Anda di halaman 1dari 17

ASUHAN KEPERAWATAN KEGAWAT DARURATAN PADA INTEGUMEN (LUKA

BAKAR DAN PERLUKAAN)

Dosen Pengampu : Ns. Farida Aini, S.Kep., M.Kep., Sp.K.M.B

Disusun Oleh:

1. Puguh Subekti Putri 010117A075


2. Siska Nuraini 010117A099
3. Sri Buana Tungga Dewi 010117A103
4. Fina Novianti 010117A112
5. Wur Rahayu Widayanti 010117A117

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN

UNIVERSITAS NGUDI WALUYO

UNGARAN BARAT

2019
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur Kami ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan
rahmat, bimbingan dan hidayah-Nya. Sehingga Makalah yang berjudul “ASUHAN
KEPERAWATAN KEGAWATDARURATAN PADA INTEGUMEN (LUKA BAKAR DAN
PERLUKAAN)“ ini dapat diselesaikan dengan baik.

Melalui makalah ini, penulis berharap pembaca dapat mengetahui tentang konsep dan
perkembangan teknologi optik dan akustik di pelayanan kesehatan”.

Penulis sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari para pembaca untuk
memperbaiki kualitas makalah ini. Semoga makalah ini dapat bermanfaat dan menambah
pengetahuan bagi mahasiswa.

Ungaran, Maret 2019

Penyusun

Kelompok 4
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Luka bakar adalah luka yang paling sering dialami oleh manusia dibandingkan dengan luka
lain. Luka bakar dapat terjadi karena adanya kontak dengan sumber panas ataupun suhu yang
sangat rendah, zat kimia, listrik, radiasi dan cahaya. Berbagai aktifitas sehari-hari yang
dilakukanpun dapat menjadi penyebab terjadinya luka bakar misalnya kecelakaan yang
menyebabkan meledaknya kendaraan, memegang peralatan dalam keadaan panas sewaktu
memasak, tersengat arus listrik ataupun karena sebab lainnya. Luka bakar telah menjadi masalah
kesehatan masyarakat global yang bertanggung jawab terhadap kematian sekitar 195.000 orang
per tahun. Berdasarkan angka kejadian di Amerika Serikat luka bakar menjadi penyebab kematian
terbesar yang setiap tahunnya sejumlah 2,5 juta orang mengalami luka bakar dan sekitar 12.000
orang meninggal dunia yang disertai cedera inhalasi.

Kulit adalah organ tubuh terluas yang menutupi otot dan mempunyai fungsi sebagai
pelindung tubuh dan berbagai trauma ataupun masuknya bakteri, kulit juga mempunyai fungsi
utama reseptor yaitu untuk mengindera suhu, perasaan nyeri, sentuhan ringan dan tekanan, pada
bagian stratum korneum mempunyai kemampuan menyerap air sehingga dengan demikian
mencegah kehilangan air serta elektrolit yang berlebihan dan mempertahankan kelembaban dalam
jaringan subkutan. Tubuh secara terus menerus akan menghasilkan panas sebagai hasil
metabolisme makanan yang memproduksi energi, panas ini akan hilang melalui kulit, selain itu
kulit yang terpapar sinar ultraviolet dapat mengubah substansi yang diperlukan untuk mensintesis
vitamin D. kulit tersusun atas 3 lapisan utama yaitu epidermis, dermis dan jaringan subkutan.

a) Lapisan epidermis, terdiri atas:


 Stratum korneum, selnya sudah mati, tidak mempunyai inti sel, inti selnya sudah mati
dan mengandung keratin, suatu protein fibrosa tidak larut yang membentuk barier
terluar kulit dan mempunyai kapasitas untuk mengusir patogen dan mencegah
kehilangan cairan berlebihan dari tubuh.
 Stratum lusidum. Selnya pipih, lapisan ini hanya terdapat pada telapak tangan dan
telapak kaki.
 Stratum granulosum, stratum ini terdiri dari sel-sel pipi seperti kumparan, sel-sel
tersebut terdapat hanya 2-3 lapis yang sejajar dengan permukaan kulit.
 Stratum spinosum/stratum akantosum. Lapisan ini merupakan lapisan yang paling tebal
dan terdiri dari 5-8 lapisan. Sel-selnya terdiri dari sel yang bentuknya poligonal (banyak
sudut dan mempunyai tanduk).
 Stratum basal/germinatum. Disebut stratum basal karena sel-selnya terletak di bagian
basal/basis, stratum basal menggantikan sel-sel yang di atasnya dan merupakan sel-sel
induk.
b) Lapisan dermis juga tersusun dari pembuluh darah serta limfe, serabut saraf, kelenjar
keringat serta sebasea dan akar rambut. Lapisan ini bagi menjadi dua yaitu:

 Bagian atas, pars papilaris (stratum papilaris) adalah lapisan ini berada langsung di
bawah epidermis dan tersusun dari sel-sel fibroblas yang menghasilkan salah satu
bentuk kolagen.
 Bagian bawah, pars retikularis (stratum retikularis) adalah Lapisan ini terletak di
bawah lapisan papilaris dan juga memproduksi kolagen.
c) Jaringan subkutan atau hipodermis

Merupakan lapisan kulit yang terdalam. Lapisan ini terutamanya adalah jaringan
adipose yang memberikan bantalan antara lapisan kulit dan struktur internal seperti otot
dan tu lang. Jaringan subkutan dan jumlah deposit lemak merupakan faktor penting dalam
pengaturan suhu tubuh.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari luka ( perlukaan) ?
2. Apa penyebab dari luka ?
3. Apa jenis jenis luka?
4. Bagaimana proses penyemuhan luka?
5. Apa pengertian luka bakar?
6. Apa tanda dan gejala luka bakar?
7. Apa patofisiologi luka bakar ?
8. Apa manifestasi klinis luka bakar?
9. Apa penatalaksanaan luka bakar?
10. Apa asuhan keperawatan dari luka bakar dan perlukaan?
C. Tujuan Masalah
1. Menjelaskan pengertian dari luka
2. Menjelaskan penyebab dari luka
3. Menjelaskan jenis jenis luka
4. Menjelaskan proses penyembuhan luka
5. Menjelaskan pengertian luka bakar
6. Menjelaskan tanda dan gejala luka bakar
7. Menjelaskan patofisiologi luka bakar
8. Menjelaskan manifestasi klinis luka bakar
9. Menjelaskan penatalaksanaan luka bakar
10. Menjelaskan asuhan keperawatan luka bakar dan perlukaan

Bab II

Pembahasan

A. Pengertian luka
Luka adalah salah satu jenis cedera pada kulit yang mengalami robek, teriris,
tertusuk, atau ketika terkena benda tumpul sehingga menyebabkan memar. Selain itu,
pengertian luka lainnya adalah kondisi terputusnya jaringan lunak, baik saraf, otot, kulit,
hingga pembuluh darah. Sjamsuhidajat (1997) mendefinisikan luka sebagai hilang atau
rusaknya sebagian jaringan tubuh. Sedangkan Mansjoer (2002) mendefinisikan luka
sebagai keadaan hilang/terputusnya kontinuitas jaringan. Kulit adalah penghalang dunia
luar yang melindungi tubuh dari infeksi, radiasi, dan temperatur yang ekstrem.
Terdapat banyak jenis luka yang dapat merusak kulit termasuk luka lecet (abrasi),
luka robek (laserasi), cedera ruptur, tusukan, dan luka menembus lapisan kulit. Banyak
luka dengan kedalaman yang dangkal membutuhkan pertolongan pertama termasuk
pembersihan luka dan pembalutan luka. Beberapa luka yang lebih dalam perlu mendapat
pertolongan medis untuk mencegah infeksi dan mencegah kehilangan fungsi jaringan,
karena kerusakan struktur yang mendasari seperti tulang, otot, tendon, arteri dan saraf.
Penyembuhan luka meliputi 2 kategori yaitu, pemulihan jaringan ialah regenerasi
jaringan pulih seperti semula baik struktur maupun fungsinya dan repair ialah pemulihan
atau penggantian oleh jaringan ikat (Mawardi-Hasan,2002).
B. Penyebab Luka
Luka sendiri bisa disebabkan oleh berbagai macam hal. Namun pada umumnya
penyebab luka yang paling sering terjadi adalah akibat trauma mekanis. Pengertian luka
akibat mekanis dapat disebabkan oleh benda tumpul ataupun tajam.Selain itu, luka juga
dapat dibagi menjadi dua, yaitu luka terbuka dan luka tertutup berdasarkan keutuhan
jaringannya. Luka sendiri dapat dapat muncul dengan atau tanpa adanya infeksi.Kulit dapat
rusak dalam berbagai cara tergantung pada mekanisme cedera, di antaranya:

 Peradangan adalah respons awal kulit cedera.

 Luka superfisial (di permukaan) dan luka lecet tidak mencederai lapisan kulit yang lebih
dalam. Jenis luka biasanya disebabkan oleh gaya gesekan dengan permukaan kasar

 Luka lecet dalam (lecet yang lebih dalam karena terpotong atau laserasi) melukai lapisan
kulit dan masuk ke jaringan di bawahnya seperti otot atau tulang.
 Luka tusukan biasanya disebabkan oleh benda runcing tajam yang menusuk kulit. Contoh
luka tusukan termasuk jarum, menginjak paku, atau luka tusukan dengan pisau

 Gigitan manusia dan gigitan hewan dapat diklasifikasikan sebagai luka tusuk, lecet, atau
kombinasi keduanya.

Luka karena penekanan yang lama, misalnya luka karena berbaring dalam waktu
yang lama di tempat tidur, karena duduk di kursi roda dalam waktu yang lama, atau karena
penggunaan gips dalam waktu yang lama.Luka tekanan yang lama dapat berkembang karena
kurangnya suplai darah ke kulit yang disebabkan oleh tekanan kronis pada area kulit, terlebih
memiliki penyakit yang mendasari seperti kencing manis, masalah sirkulasi (penyakit
pembuluh darah perifer), atau pasien malnutrisi.

C. JENIS JENIS LUKA


 Berdasarkan pada Waktu Penyembuhan Luka
Pada dasarnya, perawatan luka harus didasarkan pada pengetahuan anatomi dan fisiologi,
penilaian holistik, manajemen luka spesifik dan pemilihan produk manajemen luka yang sesuai.

1.Luka kronis

Jenis luka ini bisa terjadi karena faktor eksogen dan endogen dalam tubuh, sehingga membuat
kegagalan dalam proses penyembuhan.

2. Luka akut

Jenis luka ini sesuai dengan konsep penyembuhan yang telah disepakati

 Berdasarkan Tingkat Kontaminasi


Pada umumnya dokter akan melihat seperti apa kondisi luka sebelum memutuskan obat apa
yang dianjurkan diberikan. Sebagai contoh, sebuah luka yang dalam, besar dan kotor akan
membutuhkan penanganan khusus untuk mencegah infeksi, misalnya dengan dijahit.

 Luka bersih
Luka bersih adalah luka karena tindakan operasi dengan teknik steril, misalnya pada daerah
dinding perut dan jaringan lain yang letaknya lebih dalam (non contaminated deep tissue),
misalnya pembuluh darah, tiroid, tulang, dan otak.

 Luka bersih-kontaminasi

Luka ini bisa terjadi karena benda tahan. Lingkungan yang tidak steril atau tindakan operasi
yang mengenai daerah bronchial dan usus halus.

 Luka kontaminasi

Jenis luka ini sering disebakan oleh lingkungan yang kotor. Penanganan yang bisa
dilakukan adalah Operasi pada saluran terinfeksi infeksi bronchial, usus besar dan saluran kemih.

 Luka infeksi

Jenis luka ini diikuti oleh adanya kerusakan jaringan, serta kurangnya vaskularisasi pada
jaringan luka.

D. Proses Penyembuhan Luka


 Berdasarkan Kedalaman dan Luasnya Luka
Proses penyembuhan luka yang lambat bisa disebabkan oleh kadar gula darah yang tinggi. Gula
darah yang terlalu tinggi dapat menurunkan aliran darah, mengganggu sistem imun, meningkatnya
risiko perdangan, dan menghambat sel medapatkan nutrisi. Sejumlah gangguan itu dapat
menghambat penyembulah l uka.

 Stadium I

Luka superfisial (Non-Blanching Erithema). Luka jenis ini adalah luka yang terjadi
pada lapisan epidermis kulit.

 Stadium II

Luka jenis ini adalah hilangnya lapisan kulit pada lapisan epidermis dan bagian atas
dari dermis. Merupakan luka superficial dan adanya tanda klinis seperti halnya lubang yang
dangkal, abrasi, atau blister

 Stadium III
Jenis luka ini adalah hilangnya kulit keseluruhan meliputi kerusakan atau nekrosis
jaringan subkutan yang dapat meluas sampai bawah tetapi tidak melewati jaringan yang
mendasarinya. Luka ini timbul secara klinis sebagai suatu lubang yang dalam dengan atau
tanpa merusak jaringan di sekitarnya.

 Stadium IV

Jenis luka yang terakhir adalah luka yang telah mencapai tendon, tulang dan otot
karena adalah kerusakan yang telah meluas.

E. Proses Penyemuhan Luka


Penyembuhan luka merupakan suatu proses penggantian jaringan yang mati/rusak
dengan jaringan baru dan sehat oleh tubuh dengan jalan regenerasi. Luka dikatakan sembuh
apabila permukaannya dapat bersatu kembali dan didapatkan kekuatan jaringan yang
mencapai normal.
Penyembuhan luka dapat terjadi secara:
1. Per Primam, yaitu penyembuhan yang terjadi setelah segera diusahakan bertautnya tepi
luka biasanya dengan jahitan.
2. Per Sekundem, yaitu luka yang tidak mengalami penyembuhan per primam. Proses
penyembuhan terjadi lebih kompleks dan lebih lama. Luka jenis ini biasanya tetap terbuka.
Biasanya dijumpai pada luka-luka dengan kehilangan jaringan, terkontaminasi/terinfeksi.
Penyembuhan dimulai dari lapisan dalam dengan pembentukan jaringan granulasi.
3. Per Tertiam, atau Per Primam tertunda yaitu luka yang dibiarkan terbuka selama beberapa
hari setelah tindakan debridemen setelah diyakini bersih, tetapi luka dipertautkan (4-7 hari).
Setiap kejadian luka, mekanisme tubuh akan mengupayakan mengembalikan komponen-
komponen jaringan yang rusak tersebut dengan membentuk struktur baru dan fungsional
sama dengan keadaan sebelumnya. Proses penyembuhan tidak hanya terbatas pada proses
regenerasi yang bersifat lokal, tetapi juga sangat dipengaruhi oleh faktor endogen (seperti:
umur, nutrisi, imunologi, pemakaian obat-obatan, kondisi metabolik).
Pada dasarnya proses penyembuhan ditandai dengan terjadinya proses pemecahan
atau katabolik dan proses pembentukan atau anabolik. Setiap proses penyembuhan luka
akan terjadi melalui 3 tahapan yang dinamis, saling terkait dan berkesinambungan serta
tergantung pada tipe/jenis dan derajat luka. Sehubungan dengan adanya perubahan
morfologik, tahapan penyembuhan luka terdiri dari:
1.Fase inflamasi :
- Hari ke 0-5
- Respon segera setelah terjadi injuri
- Pembekuan darah
- Untuk mencegah kehilangan darah
- Karakteristik : tumor, rubor, dolor, color, functio laesa.
- Fase awal terjadi hemostasis
- Fase akhir terjadi fagositosis
- Lama fase ini bisa singkat jika tidak terjadi infeksi
2.Fase proliferasi :
- Hari 3 – 14
-Disebut juga dengan fase granulasi adanya pembentukan jaringan granulasi pada luka
- Luka nampak merah segar, mengkilat
-Jaringan granulasi terdiri dari kombinasi : Fibroblas, sel inflamasi, pembuluh darah yang
baru, fibronectin and hyularonic acid
- Epitelisasi terjadi pada 24 jam pertama ditandai dengan penebalan lapisan epidermis pada
tepian luka
- Epitelisasi terjadi pada 48 jam pertama pada luka insisi
3.Fase maturasi atau remodelling
- Berlangsung dari beberapa minggu sampai dengan 2 tahun
- Terbentuknya kolagen yang baru yang mengubah bentuk luka serta peningkatan kekuatan
jaringan (tensile strength)
- Terbentuk jaringan parut (scar tissue)
- 50-80% sama kuatnya dengan jaringan sebelumnya
- Terdapat pengurangan secara bertahap pada aktivitas selular and vaskularisasi jaringan
yang mengalami perbaikan.
F. Pengertian Luka Bakar
Luka bakar adalah kerusakan atau kehilangan jaringan yang disebabkan kontak dengan
sumber panas seperti api, air panas, bahan kimia, listrik, dan radiasi (Artawan, 2013).
Luka bakar adalah suatu bentuk kerusakan atau kehilangan jaringan yang disebabkan
kontak dengan sumber panas dan suhu sangat rendah (Adhy dkk, 2014:386).
Luka bakar adalah salah satu cedera yang paling luas yang berkembang di dunia. Luka
bakar adalah kerusakan atau kehilangan jaringan yang disebabkan kontak dengan sumber
panas seperti api, air panas, bahan kimia, listrik dan radiasi. Luka bakar merupakan suatu jenis
trauma dengan morbiditas dan mortalitas yang tinggi (Pitoyo, 2013:2).
G. Tanda Dan Gejala Luka Bakar
Karakteristik luka bakar bergantung pada kedalamannya. Luka bakar superfisial
menyebabkan nyeri selama dua atau tiga hari, yang dilanjutkan dengan pengelupasan kulit
selama beberapa hari berikutnya.Individu yang menderita luka bakar berat mungkin
menunjukkan perasaan tidak nyaman atau mengeluhkan adanya tekanan dibandingkan nyeri.
Luka bakar yang mengenai seluruh lapisan kulit mungkin sepenuhnya tidak sensitif terhadap
sentuhan ringan atau tusukan.Luka bakar superfisial biasanya berwarna merah, sedangkan
luka bakar berat bisa berwarna merah muda, putih atau hitam. Luka bakar di sekitar mulut
atau rambut yang terbakar di dalam hidung bisa mengindikasikan terjadinya luka bakar di
saluran napas, tetapi temuan ini sifatnya tidak pasti. Tanda-tanda yang lebih
mengkhawatirkan meliputi: sesak napas, serak, dan stridor atau mengi.Rasa gatal umum
dialami selama proses penyembuhan, serta terjadi pada 90% orang dewasa dan hampir
semua anak.Mati rasa atau kesemutan masih dapat dirasakan dalam waktu yang lama setelah
cedera listrik. Luka bakar juga bisa menyebabkan gangguan emosional dan psikologis.

Luka bakar disebabkan oleh berbagai sumber eksternal yang dapat digolongkan
menjadi panas, kimia, listrik, dan radiasi. Di Amerika Serikat, penyebab paling umum
dari luka bakar adalah: kebakaran atau api (44%), melepuh (33%), benda panas (9%),
listrik (4%), dan zat kimia (3%). Sebagian besar (69%) cedera luka bakar terjadi di rumah
atau tempat kerja (9%), dan kebanyakan adalah akibat kecelakaan, sementara 2%
disebabkan oleh serangan orang lain, dan 1-2% disebabkan oleh percobaan bunuh diri.
Sumber-sumber ini bisa menyebabkan cedera inhalasi di saluran napas dan/atau paru-
paru, dengan tingkat kejadian sekitar 6%.

Merokok merupakan faktor risiko, tetapi konsumsi alkohol bukan merupakan faktor
risiko. Luka bakar yang berhubungan dengan api lebih umum terjadi pada iklim yang
lebih dingin. Faktor risiko spesifik di negara berkembang meliputi memasak dengan api
terbuka atau di atas lantai serta gangguan perkembangan pada anak dan penyakit kronis
pada orang dewasa.

H. PATOFISOLOGI

Jaringan lunak akan mengalami cedera bila terkena suhu diatas 1150F (460C). Luasnya
kerusakan bergantung pada suhu permukaan dan lama kontak. Sebagai contoh pada kasus
luka bakar tersiram air panas pada orang dewasa, kontak selama 1 detik dengan air yang panas
dari shower dengan suhu 68,90C dapat menimbulkan luka bakar yang merusak epidermis dan
dermis sehingga terjadi cedera derajat tiga (full-thickness injury). Sebagai manifestasi dari
cedera luka bakar panas, kulit akan melakukan pelepasan zat vasoaktif yang menyebabkan
pembentukan oksigen reaktif dan menyebabkan peningkatan permeabilitas kapiler dan
menyebabkan penurunan tekanan onkotik. Hal ini menyebabkan kehilangan cairan serta
viskositas plasma meningkat dengan menghasilkan suatu formasi mikrotrombus. Cedera luka
bakar dapat menyebabkan keadaan hipermetabolik yang dimanifestasikan dengan adanya
demam, peningkatan laju metabolisme, peningkatan ventilasi, peningkatan curah jantung,
peningkatan glukoneogenesis, serta meningkatkan katabolisme otot viseral dan rangka.
Adanya luka pada sistem pernafasan misalnya pada wajah yang merusak mukosa sehingga
terjadi udema pada laring dapat menimbulkan obstruksi jalan nafas dan menyebabkan
ketidakefektifan pola nafas
Terjebak kebakaran dalam ruangan tertutup juga dapat menyebabkan cedera inhalasi
sehingga terjadi cedera alveolar yang ditandai dengan adanya sputum berkarbon yang
memunculkan diagnosa ketidakefektifan bersihan jalan nafas yang diakibatkan karena
keracunan gas (PCO2 yang meningkat sedangkan PO2 turun). Keracunan gas tersebut dan
sebagai akibat dari peningkatan permeabilitas kapiler akan menyebabkan adanya penurunan
cairan intravaskuler sehingga terjadi hipovolemia dan hipoksia jaringan dan memunculkan
diagnosa ketidakefektifan perfusi jaringan perifer (Muttaqin & Kumala, 2012: 200, Nurarif
dan Hardhi, 2015: 212 ).
Masalah yang dapat timbul pada luka bakar yang luas yaitu gangguan pada sistem
hormonal dan gangguan keseimbangan cairan elektrolit. Hal tersebut terjadi akibat kehilangan
cairan serta dapat menyebabkan penurunan jumlah limfosit sehingga luka beresiko mengalami
sepsis. Mediator inflamasi seperti (sitokin, TNF-α dan sel fagosit nekrotik) dan gangguan
metabolisme (protein, karbohidrat dan lemak) dapat muncul sebagai akibat dari luka bakar
yang luasnya >20% . Meningkatnya stress oksidatif juga dapat menyebabkan peningkatan
produksi radikal bebas sehingga akan mengganggu fungsi imun (Adhy dkk, 2014: 386,
Artawan, 2013).
I. MANIFESTASI KLINIS
Manifestasi luka bakar antara lain adalah nyeri lokal, eritema, kemerahan, pucat,
menggigil, sakit kepala, mual dan muntah, lepuh berisi air dan berselaput tipis, area yang rusak
berlilin dan putih, perubahan suara, batuk, mengi, sputum gelap pada luka bakar mukosa
(Wolters dkk, 2013).
Manifestasi tentang luka bakar dapat ketahui dengan derajat luka yang dibagi menjadi 4
derajat yaitu: 1) Grade I dengan kerusakan jaringan hanya terjadi pada epidermis, nyeri, warna
kulit kemerahan, kering, pada tes jarum terdapat hiperalgesia, lama sembuh ±7 hari kulit
menjadi normal. 2) Grade II: terdapat grade II a dimana jaringan yang rusak adalah sebagian
dermis, folikel rambut, dan kelenjar keringat utuh, rasa nyeri, warna kemerahan pada lesi,
adanya cairan pad bula, waktu sembuh 7-14 hari. Dan pada grade II b dimana jaringan yang
rusak sampai dermis, hanya kelenjar keringat yang utuh, eritema, terkadang ada sikatrik, waktu
sembuh 14-21 hari. 3) Grade III yaitu jaringan yang rusak meliputi seluruh epidermis dan
dermis, kulit kering, kaku, terlihat gosong, terasa nyeri karena ujung saraf rusak, waktu sembuh
lebih dari 21 hari. 4) Grade IV dimana luka bakar mengenai seluruh lapisan kulit, otot bahkan
tulang, penderita tidak akan merasakan nyeri karena kerusakan saraf, warna kulit menjadi abu-
abu, kehitaman, kering dan mengelupas (Muttaqin dan Kumala, 2011)
J. PENATALAKSANAAN MEDIS
Prioritas pertama perawatan pasien luka bakar adalah menghilangkan sumber panas
bila masih ada. Pakaian dan perhiasan yang menghasilkan panas harus dilepas, dan setiap
bahan kimia dalam bentuk bubuk kering harus disingkirkan dari kulit. Bila sumber luka bakar
telah dihilangkan, perhatian pemberi perawatan beralih pada ABC (Airway, Breathing dan
Circulation). Cedera inhalasi harus dicurigai pada pasien yang berada dalam lingkungan yang
terbakar dalam ruangan tertutup atau pasien yang tampak mengalami perubahan tingkat
kesadaran. Cedera inhalasi mungkin gejalanya tidak muncul selama beberapa jam setelah
waktu cedera. Siapkan untuk intubasi endotrakea profilaktik kemudian beri oksigen melalui
mask face atau endotracheal tube pada setiap pasien yang menunjukkan mekanika pernapasan
meragukan atau yang mempunyai indikasi klinis adanya cedera inhalasi yang ditandai dengan
hangusnya bulu hidung, suara serak, batuk, sputum berkarbon, wheezing, takipne, dispnea,
agitasi dan stridor yang gejalanya mungkin tidak muncul beberapa jam setelah cedera terjadi
(Pamela, 2011: 189).
Luka bakar yang meliputi semua ekstremitas menyebabkan reaksi kulit yang
melepaskan zat vasoaktif yang menimbulkan pembentukan oksigen reaktif sehingga
permeabilitas kapiler meningkat. Kehilangan cairan secara masif akan terjadi pada 4 jam
pertama setelah cedera dengan akumulasi maksimum edema pada 24 jam pertama setelah luka
terjadi sehingga akan sulit untuk melakukan pemeriksaan tanda-tanda vital pada pasien. Oleh
karena itu perlu dilakukan pemasangan selang infus dengan diameter besar untuk resusitasi
cairan dan pemasanngan kateter urin sebagai indikator status sirkulasi yang harus dipantau
dan diukur setiap jam. Untuk resusitasi cairan formula yang sering digunakan yaitu formula
Parkland pada 24 jam pertama cidera. Pada formula tersebut cairan yang digunakan adalah
cairan Ringer Laktat dengan rumus 4ml/kgBB/% luka bakar dimana setengah dari hasil
penjumlahan yang telah dilakukan diberikan dalam 8 jam pertama dan sisanya diberikan
dalam 16 jam berikutnya (Muttaqin dan Kumala, 2012: 207, Nurarif dan Hardhi, 2015: 212).
K. ASUHAN KEPERAWATAN LUKA BAKAR DAN LUKA (PERLUKAAN)
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Luka bakar adalah kerusakan atau kehilangan jaringan yang disebabkan kontak
dengan sumber panas seperti api, air panas, bahan kimia, listrik, dan radiasi (Artawan,
2013).Luka bakar adalah suatu bentuk kerusakan atau kehilangan jaringan yang disebabkan
kontak dengan sumber panas dan suhu sangat rendah (Adhy dkk, 2014:386).Luka bakar
adalah salah satu cedera yang paling luas yang berkembang di dunia. Luka bakar adalah
kerusakan atau kehilangan jaringan yang disebabkan kontak dengan sumber panas seperti
api, air panas, bahan kimia, listrik dan radiasi. Luka bakar merupakan suatu jenis trauma
dengan morbiditas dan mortalitas yang tinggi (Pitoyo, 2013:2).
Luka adalah salah satu jenis cedera pada kulit yang mengalami robek, teriris,
tertusuk, atau ketika terkena benda tumpul sehingga menyebabkan memar. Selain itu,
pengertian luka lainnya adalah kondisi terputusnya jaringan lunak, baik saraf, otot, kulit,
hingga pembuluh darah. Sjamsuhidajat (1997) mendefinisikan luka sebagai hilang atau
rusaknya sebagian jaringan tubuh. Sedangkan Mansjoer (2002) mendefinisikan luka sebagai
keadaan hilang/terputusnya kontinuitas jaringan. Kulit adalah penghalang dunia luar yang
melindungi tubuh dari infeksi, radiasi, dan temperatur yang ekstrem.
B. SARAN
1. Bagi perawat
Dapat melaksanakan metode triase kegawatdaruratan yang sesuai sehingga akan
meningkatkan kualitas pelayanan keperawatan gawat darurat yang komprehensif dan
meminimalkan masalah yang timbul pada pasien luka bakar.
2. Bagi Mahasiswa
Sebagai sumber materi untuk menambah pengetahuan mahasiswa mengenai asuhan
keperawatan gawat darurat pada pasien luka bakar di instalasi gawat darurat dengan harapan
dapat meningkatkan kualitas pendidikan sehingga dapat tercipta tenaga keperawatan yang
profesional dan dapat memberikan asuhan keperawatan secara komprehensif.
3. Bagi penulis lainnya
Untuk menggali secara lebih dalam dan meningkatkan teori serta penemuan yang
mendukung kasus Luka Bakar.
DAFTAR PUSTAKA
Doengoes, Marilynn E.2000.Rencana AsuhanKeperawatan.Jakarta :EGC
http://semaraputraadjoezt.wordpress.com/2012/09/12/asuhan-keperawatan-pada-klien-
dengan-luka-bakar-combustio/ http://askeplukabakar.html.co.id
Lia kartika dan Laura S. Himawan, 2007, “Penatalaksanaan Kasus Gangguan Sendi
Temporomandibula dengan Latihan Rahang”, Indonesian Jurnal Of Dentistry,14(1): 12-
17, ISSN 1693-969
Musliha. 2010. Keperawatan Gawat Darurat. Nusa Medika: Yogyakarta.

Anda mungkin juga menyukai