PENDAHULUAN
1
mengetahui tentang HIV dan AIDS serta PMR Wira dapat menjalankan perannya
dengan baik.
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian
2A.1.HIV dan AIDS
Di era globalisasi sekarang ini penyakit berbahaya yang bersifat universal dan
masih belum ada obatnya adalah HIV dan AIDS. Human Immunodeficiency Virus
(HIV) adalah virus yang memperlemah kekebalan pada tubuh manusia sehingga
manusia akan rentan terserang berbagai macam penyakit, maka timbullah Acquired
Immunodeficiency Syndrome atau Acquired Immune Deficiency Syndrome
(disingkat AIDS) yaitu sekumpulan gejala dan infeksi atau sindrom yang timbul
karena rusaknya sistem kekebalan tubuh manusia akibat infeksi virus HIV. Manusia
dengan keadaan tubuh normal system kekebalan tubuhnya mampu mengatasi
berbagai infeksi dan bakteri, hal ini dikarenakan adanya sel darah putih yang bekerja
membentuk antibody untuk menetralisir bakteri dan virus yang masuk ke dalam
tubuh.
Sasaran penyerangan HIV adalah system kekebalan tubuh manusia itu sendiri
terutama sel-sel limfosit T4 atau disebut juga CD4-T. Selama terinfeksi virus ini
limfosit menjadi media untuk pengembangbiakan virus HIV. Virus HIV akan
merusak system genetic sehingga tubuh tidak bisa memproduksi CD4-T lagi,
melainkan mereplikasi virus HIV. Jika sel-sel limfosit CD4-T mati, maka hal ini
akan membuat system kekebalan tubuh manusia menjadi rentan dan virus akan
dengan bebas menyerang sel-sel limfosit CD4 yang lainnya yang masih sehat.
Akibatnya, daya tahan tubuh akan semakin menurun. Akhirnya,system kekebalan
tubuh tak mampu melindungi tubuh dari bakteri dan mikroba lainnya. Ini akan
membuat kuman penyakit infeksi lain (kadang disebut penyakit oportunistik) akan
masuk dan menyerang tubuh penderita. Bahkan, kuman-kuman lain yang jinak tiba-
tiba bisa menjadi ganas. Kuman itu bisa berupa virus lain, bakteri, mikroba, jamur,
3
ataupun mikroorganisme patogen lainnya. Jika sudah begitu, penderita bisa saja
meninggal karena infeksi virus oportunisrik tersebut.
Tidak ada gejala khusus jika seseorang sudah terinfeksi HIV, dengan kata lain
orang yang mengidap HIV tidak bisa dikenali melalui tampilan luarnya saja. Penyakit
ini secara dini hanya bisa diketahui jika dilakukan screening dengan pengujian di
laboratorium. Pengujian ini tidak mengukur ada atau tidaknya virus HIV di dalam
tubuh namun pengujian ini mengukur adanya zat anti (antibody) dalam darah
penderita.
4
atau hanya sakit ringan yang umum. Namun, secara perlahan HIV akan
menghancurkan system kekebalannya.
d. Stadium AIDS (Full Blown). Pada masa ini, virus akan menghancurkan
sebagian besar atau seluruh system kekebalan tubuh sehingga mulai
tampak adanya infeksi oportunistik. Contohnya adalah radang paru-paru,
kanker kulit, penyakit saraf, TBC, penyakit saluran pencernaan, dan
berbagai kanker lainnya.
5
lainnya. Prinsip Survive ini juga tidak terpenuhi bila diberitakan virus HIV
dimasukkan dalam minuman soda atau makanan sebab asam lambung yang
pekat akan membuat virus HIV ini tidak bertahan hidup.
S = Sufficient. Sufficient ini maksudnya kandungan virus HIV dalam cairan
tubuh yang keluar dari orang yang terinfeksi virus HIV harus ada dalam
kandungan yang cukup. Jika jumlahnya sedikit, HIV tidak akan bisa
menginkubasi tubuh manusia lainnya. Ini mengapa cairan keringat dan
saliva (ludah) tidak bisa menularkan virus HIV.
E = Enter. Enter ini maksudnya adanya jalur masuk di tubuh manusia yang
memungkinkan kontak dengan cairan tubuh yang mengandung virus HIV.
Ini mengapa penggunaan kondom serta pelicin kemudian penting sebab
akan meminimalisir terjadinya perlukaan ketika melakukan hubungan
seksual.
Penularan HIV bisa terjadi melalui kegiatan berikut :
a. Berhubungan seksual dengan orang terinfeksi HIV atau seorang pengidap
HIV, tanpa menggunakan kondom.
b. Melakukan transfuse dengan darah yang sudah tercemar virus HIV dan
transplantasi organ dengan penderita HIV.
c. Bergantian dalam penggunaan jarum suntik dan alat tusuk seperti pada
alat tindik, tattoo, dan terapi akupuntur yang sudah dipakai oleh penderita
HIV.
d. Seorang ibu yang mengidap HIV ke janin yang dikandungnya, itu tidak
berarti HIV dan AIDS merupakan penyakit turunan, karena penyakit
turunan berada di gen-gen manusia sedangkan HIV menular saat darah
atau cairan vagina ibu membuat kontak dengan cairan atau darah anaknya
dan penularan melalui Air Susu Ibu (ASI) yang diberikan dari ibu ke
anaknya.
6
Dari uraian di atas maka terdapat orang-orang yang beresiko tinggi tertular HIV,
yaitu:
1. Wanita atau laki-laki yang suka berganti pasangan.
2. Pekerja Seks yang melakukan hubungan seks tanpa menggunakan
kondom.
3. Pelaku Seksual abnormal, seperti hubungan seks melalui anus dan yang
lainnya.
4. Pengguna Narkoba suntik, apalagi jika dilakukan bergantian.
Meskipun demikian, ada beberapa kegiatan yang bisa dilakukan bersama dengan
penderita HIV tanpa berpotensi menularkan virus HIV, diantaranya :
1. Berjabat tangan dengan penderita HIV dan AIDS
2. Memberikan P3K dengan prosedur yang benar.
3. Berciuman tanpa kontak cairan mulut atau darah dari luka.
4. Tidur bersama penderita HIV dan AIDS
5. Digigit nyamuk atau serangga.
6. Bertukar pakaian atau barang lain milik pengidap HIV dan AIDS.
7. Berak dan kencing WC umum.
8. Berenang bersama dengan para penderita HIV.
9. Anak yang digendong apa pengidap HIV dan AIDS
10. Percikan ludah, batuk, atau bersin dari penderita HIV dan AIDS.
11. Merawat pengidap HIV dan AIDS sesuai dengan prosedur.
12. Makan dan minum bersama dengan pengidap HIV dan AIDS.
Dan masih banyak lagi yang lainnya, terpenting yang harus kita pahami betul
adalah virus HIV tidak akan menular asalkan kita bisa menjaga tubuh kita agar tidak
terjadi kontak antar media media penularan tersebut dari pengidap HIV dan AIDS ke
orang lain.
7
2A.4. Upaya Penanggulangan
Meskipun penanganan yang telah ada dapat memperlambat laju perkembangan
virus yaitu dengan mengonsumsi ARV (Anti-Retroviral) bagi yang sudah terinfeksi
virus HIV, namun penyakit ini belum benar-benar bisa disembuhkan. Upaya-upaya
yang dapat dilakukan masyarakat untuk menghindari virus ini adalah dengan akronim
‘ABCDE’, yaitu :
A = Abstinence atau puasa. Puasa yang dimaksud disini adalah puasa seks bagi
remaja yang belum menikah dan sangat ditekankan bagi orang dewasa agar
tidak melakukan hubungan seksual yang beresiko.
B = Be Faithful atau setia. Setia kepada pasangan hidup bagi mereka yang sudah
menikah, hal ini bertujuan agar pasangan suami istri hanya berhubungan
seksual dengan 1 orang saja yaitu pasangannya sendiri (suami/istrinya).
C = Condom atau kondom. Pemakaian kondom sangat diwajibkan tidak hanya
kepada mereka beresiko tinggi terkena HIV dan AIDS karena pekerjaannya
seperti Pekerja Seks (PS), namun kepada seluruh masyarakat yang
melakukan hubungan seksual. Karena kondom tidak hanya melindungi kita
dari HIV dan AIDS, namun juga infeksi menular seksual lainnya.
D = Don’t Inject. Jangan menggunakan narkoba suntik secara bergantian.
Penggunaan narkoba sangat tidak dianjurkan untuk semua orang, terlebih
lagi narkoba suntik yang digunakan bergilir, karena hal tersebut bisa
menularkan virus HIV dan AIDS.
E = Education. Pengetahuan tentang HIV dan AIDS. Perbanyak mencari dan
menambah pengetahuan tentang HIV dan AIDS selain tau cara penyebaran
dan dampak yang dihasilkan di kemudian hari, hal ini juga bisa menambah
wawasan tentang perkembangan HIV dan AIDS.
8
2A. 5. Perkembangan Virus HIV
Semakin pesatnya laju pernularan virus HIV, sekarang HIV dan AIDS sudah
menjadi pandemic di beberapa wilayah. Bahkan Negara Afrika Selatan sudah
menjadi Negara dengan pengidap HIV dan AIDS terbanyak didunia, dengan jumlah
sekitar 12% dari populasi Afrika Selatan dipengaruhi HIV dan AIDS dan sekitar
310.000 orang meninggal karena penyakit ini setiap tahun di Negara Afrika Selatan.
Dari data yang dihimpun oleh Kementerian Negara Pemberdayaan Perempuan
pada 2008, diketahui 63% remaja tingkat SMP telah melakukan hubungan seksual
diluar perkawinan, 21% remaja tingkat SMA telah melakukan aborsi, dan hampir
semua remaja pernah menonton film porno. Sehingga sebanyak 34% kasus kumulatif
AIDS terjadi di usia 15-19 tahun.
Di Bali sendiri jumlah pengidap HIV dan AIDS menduduki posisi keempat di
Negara Indonesia. Dan untuk Kabupaten Bangli penderita HIV dan AIDS tercatat 50
kasus, 7 diantaranya meninggal (1,16%), hal ini juga sekaligus menunjukkan bahwa
Kabupaten Bangli menempati peringkat terakhir untuk pengidap HIV dan AIDS di
Provinsi Bali.
Meskipun demikian, hal ini harus segera ditanggulangi dan diberikan perhatian
khusus mengingat HIV dan AIDS adalah penyakit berbahaya yang sampai saat ini
belum ada obatnya. HIV dan AIDS merupakan penyakit yang menyerang seluruh
lapisan masyarakat. Pada awalnya penyakit HIV dan AIDS hanya beresiko
menyerang orang-orang yang rentan terkena penyakit HIV dan AIDS, seperti PS dan
IDU. Namun dengan perilaku-perilaku masyarakat sekarang yang semakin
menyimpang dari norma-norma yang ada, resiko penularan HIV DAN AIDS semakin
tumbuh subur.
Saat ini penderita penyakit mematikan tersebut mulai mengancam kesehatan
remaja, karena banyak remaja yang menyalahgunakan Narkoba dan perilaku seks
bebas di kalangan remaja pun terus meningkat. Menurut Menteri Negara
Pemberdayaan Perempuan, Prof. Dr. Dra. Meutia Farida Hatta Swasono, MA,
9
separuh penderita HIV DAN AIDS adalah remaja, dan penularannya diperluas oleh
semakin banyaknya remaja yang telah menjadi pengguna Narkoba suntik dan
perilaku seks bebas pada remaja yang semakin hari semakin tumbuh subur.
Sebagian besar remaja yang telah melakukan hubungan seksual tersebut
melakukannya secara tidak aman, sehingga rentan terkena HIV DAN AIDS. Salah
satu indikasi tingginya angka ini ialah adanya keterbatasan pemahaman remaja
mengenai kesehatan reproduksi (komunikasi dan informasi tentang pendidikan seks)
yang melipuli banyak hal mulai dari senggama, kehamilan dini, aborsi, infeksi
menular seksual dan masih banyak yang lainnya serta peranan orang tua dalam
memberikan pengawasan kepada anak-anaknya.
Bahkan banyak remaja yang mendapatkan informasi yang salah mengenai
penularan HIV. Kesalahan informasi ini akan berdampak pada timbulnya persepsi
dan pandangan yang salah tentang penularan virus HIV, sehingga memunculkan
pikiran-pikiran yang bersifat paranoid di kalangan remaja yang nantinya bisa
menimbulkan stigma dan diskriminasi kepada orang dengan HIV dan AIDS (ODHA).
Maka dari itu, untuk menekan lajudari virus HIV ini dan tentunya untuk mengurangi
stigma serta diskrimasi pada ODHA perlu diadakannya kegiatan-kegiatan
peningkatan kesadaran mengenai penularan dari virus HIV dan AIDS itu sendiri.
10
seksual berganti-ganti pasangan, hubungan seksual yang tidak normal dan yang
lainnya. Perilaku-perilaku beresiko banyak dilakukan para remaja saat ini karena
pacaran tidak sehat yang sudah semakin marak di kalangan remaja.
Pacaran yang tidak sehat adalah pacaran yang tidak memperhatikan batasan-
batasan apa yang boleh dan apa yang tidak boleh dilakukan menurut norma umum di
masyarakat.
Sebaliknya, pacaran sehat adalah pacaran yang memperhatikan batasan-batasan
apa yang boleh dan apa yang tidak boleh dilakukan menurut norma umum di
masyarakat.
Factor-faktor yang mempengaruhi makna pacaran sehat :
a. Sehat fisik. Pacaran sehat secara fisik berarti tidak ada kekerasan dalam
berpacaran. Sekalipun laki-laki secara fisik lebih kuat, bukat berarti laki-
laki dapat melakukan kekerasan pada kaum perempuan.
b. Sehat emosional. Pacaran sehat secara emosiona berpijak pada
komunikasi yang baik dan akal sehat. Sebuah hubungan akan terjalim
dengan baik dan nyaman apabila ada saling pengertian dan keterbukaan.
Sangat penting kiranya untuk mengontrol atau mengendalikan emosi diri
sendiri dengan sebaik-baiknya.
c. Sehat social. Pacaran sehat sebaiknya tidak mengikat dan tidak bersyarat.
Artinya hubungan pertemanan dan social dengan yang lain tetap harus
dibina dan dijaga.
d. Sehat seksual. Remaja mengalami perkembangan dan kematangan seks
secara biologis. Dan tentunya pacaran juga mempengaruhi kehidupan
seksual remaja. kedekatan karena berpacaran dapat mendorong hasrat
remaja untuk melakukan kontak fisik (seksual) lebih jauh.
Semakin suburnya pacaran yang tidak sehat dikalangan remaja dipengaruhi oleh
pola pikir remaja sekarang yang semakin jauh dari norma-norma yang ada. Hal ini
disebabkan karena rasa ingin tau remaja yang sangat tinggi serta remaja sering kali
11
ingin mencoba sesuatu yang baru. Remaja adalah waktu manusia berumur belasan
tahun. Pada masa remaja manusia tidak dapat disebut dewasa tapi tidak dapat pula
disebut anak-anak. Masa remaja adalah masa pralihan manusia dari anak-anak
menuju dewasa yang berjalan antara umur 11- 21 tahun.
Pola pikir remaja zaman sekarang sangat sederhana dan tidak segan-segan untuk
melakukan perilaku yang beresiko karena rasa keingintahuan yang sangat tinggi,
tanpa memikirkan bahwa di masa yang akan datang bisa berdampak buruk bagi diri
sendiri dan bisa merugikan orang lain. Berikut merupakan pola pikir remaja :
a. Ingin diakui dan suka mencari perhatian. Hal ini karena mereka mulai
memasuki masa pubertas, dimana mereka selalu ingin terkesan menonjol
dilingkungannya.
b. Suka berargumentasi. Hal ini lah yang menyebabkan remaja adalah usia
yang susah diajak berkomunikasi.
c. Belum bisa membuat keputusan ketika mereka dihadapkan pada satu
konflik dengan sebayanya, mereka cenderung bingung untuk mengambil
keputusan. Hingg larinya kepada seseorang yang paling dekat dengan
mereka.
d. Mulai berfikir idealism hal ini sering menjadi kekuatan mereka untuk
menentag sesuatu yang tidak sesuai dengan keinginan, karena jiwanya
masil labil. Kebanyakan remaja berfikir apa yang orang lain pikir sama
dengan apa yang dipikirkannya.
Dari pola pikir ini akan membawa mereka pada pemikiran untuk memaksakan
kehendaknya. Mengikuti rasa keingintahuan yang tidak terbendung dan mencoba
akan hal-hal baru menjadi pintu masuk kerusakan moral. Hingga tak jarang kita
menjumpai berbagai kasus tentang kenakalan remaja seperti, seks pra-nikah,
penggunaan narkoba dan yang lainnya.
12
2B. 2. PMR sebagai Peer Educator
Peran PMR Wira sebagai Peer Educator harus benar-benar berfungsi dalam
menanggulangi hal ini. PMR Wira berfungsi sebagai peer educator, yaitu pendidik
sebaya ketrampilan hidup sehat. Menurut Shoemaker et al (1998) dan Flanagan et al
(1996 dikutip dari UNAIDS, 1999) menyatakan bahwa pendidikan sebaya (peer
education) biasanya melibatkan penggunaan anggota kelompok tertentu untuk
menghasilkan perubahan di antara anggota lain dalam kelompok yang sama.
Pendidikan sebaya sering digunakan untuk mengubah tingkat perilaku pada individu
dengan cara memodifikasi pengetahuan, sikap, keyakinan, atau perilaku seseorang.
Namun, pendidikan sebaya juga dapat mempengaruhi perubahan di tingkat
kelompok atau masyarakat dengan memodifikasi norma-norma dan merangsang
tindakan kolektif yang mengarah pada perubahan program dan kebijakan yang ada
dalam masyarakat.
Model pembelajaran yang diterapkan dalam pendidikan sebaya adalah
komunikasi, informasi, dan edukasi (KIE). Pendidikan sebaya diidentifikasi sebagai
sarana penting menyebarkan informasi tentang HIV dan AIDS dan kesehatan
reproduksi karena terkait masalah seks sering sulit untuk membahas secara terbuka,
adanya hambatan untuk menyampaikan secara formal pendidikan kesehatan
reproduksi di sekolah dan transfer pengetahuan serta komunikasi dilakukan lebih
bebas dan secara terbuka dalam kelompok sebaya.
Di seluruh dunia, pendidikan sebaya (peer education) adalah salah satu cara yang
secara luas digunakan untuk mengatasi pandemic HIV dan AIDS.
Pendekatan pendidikan sebaya (peer education) dapat dilakukan melalui metode
pelatihan dan juga diharapkan terbinanya kelompok-kelompok motivator
penanggulangan HIV dan AIDS. Metode pendekatan pendidikan sebaya (peer
education) dalam rangka penanggulangan HIV dan AIDS yang dimaksud adalah
berbagai kegiatan yang bertujuan untuk mengembangkan pengetahuan. Melalui
pendidikan karakter bangsa dan penanaman karakter-karakter bangsa pada diri remaja
13
saat ini, diantaranya Religius, Jujur, Disiplin, Kreatif, Bersahabat/Komunikatif,
Peduli Sosial, dan Tanggung Jawab.
Pendidikan kelompok sebaya dilaksanakan antar kelompok sebaya tersebut
dengan dipandu oleh fasilitator yang juga berasal dari kelompok itu sendiri. Melalui
pendidikan sebaya kaum muda, dapat mengembangkan pesan maupun memilih media
yang lebih tepat sehingga informasi yang diterima dapat dimengerti oleh sesama
mereka.
Didalam menanggulangi HIV dan AIDS, PMR Wira sebagai peer educator
(pendidik sebaya) tentunya harus melakukan upaya-upaya agar laju virus HIV bisa
berkurang. Diantaranya :
a. Sosialisasi tentang HIV dan AIDS di dalam ruang lingkup sekolah.
Sosialisasi HIV dan AIDS bisa dilakukan oleh PMR Wira di sekolahnya.
Hal ini bertujuan untuk memberikan pemahaman kepada pelajar (teman
sebaya) tentang bagaimana cara untuk menghindari atau mengurangi
kebiasaan yang mendatangkan resiko terkena infeksi HIV.
b. Konseling remaja baik itu individu maupun kelompok. Remaja pada
umumnya akan lebih nyaman menyampaikan masalah-masalahnya
dengan teman sebayanya daripada orang tua mereka. Jadi, konseling yang
diberikan oleh teman sebayanya akan turut membantu mereka di dalam
mengatasi masalah-masalah yang dihadapinya.
Cara-cara tersebut merupakan upaya yang dapat dilakukan PMR Wira sebagai
peer educator di dalam menanggulangi HIV dan AIDS. Melalui peran PMR Wira ini,
penanggulangan HIV dan AIDS bisa dilakukan dengan cara pemanfaatan peran PMR
Wira, mendidik sebayanya baik itu di sekolah maupun di luar sekolah.
PMR Wira di sekolah digunakan untuk memberikan pemahaman serta mendidik
sebayanya guna mengingatkan kembali bahwa HIV dan AIDS memang penyakit
yang sangat berbahaya, namun bila dipahami dengan baik dan benar tidak semua
kegiatan yang kita lakukan bersama ODHA akan berpotensi menularkan virus
14
tersebut, contohnya seperti : makan bersama, berjabat tangan, berpelukan, duduk
bersama dan lain sebagainya. Tujuan dari upaya penanggulangan HIV dan AIDS oleh
PMR Wira dengan cara mendidik sebayanya ini tidak lain adalah agar para remaja
bisa menghindari kegiatan-kegiatan yang memiliki resiko penularan HIV yang secara
otomatis dapat mengurangi angka penularan HIV dan AIDS di kalangan remaja
dengan tidak mendiskriminasi ODHA dan menekankan lagi bahwa yang kita hindari
adalah virusnya bukan orangnya.
15
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Human Immunodeficiency Virus (HIV) adalah virus yang memperlemah
kekebalan pada tubuh manusia sehingga manusia akan rentan terserang berbagai
macam penyakit, maka timbullah Acquired Immunodeficiency Syndrome atau
Acquired Immune Deficiency Syndrome (disingkat AIDS) yaitu sekumpulan gejala
dan infeksi atau sindrom yang timbul karena rusaknya sistem kekebalan tubuh
manusia akibat infeksi virus HIV. Penularan HIV bisa terjadi melalui kegiatan-
kegiatan yang melibatkan kontak darah/atau cairan tubuh lainnya seperti :
berhubungan seksual tanpa menggunakan kondom dengan seorang pengidap HIV,
melakukan transfuse dengan darah, bergantian dalam penggunaan jarum suntik,
seorang ibu yang mengidap HIV ke janin yang dikandungnya, dan penularan melalui
ASI yang diberikan dari ibu ke anaknya.
Meskipun demikian tidak semua kegiatan yang dilakukan bersama pengidap HIV
DAN AIDS (ODHA) dapat menularkan virus HIV, seperti : makan dan minum
bersama, berpegangan tangan, duduk bersama dan yang lainnya. Virus HIV tidak
akan tertular jika tidak ada kontak darah antara pengidap HIV DAN AIDS dengan
orang lain. Upaya-upaya yang dapat dilakukan masyarakat untuk menghindari virus
ini adalah dengan akronim ‘ABCDE’, yaitu : Abstinence, Be Faithful, Condom,
Don’t Inject, dan Education.
Penularan virus HIV semakin berkembang di kalangan remaja usia 15-19 tahun
yang rata-rata merupakan pelajar SMA/SMK. Hal ini tidak terlepas dari prilaku
beresiko dikalangan remaja yang mereka lakukan. Dengan sekaligus mengaktifkan
lagi fungsi dari PMR Wira yang berperan sebagai Peer Educator atau pendidik sebaya
kita bisa menanggulangi penularan virus HIV dengan cara sosialisasi dan konseling
sebaya. Perlu ditekankan di dalam sosialisasi tentang penularan HIV DAN AIDS
16
namun sangat penting juga untuk selalu menyampaikan bahwa masih banyak
kegiatan yang kita bisa lakukan bersama ODHA tanpa menularkan virus HIV, hal ini
bertujuan agar remaja juga sekaligus dapat mengurangi diskriminasi terhadap ODHA.
3.2 Saran
Fungsi PMR Wira sebagai peer educator perlu ditingkatkan karena hal ini dapat
menambah pengetahuan remaja tentang perilaku beresiko dan upaya penanggulangan
HIV dan AIDS di kalangan remaja. Sehingga remaja diharapkan dapat memahami
masalah-masalah kesehatan remaja di sekitarnya, serta dapat mengurangi angka
penularan virus HIV dan tidak melakukan diskriminasi terhadap ODHA.
Penyusun berharap kedepan makalah ini dapat terus dikembangkan dan berguna
bagi seluruh kalangan.
17
DAFTAR PUSTAKA
m.forum.detik.com/pacaran-sehat-apa-itu-pacaran-sehat-t369946.html
belajarpsikologi.com
dunia-remaja-sekarang.blogspot/2013/10/pola-pikir-remaja-sekarang.html?m=1
https://id.wikipedia.org/wiki/AIDS
https://tips-sehat-keluarga-bunda.blogspot.com/2013/08/penyakit-hiv-aids-mulai-
mengancam.html?m=1
guetau.com/informasi/ims-dan-hiv/remaja-dan-epidemi-hiv-aids-di-indonesia.html
http://pmijawatimur.com/m.php?j=28
pratiwikalit.blogspot.com/2011/02/peer-educator.html?m=1
www.odhaberhaksehat.org/2011/upaya-penanggulangan-hivaids-di-indonesia/
18