“PENGOLAHAN LIMBAH”
Kelompok 3
2019
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Bahan kimia yang digunakan di laboratorium, baik bahan kimia utama maupun pendukung
pada umumnya dibuang, sehingga menghasilkan limbah, yang dikenal dengan air limbah
laboratorium. Karakteristik air limbah laboratorium termasuk limbah Bahan Berbahaya dan
Beracun (B3) (Anonim, 1999 dan 2001). Unsur-unsur yang berbahaya yang terdapat dalam air
limbah laboratorium seperti unsur logam berat, seperti Besi (Fe), Mangan (Mn), khrom (Cr) dan
Merkuri (Hg). Selain itu juga mengandung zat padat terlarut, Amoniak (NH3-N) dan kandungan
Nitrit (NO2-N) yang cukup tinggi. Derajat keasaman (pH) air limbah laboratorium umumnya
sangat asam. Berbagai unsur yang disebut diatas dikhawatirkan mencemari badan air bila dibuang
langsung tanpa melalui suatu proses pengolahan yang efektif.
Air limbah laboratorium dapat mencemari air permukaan melalui proses peresapan air dalam
tanah. Berdasarkan peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor : 18 Tahun 1999, bahwa
unsur yang terkandung dalam air limbah laboratorium termasuk senyawa bahan berbahaya dan
beracun (B3). Penanganan dan pengelolaan limbah bahan berbahaya dan beracun sangat perlu
diperhatikan, mengingat bahaya yang akan ditimbulkan. Limbah bahan berbahaya dan beracun
adalah sisa suatu usaha dan atau kegiatan yang mengandung bahan berbahaya dan beracun yang
karena sifat dan atau konsentrasinya dan atau jumlahnya baik secara langsung maupun tak
langsung dapat mencemari dan atau merusak lingkungan hidup, kesehatan, kelangsungan hidup
manusia serta makhluk hidup lain (Anonim, 1999). Pengolahan limbah B3 merupakan suatu proses
yang bertujuan untuk mengubah karakteristik dan komposisi limbah B3 untuk menghilangkan dan
atau mengurangi sifat bahaya dan atau sifat racun. Banyak teknologi yang dapat diterapkan untuk
melakukan pengolahan limbah B3, antara lain : proses koagulasi-flokulasi, filtrasi, adsorpsi dan
pertukaran ion dan membran sel (Critenden, 2005).
Koagulasi merupakan proses pengolahan limbah dengan penambahan dan pencampuran suatu
koagulan, destabilisasi dari zat-zat koloid padat yang tersuspensi, serta agregasi awal dari partikel
terdestabilisasi. Koagulan yang umum digunakan adalah garam aluminium antara lain: Poly
Aluminium Chlorida (PAC), garam besi dan termasuk polimer anorganik dengan berat molekul
besar. (Faisal, 1993 dan Siregar, 2005). Proses flokulasi adalah penggabungan inti-inti endapan
menjadi molekul yang lebih besar yang disebut flok (floc). Flokulasi dapat terbentuk dengan baik
apabila dilakukan dengan pengadukan lambat (40-50 rpm). Flok yang terbentuk selanjutnya harus
dipisahkan dari cairan dengan cara diendapkan atau diapungkan. Bila flok dipisahkan dengan cara
pengendapan dapat digunakan klarifier, sedangkan bila diapungkan dengan memberikan
gelembung udara, selanjutnya flok diambil dengan menggunakan skimmer. Banyak penelitian
yang telah membuktikan bahwa proses koagulasi-flokulasi dapat menurunkan polutan dalam air
limbah. (Fardiaz, 1992 dan Met Calf, 1991).
Air limbah laboratorioum, umumnya berasal dari buangan sisa pengujian dan pencucian. Sisa
pengujian yang ikut terbuang bersama dengan air limbah lainnya, merupakan bahan-bahan kimia
yang terpakai dalam pengujian. Bahanbahan kimia yang digunakan terakumulasi di dalam wadah
pembuangan atau kolam pembuangan. Mengingat polutan air limbah laboratorium sangat
berbahaya bagi lingkungan.
2. Tujuan
a. Untuk dapat mengetahui definisi pengolahan limbah
b. Untuk dapat mengetahui metode pengolahan limbah
c. Untuk dapat mengetahui tujuan dari pengolahan limbah
d. Untuk dapat mengetahui dampak yang ditimbulkan dari limbah tersebut
e. Untuk dapat mengetahui manajemen pengelolaan limbah di laboratorium
f. Untuk dapat mengetahui menanganan limbah di laboratorium
BAB II
ISI
A. DEFINISI LIMBAH
Limbah adalah sisa dari suatu usaha maupun kegiatan yang mengandung bahan
berbahaya atau beracun yang karena sifat, konsentrasi, dan jumlahnya, baik yang secara
langsung maupun tidak langsung dapat membahayakan lingkungan, kesehatan, kelangsungan
hidup manusia dan makhluk hidup lainnya (Mahida, 1984). Bahan yang sering ditemukan
dalam limbah antara lain senyawa organik yang dapat terbiodegradasi, senyawa organik yang
mudah menguap, senyawa organik yang sulit terurai (Rekalsitran), logam berat yang toksik,
padatan tersuspensi, nutrien, mikrobia pathogen, dan parasit (Waluyo, 2010).
Menurut Abdurrahman (2006), berdasarkan wujud limbah yang dihasilkan, limbah terbagi 3
yaitu:
1. Limbah padat
Limbah padat adalah limbah yang memiliki wujud padat yang bersifat kering dan tidak
dapat berpindah kecuali dipindahkan. Limbah padat ini biasanya berasal dari sisa makanan,
sayuran, potongan kayu, ampas hasil industri, dan lain-lain.
2. Limbah cair
Limbah cair adalah limbah yang memiliki wujud cair. Limbah cair ini selalu larut dalam
air dan selalu berpindah (kecuali ditempatkan pada wadah/bak). Contoh dari limbah cair
ini adalah air bekas cuci pakaian dan piring, limbah cair dari industri, dan lain-lain.
3. Limbah gas
Limbah gas adalah limbah yang berwujud gas. Limbah gas bisa dilihat dalam bentuk asap
dan selalu bergerak sehingga penyebarannya luas. Contoh dari limbah gas adalah gas
buangan kendaraan bermotor, buangan gas dari hasil industri.
Limbah padat yang dihasilkan oleh kegiatan industri rumah tangga di perkotaan
dan limbah pertanian saat ini menjadi masalah yang serius dan harus ditangani oleh
pemerintah kota maupun oleh masyarakat itu sendiri.masalah penanganan limbah padat
(sampah) di perkotaan telah membuat dinas kebersihan kota semakin kewalahan didalam
menangani dan mengelola sampah.sebagai industri dapat kita kaji permasalahan sampah
yang ditangani oleh dinas kebersihan dki jaya.apabila diasumsikan bahwa rata-ratasampah
yang dihasilkan per jiwa/hari sebanyak 2,5 kg, maka dengan jumlah penduduk jakarta
yang mencapai 12 juta jiwa,maka dalam satu haridan sebanyak 900.000 ton setiap
bulannya.dengan jumlah volume.
Ada beberapa metode dalam proses pngolahan limbah padat yaitu dengan
dengan memakai metode landfills (pengurukan), recycling (daur-ulang), composting
(pengomposan), incineration (penempatan bahan limbah), dan marine di sposal
(membuang ke dalam laut). Di amerika serikat hampir 90% proses pengelolahan
limbah padat dilakukan dengan menggunakan metode landfills. Jenis yang umum
dipakai dalam pengolahan limbah padat adalah dengan pengukuran secara open dump.
Pada metode open dump limbah ditumpuk sedikit demi sedikit untuk mengendalikan
polusi atau estetika. Limbah ditempatkan sedemikian rupa sehingga tidak tersentuh
atau dengan cara di bakar. Jenis pengolahan limbah secara open dump dapat menjadi
sumbe rpolusi kesehatan.bencana dan degradasi lingkungan.oleh karena itu harus
ditinggalkan dan metodeyang lebih baik serta menjadi acuan adalah metode sanitary
landfill.
Pada metode Area sanitary landfill. Limbah padat ditempatkan diatas bahan dan
bulldozer berfungsi meratakan dan memadatkan limbah tersebut kemudian limbah
ditutupi dengan satu lapisan tanah yang kemudian dipadatkan. Di tempat-tempat yang
morfologinya berbentuk lembah metode ini dilakukan dengan cara tanah penutup
diambil dari sekitar lerengnya.
2. Limbah Cair
Menurut Ehless dan Steel, Air limbah atau air buangan adalah sisa air dibuang
yang berasal dari rumah tangga, industri maupun tempat-tempat umum lainnya, dan pada
umumnya mengandung bahan-bahan atau zat-zat yang dapat membahayakan bagi
kesehatan manusia serta mangganggu lingkungan hidup.
Batasan lainnya mengatakan bahwa air limbah adalah kombinasi dari cairan dan
sampah cair yang berasal dari daerah pemukiman, perdagangan, perkantoran dan
industri, bersama-sama dengan air tanah, air pemukiman dan air hujan yang mungkin ada
(Haryoto Kusnoputranto, 1985).
Dari batasan tersebut dapat disimpulkan bahwa air buangan adalah air yang
tersisa dari kegiatan manusia, baik kegiatan rumah tangga maupun kegiatan lain seperti
industri, perhotelan, dan sebagainya. Meskipun merupakan air sisa, namun volumenya
besar, karena kurang lebih 80% dari air yang digunakan bagi kegiatan-kegiatan manusia
sehari-hari tersebut dibuang lagi dalam bentuk yang sudah kotor (tercemar). Selanjutnya
air limbah ini akhirnya akan kembali ke sungai dan laut dan akan digunakan oleh manusia
lagi. Oleh karena itu, air buangan ini harus dikelola dan atau diolah secara baik
Ada beberapa metode yang dapat digunakan untuk mengelolah air limbah,
diantaranya:
d) Septic tank
Septic tank, menurut WHO, merupakan metode terbaik untuk mengelolah air
limbah walau biayanya mahal, rumit, dan memerlukan tanah yang luas. Septic
tank memiliki 4 bagian, antara lain:
Ruang pembusukan
Dalam ruang ini, air kotor akan tertahan 13 hari dan akan mengalami
penguraian oleh bakteri pembusuk yang akan menghasilkan gas, cairan,
dan lumpur. Gas dan cairan akan masuk kedalam dosing chamber melalui
pipa. Lumpur akan masuk ke ruang lumpur.
Ruang lumpur
Ruang lumpur merupakan tempat penampungan lumpur. Apabila ruang
sudah penuh, lumpur dapat dipompa keluar.
Dosing chamber
Dalam dosing chamber terdapat siphon McDonald yang berfumgsi untuk
mengatur kecepatan air yang akan dialirkan ke bidang resapan agar merata.
Bidang resapan
Bidang ini akan menyerap cairan keluar dari dosing chamber dan
menyaring bakteri pathogen maupun bibit penyakit lain. Panjang minimal
bidang resapan ini 10meter dan dibuat pada tanah berpasir.
e) System Riool (sewage)
System riool menampung semua air kotor dari rumah maupun perusahaan, dan
terkadang menampung kotoran dari lingkungan. Apabila dipakai untuk
menampung air hujan, sistem riool ini disebut combined system, sedangkan
jika bak penampung air hujannya dipisahkan maka disebut separated system.
Agar tidak merugikan kepentingan lain, air kotor dialirkan ke ujung kota,
misalnya ke daerah peternakan, pertanian, atau perikanan darat. Air kotor itu
masih memerlukan pengolahan.
Desinfeksi
Desinfeksi dengan kaporit (10kg/1 juta air limbah) untuk membunuh
mikroba patogen.
Pengenceran
b. Transportasi
Pengangkutan/pemindahan wadah di laboratorium pengujian ke ruang
penyimpanan apabila sudah terisi 75% volume wadah kemudian diganti dengan
wadah yang baru dengan diberi nomor urut berikutnya.
c. Penyimpanan
Jika limbah belum dapat diolah dengan segera, maka dilakukan penyimpanan dan
pengemasan yang sesuai dengan prosedur penyimpanan limbah B3 berdasarkan
Keputusan Kepala BAPEDAL Kep01/BAPEDAL/09/1995, tentang Tata Cara dan
Persyaratan Teknis Penyimpanan dan Pengumpulan Limbah Bahan Berbahaya dan
Beracun.
3. Syarat penyimpanan limbah
Dalam kondisi yang baik, tidak bocor, tidak berkarat atau tidak rusak
Terbuat dari bahan yang cocok dengan karakteristik limbah
Maksimum kapasitas wadah 25L
Mampu mengamankan limbah yang disimpan di dalamnya
Diberi simbol sesuai dengan karakteristiknya
Memiliki penutup yang kuat saat dilakukan pemindahan atau pengangkutan.
5. Persyaratan lain
Persyaratan alat lain yang harus ada di sekitar ruang penyimpanan adalah shower,
alarm dan pemadam kebakaran
6. Pengolahan
Berbagai cara pengolahan limbah dapat dilakukan setelah pemisahan seperti:
Pengolahan limbah secara fisika.
Proses ini antara lain: sedimentasi, floatasi, absorbsi, penyaringan (screening).
Pengolahan limbah secara kimia.
Proses ini antara lain: koagulasi, oksidasi, penukar ion, degradasi, ozonisasi, dan
lain-lain.
Pengolahan limbah secara biologi.
Proses ini antara lain: aerobik, anaerobik, fakultatif.
7. Pembuangan
Sebelum dibuang ke lingkungan, laboratorium harus memastikan bahwa limbah
laboratorium telah aman dibuang ke lingkungan melalui hasil pengujian dan
dibandingkan dengan baku mutu sesuai peraturan perundangan lingkungan hidup
yang berlaku
Jika diperlukan, bisa dilakukan insinerasi terhadap limbah yang ada dengan
memenuhi persyaratan perundangan lingkungan hidup yang berlaku
Setiap pembuangan limbah harus direkam dan dipelihara.
BAB III
KESIMPULAN
Kesimpulan
DAFTAR PUSTAKA
Cak War. 2015. Pedoman Teknis Untuk Pengelolaan Limbah Laboratorium Untuk Akreditasi
Laboratorium Lingkungan (Pedoman KAN-P-15)