Anda di halaman 1dari 29

JUDUL

Disusun Oleh :

Kelas 3A

Dhidan Agyl Rahmanu Wijaya (2820173007)

Purwanto (2820173031)

AKADEMI KEPERAWATAN NOTOKUSUMO

YOGYAKARTA

2019/2020
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT karena dengan rahmat,
karunia, serta taufik dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah tentang
“Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan diagnose hipoglikemi” ini dengan baik
dan mampu diselesaikan dalam tepat waktu. Kami mengucapkan terimakasih banyak
kepada segala pihak yang telah membantu kelancaran dalam pembuatan makalah ini.
Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam mengetahui secara
detail mengenai asuhan keperawatan pada anak dengan Penyakit Pneumonia. Semoga
makalah ini dapat dipahami, serta berguna bagi kami sendiri dan pembaca.Kami
menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih banyak kekurangan dan jauh dari
kata sempurna, oleh sebab itu kami meminta kritik dan saran dari pembaca demi
perbaikan makalah ini kedepannya.Terima kasih.

Yogyakarta, 12 September 2019

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................ i
DAFTAR ISI.......................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN..................................................................................... 1
A. Latar Belakang........................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah......................................................................................
C. Tujuan........................................................................................................
BAB II KONSEP DASAR....................................................................................
A. Pengertian..................................................................................................
B. Etiologi......................................................................................................
C. Patofisiologi...............................................................................................
D. Pathway.....................................................................................................
E. Klasifikasi..................................................................................................
F. Manifestasi Klinis.......................................................................................
G. Pemeriksaan Penunjang.............................................................................
H. Penatalaksanaan.........................................................................................
I. Komplikasi..................................................................................................
J. Pengkajian...................................................................................................
K. Diagnosa....................................................................................................
L. Perencanaan (NCP)....................................................................................
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Hipoglikemia adalah suatu keadaan dimana kadar glukosa dalam darah


dibawah normal (<70mg/dl) (ADA, 2016). Hipoglikemia adalah efek samping
yang paling sering terjadi akibat terapi penurunan glukosa darah pada pasien
DM dan pengontrolan glukosa darah secara intensif selalu meningkatkan
risiko terjadinya hipoglikemia berat (Gruden et al., 2012). Hipoglikemia lebih
sering terjadi pada DM tipe 1 dengan angka kejadian 10% - 30% pasien per
tahun dengan angka kematian nya 3% - 4% ( Goldman &
Shcafer, 2012), sedangkan pada DM tipe 2 angka kejadiannya 1,2 % pasien
per tahun (Berber et al., 2013). Rata-rata kejadian hipoglikemia meningkat
dari 3.2 per 100 orang per tahun menjadi 7.7 per 100 orang per tahun pada
penggunaan insulin ( Cull et al., 2001). Menurut penelitian lain didapatkan
data kejadian hipoglikemia terjadi sebanyak 30% per tahun pada pasien yang
mengonsumsi obat hipoglikemik oral seperti sulfonilurea (Self et al., 2013).
Sebagai penyulit akut pada DM tipe 2, hipoglikemia paling sering disebabkan
oleh penggunaan Insulin dan Sulfonilurea (PERKENI, 2011).

Pasien-pasien yang menggunakan insulin atau obat hipoglikemik oral


dapat mengalami hipoglikemia ringan, yang dapat ditangani sendiri, dimana
episode hipoglikemiknya terjadi sekitar dua kali per minggu. Hipoglikemia
berat, yang membutuhkan bantuan orang lain untuk mendapatkan kembali
euglikemia, minimal terjadi sekali per tahun sebesar 27% pada pasien yang
diobati dengan regimen insulin intensif. Hipoglikemia merupakan penyebab
kematian pada sekitar 3% dari penderita diabetes yang bergantung pada
insulin (Self et al., 2013).
Pada pasien DM, hipoglikemia merupakan faktor penghambat utama
dalam mencapai sasaran kendali glukosa darah normal. Hipoglikemia yang
terjadi pada DM merupakan suatu keadaan yang terjadi ketika insulin dan
glukosa darah dalam keadaan tidak seimbang. Hal ini dapat terjadi setelah
menggunakan insulin atau obat anti diabetik lainnya, tidak cukup makan atau
waktu jeda antar makan yang lama (biasanya pada tengah malam), latihan
fisik tanpa asupan makanan yang cukup sebelumnya, atau tidak cukup
konsumsi karbohidrat (ADA,2012) dimana gejala yang di timbulkannya dapat
berupa gejala otonom seperti berkeringat, gemetar, palpitasi, dll, dan/atau
gejala dari disfungsi neurologi seperti kejang, lethargi, hingga koma (Self et
al., 2013).

Selain faktor-faktor risiko diatas, usia juga menjadi salah satu faktor
yang mempengaruhi kejadian hipoglikemia, disebabkan oleh kerusakan
respon hormon kontra regulasi akibat usia (Kenny, 2013). Sedangkan
berdasarkan studi epidemiologi oleh American Diabetes Association
memperlihatkan bahwa hipoglikemia merupakan komplikasi metabolik yang
paling sering terjadi pada orangtua di Amerika Serikat, dimana pasien DM
tipe 2 lanjut usia yang mengalami hipoglikemia menunjukkan lebih lama
dirawat di rumah sakit dan menghabiskan biaya yang lebih besar.
Hipoglikemia ini disebabkan oleh berkurangnya fungsi ginjal dan aktivitas
enzim hati yang berkaitan dengan metabolisme sulfonilurea dan insulin yang
dipengaruhi oleh usia (Seaquist et al., 2013).

Hipoglikemia terbagi atas ringan, sedang, hingga berat dan dapat


terjadi pada malam hari (hipoglikemia nokturnal). Pasien DM tipe 1 yang
menggunakan pompa insulin dan insulin analog kerja lama sering mengalami
hipoglikemia berat khususnya selama tidur dimalam hari, ditambah pula,
Sovik dan Thordason melaporkan bahwa dikalangan pasien berusia <40 tahun
yang telah mengalami DM selama 10 tahun, 6% nya meninggal karena
sindrom “dead-in-bed” yang mana kemungkinan paling banyak disebabkan
oleh hipoglikemia nokturnal berat ( Anonymous, 2010).

Hipoglikemia terkadang luput dari pengawasan dokter maupun pasien.


Sebagian orang dengan DM tidak memiliki tanda-tanda peringatan dini untuk
kadar glukosa darah yang rendah. Kondisi ini paling sering mengenai
penderita diabetes Tipe I, tetapi tidak menutup kemungkinan juga dapat terjadi
pada penderita diabetes Tipe 2 (Kenny, 2013).

Hipoglikemia merupakan keadaan yang sangat berbahaya dan dapat


mengancam jiwa penderita karena glukosa darah adalah sumber energi satu-
satunya pada otak, sehingga jika mengalami penurunan kadar dari normal
dapat mempengaruhi dan mengganggu fungsi otak tersebut secara langsung
( Goldman & Shcafer, 2012).

B. Rumusan Masalah

C. Tujuan

1. Tujuan Umum

Mahasiswa dapat memahami apa itu hipoglikemi dan mahasiswa dapat


mengetahui bagaimana asuhan keperawatan pada pasien dengan
hipoglikemi.
2. Tujuan Khusus
 Mengetahui dan memahami pengertian hipoglikemi.
 Mengetahui dan memahami etiologi hipoglikemi.
 Mengetahui dan memahami patofisiologi hipoglikemi.
 Mengetahui dan memahami klasifikasi hipoglikemi.
 Mengetahui dan memahami manifestasi klinis hipoglikemi.
 Mengetahui dan memahami komplikasi hipoglikemi.
 Mengetahui dan memahami pemeriksaan penunjang hipoglikemi.
 Mengetahui dan memahami penatalaksanaan hipoglikemi.
 Mengetahui dan memahami proses keperawatan hipoglikemi.

BAB II

KONSEP DASAR

A. Pengertian
Hipoglikemia merupakan penyakit yang disebabakan oleh kadar gula
darah (glukosa) yang rendah. Dalam keadaan normal, tubuh mempertahankan
kadar gula darah antara 70-11- mg/dl ( Aina Abata, 2014).
Hipoglikemia merupakan salah satu komplikasi akut yang dialami oleh
penderita diabetes mellitus. Hipoglikemia disebut juga sebagai penurunan
kadar gula darah yang merupakan keadaan dimana kadar glukosa darah
berada di bawah normal, yang dapat terjadi karena ketidak seimbangan antara
makanan yang dimakan, aktivitas fisik dan obat-obatan yang digunakan.
Sindrom hipoglikemia ditandai dengan gejala klinis antara lain penderita
merasa pusing, lemas, gemetar, pandangan menjadi kabur dan gelap,
berkeringat dingin, detak jantung meningkat dan terkadang sampai hilang
kesadaran (syok hipoglikemia) (Nabyl, 2009).
Hipoglikemia adalah batas terendah kadar glukosa darah puasa(true
glucose) adalah 60 mg %,dengan dasar tersebut maka penurunan kadar
glukosa darah di bawah 60 mg%. (Wiyono ,1999).

B. Etiologi
Hipoglikemia bisa disebabkan oleh:
1. Pelepasan insulin yang berlebihan oleh pancreas
2. Dosis insulin atau obat lainnya yang terlalu tinggi, yang diberikan
kepada penderita diabetes untuk menurunkan kadar gula darahnya
3. Kelainan pada kelenjar hipofisa atau kelenjar adrenal
4. Kelainan pada penyimpanan karbohidrat atau pembentukan glukosa di
hati.

Adapun penyebab Hipoglikemia yaitu :

1. Dosis suntukan insulin terlalu banyak


Saat menyuntikan obat insulin, anda harus tahu dan paham dosis obat
yang anda suntik sesuai dengan kondisi gula darah saat itu. Celakanya,
terkadang pasien tidak dapat memantau kadar gula darahnya sebelum
disuntik, sehingga dosis yang disuntikan tidak sesuai dengan kadar
gula darah saat itu. Memang sebaiknya bila menggunakan insulin
suntik, pasien harus memiliki monitor atau alat pemeriksa gula darah
sendiri.
2. Lupa makan atau makan terlalu sedikit
Penderita diabetes sebaiknya mengkonsumsi obat insulin dengan kerja
lambat dua kali sehari dan obat yang kerja cepat sesaat sebelum
makan. Kadar insulin dalam darah harus seimbang dengan makanan
yang dikonsumsi. Jika makanan yang anda konsumsi kurang maka
keseimbangan ini terganggu dan terjadilah hipoglikemia.
3. Aktivitas terlalu berat
Olah raga atau aktifitas berat lainnya memiliki efek yang mirip dengan
insulin. Saat anda berolah raga, anda akan menggunakan glukosa
darah yang banyak sehingga kadar glukosa darah akan menurun. Maka
dari itu, olah raga merupakan cara terbaik untuk menurunkan kadar
glukosa darah tanpa menggunakan insulin.
4. Minum alkohol tanpa disertai makan
Alkohol menganggu pengeluaran glukosa dari hati sehingga kadar
glukosa darah akan menurun.
5. Mengunakan tipe insulin yang salah pada malam hari
Pengobatan diabetes yang intensif terkadang mengharuskan anda
mengkonsumsi obat diabetes pada malam hari terutama yang bekerja
secara lambat. Jika anda salah mengkonsumsi obat misalnya anda
meminum obat insulin kerja cepat di malam hari maka saat bangun
pagi, anda akan mengalami hipoglikemia.
6. Penebalan dilokasi suntikan
Dianjurkan bagi mereka yang menggunakan suntikan insulin agar
merubah lokasi suntikan setiap beberapa hari. Menyuntikan obat
dalam waktu lama pada lokasi yang sama akan menyebabkan
penebalan jaringan. Penebalan ini akan menyebabkan penyerapan
insulin menjadi lambat.
7. Kesalahan waktu pemberian obat dan makanan
Tiap tiap obat insulin sebaiknya dikonsumsi menurut waktu yang
dianjurkan. Anda harus mengetahui dan mempelajari dengan baik
kapan obat sebaiknya disuntik atau diminum sehingga kadar glukosa
darah menjadi seimbang.
8. Penyakit yang menyebabkan gangguan penyerapan glukosa
Beberapa penyakit seperti celiac disease dapat menurunkan
penyerapan glukosa oleh usus. Hal ini menyebabkan insulin lebih dulu
ada di aliran darah dibandingan dengan glukosa. Insulin yang kadung
beredar ini akan menyebabkan kadar glukosa darah menurun sebelum
glukosa yang baru menggantikannya.
9. Gangguan hormonal
Orang dengan diabetes terkadang mengalami gangguan hormon
glukagon. Hormon ini berguna untuk meningkatkan kadar gula darah.
Tanpa hormon ini maka pengendalian kadar gula darah menjadi
terganggu.
10. Pemakaian aspirin dosis tinggi
Aspirin dapat menurunkan kadar gula darah bila dikonsumsi melebihi
dosis 80 mg.
11. Riwayat hipoglikemi sebelumnya
Hipoglikemia yang terjadi sebelumnya mempunyai efek yang masih
terasa dalam beberapa waktu. Meskipun saat ini anda sudah merasa
baikan tetapi belum menjamin tidak akan mengalami hipoglikemia
lagi.

C. Patofisiologi
Seperti sebagian besar jaringan lainnya, matabolisme otak terutama
bergantung pada glukosa untuk digunakan sebagai bahan bakar. Saat jumlah
glukosa terbatas, otak dapat memperoleh glukosa dari penyimpanan glikogen
di astrosit, namun itu dipakai dalam beberapa menit saja. Untuk melakukan
kerja yang begitu banyak, otak sangat tergantung pada suplai glukosa secara
terus menerus dari darah ke dalam jaringan interstitial dalam system saraf
pusat dan saraf-saraf di dalam system saraf tersebut.
Oleh karena itu, jika jumlah glukosa yang di suplai oleh darah
menurun, maka akan mempengaruhi juga kerja otak. Pada kebanyakan kasus,
penurunan mental seseorang telah dapat dilihat ketika gula darahnya menurun
hingga di bawah 65 mg/dl (3.6 mM). Saat kadar glukosa darah menurun
hingga di bawah 10 mg/dl (0.55 mM), sebagian besar neuron menjadi tidak
berfungsi sehingga dapat menghasilkan koma.
Diabetes ketoasidosis disebabkan oleh tidak adanya insulin atau tidak
cukupnya jumlah insulin yang nyata, keadaan ini mengakibatkan gangguan
pada metabolisme karbohidrat, protein, lemak, ada tiga gambaran klinis yang
penting pada diabetes ketoasidosis.
1. dehidrasi
2. kehilangan elektrolit
3. asidosis
Apabila jumlah insulin berkurang jumlah glukosa yang memasuki sel akan
berkurang pula, di samping itu produksi glukosa oleh hati menjadi tidak
terkendali, kedua factor ini akan menimbulkan hipoglikemia. Dalam upaya
untuk menghilangkan glukosa yang berlebihan dalam tubuh, ginjal akan
mengekskresikan glukosa bersama-sama air dan elektrolit (seperti natrium dan
kalium). Diuresis osmotic yang di tandai oleh urinaria berlebihan (poliuria) ini
akan menyebabkan dehidrasi dan kehilangan elektrolit. penderita ketoasidosis
diabetic yang berat dapat kehilangan kira-kira 6,5 liter air dan sampai 400
hingga mEq natrium, kalium serta klorida selama periode waktu 24 jam.
Akibat defisiensi insulin yang lain adalah pemecahan lemak (liposis)
menjadi asam-asam lemak bebas dan gliseral.asam lemak bebas akan di ubah
menjadi badan keton oleh hati, pada keton asidosis diabetic terjadi produksi
badan keton yang berlebihan sebagai akibat dari kekurangan insulin yang
secara normal akan mencegah timbulnya keadaan tersebut, badan keton
bersifat asam, dan bila bertumpuk dalam sirkulasi darah, badan keton akan
menimbulkan asidosis metabolic.
Pada hipoglikemia ringan ketika kadar glukosa darah menurun, sistem
saraf simpatik akan terangsang. Pelimpahan adrenalin ke dalam darah
menyebabkan gejala seperti perspirasi, tremor, takikardi, palpitasi,
kegelisahan dan rasa lapar.
Pada hipoglikemia sedang, penurunan kadar glukosa darah
menyebabkan sel-sel otak tidak memperoleh cukup bahan bakar untuk bekerja
dengan baik. Tanda-tanda gangguan fungsi pada sistem saraf pusat mencakup
ketidak mampuan berkonsentrasi, sakit kepala,vertigo, konfusi, penurunan
daya ingat, pati rasa di daerah bibir serta lidah, bicara pelo, gerakan tidak
terkoordinasi, perubahan emosional, perilaku yang tidak rasional, penglihatan
ganda dan perasaan ingin pingsan. Kombinasi dari gejala ini (di samping
gejala adrenergik) dapat terjadi pada hipoglikemia sedang.
Pada hipoglikemia berat fungsi sistem saraf pusat mengalami
gangguan yang sangat berat, sehingga pasien memerlukan pertolongan orang
lain untuk mengatasi hipoglikemia yang di deritanya. Gejalanya dapat
mencakup perilaku yang mengalami disorientasi, serangan kejang, sulit di
bangunkan dari tidur atau bahkan kehilangan kesadaran (Smeltzer. 2001).

D. Pathway
E. Klasifikasi
Menurut Setyohadi(2012) dan thompson (2011) Hipoglikemia dapat
diklasifikasikan sebagai berikut :
1. Hipoglikemi Ringan (glukosa darah 50-60 mg/dL)
Terjadi jika kadar glukosa darah menurun, sistem saraf simpatik akan
terangsang. Pelimpahan adrenalin ke dalam darah menyebabkan gejala
seperti tremor, takikardi, palpitasi, kegelisahan dan rasa lapar.
2. Hipoglikemi Sedang (glukosa darah <50 mg/dL)
Penurunan kadar glukosa dapat menyebabkan sel- sel otak tidak
memperoleh bahan bakar untuk bekerja dengan baik. Tanda- tanda
gangguan fungsi pada sistem saraf pusat mencakup keetidakmampuan
berkonsentrasi, sakit kepala, vertigo, konfusi, penurunan daya ingat,
bicara pelo, gerakan tidak terkoordinasi, penglihatan ganda dan
perasaan ingin pingsan.
3. Hipoglikemi Berat (glukosa darah <35 mg /dL)
Terjadi gangguan pada sistem saraf pusat sehingga pasien memerlukan
pertolongan orang lain untuk mengatasi hipoglikeminya. Gejalanya
mencakup disorientasi, serangan kejang, sulit dibangunkan bahkan
kehilangan kesadaran.
Type hipoglikemi digolongkan menjadi beberapa jenis yakni:
1. Transisi dini neonatus ( early transitional neonatal ) : ukuran bayi yang
besar ataupun normal yang mengalami kerusakan sistem produksi
pankreas sehingga terjadi hiperinsulin.
2. Hipoglikemi klasik sementara (Classic transient neonatal) : tarjadi jika
bayi mengalami malnutrisi sehingga mengalami kekurangan cadangan
lemak dan glikogen.
3. Sekunder (Scondary) : sebagai suatu respon stress dari neonatus
sehingga terjadi peningkatan metabolisme yang memerlukan banyak
cadangan glikogen.
4. Berulang (Recurrent) : disebabkan oleh adanya kerusakan enzimatis,
atau metabolism

F. Manifestasi Klinik
Hipoglikemi terjadi karena adanya kelebihan insulin dalam darah
sehingga menyebabkan rendahnya kadar gula dalam darah. Kadar gula darah
yang dapat menimbulkan gejala-gejala hipoglikemi, bervariasi antara satu
dengan yang lain.
Pada awalnya tubuh memberikan respon terhadap rendahnya kadar
gula darah dengan melepasakan epinefrin (adrenalin) dari kelenjar adrenal dan
beberapa ujung saraf. Epinefrin merangsang pelepasan gula dari cadangan
tubuh tetapi jugamenyebabkan gejala yang menyerupai serangan kecemasan
(berkeringat, kegelisahan, gemetaran, pingsan, jantung berdebar-debar dan
kadang rasa lapar). Hipoglikemia yang lebih berat menyebabkan
berkurangnya glukosa ke otak dan menyebabkan pusing, bingung, lelah,
lemah, sakit kepala, perilaku yang tidak biasa, tidak mampu berkonsentrasi,
gangguan penglihatan, kejang dan koma. Hipoglikemia yang berlangsung
lama bisa menyebabkan kerusakan otak yang permanen. Gejala yang
menyerupai kecemasan maupun gangguan fungsi otak bisa terjadi secara
perlahan maupun secara tiba-tiba. Hal ini paling sering terjadi pada orang
yang memakai insulin atau obat hipoglikemik per-oral. Pada penderita tumor
pankreas penghasil insulin, gejalanya terjadi pada pagi hari setelah puasa
semalaman, terutama jika cadangan gula darah habis karena melakukan olah
raga sebelum sarapan pagi. Pada mulanya hanya terjadi serangan
hipoglikemia sewaktu-waktu, tetapi lama-lama serangan lebih sering terjadi
dan lebih berat.
Tanda dan gejala dari hipoglikemi terdiri dari dua fase antara lain:
1. Fase pertama yaitu gejala- gejala yang timbul akibat aktivasi pusat
autonom di hipotalamus sehingga dilepaskannya hormone epinefrin.
Gejalanya berupa palpitasi, keluar banyak keringat, tremor, ketakutan,
rasa lapar dan mual (glukosa turun 50 mg%.)
2. Fase kedua yaitu gejala- gejala yang terjadi akibat mulai terjadinya
gangguan fungsi otak, gejalanya berupa pusing, pandangan kabur,
ketajaman mental menurun, hilangnya ketrampilan motorik yang halus,
penurunan kesadaran, kejang- kejang dan koma (glukosa darah 20 mg%).

Adapun gejala- gejala hipoglikemia menurut Setyohadi (2012) antara lain :


Adrenergik Neuroglikopenia
Pucat Bingung
Keringat dingin Bicara tidak jelas
Takikardi Perubahan sikap perilaku
Gemetar Lemah
Lapar Disorientasi
Cemas Penurunan kesadaran
Gelisah Kejang
Sakit kepala
Mengantuk
G. Pem
eriksaan Penunjang
1. Gula darah puasa
Diperiksa untuk mengetahui kadar gula darah puasa (sebelum diberi
glukosa 75 gram oral) dan nilai normalnya antara 70- 110 mg/dl.
2. Gula darah 2 jam post prandial
Diperiksa 2 jam setelah diberi glukosa dengan nilai normal < 140 mg/dl/2
jam
3. HBA1c
Pemeriksaan dengan menggunakan bahan darah untuk memperoleh kadar
gula darah yang sesungguhnya karena pasien tidak dapat mengontrol hasil
tes dalam waktu 2- 3 bulan. HBA1c menunjukkan kadar hemoglobin
terglikosilasi yang pada orang normal antara 4- 6%. Semakin tinggi maka
akan menunjukkan bahwa orang tersebut menderita DM dan beresiko
terjadinya komplikasi.
4. Elektrolit, tejadi peningkatan creatinin jika fungsi ginjalnya telah
terganggu.
5. Leukosit, terjadi peningkatan jika sampai terjadi infeksi.

H. Penatalaksanaan
1. Glukosa Oral
Sesudah diagnosis hipoglikemi ditegakkan dengan pemeriksaan glukosa
darah kapiler, 10- 20 gram glukosa oral harus segera diberikan. Idealnya
dalam bentuk tablet, jelly atau 150- 200 ml minuman yang mengandung
glukosa seperti jus buah segar dan nondiet cola. Sebaiknya coklat manis
tidak diberikan karena lemak dalam coklat dapat mengabsorbsi glukosa.
Bila belum ada jadwal makan dalam 1- 2 jam perlu diberikan tambahan
10- 20 gram karbohidrat kompleks.Bila pasien mengalami kesulitan
menelan dan keadaan tidak terlalu gawat, pemberian gawat, pemberian
madu atau gel glukosa lewat mukosa rongga hidung dapat dicoba.
2. Glukosa Intramuskular
Glukagon 1 mg intramuskuler dapat diberikan dan hasilnya akan tampak
dalam 10 menit. Glukagon adalah hormon yang dihasilkan oleh sel pulau
pankreas, yang merangsang pembentukan sejumlah besar glukosa dari
cadangan karbohidrat di dalam hati. Glukagon tersedia dalam bentuk
suntikan dan biasanya mengembalikan gula darah dalam waktu 5-15
menit. Kecepatan kerja glucagon tersebut sama dengan pemberian glukosa
intravena. Bila pasien sudah sadar pemberian glukagon harus diikuti
dengan pemberian glukosa oral 20 gram (4 sendok makan) dan dilanjutkan
dengan pemberian 40 gram karbohidrat dalam bentuk tepung seperti
crakers dan biscuit untuk mempertahankan pemulihan, mengingat kerja
1 mg glucagon yang singkat (awitannya 8 hingga 10 menit dengan kerja
yang berlangsung selama 12 hingga 27 menit). Reaksi insulin dapt pulih
dalam waktu5 sampai 15 menit. Pada keadaan puasa yang panjang atau
hipoglikemi yang diinduksi alcohol, pemberian glucagon mungkin tidak
efektif. Efektifitas glucagon tergantung dari stimulasi glikogenolisis yang
terjadi
3. Glukosa Intravena
Glukosa intravena harus dberikan dengan berhati- hati. Pemberian glukosa
dengan konsentrasi 40 % IV sebanyak 10- 25 cc setiap 10- 20 menit
sampai pasien sadar disertai infuse dekstrosa 10 % 6 kolf/jam.
Penetalaksanaan Kegawatdaruratan Hipoglikemi :
Gejala hipoglikemia akan menghilang dalam beberapa menit setelah penderita
mengkonsumsi gula (dalam bentuk permen atau tablet glukosa) maupun
minum jus buah, air gula atau segelas susu. Seseorang yang sering mengalami
hipoglikemia (terutama penderita diabetes), hendaknya selalu membawa tablet
glukosa karena efeknya cepat timbul dan memberikan sejumlah gula yang
konsisten. Baik penderita diabetes maupun bukan, sebaiknya sesudah makan
gula diikuti dengan makanan yang mengandung karbohidrat yang bertahan
lama (misalnya roti atau biskuit). Jika hipoglikemianya berat dan berlangsung
lama serta tidak mungkin untuk memasukkan gula melalui mulut penderita,
maka diberikan glukosa intravena untuk mencegah kerusakan otak yang
serius. Seseorang yang memiliki resiko mengalami episode hipoglikemia berat
sebaiknya selalu membawa glukagon. Glukagon adalah hormon yang
dihasilkan oleh sel pulau pankreas, yang merangsang pembentukan sejumlah
besar glukosa dari cadangan karbohidrat di dalam hati. Glukagon tersedia
dalam bentuk suntikan dan biasanya mengembalikan gula darah dalam waktu
5-15 menit. Tumor penghasil insulin harus diangkat melalui pembedahan.
Sebelum pembedahan, diberikan obat untuk menghambat pelepasan insulin
oleh tumor (misalnya diazoksid). Bukan penderita diabetes yang sering
mengalami hipoglikemia dapat menghindari serangan hipoglikemia dengan
sering makan dalam porsi kecil.

I. Komplikasi
Komplikasi dari pada gangguan tingkat kesadaran yang berubah selalu
dapat menyebabkan gangguan pernafasan, selain itu hipoglikemia juga dapat
mengakibatkan kerusakan otak akut, hipoglikemia berkepanjangan parah
bahkan dapat menyebabkan gangguan neuropsikologis sedang sampai dengan
gangguan neuropsikologis berat karena efek hipoglikemia berkaitan dengan
system saraf pusat yang biasanya ditandai oleh perilaku dan pola bicara
abnormal (jevon, 2010) dan menurut Kedia (2011) hipoglikemia yang
berlangsung lama bisa menyebabkan kerusakan otak yang permanen,
hipoglikemia juga dapat menyebabkan koma sampai kematian.
J. Pengkajian
Pengkajian Primer
1. Airway
Menilai jalan nafas bebas. Apakah pasien dapat bernafas dengan
bebas, ataukah ada secret yang menghalangi jalan nafas. Jika ada
obstruksi, lakukan :
a. Chin lift/ Jaw thrust
b. Suction
c. Guedel Airway
d. Instubasi Trakea
2. Breathing
Bila jalan nafas tidak memadai, lakukan :
a. Beri oksigen
b. Posisikan semi Flower
3. Circulation
a. Menilai sirkulasi / peredaran darah
b. Cek capillary refill
c. Auskultasi adanya suara nafas tambahan
d. Segera Berikan Bronkodilator, mukolitik.
e. Cek Frekuensi Pernafasan
f. Cek adanya tanda-tanda Sianosis, kegelisahan
g. Cek tekanan darah
h. Penilaian ulang ABC diperlukan bila kondisi pasien tidak stabil
4. Disability
Menilai kesadaran pasien dengan cepat, apakah pasien sadar, hanya
respon terhadap nyeri atau sama sekali tidak sadar. Kaji pula tingkat
mobilisasi pasien. Posisikan pasien posisi semi fowler, esktensikan
kepala, untuk memaksimalkan ventilasi. Segera berikan Oksigen
sesuai dengan kebutuhan, atau instruksi dokter.
Pengkajian sekunder
Data dasar yang perlu dikaji adalah :
1. Keluhan utama :
sering tidak jelas tetapi bisanya simptomatis, dan lebih sering
hipoglikemi merupakan diagnose sekunder yang menyertai keluhan
lain sebelumnya seperti asfiksia, kejang, sepsis.
2. Riwayat :
a. ANC
b. Perinatal
c. Post natal
d. Imunisasi
e. Diabetes melitus pada orang tua/ keluarga
f. Pemakaian parenteral nutrition
g. Sepsis
h. Enteral feeding
i. Pemakaian Corticosteroid therapy
j. Ibu yang memakai atau ketergantungan narkotika
k. Kanker
3. Data fokus
Data Subyektif:
a. Sering masuk dengan keluhan yang tidak jelas
b. Keluarga mengeluh bayinya keluar banyak keringat dingin
c. Rasa lapar (bayi sering nangis)
d. Nyeri kepala
e. Sering menguap
f. Irritabel
Data obyektif:
a. Parestisia pada bibir dan jari, gelisah, gugup, tremor, kejang, kaku,
b. Hight—pitched cry, lemas, apatis, bingung, cyanosis, apnea, nafas
cepat irreguler, keringat dingin, mata berputar-putar, menolak
makan dan koma
c. Plasma glukosa < 50 gr/
Pengkajian head to toe
Data subyektif :
1. Riwayat penyakit dahulu
2. Riwayat penyakit sekarang
3. Status metabolik : intake makanan yang melebihi kebutuhan
kalori,infeksi atau penyakit-penyakit akut lain, stress yang
berhubungandengan faktor-faktor psikologis dan social, obat-obatan
atau terapi lainyang mempengaruhi glikosa darah, penghentian insulin
atau obat antihiperglikemik oral.
Data Obyektif
a. Aktivitas / Istirahat
Gejala : Lemah, letih, sulit bergerak/berjalan, kram otot, tonus
ototmenurun, gangguan istrahat/tidur Tanda : Takikardia dan takipnea
pada keadaan istrahat atau aktifitasLetargi/disorientasi, koma.
b. Sirkulasi
Gejala : Adanya riwayat hipertensi, IM akut, klaudikasi, kebas
dankesemutan pada ekstremitas, ulkus pada kaki, penyembuhan
yanglama, takikardia.Tanda : Perubahan tekanan darah postural,
hipertensi, nadi yangmenurun/tidak ada, disritmia, krekels, distensi
vena jugularis, kulit panas, kering, dan kemerahan, bola mata cekung
c. Integritas/ Ego
Gejala : Stress, tergantung pada orang lain, masalah finansial yang
berhubungan dengan kondisi
Tanda : Ansietas, peka rangsang
d. Eliminasi
Gejala : Perubahan pola berkemih (poliuria), nokturia,
rasanyeri/terbakar, kesulitan berkemih (infeksi), ISK baru/berulang,
nyeritekan abdomen, diare.Tanda : Urine encer, pucat, kuning, poliuri (
dapat berkembangmenjadi oliguria/anuria, jika terjadi hipovolemia
berat), urin berkabut, bau busuk (infeksi), abdomen keras, adanya
asites, bising usus lemahdan menurun, hiperaktif (diare)
e. Nutrisi/Cairan
Gejala : Hilang nafsu makan, mual/muntah, tidak mematuhi diet,
peningkatan masukan glukosa/karbohidrat, penurunan berat
badanlebih dari beberapa hari/minggu, haus, penggunaan diuretik
(Thiazid)Tanda : Kulit kering/bersisik, turgor jelek,
kekakuan/distensiabdomen, muntah, pembesaran tiroid (peningkatan
kebutuhanmetabolik dengan peningkatan gula darah), bau
halisitosis/manis, bau buah (napas aseton)
f. Neurosensori
Gejala : Pusing/pening, sakit kepala, kesemutan, kebas, kelemahan
pada otot, parestesi, gangguan penglihatanTanda : Disorientasi,
mengantuk, alergi, stupor/koma (tahap lanjut),gangguan memori (baru,
masa lalu), kacau mental, refleks tendondalam menurun (koma),
aktifitas kejang (tahap lanjut dari DKA).
g. Nyeri/kenyamanan
Gejala : Abdomen yang tegang/nyeri (sedang/berat)Tanda : Wajah
meringis dengan palpitasi, tampak sangat berhati-hati
h. Pernapasan
Gejala : Merasa kekurangan oksigen, batuk dengan/tanpa sputum
purulen (tergantung adanya infeksi/tidak)Tanda : Lapar udara, batuk
dengan/tanpa sputum purulen, frekuensi pernapasan meningkat
i. Keamana
Gejala : Kulit kering, gatal, ulkus kulitTanda : Demam, diaphoresis,
kulit rusak, lesi/ulserasi, menurunnyakekuatan umum/rentang gerak,
parestesia/paralisis otot termasuk otot-otot pernapasan (jika kadar
kalium menurun dengan cukup tajam)
j. Seksualitas
Gejala : Rabas vagina (cenderung infeksi)Masalah impoten pada pria,
kesulitan orgasme pada wanita
k. Penyuluhan/pembelajaran
Gejala : Faktor resiko keluarga DM, jantung, stroke,
hipertensi.Penyembuhan yang lambat, penggunaan obat sepertii
steroid, diuretik (thiazid), dilantin dan fenobarbital (dapat
meningkatkan kadar glukosa darah). Mungkin atau tidak memerlukan
obat diabetik sesuai pesanan. Rencana pemulangan : Mungkin
memerlukan bantuan dalam pengaturan diit, pengobatan, perawatan
diri, pemantauan terhadap glukosa darah.
K. Diagnosa Keperawatan
1. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas b.d inflamasi, obstruksi jalan nafas
2. Gangguan perfusi jaringan serebral b.d disfungsi system saraf pusat akibat
hipoglikemia
3. Perubahan nutrisi kurang atau lebih dari kebutuhan tubuh yang b.d
perubahan metabolisme, dan kurang asupan makanan.
L. Perencanaan (NCP)

N DIAGNOSA TUJUAN DAN INTERVENSI RASIONAL

O KEPERAWAT KRITERIA
AN HASIL

1. Ketidakefektifa Setelah Intervensi 1. Adanya bunyi

n bersihan jalan dilakukan mandiri: ronchi

nafas b.d tindakan 1. Auskultasi menandakan

inflamasi, keperawatan… bunyi terdapat

obstruksi jalan X24 jam nafas penumpukan

nafas diharapkan tambahan secret

jalan nafas : ronchi, berlebihan di

normal dengan wheezing. jalan nafas.

kriteria hasil : 2. Berikan 2. Posisi

1. Frekuensi posisi memaksimalka

dan irama nyaman n ekspansi paru

nafas dalam untuk dan

batas menguran menurunkan

normal (16- gi dispnea. upaya

20x/mnt) 3. Bersihkan pernapasan.

2. Tidak ada secret dari 3. Mencegah

sputum mulut dan obtruksi atau

3. Klien trakea : aspirasi.

mampu lakukan Penghisapan

mengeluark penghisap dapat

an sputum an sesuai diperlukan bila

secara keperluan. klien tak


efektif 4. Anjurkan mampu

asupan mengeluarkan

cairan sekret sendiri.

adekuat 4. Mengoptimalka

5. Ajarkan n keseimbangan

batuk cairan dan

efektif membantu

Intervensi mengencerkan

kolaborasi : secret sehingga

6 .kolaborasi mudah di

pemberian keluarkan.

oksigen 5. Fisioterapi

7. kolaborasi dada/back

pemberian massage dapat

broncodilato membantu

r sesuai menjatuhkan

indikasi. secret yang ada

di jalan nafas.

6. Meringankan

kerja paru

untuk

memenuhi

kebutuhan
oksigen serta

memenuhi

kebutuhan

oksigen dalam

tubuh.

7. Broncodilator

meningkatkan

ukuran lumen

percabangan

trakeobronkial

sehingga

menurunkan

tahanan

terhadap aliran

udara.
Gangguan 1. Agar pasien lebih
1. perfusi Setelah Intervensi
jaringan kooperatif
serebral b.d dilakukan mandiri:
2. Perubahan tekanan
disfungsi 1. Jelaskan
tindakan CSS merupakan
system saraf
kepada pasien
pusat akibat potensi resiko herniasi
keperawatan
hipoglikemia tentang tindakan
batang otak
selama…x24 yang akan
3. aktivitas seperti ini
dilakukan
jam diharapkan akan meningkatkan
2. Pertahankan
intra thorak dan
gangguan
posisi tirah baring
abdomen yang dapat
perfusi jaringan dengan posisi
meningkatkan TIK
kepala head up 4. Pengkajian
cerebral normal
3. Bantu pasien kecenderungan adanya
dengan kriteria
untuk berkemih, perubahan tingkat
hasil : membatasi batuk, kesadaran dan
1.Tingkat muntah, potensial peningkatan
kesadaran mengejan, TIK sangat berguna
komposmentis anjurkan pasien dalam menentukan
2. 2 .Disorientasi napas dalam lokalisasi
tempat, waktu, selama 5. Perubahan pada
orang secara pergerakan frekuensi jantung
tepat 4. Pantau status mencerminkan
3. 3. TTV dalam neurologis trauma/tekanan batang
batas normal dengan teratur otak
(suhu 35,5ºC – 5. Pantau TTV
37,5ºC, nadi
60-100 x/menit,
tekanan darah
120/80 mmHg)

2. Perubahan Setelah Intervensi 1. Untuk mengetahui

nutrisi kurang dilakukan Mandiri: status nutrisi pasien

dari kebutuhan tindakan 1. Kaji status saat ini

tubuh yang b.d keperawatan nutrisi pasien 2. Untuk memberikan

perubahan selama… 2. Jaga rasa nyaman klien

metabolism, x24jam kebersihan dan meningkatkan

dan kurang diharapkan mulut, nafsu makan.

asupan perubahan anjurkan 3. Untuk mengetahui


makanan nutrisi kurang untukmelaku makanan yang

dari kebutuhan kan oral disukai klien agar

tubuh dapat hygiene klien mau makan

teratasi dengan 3. Kaji makanan 4. Untuk mengetahui

krireria hasil : kesukaan dan adanya penurunan

1. Intake nutrisi makanan yg dan kenaikan berat

tercukupi tidak disukai badan klien.

2. Makan habis klien 5. Nutrisi yang tepat

1 porsi 4. Monitor berat sesuai anjuran ahli

3. BB normal badan klien gizi dapat

secara rutin. memenuhi

Intervensi kebutuhan asupan

kolaborasi : yang dibutuhkan

5. Kolaborasi tubuh

dengan ahli

gizi untuk

menentukan

jumlah kalori

dan nutrisi

yang

dibutuhkan

pasien.
DAFTAR PUSTAKA

Herdman, Heather. 2010. Nanda International Diagnosis Keperawatan


Definisi dan Klasifikasi 2009- 2011. Jakarta: EGC
Jevon, Philip. 2010. Basic Guide To Medical Emergencies In The Dental
Practice. Inggris: Wiley Blackwell
Kedia, Nitil. 2011. Treatment of Severe Diabetic Hypoglycemia With
Glucagon: an Underutilized Therapeutic Approach. Dove Press
Journal
McNaughton, Candace D. 2011. Diabetes in the Emergency Department:
Acute Care of Diabetes Patients. Clinical Diabetes
RA, Nabyl. 2009. Cara mudah Mencegah Dan Mengobati Diabetes Mellitus.
Yogyakarta : Aulia Publishing
Setyohadi, Bambang. 2011. Kegawatdaruratan Penyakit Dalam. Jakarta:
Pusat Penerbitan Ilmu Penyakit Dalam
Hadiatma, Mega. 2012. NURSING CARE IN HYPOGLYCEMIA IN
PATIENTS WITH DIABETES MELLITUS IN THE INSTALLATION
EMERGENCY HOSPITAL. Naskah publikasi UMS.pdf

Anda mungkin juga menyukai