Dosen Pengampu :
DR. C. Ambar Pujiharjanto, MS.
DRA. Sri Isworo Ediningsih, MM.
Disusun Oleh :
Dwayne duduk sambil berpikir yang harus ia lakukan setelah pensiun dini, ia tahu
dirinya perlu melakukan beberapa perubahan struktur investasi portofolionya. Karena
selama bekerja hanya focus pada sains, pengetahuan mengenai pemilihan saham dan
manajemen portofolio terbatas. Dwayne ingin belajar, ia lakukan ketika bertemu
brokernya Jonathan Price. Dwayne memperoleh gelar “Research 5 Scientist” dan salah
satu manfaat yang diterimanya adalah diberi opsi saham. Saat ini, saham Pharmacopia
(PCU) diperdagangkan pada harga $30 per lembar. Perusahaan memiliki penjualan
tahunan lebih dari $5 miliar.
B. Permasalahan
3. Bagaiamana logika dari tingkat imbal hasil yang diharapkan (required rate of return)
yang digunakan Jonathan dan bagaimana ia mengetimasikannya?
4. “Apa variasi lain dari DDM yang dapat kita gunakan dan mengapa?” Dwayne
bertanya. Bagaimana tanggapan Jonathan?
5. “Mengapa Anda menggunakan dividen dan bukan laba per saham, Jonathan?”
Dwayne bertanya. Menurut Anda, apa yang akan dikatakan Jonathan?
6. Dwayne berpikir apakan saham preferen (prefered stock) Pharmacopia merupakan
investasi yang lebih baik daripada saham biasa, karena membayar dividen sebesar $
1,50 dan diperdagangkan pada harga $ 15. Ia meminta Jonathan untuk memberikan
penjelasan sifat-sifat saham istimewa, bagaimana sifat-sifat tersebut berbeda dengan
daham biasa dan obligasi korporasi, dan metode yang dapat digunakan untuk
mengestimasi nilainya.
Tabel 1
Pharmachopia Company
Data Keuangan Penting untuk Periode 10 tahun Terakhir
(dalam $ juta kecuali Laba per Saham dan Dividen per Saham)
Beta 1,1
Imbal hasil obligasi pemerintah berjangka waktu 30 5,1%
tahun
Ekspektasi premium risiko pasar 9,0%
Rata-rata tingkat pertumbuhan industry 10,0%
1. Bagaimana Jonathan menjelaskan logika dari model diskon dividen (Dividen Discount
Model – DDM) dan menunjukkan kegunaannya dalam perhitungan harga saham biasa?
Jawaban: DDM adalalah sebuah prosedur untuk menilai harga saham dengan dividen
yang telah diprediksi dan mendiskonnya kembali pada nilai saat ini.
Tahun 1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 TO
TAL
DPS 0.60 0.64 0.80 0.88 0.96 1.00 1.04 1.02 0.98 0.94
(Discount Rate - Dividend Growth Rate) = 15% - 5,44% = 9,56% atau 0,0956
Estimasi deviden
𝐷𝑡 = 𝐷0(1+𝑔)
Dt = 0,60 (1+0,0544)
Dt = 0,60 (1,0544)
Dt = 0,633
Value of stock
=0,633/(15%-5,44% )
=0,633/9,56
=$0,066
Berdasarkan perhitungan diatas, harga saham biasanya adalah $0,066
2. Sebagai peneliti, Dwayne bertanya kepada Jonathan satu pertanyaan kunci, “Bagaimana
Anda memperkirakan tingkat pertumbuhan yang digunakan dalam model tersebut?”
Dengan menggunakan data yg disajikan pada Tabel 1 dan 2, jelaskan bagaimana
Jonathan menanggapi pertanyaan tersebut.
Tahun 1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 TOTAL
DPS 0.60 0.64 0.80 0.88 0.96 1.00 1.04 1.02 0.98 0.94
Jawaban:
Sebagai investor kita menginginkan premi karena menanggung risiko, yaitu makin tinggi
tingkat risiko suatu efek, pengembalian yang diharapkan semakin tinggi. Tingkat risiko
setiap saham seharusnya dinilai pengaruhnya pada tingkat risiko portofolio yang
dimilikinya.
Jenis risiko ini akan dilihat oleh CAPM (Capital Asset Pricing Model) yang menjelaskan
hubungan antara risiko dengan tingkat pengembalian. Menurut CAPM, tingkat risiko
saham yang relevan merupakan kontribusinya pada tingkat risiko portofolio yang
terdiversifikasi dengan baik. Capital Asset Pricing Model berimplikasi bahwa premiun
risiko dari sembarang aset individu atau portofolio adalah hasil kali dari risk premium
pada portofolio pasar dan koefisien beta.
4. “Apa variasi lain dari DDM yang dapat kita gunakan dan mengapa?” Dwayne bertanya.
Bagaimana tanggapan Jonathan?
Jawaban:
Ada varian lain dari DDM yaitu tingkat pertumbuhan konstan dan variabel (tingkat
pertumbuhan tidak konstan) yang disebut 2-step method. Tapi dalam kasus ini, kita hanya
perlu menggunakan tingkat pertumbuhan tidak konstan.
5. “Mengapa Anda menggunakan dividen dan bukan laba per saham, Jonathan?” Dwayne
bertanya. Menurut Anda, apa yang akan dikatakan Jonathan?
Jawaban:
Secara sederhana, dividen adalah bagian dari keuntungan perusahaan yang dibagikan
kepada pemegang saham. Sebagai investor yang membeli suatu saham, kita tentunya
mengharapkan perusahaan tersebut mengalami keuntungan (laba) yang besar. Jika
perusahaan membukukan laba yang besar, perusahaan dapat membagikan laba tersebut
kepada pemegang sahamnya dalam bentuk dividen.
Laba per saham dapat dilihat dari laporan keuangan secara langsung atau dapat dihitung
berdasarkan laporan neraca dan laporan rugi laba perusahaan. Meskipun laba yang
diperoleh dari tahun ke tahun mengalami peningkatan, sehingga laba per saham juga
semakin besar namun belum tentu akan membagikan dividen yang besar pula kepada para
pemegang saham. Laba yang didapat oleh perusahaan nantinya akan ditentukan dalam
RUPS untuk pengambilan keputusan akan dibagikan atau ditahan untuk menambah
modal.
Adapun rumus yang digunakan bila menggunakan laba per saham adalah:
Jawaban:
Saham preferen lebih beroerientasi ekonomi, tidak punya hak voting. Seperti obligasi,
pemegang saham preferen menerima dividen tetap yang harus dibayarkan sebelum
dividen dibayarkan kepada pemegang saham biasa. Bila suatu saat perusahaan bangkrut,
maka pemilik saham preferen akan dibayar lebih dahulu dibandingkan dengan pemilik
saham biasa, tetapi setelah pembayaran utang-utang perusahaan.
Jadi dapat disimpulkan perbedaan antara saham preferen dengan saham biasa:
1. Pada saham biasa mendapatkan hak untuk memilih direksi dan kebijakan tertentu,
sedangkan preferen tidak (kecuali dalam situasi tertentu).
2. Deviden pada saham biasa tergantung kinerja perusahaan, kalau baik mereka akan
medapatkan keuntungan setimpal, bigitupun sebaliknya. Tapi untuk saham preferen
sudah ditetapkan devidennya.
3. Jika perusahaan gulung tikar atau dilikuidasi, dalam hal pengembalian investasi,
pemegang saham preferenlah yang diutamakan dibandingkan dengan pemegang
saham biasa.
4. Pada pemegang saham biasa diberi hak untuk memesan kembali, sehingga dapat
memelihara proporsi kepemilikan perusahaan, kalau preferen tidak.
D
Vp = kp
D= $1.50
Vp= $15
D
Vp = kp
$1.50
$15 = kp
$1.50
Kp= = 0,1 = 10%
$15
Sebaiknya Dwayne memilih saham biasa karena expected rate return saham biasa adalah
15% dan lebih besar daripada expected rate return saham preferen sebesar 10%
E. Rekomendasi
DDM yang dapat digunakan yaitu tingkat pertumbuhan konstan, tingkat
pertumbuhan tidak konstan (variabel) dan tingkat pertumbuhan non-konstan
(supernormal), tetapi dalam kasus Dwayne ini hanya diperlukan DDM tingkat
pertumbuhan tidak konstan di karenakan dividen per saham Pharmacopia naik-turun
secara tidak konstan. Biasanya hanya dividen per saham yang digunaakan dalam
pehitungan saham biasa, itulah sebabnya lebih memilih untuk menggunakan dividen
daripada laba per saham. Jadi Dwayne dapat mengetahui harga saham dipasar itu
seharusnya $0,066. Jika memilih saham preferen atau saham biasa, sebaiknya Dwayne
memilih saham biasa karena expected rate return saham biasa adalah 15% dan lebih besar
daripada expected rate return saham preferen sebesar 10%. Meski terjadi penurunan di
Pharmacopia, Dwayne seharusnya tetap bertahan hingga harga kembali naik, karena
Pharmacopia merupakan perusahaan besar serta bisnisnya sudah berada dalam keadaan
mature dan secara historis deviden yang dibagikan cukup konsisten, baik jumlah maupun
pertumbuhannya.