Anda di halaman 1dari 15

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Periode setelah melahirkan juga disebut dengan periode postpartum,


merupakan masa enam minggu sejak bayi lahir sampai saat organ-organ
reproduksi kembali seperti semula (Bobak, 2005). Pada priode ini merupakan
masa transisi bagi ibu karena banyak terjadi perubahan, baik secara fisik,
psikologis, emosional dan sosial (Baston & Hall, 2013).
Perubahan pada pasca persalinan ini merupakan tantangan bagi ibu dan
keluarga yang memerlukan proses adaptasi atau penyesuaian yang dapat
menimbulkan respon emosi yang berbeda-beda pada setiap ibu (Sinta, 2011).
Tidak semua ibu bahagia menjalani perannya, mereka justru merasakan hal
yang sebaliknya seperti timbulnya perasaan sedih, cemas, kemurungan,
kehilangan nafsu makan, gangguan tidur dan terkadang tidak peduli dengan
bayinya, jika keadaan ini terjadi secara terus menerus dan tidak segera diatasi
maka ibu akan jatuh pada keadaan depresi (Bobak 2005).
Menurut Jarvis (2011), depresi adalah merupakan gangguan mood, perasaan
sedih, kecewa yang menetap dan menjadi sangat buruk yang dapat
mengganggu kehidupan. Sedangkan depresi postpartum adalah depresi yang
terjadi pada ibu pasca melahirkan yang ditandai dengan kecemasan, serangan
panik, kelelahan, perasaan menyalahkan diri dan
merasa tidak mampu mengurus bayinya (Litter, 2010). Depresi postpartum
merupakan masalah yang serius dari baby blues yang dapat terjadi lebih dari
dua minggu yang menimbulkan dampak yang merugikan baik pada ibu, bayi
dan keluarga. Ibu yang mengalami depresi akan beresiko untuk melakukan
bunuh diri dan membunuh bayinya, bayi dari ibu yang mengalami depresi
postpartum menunjukkan prilaku yang rewel serta memiliki kemampuan
intelektual yang rendah dan depresi postpartum juga akan menimbulkan
dampak yang merugikan pada keluarga karena tidak adanya keharmonisan
dalam keluarga (Soep, 2011).
Menurut Beck, C.T (2008) dalam Lynna & Joan, (2013) mengemukakan
terdapat banyak faktor resiko ibu mengalami depresi postpartum diantaranya
seperti : depresi pada masa kehamilan, ketidaksiapan merawat anak, stress
kehidupan, kecemasan pada masa kehamilan, kurangnya dukungan sosial,
riwayat depresi sebelumnya, tempramen bayi, maternity blues, harga diri
rendah status sosial ekonomi yang rendah, serta kehamilan yang tidak
diinginkan atau tidak direncanakan.
Data dari WHO (2008) mencatat prevalensi gangguan depresi secara umum
dalam populasi dunia adalah 3-8 % dengan 50% kasus terjadi pada usia
produktif yaitu 20-50 tahun. WHO juga menyatakan bahwa gangguan depresi
ini mengenai sekitar 20% wanita dan 12% laki-laki pada suatu waktu
kehidupan (Hutagaol 2010). Sementara prevalensi depresi postpartum di
Negara-negara Asia cukup tinggi dan bervariasi antara 26- 85 % dari wanita
pasca persalinan (Munawaroh, 2008).
Berdasarkan hasil dari Center For Disiase Control and Prevention (CDC)
prevalensi depresi postpartum berkisar antara 11,7%-20,4% pada tahun 2004-
2005. Pada tahun 2010 penelitian yang dilakukan oleh Osaka di jepang
prevalensi depresi postpartum adalah sebanyak 13,8% (simanjuntak, 2005).
Selanjutnya penelitian yang dilakukan oleh Klainin & Athur (2009)
melaporkan di Malaysia tahun 1995 jumlah ibu yang mengalami depresi nifas
sebanyak 3,9 % dan pada tahun 2009 jumlah ibu yang mengalami depresi
nifas adalah sebanyak 63,3 %.
Di Indonesia beberapa penelitian sudah dilakukan tentang depresi postpartum
diantaranya penelitian yang dilakukan oleh Elvira (2007) dalam Nazra (2009),
di RS. Hasan Sadikin Bandung mencatat 33% ibu bersalin mengalami depresi
dan di RSUP Cipto Mangunkusumo Jakarta mencatat 37,3% ibu mengalami
depresi postpartum selanjutnya penelitian yang dilakukan Soep (2009) di
RSU dr. Pringadi Medan mencatat 54,55% ibu pasca melahirkan mengalami
depresi postpartum. Hingga kini angka kejadian depresi postpartum di
Indonesia belum dapat diketahui secara pasti dikarenakan belum adanya
lembaga terkait yang melakukan penelitian terhadap kasus ini serta sistem
pencatatan dan pelaporan yang belum lengkap.
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Vijayalakshmi, (2013) mengenai
prevalensi depresi postpartum di RS Pundapur terhadap 60 orang ibu nifas
ditemukan hubungan yang signifikan antara tingkatan depresi dengan
dukungan sosial.
Selanjutnya penelitian yang dilakukan oleh Idel, (2013) tentang faktor yang
berhubungan dengan tingkat depresi pada ibu postpartum di RSIA Siti
Fatimah Makasar melaporkan hasil penelitiannya dari 32 orang responden
terdapat 13 orang ibu mengalami depresi ringan, 14 orang mengalami depresi
sedang dan 2 orang mengalami depresi berat dan ada hubungan yang
signifikan antara dukungan sosial (suami) dan status ekonomi terhadap
tingkat depresi ibu postpartum.
Selanjutnya hasil penelitian yang dilakukan oleh El- hacheem dkk, (2014) di
Lebanon yang berjudul identifikasi awal terhadap perempuan dengan resiko
depresi postpartum menggunakan Edinburgh Postnatal Depression Scale
didapatkan dari 228 responden dan 31,1 % ibu mengalami depresi
postpartum.
Pada periode transisi menjadi ibu banyak hal yang perlu dipersiapkan agar ibu
tidak merasa terbebani dengan kelahiran buah hatinya sehingga ibu siap untuk
merawat dan membesarkan anak, adanya dukungan yang diberikan oleh
keluarga terutama suami akan mengurangi kerisauan, kekecewaan, ketakutan,
kepanikan yang mungkin akan timbul setelah melahirkan (Urbayatun,2012)
ditambah oleh pendapat yang dinyatakan oleh Andry dalam Idel (2013) yang
menyatakan bahwa keadaan ekonomi sangat berhubungan dengan depresi
postpartum dimana keluarga harus mempunyai kesiapan secara finansial
karena setelah priode pasca melahirkan akan banyak kebutuhan-kebutuhan
yang akan dipenuhi. Bila ibu tidak mampu beradaptasi dan melewati fase-fase
dengan baik dan
ibu tidak mendapatkan dukungan dari keluarga maka ibu akan mengalami
stres berkepanjangan yang menyebabkan ibu menjadi depresi (Litter, 2010).
Berdasarkan data yang peneliti dapatkan dari Dinas Kesehatan Kota Padang
pada tahun 2014 didapatkan komulatif kunjungan nifas lengkap sebanyak 15
909 orang dan Puskesmas Lubuk Buaya merupakan Puskesmas yang
memiliki kunjungan nifas tertinggi yaitu sebanyak 1970 ibu nifas pada tahun
2014. Selanjutnya pada tahun 2015 jumlah ibu nifas di puskesmas Lubuk
Buaya adalah sebanyak1882 ibu nifas dengan jumlah persalinan pada tahun
2015 adalah sebanyak 1902 orang.
Hasil pengambilan data awal yang peneliti lakukan di Puskesmas Lubuk
Buaya, terdapat 6 Kelurahan yang menjadi wilayah kerja Puskesmas Lubuk
Buaya dan didapatkan jumlah ibu bersalin rata- rata 27 orang perbulannya.
Hasil observasi langsung terlihat di Puskesmas Lubuk Buaya belum maksimal
melakukan pelayanan terhadap psikologis ibu, pelayanan diberikan hanya
berfokus pada pemenuhan kebutuhan fisik saja.
Pada survey pendahuluan yang peneliti lakukan pada tanggal 29 November
2015 di Puskesmas Lubuk Buaya didapatkan 3 dari 8 ibu postpartum
mengatakan merasa bingung, cemas, kelelahan, kurang tidur, mudah marah
serta merasa malas menyusui bayinya serta merasa tidak mampu mengurus
anaknya mereka juga mengatakan bahwa mereka kurang mendapatkan
perhatian dan bantuan dari suami dikarenakan suami sibuk berkerja dan suami
jarang ikut serta menemani ibu untuk
memeriksakan kesehatan ibu dan anak mereka ke Puskesmas atau ke fasilitas
kesehatan lainya.
Berdasarkan uraian-uraian di atas dan fenomena yang ada maka peneliti
tertarik untuk meneliti dan melihat lebih jauh lagi tentang Apakah ada
hubungan antara dukungan suami dan status ekonomi dengan kejadian depresi
postpartum pada ibu nifas di wilayah kerja puskesmas Lubuk Buaya kota
Padang.
B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas maka masalah penelitian dapat dirumuskan


yaitu “ Apakah ada hubungan antara dukungan suami dan status ekonomi
dengan kejadian depresi postpartum pada ibu nifas di wilayah kerja
puskesmas Lubuk Buaya Kota Padang ?
C. Tujuan penelitian

1. Tujuan umum

Tujuan umum penelitian ini adalah diketahuinya hubungan dukungan suami


dan status ekonomi dengan kejadian depresi postpartum pada ibu nifas di
wilayah kerja puskesmas Lubuk Buaya Kota Padangtahun 2016.
2. Tujuan khusus

a. Diketahui distribusi frekuensi dukungan suami di wilayah kerja puskesmas


Lubuk Buaya Kota Padang tahun 2016.
b. Diketahui distribusi frekuensi status ekonomi di wilayah kerja puskesmas
Lubuk Buaya Kota Padang tahun 2016.

c. Diketahui distribusi frekuensi kejadian depresi postpartum di wilayah kerja


puskesmas Lubuk Buaya Kota Padang tahun 2016.

d. Diketahui hubungan dukungan suami dengan kejadian depresi postpartum


pada ibu nifas di wilayah kerja puskesmas Lubuk Buaya Kota Padang tahun
2016.

e. Diketahui hubungan status ekonomi dengan kejadian depresi postpartum


pada ibu nifas di wilayah kerja puskesmas Lubuk Buaya Kota Padang tahun
2016.

D. Manfaat penelitian

1. Bagi Perkembangan Ilmu Keperawatan

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi tambahan sumber ilmu pengetahuan


di bidang keperawatan, khususnya keperawatan maternitas yang dapat
dikembangkan dalam proses pembelajaran mengenai depresi postpartum.
2. Bagi Institusi Pelayanan

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan dan informasi bagi


puskesmas untuk lebih mengkaji lagi aspek psikologis sehingga dapat
mendeteksi secara dini agar ibu tidak jatuh kemasalah psikologis yang lebih
berat.
3. Bagi Responden

Penelitian ini diharapkan memberikan informasi bagi ibu dan suami untuk
dapat mengenali gejala yang berkaitan dengan depresi postpartum.
4. Bagi Peneliti selanjutnya

Untuk dapat menambah wawasan dan acuan serta tambahan informasi bagi
peneliti lain yang ingin meneliti dalam bidang maternitas khususnya tentang
depresi postpartum.
ISSN: 2303-1395 E-JURNAL MEDIKA, VOL. 5 NO.7, JULI, 2016

1 http://ojs.unud.ac.id/index.php/eum

PREVALENSI DAN FAKTOR RISIKO DEPRESI POSTPARTUM DI


KOTA DENPASAR MENGGUNAKAN EDINBURGH POSTNATAL
DEPRESSION SCALE
I Komang Prayoga Ariguna Dira1, Anak Ayu Sri Wahyuni2
1Fakultas Kedokteran Universitas Udayana
2Bagian/SMF Ilmu Kedokteran Jiwa Fakultas Kedokteran Universitas
Udayana/Rumah Sakit Umum Pusat Sanglah, Denpasar.
Email: prayogaariguna@gmail.com
ABSTRAK
Latar belakang dan tujuan: Periode kehamilan dan melahirkan merupakan
periode kehidupan yang penuh dengan potensi stres. Seorang wanita dalam
periode kehamilan dan periode postpartum cenderung mengalami stres yang
cukup besar karena keterbatasan kondisi fisik yang membuatnya harus
membatasi aktivitas dan mengalami proses adaptasi menjadi seorang ibu.
Periode ini memiliki potensi terjadinya depresi postpartum. Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui prevalensi serta faktor risiko yang mempengaruhi
depresi postpartum pada ibu yang melahirkan di kota Denpasar. Metode:
Subjek penelitian adalah 44 ibu yang melahirkan di Rumah Sakit Umum
Sanglah Denpasar, Puskesmas Pembantu Dauh Puri dan bidan praktek swasta
di kota Denpasar. Penelitian ini menggunakan alat skrining Edinburgh
Postnatal Depression Scale (EPDS). Data dianalisa dengan statistical product
and service solution (SPSS). Hasil: Prevalensi depresi postpartum di kota
denpasar menggunakan skoring EPDS sebanyak 9 ibu (20,5%). Sebanyak 4
ibu (9,1%) membutuhkan pemantuan ekstra. Faktor resiko yang didapat
dalam penelitian ini adalah riwayat pendidikan ibu yang rendah, primipara,
umur,memiliki riwayat anak meninggal dan kehamilan tidak diharapkan.
Simpulan: Prevalensi depresi postpartum dikota Denpasar berdasarkan skor
EPDS adalah 20,5%.
Kata kunci: depresi postpartum, ibu melahirkan, dan EPDS.
ABSTRACT
Background and purpose: The period of pregnancy and childbirth is a
period of life that is full of potential stress. A woman in the period of
pregnancy and the postpartum period are likely to experience considerable
stress because of physical limitations of the conditions that make it have to
restrict activities and undergo a process of adaptation to be a mother so that it
could potentially happen in the period of postpartum depression. This study
aims to determine how the prevalence and the factors that influence
postpartum depression in mothers who gave birth in Denpasar. Methods:
Subjects were 44 mothers who gave birth in Sanglah General Hospital,
Puskesmas Pembantu Dauh Puri and midwife in private practice in the city of
Denpasar. This study used screening tools Edinburgh Postnatal Depression
Scale (EPDS). Data were analyzed with the data processing program
statistical product and service solution (SPSS). Results: The prevalence of
postpartum depression in Denpasar using the EPDS is 9 mothers (20.5%). 4
mothers (9.1%) requiring extra supporting. Risk factors obtained in this study
is a history of low maternal education, primiparity, maternal age, have a
history of children died and unwanted pregnancy. Conclusion: The
prevalence of postpartum depression in Denpasar based on EPDS scores was
20.5%.
Keywords: postpartum depression, maternal, and EPDS.
PENDAHULUAN
Periode kehamilan dan melahirkan merupakan periode kehidupanyang penuh
dengan stres. Seorang perempuan dalam periode kehamilan dan periode
postpartum cenderung mengalami stres yang cukup besar karena keterbatasan
kondisi fisik yang membuatnya harus membatasi aktivitas dan mengalami
proses adaptasi menjadi seorang ibu sehingga pada periode ini berpotensi
terjadi depresi postpartum. Depresi postpartum adalah gangguan ISSN: 2303-
1395 E-JURNAL MEDIKA, VOL. 5 NO.7, JULI, 2016
2 http://ojs.unud.ac.id/index.php/eum
mood yang terjadi setelah melahirkan.1 Depresi postpartum merupakan
masalah yang sering ditemukan dan merupakan gangguan mood nonpsikotik
yang biasanya terjadi 6-8 minggu setelah melahirkan.2 Beberapa literatur lain
menyebutkan depresi postpartum terjadi 4-6 minggu setelah melahirkan.
Karakteristik depresi postpartum adalah perasaan depresi, kecemasan yang
berlebihan, insomnia, dan perubahan berat badan.3
Angka insiden depresi postpartum adalah 1 sampai 2 per 1000 kelahiran.
sekitar 50 sampai 60% perempuan yang mengalami depresi postpartum saat
mereka memiliki anak pertama, dan sekitar 50% perempuan yang mengalami
postpartum mempunyai riwayat keluarga gangguan mood.3 Faktor risiko
yang berpotensi menjadi depresi postpartum: faktor sosiodemografi, faktor
obsetri, dan faktor marital.2
Motzfeldt mengatakan angka prevalensi depresi postpartum secara global
antara 10-15%.4 Di negara-negara seperti Singapura, Malta, Malaysia,
Austria dan Denmark, ada sedikit laporan tentang depresi postpartum.
sedangkan di negara-negara lain seperti Brazil, Guyana, Kosta Rika, Italia,
Chili, Afrika Selatan, Taiwan, dan Korea laporan tentang gejala depresi
postpartum sangat lazim. Menurut penelitian yang dilakukan Chandran, et al.
kepada 359 perempuan di daerah Tamil Nadu di India, didapat insiden depresi
postpartum 11% (95% CI 7,1 - 14,9).4 Pendapatan rendah, kelahiran seorang
anak yang sangat diinginkan, kesulitan hubungan dengan ibu mertua dan
orang tua, peristiwa hidup yang merugikan selama kehamilan dan kurangnya
bantuan fisik merupakan faktor risiko untuk terjadinya depresi postpartum.5
Chandran menyebutkan prevalensi depresi postpartum di Arab 15,8%, di
Afrika Selatan 34,7%, di Cina 11,2%, di Jepang 17%.5 Menurut penelitian
yang dilakukan Cindy di kanada 8% menunjukkan gejala depresi selama 12
minggu dalam periode postpartum.6
Menurut Gausia et al, salah satu penyebab terjadinya depresi postpartum
adalah kemiskinan, hubungan yang tidak baik dengan ibu mertua, melahirkan
bayi dengan jenis kelamin perempuan, kehamilan yang tidak terencana,
kerentanan terhadap gejala psikiatri, bayi yang dirawat dirumah sakit, suami
yang tidak bekerja serta perselisihan yang serius dengan salah satu anggota
keluarga. Survei diatas dilakukan dinegara berkembang (India dan Pakistan)
yang masih mempunyai pengaruh adat istiadat yang kuat.2
Depresi postpartum bukan saja berdampak besar kepada keadaan ibu tetapi
juga terhadap anak. Sulitnya interaksi antara ibu yang sedang mengalami
depresi dengan anaknya meningkatkan risiko gangguan tingkah laku dan
gangguan kognitif anak bahkan dapat membahayakan anak. Oleh sebab efek
tersebut, alat skrining untuk diagnosis awal sangatlah penting.7
METODOLOGI
Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian deskriftif cross-sectional
non-eksperimental, dengan pengambilan data melalui wawancara secara
langsung dengan menggunakan sarana kuesioner. Penelitian ini dilakukan di
Rumah Sakit Umum Sanglah Denpasar, Puskesmas Pembantu Dauh Puri dan
bidan praktek swasta di kota Denpasar selama kurun waktu 2 bulan.
Pada penelitian ini menggunakan 44 orang sampel melebihi 1 orang dari total
minimal sampel.
Kriteria inklusi yang digunakan dalam penelitian ini adalah ibu yang
melahirkan di di Rumah Sakit Umum Sanglah Denpasar, UPT Puskesmas
Denpasar Selatan/BKIA Pekambingan dan bidan praktek swasta di kota
Denpasar, yang mampu berkomunikasi secara verbal dan bersedia menjadi
responden. Tahap pertama dimulai dengan pengambilan data ibu yang pernah
melahirkan di Rumah Sakit Umum Sanglah Denpasar, Puskesmas Pembantu
Dauh Puri dan bidan praktek swasta di kota Denpasar. Tahap kedua
melakukan kunjungan rumah ke ibu yang melahirkan di Rumah Sakit Umum
Sanglah Denpasar,Puskesmas Pembantu Dauh Puri dan bidan praktek swasta
di kota Denpasar yang datanya sudah diperoleh sebelumnya. Diakhiri dengan
tahap analisis data yang telah diperoleh.
Alat Skrining
Alat skrining depresi yang ideal seharusnya memiliki nilai sensivitas
(mengidenfikasi semua kasus depresi) yang tinggi, nilai spesifitas
(mengidentifikasi depresi dan bukan penyakit yang lain) yang tinggi. Di
penelitian ini menggunakan alat skrining EPDS.
Edinburgh Postnatal Depression Scale (EPDS) adalah kuisioner 10 item yang
mudah dijalankan, dan merupakan alat skrining yang efektif. Setiap
pertanyaan mempunyai nilai dari 1-3. EPDS digunakan spesifik untuk
menskrining depresi postpartum secara internasional. Perempuan yang
mendapatkan nilai 10 atau lebih atau mempunyai pikiran untuk membahayan
diri sendiri maka diperlukan wawancara lebih lanjut untuk melihat gejala dan
menentukan diagnosis. Perempuan yang memiliki gejala depresi tanpa adanya
ide bunuh diri dan gangguan fungsi mayor atau mempunyai nilai EPDS antara
5-9 harus dievaluasi kembali 2-4 minggu.7 ISSN: 2303-1395 E-JURNAL
MEDIKA, VOL. 5 NO.7, JULI, 2016
3 http://ojs.unud.ac.id/index.php/eum
HASIL
Prevalensi Depresi Postpartum dan Karakteristik Dasar Sampel
Penelitian ini mengenai prevalensi dan faktor-faktor yang
mempengaruhi depresi postpartum pada ibu melahirkan di kota
denpasar. Pada penelitian ini didapatkan ibu melahirkan yang
memenuhi kriteria inklusi dan dijadikan sampel sebanyak 44 orang.
Dari sampel yang didapatkan usia rata-rata ibu melahirkan 29.1 (s.d.
5,4, range 18-41)
Pada Tabel 1. terlihat sebagian besar ibu merupakan ibu rumah
tangga 23 (52,3%), Sedangkan ibu yang bekerja sebagai pegawai
negeri sipil 3 (6,8%), Pegawai swasta 9 (20,5%), dan lainnya 9
(20,5%). Untuk pendidikan terakhir ibu, sebanyak 4 ibu adalah
tamatan SD (9,1%), tamatan SMP sebanyak 3 orang (6,8%), tamatan
SMA sebanyak 21 orang (47,7%), dan sarjana 16 orang (36,4%).
Tabel 1. n
Karakteriks
tik ibu
berdasarka
n usia,
pekerjaan,
dan
pendidikan
terakhir
Variabel
Umur 29,1 (5,4)
(mean
(s.d.))
Pekerjaan 23 (52,3)
(n (%)) 9 (20,5)
Ibu Rumah 3 (6,8)
Tangga 9 (20,5)
Pegawai
Swasta
Pegawai
Negeri
Sipil
Lainnya
Pendidika 4 (9,1)
n Terakhir 3 (6,8)
(n (%)) 21 (47,7)
SD 16 (36,4)
SMP
SMA
Sarjana

Anda mungkin juga menyukai