PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Instalasi Sterilisasi Sentral (ISS) adalah suatu bagian pelayanan penunjang medis yang ada di
rumah sakit untuk memberikan pelayanan sterilisasi pada seluruh unit pelayanan yang memerlukan
bahan atau alat steril secara terpusat yang bertujuan memelihara efektivitas secara akurat terhadap
proses pembersihan, desinfeksi, dan sterilisasi dan memberikan kontribusi dalam pendidikan di Rumah
Sakit yang terkait dengan pengendalian infeksi.
Instalasi Sterilisasi Sentral Rumah Sakit Umum Mitra Delima selalu berusaha mengembangkan diri
dan menyesuaikan dengan perkembangan ilmu kesehatan dan kedokteran, dengan cara meningkatkan
sumber daya manusia dan melengkapi sarana prasarana sesuai dengan kebutuhan, sehingga tujuan di
atas dapat tercapai dengan maksimal.
B. Tujuan
Tujuan Umum
Untuk meningkatkan mutu pelayanan sterilisasi bahan dan alat medis guna menekan kejadian infeksi di
rumah sakit.
Tujuan Khusus
1. Sebagai pedoman dalam memberikan pelayanan pusat sterilisasi di rumah sakit.
2. Untuk mengadakan dan pengawasan dan kontrol mutu terhadap hasil sterilisasi.
3. Sebagai sebuah panduan kerja bagi tenaga pelaksana dalam memberikan pelayanan pusat sterilisasi
E. Landasan Hukum
1. Undang-Undang Nomor 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit.
2. Undang-Undang Nomor 36 tahun 2009 tentang Kesehaan.
3. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1204/MENKES/SK/X/2004 tentang
Persyaratan Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit.
4. Pedoman Instalasi Pusat Sterilisasi Rumah Sakit Kelas B, Departemen Kesehatan Republik Indonesia
tahun 2004.
5. Pedoman Instalasi Pusat Sterilisasi (CSSD) di Rumah Sakit, Departemen Kesehatan Republik
Indonesia tahun 2009.
BAB II
STANDAR KETENAGAAN
B. Distribusi ketenagaan
Kepala Instalasi Sterilisasi Sentral membawahi Koordinator Dekontaminasi dan Produksi dan
Koordinator Sterilisasi, Quality Control dan Distribusi. Instalasi Sterilisasi Sentral terdiri dari 7 (tujuh)
orang sesuai dengan Pedoman Pengorganisasian Instalasi Seterilisasi Sentral. Sehingga kebutuhan
tenaga di Instalasi Seterilisasi Sentral masih kurang 3 orang yaitu di bagian pelaksana dekontaminasi
dan produksi 1 orang dan bagian Sterilisasi, Quality Control dan distribusi 2 orang.
C. Pengaturan jaga
Instalasi Seterilisasi Sentral Rumah Sakit Umum Mitra Delima memberikan pelayanan selama 3
shift dalam 7 hari. Pembagian petugas diatur menjadi 3 shift, yaitu pagi, sore dan malam . Petugas pagi
sebanyak 3 orang (termasuk kepala ISS), petugas sore dan malam hari sebanyak 2 orang per shift.
BAB III
STANDAR FASILITAS
A. Denah ruang
B. Standar fasilitas
Sarana fisik dan peralatan di sterilisasi sentral sangat mempengaruhi efisiensi kerja dan
pelayanan di sterilisasi sentral rumah sakit. Dalam merencanakan sarana fisik, dan peralatannya,
sebaiknya melibatkan staf sterilisasi sentral. Mengingat sterilisasi sentral merupakan jantung rumah
sakit dimana tugas pokok sterilisasi sentral adalah menerima alat atau bahan medik dari semua unit-
unti di rumah sakit untuk kemudian di proses menjadi alat atau bahan medik dalam kondisi steril dan
selanjutnya mendistribusikan kepada unit lain yang membutuhkan kondisi steril, maka dalam
menentukan lokasi sterilisasi sentral perlu diperhatikan.
1. Bangunan
Pembangunan Instalasi Pusat Sterilisasi harus sesuai dengan kebutuhan bangunan pada saat
ini sera kemungkinan perluasan sarana pelayanan dimasa datang dan didesain menurut tipe /
kapasitas rumah sakit dengan ketentuan untuk rumah sakit.
Untuk Instalasi Sterilisasi Sentral di Rumah Sakit Umum Mitra Delima memiliki luas bangunan 3
meter x 6 meter = 18 m2 dengan 121 TT
Ruang pelayanan belum cukup untuk seluruh kegiatan pelayanan sterilisasi. Ruang proses
produksi (pengemasan) dan penyimpanan alat masih menjadi satu. Belum ada ruang serah terima
alat. Ruangan penempatan mesin steril masih belum cukup luas sehingga belum bisa untuk
penyelenggaraan sterilisasi yang optimal. Belum terdapat juga ruang distribusi alat.
2. Lokasi
Lokasi Instalasi Sterilisasi Sentral di Rumah Sakit Umum Mitra Delima terpisah dengan pemakai alat
atau bahan steril terbesar di rumah sakit yaitu Instalasi Kamar Operasi. Pemilihan atau penetapan
lokasi yang tepat berdampak pada efisiensi kerja dan meningkatkan pengendalian infeksi, yaitu
dengan meminimumkan risiko terjadinya kontaminasi silang serta mengurangi lalu lintas
transportasi alat steril.
3. Peralatan
Kebutuhan peratan sangat penting guna tercapainya pelayanan yang baik. Ketersedian
peralatan Instalasi Sterilisasi Sentral di RSU. Mitra Delima disesuaikan dengan tipe kelas dan
kebutuhan Rumah sakit sesuai persyaratan yang berlaku. Peralatan yang di miliki di Instalasi
Sterilisasi Sentral RSU. Mitra Delima sebagai berikut:
a. Mesin sterilisasi panas kering/ memert (2 buah),
b. mesin sterilisasi autoclave tipe vertikal,
c. mesin sealer pouces,
d. set alat washer manual.
e. Perlengkapan APD
Peralatan yang belum ada sesuai persyaratan menurut tipe kelas Rumah sakit adalah mesin
dryheat, mesin disinfektan washer, mesin pengering slang, ETT DLL, Mesin ethylene oxide, mesin
ultra sonic washer.
BAB IV
TATA LAKSANA PELAYANAN
Instalasi Sterilisasi Sentral (ISS) melayani semua unit di rumah sakit yang membutuhkan
kondisi steril. Dalam melaksanakan tugas sehari-hari selalu berhubungan dengan :
Bagian laundry
Instalasi pemeliharaan sarana
Instalasi farmasi
Instalasi laboratorium
Sanitasi
Perlengkapan / logistik
Rawat inap, rawat jalan, IKO, IGD dan lain-lain.
Dalam pelayanan tersebut Instalasi Sterilisasi Sentral mempunyai tata laksana pelayanan sebagai berikut;
I. TATA LAKSANA
A. Perencanaan
Perencanaan instrumen medis, bahan habis pakai, (kasa, kapas, dan lain-lain) dan linen maupun
bahan re-use dilakukan oleh Instalasi Sterilisasi Sentral, dalam rencana anggaran tahunan
disesuaikan dengan kebutuhan unit-unit pelayanan.
o Data inventaris instrumen medis atau bahan habis pakai atau linen.
o Standar instrumen medis atau bahan habis pakai atau linen tiap unit.
o Data kebutuhan instrumen medis atau bahan habis pakai atau linen steril selama setahun.
o Pemakaian instrumen medis atau bahan habis pakai atau linen dalam proses sterilisasi.
o Data kerusakan alat dan kebutuhan penggantian atau penambahan peralatan / bahan baru.
Perencanaan disusun setiap tahun sekali oleh Kepala Instalasi Sterilisasi Sentral melalui rencana
anggaran belanja tahunan
B. Pengadaan
Pengadaan instrumen medis atau bahan habis pakai atau linen dilakukan berdasarkan perencanaan
yang telah disusun oleh Instalasi Sterilisasi Sentral dan diajukan dalam RKA Tahunan. Pengadaan
dilakukan oleh tim Pengadaan Rumah Sakit berdasarkan RKA yang telah disetujui.
Di Rumah Sakit Umum Mitra Delima, untuk Dekontaminasi awal atau pre cleaning dilakukan di
unit pemakai sebelum dibawa ke Instalasi Sterilisasi Sentral. Peralatan terlebih dahulu direndam
menggunakan larutan sterilizym dengan perbandingan 2 tutup untuk 5 liter air bersih yang
kemudian dilakukan perendaman selama 10 –15 menit dan pengiriman peralatan kotor yang
telah dibersihkan (pre-cleaning) ke Instalasi Sterilisasi Sentral harus dalam kontainer tertutup.
Khusus unit pemakai Instalasi Kamar Operasi (IKO), pre-cleaning dilakukan di Instalasi Sterilisasi
Sentral, hal ini dikarenakan spoolhok IKO masih bergabung dengan ruang Pembersihan dan
Dekontaminasi alat di ISS. Sehingga proses pengolahan peralatan di IKO sebagai berikut; alat
kotor setelah digunakan langsung diletakkan di baskom berisi larutan sterilizym, setelah operasi
selesei baskom berisi alat langsung dibawah ke ISS melalui koridor penghubung antara IKO
dengan ISS.
2. Pembuangan Limbah
Limbah atau pembuangan harus dipisahkan dari alat-alat pakai ulang ditempat pemakaian,
diidentifikasi dan dibuang menurut kebijakan Rumah Sakit yang mengacu pada peraturan
pemerintah.
3. Mencuci/Cleaning
Semua alat-alat pakai ulang harus dicuci hingga benar-benar bersih sebelum didensifeksi atau di
sterilkan.
D. Pengemasan
Yang dimaksud pengemasan adalah proses membungkus, mengemas, dan menampung alat-alat yang
dipakai ulang untuk disterilisasi, penyimpanan dan pemakaian berikutnya. Bahan kemasan sterilisasi
adalah semua material yang tersedia, yang didesain untuk keamanan hasil sterilisasi. Tujuan
pengemasan adalah untuk berperan terhadap keamanan dan efektivitas perawatan pasien yang
merupakan tanggung jawab utama pusat sterilisasi.
Ada 3 prinsip dasar pengemasan yang harus diperhatikan :
o Sterilan harus dapat menyerap dengan baik ke seluruh permukaan kemasan dan isinya.
o Harus dapat menjaga sterilitas isinya, hingga kemasan dibuka.
o Harus mudah dibuka dan isinya mudah diambil tanpa menyebabkan isinya
terkontaminasi.
Pengemasan di Instalasi Sterilisasi Sentral Rumah Sakit Umum Mitra Delima dilakukan dengan
menggunakan 3 cara :
1. Kemasan kombinasi kertas plastik (pouches), untuk bahan atau alat yang berukuran tidak
terlalu besar. Kemasan telah dilengkapi dengan indikator kimia pada setiap tepinya.
2. Kemasan linen, digunakan untuk membungkus linen steril, bak instrument yang berukuran
besar, atau bak kontainer untuk set alat yang banyak dan panjang.
E. Pemberian tanda
Pemberian tanda adalah prosedur yang harus dilakukan sebelum alat atau bahan yang akan
disterilkan masuk ke dalam mesin sterilisasi. Pemberian tanda ini meliputi :
o Pemberian label, yang berisi data isi kemasan (jenis alat), nama user, nama petugas, tanggal
penyeterilan, tanggal kedaluwarsa.
o pemberian tanda indikator kimia eksternal (autoclave tape) untuk memastikan apakah
kemasan telah dilakukan proses sterilisasi di dalam mesin sterilisasi.
o Pemberian tanda indikator internal (stripe atau starigage) untuk memastikan apakah
mesin telah melakukakan paparan pada permukaan instrumen di dalam kemasan.
F. Metode sterilisasi
Sterilisasi di Rumah Sakit Umum Mitra Delima dilakukan dengan cara sebagaimana berikut:
1. Sterilisasi Panas Kering :
Proses sterilisasi terjadi melalui mekanisme konduksi panas, dimana panas akan diabsorsi oleh
permukaan luar dari alat yang disterilkan lalu merabat kebagian dalam permukaan sampai pada
akhirnya suhu untuk sterilisasi tercapai. Sterilisasi panas kering biasa digunakan untuk alat-alat
atau bahan dimana steam tidak dapat berpenetrasi secara mudah atau untuk peralatan
terbuat dari kaca. Pada sterilisasi panas kering pembunuhan mikroorganisme terjadi melalui
proses oksidasi sampai terjadi keogulasi protein sel. Sterilisasi dengan cara ini di pergunakan
untuk peralatan logam dan kaca tahan panas. Metode ini memerlukan waktu yang lebih lama
dengan suhu yang lebih tinggi.
a. Pemanasan udara panas dihasilkan melalui mekanisme listrik dan disirkulasikan pada
chember.
b. Periode plateau (sterilisasi) suhu proses sterilisasi pada chember.
c. Pada saat seluruh chember memiliki suhu yang sama maka berakhirlah fase
equilibrium dan dimulai fase holding time atau sterilisasi.
d. Pendinginan chamber dilakukan dengan mensirkulasikan udara dingin dan terfiltrasi ke
dalam chember.
a. Dapat mensterilkan beberapa jenis bahan yang tidak dapat ditembus steam seperti
serbuk kering dan bahan minyak.
b. Tidak memiliki sifat korosif pada logam.
c. Melalui mekanisme kondkusi dapat mencapai seluruh permukaan alat yang tidak dapat
di bongkar pasang.
Salah satu upaya pencegahan infeksi nosokomial di rumah sakit adalah melalui proses sterilisasi
yang efektif. Salah satu metode sterilisasi yang paling efisien dan efektif adalah melalui sterilisasi
uap. Uap dapat membunuh mikroorganisme melalui denaturasi dan keagulasi sel protein secara
irreversible. Untuk dapat menghasilkan barang yang steril maka perlakuan pre sterilisasi
(dekontaminasi dan pembersihan yang baik, pengemasan yang baik) dan pasca sterilisasi
(penyimpanan) perlu diperhatikan. Jadi proses kesempurnaan proses sterilisasi uap tergantung
pada proses pengurangan jumlah mikroorganisme sebelum sterilisasi pembersihan yang baik
dan mencegah terjadinya rekontaminasi sebelum digunakan.
Keberhasilan sterilisasi dengan metode ini ditentukan pula oleh penataan barang yang benar
dalam mesin, sehingga memudahkan proses pengosongan udara dari chember, selanjutnya
steam mudah berpenetrasi ke dalam kemasan, dan mencegah terbentuknya kondensat
berlebihan yang menyebabkan terjadinya kemasan basah. Kemasan linen sebaiknya diposisikan
secara vertikal untuk memudahkan uap berpenetrasi pada kemasan dan memudahkan
pengosongan udara. Pengisian chember mesin dengan barang sebaiknya tidak melebihi
75% kapasitas chember. Demikian pula barang-barang steril hanya boleh ditangani setelah
mengalami pendinginan secara sempurna. Pada saat proses pendinginan, barang steril tidak
boleh diletakan pada permukaan logam karena akan terjadi proses kondensasi pada barang
sehingga terjadi rekontaminasi. Load berisi barang steril harus disimpan dalam rak kawat sampai
dingin.
G. Penyimpanan
Alat atau bahan steril disimpan dalam lemari yang tidak sering dijamah, suhu sejuk dan kering dan
tidak lembab (syarat kelembaban berkisar 45 - 75%). Alat digunakan kembali dengan mengikuti
prinsip FIFO (First in first out), dimana alat yang lebih dahulu disterilkan, dipakai terlebih dahulu. Alat
yang dibugkus dalam kemasan pauches (Medipack) dan dalam penyimpanan yang optimal, dapat
dianggap tetap steril selama kemasan masih rapih, sehingga satu tahun, sesuai hasil kultur yang
pernah dilakukan Rumah Sakit Umum Mitra Delima. Namun apabila ragu akan sterilitas
kemasan, harus dilakukan sterilisasi ulang sebelum dipakai, dan alat yang tidak dibungkus harus
segera digunakan segera setelah dikeluarkan.
H. Distribusi
Distribusi bahan atau alat medis steril dari Instalasi Sterilisasi Sentral ke unit pelayanan dilakukan
dengan menggunakan troli steanless tertutup. Distribusi bahan atau alat steril dilakukan melalui
loket peminjaman bahan atau alat medis steril, pada jam pengambilan yang telah ditentukan, yaitu
pukul 07.00 – 21.00 wib. Pada unit unit khusus seperti IKO, IGD, ICU jika memerlukan alat medis
steril di atas jam 21.00 atau hari libur ada petugas jaga on call 24 jam. Distribusi alat atau instrumen
kotor dari unit pelayanan ke Instalasi Sterilisasi Sentral dengan menggunakan box plastik tertutup
khusus instrumen kotor, dan diserahkan di loket Instalasi Sterilisasi Sentral khusus penerimaan
barang kotor. Setiap kegiatan serah terima baik bahan atau alat medis steril maupun alat medis kotor,
harus dilakukan pencatatan pada buku ekspedisi, dan di tanda tangani oleh petugas unit pelayanan
dan petugas Instalasi Sterilisasi Sentral.
Pe Produk Steril
Instrument mi
lah
an Penyimpanan
BMHP (Kasa)
III. TATA LAKSANA MONITORING DAN EVALUASI MUTU HASIL STERILISASI Tujuan pelayanan sterilisasi
adalah untuk menyediakan produk bahan/alat medis yang steril, namun bukan hanya menghasilkan
barang-barang yang steril. Sterilan harus ada jaminan dapat mensterilkan bahan/alat yang telah
disterilkan benar-benar steril. Untuk menjamin sterilitas alat/bahan diperlukan mekanisme yang
ketat.
1. Indukator Mekanik.
Yaitu bagian-bagian dari proses sterilisator, seperti indikator suhu, waktu maupun tekanan yang
menunjukan bahwa alat bekerja dengan baik.
2. Indikator Kimia
Yaitu indikator yang menandai terjadinya paparan sterilisasi pada obyek yang disterilkan
dengan adanya perubahan warna.
Ada 2 macam :
a. Indikator kimia eksternal : pada bagian luar kemasan, berfungsi untuk memberikan bukti
visual bahawa benda atau alat sudah melawati proses sterilisasi, dan sebagai segel dan
pengaman kemasan. Aakan tetapi tidak membuktikan adanya penetrasi sterilan ke dalam
ke dalam bagian dalam kemasan.
b. Indikator internal : di letakan pada setiap kemasan atau bagian kemasan yang paling sulit
di capai sterilan. Perubahan warna menunjukan kemasan telah melawati proses sterilisasi.
3. Indikator Biologi.
Yaitu berupa sediaan berisi populasi mikroorganisme spesifik dalam bentuk spora yang bersifat
resisten terhadap beberapa parameter yang terkontrol dan terukur dalam proses sterilisasi
tertentu. Prinsip kerjanya adalah mensterilkan spora hidup yang non pathogenik dan
resisten dalam jumlah tertentu. Jika pada akhir proses, spora itu mati, dapat diasumsikan
bahwa benda lain yang kita sterilkan telah steril juga.
Di Rumah Sakit Umum Mitra Delima dilakukan monitoring mutu akhir sterilisasi dengan
menggunakan indikator kimiawi eksternal dan internal. Dan secara periodik setiap enam
bulan sekali dilakukan pemeriksaan kultur mikrobiologi terhadap hasil sterilisasi untuk
menilai mutu akhir dan menentukan masa kedaluwarsa bahan steril dalam penyimpanannya.
BAB V
LOGISTIK
Tabel 5.2 Daftar Infentaris Alat instrumen Set di Instalasi Seterilisasi Sentral
No Nama Alat JML Kondisi Alat Pemakaian alat Ket.
SET Baik Rusak Hilang Layak Tidak
layak
1 Set Linen Operasi 15 10 5
A. Pengertian
Keselamatan pasien adalah suatu sistem dimana rumah sakit membuat asuhan pasien lebih
aman. Hal ini termasuk asessmen risiko, identifikasi dan pengelolaan hal yang berisiko dengan
pasien. Pelaporan dan analisis insiden, kemampuan belajar dari insiden dan tindak lanjut serta
implementasinya solusi untuk meminimalkan timbulnya risiko. Sedangkan insiden keselamtan
pasien adalah setiap kejadian atau situasi yang dapat mengakibatkan atau berpotensi
mengakibatkan insident (penyakit, cidera, cacat, kematian dan lain-lain) yang tidak seharusnya
terjadi.
B. Tujuan
Tujuan sistem ini adalah untuk mencegah terjadinya cidera yang disebabkan oleh kesalahan akibat
melaksanakan suatu tindakan atau tidak mengambil tindakan yang seharusnya diambil. Selain itu
sistem keselamatan pasien ini mempunyai tujuan agar supaya tercipta budaya keselamatan pasien di
rumah sakit, meningkatkan akuntabilitas rumah sakit terhadap pasien dan masyrakat, menurunnya
kejadian tidak diharapkan di rumah sakit dan terlaksananya program-program pencegahan sehingga
tidak terjadi pengulangan kejadian tidak diharapkan.
Dalam melaksanakan keselamata pasien terdapat tujuh langkah menuju Keselamatan Pasien
Rumah Sakit.
1. Hak pasien
2. Mendidik pasien dan keluarga
3. Keselamatan pasien dan kesinambungan pelayanan
4. Penggunaan metode-metode peningkatan kinerja untuk melakukan evaluasi dan program
peningkatan keselamatan pasien.
5. Peran kepemimpinan dalam meningkatkan keselamatan pasien.
6. Mendidik karyawan tentang keselamatan pasien.
7. Komunikasi yang merupakan kunci bagi karyawan untuk mencapai keselamatan pasien.
1. Menetapkan unit kerja yang bertanggung jawab mengelola program Keselamatan Pasien
Rumah Sakit.
2. Menyusun program keselamatan pasien rumah sakit jangkah pendek 1-2 tahun.
3. Mensosialisasikan konsep dan program keselamatan pasien rumah sakit.
4. Mengadakan pelatihan keselamatan pasien rumah sakit bagi jajaran manajemen dan
karyawan.
5. Menetapkan sistem pelaporan insiden (peristiwa keselamatan pasien)
6. Menerapkan tujuh langkah menuju keselamatan pasien rumah sakit seperti tersebut diatas.
7. Menerapkan standar keselamatan pasien rumah sakit (seperti tersebut diatas) dan
melakukan self asessment dengan instrumen akreditasi pelayanan keselamatan pasien rumah
sakit.
8. Program khusus keselamatan pasien rumah sakit.
9. Mengevaluasi secara periodik pelaksanaan program keselamatan pasien rumah sakit dan
kejadian tidak diharapkan.
Sasaran Keselamatan Pasien Instalasi Sterilisasi Sentral di Rumah Sakit Umum Mitra Delima
KESELAMAT KERJA
Undang-Undang Nomor 36 tahun 2009 pasal 164 ayat 1 menyatakan bahwa upaya
keselamatan kerja ditujukan untuk melindungi pekerja agar hidup sehat dan terbebas dari gangguan
kesehatan serta pengaruh buruk yang diakibatkan oleh pekerjaan. Rumah sakit adalah tempat kerja
yang termasuk dalam kategori seperti disebut diatas, berarti wajib menerapkan upaya keselamatan
dan kesehatan kerja. Program keselamatan dan kesehatan kerja di tim pendidikan pasien dan keluarga
bertujuan melindungi karyawan dari kemungkinan terjadinya kecelakaan di dalam dan di luar rumah
sakit.
Dalam Undang-Undang Dasar 1945 pasal 27 ayat (2) disebutkan bahwa “Setiap warga negara
berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan”. Dalam hal ini yang
dimaksud pekerjaan adalah pekerjaan yang bersifat manusiawi, yang memungkinkan pekerja dalam
kondisi sehat dan selamat, bebas dari kecelakaan dan penaykit akibat kerja, sehingga dapat hidup
layak sesuai dengan martabat manusia.
Keselamatan dan kesehatan kerja Rumah Sakit (K3RS) merupakan bagian integral dari
perlindungan terhadap pekerja, dalam hal ini Instalasi Sterilisasi Sentral dan perlindungan terhadap
Rumah Sakit. Pegawai adalah bagian integral dari rumah sakit. Jaminan kesehatan dan keselamatan kerja
akan meningkatkan produktivitas pegawai dan meningkatkan produktivitas rumah sakit.
Undang-Undang No.1 tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja dimaksudkan untuk menjamin
a. Agar pegawai dan setiap orang yang berada di tempat kerja selalu berada dalam keadaan sehat
dan selamat.
b. Agar faktor-faktor produksi dapat dipakai dan digunakan secara efisien.
c. Agar proses produksi dapat berjalan secara lancar tanpa hambatan.
Faktor-faktor yang menimbulkan kecelakaan dan penyakit akibat kerja dapat digolongkan pada tiga
kelompok, yaitu :
Dalam kaitannya dengan kondisi dan lingkungan kerja, kecelakaan dan penyakit akibat kerja dapat
terjadi bila :
Tanggung jawab melaksanakan semua kegiatan secara aman di lingkungan sterilisasi sentral
menjadi tanggung jawab petugas terhadap bahaya yang mungkin terjadi di lingkungan sterilisasi
sentral. Pada dasarnya kecelakaan dapat di timbulkannya. Dengan memperhatikan secara
seksama dan melatih teknik-teknik bekerja secara aman maka risiko terjadinya kecelakaan kerja
dapat diturunkan secara signifikan.
o Segera beri korban minum air atau susu untuk diminum secepat mungkin untuk
pengeceran. Untuk orang dewasa maksimal 250cc sekali minum, untuk anak-anak maksimal
100 ml.
o Kontra indikasi untuk induksi muntah dan pemberian karbon aktif
o Dalam keadaan tertentu, pemasangan pipa lambung yang lembut dan fleksible dapat
dipertimbangkan setelah pengenceran dan pemeriksaan endoskopi.
3. Natrium Hipoklorit
Larutan pemutih pakaian yang biasa digunakan biasanya mengandung bahan aktif Natrium
Hipoklorit (Na OCL) 5-10%. Selain digunakan sebagai pemutih juga digunakan sebagai
densifektan. Pada kosentrasi >20% zat ini bersifat korosif dan bila tertelan akan berbahaya
dan jika kontak dengan asam lambung akan melepaskan asam klorat gas klor bebas dalam
lambung yang apabila terhirup dapat menyebabkan kerusakan paru-paru.
a. Segera beri korban minum air atau susu untuk diminum secepat mungkin untuk
pengeceran. Untuk orang dewasa maksimal 250cc sekali minum, untuk anak-anak maksimal
100 ml.
b. Kontra indikasi untuk induksi muntah dan pemberian karbon aktif
c. Dalam keadaan tertentu, pemasangan pipa lambung yang lembut dan fleksible dapat
dipertimbangkan setelah pengenceran dan pemeriksaan endoskopi.
d. Pengenceran dengan demulsen seperti susu atau antacid.
BAB VIII
PENGENDALIAN MUTU
A. Pengertian
Derajat kesempurnaan pelayanan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat konsumen akan
pelayanan kesehatan yang sesuai dengan standar profesi dan standar pelayanan dengan
menggunakan potensi sumber daya yang tersedia secara wajar, efisien dan efektif serta
diberikan secara aman dan memuaskan sesuai dengan norma etika, hukum sosial budaya
dengan memperhatikan keterbatasan dan kemampuan instansi dan masyarakat konsumen.
B. Tujuan
Tujuan Umum :
Meningkatkan pelayanan kesehatan melalui upaya peningkatan mutu pelayanan secara
efektif dan efisien agar tercapai derajat kesehatan yang optimal.
Tujuan Khusus :
Tercapainya pengendalian mutu pelayanan melalui :
1. Optimalisasi tenaga, sarana dan prasarana.
2. Pemberian pelayanan sesuai dengan standar profesi dan standar pelayanan yang
dilaksanakan secara menyeluruh dan terpadu sesuai dengan kebutuhan pasien.
3. Pemanfaatan teknologi tepat guna, hasil penelitihan dan pengembangan pelayanan
kesehatan.
C. Prinsip Dasar Upaya Pengendalian Mutu Pelayanan
Prinsip dasar upaya pengendalian mutu adalah pemilihan aspek yang akan ditingkatkan dengan
menentapkan indikator, kriteria serta standar yang digunakan untuk mengukur suatu
pelayanan.
Adapun prinsip dasar yang perlu diperhatikan dan ditingkatkan adalah :
1. Keprofesian
2. Efisiensi
3. Keamanan pasien
4. Kepuasan pasien
5. Sarana dan Lingkungan fisik
D. Indikator Mutu Instalasi Sterilisasi Sentral di Rumah Sakit Semen Gresik
1. Insiden Komunikasi yang kurang efektif
Ruang Lingkup : Komunikasi yang dilakukan secara akurat, lengkap,
dimegerti, tidak duplikasi dan tepat kepada penerima informasi
untuk mengurangi kesalahan dan untuk meningkatkan
keselamatan pasien. Komunikasi dapat dilakukan menggunakan
lisan, verbal, atau elektronik.
Kriteria inklusi : Tidak melakukan cuci tangan pada 5 momen cuci tangan
BAB IX
PENUTUP
Pedoman Pelayanan Sterilisasi di Rumah Sakit Umum Mitra Delima di susun sebagai upaya
panduan untuk melakukan kegiatan sehari-hari dalam memberikan pelayanan. Di harapakan
melalui pedoman pelayanan ini dapat tercipta keseragaman pemahaman dan persepsi, dalam
mewujudkan pelayanan Rumah Sakit Umum Mitra Delima yang berkualitas, dengan
pengendalian infeksi nosokomial secara nyata.
Dengan pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi kedokteran, maka tidak
menutup kemungkinan, pedoman yang saat ini berlaku, akan semakin disempurnakan. Oleh
karenanya, terhadap pedoman ini pun akan tetap dilakukan evaluasi secara berkala, agar
diperoleh perkembangan yang terbaru, demi upaya peningkatan mutu pelayanan di Instalasi
Sterilisasi Sentral Rumah Sakit Umum Mitra Delima