TINJAUAN PUSTAKA
5
6
Bentuk umum physical resource LTE pada kanal fisik berupa grid
time frequency diilustrasikan pada Gambar 2.8 (Motorola, 2010). Pada domain
waktu, frame LTE mempunyai panjang durasi 10 ms yang terdiri dari 20 slot.
Panjang frame 10 ms tersebut dibagi ke dalam 10 subframe dengan panjang
durasi tiap subfram sebesar 1 ms. Setiap satu subframe atau sering disebut TTI
(Transmission Time Interval) memiliki 2 slot yang panjang durasi tiap slot nya 0,5
detik. Tiap slot terdiri dari beberapa simbol OFDM yang jumlahnya tergantung
jenis CP (Cyclic Prefix) yang digunakan. Jika menggunakan CP normal ada 7
simbol setiap slot, jika menggunaka CP extended ada 6 simbol setiap slot.
Berikut gambar 2.9 adalah penjelasan struktur resource grid frame pada
FDD, dari gambar dijelaskan bagaimana 1 resource block terdiri dari 12 subcriber
13
Satu RB adalah unit terkecil dari sebuah bandwidth yang ditetapkan oleh
base station scheduler. Setiap user dialokasikan sejumlah RB pada grid frekuensi
waktu. Semakin banyak jumlah RB seorang user dapatkan dan semakin tinggi
jenis modulasi yang digunakan maka semakin tinggi kecepatan data yang
didapatkan. Ukuran RB adalah sama untuk setiap bandwidth frekuensi yang
14
digunakan, hanya saja berbeda jumlahnya. Untuk jumlah RB tiap bandwidth dapat
dilihat pada Tabel 2.1 (Motorola, 2010). Struktur ini berlaku untuk downlink
maupun uplink, hanya saja agak berbeda pada laju datanya. Jika pada OFDMA
satu subcarrier untuk satu simbol, sedangkan pada SC-FDMA 12 subcarrier
untuk satu simbol, namun waktunya lebih singkat 1/12 dari OFDMA seperti
gambar 2.10 (Motorola, 2010).
Duplexing adalah suatu proses komunikasi dua arah pada suatu kanal
komunikasi. Terdapat dua jenis duplex, yaitu half duplex dan full duplex.
half duplex adalah dua sisi yang saling berkomunikasi secara bergantian untuk
mengirimkan sinyal informasi dalam satu kanal
full duplex adalah komunikasi dua arah secara simultan. Dua stasiun yang
saling berkomunikasi dapat mengirim dan menerima informasi pada waktu
yang bersamaan.
Terdapat dua bentuk utama full duplex, yaitu frequency division duplex
(FDD) dan time division duplex (TDD).
15
receive/transmit transition gap (RTG). Biasanya TTG lebih besar dari RTG, hal
ini dimaksudkan untuk keperluan round trip delay dari sinyal pada tepi sektor.
Pada sistem TDD base station perlu dilakukan sinkronisasi untuk waktu
transmisi uplink dan downlink. Jika neighbouring base station memakai waktu
uplink dan downlink yang berbeda dan berbagi kanal yang sama, maka akan
terjadi interferensi antar cell.
Berikut gambar 2.13 adalah perbandingan metode FDD dan TDD seperti
yang telah dijelaskan sebelumnya.
Skema modulasi yang digunakan adalah QPSK, 16QAM, dan 64 QAM dan
dipilih berdasarkan SINR (Signal to Interference and Noise Ratio) yang
diterima ( Jaafar A. Aldhaibani, 2013)..
18
MCS dan jumlah RB yang digunakan. Pada Tabel 2.3 dapat dilihat jumlah bit per
subframe (1 ms) untuk setiap TBS dengan jumlah RB tertentu.
Dari Gambar 2.15, nilai daya rata-rata RE atau biasa disebut RS EPRE
(Reference Signal Energy per Resource Element) yang dikirimkan per subcarrier
ditunjukkan oleh Persamaan 2.2 sehingga diketahui nilai RSRP-nya sesuai dengan
perhitungan yang ditunjukkan oleh Persamaan 2.3.
20 𝑊
RS EPRE (dBm) = = 66,7 mW = 18,2 dBm (2.2)
30 𝑠𝑢𝑏𝑐𝑎𝑟𝑟𝑖𝑒𝑟
Link budget adalah budget atau daya yang dibutuhkan untuk untuk
mencapai jarak tertentu. Perhitungan link budget ini digunakan untuk mengetahui
estimasi nilai maksimum dari pelemahan sinyal yang diperbolehkan antara UE
(User Equipment) dengan eNode B, nilai pelemahan sering disebut dengan
Maximum Allowable Path Loss (MAPL) ( I. El-Feghi dkk , 2012 ).
Tabel 2.5 dan 2.6 merupakan contoh dari perhitungan link budget pada
LTE. Pada uplink sisi pengirim berupa perangkat UE dan sisi penerima adalah
eNodeB. Sedangkan pada downlink sisi pengirim berupa eNodeB dan sisi
penerima adalah perangkat UE. Untuk detail data dapat dilihat pada lampiran H.
Receiver noise adalah penjumlahan dari noise figure dan thermal noise.
Sedangkan nilai SINR (signal to interference and noise ratio) bergantung pada
MCS yang juga bergantung pada data rate dan jumlah RB yang dialokasikan.
SINR merupakan perbandingan antara sinyal yang diterima dan gabungan dari
24
interferensi yang timbul dari sel sendiri, sel tetangga dan daya derau. Hubungan
SINR dan MCS dapat dilihat pada Tabel 2.7.
Receiver noise (dBm) = Noise Figure (dB) + Thermal Noise (dBm) (2.7)
Dimana η adalah load pada sel, SINR adalah SINR target pada celledge
sesuai dengan bit rate minimum yang ingin dicapai pada celledge, dan G adalah
geometri dari sel.
LTE tidak menggunakan fast power control. Fast fading margin tidak
diperlukan. Sehingga nilai fast fading margin yaitu 0 dB (Holma, Harri).
MAPL(per clutter) (dB) = MAPL (dB) – BPL (dB) – Shadowing Margin (dB) (2.12)
Dengan σ adalah deviasi standar untuk setiap clutter dan F adalah faktor
F yang merupakan faktor untuk menyesuaikan shadowing margin dengan cell
edge probability yang ditetapkan, dapat dilihat pada tabel 2.9 (Nokia-Siemens).
Tabel 2.10 Hubungan Cell Edge Probability, Cell Area Probability, dan Faktor F
Cell Edge Probability (%) Cell Area Probability (%) F
50 75 0
75 90 0,67
84 94 1
90 97 1,28
95 99 1,65
(Sumber : Nokia – Siemens)
𝝁s = Ca x Cp x Cs/th (2.14)
Dengan :
Ca = Total waktu panggilan selama sebulan
27
Keterangan:
fc = frekuensi carrier (Mhz)
hte = tinggi antena efektif base-station (m) dari 30-200 m
hre = tinggi antena efektif mobile-station (m) dari 1-10 m
d = jarak antara transmitter dan receiver (km) dari 1-20 km
a(hre) = faktor koreksi untuk tinggi antena efektif mobile-station
CM = 0 dB untuk kota ukuran menengah dan 3 dB untuk area metropolitan.
28
𝐷
Q = 𝑅 = √3N (2.20)
29
- Coverage by signal level : Menghitung area yang terliputi oleh sinyal referensi
dari tiap cell.
Nilai Keterangan
- Coverage by C/(I+N) level (DL) : Menghitung area yang terliputi oleh SINR
(Signal-to-Interference plus Noise Ratio) downlink. SINR adalah
perbandingan antara daya sinyal dengan daya noise ditambah interferensi
yang dipancarkan oleh sel lain.
- Coverage by C/(I+N) level (UL) : Menghitung area yang terliputi oleh SINR
(Signal-to-Interference plus Noise Ratio) uplink.
Nominal Keterangan
16 dB s/d 30 dB Good
1 dB s/d 15 dB Normal
-10 dB s/d 0 dB Bad
Sumber ( 4G handbook)
31
Penelitian yang dilakukan ( Frans Risky J, P, 2014 ) pada jurnal nya yang
berjudul “Analisis perancangan jaringan Long Term Evolution (LTE) di wilayah
kota Banda Aceh dengan Fractional Frequency Reuse sebagai manajemen
interferensi” yaitu perencanaan berdasarkan kapasitas dan cakupan. hasil analisis
33
keluaran berupa kebutuhan throughput untuk wilayah kota Banda Aceh sebesar
402,567 Mbps, dengan estimasi jumlah pelanggan LTE sebanyak 11.857 User.
Dan fractional frequency reuse (FFR) lebih baik daripada teknik manajemen
interferensi lain dalam mengatasi noise + interference