Anda di halaman 1dari 13

ASUHAN KEPERAWATAN

“ PRURITUS “

OLEH KELOMPOK 1 :

 YUNITA (PK 115 017 067)


 VIKA PUSPITA SARI (PK 115 017 039)
 MOH. ZULFIKAR (PK 115 017 055)
 MOH. RIZKY SYAMSUDDIN (PK 115 017 024)
 MUKDIANTO MAHADJU (PK 115 017 025)
 ALFADANDI (PK 115 017 003)

SEMESTER V

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN INDONESIA JAYA PALU


PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
TAHUN AJARAN 2019
A. DEFINISI
Pruritus (gatal) merupakan ketidaknyamanan utama sampai tingkat ringan
atau berat pada inflamasi kulit (Long, BC, 1996)
Pruritus (gatal-gatal) merupakan salah satu dari sejumlah keluhan yang
paling sering dijumpai pada gangguan dermatologik yang menimbulkan
gangguan rasa nyaman dan perubahan integritas kulit jika pasien
meresponnya dengan garukan (Brunner dan Suddarth, 2002)
Pruritus adalah gejala dari berbagai penyakit kulit, baik lesi primer
maupun lesi sekunder, meskipun ada pruritus yang ditimbulkan akibat faktor
sistemik non-lesi kulit. Pruritus yang tidak disertai kelainan kulit disebut
pruritus esensial (pruritus sine materi) (Djuanda A., 2007)
Jadi, pruritus (gatal) merupakan salah satu dari sejumlah keluhan yang
paling sering dijumpai pada gangguan dermatologik dengan sensasi tidak
menyenangkan di kulit yang menimbulkan keinginan untuk menggaruk.
Pruritus yang hebat menyebabkan pasien menggaruk kulit lebih dalam dan
lama, sehingga kadang kulit bisa sampai berdarah karena sensasi nyeri
ditoleransi lebih baik daripada rasa gatal.
Klasifikasi pruritus berdasarkan patofisiologinya dibagi menjadi 4
kategori, yaitu:

1. Gatal pruritoseptif adalah gatal yang berasal dari kulit dan terjadi akibat
adanya pruritogen, seperti kulit yang kering, terjadi inflamasi, serta
terjadi kerusakan kulit.
2. Gatal neuropatik adalah gatal yang terjadi akibat terdapat lesi di jaras
aferen penghantaran impuls, seperti neuralgia dan gangguan
serebrovaskuler.
3. Gatal neurogenik adalah gatal yang berasal dari pusat (sentral) tanpa
disertai keadaan patologis. Contohnya adalah sumbatan kantung empedu
yang akan meningkatkan kadar senyawa opioid yang akan memicu
timbulnya pruritus.
4. Gatal psikogenik adalah gatal yang cenderung ditimbulkan akibat
aktivitas psikologis dan kebiasaan berulang. Misalnya, ketakutan
terhadap parasit (parasitofobia) dapat menyebabkan sensasi gatal.
(Twycross R et al, 2003)

B. ETIOLOGI
Pruritus dapat disebabkan oleh factor eksogen atau endogen.
1. Eksogen, misalnya dermatitis kontakiritan (pakaian, logam, benda asing),
dermatitis kontak allergen (makanan, karet, pewangi, perhiasan, balsem,
sabun mandi), rangsangan oleh ektoparasit (serangga, tungau, skabies,
pedikulus, larva migrans) atau factor lingkungan yang membuat kulit
lembab atau kering.
2. Endogen, misalnya reaksi obat atau penyakit sistemik seperti gangguan
ginjal, gangguan metabolik (DM, hipertiroidisme, dan hipotiroidisme),
dan stress psikologis yang menyebabkan meningkatnya sensitivitas
respon imun. Seringkali kausa secara klinis belum diketahui. (Moscella,
1986)
Pruritus dapat disebabkan oleh berbagai macam gangguan. Secara umum,
penyebab pruritus dapat diklasifikasikan menjadi lima golongan, yaitu:
1. Pruritus local
Pruritus local adalah pruritus yang terbatas pada area tertentu di tubuh.
Penyebabnya beragam, Beberapa Penyebab Pruritus Lokal:
 Kulit kepala: Seborrhoeic dermatitis, kuturambut
 Punggung: Notalgia paraesthetica
 Lengan: Brachioradial pruritus
 Tangan: Dermatitis tangan, dll
2. Gangguan sistemik
Beberapa gangguan sistemik penyebab pruritus :
 Gangguan ginjal seperti Gagal ginjal kronik.
 Gangguan hati seperti Obstruksi biliarisintrahepatika atau
ekstrahepatika.
 Endokrin/Metabolik seperti Diabetes, hipertiroidisme,
Hipoparatiroidisme, dan Myxoedema.
 Gangguan pada Darah Defisiensi seng (anemia), Polycythaemia,
Leukimialimfatik, dan Hodgkin's disease.
3. Gangguan pada kulit
Penyebab pruritus yang berasal dari gangguan kulit sangat beragam.
Beberapa diantaranya, yaitu dermatitis kontak, kulit kering,
prurigonodularis, urtikaria, psoriasis, dermatitis atopic, folikulitis, kutu,
scabies, miliaria, dan sunburn.
4. Pajanan terhadap factor tertentu
Pajanan kulit terhadap beberapa factor, baik berasal dari luar maupun
dalam dapat menyebabkan pruritus. Faktor yang dimaksud adalah
allergen atau bentuk iritan lainnya, urtikariafisikal, awuagenic pruritus,
serangga, dan obat-obatan tertentu (topical maupun sistemik; contoh:
opioid, aspirin).
5. Hormonal
2% dari wanita hamil menderita pruritus tanpa adanya gangguan
dermatologic. Pruritus gravidarum diinduksi oleh estrogen dan terkadang
terdapat hubungan dengan kolestasis. Pruritus terutama terjadi pada
trimester ketiga kehamilan, dimulai pada abdomen atau badan, kemudian
menjadi generalisata. Ada kalanya pruritus disertai dengan anoreksi,
nausea, dan muntah. Pruritus akan menghilang setelah penderita
melahirkan. Ikterus kolestasis timbul setelah penderita mengalami
pruritus 2-4 minggu. Ikterus dan pruritus disebabkan oleh karena terdapat
garam empedu di dalam kulit. Selain itu, pruritus juga menjadi gejala
umum terjadi menopause. Setidaknya 50% orang berumur 70 tahun atau
lebih mengalami pruritus. Kelainan kulit yang menyebabkan pruritus,
seperti scabies, pemphigoid nodularis, atau eczema grade rendah perlu
dipertimbangkan selain gangguan sistemik seperti kolestasis
ataupungagalginjal. Pada sebagian besar kasus pruritus spontan,
penyebab pruritus pada lansia adalah kekeringan kulit akibat penuaan
kulit. Pruritus pada lansia berespon baik terhadap pengobatan emollient.

C. PATOFISIOLOGI
Pruritus merupakan salahsatu dari sejumlah keluhan yang paling sering
dijumpai pada gangguan dermatologic yang menimbulkan gangguan
dermatologic yang menimbulkan gangguan rasa nyaman dan perubahan
integritas kulit jika pasien meresponnya dengan garukan. Reseptor rasa gatal
tidak bermielin, mempunyai ujung saraf mirip sikat (peniciate) yang hanya
ditemukan dalam kulit, membrane mukosa dan kornea (Sher, 1992).
Garukan menyebabkan terjadinya inflamasi sel dan pelepasan histamine
oleh ujung saraf yang memperberat gejala pruritus yang selanjutnya
menghasilkan lingkaran setan rasa gatal dan menggaruk. Meskipun pruritus
biasanya disebabkan oleh penyakit kulit yang primer dengan terjadinya ruam
atau lesi sebagai akibatnya, namun keadaan ini bias timbul tanpa manifestasi
kulit apapun. Keadaan ini disebut sebagai esensial yang umumnya memiliki
awitan yang cepat, bias berat dan menganggu aktivitas hidup sehari-hari yang
normal.
Prutitus merupakan sistom kutan yang memprovokasi keinginan untuk
menggaruk dan merupakan gejala yang mendasari banyak gangguan.
Merupakan modifikasi rasa nyeri tapi kurang dapat ditolerir. Hanya terjadi
pada kulit, jaringan mukosa tertentu dan mata. Daerah yang paling sering
sensitif terhadap gatal ialah lubang hidung, hubungan mukokutaneus, telinga
luar, perineum.
Salah satu penyebab pruritus adalah kulit kering, kadang-kadang akibat
mandi yang berlebihan, terutama terlalu banyak busa, yang pengaruhnya bisa
menimbulkan kekeringan. Penyebab umum dari gatal adalah kulit kering,
yang mengiritasi kulit : plastik kaca fiber, wol, produk tanaman, serangga,
reaksi obat ireaksi psikogenis, penyakit kulit : inflamasi, dermatitis, penyakit
infeksi, penyakit sistemik : penyakit kandung empedu obstruktif, uremi,
diabetes melitus, neoplasia : penyakit hodgin, leukemia, limfoma.
Faktor yang menambah intensitas gatal adalah vasodilatasi, anoksia
jaringan dan sirkulasi statis. Pruritus memicu respon motoris untuk
menggaruk. Orang dengan gatal intensif dapat mengupas kulit tergali
sampai ke dalam kulit dengan kuku untuk mengurangi rasa gatal. Orang
dengan gatal yang menyeluruh akan tampak dengan gerakan yang konstan
menekuk-nekukan anggota badan, menggosok-gosok dan menggaruk-
garuk.
Seperti rasa sakit,rasa gatal timbul akibat aktivitas ujung-ujung saraf
sensorik diperbatasan dermis dan epidermis. Menurut Bickfoard ada dua
jenis respon terhadap stimulus rasa gatal.
a) Rasa gatal setempat (spontanius itch)
Yaitu rasa gatal yang timbul sesudah stimulus dan masa laten,rasa
gatal ini cepat hilang.
b) Rasa gatal difus (itchy skin)
Rasa gatal timbul sesudah stimulus,berikutnya dan meluas
kesekitarnya. (Long, B.C, 1996 : 612).
PATHWAY

Faktor Eksogen Mengakibatkan iritasi


(Dermatitis kontak rangsangan ektoparasit kulit / peradangan
:serangga, tengau, skabies, pedukulus, Faktor Endogen
larva migrans, factor lingkungan yang Reaksiobat / penyakit
membuat kulit lembab / kering Mengakibatkan iritasi
kulit / peradangan
Kontak langsung dengan kulit
Pelepasan histamine
Kulit terjadi ekskeriasi linier, selama peradangan
adanya papula-papula dan
vesikel

Mengenai jari-jari, siku,


pergelangan tangan, dada, alat
kelamin, jaringan mukosa

Timbul rasa gatal (pruntus)

Memicu saraf motorik untuk


menggaruk

Kerusakan garukan dengan kuku

Terjadi ulserasi pada Kerusakan jaringan Kecacatan


Kerusakan pelindungan kulit
mukosa hidung kulit kulit

Penurunan imunitas terhadap Edema mukosa dan Nyeri akut Gangguan


mikroorganisme hilangnya kerja silia
citra tubuh

Resti infeksi Bersihan jalan


napas
tidak efektif

(Doenges, M.E, dkk, 1999 : 804-823, Price, SA dan Wilson, LM, 1991 : 498-500),
Corwin Elizabeth J, 2000 : 595)
D. MANIFESTASI KLINIS
Menurut Brunner dan Suddarth (2000), manifestasiklinis pruritus adalah
1. Garukan, sering lebih hebat pada malam hari.
Pruritus secara khas akan menyebabkan pasien mengaruk yang
biasanya dilakukan semakin intensif pada malam hari. Pruritus tidak
sering dilaporkan pada saat terjaga karena perhatian pasien teralih pada
aktivitas sehari-hari. Pada malam hari dimana hal-hal yang bias
mengalihkan perhatian hanyalah sedikit, keadaan pruritus yang ringan
sekalipun tidak mudah diabaikan.
2. Ekskoriasi, kemerahan, area penonjolan pada kulit.
Pada garukan akut dapat menimbulkan urtikaria, sedangkan pada
garukan kronik dapat menimbulkan perdarahan kutan dan likenifikasi
(hasil dari aktivitas menggaruk yang dilakukan secara terus menerus
dengan plak yang menebal). Apabila garukan dilakukan dengan
menggunakan kuku dapat menyebabkan ekskoriasi linear pada kulit dan
laserasi pada kukunya sendiri.
3. Rasa gatal yang hebat dapat menyebabkan ketidakmampuan pada
individu dan menganggu penampilan pasien. Dalam beberapa kasus,
gatal yang terjadi biasanya disertai dengan nyeri dan sensasi terbakar.

E. KOMPLIKASI
Bila skabies tidak diobati selama beberapa minggu atau bulan, dapat
timbul dermatitis akibat garukan. Erupsi dapat berbentuk impetigo, ektima,
sellulitis, limfangitis, dan furunkel. Infeksi bakteri pada bayi dan anak kecil
yang diserang scabies dapat menimbulkan komplikasi pada ginjal. Dermatitis
iritan dapat timbul karena penggunaan preparat anti skabies yang berlebihan,
baik pada terapi awal ataupun pemakaian yang terlalu sering.
F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Hitung darah lengkap (CBC) mendeteksi apakah klien mengalami alergi
yang menyebabkan rasa gatal jika dimana disini akan mengalami
peningkatan jumlah eosinofil yang kadar normalnya 1-3% dari leukosit.
2. BUN dan kreatinin serum untuk mendeteksi apakah gatal yang dirasakan
kliena adalah gangguan ginjal yang meyebabakan meningkatnya kadar
urea yang membuat kulit menjadi gatal
3. Biopsi kulit yaitu melihat kulit dibawah mikroskop untuk mengetahui
jika terinfeksi oleh bakteri atau jamur yang membuat rasa gatal.

G. PENATALAKSANAAN
Pada gatal yang tergeneralisasi dan terjadi hampir di seluruh tubuh,
pasien sebaiknya tetap dalam keadaan tubuh yang dingin dan menghindari
udara panas. Hindari konsumsi alcohol dan makanan yang pedas. Penggunaan
menthol secara topikal dapat menimbulkan sensasi dingin melalui persarafan
reseptor TPR nosiseptor dan dapat menekan terjadinya gatal.
Penatalaksanaan pruritus sangat bergantung pada penyebab rasa gatal itu
sendiri. Sementara pemeriksaan untuk mencari penyebab pruritus dilakukan,
terdapat beberapa cara untuk mengatasi rasa gatal sehingga menimbulkan
perasaan lega pada penderita, yaitu:
1. Penatalaksanaan secara medis :
a. Pengobatan topical:
 Losion calamine. Losion ini tidak dapat digunakan pada kulit
yang kering dan memiliki batasan waktu dalam pemakaiannya
karena mengandung phenols.
 Losion menthol/camphor yang berfungsi untuk memberikan
sensasi dingin.
 Pemakaian emmolient yang teratur, terutama jika kulit kering.
 Kortikosteroid topical sedang untuk periode waktu yang pendek.
Kortikosteroid secara topikal maupun sistemik cenderung tidak
menimbulkan efek anti pruritus dan jika efek anti pruritus
terlihat, maka ini lebih disebabkan penekanan efek inflamasi.
 Anti histamin topical sebaiknya tidak digunakan karena dapat
mensensitisasi kulit dan menimbulkan alergi dermatitis kontak.
b. Medikasi Oral
Pengobatan dengan medikasi oral mungkin diperlukan, jika rasa
gatal cukup parah dan menyebabkan tidur terganggu:
 Aspirin: efektif pada pruritus yang disebabkan oleh mediator
kininatau prostaglandin, tapi dapat memperburuk rasa gatal pada
beberapa pasien.
 Doxepin atau amitriptyline: antidepresan trisiklik dengan anti
pruritus yang efektif. Antidepresan tetrasiklik dapat membantu
rasa gatal yang lebih parah.
 Antihistamin:.Antihistamin memiliki efek yang kurang baik,
kecuali pada pruritus yang dicetuksan terutama akibat aksi
histamin. Contohnya adala hurtikaria. Antihistamin yang tidak
mengandung penenang memiliki anti pruritus. Antihistamin
penenang dapat digunakan karena efek penenangnya tersebut
 Thalidomide terbukti ampuh mengatasi prurigo nodular dan
beberapa jenis pruritus kronik.
2. Penatalaksanaan secara keperawatan :
Upaya lain yang berguna untuk menghindari pruritus, diantaranya
mencegah faktor pengendap, seperti pakaian yang kasar, terlalu panas,
dan yang menyebabkan vasodilatasi jika dapat menimbulkan rasa gatal
(misalnya Kafein, alcohol, makanan pedas). Jika kebutuhan untuk
menggaruk tidak tertahankan, maka gosok atau garuk area yang
bersangkutan dengan telapak tangan.
Untuk gatal ringan dengan penyebab yang tidak membahayakan
seperti kulit kering, dapat dilakukan penanganansen diri berupa:
a. Mengoleskan pelembab kulit berulang kali sepanjang hari dan segera
setelah mandi.
b. Mandi rendam dengan air hangat suam-suam kuku
c. Tidak mandi terlalu sering dengan air berkadar kaporit tinggi.
d. Kamar tidur harus bersih, sejuk dan lembab
e. Mengenakan pakaian yang tidak mengiritasi kulit seperti katun dan
sutra, menghindari bahan wol serta bahan sintesis yang tidak
menyerap keringat.
f. Menghindari konsumsi kafein, alkohol, rempah-rempah, air panas
dan keringat berlebihan.
g. Menghindari hal-hal yang telah diketahui merupakan penyebab
gatal.
h. Menjaga hygiene pribadi dan lingkungan.
i. Mencegah komplikasi akibat garukan dengan jalan memotong kuku.

H. PENCEGAHAN
Berikut ini adalah beberapa hal yang dilakukan untuk mencegah pruritus.
1. Hindari Sumber Pruritus
Salah satu hal yang dapat dilakukan untuk mencegah pruritus adalah
dengan menghindari sumber pruritus, seperti, infeksi bakteri atau jamur,
serta gigitan dan sengatan dari serangga.
2. Hindari Sinar Matahari
Hal lain yang dapat dilakukan untuk mencegah pruritus adalah
dengan menghindari paparan sinar matahari langsung. Pasalnya, sinar
matahari langsung bias menyebabkan kulit kering. Apabila kulit
mengalami kekeringan, pruritus akan lebih mudah menyerang.
3. Gunakan Losion Kulit
Menggunakan losion untuk kulit juga menjadi salahsatu cara
mencegah pruritus. Penggunaan losion berfungsi untuk membuat kulit
tetap lembab dan terhindar dari rasa gatal.
4. Hindari Sumber Alergi
Mencegah pruritus dapat dilakukan dengan cara menghindari sumber
alergi (alergen). Reaksi alergi pada kulit dapat timbul dari berbagai
sumber, seperti zat kimia, serbuk bunga, dan lain-lain.
5. Gunakan Krim Anti-gatal
Apabila kamu sudah merasakan gatal yang konstan dan dalam waktu
yang lama, tidak ada salahnya untuk menggunakan krim anti-gatal.
DAFTAR PUSTAKA

https://www.academia.edu./36244498/ASKEP_PRURITUS
https://id.scribd.com/doc/295091083/LP-ASKEP-PRURITUS
https://id.scribd.com/document/326214398/Askep-Pruritus
https://id.scribd.com/doc/123075360/Pathway-Pruritus

Anda mungkin juga menyukai