Anda di halaman 1dari 29

LAPORAN

PERANCANGAN ARSITEKTUR V
SHOPPING CENTER

DI SUSUN OLEH :
Rovi Eka Pratama (16.22.009)

Komang Yudha T (16.22.016)

Camilo L.A. Dasilva (16.22.014)

Okki Hosea Tefu (16.22.060)

Arien Purina Virgiantara Riyanto (1622099)

Giridea Pratama S. (1222904)


KATA PENGANTAR

Puji syukur penyusun panjatkan kehadirat Tuhan Yang Esa yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga kami
dapat menyelesaikan Landasan Program Perencanaan dan Perancangan Arsitektur yang berjudul “Shopping Center,kawasan sarinah,
kota Malang”

Laporan Landasan Program Perancangan shopping center ini diajukan untuk melengkapi sebagian persyaratan mata kuliah
perancangan arsitektur IV.

Atas bimbingan, pengarahan serta bantuan selama proses pengerjaan tugas Perancangan Arsitektur ini, kami mengucapkan
terima kasih yang sebesar – besarnya kepada :

1. Bapak Lalu Mulyadi,Dr. Ir. MT. selaku Dosen Pembimbing I


2. Bapak Bayu Teguh Ujianto, ST. MT. selaku Dosen Pembimbing II
3. Bapak Budi Fathony, Ir. MT. selaku Dosen asistensi

Semoga penyusunan Laporan Perancangan Shopping center ini dapat bermanfaat bagi kalangan mahasiswa Prodi Arsitektur pada
khususnya dan masyarakat lain pada umumnya.

Malang, 16 Oktober 2018

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR .................................................................................................................... i
DAFTAR ISI.................................................................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN .............................................................................................................. 1
A. Latar Belakang ..................................................................................................................... 1
B. Tujuan dan Sasaran .............................................................................................................. 2
C. Rumusan Masalah ................................................................................................................ 2
BAB II PEMBAHASAN ............................................................................................................... 3
A. Pengertian Shopping Center ................................................................................................ 3
B. Tema (Post Modern) ............................................................................................................ 4
C. Study Komperasi .................................................................................................................. 5
D. Lokasi Tapak ...................................................................................................................... 12
E. Peraturan-Peraturan............................................................................................................ 14
F. RDRTK Malang Tengah .................................................................................................... 20
G. Perhitungan Jumlah Lantai .................................................Error! Bookmark not defined.
H. Program Ruang ...................................................................Error! Bookmark not defined.
I. Rekap Program Ruang ........................................................Error! Bookmark not defined.
J. Sistem Struktur................................................................................................................... 23
K. Sistem Utilitas .................................................................................................................... 23
BAB III PENUTUP ..................................................................................................................... 25
A. Kesimpulan ........................................................................................................................ 25

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Berbelanja merupakan suatu kebutuhan manusia. bahkan berbelanja menjadi kebutuhan yang tidak bisa lepas dari
kehidupan manusia dan telah menjadi kebiasaan hidup.
Definisi berbelanja yang dimaksud adalah berbelanja ( membeli ) kebutuhan, baik Primer ( Utama ), sekunder maupun
tersier. Berbelanja merupakan kebutuhan sekaligus sebagai sarana hiburan dan rekreasi.minat berbelanja konsumen Indonesia
sangat tinggi, dapat dibuktikn dengan bertambahnya pusat perbelanjaan di Indonesia dan sangat beragam kondisi dan kelasnya.
Berbelanja menjadi industri yang sangat menjanjikan keuntungan yang cukup besar. Dikenalnya Malang sebagai kota
pelajar, kota budaya dan kota wisata menyebabkan terdapat banyak pelajar terutama mahasiswa yang cukup tinggi jumlahnya,
Sehingga menjadikan Malang sebagai kota yang memiliki beragam suku dan ras dari berbagai daerah. Hal ini menjadikan Malang
sebagai kota yang cukup padat penduduknya.
Bukan hanya itu pembangunan Shopping Center harus mengutamakan tingkat kenyamanan dan keamanan pengunjung,
selain pengunjung merasa santai dan aman maka akan menjadi daya tarik yang besar untuk kedepanya, pembangunan pusat
perbelanjaan ini tidak hanya sebagai wadah transaksi jual beli,
Aktivitas yang dilakukan oleh para pengunjung dalam pusat perbelanjaan sangat beragam. Mulai darI berbelanja,
menikmati makanan
di restoran favorit atau sekedar berjalan-jalan dan sekedar melihat-lihat saja (berwindow-shopping), semua dapat dinikmati di
pusat perbelanjaan tersebut.

Disamping fungsi utama sebagai tempat berbelanja, pusat perbelanjaan pada umumnya menyedikan sarana hiburan dalam
misinya menawarkan suasana yang kondusif bagi para pengunjung untuk menghabiskan waktunya dengan bersantai.

1
B. Tujuan dan Sasaran
 Tujuan

Tujuan yang ingin dicapai adalah untuk menghasilkan suatu konsep perencanaan dan perancangan Shopping Center yang
menawarkan kenyamanan, keasrian serta nuansa khas melalui pengolahan tata
ruang dengan pendekatan pengembangan elemen visual

 Sasaran
Sasaran yang ingin dicapai adalah :

Melakukan studi bentuk tata ruang dalam ( interior ) Dan luar ( exterior ) pada Shopping Center.

C. Rumusan Masalah
 Bagaimana wujud rancangan Shopping Center di Malang yang dapat menciptakan suasana aman,nyaman dan terasa asri
dengan kualitas fasilitas yang mumpuni dalam mengatasi kepuasan pengunjung ?
 Mengatur sirkulasi keluar masuk yang efisien yang tidak terhambat

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Shopping Center


1. Pengertian Shopping Center Secara Umum
Pengertian shopping center atau pusat perbelanjaan secara umum adalah kompleks pertokoan yang dikunjungi untuk
membeli atau melihat dan
membandingkan barang-barang dalam memenuhi kebutuhan ekonomi sosial masyarakat serta memberikan kenyamanan dan
keamanan berbelanja bagi
pengunjung.

2. Pengertian Shopping Center ICSC


Menurut International Council of Shopping Centre ICSC – organisasi
paling besar dan paling berpengaruh untuk pusat perbelanjaan dunia–definisi pusat perbelanjaan adalah sekelompok usaha ritel
dan usaha komersial lainnya
yang direncanakan, dikembangkan, dimiliki, dan dikelola sebagai satu properti tunggal.

3. Pengertian Shopping Center Menurut Para Ahli


a. Menurut Clivi Darlow
Shopping (Perbelanjaan) : suatu wadah yang menampung kelompok-kelompok dagang dalam melakukan kegiatan jual
beli, penyaluran, pertukaran, dan pertemuan antara persediaan dan penawaran barang dan jasa suatu sistem manajemen
yang terencana.
Center (Pusat) : Sebuah titik dimana perhatian orang diarahkan.

3
Dengan demikian Shopping Center dapat diartikan sebagai suatu wadah yang menjadi pusat kegiatan perdagangan
barang dan jasa yang bersifat komersial yang dipersewakan kepada sejumlah orang atau badan usaha yang bergerak dalam
bidang perdagangan barang ( pertokoan ).

b. Menurut Drs. Abdul Rahman


Adalah suatu kumpulan toko-toko eceran dalam suatu kelompok yang sedikit banyak ada hubungannya satu sama lain
disuatu tempat biasanya diciptakan oleh seorang pembangun, yang kemudian menyewakan toko-toko itu kepada orang lain,
seringkali persetujuan sewa menyewa itu menetapkan bahwa hanya terdapat satu toko dari jenis dalam pusat perbelanjaan
tersebut, bahwa masing masing toko itu akan penjualannya, dan lain-lain.
B. Tema (Post Modern)
1. Pengertian postmodern Secara Umum
Kata postmodern berasal dari kata depan “post” (Latin klasik) dan kata akhiran “modern” (Perancis, moderene). Secara
etimologis, postmodern merujuk pada sebuah kehidupan setelah modernisme. Secara filsafat, istilah postmodern merujuk pada
dua hal yaitu ketidakpercayaan tentang metanaratif dan akhir sejarah.
Post-modernisme (Post-modern) adalah gerakan abad akhir ke-20 dalam seni, arsitektur, dan kritik itu adalah keberangkatan
dari modernisme. Postmodernisme termasuk interpretasi skeptis terhadap budaya, sastra, seni, filsafat, sejarah, ekonomi,
arsitektur, fiksi, dan kritik sastra.
2. Pengertian Post Modern Menurut Para Ahli

Menurut Charles Jenks


Post-modernisme , campuran antara tradisional dengan non tradisional (masa lalu), gabungan antara setengah modern dengan
setengah non modern, perpaduan antar baru dan lama. Post modernisme, kelanjutan dari modernisme, sekaligus melampui
modernisme.
Post modern mempunyai style yang hybrid (perpaduan antara dua unsur) dan bermuka ganda atau sering disebut sebagai doble
coding.
3. Ciri-Ciri Post Modern
Ciri-ciri umum Arsitektur post-modern (menurut Budi Sukada, 1988) :
 Mengandung unsur-unsur komunikatif yang bersifat lokal atau popular

4
 Membangkitkan kembali kenangan kembali historik
 Berkonstek urban
 Menerapkan kembali teknik ornamentasi
 Bersifat representasional
 Berwujud metaforik (dapat berarti dari bentuk lain)
 Dihasilkan dari partispasi
 Mencerminkan aspirasi umum
 Bersifat plural
 Bersifat ekletik

C. Study Komperasi

5
Chadstone Shopping Centre
• Architects : CallisonRTKL, The Buchan Group

• Location : Melbourne VIC, Australia

• Architect in charge : The Buchan Group

• Designer : CallisonRTK (designer); The Buchan Group (Architect)

• Project Year : 2016

• Photographs : CallisonRTKL, Seele

• Manufacturers : Aglo Systems, Corporate Initiatives, Porcelanosa, SA Precast, Jura Limestone, Seele

6
Bangunan ini memiliki bentuk yang unik dan tidak monoton, maksudnya yaitu bentuk bangunan tidak hanya memusat pada
bentuk persegi saja, namun mengkombinasikan bentuk atap yang tidak beraturan dengan persegi, sehingga seolah olah bagian depan
dan atrium bangunan membentuk sepeti sebuah trowongan. Bangunan lebih menonjolkan bentuk struktur cangkangnya sebagai
estetikanya.

SITE PLAN

7
Parque Toreo

 Architects : Sordo Madaleno Arquitectos


 Location : Perif. Blvd. Manuel Ávila Camacho 5, Residencial Lomas de Sotelo, Naucalpan de Juárez, Mexico
 Area : 440580.0 m2
 Project Year : 2014
 Photographs : Rafael Gamo
 Manufacturers : Novotech,WOODGRASS

8
Bangunan lebih menonjol ke sifat modern, dapat dilihat dari bentuk bangunan yang lebih dominan berbentuk persegi serta
bahan bangunannya. Atap pada shopping center menggunakan kerangka yang bentuknya cross, dimana bentuknya menyilang.

SITE PLAN

9
Paleet Shopping Center

 Architects : JVA
 Location : Karl Johans gate 37, 0162 Oslo, Norway
 Area : 10100.0 sqm Norway
 Project Year : 2014
 Photographs : Nils Petter Dale
 Consultants : RISS AS, Linda Knoph Vigsnæs/LYSSTOFF AS

10
Dilihat dari bentuk bangunan, bangunan lebih menojol ke model klasik namun tetap memakai model modern, dilihat dari
bahan bangunan yang digunakan. Bangunan ini tetap mempertahankan sifat atau khas daerah terebut, yaitu bangunan
menggunakan model klasik. Jadi model bangunan lebih ke bentuk model modern klasik.

SITE PLAN

11
TABEL STUDI KOMPARASI

Chadstone Parque Toreo Paleet Shopping


Shopping Centre Center
TEMA TEMA TEMA

Modern Modern Modern Klasik (Postmodern)

JUDUL JUDUL JUDUL

Shopping Center Shopping Center Shopping Center

FASILITAS FASILITAS FASILITAS

Parkiran Parkiran Parkiran


Café Area Bersantai Café
Bioskop Bioskop Foodcourt
Timezone ( Tempat Bermain ) Café
Outdealer

STRUKTUR STRUKTUR STRUKTUR

Cangkang Truss Space Frame

RUANG RUANG RUANG

12
Ruang informasi Ruang informasi Ruang informasi
Hall Hall Departement Store
ATM Center ATM Center Toilet Pria / Wanita
Departement Store Departement Store Ruang Satpam
Toilet Pria / Wanita Toilet Pria / Wanita Retail
Ruang Satpam Ruang Satpam
Retail Retail
UTILITAS UTILITAS UTILITAS

Eskalator Eskalator Tangga


Tangga Darurat Tangga Darurat Eskalator
Sistem Air Bersih / Kotor Sistem Air Bersih / Kotor Sistem Air Bersih / Kotor
Fitness Center Fitness Center

KESIMPULAN :
Dari 3 komparasi studi yang kami pelajari atau ketahui bahwa setiap shopping center memiliki
fasilitas yang berbeda-beda yang berdampak kepada masyarakat dan juga di setiap Shopping
center tersebut memiliki perbedaan tersendiri.Contohnya di Paleet Shopping Center yang
menganut konsep Modern Klasik, fasilitas dan ruangnya berbeda dengan Chadstone Shopping
Center dan Parque Toreo.

13
D. Peraturan-Peraturan
. PERDA NOMOR 4 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KOTA MALANG TAHUN 2010 –
2030

Bagian Kesatu Ketentuan Umum Peraturan Zonasi

Pasal 65

1. Ketentuan Umum Peraturan zonasi meliputi ketentuan umum kegiatan dan ketentuan umum intensitas bangunan.
2. Ketentuan umum kegiatan perumahan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), meliputi :
a) menyediakan lahan untuk mengembangkan hunian dengan kepadatan tinggi dengan tipe yang bervariasi;
b) menyediakan lingkungan hunian yang sehat nyaman, selamat, aman dan asri yang didukung oleh prasarana, sarana dan
utilitas minimum;
c) membatasi kegiatan komersil pada zona perumahan.
3. Ketentuan umum Peraturan zonasi pada kawasan perumahan dilakukan dengan ketentuan, sebagai berikut :
a) pengembangan bangunan vertikal pada kawasan perumahan dengan kepadatan tinggi, kepadatan sedang, maupun
kepadatan rendah;
b) pada kawasan perumahan dengan kepadatan tinggi, disediakan RTH minimum 10% dari luas total kawasan;
c) pada kawasan perumahan dengan kepadatan sedang, disediakan RTH minimum 20% dari luas kawasan;
d) pada kawasan perumahan dengan kepadatan rendah, disediakan RTH minimum 30% terhadap luas kawasan secara
keseluruhan;
e) pada kawasan perumahan dengan konsep rumah taman harus disediakan RTH minimum 60% terhadap luas kawasan secara
keseluruhan;
f) pada kawasan perumahan yang memiliki sejarah lama, bentuk bangunan tetap dipertahankan, tetapi fungsinya boleh
berubah menjadi non hunian;
g) pemenuhan fasilitas komersial dan jasa skala lingkungan di kawasan perumahan, minimal pada koridor utama perumahan
formal yang dibangun olehpengembang;
h) pemenuhan fasilitas umum pendidikan, kesehatan, peribadatan, dan olah raga pada kawasan perumahan;
i) pada suatu persil kawasan perumahan dapat diadakan perubahan struktur bangunan yang akan digunakan;

14
4) kawasan perumahan wajib dilengkapi dengan sumur resapan air hujan;
tiap bangunan perumahan wajib dilengkapi dengan RTH privat minimal 10% dari luas persilnya.

5) Ketentuan umum Intensitas bangunan di kawasan perumahan, meliputi :


a) Perumahan kapling besar, ditentukan KDB = 30 - 50 %, KLB = 0,3 - 1,25 dan TLB = 1 - 4 lantai;
b) Perumahan kapling sedang, ditentukan KDB = 50 - 60 %, KLB = 0,50 - 1,2, dan TLB = 1 - 2 lantai;
c) Perumahan kapling kecil, ditentukan KDB = 60 - 75 %, KLB = 0,60 - 1,2 dan TLB = 1 - 2 lantai;
d) Perumahan sangat sederhana, ditentukan KDB = 60 - 80 %, KLB = 0,6 - 1,6 % dan TLB = 1 - 2 lantai;
e) Rumah susun, ditentukan KDB = 20 - 30 %, KLB = 0,80 - 1,20, dan TLB = 10 20 lantai;
f) Perumahan khusus, ditentukan KDB = 80 - 90 %, KLB = 0,8 - 0,9 dan TLB = 1 lantai;
g) Perumahan pada kawasan perkampungan, ditentukan KDB = 80 - 90 %, KLB = 0,8 - 1,35, dan TLB = 1 - 2 lantai;
h) Khusus untuk perumahan yang terletak di wilayah Gunung Buring harus dikembangkan dengan kepadatan bangunan
rendah yaitu KDB maksimal 60%, KLB maksimal 1,2, dan TLB maksimal 1 - 2 lantai.

Pasal 66

1) Ketentuan umum kegiatan perdagangan dan jasa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 61 ayat (1), terdiri dari :
a) menyediakan lahan untuk menampung tenaga kerja dalam kegiatan pertokoan,
b) jasa, rekreasi, dan pelayanan masyarakat;
c) menyediakan kawasan komersil yang nyaman, aman, dan produktif untuk berbagai macam pola pengembangan yang
diinginkan masyarakat;
d) membatasi kegiatan yang berpotensi tinggi menimbulkan gangguan terhadap kepentingan umum.
2) Ketentuan umum peraturan zonasi pada kawasan perdagangan dan jasa dilakukan dengan ketentuan, sebagai berikut :
a) pada kawasan perdagangan dan jasa, suatu persil dapat diadakan perubahan struktur bangunan yang akan digunakan
b) penggunaan pelengkap dalam kawasan perdagangan dan jasa diizinkan sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan;
c) pembangunan hunian dapat diizinkan pada kawasan perdagangan dan jasa;
d) . kegiatan perdagangan dan jasa pada kawasan perumahan dibatasi;
e) pada kawasan perdagangan dan jasa wajib disediakan prasarana minimum berupa tempat parkir pada persilnya sendiri (off
street), area bongkar muat, dan penyimpanan/gudang yang memadai;

15
f) kawasan perdagangan dan jasa tidak boleh menimbulkan gangguan terhadap kepentingan umum.
3) Pengembangan kawasan perdagangan dan jasa terutama pada jenis perdagangan yang banyak menimbulkan bangkitan dan
tarikan yang besar harus disertai dengan sistem parkir yang memadai terutama parkir dalam bangunan (off street).52
4) Ketentuan umum intensitas bangunan di kawasan perdagangan dan jasa, meliputi :
a) bangunan untuk kegiatan perdagangan pada kawasan pusat kota ditentukan KDB
b) = 90 - 100 %, KLB = 1 - 3,0 dan TLB = 4 - 20 lantai, dan termasuk sistem parker di dalam bangunan (off street);
c) bangunan untuk kegiatan jasa komersial pada kawasan pusat kota ditentukan KDB = 90 - 100 %, KLB 0,9 - 3,00 dan
TLB = 4 - 20 lantai, dan termasuk sistem parkir di dalam bangunan;
d) bangunan untuk kegiatan perdagangan dan jasa yang terletak pada sepanjang
jalan utama kota tetapi tidak termasuk dalam kawasan pusat kota ditentukan KDB = 90 - 100 %, KLB = 0,9 - 3,0, dan
TLB = 4 - 20 lantai, dan termasuk sistem parkir di dalam bangunan serta parkir dipinggir jalan;
e) bangunan untuk kegiatan perdagangan dan jasa yang terletak pada pusat
f) lingkungan dan yang tersebar ditentukan KDB = 70 - 80 %, KLB = 0,7 - 1,6, dan TLB = 2 - 6 lantai.
5) Pada kawasan perdagangan dan jasa khususnya pertokoan, sistem drainase dibangun terpisah antara limbah aktivitas pertokoan
dengan air limpasanpermukaan.
6) Pada kawasan perdagangan skala besar, saluran drainase yang digunakan yaitu basement storage yang dapat langsung
disalurkan ke saluran primer atau sekunder terdekat
7) Pada kawasan perdagangan dan jasa khususnya bangunan pasar, diterapkan system drainase terpisah.

Pasal 67

1) Ketentuan Umum kegiatan sentra industri dan pergudangan dilakukan dengan ketentuan, sebagai berikut :
a) pada sentra industri, suatu persil dapat diadakan perubahan struktur bangunan yang akan digunakan;
b) semua penggunaan atau kegiatan yang diizinkan dalam sentra harus
diselenggarakan dalam bangunan tertutup, kecuali penggunaan atau kegiatan industri yang pada umumnya diselenggarakan
di luar bangunan;
c) penggunaan pelengkap dan peralatan berat dalam sentra industri dapat diizinkansesuai ketentuan peraturan perundang-
undangan;
d) penggunaan sementara diizinkan dalam jangka waktu yang terbatas ditetapkan oleh Pemerintah Daerah;

16
e) setiap industri yang berdiri di dalam sentra industri harus dilengkapi dengan sistem pengolahan limbah yang disesuaikan
dengan jenis limbah yang dihasilkan selama proses produksi berlangsung dan dilarang membuang limbah yang
dihasilkannya ke media lingkungan hidup, air, udara dan tanah, selama limbah tersebut belum memenuhi baku mutu yang
dipersyaratkan;
f) menyediakan prasarana minimum (parkir, bongkar muat, penyimpanan/gudang) yang memadai;
g) tidak menimbulkan gangguan terhadap kepentingan umum.
2) Ketentuan umum peraturan zonasi untuk kawasan peruntukan industri disusun dengan :
a) memanfaatkan ruang untuk kegiatan industri baik yang sesuai dengan kemampuan penggunaan teknologi, potensi sumber
daya alam, sumber daya manusia di wilayah sekitarnya, dan daya dukung lingkungan;
b) membatasi pembangunan perumahan baru sekitar kawasan peruntukan industri;
c) komposisi penggunaan lahan untuk kawasan industri yaitu 70% untuk industri, 10% untuk jaringan jalan, 10% fasilitas
dan utilitas umum, dan 10% ruangterbuka hijau;
d) memperbanyak jumlah tanaman di sekitar kawasan industri untuk mengurangi gangguan polusi udara;
e) jalan yang dibangun harus dapat menampung beban dari muatan kendaraan berat (klasifikasi jalan kelas A);
f) tersedianya ruang parkir yang cukup untuk menaruh berbagai macam kendaraan;
g) tersedianya ruang untuk penyediaan fasilitas (asrama, perumahan karyawan, dansebagainya) bagi tenaga kerja industri.
3) Ketentuan umum Intensitas Bangunan untuk kegiatan industri dan pergudangan :
a) industri yang mempunyai skala pelayanan besar dengan dampak yang besar,maka intensitas kegiatannya tinggi maka harus
menyediakan ruang terbuka hijau yang luas dan ditentukan KDB = 40 - 50 %, KLB = 0,4 - 1,0 dan TLB = 2 4 lantai dan
pengaturan kavling dengan ukuran minimum 900 m2;
b) industri yang memiliki skala pelayanan sedang dengan intensitas kegiatan sedang, maka harus menyediakan ruang terbuka
hijau yang cukup dan ditentukan KDB = 40 - 60 %, KLB = 0,4 - 1,2, dan TLB = 2 4 lantai;
c) industri rumah tangga yang berada pada kawasan perumahan, ditentukan
KDB = 50 - 70 %, KLB = 0,5 - 1,4, dan TLB = 2 - 4 lantai dan maksimal 2% dari luas bangunan rumah.
4) Pada kawasan industri, dibangun instalasi pengolahan limbah sebelum diresapkan ke dalam tanah atau dibuang ke sungai.

17
Pasal 68

1) Ketentuan umum kegiatan pada kegiatan perkantoran dilakukan dengan ketentuan, sebagai berikut :
a) menyediakan lahan untuk menampung menampung aktivitas pegawai seperti
lahan parkir, kantin, dan lain-lain;
b) menyediakan lingkungan yang sehat, nyaman, selamat, aman dan asri yang didukung oleh prasarana, sarana, dan utilitas
minimum;
c) pembangunan hunian dapat diizinkan pada kawasan perkantoran;
d) kegiatan perdagangan dan jasa pada kawasan perkantoran dibatasi;
e) pada kawasan perkantoran, suatu persil dapat diadakan perubahan struktur bangunan yang akan digunakan.
2) Ketentuan umum peraturan zonasi untuk kawasan peruntukan perkantoran disusun dengan
a) pengaturan kapling dengan ukuran minimum 75 m2 (untuk swasta) dan 1.000 m2 (untuk bangunan pemerintahan);
b) kepadatan bangunan untuk swasta maksimum 80 unit/ha, dan minimum 7 unit/ha untuk bangunan pemerintah;
c) menyediakan lahan parkir dengan minimum 10% dari luas kapling atau kawasan; menyediakan ruang terbuka hijau
minimum 10% dari luas kawasan;
d) menyediakan ruang terbuka non hijau; baik berfungsi untuk kepentingan public maupun kepentingan ekonomi (seperti
perdagangan informal); dan menyediakan jalur pejalan kaki dengan lebar minimum 1,5 m.
3) Ketentuan umum intensitas bangunan untuk kawasan perkantoran :
a) bangunan untuk kegiatan perkantoran di pusat kota ditentukan KDB = 40 - 60%, KLB = 0,4 - 1,8, dan TLB = 4 - 20 lantai;
b) bangunan untuk kegiatan perkantoran di luar pusat kota ditentukan KDB = 40 -60%, KLB = 0,4 - 1,2, dan TLB = 3 10
lantai.

Pasal 69

1) Ketentuan umum kegiatan untuk kawasan peruntukan fasilitas umum disusun, dengan :
a) menetapkan pada zona pendidikan, dibuat saluran drainase terbuka untuk air buangannya, saluran drainase dan sumur
resapan untuk menampung limpasan permukaan air hujan, serta pipa bawah tanah pada lapangan olahraga;

18
b) menetapkan pada zona wisata, diterapkan kolam terbuka sebagai tempat penampungan limpasan air hujan;
c) menetapkan pada zona olahraga, diterapkan pipa bawah tanah;
d) menetapkan pada zona terminal angkutan umum, diterapkan sistem drainase terpisah.
2) Ketentuan umum peraturan zonasi untuk kawasan peruntukan fasilitas umum disusun, dengan :
a) pengaturan kapling dengan ukuran minimum 75 m2 (untuk swasta) dan 1.000 m2 (untuk bangunan pemerintahan);
b) tinggi maksimum bangunan 1 lantai, terkecuali pada zona publik;
c) pengaturan kavling dengan ukuran sedang sampai besar;
d) memperbanyak jumlah tanaman dan ruang terbuka di sekitar kawasan, dengan
e) menyediakan lahan minimal sebesar 20% dari luas kawasan;
f) tersedia sistem jaringan yang lengkap, untuk memenuhi jaringan wisata dan
g) jaringan objek wisata;
h) tersedianya ruang parkir yang cukup untuk menaruh berbagai macam kendaraan.
3) Ketentuan umum intensitas bangunan untuk kawasan perkantoran :
bangunan untuk kegiatan fasilitas umum di pusat kota ditentukan
KDB = 50 - 60%, KLB = 0,5 - 1,8, dan TLB = 4 20 lantai;
bangunan untuk kegiatan fasilitas umum di luar pusat kota ditentukan
KDB = 50 - 60%, KLB = 0,5 - 1,8, dan TLB = 1 4 lantai.

Pasal 70

1) Ketentuan umum kegiatan pada kawasan ruang terbuka dilakukan dengan ketentuan, sebagai berikut :
a) pada kawasan ruang terbuka, suatu persil dapat diadakan perubahan struktur bangunan yang akan digunakan;
b) penggunaan atau kegiatan yang diizinkan dalam kawasan ruang terbuka dapat
diselenggarakan dalam bangunan tertutup atau diselenggarakan di luar bangunan;
c) penggunaan pelengkap dalam kawasan ruang terbuka dapat diizinkan sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan;
d) penggunaan sementara diizinkan dalam jangka waktu yang terbatas;
e) ruang terbuka berupa kawasan lindung penggunaannya dibatasi dan tetap dipertahankan fungsinya dengan tujuan utama
untuk menjaga kelestariannya;
f) ruang terbuka untuk wisata alam dikembangkan tanpa merubah bentang alam.
2) Ketentuan umum peraturan zonasi pada kawasan RTH dilakukan dengan ketentuan, sebagai berikut :

19
a) melarang kegiatan yang berpotensi mengurangi luas kawasan RTH publik;
b) melarang kegiatan yang berpotensi mengurangi luas kawasan hutan kota dan
tutupan vegetasi;
c) untuk kawasan resapan air, disusun ketentuan umum zonasi, sebagai berikut :
(1) memanfaatkan ruang secara terbatas untuk kegiatan budi daya tidak terbangun yang memiliki kemampuan tinggi dalam
menahan limpasan air hujan;
(2) menyediakan sumur resapan pada lahan terbangun yang sudah ada;
d) menerapkan prinsip zero delta Q policy terhadap setiap kegiatan budi daya terbangun yang diajukan izinnya;
e) pada zona hijau terbuka, dibangun tampungan sementara untuk menampung limpasan permukaan yang terjadi yang akan
langsung dibawa ke saluran drainase terdekat;
f) pada zona Hijau Median Jalan, dibangun sistem inlet menuju ke taman median jalan dan dapat ditambahkan saluran pipa
poros dan sumur resapan sebagai tampungan limpasan hujan di jalan raya.

E. RDRTK Malang Tengah


RENCANA PENATAAN BANGUNAN DAN LINGKUNGAN
Paragraf I Umum
Pasal 51

1) Penataan bangunan dan lingkungan dilakukan dengan mengatur dan mengendalikan rencana bangunan dan lingkungan melalui
pengaturan Koefisien Dasar Bangunan, Koefisien Lantai Bangunan, Koefisien Dasar Hijau dan Garis Sempadan Bangunan.
2) Peningkatan citra kawasan dilakukan di lokasi kawasan strategis meliputi kawasan cagar budaya dan kawasan strategis
ekonomi melalui penyusunan RTBL pada kawasan yang bersangkutan.

Paragraf II Rencana Koefisien Dasar Bangunan


Pasal 52

1) Rencana Koefisien Dasar Bangunan (KDB) dilakukan dengan :

20
a) Kegiatan permukiman yang sekarang berkembang berupa permukiman padat yang tersebar hampir di seluruh kelurahan
tetap dipertahankan dengan KDB maksimal 90%.
b) Kegiatan permukiman yang sekarang berkembang berupa permukiman padat dan masuk dalam sempadan sungai di
beberapa titik lokasi diarahkan relokasi ke rumah susun dengan KDB 70 %
c) Pemanfaatan lahan di dalam kawasan perumahan Ijen Nirwana KDB 50 – 70 % tetap dipertahankan.
d) Fasilitas umum dan perumahan dengan KDB 60 – 80 % tetap dipertahankan untuk penghawaan dan penyinaran yang
optimal supaya kondisi lingkungan lebih sehat .
e) Fasilitas perdagangan dan jasa dengan KDB 60 – 80 % tetap dipertahankan untuk sirkulasi parkir, bongkar muat barang,
penghijauan dan penghawaan dan penyinaran seperti di fasilitas umum (pendidikan, pemerintahan, rumah sakit, museum)
dan fasilitas perumahan (Jalan Besar Ijen).
f) Penyediaan fasilitas umum pada masa mendatang juga diarahkan untuk dilengkapi dengan ruang terbuka yang
dipergunakan untuk tempat parkir, penghawaan dan penyinaran alamiah, sirkulasi parkir, taman dan penghijauan, dengan
KDB maksimum 50 % seperti halnya yang ada pada pusat perdagangan (MATOS dan MOG).
g) Lapangan olah raga dengan KDB 20 % (sama sekali tidak diperbolehkan adanya bangunan permanen dan semi permanen
di dalam areal jalur hijau). h. Makam dengan KDB 5 %, untuk pemenuhan kebutuhan fasilitas pendukung pemakaman.
2) Peta rencana Koefisien Dasar Bangunan sebagaimana dimaksud pada Ayat (1), tercantum dalam lampiran 12 yang tidak
terpisahkan dari Peraturan Daerah ini. *diletakkan di pasal tentang RTH perda tentang makam thn 2006 (penambahan luasan
makam 2% dari lahan pengembang)

Paragraf III Rencana Koefisien Lantai Bangunan


Pasal 53

Rencana Koefisien Lantai Bangunan (KLB) dilakukan dengan :


a) Permukiman dengan KLB antara 100 % - 200 % ini tetap dipertahankan.
b) KLB diatas 400 % (maksimum) hanya diperbolehkan di sepanjang koridor Jalan Letjen Sutoyo – Jalan Jaksa Agung
Suprapto – Jalan Basuki Rahmad – Jalan Merdeka Timur – Jalan Merdeka Barat – Jalan Kauman – Jalan Hasim Asyari –
Jalan Arief Margono, ruas Jalan Mayjen Panjaitan – Jalan Brigjen Slamet Riyadi dan Jalan Veteran – Jl. Bandung – Jl. Ijen

21
dengan fungsi peruntukan untuk perdagangan dan jasa (2) Peta rencana Koefisien Lantai Bangunan sebagaimana
dimaksud pada Ayat (1), tercantum dalam lampiran 13 yang tidak terpisahkan dari Peraturan Daerah ini.

Paragraf IV Rencana Koefisien Dasar Hijau


Pasal 54
Rencana Koefisien Dasar Hijau dilakukan dengan :
a) kawasan perdagangan dan kawasan industri ditetapkan komposisi antara terbangun dan non terbangun adalah sebesar 60 %
: 40 %
b) kawasan permukiman padat ditetapkan minimal 1 rumah mempunyai 1 pohon
c) kawasan militer juga tetap menggunakan komposisi 60 % : 40 % dengan ketentuan ruang terbuka dimanfaatkan untuk
menunjang aktivitas masing – masing.

Paragraf V Rencana Garis Sempadan Bangunan


Pasal 55

1) Rencana Garis Sempadan Bangunan dilakukan dengan :


a) Jalan arteri sekunder diarahkan dengan Garis Sempadan Bangunan (GSB) antara 5 - 10 m. Yang termasuk dalam kategori
ini antara lain Jl. Tumenggung Suryo – Jl. Panglima Sudirman – Jl. Gatot Subroto – Jl. Laksamana Martadinata;
b) Jalan lokal diarahkan dengan Garis Sempadan Bangunan (GSB) antara 4 - 13 m. Yang termasuk dalam kategori ini antara
lain Jl. Letjen Sutoyo – Jl.Jaksa Agung Suprapto – Jl. Basuki Rahmad – Jl. Merdeka Barat – Jl. Merdeka Selatan - Jl. SW.
Pranoto - Jl. Sutan Syahrir - Jl. Halmahera, Jl. KH. Agus Salim - Jl. KH. Achmad Dahlan, Jl. Kauman – Jl. Hasim Asyari –
Jl. Arief Margono, Jl. Mayjen Panjaitan - Jl.Brigjen Slamet Riyadi, Jl. Veteran – Jl. Bandung – Jl. Ijen, Jl. Bendungan
Sutami - Jl. Galunggung -Jl. Raya Langsep - Jl. Simpang Langsep, Jl. Ir. Rais - Jl. Brigjen Katamso - Jl. Ade Irma Suryani
- Jl. Pasar Besar;
c) Jalan lingkungan diarahkan dengan Garis Sempadan Bangunan (GSB) antara 1 - 5 m. Yang termasuk dalam kategori ini
antara semua jalan yang mengubungkan antara kawasan permukiman dengan pusat – pusat kegiatan disekitarnya.
2) Peta rencana garis sempadan bangunan sebagaimana dimaksud pada Ayat (1), tercantum dalam lampiran 14 yang tidak
terpisahkan dari Peraturan Daerah ini.

22
Rencana Pemenuhan Kebutuhan Fasilitas Atm
Pasal 56

1) penyediaan fasilitas ATM direncanakan mengikuti rencana pengembangan perdagangan dan jasa baik skala pelayanan Pusat
Kota sub Pusat Kota maupun lingkungan serta fasilitas umum lainnya.
2) Pengembangan fasilitas ATM juga direncanakan di sekitar kawasan permukiman serta pengembangan permukiman baru.

Rencana Indikasi Program


Pasal 57

1) Rencana indikasi program ditetapkan untuk mengoptimalkan penyusunan programprogram teknis dan upaya untuk
mendorong keikutsertaan semua pihak baik pemerintah, swasta, maupun masyarakat.
2) Rencana indikasi program ditetapkan dalam waktu 20 (Dua Puluh) tahun semenjak ditetapkan dalam Peraturan Daerah dan
dibagi tiap lima tahun sesuai dengan prioritas pengembangan yang telah ditentukan berdasarkan kondisi wilayah perencanaan
3) rencana indikasi program sebagaimana dimaksud pada Ayat (1), tercantum dalam lampiran 15 yang tidak terpisahkan dari
Peraturan Daerah ini.

F. Sistem Struktur
Elemen-elemen Sistem Struktur Bangunan

Struktur bangunan adalah bagian dari sebuah sistem bangunan yang bekerja untuk menyalurkan beban yang diakibatkan oleh
adanya bangunan di atas tanah.Fungsi struktur dapat disimpulkan untuk memberi kekuatan dan kekakuan yang diperlukan untuk
mencegah sebuah bangunan mengalami keruntuhan.Struktur merupakan bagian bangunan yang menyalurkan beban-beban.Beban-
beban tersebut menumpu pada elemen-elemen untuk selanjutnya disalurkan ke bagian bawah tanah bangunan,sehingga beban-
beban tersebut akhirnya dapat ditahan.

G. Sistem Utilitas

23
Unsur-unsur utilitas bangunan dapat disebutkan menjadi beberapa
macam,yaitu:kenyamanan,kesehatan,keselamatan,komunikasi,dan mebilitas.

Perancangan utilitas yang penting de setiap bangunan adalah sebagai berikut:

- Plambing dan sanitasi


- Kelistrikan/penerangan
- Tata udara,ventilasi mekanis
- Komunikasi
- Tata suara
- Transportasi(horizontal dan vertical)
- Keamanan
- Pembuangan sampah
- Penangkal petir
- Saluran air hujan (drainase)
Istilah lain dalam utilitas bangunan adalah:
- Building survice
- Mechanikal elektrikal plumbing (M.E.P)
Arsitektur-Struktur Kontruksi-Utilitas merupakan satu saluran dalam sebuah pembangunan.
Utilitas terdiri dari 3 komponen:
- Sumber
- Jaringan
- Keluaran/outlet
Komponen utilitas “tidak ditampakkan”,tapi tetap terasa manfaatnya untuk pengguna.

24
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Shopping center merupakan bangunan atau wadah yang difungsikan atau lebih mengarah sebagai pusat perbelanjaan, dimana
di dalamnya terdapat aktivitas jual beli barang oleh sekelompok orang atau individu serta memberikan kenyamanan dan keamanan
berbelanja bagi pengunjung.

25
Dimana dalam pemilihan tapak atau lokasi site shopping center harus benar-benar strategis dan pas dengan lingkungan
disekitarnya. Serta harus sesuai dengan peraturan daerah yang berlaku di daerah tersebut, salah satunya tentang GSB, KLB, serta
KDB di tiap daerah yang ingin dibangun.

Postmodern merupakan suatu aliran yang yang bergerak dari abad ke 20 yang dimana di dalamnya terdapat seni, arsitektur, dan
kritik yang merupakan keberangkatan dari modernisme.

Atau lebih dikenal dengan gabungan antara tradisional dengan non tradisional (masa lalu), gabungan antara setengah modern
dengan setengah non modern, perpaduan antar baru dan lama. Post modernisme, kelanjutan dari modernisme, sekaligus melampui
modernisme.

26

Anda mungkin juga menyukai