Anda di halaman 1dari 2

Bijak Menyikapi Penggunaan Media Sosial

Ini ceritaku saat pernampilan drama bersama teman dari eskul ‘’Teather’’ saat akhir
tahun kelas 6 (Saat itu aku masih kelas 5). Saat itu aku sedang bersiaap-siap,aku kembali
keluar perpustakaan menatap ke arah panggung, masih lama. Aku dan teman-teman
menampilkan drama ‘’Sity Masytoh’’ untuk pentas seni akhir tahun.

Sebenarnya aku bisa mengobrol dengan temanku, tapi topiknya tidak cocok untukku,
karna aku tidak mengetahuinya, mereka sedang membicarakan artis Hollywod kegemaran
mereka. Sebagian dari mereka menyuki Boy Band dari London, yaitu One Direction, aku
juga suka tapi hanya lagunya saja, aku tidak suka personilnya. Kalau mereka?, hmm… jangan
ditanya lagi, mereka suka banget dengan One Direction, dan yang paling mereka sukai yaitu
mengumpulkan informasi tentang artis itu.

Satu lagi yang aku tidak bisa bergabung dengan mereka sedang memegang handphone
mereka masing-masing sambal membuka suatu aplikasi yaitu Whats app dan Instagram, aku
tidak tahu pasti, itulah yang slalu diperbincangkan mereka saat istirahat sekolah, benci sekali
aku dengan itu saat mendengarkannya. Ga bosen apa ya?
‘’Tiba-tiba seseorang menepuk pundakku’’…
‘’Hai kok bengong aja?’’. Tanya Rafly,salah satu temanku
‘’Hmm…nggak kok, lagi bosen aja, kamu gak gabung sama mereka?, ‘’Tanyaku’’ pada Rafly
sambal mengarahkan jari jempolku ke belakang.

Saat aku mengobrol fengan Rafly, tiba-tiba Daffa’ yang juga temanku datng
membawa handphone nya, dia juga termasuk Directioners yang baru saja bubar dari
perbincangan mereka untuk menunggu saatnya tampil. “Penampilan kita masih lama,
mending kita selvie aja yuk, nanti ku post ke Instagram’’, kata Daffa’. Aku dan Rafly setuju.

Beberapa jam kemudian, penampilanku berakhir, diakhiri dengan foto bersama untuk
mengabadikan generasi pertama “Teather AL-Islah’’ (AL-Islah) itu sekolahku. Setelah acara
penampilanku, ada satu lagi yaitu pengumuman anak berprestasi, aku dan teman keluar untuk
mendengarkan dengan seksama siapa rangking satu di kelasku. “Apa aku bisa mengalahkan
Almira?’’. Gumamku dalam hati.

Almira adalah anak perempuan yang paling pintar dikelasku, dan aku juga bisa
dikatakan anak laki-laki paling pintar dikelasku. Namun, aku tak pernah mengalahkan posisi
Almira yang selalu mendapatkan peringkat satu. Setelah dibandingkan nilaiku lebih tinggi,
tetapi nilai tahfidz Almira lebih tinggi. Apa aku bisa mengalahkannya?.
“4 Anas Bin Malik, Rifqy Maulidika!,”Terdengar namaku disebut, serentak teman-temanku
melihatku.
“Kamu hebat Rifqy”. Kata Daffa’
“Ehm… terimakasih!,” kataku. Kemudian aku berlari ke arah Bundaku yang sudah
menungguku di pinggir tangga.
“Selamat ya kak..,” kata Bunda
“Terimakasih Bun..,” kataku sambil tersenyum

Aku bersama Bunda menaiki tangga satu per-satu menuju kelasku.Teman-teman


sudah menunggu di kelas. Setelah masuk, aku mengambil bingkisan yang berisi karyaku dan
hadiah dari guruku, lalu aku mengembalikannya kepada Bunda, aku berjalan menghmpiri
temanku yang sedang melihat piala di meja guru.
“Rifqy, kamu hebat, dapat 2 piala loh!’, kata Izzi.
“Wow!” kataku singkat.

Dirumah…..
“Ternyata Social Media seru juga”, kataku. Kemudian aku menatap handphone pemberian
nenekku yang sudah lama aku tidak mengecasnya. Selama liburan, aku tidak jalan-jalan karna
orang tuaku sibuk. Justru semenjak saat itu aku mulai aktif menggunakan Social Media,
namun aaku hanya aktif di Whats app saja karna aku tidak suka buka banyak-banyak aplikasi.
Aku bisa chattingan sama teman di kampung. Biasanya aku chattingan hingga larut malam
sehingga waktu belajarku hanya sebentar saja. Semenjak pulang sekolah aku tidak membuka
ataupun membaca buku, tapi hanya bermain Hp hingga tertidur.

UTS telah tiba. Aku belajar hanya sebentar. Saat dites Bunda…
“Masjid Demak dibangun pada pemerintahan Raja Demak yang bernama?...”
“M…Raden Wijaya?”
“Loh kok Raden Wijaya?, kakak belajar apa tidak? Ini soal mudah kok. Makanya jangan
main Hp terus.

Tibalah saat pengambilan raport, tak disangka! Aku mendapat rangking 2, dan IPS hanya aku
yang dapat nilai 100!, oowh… mimpikah?. Tapi saat mebuka raport untuk melihat nilaiku,
aku malah cemberut. Aku tidak dapat nilai 100 dipelajaran yang mudah!, pasti gara-gara main
Hp. kalau tidak main Hp!, pasti aku dapat rangking Satu.
Huhuhuhuhu…… aku menyesal!

Anda mungkin juga menyukai