Anda di halaman 1dari 6

KONSEP KEBUTUHAN ELIMINASI

Pengertian Eliminasi Menurut kamus bahasa Indonesia, eliminasi adalah


pengeluaran, penghilangan, penyingkiran, penyisihan.Dalam bidang kesehatan,
Eliminasi adalah proses pembuangan sisa metabolisme tubuh baik berupa urin atau
bowel (feses).

Eliminasi pada manusia digolongkan menjadi 2 macam, yaitu:

1. Defekasi Buang air besar atau defekasi adalah suatu tindakan atau proses makhluk
hidup untuk membuang kotoran atau tinja yang padat atau setengah-padat yang
berasal dari sistem pencernaan .

2. Miksi adalah proses pengosongan kandung kemih bila kandung kemih terisi. Miksi ini
sering disebut buang air kecil.

Gangguan Eliminasi Urine

 Gangguan eliminasi urine adalah keadaan dimana seorang individu mengalami


atau berisiko mengalami disfungsi eleminasi urine.
 Biasanya orang yang mengalami gangguan eliminasi urine akan dilakukan
kateterisasi urine, yaitu tindakan memasukkan selang kateter ke dalam kandung
kemih melalui uretra dengan tujuan mengeluarkan urine
 Masalah masalah dalam eliminasi urine :
1. Retensi,yaitu adanya penumpukan urine didalam kandung kemi dan
ketidaksanggupan kandung kemi untuk mengosongkan diri
2. Inkontinensi urine, yaitu ketidaksanggupan sementara atau parmanen otot
sfingter eksterna untuk mengontrol keluarnya urine dari kandung kemih
3. Enuresis sering terjadi pada anak-anak,umumnya terjadi pada malam hari (
nocturnal enuresis), dapat terjadi satu kali atau lebih dalam semalam.
4. Urgency, adalah perasaan seorang untuk berkemih
5. Dysuria, adanya rasa sakit atau kesulitan dalam berkemih
6. Polyuria, produksi urine abnormal dalam jumlah besar oleh ginjal, seperti
2.500 ml/hari, tanpa adanya peningkatan intake cairan
7. Urinari suppresi, adalah berhenti mendadak produksi urine
Gangguan Eliminasi Fekal adalah keadaan dimana seorang individu mengalami
atau berisiko tinggi mengalami statis pada usus besar, mengakibatkan jarang
buang air besar, keras, feses kering. Untuk mengatasi gangguan eliminasi fekal
biasanya dilakukan huknah, baik huknah tinggi maupun huknah rendah.
Memasukkan cairan hangat melalui anus sampai ke kolon desenden dengan
menggunakan kanul rekti.

 Gangguan Eliminasi Fekal :


 Pola diet tidak adekuat/tidak sempurna
 Cairan
 Meningkatnya stress psikologis
 Kurang aktifitas, kurang berolahraga, berbaring lama
 Obat obatan

Masalah eliminasi fekal yang sering ditemuakan yaitu :


 Konstipasi, merupakan gejala, bukan penyakit yaitu menurunnya frekuensi
BAB disertai dengan pengeluaran feses yang sulit, keras dan mengejan .
 Impaction, merupakan akibat konstipasi yang tidak teratur, sehingga
tumpukan feses yang keras di rectum tidak bisa dikeluarkan. Impaction
berat, tumpukan feses sampai pada kolon sigmoid.
 Diare, merupakan BAB sering dengan cairan dan feses yang tidak berbentuk.
 Inkontinensia fecal, yaitu suatu keadaan tidak mampu mengontrol BAB dan
udara dari anus, BAB encer dan jumlahnya banyak
 Flatulens, yaitu menumpuknya gas pada lumen intestinal, dinding usus
meregang dan distended, merasa penuh, nyeri dank ram. Biasanya gas
keluar melalui mulut (sendawa) atau anus (flatus)
 Hemoroid, yaitu dilatasi pembengkakan vena pada dinding rectum ( bisa
internal atau eksternal). Hal ini terjadi pada defekasi yang keras, kehamilan,
gagal jantung dan penyakit hati menahun
Prosedur kerja
A. Persiapan Pasien
• Memberi salam
• Mengenalkan diri pada klien atau keluarga
• Menjelaskan maksud dan tujuan tindakan
• Menjelaskan prosedur tindakan yang akan dilakukan
• Posisikan pasien sesuai kebutuhan

B. Persiapan Perawat
• Mencuci tangan dari lengan dengan sabun di bawah air mengalir.
• Menilai keadaan umum pasien

C. Persiapan lingkungan
• Pasang sampiran atau sketsel
• Pintu dan jendela dalam keadaan tertutup.

2.7 Persiapan alat :


1. Pispot dan tutupnya atau urinal
2. Sampiran
3. Alas bokong ( perlak dan alasnya)
4. Bell ( bila ada )
5. Tissue
6. Selimut mandi
7. 2 baskom berisi air ( satu untuk bilas sabun ) bila ada
8. 2 waslap
9. Handuk
10. Botol berisi air untuk cebok
11. Sarung tangan bersih
12. Korentang
13. Sabun
14. Schort
2.8 Prosedur Pelaksanaan
1. BHSP
2. Jelaskan tujuan dan prosedur kepada pasien.
3. Bawa alat ke dekat pasien.
4. Tutup pintu dan jendela dan pasang sampiran.
5. Cuci tangan, pakai schort, memakai sarung tangan bersih dan berdiri di sisi klien
6. Pasang selimut mandi dan turunkan selimut pasien.
7. Tinggikan tepi tempat tidur untuk mencegah pasien jatuh.
8. Minta klien untuk mengangkat bokongnya atau miring ( bila perlu dibantu perawat )
lalu bentangkan perlak dan alasnya.
9. Buka pakaian pasien bagian bawah.
10. Anjurkan klien untuk berpegangan di bawah / bagian belakang tempat tidur sampai
menekuk lutut sambil diikuti dengan mengangkat bokong kemudian pasang pispot
perlahan-lahan
11. Jika pasien pria, pasang urinal untuk BAK.
12. Pastikan bahwa sprei dan stik laken tidak terkena.
13. Tinggalkan pasien dan anjurkan untuk membunyikan bell jika sudah selesai atau
memberi tahu perawat.
14. Jika sudah selesai, tarik atau ambil pispot dan letakkan lengkap dengan tutupnya di
atas kursi atau meja dorong.
15. Bersihkan daerah perianal dengan tisu (untuk pasien wanita, bersihkan mulai dari
uretra sampai dengan anus untuk mencegah perpindahan mikroorganisme dari rectal
ke saluran kemih) kemudian buang tissue ke dalam pispot.
16. Gunakan waslap untuk mencuci daerah perianal dengan air sabun.
17. Bilas dengan air bersih.
18. Keringkan daerah perianal dengan handuk.
19. Angkat alas bokong.
20. Kembalikan posisi pasien seperti semula.
21. Kenakan kembali pakaian bawah pasien.
22. Angkat selimut mandi dan sekaligus menarik selimut pasien ke atas.
23. Ganti linen (jika kotor karena terkena feses atau urine).
24. Rapikan pasien
25. Buka sampiran, pintu dan jendela.
26. Jika perlu beri pengharum ruangan.
27. Bersihkan pispot.
28. Cuci tangan.
29. Dokumentasikan warna, bau, feses, urine, dan konsistensi feses serta catat kondisi
daerah perianal.
2.9 Hasil Evaluasi
1. Pasien tidak merasa lelah dengan pergerakan yang minimal
2. Pasien merasa nyaman
3. Melaksanakan dokumentasi :
a. Mencatat tindakan yang dilakukan dan hasil serta respon klien pada lembar catatan
pasien
b. Catat tanggal dan jam melakukan tindakan dan nama perawat yang melakukan dan
tanda tangan / paraf pada lembar catatan pasien.
2.10 Hal-Hal Yang Perlu Diperhatikan
1. Bila tidak dapat di tolong oleh seorang perawat, misalnya pasien gemuk, maka di
perlukan lebih dari satu orang perawat dan caranya adalah sebagai berikut :
– Bila dua orang perawat. Perawat berdiri di sebelah kanan dan kiri pasien,satu orang
perawat tangan dan mengangkat dengan dua perawat yang lainmembantu sambil
menyorongkan pispot.
– Bila tiga orang perawat, dua orang berdiri di sebelah kanan kanan pasiendan satu lagi
berdiri di sebehah pasien (sebaliknya) dua orang perawat
– mengangkat pasien dan satu orang menyorongkan pispot sambilmembantu dan
mengangkat bokong pasien.
2. Menggunakan pispot yang bersih dan kering.
3. Menggunakan sarung tangan sekali pakai dan cuci tangan anda segerasebelum dan
sesudah melaksanakan prosedur untuk mencegah penularanpenyakit ke orang lain dan
juga ke diri anda sendiri.
4. Memberi privasi pada pasien. Cobalah untuk membuat pasien senyaman mungkin
selama prosedur tindakan.
5. Sebaiknya memberikan pispot jangan waktu makan, berkunjung atau menerima tamu
kunjungan (visite) Dokter.

https://www.scribd.com/doc/286556822/Konsep-Dasar-Kebutuhan-Eliminasi-ppt

https://rulinoviansah.wordpress.com/2012/12/06/prosedur-tindakan-bab-dan-bak/

Anda mungkin juga menyukai