Anda di halaman 1dari 20

MODUL PEMBELAJARAN

ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU NIFAS

DISUSUN OLEH:

1. MAYA PRIMAYANTI, S.Si.T., M.Kes


2. ELLY NAILA FAUZIAH, S.Tr.Keb., M.Keb.

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI BIDAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BANYUWANGI
Jl. Letkol Istiqlah No. 109, Penataban, Kec. Banyuwangi
Kab. Banyuwangi, Jawa Timur 68422 (0333) 421610

KATA PENGANTAR
Assalaamu’alaikum wr.wb.
Alhamdulillah puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, atas
karuniaNya sehingga Kami dapat menyelesaikan Modul Asuhan Kebidanan pada
Ibu Nifas.
Untuk meningkatkan perkuliahan maka para mahasiswa harus dapat
mempersiapkan diri dengan mempelajari dulu materi yang akan dibahas sehingga
kuliah lebih bersifat aktif. Cara yang sedemikian mempunyai keuntungan yang
lain ialah membiasakan para mahasiswa untuk mencari pengetahuan sendiri,
membiasakan mereka membaca buku sehingga setelah lulus kebiasaan ini dapat
dilanjutkan. Kesukaran dalam melaksanakan cita-cita ini ialah bahwa buku-buku
masih kurang dan hampir semuanya dalam bahasa asing. Itulah sebabnya maka
kami menyusun modul ini untuk memudahkan Mahasiswa Kebidanan
mempelajari Asuhan Kebidanan pada Ibu Nifas.
Harapan kami bahwa dengan penyusunan modul ini pengetahuan dan interesse
mahasiswa terdapat Asuhan Kebidanan Nifas akan bertambah sehingga para calon
bidan lebih siap menghadapi problema-problema medis di dalam masyarakat
karena bagaimanapun keadaan alat kandungan sangat mempengaruhi kesehatan
kaum ibu.
Mudah-mudahan modul ini akan berguna bagi mahasiswa Kebidanan dan kami
menyadari akan adanya kekurangan-kekurangan dalam menyusun modul ini. Atas
perhatian dan tanggapan baik dari pembaca kami ucapkan terima kasih.
Akhirnya kami penulis mengucapkan selamat membaca, selamat belajar, dan
selamat memberikan pelayanan asuhan kebidanan Nifas yang berkualitas.

Banyuwangi, September 2019


Tim Penyusun

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI

BAB I
PENGKAJIAN DAN ANALISA DATA PADA
KASUS-KASUS PATOLOGI MASA NIFAS

Tanda-tanda bahaya postpartum adalah suatu tanda yang abnormal yang


mengindikasikan adanya bahaya atau komplikasi yang dapat terjadi selama masa
nifas, apabila tidak dilaporkan atau tidak terdeteksi bisa menyebabkan kematian
ibu. Tanda-tanda bahaya postpartum, adalah sebagai berikut.
1. Perdarahan Postpartum
Perdarahan postpartum dapat dibedakan menjadi sebagai berikut.
a. Perdarahan postpartum primer (Early Postpartum Hemorrhage) adalah
perdarahan lebih dari 500-600 ml dalam masa 24 jam setelah anak lahir,
atau perdarahan dengan volume seberapapun tetapi terjadi perubahan
keadaan umum ibu dan tanda-tanda vital sudah menunjukkan analisa
adanya perdarahan. Penyebab utama adalah atonia uteri, retensio placenta,
sisa placenta dan robekan jalan lahir. Terbanyak dalam 2 jam pertama.
b. Perdarahan postpartum sekunder (Late Postpartum Hemorrhage) adalah
perdarahan dengan konsep pengertian yang sama seperti perdarahan
postpartum primer namun terjadi setelah 24 jam postpartum hingga masa
nifas selesai. Perdarahan postpartum sekunder yang terjadi setelah 24 jam,
biasanya terjadi antara hari ke 5 sampai 15 postpartum. Penyebab utama
adalah robekan jalan lahir dan sisa placenta (Prawirohardjo, 2002).
Menurut Manuaba (2005), perdarahan postpartum merupakan penyebab
penting kematian maternal khususnya di negara berkembang.

Perdarahan pervaginam yang melebihi 500 ml setelah bersalin didefinisikan


sebagai perdarahan postpartum, namun dari beberapa kajian evidence based
menunjukkan terdapat beberapa perkembangan mengenai lingkup definisi
perdarahan postpartum. Sehingga perlu mengidentifikasi dengan cermat dalam
mendiagnosis keadaan perdarahan postpartum sebagai berikut.
a. Perkiraan kehilangan darah biasanya tidak sebanyak yang sebenarnya,
kadang-kadang hanya setengah dari biasanya. Darah tersebut bercampur
dengan cairan amnion atau dengan urine, darah juga tersebar pada spon,
handuk dan kain di dalam ember dan lantai.
b. Volume darah yang hilang juga bervariasi akibatnya sesuai dengan kadar
hemoglobin ibu. Seorang ibu dengan kadar Hb normal kadangkala dapat
menyesuaikan diri terhadap kehilangan darah, namun kehilangan darah
dapat berakibat fatal pada keadaan anemia. Seorang ibu yang sehat dan
tidak anemia pun dapat mengalami akibat fatal dari kehilangan darah.
c. Perdarahan dapat terjadi dengan lambat untuk jangka waktu beberapa jam
dan kondisi ini dapat tidak dikenali sampai terjadi syok.
Penilaian faktor resiko pada saat antenatal dan intranatal tidak sepenuhnya
dapat memperkirakan terjadinya perdarahan pasca persalinan. Penanganan aktif
kala III sebaiknya dilakukan pada semua ibu yang bersalin karena hal ini dapat
menurunkan insiden perdarahan pasca persalinan akibat atonia uteri. Semua ibu
postpartum harus dipantau dengan ketat untuk mendiagnosis perdarahan
postpartum.
2. Infeksi pada masa postpartum
Beberapa bakteri dapat menyebabkan infeksi setelah persalinan, Infeksi masa
nifas masih merupakan penyebab utama morbiditas dan mortalitas ibu. Infeksi
alat genital merupakan komplikasi masa nifas. Infeksi yang meluas kesaluran
urinari, payudara, dan pasca pembedahan merupakan salah satu penyebab
terjadinya AKI tinggi. Gejala umum infeksi berupa suhu badan panas, malaise,
denyut nadi cepat. Gejala lokal dapat berupa uterus lembek, kemerahan dan
rasa nyeri pada payudara atau adanya disuria.
3. Lochea yang berbau busuk (bau dari vagina)
Lochea adalah cairan yang dikeluarkan uterus melalui vagina dalam masa nifas
sifat lochea alkalis, jumlah lebih banyak dari pengeluaran darah dan lendir
waktu menstruasi dan berbau anyir (cairan ini berasal dari bekas melekatnya
atau implantasi placenta). Lochea dibagi dalam beberapa jenis, antara lain
sebagai berikut (Mochtar, 2002).
a. Lochea rubra (cruenta): berisi darah segar dan sisa-sisa selaput ketuban,
sel-sel desidua, verniks kaseosa, lanugo, dan mekoneum, selama 2 hari
pasca persalinan.
b. Lochea sanguinolenta: berwarna merah kuning berisi darah dan lendir hari
ke 3-7 pasca persalinan.
c. Lochea serosa: berwarna kuning, cairan tidak berdarah lagi, pada hari ke 7-
14 pasca persalinan.
d. Lochea alba: cairan putih, setelah 2 minggu.
e. Lochea purulenta: terjadi infeksi, keluar cairan seperti nanah berbau busuk.
f. Lochiostasis: lochea tidak lancar keluarnya.
Apabila pengeluaran lochea lebih lama dari pada yang disebutkan di atas
kemungkinan dapat disebabkan oleh hal-hal sebagai berikut.
a. Tertinggalnya placenta atau selaput janin karena kontraksi uterus yang
kurang baik.
b. Ibu yang tidak menyusui anaknya, pengeluaran lochea rubra lebih banyak
karena kontraksi uterus dengan cepat.
c. Infeksi jalan lahir, membuat kontraksi uterus kurang baik sehingga lebih
lama mengeluarkan lochea dan lochea berbau anyir atau amis.
d. Bila lochea bernanah dan berbau busuk, disertai nyeri perut bagian bawah
kemungkinan analisa diagnosisnya adalah metritis. Metritis adalah infeksi
uterus setelah persalinan yang merupakan salah satu penyebab terbesar
kematian ibu. Bila pengobatan terlambat atau kurang adekuat dapat
menjadi abses pelvik, peritonitis, syok septik (Mochtar, 2002).
4. Sub involusi uterus (Pengecilan uterus yang terganggu)
Involusi adalah keadaan uterus mengecil oleh kontraksi rahim dimana berat
rahim dari 1000 gram saat setelah bersalin, menjadi 40-60 mg pada 6 minggu
kemudian. Bila pengecilan ini kurang baik atau terganggu di sebut sub involusi
(Mochtar, 2002). Faktor penyebab sub involusi, antara lain: sisa plasenta dalam
uterus, endometritis, adanya mioma uteri (Prawirohardjo, 2007). Pada keadaan
sub involusi, pemeriksaan bimanual di temukan uterus lebih besar dan lebih
lembek dari seharusnya, fundus masih tinggi, lochea banyak dan berbau, dan
tidak jarang terdapat pula perdarahan (Prawirohardjo, 2007). Pengobatan di
lakukan dengan memberikan injeksi Methergin setiap hari di tambah dengan
Ergometrin per oral. Bila ada sisa plasenta lakukan kuretase. Berikan
Antibiotika sebagai pelindung infeksi (Prawirohardjo, 2007). Bidan
mempunyai peran untuk mendeteksi keadaan ini dan mengambil keputusan
untuk merujuk pada fasilitas kesehatan rujukan.

BAB 3
DETEKSI DINI KOMPLIKASI, KONSULTASI, KOLABORASI DAN
RUJUKAN PADA MASA NIFAS

BAB 4
PENANGANAN AWAL KEGAWATDARURATAN PADA MASA NIFAS

Kondisi ini perlu mendapat perhatian secara khusus karena membawa kondisi
yang buruk bagi kesehatan. Berikut ini komplikasi atau penyakit yang mungkin terjadi
dalam masa nifas.
7.1 Demam
Pada awal pasca persalinan, jika suhu tubuh lebih dari 38 OC selama dua hari
berturut-turut menandakan adanya infeksi.
Anjuran :
- Minum yang banyak.
- Minum obat penurun panas sesuai anjuran dokter untuk menghindari rusaknya
zat pembeku darah yang dapat menyebabkan perdarahan memanjang.

7.2 Peradangan payudara (mastitis)


Bendungan ASI akan menyebabkan demam pada hari ketiga sampai keempat.
Payudara akan terasa keras dan sakit jika tertekan. Jika hal ini tidak tangani dengan
baik, yaitu dengan massase (pijat) payudara untuk mengeluarkan bendungan ASI
tersebut maka akan terjadi abses payudara. Tanda-tandanya, payudara merah
mengilap, terasa panas dan kadang-kadang menggigil, terasa nyeri, teraba adanya
benjolan keras, serta mengandung cairan berupa nanah. Segera konsultasikan
dengan dokter karena perlu tindakan khusus untuk mengeluarkan cairan nanah, juga
pemberian obat antibiotik.
Anjuran :
- Pijat benjolan-benjolan yang terasa keras secara melingkar ke arah puting.
- Keluarkan ASI sebanyak mungkin sampai payudara menjadi lembek.
- Kompres payudara dengan kompres dingin agar terasa nyaman.
- Hindari obat pereda rasa sakit yang dapat menyebabkan bayi merasa mengantuk
dan tidak responsif.
- Konsultansikan dengan dokter atau bidan jika perlu.
7.3 Penciutan Kandungan yang tidak Normal (Subinvolusi)
Subinvolusi terjadi akibat infeksi pada endometrium (lapisan rahim). Ini
rentan terjadi akibat lepasnya placenta dan kurang mobilisasi. Tanda-tandanya,
antara lain sedikit demam, agak sakit pada perut bagian bawah, dan kadang vagina
berbau kurang sedap karena keluarnya lochea tidak lancar.
Anjuran :
- Segera konsultasikan dengan dokter.
- Jaga kebersihan vulva dan sering mengganti pembalut.
- Kenakan pakaian yang terbuat dari katun.

7.4 Infeksi Kandung Kemih (Sistitis)


Pada saat proses persalinan, kandung kemih tertekan antara panggul dan
kepala janin sehingga terjadi pembendungan urin yang cukup lama. ini membuat
otot-otot kandung kemih lemah sehingga sulit berkemih. Munculnya rasa takut akan
terasa sakit pada jahitan luka perineum ketika buang air kecil mengakibatkan terjadi
bendungan urin yang memudahkan timbulnya infeksi. Gejala infeksi tersebut
ditandai dengan buang air kecil sedikit-sedikit disertai rasa panas dan perih pada
berkemih. Segera konsultasikan dengan dokter untuk mendapat pengobatan.
Anjuran :
- Minum sedikitnya delapan gelas perhari.
- Minum sari buah jeruk dan makan buah-buahan untuk membantu mengubah
keasaman air seni dan membuat bakteri sulit berkembang.
- Kosongkan kandung kemih sesering dan setuntas mungkin.
- Kenakan pakaian dalam dari bahan katun yang mudah menyerap.
- Sering ganti pembalut untuk menghindari pencemaran infeksi.

7.5 His pengiring (rasa sakit susulan)


Rasa sakit dapat terjadi akibat kontraksi rahim yang kuat ketika
mengeluarkan sisa bekuan darah dalam rahim. Di samping itu, rasa sakit susulan bisa
terjadi saat menyusui. Isapan bayi merangsang pengeluaran oksitosin yang berfungsi
pada otot-otot rahim untuk berkontraksi, lalu kembali mengecil dan masuk ke dalam
rongga panggul. Rasa sakit akan bertambah pada wanita yang telah melahirkan lebih
dari satu atau akibat terlalu meregang (terjadi pada anak kembar). Rasa sakit susulan
akan hilang setelah 4-7 hari.
Anjuran :
- Jika perlu, minum obat-obat ringan yang dapat mengurangi rasa sakit.
- Jika setelah minum obat rasa sakit tidak berkurang dan masih terus berlangsung
lebih dari satu minggu, konsultasikan dengan dokter untuk mengetahui ada
tidaknya infeksi.

7.6 Perdarahan Nifas


Dalam masa nifas, perdarahan normal yang terjadi adalah lochea. Namun,
tidak menutup kemungkinan terjadi perdarahan kembali saat melahirkan. Ini
disebabkan oleh kontraksi rahim menyebabkan sisa placenta atau anak placenta
lepas dari dinding rahim sedikit demi sedikit. Ada kalanya terjadi perdarahan banyak
akibat pembuluh darah pada daerah bekas placenta yang tidak cepat tertutup
sehingga menimbulkan shock (tidak sadarkan diri).
Anjuran :
- Bawa segera ke bagian gawat darurat rumah sakit terdekat agar perdarahan
cepat ditanggulangi.
- Sebaiknya, bawa KTP dan kartu golongan darah jika ada.
- Baringkan, dengan posisi kepala lebih rendah dari kaki agar darah mencukupi
bagian kepala.

7.7 Infeksi luka jahitan


Perawatan yang tidak bersih atau steril pada luka jahitan robekan
(episiotomi) daerah perineum atau luka jahitan operasi akan mengakibatkan
peradangan atau infeksi. Tanda-tanda peradangan tersebut, antara lain
pembengkakan, kulit daerah sekitarnya merah, rasa panas dan nyeri, serta
mengandung cairan nanah, tanpa atau disertai demam.

Anjuran :
- Segera konsultasikan pada dokter dan beritahu jika ibu tentang menyusui agar
obat yang diberikan dapat disesuaikan dengan kebutuhan.
- Rawatlah luka secara rutin sesuai anjuran dokter dan perhatikan kebersihan luka
tersebut.

7.8 Pembendungan Darah (Haematoom)


Pembendungan darah dapat terjadi akibat pecahnya pembuluh darah yang
tidak segera penutup. Dalam persalinan normal, perlu berhati-hati jika pada daerah
vulva terdapat banyak varices. Biasanya, ini terjadi pada ibu yang beberapa kali
melahirkan. Varices bisa pecah saat kepala bayi lahir. Jika tidak segera dijahit, akan
mengakibatkan haematoom. Berikut tanda-tanda haematoom.
- Pembengkakan pada vulva atau perineum yang berwarna kebiru-biruan, keras,
dan sakit jika ditekan.
- Jika bendungan itu kecil, beri kompres es sambil ditekan agar rasa sakit
berkurang dan bendungan darah tersebut dapat diserap kembali oleh tubuh.,
jika bendungan darah itu besar, dokter akan melakukan tindakan untuk
mengeluarkan bekuan darahnya dan menjahit kembali pembuluh darah yang
pecah tersebut.
Komplikasi lain yang terjadi harus segera dikonsultasikan agar masalah ditangani sedini
mungkin sehingga hasilnya akan lebih baik.
BAB 5
PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEBIDANAN PADA MASA NIFAS

10.1 Pengkajian
Adalah langkah pertama asuhan kebidanan yang terdiri dari pengumpulan
data yang diperoleh anamnesa atau pemeriksaan fisik dan penunjang, meliputi :
A. Data Subjektif
1. Biodata, meliputi :
Identitas kondisi pasien dan suami, meliputi :
Nama : ....................................................................
Umur : ....................................................................
Agama : ....................................................................
Suku bangsa : ....................................................................
Pendidikan : ....................................................................
Penghasilan : ....................................................................
Pekerjaan : ....................................................................
Lama kawin : ....................................................................
Kawin ke : ....................................................................
Alamat lengkap : ....................................................................
2. Keluhan utama
Keluhan yang dirasakan oleh kondisi pasien pada saat pengkajian dan tanggal
berapa mulai dirasakan keluhan tersebut.
3. Riwayat kebidanan
a. Riwayat haid
Menarche : ....................................................................
Haid/teratur tidak : ....................................................................
Siklus haid : ....................................................................
Lama haid : ....................................................................
Banyaknya : ....................................................................
Warna : ....................................................................
Keluhan : ....................................................................
Flour albus : ....................................................................
Bau : ....................................................................
Jumlah : ....................................................................
Konsistensi : ....................................................................
b. Riwayat kehamilan sekarang
Hamil ke : ....................................................................
Amenarche : ....................................................................
HPHT : ....................................................................
HPL : ....................................................................
Umur : ....................................................................
Kehamilan : ....................................................................
ANC :
- TM. I : ....................................................................
- TM. II : ....................................................................
- TM. III : ....................................................................
Keluhan : ....................................................................
Selama hamil :
- TM. I : ....................................................................
- TM. II : ....................................................................
- TM. III : ....................................................................
Obat-obatan
yang didapat : ....................................................................
Imunisasi TT : ....................................................................
Penyuluhan yang
pernah didapat : ....................................................................
c. Riwayat persalinan sekarang
Proses persalinan : ....................................................................
Keadaan perineum : ....................................................................
d. Riwayat nifas sekarang
Kontraksi uterus : ....................................................................
Lochea : ....................................................................
Keadaan payudara : ....................................................................
Pengeluaran ASI : ....................................................................
4. Riwayat Kesehatan
a. Riwayat
Kesehatan yang
Lalu : ....................................................................
b. Riwayat
Kesehatan
Keluarga :
5. Sistem psikososial
a. Fase taking in
Ditanyakan bagaimana perasaan ibu menyambut kelahiran anaknya.
b. Fate taking hold
Ditanyakan apakah ibu ingin merawat bayinya sendiri.
c. Fase letting go
Ditanyakan bagaimana perasaan anggota keluarga yang lain dalam
menyambut kelahiran bayi.
6. Latar belakang sosial budaya
Yang ditanyakan kebiasaan yang ada di lingkungan klien dan keluarga yang
menunjang seperti selamatan, puputan dan rencana meneteki sampai
umur berapa, kebiasaan yang menghambat seperti minum jamu, pijat dan
ibu dilarang beraktivitas setelah melahirkan.
7. Kebiasaan sehari-hari
a. Pola nutrisi.
b. Pola istirahat/tidur.
c. Pola aktivitas.
d. Pola eliminasi urine dan alvi.
e. Personal hygiene.
f. Pola seksual.
A. Data Objektif
Yang meliputi :
1. Keadaan umum
2. Kesadaran
3. Tanda-tanda vital.
- Tekanan Darah
- Nadi
- Suhu
- RR
4. Pemeriksaan fisik
a. Inspeksi
Kepala :

Muka :

Hidung :

Mata :

Mulut :

Telinga :

Leher :

Ketiak :

Dada :

Payudara :

Perut :

Vulva :
Anus :

Ekstremitas atas :

Ekstremitas bawah :

b. Palpasi
Kepala :

Leher :

Ketiak :

Dada :

Payudara :

Abdomen :

Ekstremitas atas :

Ekstremitas bawah :

c. Auskultasi
Dada :

Abdomen :

10.2 Identifikasi Diagnosa, Masalah dan Kebutuhan


Tanggal …………………. Hari…………….. jam……………..
1. Diagnosa pasien …………post partum hari ke ……………..
Ds : ………………………
Do : ………………………
2. Masalah
Ds : ………………………
Do : ………………………
10.3 Antisipasi Masalah Potensial
Masalah yang mungkin timbul dan bila segera diatasi akan mengancam
kesehatan klien.

10.4 Identifikasi Kebutuhan Segera


Tindakan kepentingan yang harus dilakukan untuk kepentingan dan
keselamatan jiwa ibu dan bayinya.

10.5 Planning
Hari I
1. ............................................................................................................................
Rasional :

2. ............................................................................................................................
Rasional :

3. ............................................................................................................................
Rasional :

10.6 Implementasi
Tanggal …………………. Hari…………….. jam……………..
1.
2.
3.

10.7 Evaluasi
Tanggal …………………. Hari…………….. jam……………..
S (Subjektif ) : .........................................................................................................
O (Objektif ) : .........................................................................................................
A (assement) : .........................................................................................................
P (planning) : .........................................................................................................
Lampiran

EVALUASI

1. Pengetian nifas adalah………………………………………………..

2. Nifas dibagi dalam 3 periode adalah dan jelaskan……………………

3. Lochea Rubra adalah…………………………………………………

4. Lochea Serosa adalah…………………………………………………

5. Apa fungsi senam nifas……………………………………………….

6. Jelaskan proses laktasi………………………………………………..

7. Apa pengertian dari fase taking in…………………………………….

8. Apa pengertian dari fase taking hold………………………………….

9. Sebutkan komplikasi yang terjadi dalam masa nifas………………….

10. Reflek apa yang mempengaruhi terhadap kelancaran laktasi …………


BAB 6
KIE, PROMOSI KESEHATAN DAN KONSELING

A. KESEHATAN REPRODUKSI
B. KEHIDUPAN BERKELUARGA SEHAT
C. PERSIAPAN MENJADI ORANG TUA

Kondisi yang berkaitan dengan kelahiran yang mempengaruhi penyesuaian


diri pasca lahir adalah peran orang tua. Bila peran orang tua menguntungkan
hubungan orang tua dan anak akan baik. Ini akan membantu penyesuaian bayi
dengan lingkungan baru sesudah ia lahir.
Misalnya, seorang ibu yang tenang menghasilkan lebih banyak susu
dibandingkan dengan ibu yang tegang, yang karena membantu bayi untuk
menyesuaikan diri dengan cara makan baru yang harus dilakukan sesudah kelahiran .
sebaiknya peran oaring tua tidak menguntungkan membuat hubungan orang tua -
bayi bernada sangat emosional .Ini memperlambat penyesuaian bayi dalam hal
makan dan tidur dan memperkuat tangisan, yang selanjutnya mengganggu
penyesuaian yang harus dilakukan bayi dengan lingkungan pasca lahir .

Kondisi yang Berkaitan dengan Kelahiran yang Mempengaruhi Peran Orang Tua

Pengalaman Kelahiran Ibu


Bila kelahiran menimbulkan sedikit rasa tak nyaman pada seorang ibu , maka
sikapnya akan lebih menguntungkan daripada bila persalinan berlangsung
lama dan sulit
Kondisi Fisik Ibu Setelah Melahirkan
Wanita yang secara fisik lelah setelah melahirkan anak mempunyai
sikap yang kurang menguntungkan terhadap anaknya daripada mereka yang
lekas pulih.
Persiapan Menjadi Orang Tua
Semakin baik persiapan orang tua untuk mengemban peran mereka
pada waktu membawa bayinya ke rumah dari rumah sakit dan mengambil
alih perawatannya.

Harapan Orang Tua


Bila bayi mempunyai jenis kelamin yang diharapkan dan rupa yang
menarik . sikap orang tua akan jauh lebih menguntungkan daripada bila jenis
kelamin bayi tidak diinginkan dan tidak memenuhi konsep “bayi ideal”-nya.
Penyesuaian Pasca Lahir Bayi
Bayi yang menyesuaikan dengan cepat dan memuaskan terhadap
lingkungan pasca lahir memperkuat sikap orang tua yang menguntungkan
dari pada mereka yang penyesuaian lambat dan tidak memuaskan.
Ketidaksenangan Orang Tua Akan Pekerjaan dan Kekurangan Biaya
Bila merawat bayi di rumah membutuhkan pekerjaan, pengeluaran
biaya lebih banyak menyebabkan kurang tidur dan pengeluaran biaya lebih
banyak daripada yang diperkiraan orang tua. Hal-hal itu mungkin akan
menyebabkan ketidaksenangan terhadap bayi.
Keprihatinan Akan Normalitas
Bila dokter memperhatikan kesulitan bayi untuk menyesuaikan
sesudah lahir dan bila bayi di rawat lebih lama di rumah sakit dari bisanya,
orang tua menjadi cemas, prihatin, dan tidak bahagia. Mereka ragu apakah
bayi akan menjadi anak yang sehat sepenuhnya secara fisik dan mental .
D. PENGASUHANANAK

BAB 7
UPAYA PEMBERDAYAAN PEREMPUAN SEBAGAI MITRA

BAB 8
PEMBUATAN KEPUTUSAN DALAM PELAYANAN KEBIDANAN PADA
MASA NIFAS

Anda mungkin juga menyukai