Anda di halaman 1dari 16

KESEHATAN JIWA MASYARAKAT

PASUNG

DISUSUN OLEH :

Kelompok 2

1. Tazkiyah A N A (201601118)
2. Annisatul Ulfiati R (201701006)
3. Duwitayati Latifah (201701013)
4. Eka Juliastuti (201701014)
5. Frida Ferinia K (201701020)
6. Junaidi Mahendra (201701026)
7. Nindiya Erly Agustina (201701028)
8. Riko Priyandana (201701029)
9. Wulan Septyaningtyas (201701037)

KEMENTERIAN KESEHATAN RI
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MALANG
JURUSAN KEPERAWATAN PRODI D-III KEPERAWATAN PONOROGO
2019
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT. yang telah
memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan
Makalah Keperawatan Jiwa Masyarakat yang berjudul PASUNG dengan baik.
Shalawat serta salam kami sampaikan kepada junjungan kita Nabi Muhammad
SAW, keluarga dan sahabat beliau, serta orang-orang mukmin yang tetap
istiqamah di jalan-Nya.

Makalah ini kami rancang untuk memenuhi tugas kelompok mata kuliah
Keperawatan Jiwa Masyarakat dan agar pembaca dapat memperluas ilmu tentang
Penerapan Prinsip PASUNG, yang disajikan berdasarkan pengamatan dari
berbagai sumber.

Kami sangat berterima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu


dalam pembuatan makalah ini. Kami menyadari bahwa penyusunan makalah ini
tidaklah sempurna. Kami mengharapkan adanya sumbangan pikiran serta
masukan yang sifatnya membangun dari pembaca, sehingga dalam penyusunan
makalah yang akan datang menjadi lebih baik.
Terima kasih

Ponorogo, 30 September 2019

Penyusun

DAFTAR ISI

2
Halaman Judul................................................................................................ i
Kata Pengantar............................................................................................... ii
Daftar Isi......................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1...........................................................................Latar Belakang
.......................................................................................................1
1.2......................................................................Rumusan Masalah
.......................................................................................................2
1.3.......................................................................Tujuan Penulisan
.......................................................................................................2
BAB II ISI
2.1 Pengertian Pasung........................................................................... 3
2.2 Etiologi/Alasan Pasung................................................................... 3
2.3 Jenis/Klasifikasi Pasung.................................................................. 5
2.4 Dampak Pasung.............................................................................. 5
2.5 Terapi (Bagi Klien dan Keluarga) Pasung...................................... 7
2.6 Pencegahan Pasung......................................................................... 10
2.7 Kasus Pasung.................................................................................. 11
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan..................................................................................... 13
3.2 Saran ............................................................................................. 13
DAFTAR PUSTAKA

3
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Di beberapa daerah di Indonesia, pasung masih digunakan sebagai alat
untuk menangani klien gangguan jiwa di rumah. Saat ini, masih banyak klien
gangguan jiwa yang didiskriminasikan haknya baik oleh keluarga maupun
masyarakat sekitar melalui pemasungan. Sosialisasi kepada masyarakat terkait
dengan larangan "tradisi" memasung klien gangguan jiwa berat yang kerap
dilakukan penduduk yang berdomisili di pedesaan dan pedalaman terus
berupaya dilakukan antara lain dengan memberdayakan petugas kesehatan di
tengah-tengah masyarakat. Di Indonesia, kata pasung mengacu kepada
pengekangan fisik atau pengurungan terhadap pelaku kejahatan, orang-orang
dengan gangguan jiwa dan yang melakukan tindak kekerasan yang dianggap
berbahaya [ CITATION Kel15 \l 1057 ].
Pemasungan terhadap penderita gangguan jiwa masih banyak terjadi, di
mana sekitar 20.000 hingga 30.000 penderita gangguan jiwa di seluruh
Indonesia mendapat perlakuan tidak manusiawi dengan cara dipasung. Pada
tahun 2011 Menteri Kesehatan RI sudah mencanangkan program Indonesia
Bebas Pasung pada tahun 2014. Namun sampai dengan sekarang (tahun 2014)
belum terlihat penanganan yang signifikan dan komprehensif dalam
penanganan dini penderita gangguan jiwa. Program Indonesia Bebas Pasung
2014 saat ini direvisi menjadi Program Indonesia Bebas Pasung 2019,
sehingga Indonesia dalam menentukan ketercapaian target masih ada 5 tahun
lagi atau bahkan lebih cepat karena proses ini masih berlangsung
berkesinambungan dengan adanya komitmen dari pemerintah pusat dan
pemerintah daerah provinsi dan kota/kabupaten [ CITATION Kel12 \l 1057 ].

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa Definisi Dari Pasung?
2. Jelaskan Etiologi/Alasan Pasung?
3. Apa Saja Jenis/Klasifikasi Pasung
1
4. Apa Saja Dampak Dari Pasung?
5. Bagaimana Terapi Yang Tepat Bagi Klien Dan Keluarga Pasung?
6. Bagaimana Pencegahan Dari Pasung?
7. Jelaskan Opini Kelompok Dari Kasus Pasung Yang Tersedia!

1.3 Tujuan Penulisan


1. Memahami Dan Mengerti Definisi Dari Pasung
2. Dapat Menjelaskan Etiologi/Alasan Pasung
3. Dapat Menyebutkan Jenis/Klasifikasi Pasung
4. Menjelaskan Dampak Dari Pasung
5. Memahami Apa Saja Terapi Yang Tepat Bagi Klien Dan Keluarga
Pasung
6. Mengerti Pencegahan Dari Pasung
7. Dapat Menjelaskan Opini Mengenai Salah Satu Kasus Mengenai
Pasung

BAB II
TINJAUAN TEORI

2.1 Pengertian Pasung


Pemasungan penderita gangguan jiwa adalah tindakan masyarakat
terhadap penderita gangguan jiwa (biasanya yang berat) dengan cara

2
dikurung, dirantai kakinya dimasukan kedalam balok kayu dan lain-lain
sehingga kebebasannya menjadi hilang. Pasung merupakan salah satu
perlakuan yang merampas kebebasan dan kesempatan mereka untuk
mendapat perawatan yang memadai dan sekaligus juga mengabaikan
martabat mereka sebagai manusia [ CITATION Ake16 \l 1057 ].
Pemasungan adalah suatu tindakan pembatasan gerak seseorang yang
mengalami gangguan fungsi mental dan perilaku dengan cara pengekangan
fisik dalam jangka waktu yang tidak tertentu yang menyebabkan terbatasnya
pemenuhan kebutuhan dasar hidup layak,termasuk kesehatan,pendidikan, dan
pekerjaan bagi orang tersebut. Pasung merupakan suatu tindakan memasang
sebuah balok kayu pada tangan atau kaki seseorang, diikat atau dirantai lalu
diasingkan pada suatu tempat tersendiri di dalam rumah maupun dihutan.
Tindakan tersebut mengakibatkan orang yang terpasung tidak dapat
menggerakan anggota badannya dengan bebas sehingga terjadi atrofi
[ CITATION Sug14 \l 1057 ].

2.2 Etiologi/Alasan Pasung


Menurut [ CITATION Ras18 \l 1057 ], alasan keluarga melakukan
pemasungan adalah sebagai berikut :
1. Ketidaktahuan pihak keluarga, rasa malu pihak keluarga, penyakit
yang tidak kunjung sembuh, tidak adanya biaya pengobatan, dan
tindakan keluaga untuk mengamankan lingkungan merupakan penyebab
keluarga melakukan pemasungan.
2. Perawatan kasus psikiatri dikatakan mahal karena gangguannya
bersifat jangka panjang. Biaya berobat yang harus ditanggung pasien
tidak hanya meliputi biaya yang langsung berkaitan dengan pelayanan
medik seperti harga obat, jasa konsultasi tetapi juga biaya spesifik
lainnya seperti biaya transportasi ke rumah sakit dan biaya akomodasi
lainnya.
3. Mencegah klien melakukan tindak kekerasan yang dianggap
membahayakan terhadap dirinya atau orang lain
4. Mencegah klien meninggalkan rumah dan mengganggu orang lain
5. Mencegah klien menyakiti diri seperti bunuh diri
6. Ketidaktahuan serta ketidakmampuan keluarga menangani klien
apabila sedang kambuh.

3
7. Faktor kemiskinan dan rendahnya pendidikan keluarga merupakan
salah satu penyebab pasien gangguan jiwa berat hidup terpasung
8. Status Ekonomi.
Menurut hasil penelitian [ CITATION Ras18 \l 1057 ], bahwa hasil
analisis menunjukkan bahwa status ekonomi merupakan faktor yang
paling dominan pengaruhnya pada pemasungan yang dilakukan di rumah
tangga terhadap orang dengan gangguan jiwa berat. Rumah tangga yang
mempunyai status ekonomi rendah lebih banyak memiliki masalah
ketidaktahuan adanya fasilitas kesehatan misalnya RS pemerintah dan
Puskesmas, dan hampir setengah dari RT tersebut bertempat tinggal di
perdesaan.
9. Akses ke tempat pelayanan kesehatan yang jauh serta alasan
keamanan bagi masyarakat sekitarnya menyebabkan keluarga terpaksa
melakukan pemasungan terhadap keluarganya yang menderita gangguan
jiwa.
10. Penyebab lainnya adalah sangat rendahnya sumber daya manusia
yang terlatih spesialis dan non spesialis misalnya perawat, konselor
termasuk pengasuh pasien. Para sumber daya tenaga ini minim
mendapatkan informasi dan pelatihan.
11. Kesulitan mendapatkan pelayanan kesehatan yang bermutu,
terjangkau serta aman.
12. Ketidaktahuan pihak keluarga, rasa malu pihak keluarga, penyakit
yang tidak kunjung sembuh, tidak adanya biaya pengobatan, dan
tindakan keluaga untuk mengamankan lingkungan merupakan penyebab
keluarga melakukan pemasungan.
13. Perawatan kasus psikiatri dikatakan mahal karena gangguannya
bersifat jangka panjang. Biaya berobat yang harus ditanggung pasien
tidak hanya meliputi biaya yang langsung berkaitan dengan pelayanan
medik seperti harga obat, jasa konsultasi tetapi juga biaya spesifik
lainnya seperti biaya transportasi ke rumah sakit dan biaya akomodasi
lainnya.

2.3 Jenis/Klasifikasi Pasung


Menurut [ CITATION Kel15 \l 1057 ], ada 2 macam pemasungan:

1. Pemasungan Fisik

4
Menempatkan seseorang dalam suatu alat pasung.
2. Pemasungan Psikis
Membatasi seseorang agar tidak dapat berkembang secara bebas dengan
pembatasan-pembatasan yang sifatnya berlebihan, misalnya dengan
ancaman kekerasan yang menyakitkan.

2.4 Dampak Pasung


Salah satu bentuk pelanggaran hak asasi tersebut adalah masih adanya
praktek pasung yang dilakukan keluarga jika ada salah satu anggota keluarga
yang mengidap gangguan jiwa [ CITATION Kus18 \l 1057 ]. Pasung
merupakan suatu tindakan memasang sebuah balok kayu pada tangan atau
kaki seseorang, diikat atau dirantai lalu diasingkan pada suatu tempat
tersendiri di dalam rumah ataupun di hutan.
 Secara tidak sadar keluarga telah memasung fisik dan hak asasi
penderita hingga menambah beban mental dan penderitaannya
[ CITATION Kus18 \l 1057 ].
 Tindakan tersebut mengakibatkan orang yang terpasung tidak dapat
menggerakkan anggota badannya dengan bebas sehingga terjadi
atrofi.Tindakan ini sering dilakukan pada seseorang dengan gangguan
jiwa bilaorang tersebut dianggap berbahaya bagi lingkungannya atau
dirinya sendiri [ CITATION Kus18 \l 1057 ].

Menurut [ CITATION Kel15 \l 1057 ], akibat dari pemasungan sendiri


adalah :
1. Timbulnya luka
Pasien gangguan jiwa yang dipasung akan dibelenggu dengan
menggunakan kayu apit, jika si pasien dipasung dalam jangka waktu
yang lama maka dikhawatirkan akan terjadi luka, seperti luka gores
atau lecet pada bagian tubuh yang dipasung seperti kaki atau tangan.
2. Kejiwaan pasien semakin terganggu
Seseorang yang mengalami gangguan jiwa dan dipasung cenderung
memiliki emosi yang lebih labil karena tidak ditangani dengan baik.
Jika pasien dipasung maka tingkat stressor pasien akan semakin tinggi,
berbeda jika pasien masuk ke rumah sakit jiwa, pasien akan
mendapatkan berbagai terapi untuk mengurangi tingkat stresornya.
3. Terganggunya mobilitas

5
Biasanya pasung dipasang pada bagian ekstremitas pasien, baik
ekstremitas atas maupun bawah. Jika pasien terlalu lama dipasung
maka dapat mengakibatkan gangguan pada ekstremitasnya, hal ini
disebabkan karena pasien tidak pernah menggerakkan kedua
ekstremitasnya.
4. Gangguan kebutuhan nutrisi dan cairan
Orang yang dipasung akan sulit untuk melakukan berbagai aktivitas,
termasuk makan dan minum. Hal ini menyebabkan pasien mengalami
gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi dan cairan, padahal
pemenuhan kebutuhan nutrisi dan cairan sangat penting bagi tubuh.
5. Kematian
Jika keluarga cenderung mengabaikan pasien, dikhawatirkan akan
dapat menyebabkan kematian pada pasien. Keluarga yang
mengabaikan pemenuhan kebutuhan nutrisi dan cairan pasien dapat
menyebabkan kematian pada pasien tersebut.
2.5 Terapi (Bagi Klien dan Keluarga) Pasung
Menurut [ CITATION Sug14 \l 1057 ], terapi bagi klien dan keluarga pasung
adalah sebagai berikut:
1. Dirawat sampai sembuh di Rumah Sakit Jiwa, kemudian
dilanjutkan dengan rawat jalan.
2. Untuk menghilangkan praktek pasung yang masih banyak terjadi
dimasyarakat perlu adanya kesadaran dari keluarga yang dapat
diintervensi dengan melakukan terapi keluarga. Salah satu terapi keluarga
yang dapat dilakukan adalah psikoedukasi keluarga (Family
Psichoeducation Therapy). Terapi keluarga ini dapat memberikan support
kepada anggota keluarga. Keluarga dapat mengekspresikan beban yang
dirasakan seperti masalah keuangan, sosial dan psikologis dalam
memberikan perawatan yang lama untuk anggota keluarganya.
- Family Psychoeducation Terapy
Family Psychoeducation Terapy adalah salah satu bentuk terapi
perawatan kesehatan jiwa keluarga dengan cara pemberian informasi
dan edukasi melalui komunikasi yang terapeutik. Program
psikoedukasi merupakan pendekatan yang bersifat edukasi dan
pragmatis. Psikoedukasi merupakan suatu alatterapi keluarga yang
makin populer sebagai suatu strategi untuk menurunkan faktor-faktor

6
resiko yang berhubungan dengan perkembangan gejala-gejala
perilaku.
- Tujuan umum dari Family psychoeducation
Menurunkan intensitas emosi dalam keluarga sampai pada tingkatan
yang rendah sehingga dapat meningkatkan pencapaian pengetahuan
keluarga tentang penyakit dan mengajarkan keluarga tentang upaya
membantu mereka melindungi keluarganya dengan mengetahui
gejala-gejala perilaku serta mendukung kekuatan keluarga.
- Manfaat Family Psychoeducation
Meningkatkan pengetahuan keluarga tentang penyakit, mengajarkan
tehnik yang dapat membantu keluarga untuk mengetahui gejala-
gejala penyimpangan perilaku, serta peningkatan dukungan bagi
anggota keluarga itu sendiri. Indikasi dari terapi psikoedukasi
keluarga adalah anggota keluarga dengan aspek psikososial dan
gangguan jiwa.

Menurut [ CITATION Ras18 \l 1057 ], situasi yang tepat dari


penerapan psikoedukasi keluarga adalah:
1) Informasi dan latihan tentang area khusus kehidupan
keluarga, seperti latihan keterampilan komunikasi atau latihan
menjadi orang tua yang efektif.
2) Informasi dan dukungan terhadap kelompok keluarga
khusus stress dan krisis, seperti pada kelompok pendukung
keluarga dengan penyakit Alzheimer.
3) Pencegahan dan peningkatan seperti konseling pranikah
untuk keluarga sebelum terjadinya krisis

Terapi ini juga dapat diberikan kepada keluarga yang membutuhkan


pembelajaran tentang mental, keluarga yang mempunyai anggota
yang sakit mental/ mengalami masalah kesehatan dan keluarga yang
ingin mempertahankan kesehatan mentalnya dengan training/
latihan ketrampilan.

- Family psychoeduction
Dapat dilakukan di rumah sakit baik rumah sakit umum maupun
rumah sakit jiwa dengan syarat ruangan harus kondusif. Dapat juga
dilakukan di rumah keluarga sendiri. Rumah dapat memberikan

7
informasi kepada tenaga kesehatan tentang bagaimana gaya interaksi
yang terjadi dalam keluarga, nilai – nilai yang dianut dalam keluarga
dan bagaimanan pemahaman keluarga tentang kesehatan.

Selain terapi keluarga, terdapat beberapa jenis terapi lain yang dapat
digunakan untuk meningkatkan kemampuan keluarga dan klien
dimasyarakat yaitu dengan terapi individu, terapi kelompok dan terapi
komunitas. Intervensi tersebut diupayakan melalui penerapan program
kesehatan jiwa komunitas/masyarakat yang efektif yang dalam hal ini
dilakukan melalui penerapan Community Mental Health Nursing
(CMHN). Pelayanan CMHN tersebut diwujudkan melalui beberapa
kegiatan,diantaranya kunjungan rumah oleh perawat CMHN dan Kader
Kesehatan Jiwa (KKJ), pendidikan kesehatan, pelayanan dari Puskesmas
(termasuk pemberian psikofarmaka), Terapi Aktivitas Kelompok (TAK)
dan Terapi Rehabilitasi.

Adapun intervensi yang dapat diberikan untuk keluarga dengan


gangguan jiwa adalah sebagai berikut :

1. Diskusikan masalah yang dihadapi keluarga dalam merawat


klien.
2. Berikan penjelasan pada keluarga tentang pengertian,
etiologi, tanda dan gejala, dan cara merawat klien dengan diagnosa
keperawatan tertentu (misalnya halusinasi, perilaku kekerasan).
3. Demonstrasikan cara merawat klien sesuai jenis gangguan
yang dialami.
4. Berikan kesempatan pada keluarga untuk memperagakan
cara merawat klien yang telah diajarkan.
5. Bantu keluarga untuk menyusun rencana kegiatan di rumah.
Secara umum, program komprehensif dalam bekerjasama dengan
keluarga terdiri dari beberapa komponen berikut ini :
a) Didactic component, memberikan informasi tentang
gangguan jiwa dan sistem kesehatan jiwa. Pada komponen
ini, difokuskan pada peningkatan pengetahuan bagi anggota
keluarga melalui metode pengajaran psikoedukasi.

8
b) Skill component, menawarkan pelatihan cara
komunikasi, resolusi konflik, pemecahan masalah, bertindak
asertif, manajemen perilaku, dan manajemen stres. Pada
komponen ini, difokuskan pada penguasaan dan peningkatan
keterampilan keluarga dalam merawat keluarga dengan
gangguan jiwa termasuk ketrampilan mengekspresikan
perasaan anggota keluarga sehingga diharapkan dapat
mengurangi beban yang dirasakan keluarga.
c) Emotional component, memberi kesempatan
keluarga untuk ventilasi, bertukar pendapat, dan
mengerahkan sumber daya yang dimiliki. Pada komponen ini,
difokuskan pada penguatan emosional anggota keluarga
untuk mengurangi stress merawat anggota keluarga dengan
gangguan jiwa. Keluarga dapat saling menceritakan
pengalaman dan perasaannya serta bertukar informasi dengan
anggota kelompok yang lain tentang pengalaman merawat
anggota keluarga dengan gangguan jiwa.
d) Family process component, berfokus pada koping
keluarga dengan gangguan jiwa dan gejala sisa yang mungkin
muncul. Pada komponen ini, difokuskan pada penguatan
koping anggota keluarga dalam menghadapi kemungkinan
kekambuhan klien di masa depan.
e) Social component, meningkatkan penggunaan
jaringan dukungan formal dan informal. Pada komponen ini,
difokuskan pada pemberdayaan keluarga dan komunitas
untuk meningkatkan kerjasama yang berkesinambungan dan
terus menerus.
Kelima komponen di atas sangat tepat diterapkan sebagai prinsip dasar
dalam menjalin kerjasama dengan keluarga dengan gangguan jiwa karena
telah mencakup semua hal yang diperlukan untuk sebuah kolaborasi antara
keluarga klien dengan tenaga kesehatan [ CITATION Sug14 \l 1057 ].

2.6 Pencegahan Pasung


Pencegahan pasung menurut [ CITATION Dar19 \l 1057 ], adalah:

9
1 Komunikasi, Informasi, Edukasi (KIE)
2 Kurasi (penyembuhan) dan rehabilitasi yang lebih baik
3 Memanfaatkan sumber dana dari JPS-BK
4 Penciptaan Therpeutic Community (lingkungan yang mendukung
proses penyembuhan).
5 Salah satu kasus yang ditemukan melalui pendekatan CMHN
adalah tindakan pemasungan yang masih kerap dilakukan oleh keluarga
klien dengan gangguan jiwa. Untuk memberantas praktek tersebut,
diperlukan peningkatan kesadaran dan pengetahuan dari keluarga dan
masyarakat mengenai gangguan jiwa tentang cara penanganan yang
manusiawi terhadap klien.

2.7 Kasus Pasung


Nn. Bad adalah remaja usia 16 tahun yang sejak kecil diasuh oleh neneknya,
karena kedua orang tuanya bekerja di luar negeri. Sejak 3 bulan yang lalu ia
jadi sering berdiam diri, marah-marah tanpa sebab yang jelas dan keluyuran
tanpa tujuan. Kata teman-teman Nn. Bad mulai berperilaku aneh sejak putus
dengan pacarnya. Neneknya sampai kewalahan mengatasi perubahan perilaku
cucunya sehingga mengikat tangan dan kaki cucunya ini dengan rantai agar
tidak dapat keluyuran kemana-mana.

Opini :
Dapat disimpulkan mungkin Nn.Bad menderita penyakit jiwa akibat putus
dengan pacarnya dan kurangnya kasih sayang kedua orang tuanya sehingga
mengakibatkan Nn.Bad memiliki koping individu dan koping keluarga yang
kurang efektif. Pemahaman keluarga mengenai gejala yang diderta oleh Nn.
Bad juga kurang baik. Dibuktikan dengan pemasungan yang dilakukan oleh
keluarga terhadap Nn. Bad agar Nn. Bad tidak dapat pergi atau keluyuran
lagi.
Dalam hal ini pemasungan Nn. Bad adalah termasuk pemasungan jenis
fisik yang banyak mengakibatkan terebutnya kebebasan dan kesempatan Nn.
Bad untuk mendapat perawatan yang memadai dan sekaligus juga
mengabaikan martabat Nn.Bad sebagai manusia. Dampak dari pemasungan

10
tersebut juga dapat menyebabkan hal-hal yang tidak baik seperti akan adanya
luka pada kaki Nn.Bad akibat terlalu lama dirantai.
Hal yang perlu dilakukan dalam hal ini menurut kelompok kami adalah
melakukan Healt Education (HE) kepada keluarga pasung dan menjelaskan
bagaimana cara merawat orang dengan gangguan jiwa tanpa pasung. Dan
menjelaskan apa saja dampak yang akan terjadi jika pemasungan terus
dilakukan seumur hidup Nn. Bad.
Seperti yang telah dijelaskan dalam materi bahwa tenaga kesehatan juga
dapat melakukan terapi yang sesuai dengan yang mampu diterima oleh
keluarga pasung. Juga dapat menjelaskan bahwa cara yang baik dan cara yang
dapat dilakukan untuk menyembuhkan Nn.Bad adalah dengan dirawat sampai
sembuh di Rumah Sakit Jiwa, kemudian dilanjutkan dengan rawat jalan.
Terapi yang paling umum dapat digunakan kepada keluarga penderita
adalah Family Psychoeducation Terapy dimana tenaga kesehatan melakukan
pendekatan menggunakan metode edukasi dengan pemahaman dan penjelaan
bagaimana cara merawat penderita gangguan jiwa yang telah melewati masa
pemulihannya di Rumas Sakit Jiwa. Sehingga keluarga mampu melakukan
perawatan lebih lanjut tanpa pemasungan dan telah mengetahui cara apa yang
sesuai dilakukan untuk mengatasi masalah pada Nn. Bad.

11
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Gangguan jiwa bukan penyakit fisik yang menimbulkan dampak kematian,
namun deteksi gejala dini tentang gangguan jiwa sangat perlu disosialisasikan
kepada masyarakat luas agar tidak terjadi keterlambatan penanganan pada fase
awal yang bisa disembuhkan.Perlu adanya pemberdayaan masyarakat untuk
meningkatkan pengetahuan mengenai apa dan bagaimana tentang gangguan
jiwa dan gangguan emosional pada level-level tertentu agar tidak
menimbulkan stigma terhadap penderita gangguan jiwa yang bisa
disembuhkan.
Penderita gangguan jiwa di masyarakat kurang didiagnosis dan diobati
dengan tepat. Karena secara fisik penderita gangguan jiwa adalah normal,
namun psikisnya yang butuh pertolongan medis. Pelayanan kesehatan
pemerintah dan pembuat kebijakan berkontribusi terhadap stigma secara
sistematik, perhatian yang minim karena bukan program prioritas membuat
pelayanan kesehatan jiwa pada masyarakat juga mendapat anggaran yang
minim pula.

3.2 Saran
Pemasungan terhadap penderita gangguan jiwa masih banyak terjadi, di
mana sekitar 20.000 hingga 30.000 penderita gangguan jiwa di seluruh
Indonesia mendapat perlakuan tidak manusiawi dengan cara dipasung. Pada
tahun 2011 Menteri Kesehatan RI sudah mencanangkan program Indonesia
Bebas Pasung pada tahun 2019. Perlu adanya pemahaman lebih lajut bagi
keluarga penderita ODGJ dan pemahaman perawatannya.

12
DAFTAR PUSTAKA

Akemat, & Budi. (2016). Model Praktik Keperawatan Profesional Jiwa. Jakarta:
EGC.

Darwan, S., Buansari, A., & Kundre, R. (2019). Pengaruh Pendidikan Kesehatan
Pencegahan Pasung Terhadap Intensi Pasung Pada Keluarga ODGJ Di
Rumah Sakit Jiwa Prof. Dr. V. Ratumbuysang Manado. e-journal
Keperawatan Volume 7 Nomor 1, 1.

Keliat, B. A., Akemat, Helena, N., & Nurhaeni, H. (2015). Keperaeatan


Kesehatan Jiwa Komunitas. Jakarta: EGC.

Keliat, B. A., Panjaitan, R. U., & Riasmini, M. (2012). Manajemen Keperawatan


Jiwa Komunitas Desa Siaga. Jakarta: EGC.

Kusuma, K. A., Waluyo, H. J., & Wardani, N. E. (2018). Pengakuan Calabai:


Sebuah Analisis Intertekstual Pasung Jiwa. Jurnal Kata, 51.

Rasmawati. (2018). Studi Fenomenologi Pengalaman Hidup Orang Dengan


Gangguan jiwa Pasca Pasung yang Mengalami Perceraian. Jouenal
Islamic Bursing, 100.

Sugiharto, A. S., Keliat, B. A., & Sri, T. (2014). Manajemen Keperawatan


Aplikasi MPKP di Rumah Sakit. Jakarta: EGC.

13

Anda mungkin juga menyukai