Anda di halaman 1dari 5

pembahasan

Unit Transfusi Darah merupakan suatu pelayanan yang masuk di dalam ruang lingkup pelayanan
kesehatan. Transfusi Darah adalah pemindahan darah atau suatu komponen darah dari seseorang
kepada orang lain. Tergantung kepada alasan dilakukannya transfusi, bisa diberikan darah lengkap
atau komponen darah (misalnya sel darah merah, trombosit, faktor pembekuan, plasma segar yang
dibekukan/bagian cairan dari darah atau sel darah putih). Untuk memberikan komponen-
komponen sel darah merah maka diperlukan pencucian sel darah merah agar tidak ada sampel
serum atau plasma yang masih tersisa yang mungkin bisa menyebabkan adanya reaksi
pengumpalan jika yang bisa didonorkan hanya sel darah merah saja. Penentuan golongan darah
dan rhesus pada pasien juga termasuk bagian dari transfuse darah, dengan demikian tetunya
diperlukan sampel untuk pemeriksaan tersebut yaitu dengan menggunakan suspense dari sel darah
merah pekat 100% yang telah dicuci dengan larutan Saline 0,9% (Zolla L,2012).
Darah adalah suatu cairan tubuh yang kental dan berwarna merah. Sifat utama darah yaitu warna
merah dan kental membedakan darah dari cairan tubuh yang lain. Kekentalan ini disebabkan oleh
banyaknya senyawa dengan berbagai macam berat molekul, dari yang kecil sampai yang besar
seperti protein, yang telarut di dalam darah. Warna merah, yang memberi ciri yang sangat khas
bagi darah yang disebabkan oleh adanya senyawa yang berwarna merah dalam sel-sel darah merah
yang tersuspensi dalam darah. Dengan adanya senyawa dengan berbagai macam ukuran molekul
yang terlarut tersebut, ditambah dengan suspensi sel, baik sel darah merah maupun sel-sel darah
yang lain, darah pun menjadi cairan dengan massa jenis dan kekentalan yang lebih besar dari pada
air ( Dintenfass,2013).
Darah adalah jaringan cair yang terdiri atas dua bagian yaitu plasma darah dan sel darah. Sel darah
terdiri dari tiga jenis yaitu eritrosit, leukosit dan trombosit. Volume darah secara keseluruhan
adalah satu per dua belas berat badan atau kira-kira lima liter. Sekitar 55% adalah plasma darah,
sedang 45% sisanya terdiri dari sel darah Darah kita mengandung beberapa jenis sel yang terangkut
di dalam cairan kuning yang disebut plasma darah. Plasma darah tersusun atas 90% air yang
mengandung sari makanan, protein, hormon, dan endapan kotoran selain sel-sel
darah(Dintenfass,2013).
Volume darah pada orang dewasa sehat ditentukan oleh jenis kelamin. Volume darah pada laki-
laki dewasa adalah 5 liter, sedangkan pada perempuan dewasa agak lebih rendah yaitu 4,5 liter.
Nilai ini tidak mutlak, karena ditentukan oleh keseimbanagn antara ruang intra pembuluh darah
dengan ruang antar sel dan bergantung pada cara pengukuran. Pengukuran volume darah umumnya
didasarkan atas cara pengenceran. Fungsi darah adalah sebagai sarana transfor, alat homeostatis
dan alat pertahanan. Ketiga fungsi tersbut dijalankan dalam berbagai bentuk dan
cara(Dintenfass,2013).
Ada tiga jenis sel darah, yaitu sel darah merah, sel darah putih dan keping darah. Sel darah merah
berbentuk piringan pipih yang menyerupai donat. 45% darah tersusun atas sel darah merah yang
dihasilkan di sumsum tulang. Dalam setiap 1 cm kubik darah terdapat 5,5 juta sel. Jumlah sel darah
merah yang diproduksi setiap hari mencapai 200.000 biliun, rata-rata umurnya hanya 120 hari.
Semakin tua semakin rapuh, kehilangan bentuk, dan ukurannya menyusut menjadi sepertiga
ukuran mula-mula (D'Alessandro A,2012).
Sel darah merah mengandung hemoglobin yang kaya akan zat besi. Warnanya yang merah cerah
disebabkan oleh oksigen yang diserap dari paru-paru. Pada saat darah mengalir ke seluruh tubuh,
hemoglobin melepaskan oksigen ke sel dan mengikat karbon dioksida. Sel darah merah yang tua
akhirnya akan pecah menjadi partikel-partikel kecil di dalam hati dan limpa. Sebagian besar sel
yang tua dihancurkan oleh limpa dan yang lolos dihancurkan oleh hati. Hati menyimpan
kandungan zat besi dari hemoglobin yang kemudian diangkut oleh darah ke sumsum tulang untuk
membentuk sel darah merah yang baru. Persediaan sel darah merah di dalam tubuh diperbarui
setiap empat bulan sekali. Bila darah diambil dari vena dengan menggunakan semperit dan jarum
suntik yang steril dan kering, kemudian darah tersebut ditampung dalam suatu tabung yang bersih
dan kering pula, setelah beberapa waktu, misalnya 1 jam, dibiarkan dalam suhu ruang, darah
tersebut akan terpisah menjadi 2 bagian utama. Kedua bagian tersebut dapat langsung dilihat
dengan mata. Untuk lebih jelas lagi, tabung tersebut dipusing dengan bantuan alat pemusing yaitu
centrifuge setelah selama pengeraman 1 jam tadi. Akan tampak gumpalan darah yang bentuknya
tidak beraturan dan bila penggumpalan berlangsung sempurna, gumpalan darah tersebut akan
terlepas atau dengan mudah dapat dilepaskan dari dinding tabung. Selain itu, akan tampak pula
bagian cair dalam darah. Bagian ini, karena sudah terpisah dari gumpalan darah, tidak lagi
berwarna merah keruh, akan tetapi berwarna kuning jernih. Gumpalan darah terdiri atas seluruh
unsur figuratif darah yang telah mengalami proses penggumpalan atau koagulasi spontan, sehingga
terpisah dari unsur larutan yang berwarna kuning jernih. Unsur larutan yang diperoleh dengan
membiarkan penggumplan spontan dari unsur figuratif dinamai serum (Zeuner A,2012).
Penggumpalan unsur figuratif dalam tabung dapat dicegah dengan senyawa tertentu, yang secara
umum dinamai antikoagulan. Dalam hal ini, untuk memisahkan unsur figuratif dari bagian larutan
dapat dilakukan dengan 2 cara. Cara pertama ialah dengan membiarkan terjadinya pengendapan
berbagai macam sel yang membentuk unsur figuratif semata-mata dengan bentukan gaya berat.
Cara ini memerlukan waktu yang lama dan pemisahan yang diperoleh tidak sempurna. Pemisahan
akan diperoleh jauh lebih cepat dan sempurana bila tabung yang berisi darah tersebut langsung
dipusingkan saja dengan bentuk alat pemusing. Hasilnya, juga akan diperoleh dua bagian besar,
yaitu endapan sel-sel yang membentuk unsur figuratif, serta cairan jernih yang juga berwarna
kuning jernih yang dinami sebagai plasma (Zeuner A,2012).
Plasma darah adalah komponen darah berbentuk cairan berwarna kuning yang menjadi medium
sel-sel darah, dimana sel darah ditutup. 55% dari jumlah/volume darah merupakan plasma darah.
Volume plasma darah terdiri dari 90% berupa air dan 10% berupa larutan protein, glukosa, faktor
koagulasi, ion mineral, hormon dan karbon dioksida. Plasma darah juga merupakan medium pada
proses ekskresi. Plasma darah dapat dipisahkan di dalam sebuah tabung berisi darah segar yang
telah dibubuhi zat anti-koagulan yang kemudian diputar sentrifugal sampai sel darah merah jatuh
ke dasar tuba, sel darah putih akan berada di atasnya dan membentuk lapisan buffy coat, plasma
darah berada di atas lapisan tersebut dengan kepadatan sekitar 1025 kg/m3 atau 1.025 kg/l (Egidi
MG,2011).
Serum darah adalah plasma tanpa fibrinogen, sel dan faktor koagulasi lainnya. Fibrinogen
menempati 4% alokasi protein dalam plasma dan merupakan faktor penting dalam proses
pembekuan darah. Plasmapheresis adalah jenis terapi medis yang menyuling plasma darah keluar
dari kumpulan partikelnya untuk diolah lebih lanjut dan memasukkan kembali plasma darah
tersebut pada akhir terapi( Dintenfass, 2013).
Di dalam darah, serum adalah komponen yang bukan berupa sel darah, juga bukan faktor
koagulasi; serum adalah plasma darah tanpa fibrinogen. Serum terdiri dari semua protein yang
tidak digunakan untuk pembekuan darah termasuk cairan elektrolit, antibodi, antigen, hormon, dan
semua substansi exogenous. Antara plasma dengan serum, walaupun keduanya merupakan cairan
darah yang bebas dari sel dan sama-sama berwarna kuning jernih terdapat perbedaan yang jelas.
Oleh karena plasma diperoleh dengan mencegah proses penggumpalan darah dan serum didapat
dengan membiarkan proses tersebut, plasma mengandung senyawa yang seharusnya dapat
menggumpalkan darah. Senyawa tersebut mestinya sudah tidak ada lagi dalam serum. Senyawa
tersebut adalah fibrinogen, suatu protein darah, yang berubah menjadi jaring dari serat-serat fibrin
pada peristiwa penggumpalan. Dengan demikian di dalam serum tidak ada lagi fibrinogen, karena
protein sudah berubah menjadi jaring fibrin dan menggumpal bersama unsur figuratif yang berupa
sel. Sebaliknya, di dalam plasma masih tetap terdapat fibrinogen, yang tidak dapat berubah
menjadi fibrin karena adanya antikoagulan yang ditambahkan. Untuk memberikan komponen-
komponen sel darah merah maka diperlukan pencucian sel darah merah agar tidak ada sampel
serum atau plasma yang masih tersisa yang mungkin bisa menyebabkan adanya reaksi
pengumpalan jika yang bisa didonorkan hanya sel darah merah saja. Penentuan golongan darah
dan rhesus pada pasien juga termasuk bagian dari transfuse darah, dengan demikian tetunya
diperlukan sampel untuk pemeriksaan tersebut yaitu dengan menggunakan suspense dari sel darah
merah pekat 100% yang telah dicuci dengan larutan Saline 0,9% (D'Alessandro A, 2013).
Pada praktikum ini dilakukan pemisahan serum atau plasma dari sel darah merah digunakan
sampel darah dengan antikoagulan EDTA, pemisahan serum atau plasma ini menggunakan
metode sentrifugasi, yaitu pemusingan sampel agar sel darah yang memiliki massa yang lebih berat
berada pada bagian dasar tabung. Sentrifugasi dilakukan pada kecepatan 3000 rpm selama 1 menit.
Pada saat melakukan sentrifugasi, diusahakan volume sampel harus seimbang dengan volume
sampel lain. Hasil dari sentrifugasi diperoleh dua lapisan, yaitu endapan sel-sel yang membentuk
unsur figuratif, serta cairan jernih yang juga berwarna kuning jernih yang dinami sebagai plasma
atau serum. Plasma dimanfaatkan untuk persiapan pembuatan suspensi sel darah merah dan
persiapan penentuan golongan darah. Dalam praktikum ini, dilakukan pemisahan plasma. Plasma
dan sel darah yang telah terpisah menjadi dua bagian dipindahkan ke tabung lainnya. Sel darah
merah yang diperoleh setelah sentrifugasi dicuci dengan menambahkan NaCl 0,9% hingga ¾
bagian tabung. Pencucian sel darah merah pekat, berguna untuk melarutkan protein yang masih
terkandung di dalam sel darah merah. Dengan mencucinya menggunakan larutan NaCl 0,9%
diharapkan protein yang masih terkandung dapat larut bersama larutan NaCl 0,9 % dan dapat
dengan mudah dibuang sehingga didapatkan sel darah merah pekat yang bebas dari
protein/globulin. NaCl 0,9 % digunakan dalam pencucian sel darah merah karena, larutan NaCl
0,9 % bersifat isotonik terhadap cairan tubuh dimana larutan ini tidak akan memberikan pengaruh
terhadap sel darah yang akan kita pisahkan karena larutan NaCl 0,9 % memiliki tekanan osmotic
yang sama dengan tubuh sehingga tidak akan menyebabkan sel darh merah lisis (Mehdi, 2013).
Sel darah merah yang telah dipisahkan dengan plasma ditambahkan NaCl 0,9 % lalu ditutup
dengan parafilm dicampurkan dengan cara kocok beberapa kali hingga menjadi homogen.
Kemudian disentrifuge seperti memisahkan plasma dari sel darah merah dengan kecepatan 3000
rpm selama 1 menit. Tujuan dri dilakukannya pemusingan kembali yaitu agar sel darah merah
yang didapat benar-benar pekat tanpa ada cairan atau larutan lain yang ikut tercampur atau 100%
sel darah merah. Cairan supernatan NaCl 0,9 %c dibuang dengan cara dipipet dengan pipet secara
hati-hati agar tidak tercampur lagi dengan sel darah merah pencucian diulangi sampai 3 kali. Hal
ini dilakukan untuk memastikan agar sel darah merah yang diperoleh terbebas dari plasma dan
protein lainnya. Pada pencucian terakhir, supernatan salin pencuci dibuang sebanyak-banyaknya
hingga tidak terdapat supernatant pada tabung agar didapatkan sel darah merah pekat (Mehdi,
2013).

DAFTAR PUSTAKA
D'Alessandro A, Giardina B, Gevi F, et al. Clinical metabolomics: the next stage of clinical
biochemistry. Blood Transfus 2012; 10 (Suppl 2): s19-24.
D'Alessandro A, Blasi B, D'Amici GM, et al. Red blood cell subpopulations in freshly drawn
blood: application of proteomics and metabolomics to a decades-long
biological issue. Blood Transfus 2013; 11: 1-13.
Dintenfass, L.: Internal viscosity of the red celland a blood viscosity equation. Nature 219: 956,
2013.
Egidi MG, Rinalducci S, Marrocco C, et al. Proteomic analysis of plasma derived from platelet
buffy coats during storage at room temperature. An application of
ProteoMiner™ technology. Platelets 2011; 22: 252-69.
Mehdi, S.R. 2013. Essential of Blood Banking. India : Jaypee Brothers Medical Publishers (P)
Ltd. Second Edition.
Zeuner A, Martelli F, Vaglio S, et al. Concise review: stemcell-derived erythrocytes as
upcoming players in blood transfusion. Stem Cells 2012; 30: 1587-96.

Zolla L, D'Alessandro A. Shaking hands with the future through omics application in
transfusion medicine and clinical biochemistry. Blood Transfus 2012; 10
(Suppl 2): s1-3.

Anda mungkin juga menyukai