TINJAUAN TEORI
A. DEFINISI
Dialisis merupakan suatu proses yang di gunakan untuk mengeluarkan
cairan dan produk limbah dari dalam tubuh ketika ginjal tidak mampu
melaksanakan proses tersebut. Tujuan dialisis adalah untuk mempertahankan
kehidupan dan kesejahteraan pasien sampai fungsi ginjal pulih kembali. Metode
terapi mencakup hemodialisis, hemofiltrasi dan peritoneal dialisis (Brenner,
2012).
Pada dialisis molekul solut berdifusi lewat membran semipermeabel
dengan cara mengalir dari sisis cairan yang lebih pekat (konsentarsi solut lebih
tinggi) ke cairan yang lebih encer (kondisi solut yang lebih rendah). Cairan
mengalir lewat membran semipermeabel dengan cara osmosis atau ultrafiltrasi
(aplikasi tekanan exsternal pada membran) pada hemodialisis membran
merupakan bagian dari dialeser atau ginjal artifisial. Pada perritoneal dialisis,
merupakan peritoneum atau lapisan dinding abdomen berfungsi sebagai membran
semipermeabel (Carpenter, 2012).
Tisher dan Wilcox (1997) hemodialisa didefinisikan sebagai pergerakan
larutan dan air dari darah pasien melewati membran semipermeabel (dializer) ke
dalam dialisat. Dializer juga dapat dipergunakan untuk memindahkan sebagian
besar volume cairan.
Hemodialisa adalah menggerakkan cairan dari partikel-pertikel lewat
membran semi permiabel yang mempunyai pengobatan yang bisa membantu
mengembalikan keseimbangan cairan dan elektrolit yang normal, mengendalikan
asam dan basa, dan membuang zat-zat toksis dari tubuh. ( Long, 2009).
Membran selaput semipermiabel adalah lembar tipis, berpori-pori, terbuat
dari selulosa atau bahan sintetik. Ukuran pori-pori membrane memungkinkan
difusi zat dengan berat molekul rendah seperti urea, kreatinin, dan asam urat
berdifusi. Molekul air juga sangat kecil dan bergerak bebas melalui membran,
tetapi kebanyakan protein plasma, bakteri dan sel darah terlalu besar untuk
melewati pori-pori membrane. Perbedaan konsentrasi zat pada dua kompartemen
disebut gradian konsentrasi (Daugirdas, 2007).
B. EPIDEMIOLOGI
Hemodialisis di Indonesia mulai tahun 1970 dan sampai sekarang telah
dapatdilaksanakan di banyak rumah sakit rujukan. Kualitas hidup yang diperoleh
cukup baik danpanjang umur yang tertinggi sampai sekarang 14 tahun.Indonesia
termasuk Negara dengantingkat penderita gagal ginjal yang cukup tinggi.Saat ini
jumlah penderita gagal ginjalmencapai 4500 orang. Dari jumlah itu banyak
penderita yang meninggal dunia akibat tidakmampu berobat atau cuci darah
(hemodialisis) karena biaya yang sangat mahal (Brenner, 2012).
C. ETIOLOGI
Hemodialisa dilakukan kerena pasien menderita gagal ginjal akut dan
kronik akibat dari : azotemia, simtomatis berupa enselfalopati, perikarditis,
uremia, hiperkalemia berat, kelebihan cairan yang tidak responsive dengan
diuretic, asidosis yang tidak bisa diatasi, batu ginjal, dan sindrom hepatorenal
(Carpenter, 2012).
D. PATOFISIOLOGI
Ginjal adalah organ penting bagi hidup manusia yang mempunyai fungsi
utama untuk menyaring / membersihkan darah. Gangguan pada ginjal bisa terjadi
karena sebab primer ataupun sebab sekunder dari penyakit lain. Gangguan pada
ginjal dapat menyebabkan terjadinya gagal ginjal atau kegagalan fungsi ginjal
dalam menyaring / membersihkan darah. Penyebab gagal ginjal dapat dibedakan
menjadi gagal ginjal akut maupun gagal ginjal kronik. Dialisis merupakan salah
satu modalitas pada penanganan pasien dengan gagal ginjal, namun tidak semua
gagal ginjal memerlukan dialisis. Dialisis sering tidak diperlukan pada pasien
dengan gagal ginjal akut yang tidak terkomplikasi, atau bisa juga dilakukan hanya
untuk indikasi tunggal seperti hiperkalemia. Faktor-faktor yang harus
dipertimbangkan sebelum melalui hemodialisis pada pasien gagal ginjal kronik
terdiri dari keadaan penyakit penyerta dan kebiasaan pasien. Waktu untuk terapi
ditentukan oleh kadar kimia serum dan gejala-gejala.Hemodialisis biasanya
dimulai ketika bersihan kreatin menurun dibawah 10 ml/mnt, yang biasanya
sebanding dengan kadar kreatinin serum 8-10 mge/dL namun demikian yang lebih
penting dari nilai laboratorium absolut adalah terdapatnya gejala-gejala uremia
(Carpenter, 2012).
E. TUJUAN
Menurut Havens dan Terra (2005) tujuan dari pengobatan hemodialisa
antara lain :
1. Menggantikan fungsi ginjal dalam fungsi ekskresi, yaitu membuang sisa-
sisa metabolisme dalam tubuh, seperti ureum, kreatinin, dan sisa
metabolisme yang lain.
2. Menggantikan fungsi ginjal dalam mengeluarkan cairan tubuh yang
seharusnya dikeluarkan sebagai urin saat ginjal sehat.
3. Meningkatkan kualitas hidup pasien yang menderita penurunan fungsi
ginjal.
4. Menggantikan fungsi ginjal sambil menunggu program pengobatan yang
lain.
Menurut PERNEFRI (2003) waktu atau lamanya hemodialisa disesuaikan
dengan kebutuhan individu. Tiap hemodialisa dilakukan 4 – 5 jam dengan
frekuensi 2 kali seminggu. Hemodialisa idealnya dilakukan 10 – 15 jam/minggu
dengan Blood flow (QB) 200–300 mL/menit. Sedangkan menurut Corwin (2000)
hemodialisa memerlukan waktu 3 – 5 jam dan dilakukan 3 kali seminggu. Pada
akhir interval 2 – 3 hari diantara hemodialisa, keseimbangan garam, air, dan pH
sudah tidak normal lagi. Hemodialisa ikut berperan menyebabkan anemia karena
sebagian sel darah merah rusak dalam proses hemodialisa.
G. KOMPONEN HEMODIALISA
1. Dialyzer / Ginjal Buatan
Suatu alat yang digunakan untuk mengeluarkan sisa metabolisme
tubuh, bila fungsi kedua ginjal sudah tidak memadai lagi, mengatur
keseimbangan cairan dan elektrolit, mengeluarkan racun-racun atau toksin
yang merupakan komplikasi dari Gagal Ginjal. Sedangkan fungsi
hormonal/ endokrin tidak dapat diambil alih oleh ginjal buatan. Dengan
demikian ginjal buatan hanya berfungsi sekitar 70-80 % saja dari ginjal
alami yang normal. Macam-macam ginjal buatan :
a. Paraller-Plate Diyalizer: Ginjal pertama kali ditemukan dan sudah
tidak dipakai lagi, karena darah dalam ginjal ini sangat banyak sekitar
1000 cc, disamping cara menyiapkannya sangat sulit dan
membutuhkan waktu yang lama.
b. Coil Dialyzer: Ginjal buatan yang sudah lama dan sekarang sudah
jarang dipakai karena volume darah dalam ginjal buatan ini banyak
sekitar 300 cc, sehingga bila terjadi kebocoran pada ginjal buatan
darah yang terbuang banyak. Ginjal ini juga memerlukan mesin
khusus, cara menyiapkannya juga memerlukan waktu yang lama.
c. Hollow Fibre Dialyzer: Ginjal buatan yang sangat banyak saat ini
karena volume darah dalam ginjal buatan sangat sedikit sekitar 60-80
cc, disamping cara menyiapkannya mudah dan cepat (Carpenter,
2012).
2. Dialisat
Menurut Carpenter (2012) dialisat adalah cairan yang terdiri dari
air, elektrolit dan zat-zat lain supaya mempunyai tekanan osmotik yang
sama dengan darah. Fungsi Dialisat pada dialisit:
a. Untuk mengeluarkan dan menampung cairan dan sisa metabolisme
b. Untuk mencegah kehilangan zat-zat vital dari tubuh selama dialisa
Tabel perbandingan darah dan dialisat :
Komponen elektrolit Darah Dialisat
Natrium/sodium 136mEq/L 134mEq/L
Kalium/potassium 4,6mEq/L 2,6mEq/L
Kalsium 4,5mEq/L 2,5mEq/L
Chloride 106mEq/L 106mEq/L
Magnesium 1,6mEq/L 1,5mEq/L
I. KONTRA INDIKASI
Menurut Thiser dan Wilcox (1997) kontra indikasi dari hemodialisa adalah
hipotensi yang tidak responsif terhadap presor, penyakit stadium terminal, dan
sindrom otak organik. Sedangkan menurut PERNEFRI (2003) kontra indikasi dari
hemodialisa adalah tidak mungkin didapatkan akses vaskuler pada hemodialisa,
akses vaskuler sulit, instabilitas hemodinamik dan koagulasi. Kontra indikasi
hemodialisa yang lain diantaranya adalah penyakit alzheimer, demensia multi
infark, sindrom hepatorenal, sirosis hati lanjut dengan ensefalopati dan keganasan
lanjut (PERNEFRI, 2003).
Tidak dilakukan pada pasien yang mengalami suhu yang tinggi. Cairan
dialysis pada suhu tubuh akan meningkatkan kecepatan difusi, tetapi suhu yang
terlalu tinggi menyebabkan hemodialisis sel-sel darah merah sehingga
kemungkinan penderita akan meninggal (Daugirdas, 2007).
K. KOMPLIKASI HEMODIALISA
Menurut Tisher dan Wilcox (1997) serta Havens dan Terra (2005) selama
tindakan hemodialisa sering sekali ditemukan komplikasi yang terjadi, antara lain:
1. Kram otot: Kram otot pada umumnya terjadi pada separuh waktu
berjalannya hemodialisa sampai mendekati waktu berakhirnya
hemodialisa. Kram otot seringkali terjadi pada ultrafiltrasi (penarikan
cairan) yang cepat dengan volume yang tinggi.
2. Hipotensi : Terjadinya hipotensi dimungkinkan karena pemakaian dialisat
asetat, rendahnya dialisat natrium, penyakit jantung aterosklerotik,
neuropati otonomik, dan kelebihan tambahan berat cairan.
3. Aritmia: Hipoksia, hipotensi, penghentian obat antiaritmia selama dialisa,
penurunan kalsium, magnesium, kalium, dan bikarbonat serum yang cepat
berpengaruh terhadap aritmia pada pasien hemodialisa.
4. Sindrom ketidakseimbangan dialisa: Sindrom ketidakseimbangan dialisa
dipercaya secara primer dapat diakibatkan dari osmol-osmol lain dari otak
dan bersihan urea yang kurang cepat dibandingkan dari darah, yang
mengakibatkan suatu gradien osmotik diantara kompartemen-
kompartemen ini. Gradien osmotik ini menyebabkan perpindahan air ke
dalam otak yang menyebabkan oedem serebri. Sindrom ini tidak lazim dan
biasanya terjadi pada pasien yang menjalani hemodialisa pertama dengan
azotemia berat.
5. Hipoksemia: Hipoksemia selama hemodialisa merupakan hal penting yang
perlu dimonitor pada pasien yang mengalami gangguan fungsi
kardiopulmonar.
6. Perdarahan: Uremia menyebabkan ganguan fungsi trombosit. Fungsi
trombosit dapat dinilai dengan mengukur waktu perdarahan. Penggunaan
heparin selama hemodialisa juga merupakan faktor risiko terjadinya
perdarahan.
7. Ganguan pencernaan: Gangguan pencernaan yang sering terjadi adalah
mual dan muntah yang disebabkan karena hipoglikemia. Gangguan
pencernaan sering disertai dengan sakit kepala.
8. Infeksi atau peradangan bisa terjadi pada akses vaskuler.
9. Pembekuan darah bisa disebabkan karena dosis pemberian heparin yang
tidak adekuat ataupun kecepatan putaran darah yang lambat.
BAB II
ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN HEMODIALISIS
A. PENGKAJIAN
1. Keluhan utama
Keluhan utama pada pasien hemodialisa adalah
a. Sindrom uremia
b. Mual, muntah, perdarahan GI.
c. Pusing, nafas kusmaul, koma.
d. Perikarditis, cardiar aritmia
e. Edema, gagal jantung, edema paru
f. Hipertensi
Tanda-tanda dan gejala uremia yang mengenai system tubuh
(mual, muntah, anoreksia berat, peningkatan letargi, konfunsi mental),
kadar serum yang meningkat. (Brunner & Suddarth, 2011)
2. Riwayat penyakit sekarang
Pada pasien penderita gagal ginjal kronis (stadium terminal).
(Brunner & Suddarth, 2011)
3. Riwayat obat-obatan
Pasien yang menjalani dialisis, semua jenis obat dan dosisnya
harus dievaluasi dengan cermat. Terapi antihipertensi, yang sering
merupakan bagian dari susunan terapi dialysis, merupakan salah satu
contoh di mana komunikasi, pendidikan dan evaluasi dapat memberikan
hasil yang berbeda. Pasien harus mengetahui kapan minum obat dan kapan
menundanya. Sebagai contoh, obat antihipertensi diminum pada hari yang
sama dengan saat menjalani hemodialisis, efek hipotensi dapat terjadi
selama hemodialisis dan menyebabkan tekanan darah rendah yang
berbahaya. (Brunner & Suddarth, 2011)
4. Psikospiritual
Penderita hemodialisis jangka panjang sering merasa kuatir akan
kondisi penyakitnya yang tidak dapat diramalkan. Biasanya menghadapi
masalah financial, kesulitan dalam mempertahankan pekerjaan, dorongan
seksual yang menghilang serta impotensi, dipresi akibat sakit yang kronis
dan ketakutan terhadap kematian. (Brunner & Suddarth, 2011)
Prosedur kecemasan merupakan hal yang paling sering dialami
pasien yang pertama kali dilakukan hemodialisis. (Muttaqin, 2011)
5. ADL (Activity Day Life)
Nutrisi : pasien dengan hemodialisis harus diet ketat dan pembatasan
cairan masuk untuk meminimalkan gejala seperti penumpukan cairan yang
dapat mengakibatkan gagal jantung kongesti serta edema paru,
pembatasan pada asupan protein akan mengurangi penumpukan limbah
nitrogen dan dengan demikian meminimalkan gejala, mual muntah.
(Brunner & Suddarth, 2011)
Eliminasi : Oliguri dan anuria untuk gagal
Aktivitas : dialisis menyebabkan perubahan gaya hidup pada keluarga.
Waktu yang diperlukan untuk terapi dialisis akan mengurangi waktu yang
tersedia untuk melakukan aktivitas sosial dan dapat menciptakan konflik,
frustasi. Karena waktu yang terbatas dalam menjalani aktivitas sehai-hari.
6. Pemeriksaan fisik
BB : Setelah melakukan hemodialisis biasanya berat badan akan menurun.
TTV: Sebelum dilakukan prosedur hemodialisis biasanya denyut nadi dan
tekanan darah diatas rentang normal. Kondisi ini harus di ukur kembali
pada saat prosedur selesai dengan membandingkan hasil pra dan sesudah
prosedur. (Muttaqin, 2011)
Manifestasi klinik
a. Kulit : kulit kekuningan, pucat, kering dan bersisik, pruritus
atau gatal-gatal
b. Kuku : kuku tipis dan rapuh
c. Rambut : kering dan rapuh
d. Oral : halitosis / faktor uremic, perdarahan gusi
e. Lambung : mual, muntah, anoreksia, gastritis ulceration.
f. Pulmonary : uremic “lung” atau pnemonia
g. Asam basa : asidosis metabolik
h. Neurologic : letih, sakit kepala, gangguan tidur, gangguan otot :
pegal
i. Hematologi : perdarahan
7. Pemeriksaan Penunjang
Kadar kreatinin serum diatas 6 mg/dl pada laki-laki, 4mg/dl pada
perempuan, dan GFR 4 ml/detik. (Sylvia A. Potter, 2005).
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Pre HD
a. Pola nafas tidak efektif b.d edema paru, asidosis metabolic, Hb ≤ 7
gr/dl, Pneumonitis dan Perikarditis d.d Penggunaan otot aksesoris
untuk bernafas, Pernafasan cuping hidung, Perubahan kedalaman
nafas, dan Dipneu
b. Kelebihan volume cairan b.d penurunan haluaran urine, diet cairan
berlebih, retensi cairan & natrium b.d Perubahan berat badan dalam
waktu sangat singkat, Gelisah, Efusi pleura, Oliguria, Asupa melebihi
haluran, Edema, Dispnea, Penurunan hemoglobin, Perubahan pola
pernapasan , dan Perubahan tekanan darah
c. Ketidakseimbangan nutrisi, kurang dari kebutuhan tubuh b.d
anoreksia, mual & muntah, pembatasan diet dan perubahan membrane
mukosa oral d.d nyeri abdomen bising usus hiperaktif, kurang
makanan, diare, kurang minat pada makanan, dan berat badan 20%
atau lebih dibawah berat badan ideal.
d. Ansietas b.d krisis situasional d.d gelisah, wajah tegang, bingung,
tampak waspada, ragu/tidak percaya diri dan khawatir
e. Kerusakan integritas kulit b.d Gangguan sirkulasi, Iritasi zat kimia,
Defisit cairan d.d Kerusakan jaringan (Mis. Kornea, membrane
mukosa, integument, atau subkutan) dan Kerusakan jaringan.
2. Intra HD
a. Resiko cedera b.d akses vaskuler & komplikasi sekunder terhadap
penusukan & pemeliharaan akses vaskuler.
b. Risiko terjadi perdarahan b.d penggunaan heparin dalam proses
hemodialisa
3. Post HD
a. Intoleransi aktivitas b.d keletihan, anemia, retensi produk sampah dan
prosedur dialisis d,d menyatakan merasa lemah, menyatakan merasa
letih, dispnea setelah beraktifitas, ketidaknyamanan setelah
beraktifitas, dan respon tekanan darah abnormal terhadap aktivitas.
b. Risiko Harga diri rendah b.d ketergantungan, perubahan peran dan
perubahan citra tubuh dan fungsi seksual d.d gangguan citra tubuh,
Mengungkapkan perasaan yang mencerminkan perubahan
individudalam penampilan, Respon nonverbal terhadap persepsi
perubahan pada tubuh (mis;penampilan,steruktur,fungsi), Fokus pada
perubahan, Perasaan negatif tentang sesuatu
c. Resiko infeksi b.d prosedur invasif berulang
C. INTERVENSI KEPERAWATAN
a. Pre HD
b. Intra HD
c. Post HD
No Diagnosa Tujuan & Kriteria Intervensi Rasional
Hasil
1 Intoleransi Setelah dilakukan 1. Observasi faktor 1. Menyediakan
aktivitas b.d tindakan keperawatan yang menimbulkan informasi tentang
keletihan, & HD, selama 1x24 keletihan: Anemia, indikasi tingkat
anemia, retensi jam diharapkan klien Ketidakseimbangan keletihan
produk sampah mampu berpartisipasi cairan & elektrolit, 2. Meningkatkan
dan prosedur dalam aktivitas yang Retensi produk sampah aktifitas ringan/sedang
dialisis dapat ditoleransi, depresi & memperbaiki harga
dengan Kriteria 2. Tingkatkan diri
Hasil: kemandirian dalam 3. Mendorong
a. Berpartisipasi aktifitas perawatan diri latihan & aktifitas
dalam aktivitas yang dapat ditoleransi, yang dapat ditoleransi
perawatan mandiri bantu jika keletihan & istirahat yang
yang dipilih terjadi adekuat
b. Berpartisipasi 3. Anjurkan aktivitas 4. Istirahat yang
dalam ↑ aktivitas dan alternatif sambil adekuat dianjurkan
latihan istirahat setelah dialisis, karena
c. Istirahat & 4. Anjurkan untuk adanya perubahan
aktivitas istirahat setelah dialisis keseimbangan cairan
seimbang/bergantian & elektrolit yang cepat
pada proses dialisis
sangat melelahkan
2 Harga diri Setelah diberikan 1. Observasi 1. Menyediakan
rendah b.d asuhan keperawatan respon & reaksi klien & data klien & keluarga
ketergantungan selama 1x24 jam keluarganya terhadap dalam menghadapi
, perubahan diharapkan penyakit & perubahan hidup
peran dan Memperbaiki konsep penanganannya. 2. Penguatan &
perubahan citra diri, dengan 2. Observasi dukungan terhadap
tubuh dan Kriteria Hasil: hubungan klien dan klien diidentifikasi
fungsi seksual a. Pola koping keluarga terdekat 3. Pola koping
klien dan keluarga 3. Observasi pola yang efektif dimasa
efektif koping klien & lalu bisa berubah jika
b. Klien & keluarganya menghadapi penyakit
keluarga bisa 4. Ciptakan diskusi & penanganan yang
mengungkapkan yang terbuka tentang ditetapkan sekarang
perasaan & reaksinya perubahan yang terjadi 4. Klien dapat
terhadap perubahan akibat penyakit & mengidentifikasi
hidup yang penangannya Perubahan masalah dan langkah-
diperlukan peran, Perubahan gaya langkah yang harus
hidup, Perubahan dalam dihadapi
pekerjaan, Perubahan 5. Bentuk
seksual dan alternatif aktifitas
Ketergantungan dg seksual dapat diterima.
center dialisis 6. Seksualitas
5. Gali cara mempunyai arti yang
alternatif untuk berbeda bagi tiap
ekspresikan seksual lain individu, tergantung
selain hubungan seks dari maturitasnya.
6. Diskusikan
peran memberi dan
menerima cinta,
kehangatan dan
kemesraan
3 Resiko infeksi Setelah diberikan
b.d prosedur asuhan keperawatan 1. Pertahankan area 1. Mikroorganisme
invasif selama 3x24 jam steril selama penusukan dapat dicegah masuk
berulang diharapkan kateter kedalam tubuh saat
Pasien tidak 2. Pertahankan teknik insersi kateter
mengalami infeksi steril selama kontak dg 2. Kuman tidak
dengan Kriteria akses vaskuler: masuk kedalam area
Hasil: penusukan, pelepasan insersi
a. Suhu tubuh kateter 3. Inflamasi/infeksi
normal (36-37 C) 3. Monitor area akses ditandai dg
b. Tak ada HD terhadap kemerahan, nyeri,
kemerahan sekitar kemerahan, bengkak, bengkak
shunt nyeri 4. Gizi yang baik
c. Area shunt 4. Beri pernjelasan ↑daya tahan tubuh
tidak nyeri/bengkak pada pasien pentingnya 5. Pasien HD
↑status gizi mengalami sakit
5. Kolaborasi kronis, ↓imunitas
pemberian antibiotik
DAFTAR PUSTAKA