan
untuk berhubungan seksual.
2.5.1.2 Gangguan rangsangan seksual. Dalam kondisi ini, hasrat berhubungan
seksual tetap ada, tapi seorang wanita sulit untuk terangsang dan
mempertahankan rangsangan selama kegiatan seksual.
2.5.1.3 Gangguan nyeri seksual/dyspareunia. Gejalanya adalah timbul rasa nyeri
saat melakukan kontak vagina atau stimulasi seksual. Banyak hal yang
dapat memicu rasa nyeri dalam hubungan seksual, di antaranya vaginismus,
pelumas yang tidak memadai, serta otot vagina yang kaku.
2.5.1.4 Gangguan orgasme, yaitu kesulitan mencapai orgasme meski rangsangan
dan stimulasi dilakukan terus menerus.
2.5.2 Disfungsi seksual pada pria
2.5.2.1 Disfungsi ereksi atau dikenal dengan nama impotensi. Kondisi ini terjadi
saat pria tidak mampu untuk ereksi atau mempertahankan ereksi yang
dibutuhkan selama hubungan seksual.
2.5.2.2 Penurunan hasrat berhubungan seksual (libido). Kondisi ini seringkli
dikaitkan dengan rendahnya jumlah hormon testosteron dalam tubuh.
Apabila penurunan hasrat sudah parah, seorang pria akan sama sekali tidak
bergairah untuk melakukan hubungan seksual.
2.5.2.3 Gangguan ejakulasi, Ada tiga jenis gangguan ejakulasi, yakni ejakulasi dini
(ejakulasi yang terjadi sebelum penetrasi atau sesaat setelah penetrasi),
ejakulasi yang lambat, serta ejakulasi berbalik (ejakulasi kembali ke
kandung kemih dan bukan keluar di ujung penis melalui uretra).
2.5.3 Penyebab Disfungsi Seksual
2.5.3.1 Kondisi fisik atau medis yang mengganggu fungsi seksual. Kondisi tersebut
termasuk penyakit diabetes, jantung dan vaskuler, gangguan saraf, penyakit
kronis, penyalahgunaan obat, dan efek samping dari obat-obatan tertentu
(salah satunya adalah antidepresan yang dapat mengganggu hasrat dan
fungsi seksual).

14
2.5.3.2 Kondisi hormonal, seperti penurunan kadar hormon estrogen pada wanita,
terutama setelah menopause dan hormon testosteron yang rendah pada pria
sehingga mengurangi hasrat melakukan kegiatan seksual.
2.5.3.3 Faktor psikologi, terutama stres, dapat menyebabkan disfungsi seksual.
Selain itu, kecemasan, kekhawatiran berlebihan akan performa seksualnya,
masalah dalam hubungan atau pernikahan, depresi, perasaan bersalah, serta
efek trauma masa lalu juga dapat berpengaruh.
2.6 Cara Mengatasi kondisi hiperseksualitas
2.6.1 Psikoterapi
Ini adalah bagian yang sangat penting dari setiap jenis pengobatan terhadap
kecanduan. Isu yang akan dibahas dalam sesi terapi ini termasuk mengidentifikasi,
mengubah pola pikir negatif dan membatasi keyakinan, berurusan dengan konflik
internal, meningkatkan wawasan dan kesadaran diri, dan melihat hubungan antara
masalah interpersonal dan kecanduan Anda.
2.6.2 Terapi kelompok
Terapi kelompok melibatkan sesi reguler dengan sejumlah kecil pecandu seks
lainnya. Sesi ini dipimpin oleh seorang terapis. Jenis terapi ini sangat bermanfaat,
karena masing-masing anggota kelompok dapat saling mendukung dan belajar dari
pengalaman masing-masing. Terapi ini juga ideal untuk menghadapi alasan,
pembenaran, dan penolakan yang berjalan seiring dengan perilaku kecanduan.
2.6.3 Terapi keluarga dan pasangan
Perilaku adiktif selalu berdampak pada keluarga dan kerabat. Sesi terapi ini
memberikan kesempatan Anda untuk mengatasi emosi, konflik yang belum
terselesaikan, dan perilaku problematik. Sesi ini dapat memperkuat sistem
pendukung utama Anda dengan membantu orang-orang terdekat Anda
mendapatkan pemahaman yang lebih baik akan kecanduan yang Anda miliki.
2.6.4 Obat-obatan
Obat-obatan sering memainkan peran utama dalam pengobatan gangguan
hiperseksual. Beberapa obat dapat membantu mengurangi perilaku kompulsif dan
pikiran obsesif, sementara yang lainnya dapat menargetkan hormon tertentu yang
terkait dengan kecanduan seks atau dapat mengurangi gejala yang menyertai seperti
depresi atau kecemasan.
 Antidepresan: Selective serotonin reuptake inhibitors (SSRI) adalah jenis yang
paling umum dari antidepresan yang digunakan untuk mengobati
hiperseksualitas. SSRI termasuk obat-obatan seperti Paxil, Prozac, dan Zoloft.
15
Obat tersebut dapat membantu mengurangi pikiran obsesif dan perilaku
kompulsif. Mereka juga membantu mengurangi gejala depresi dan kecemasan.
 Antiandrogen: Obat ini dapat menargetkan efek androgen (hormon seks) pada
laki-laki dan mengurangi dorongan seksual. Antiandrogen biasanya digunakan
untuk mengobati pria pedofil.
 LHRH (Luteinizing Hormone-Releasing Hormone): Obat ini menurunkan
produksi testosteron dan membantu mengontrol pikiran obsesif yang berkaitan
dengan kecanduan seksual.
 Penstabil mood: Obat dalam kategori ini termasuk Lithium dan Depakote.
Umumnya obat ini digunakan untuk mencegah episode manik pada individu
dengan gangguan bipolar, obat ini efektif dalam membantu mengurangi
dorongan seksual yang intens.
 Naltrexone: Obat ini sering digunakan untuk mengobati kecanduan alkohol dan
ketergantungan opioid. Sebagai agonis opioid, ia bekerja dengan menargetkan
pusat kesenangan di otak yang berhubungan dengan beberapa jenis perilaku
adiktif.
Akan sulit untuk menemukan keberanian dalam mencari bantuan, terutama
karena hal ini terasa cukup memalukan. Sayangnya, beberapa pecandu seks tidak
mencari pengobatan hingga mereka mencapai titik ketika mereka dihukum akibat
pelanggaran seks atau ketika anggota keluarga dan pasangan memberikan ultimatum.
Jika Anda curiga bahwa Anda memiliki hiperseksualitas, jangan menunda untuk
melakukan pengobatan. Anda pantas untuk bahagia dan menjalani kehidupan yang
tidak lagi dikendalikan oleh kecanduan Anda.

16
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN
3.1 Kesimpulan
Seksualitas merupakan bagian dari kehidupan manusia. Kebutuhan seksual
yang dialami oleh orang dewasa merupakan kebutuhan seks yang mengalami
penurunan fungsi organ reproduksi mengakibatkan kecanggungan dalam hubungan
pasangan suami istri. Masalah keperawatan yang terjadi pada kebutuhan seksual
adalah pola seksual dan perubahan disfungsi seksual. Pola seksual mengandung arti
bahwa suatu kondisi seorang individu mengalami atau beresiko mengalami perubahan
kesehatan seksual.
Disfungsi seksual adalah keadaan dimana seseorang mengalami atau beresiko
mengalami perubahan fungsi seksual yang negatif yang di pandang sebagai tidak
berharga dan tidak memadainya fungsi seksual.
3.2 Saran
Bagi mahasiswa keperawatan dan umumnya bagi ahli medis diharapakan
mampu memahami dan menerapkan keilmuan mengenai seksualitas dalam
keperawatan ini dalam asuhan keperawatan kepada klien dan diri sendiri.

17
DAFTAR PUSTAKA

https://www.alodokter.com/jenis-dan-fungsi-hormon-reproduksi-pada-pria-dan-wanita.html

https://www.psychologymania.com/2012/09/pengertian-seksualitas.html

http://adzhar-arsyad.blogspot.com/2015/03/anatomi-dan-fisiologi-sistem-reproduksi.html

18

Anda mungkin juga menyukai