Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

MANAJEMEN BREATHING

DIBUAT OLEH :

KELOMPOK 2

1. DIAN SHAUDIA AFLAH


2. ENDAH ARISA
3. LILIS KARLINA
4. RATNA DESI
5. REGINA ANANDIA

DOSEN PEMBIMBING :

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES)

SYEDZA SAINTIKA

PADANG
KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan puji dan syukur kepada Allah SWT, yang telah melimpahkan
rahmat dan karunia-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan
makalah ini.

Kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan. Untuk itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya
membangun guna sempurnanya makalah ini . Kami berharap semoga makalah ini dapat
bermanfaat bagi pembaca umumnya dan bagi kami khususnya .

Padang, Mei 2019

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR................................................................................................................................... 2
DAFTAR ISI............................................................................................................................................... 3
BAB I ........................................................................................................................................................ 4
PENDAHULUIAN ...................................................................................................................................... 4
A. LATAR BELAKANG........................................................................................................................ 4
B. TUJUAN PENULISAN .................................................................................................................... 4
BAB II ....................................................................................................................................................... 5
PEMBAHASAN ......................................................................................................................................... 5
A. PERNAPASAN (BREATHING) ........................................................................................................ 5
B. PENATALAKSANAAN GANGGUAN VENTILASI ............................................................................. 6
1. Pengenalan Masalah Ventilasi ................................................................................................ 6
2. Tanda Objektif Masalah Ventilasi ........................................................................................... 7
3. Pengelolaan............................................................................................................................. 7
C. FOREIGN BODY AIRWAY OBSTRUCTION (FBAO) / SUMBATAN KARENA BENDA ASING PADA
JALAN NAFAS....................................................................................................................................... 7
1. Pada Orang Dewasa ................................................................................................................ 7
2. Pada Anak dan Bayi ................................................................................................................. 8
D. PENGELOLAAN FUNGSI PERNAFASAN (BREATHING MANAGEMENT) DENGAN PERNAFASAN
BUATAN............................................................................................................................................... 9
Pernapasan Buatan Mulut-Mulut ..................................................................................................... 11
Pernapasan Buatan Mulut-Hidung ................................................................................................... 12
Pernapasan Buatan Mulut-Stoma / Lubang Trakeostomi ................................................................ 12
Pernapasan Buatan Mulut-Masker/ Sungkup Muka......................................................................... 13
BVM (Bag Valve Mask) ...................................................................................................................... 14
BAB III .................................................................................................................................................... 16
PENUTUP ............................................................................................................................................... 16
A. KESIMPULAN ............................................................................................................................. 16
B. SARAN ....................................................................................................................................... 16
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................................. 17
BAB I

PENDAHULUIAN

A. LATAR BELAKANG

Keberhasilan pertolongan terhadap penderita gawat darurat sangat tergantung


dari kecepatan dan ketepatan dalam memberikan pertolongan. Semakin cepat pasien
ditemukan maka semakin cepat pula pasien tersebut mendapat pertolongan sehingga
terhindar dari kecacatan atau kematian.
Kondisi kekurangan oksigen merupakan penyebab kematian yang cepat.
Kondisi ini dapat diakibatkan karena masalah sistem pernafasan ataupun bersifat
sekunder akibat dari gangguan sistem tubuh yang lain. Pasien dengan kekurangan
oksigen dapat jatuh dengan cepat ke dalam kondisi gawat darurat sehingga
memerlukan pertolongan segera. Apabila terjadi kekurangan oksigen 6-8 menit akan
menyebabkan kerusakan otak permanen, lebih dari 10 menit akan menyebabkan
kematian. Oleh karena itu pengkajian pernafasan pada penderita gawat darurat
penting dilakukan secara efektif dan efisien.
Tahapan kegiatan dalam penanggulangan penderita gawat darurat telah
mengantisipasi hal tersebut. Pertolongan kepada pasien gawat darurat dilakukan
dengan terlebih dahulu melakukan survei primer untuk mengidentifikasi masalah-
masalah yang mengancam hidup pasien, barulah selanjutnya dilakukan survei
sekunder.

B. TUJUAN PENULISAN
1. Tujuan Umum
Agar mahasiswa dapat mengetahui dan memahami apa itu Breathing
Management.
2. Tujuan Khusus
Agar mahasiswa dapat mengaplikasikan: Pengelolaan Fungsi Pernafasan
(Breathing Management) dengan Pernafasan Buatan
BAB II

PEMBAHASAN

A. PERNAPASAN (BREATHING)
Bernapas adalah usaha seseorang secara tidak sadar/otomatis untuk melakukan
pernafasan. Tindakan ini merupakan salah satu dari prosedur resusitasi jantung paru
(RJP). Untuk menilai seseorang bernafas secara normal dapat dilihat dari berapa kali
seseorang bernapas dalam satu menit, secara umum;
1. Frekuensi/jumlah pernapasan 12-20x/menit (dewasa), anak (20-30x/menit), bayi
(30-40x/menit)
2. Dada sampai mengembang

Pernapasan dikatakan tidak baik atau tidak normal jika terdapat keadaan berikut ini:
1. Ada tanda-tanda sesak napas: peningkatan frekuensi napas dalam satu menit
2. Ada napas cuping hidung (cuping hidung ikut bergerak saat bernafas)
3. Ada penggunaan otot-otot bantu pernapasan (otot sela iga, otot leher, otot perut)
4. Warna kebiruan pada sekitar bibir dan ujung-ujung jari tangan
5. Tidak ada gerakan dada
6. Tidak ada suara napas
7. Tidak dirasakan hembusan napas
8. Pasien tidak sadar dan tidak bernapas

Tindakan-tindakan ini dapat dilakukan bila pernapasan seseorang terganggu:


1. Cek pernapasan dengan melihat dada pasien dan mendekatkan pipi dan telinga ke
hidung dan mulut korban dengan mata memandang ke arah dada korban (max 10
detik)
2. Bila korban masih bernapas namun tidak sadar maka posisikan korban ke posisi
mantap (posisikan tubuh korban miring ke arah kiri) dan pastikan jalan napas tetap
terbuka; segera minta bantuan dan pastikan secara berkala (tiap 2 menit) di cek
pernapasannya apakah korban masih bernapas atau tidak.
Jika korban bernapas tidak efektif (bernapas satu-satu, ngap-ngap, atau tidak
bernapas):
1. Aktifkan sistem gawat darurat (bila ada orang lain minta orang lain untuk mencari
atau menghubungi gawat darurat)
2. Buka jalan napas dengan menengadahkan kepala korban dan menopang dagu
korban (head tilt dan chin lift)
3. Pastikan tidak ada sumbatan dalam mulut korban; bila ada sumbatan dapat
dibersihkan dengan sapuan jari-balut dua jari anda dengan kain dan usap dari
sudut bibir sapu ke dalam dan ke arah luar
4. Berikan napas buatan dengan menarik napas biasa lalu tempelkan bibir anda ke
bibir korban dengan perantaraan alat pelindung diri (face mask, face shield) lalu
hembuskan perlahan >1 detik sambil jari tangan anda menutup hidung korban dan
mata anda melihat ke arah dada korban untuk menilai pernapasan buatan yang
anda berikan efektif atau tidak (dengan naiknya dada korban maka pernapasan
buatan dikatakan efektif)
5. Berikan nafas buatan 2x lalu periksa denyut nadi korban (menggunakan jari
telunjuk dan jari tengah raba bagian tengah jakun, lalu geser ke arah samping
hingga teraba lekukan di pinggir jakun tersebut) didaerah leher seperti pada
gambar; bila tidak ada denyut maka masuk ke langkah CPR
6. Bila ada denyut nadi maka berikan napas buatan dengan frekuensi 12x/menit/1
tiap 5 detik sampai korban sadar dan bernapas kembali atau tenaga paramedis
datang; dan selalu periksa denyut nadi korban apakah masih ada atau tidak setiap
2 menit.

B. PENATALAKSANAAN GANGGUAN VENTILASI

1. Pengenalan Masalah Ventilasi


Penentuan adanya jalan nafas yang baik merupakan langkah awal yang
penting. Langkah kedua adalah memastikan bahwa ventilasi cukup. Ventilasi
dapat terganggu karena sumbatan jalan nafas, juga dapat terganggu oleh mekanika
pernafasan atau depresi susunan saraf pusat (SPP). Bila pernafasan tidak
bertambah baikdengan perbaikan jalan nafas, penyebab lain dari gangguan
ventilasi harus di cari. Trauma langsung ke thorax dapat mematahkan iga, dan
menyebabkan rasa nyeri pada saat bernafas, sehingga pernafasan menjadi dangkal
dan selanjutnya hipoksemia. Cedera pada tulang servikal bagian bawah dapat
menyebabkan pernafasan diafragma, sehingga dibutuhkan bantuan ventilasi.

2. Tanda Objektif Masalah Ventilasi


a. Look. Perhatikan peranjakkan thorax simetris atau tidak. Bila asimetris
pikirkan kelainan intra-thorakal atau flail chest. Setiap pernafasan yang sesak
harus dianggap sebagai ancaman terhadap oksigenasi.
b. Listen. Auskultasi kedua paru. Bising nafas yang berkurang atau menghilang
pada satu atau kedua hemithorax menunjukkan kelainan intra thorakal.
Berhati-hatilah terhadap tachypneu karena mungkin disebabkan hipoksia.
c. Feel. Lakukan perkusi. Seharusnya sonor dan sama kedua lapang paru. Bila
hipersonor berarti ada pneumothorax, bila pekak ada darah (hemothorax).

3. Pengelolaan
Penilaian patensi jalan nafas serta cukupnya ventilasi harus dilakukan dengan
cepat dan tepat. Bila ditemukan atau dicurigai gangguan jalan nafas atau ventilasi
harus segera diambil tindakkan untuk memperbaiki oksigenasi dan mengurangi
resiko penurunan keadaan. Tindakan ini meliputi tekhnik menjaga jalan nafas,
termasuk jalan nafas definitive ataupun surgical airway dan cara untuk membantu
ventilasi. Karena semua tindakan diatas akan menyebabkan gerakan pada leher,
harus diberikan proteksi servikal, terutama bila dicurigai atau diketahui adanya
fraktur servikal.
Pemberian oksigen harus diberikan sebelum dan setelah tindakan mengatasi
masalah airway. Suction harus selalu tersedia, dan sebaiknya dengan ujung
penghisap yang kaku.

C. FOREIGN BODY AIRWAY OBSTRUCTION (FBAO) / SUMBATAN KARENA


BENDA ASING PADA JALAN NAFAS

1. Pada Orang Dewasa


Kematian yang diakibatkan oleh FBAO jarang terjadi tetapi penyebabnya
dapat dicegah. Pada umumnya FBAO pada orang dewasa disebabkan saat
penderita sedang makan atau bermain. Kejadian tersedak pada penderita yang
masih sadar biasanya masih bias ditanggulangi dengan cepatoleh orang yang ada
disekitarnya.
a. Mengenali sumbatan karena benda asing pada jalan nafas/FBAO pada
dewasa
Mengenali sumbatan jalan nafas yang disebabkan benda asing
merupakan kunci keberhasilan, sangat penting untuk membedakan
keadaan gawat darurat seperti pingsan, serangan jantung, kejang atau
keadaan lainnya yang dapat menyebabkan gangguan pernafasan, sianosis,
atau hilangnya kesadaran.
Tanda-tanda penderita yang mengalami FBAO adalah tampak
kurangnya pertukaran udara dan meningkatnya kesulitan bernafas sperti
batuk yang tidak bersuara, sianosis atau tidak dapat bersuara dan bernafas.
Penderita memegang leher yang menampakan tanda umum tersedak.
Segera tanyakan “apakah anda terseda?” jika penderita mengisyaratkan
“ya” dengan mengangguk tanpa bicara, ini menandakan penderita
mempunyai sumbatan jalan nafas berat.

b. Membebaskan sumbatan karena benda asing pada orang dewasa


1) Lakukan Heimlich Maneuver pada penderita sampai benda asing
keluar atau penderita jatuh tidak sadar.
2) Pada penderita obesitas dan wanita hamil lakukan dengan chest thrust.
3) Hubungi SPGDT.
4) Lakukan abdominal thrust (pada penderita yang tidak sadar).
5) Bila benda terlihat lakukan sapuan jari untuk mengeluarkan benda
asing tersebut.

2. Pada Anak dan Bayi


Lebih dari 90% kematian anak usia <5 tahun disebabkan oleh sumbatan benda
asing pada jalan nafas. Pada bayi (65%) terjadi karena aspirasi cairan. Penyebab
sumbatan jalan nafas pada anak biasanya adalah benda-benda kecil yang
berserakan di lantai seperti makanan kecil, permen, dll.
Tanda-tanda adanya sumbatan karena benda asing pada anak dan bayi adalah
timbulnya gangguan pernafasan yang tiba-tiba disertai dengan batuk, tersedak,
stridor dan wheezing.
a. Membebaskan sumbatan karena benda asing pada anak dan bayi
Sumbatan jalan nafas dapat terjadi ringan ataupun berat. Saat
sumbatannya ringan, anak masih dapat batuk dan bersuara. Tetapi pada
saat sumbatannya berat penderita sama sekali tidak dapat batuk ataupun
bersuara.
Jika sumbatan yang terjadi ringan jangan melakukan apapun, biarkan
penderita membersihkan jalan nafasnya sendiri dengan batuk, sementara
anda mengobservasi tanda-tanda FBAO yang berat.
Jika sumbatannya berat (penderita tidak dapat bersuara sedikitpun).
Untuk anak, lakukan Heimlich maneuver sampai bendanya keluar atau
sampai anak jatuhdalam keadaan tidak sadar.
Untuk bayi lakukan 5x back blows diikuti dengan 5x chest thrust
berulang-ulang sampai bendanya keluar atau sampai penderita jatuh tidak
sadar. Pada bayi tidak direkomendasikan untuk melakukan abdominal
thrust karena dapat merusak organ dalam yang tidak terlindungi,
contohnya hati.
Jika penderita jatuh tidak sadar segera lakukan RJP. Sebelum
melakukan ventilasi petugas harus melihat apakah bendanya terlihat atau
tidak pada mulut penderita. Jika anda melihat bendanya, keluarkan!!
Petugas tidak direkomendasikan untuk melakukan sapuan jari bila
bendanya tidak tampak pada faring, karena dapat mendorong bendanya
masuk ke dalam ofaring dan dapat menyebabkan kerusakan pada organ
tersebut.

D. PENGELOLAAN FUNGSI PERNAFASAN (BREATHING MANAGEMENT)


DENGAN PERNAFASAN BUATAN

1. Pengertian
Memperbaiki fungsi ventilasi dengan cara memberikan pernafasan buatan
untuk menjamin kebutuhan oksigen dan pengeluaran gas CO2.
2. Tujuan
Menjamin pertukaran udara di paru-paru secara normal.
3. Diagnosis
Ditegakkan bila pada pemeriksaan dengan menggunakan metode Look Listen
Feel (lihat kembali pengelolaan jalan nafas) tidak ada pernafasan dan pengelolaan
jalan nafas telah dilakukan (jalan nafas aman).
4. Tindakan
a. Tanpa Alat: Memberikan pernafasan buatan dari mulut ke mulut atau dari
mulut ke hidung sebanyak 2 (dua) kali tiupan awal dan diselingi ekshalasi.
b. Dengan Alat: Memberikan pernafasan buatan dengan alat “Ambu bag” (self
inflating bag) yang dapat pula ditambahkan oksigen. Dapat juga diberikan
dengan menggunakan ventilator mekanik (ventilator/respirator).
c. Pemeriksaan pernafasan
1) Look-Lihat
* Gerak dada
* Gerak cuping hidung (flaring nostril)
* Retraksi sela iga
* Gerak dada
* Gerak cuping hidung (flaring nostril)
* Retraksi sela iga

2) Listen-Dengar. Suara nafas, suara tambahan


3) Feel-Rasakan. Udara nafas keluar hidung-mulut
4) Palpasi-Raba. Gerakan dada, simetris?
5) Perkusi-Ketuk. Redup? Hipersonor? Simetris?
6) Auskultasi (menggunakan stetoskop). Suara nafas ada?
Simetris? Ronki atau whezing?
7) Menilai pernafasan
 Ada napas? Napas normal atau distres
 Ada luka dada terbuka atau menghisap?
 Ada Pneumothoraks tension?
 Ada Patah iga ganda (curiga Flail Chest) ?
 Ada Hemothoraks?
 Ada emfisema bawah kulit?
8) Tanda distres nafas
 Nafas dangkal dan cepat
 Gerak cuping hidung (flaring nostril)
 Tarikan sela iga (retraksi)
 Tarikan otot leher (tracheal tug)
 Nadi cepat
 Hipotensi
 Vena leher distensi
 Sianosis (tanda lambat)
9) Pemberian nafas buatan
 Diberikan sebanyak 12-20 kali/menit sampai dada nampak
terangkat.
 Diberikan bila nafas abnormal, tidak usah menunggu sampai apnea
dulu
 Berikan tambahan oksigen bila tersedia.
 Jika udara masuk ke dalam lambung, jangan dikeluarkan dengan
menekan lambung karena akan berisiko aspirasi.
 Nafas buatan dilakukan dengan in-line immobilisation (fiksasi
kepala-leher) agar tulang leher tidak banyak bergerak.

Pernapasan Buatan Mulut-Mulut


Pernapasan buatan langsung mulut ke mulut sangatlah beresiko. Kemungkinan
kontak dengan cairan tubuh korban termasuk muntahan sangat besar. Untuk
melakukan pernapasan buatan mulut ke mulut gunakanlah alat pelindung barrier
device, face shield. Alat pelindung ini berupa sebuah lembaran dari plastik tipis dan
lentur menutupi wajah korban terutama bagian mulut korban, dilengkapi dengan
katup satu arah sehingga cairan tubuh korban tidak mengenai penolong. Bisa dilipat
sehingga praktis dibawa kemana-mana.
Langkah-langkah memberikan pernapasan buatan mulut ke mulut:
1. Pastikan keamanan diri dan lingkungan, kemudian aktifkan SPGDT.
2. Baringkan korban pada posisi terlentang.
3. Atur posisi penolong. Berlutut disamping kepala korban.
4. Lakukan langkah-langkah pengelolaan airway.
5. Pasang alat pelindung; barrier device, face shield.
6. Penolong menarik napas dalam saat akan memberikan napas buatan, agar
volume tidal terpenuhi.
7. Jepit lubang hidung korban dengan ibu jari dan jari telunjuk.
8. Tutupi mulut korban dengan mulut penolong. Mulut penolong harus dapat
menutupi keseluruhan mulut korban agar tidak terjadi kebocoran.
9. Berikan hembusan napas 2 kali, sambil tetap menjaga terbukanya airway.
Beri kesempatan untuk ekspirasi. Waktu yang diperlukan untuk tiap
hembusan 1,5-2 detik. Volume udara yang diberikan sebesar volume tidal
yaitu 10 mL/ kgBB atau 700-1000 mL, atau sampai dengan dada korban
terlihat mengembang. Hati-hati, jangan terlalu kuat atau terlalu banyak
karena dapat melukai paru-paru korban atau masuk ke lambung.
10. Lakukan evaluasi ulang A dan B. Jika saat melakukan pernapasan buatan
dirasakan ada tahanan atau terasa berat, atau dada tidak naik turun dengan
baik, perbaiki tehnik membuka airway korban misalnya dengan
memperbaiki posisi kepala. Jika setelah posisi diperbaiki masih terasa
berat, curigai adanya sumbatan airway. Lakukan tindakan membebaskan
jalan napas.
11. Bila tidak ada gangguan lain, teruskan pernapasan buatan dengan
kecepatan 12-15 kali/ menit.

Pernapasan Buatan Mulut-Hidung


Tehnik pernapasan buatan mulut ke hidung dilakukan bila tidak mungkin
melakukan pernapasan mulut ke mulut, misal mulut korban yang terkatup rapat dan
tidak bisa dibuka (trismus), atau mulut korban mengalami cedera berat. Langkah-
langkah yang dilakukan sama seperti pernapasan buatan mulut ke mulut.
Perbedaannya adalah pernapasan buatan dilakukan ke hidung korban. Pada tehnik ini
mulut korban yang harus ditutup.

Pernapasan Buatan Mulut-Stoma / Lubang Trakeostomi


Pada korban yang pernah mengalami tindakan pembuatan lubang pernapasan
di leher, masuknya udara pernapasan tidak lagi melalui mulut atau hidung. Udara
masuk melalui lubang buatan di leher yang disebut stoma. Langkah-langkah
melakukan pernapasan buatan mulut ke stoma pada dasarnya sama dengan mulut ke
mulut atau mulut ke hidung.

Pernapasan Buatan Mulut-Masker/ Sungkup Muka


Tehnik pernapasan buatan mulut ke masker lebih efektif dan lebih aman
dibanding cara-cara pernapasan yang telah dijelaskan sebelumnya. Masker yang
digunakan mempunyai katup satu arah sehingga cairan maupun udara ekspirasi yang
keluar dari korban kecil kemungkinannya mengenai penolong. Masker menutupi
hidung dan mulut korban, sehingga tidak ada kontak/hubungan langsung antara
penolong dengan korban. Efektivitas didapatkan karena masker yang digunakan akan
menutupi baik mulut maupun hidung korban dan lebih terkontrol.
Masker yang baik untuk pernapasan buatan memiliki ukuran yang sesuai,
terbuat dari bahan transparan/ tembus pandang, dan dilengkapi katup satu arah atau
dapat dihubungkan dengan katup satu arah pada bagian atasnya. Masker tersedia
dengan berbagai ukuran. Kesesuaian ukuran penting agar masker dapat melekat erat
pada wajah sehingga tidak terjadi kebocoran. Bahan transparan memungkinkan
penolong dapat melihat adanya cairan mapun muntahan yang keluar dari korban.
Langkah-langkah pernapasan buatan mulut ke masker:
1. Pastikan keamanan diri dan lingkungan, kemudian aktifkan SPGDT.
2. Baringkan korban pada posisi terlentang.
3. Atur posisi penolong. Bila penolong hanya seorang, berlutut disamping kepala
korban. Bila penolong lebih dari satu orang, salah satu penolong yang memegangi
masker berlutut di atas kepala korban menghadap ke kaki korban.
4. Lakukan langkah-langkah pengelolaan airway.
5. Pasang masker yang ukurannya sesuai dengan korban.Masker yang ukurannya
sesuai akan menutupi bagian hidung dan mulut korban sekaligus. Masker
pernapasan buatan berbentuk menyerupai buah jambu air yang terbelah dua sama
besar, ada bagian yang menyempit dan ada bagian yang melebar. Posisikan bagian
yang menyempit di bagian hidung korban, dan bagian yang melebar di bagian
dagu.
6. Pertahankan posisi masker dan rapatkan. Posisi masker yang benar dan rapat
penting untuk keberhasilan pernapasan buatan. Mempertahankan posisi masker
bisa dilakukan dengan dua cara, yaitu: Pertahankan posisi masker dengan posisi
kedua tangan seperti saat melakukan jaw thrust atau triple airway manauver.
Kedua ibu jari menahan masker bagian hidung, sementara jari-jari lainnya
menahan bagian dagu dan merapatkannya dengan menahan masker bagian rahang
bawah korban, sambil melakukan tindakan membuka airway. Pertahankan posisi
masker dengan salah satu tangan menahan bagian hidung, tangan lainnya
menahan bagian dagu sambil membuka airway korban.
7. Penolong menarik napas dalam saat akan memberikan napas buatan, agar volume
tidal terpenuhi.
8. Berikan hembusan napas 2 kali, sambil tetap menjaga terbukanya airway. Beri
kesempatan untuk ekspirasi. Waktu yang diperlukan untuk tiap hembusan 1,5-2
detik. Volume udara yang diberikan sebesar volume tidal 10 mL/ kgBB, atau
sampai dengan dada korban terlihat mengembang.
9. Lakukan evaluasi ulang A dan B. Jika saat melakukan pernapasan buatan
dirasakan ada tahanan atau terasa berat, atau dada tidak naik turun dengan baik,
perbaiki posisi kepala korban. Perbaiki tehnik membuka airway korban. Jika
setelah posisi diperbaiki masih terasa berat, curigai adanya sumbatan airway.
Lakukan tindakan membebaskan jalan napas.
10. Bila tidak ada gangguan lain, teruskan pernapasan buatan dengan kecepatan 12-15
kali/ menit.

BVM (Bag Valve Mask)


Pernapasan buatan yang dilakukan dengan bantuan BVM lebih dianjurkan,
karena memiliki lebih banyak keuntungan. Selain keuntungan seperti yang didapatkan
dengan menggunakan masker, BVM memberikan oksigen dengan konsentrasi yang
lebih tinggi pada korban karena dapat dihubungkan dengan sumber oksigen. BVM
dianjurkan digunakan oleh dua orang penolong.
Sesuai namanya bag valve mask (BVM) terdiri dari kantung, katup satu arah,
dan masker/ sungkup muka. Isi kantung sekitar 1600 mL dan dapat dihubungkan
dengan sumber oksigen. Masker pada BVM memiliki bentuk yang sama seperti yang
telah dijelaskan sebelumnya. Masker tersedia dalam berbagai ukuran untuk dewasa,
anak, dan bayi. Penggunaan BVM untuk pernapasan buatan tidak akan dijelaskan
lebih lanjut, karena penggunaannya memerlukan ketrampilan setingkat paramedis.
PERHATIAN:
1. Pemompaan udara pernapasan dilakukan saat korban inspirasi.
2. Pemberian bantuan napas disesuaikan dengan kebutuhan korban.
3. Perhatikan volume tidal dan frekuensi napas yang dibutuhkan korban.
4. Pemasangan masker harus sesuai dengan ukuran yang dibutuhkan korban dan
ketat.
5. Bila korban memiliki gigi palsu, biarkan gigi palsu tersebut tetap pada tempatnya,
karena akan mempermudah dicapainya posisi masker yang ketat.
6. Namun bila gigi tersebut lepas, segera keluarkan dari mulut korban dan amankan.
Lepasnya gigi palsu merupakan ancaman terjadinya sumbatan jalan napas.
Lakukan penilaian berkala keberadaan gigi palsu selama menolong korban.
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN
Airway merupakan komponen yang penting dari sistem pernapasan adalah
hidung dan mulut, faring, epiglotis, trakea, laring, bronkus dan paru. Breathing
(Bernapas) adalah usaha seseorang secara tidak sadar/otomatis untuk melakukan
pernafasan. Tindakan ini merupakan salah satu dari prosedur resusitasi jantung paru
(RJP).
Kondisi kekurangan oksigen merupakan penyebab kematian yang cepat.
Kondisi ini dapat diakibatkan karena masalah sistem pernafasan ataupun bersifat
sekunder akibat dari gangguan sistem tubuh yang lain. Pasien dengan kekurangan
oksigen dapat jatuh dengan cepat ke dalam kondisi gawat darurat sehingga
memerlukan pertolongan segera. Apabila terjadi kekurangan oksigen 6-8 menit akan
menyebabkan kerusakan otak permanen, lebih dari 10 menit akan menyebabkan
kematian. Oleh karena itu pengkajian pernafasan pada penderita gawat darurat
penting dilakukan secara efektif dan efisien.

B. SARAN
Setelah membaca makalah ini semoga pembaca memahami isi makalah yang
telah disusun meskipun kami menyadari makalah ini kurang dari sempurna. Oleh
karena itu kami berharap pembaca dapat memberikan kritik dan saran yang dapat
membantu menyempurnakan makalah yang selanjutnya.
DAFTAR PUSTAKA

Advanced Paediatric Life Support. 3rd ed. London: BMJ Books 2001. Chapters 4 (Basic life
support); 5 (Advanced support of the airway and ventilation); 22 (Practical
procedures: airway and breathing).
Alkatiri J. Resusitasi Kardio Pulmoner dalam Sudoyo W. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam.
Jilid I. Edisi IV. FKUI. Jakarta. 2007. Hal. 173-7.
Brunner dan Suddarth, 2001, Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8, Vol. II, EGC: Jakarta
Fleisher G, Ludwig S (eds): Textbook of Pediatric Emergency Medicine (4th ed).
Philadelphia: Lippincott 2000. Chapters 1 (Resuscitation: pediatric basic and advanced life
support); 5 (Emergency airway management: rapid sequence induction).

Anda mungkin juga menyukai