Anda di halaman 1dari 21

TUGAS MANAJEMEN LABORATORIUM

“PENGOLAHAN LIMBAH”

Kelompok 3

1. Tri Yulianti (P07134017047)


2. Ni Putu Yuli Widiantari (P07134017052)
3. Ulfa Diana Sari (P07134017055)
4. Ida Ayu Putu Yuni Kartika (P07134017056)
5. Ni Gusti Savitri Devi Ulandari (P07134017059)
6. Sri Rahayu Pratiwi (P07134017065)
7. Ni Luh Putu Santika Dewi (P07134017079)
8. Ida Ayu Kencana Saraswati (P07134017081)
9. Ni Kadek Windayani (P07134013082)
10. Ni Komang Ayu Martinawati (P07134017083)
11. Ida Ayu (P07134017052)
12. Gusti Ayu Putu Wanda Martadewi (P07134017052)
13. Si Ayu Indah Sukmawati (P07134017052)

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLITEKNIK KESEHATAN DENPASAR

JURUSAN ANALIS KESEHATAN (VB)

2019
BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Laboratorium merupakan tempat kegiatan riset ilmiah, eksperimen, pengujian ataupun


pelatihan ilmiah. Berdasarkan sistem manajemen laboratorium atau ISO 17025:2008, laboratorium
dibagi menjadi dua kelompok, yaitu laboratorium kalibrasi dan laboratorium pengujian. Khusus
laboratorium pengujian, data yang diperoleh dari hasil pengujian baik pengujian secara kualitatif
maupun kuantitatif merupakan data yang dapat ditelusuri, juga digunakan sebagai proses hukum.
Berbagai kegiatan dapat dilakukan di laboratrorium pengujian, mulai dari persiapan contoh sampai
dengan kegiatan pengujian. Alur kegiatan pengujian di laboratorium membutuhkan bahan-bahan
kimia utama dan pendukung. Jenis bahan kimia utama yang umum digunakan antara lain bahan
kimia bersifat asam, basa, serta bahan kimia organik dan anorganik. Beberapa jenis asam dan basa
yang digunakan, seperti Asam Klorida, Asam Nitrat, Asam Sulfat, Asam Phospat, Asam
Karboksilat, Natrium Hidroksida, dan Kalium Hidroksida. Kelompok bahan kimia anorganik yang
digunakan seperti Natrium Klorida, Magnesium Klorida, Kalium Klorida, Merkuri Klorida,
Merkuri Sulfat, Kalium BiKrom Totalat, Ferro Ammonium Sulfat dan berbagai jenis garam
lainnya. Bahan kimia organik yang sering digunakan seperti jenis Alkohol, Aldehid, Aseton,
senyawa Amina, Amida dan sebagainya. Jenis bahan kimia pendukung yang digunakan seperti
deterjen sebagai bahan pembersih (cleaner material).

Bahan kimia yang digunakan di laboratorium, baik bahan kimia utama maupun pendukung
pada umumnya dibuang, sehingga menghasilkan limbah, yang dikenal dengan air limbah
laboratorium. Karakteristik air limbah laboratorium termasuk limbah Bahan Berbahaya dan
Beracun (B3) (Anonim, 1999 dan 2001). Unsur-unsur yang berbahaya yang terdapat dalam air
limbah laboratorium seperti unsur logam berat, seperti Besi (Fe), Mangan (Mn), khrom (Cr) dan
Merkuri (Hg). Selain itu juga mengandung zat padat terlarut, Amoniak (NH3-N) dan kandungan
Nitrit (NO2-N) yang cukup tinggi. Derajat keasaman (pH) air limbah laboratorium umumnya
sangat asam. Berbagai unsur yang disebut diatas dikhawatirkan mencemari badan air bila dibuang
langsung tanpa melalui suatu proses pengolahan yang efektif.
Air limbah laboratorium dapat mencemari air permukaan melalui proses peresapan air dalam
tanah. Berdasarkan peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor : 18 Tahun 1999, bahwa
unsur yang terkandung dalam air limbah laboratorium termasuk senyawa bahan berbahaya dan
beracun (B3). Penanganan dan pengelolaan limbah bahan berbahaya dan beracun sangat perlu
diperhatikan, mengingat bahaya yang akan ditimbulkan. Limbah bahan berbahaya dan beracun
adalah sisa suatu usaha dan atau kegiatan yang mengandung bahan berbahaya dan beracun yang
karena sifat dan atau konsentrasinya dan atau jumlahnya baik secara langsung maupun tak
langsung dapat mencemari dan atau merusak lingkungan hidup, kesehatan, kelangsungan hidup
manusia serta makhluk hidup lain (Anonim, 1999). Pengolahan limbah B3 merupakan suatu proses
yang bertujuan untuk mengubah karakteristik dan komposisi limbah B3 untuk menghilangkan dan
atau mengurangi sifat bahaya dan atau sifat racun. Banyak teknologi yang dapat diterapkan untuk
melakukan pengolahan limbah B3, antara lain : proses koagulasi-flokulasi, filtrasi, adsorpsi dan
pertukaran ion dan membran sel (Critenden, 2005).

Koagulasi merupakan proses pengolahan limbah dengan penambahan dan pencampuran suatu
koagulan, destabilisasi dari zat-zat koloid padat yang tersuspensi, serta agregasi awal dari partikel
terdestabilisasi. Koagulan yang umum digunakan adalah garam aluminium antara lain: Poly
Aluminium Chlorida (PAC), garam besi dan termasuk polimer anorganik dengan berat molekul
besar. (Faisal, 1993 dan Siregar, 2005). Proses flokulasi adalah penggabungan inti-inti endapan
menjadi molekul yang lebih besar yang disebut flok (floc). Flokulasi dapat terbentuk dengan baik
apabila dilakukan dengan pengadukan lambat (40-50 rpm). Flok yang terbentuk selanjutnya harus
dipisahkan dari cairan dengan cara diendapkan atau diapungkan. Bila flok dipisahkan dengan cara
pengendapan dapat digunakan klarifier, sedangkan bila diapungkan dengan memberikan
gelembung udara, selanjutnya flok diambil dengan menggunakan skimmer. Banyak penelitian
yang telah membuktikan bahwa proses koagulasi-flokulasi dapat menurunkan polutan dalam air
limbah. (Fardiaz, 1992 dan Met Calf, 1991).

Air limbah laboratorioum, umumnya berasal dari buangan sisa pengujian dan pencucian. Sisa
pengujian yang ikut terbuang bersama dengan air limbah lainnya, merupakan bahan-bahan kimia
yang terpakai dalam pengujian. Bahanbahan kimia yang digunakan terakumulasi di dalam wadah
pembuangan atau kolam pembuangan. Mengingat polutan air limbah laboratorium sangat
berbahaya bagi lingkungan.
2. Tujuan
a. Untuk dapat mengetahui definisi pengolahan limbah
b. Untuk dapat mengetahui metode pengolahan limbah
c. Untuk dapat mengetahui tujuan dari pengolahan limbah
d. Untuk dapat mengetahui dampak yang ditimbulkan dari limbah tersebut
e. Untuk dapat mengetahui manajemen pengelolaan limbah di laboratorium
f. Untuk dapat mengetahui menanganan limbah di laboratorium
BAB II

ISI

A. DEFINISI LIMBAH

Limbah adalah sisa dari suatu usaha maupun kegiatan yang mengandung bahan
berbahaya atau beracun yang karena sifat, konsentrasi, dan jumlahnya, baik yang secara
langsung maupun tidak langsung dapat membahayakan lingkungan, kesehatan, kelangsungan
hidup manusia dan makhluk hidup lainnya (Mahida, 1984). Bahan yang sering ditemukan
dalam limbah antara lain senyawa organik yang dapat terbiodegradasi, senyawa organik yang
mudah menguap, senyawa organik yang sulit terurai (Rekalsitran), logam berat yang toksik,
padatan tersuspensi, nutrien, mikrobia pathogen, dan parasit (Waluyo, 2010).

Menurut Abdurrahman (2006), berdasarkan wujud limbah yang dihasilkan, limbah terbagi 3
yaitu:

1. Limbah padat

Limbah padat adalah limbah yang memiliki wujud padat yang bersifat kering dan tidak
dapat berpindah kecuali dipindahkan. Limbah padat ini biasanya berasal dari sisa makanan,
sayuran, potongan kayu, ampas hasil industri, dan lain-lain.

2. Limbah cair

Limbah cair adalah limbah yang memiliki wujud cair. Limbah cair ini selalu larut dalam
air dan selalu berpindah (kecuali ditempatkan pada wadah/bak). Contoh dari limbah cair
ini adalah air bekas cuci pakaian dan piring, limbah cair dari industri, dan lain-lain.

3. Limbah gas

Limbah gas adalah limbah yang berwujud gas. Limbah gas bisa dilihat dalam bentuk asap
dan selalu bergerak sehingga penyebarannya luas. Contoh dari limbah gas adalah gas
buangan kendaraan bermotor, buangan gas dari hasil industri.

B. METODE PENGOLAHAN LIMBAH


1. Limbah Padat
Masalah limbah,terutama limbah padat dewasa ini telah menjadi persoalan
tersendiri seiring dengan meningkatnya kebutuhan hidup manusia.peningkatan produksi
limbah baik yang berasal dari sektor pertambangan. Pertanian maupun perkotaan (rumah
tangga) harus dikelola ekstra hati-hati sehingga tidak menimbulkan dampak
lingkungan.berkaitan dengan hal tersebut diatas maka tantangan yang dihadapi dengan
meningkatnya kebutuhan sumberdaya yang tinggi dan kebutuhan untuk memproteksi
lingkungan dari konsekuensi eksploitasi sumberdaya serta kebutuhan untuk konservasi
merupakan hal yang harus dilakukan sehingga dapat tercapai suatu kondisi yang seimbang
dan berkelanjutan didalam pengelolaan suberdaya alam.

Limbah padat yang dihasilkan oleh kegiatan industri rumah tangga di perkotaan
dan limbah pertanian saat ini menjadi masalah yang serius dan harus ditangani oleh
pemerintah kota maupun oleh masyarakat itu sendiri.masalah penanganan limbah padat
(sampah) di perkotaan telah membuat dinas kebersihan kota semakin kewalahan didalam
menangani dan mengelola sampah.sebagai industri dapat kita kaji permasalahan sampah
yang ditangani oleh dinas kebersihan dki jaya.apabila diasumsikan bahwa rata-ratasampah
yang dihasilkan per jiwa/hari sebanyak 2,5 kg, maka dengan jumlah penduduk jakarta
yang mencapai 12 juta jiwa,maka dalam satu haridan sebanyak 900.000 ton setiap
bulannya.dengan jumlah volume.

 Metode Pengolahan Limbah Padat

Ada beberapa metode dalam proses pngolahan limbah padat yaitu dengan
dengan memakai metode landfills (pengurukan), recycling (daur-ulang), composting
(pengomposan), incineration (penempatan bahan limbah), dan marine di sposal
(membuang ke dalam laut). Di amerika serikat hampir 90% proses pengelolahan
limbah padat dilakukan dengan menggunakan metode landfills. Jenis yang umum
dipakai dalam pengolahan limbah padat adalah dengan pengukuran secara open dump.
Pada metode open dump limbah ditumpuk sedikit demi sedikit untuk mengendalikan
polusi atau estetika. Limbah ditempatkan sedemikian rupa sehingga tidak tersentuh
atau dengan cara di bakar. Jenis pengolahan limbah secara open dump dapat menjadi
sumbe rpolusi kesehatan.bencana dan degradasi lingkungan.oleh karena itu harus
ditinggalkan dan metodeyang lebih baik serta menjadi acuan adalah metode sanitary
landfill.

Sanitari landfills.adalah suatu metode pengolahan dan penempatan bahan


limbah diatas tanah dengan cara mengemasnya menjadi bagian-bagian kecil yang
kemudian ditutup dengan suatu lapisan tanah penutup setiap hari.pemadatan dan
penutupan lapisan tanah dilakukan dengan menggunakan bulldozer atau alat-alat berat.
Limbah padat ditempatkan pada tempat yang telah disediakan kemudian dipadatkan
atau dibakar agar supaya volume limbahnya menjadi kecil sehingga lokasi pembuangan
limbah bisa berumur lebih panjang. Keuntungan metode ini adalah bekas lokasi tempat
pengolahan limbah yang telah ditutup dapat dimanfaatkan.

Pada metode Area sanitary landfill. Limbah padat ditempatkan diatas bahan dan
bulldozer berfungsi meratakan dan memadatkan limbah tersebut kemudian limbah
ditutupi dengan satu lapisan tanah yang kemudian dipadatkan. Di tempat-tempat yang
morfologinya berbentuk lembah metode ini dilakukan dengan cara tanah penutup
diambil dari sekitar lerengnya.

Pada metode trench sanitariy landfill,suatu paritan dibuat diatas permukaan


tanah dan limbah padat ditempatkan di dalamnya.limbah padat diratakan menjadi
lapisan-lapisan tipis, kemudian dipadatkan dan ditutup dengan tanah yang berasal dari
hasil galian.metode trench sanitary landfill lebih baik dibandingkan dengan metode
area sanitary landfill, terlebih-lebih bila muka air tanah berada jauh dari permukaan
tanah.

2. Limbah Cair

Menurut Ehless dan Steel, Air limbah atau air buangan adalah sisa air dibuang
yang berasal dari rumah tangga, industri maupun tempat-tempat umum lainnya, dan pada
umumnya mengandung bahan-bahan atau zat-zat yang dapat membahayakan bagi
kesehatan manusia serta mangganggu lingkungan hidup.

Batasan lainnya mengatakan bahwa air limbah adalah kombinasi dari cairan dan
sampah cair yang berasal dari daerah pemukiman, perdagangan, perkantoran dan
industri, bersama-sama dengan air tanah, air pemukiman dan air hujan yang mungkin ada
(Haryoto Kusnoputranto, 1985).

Dari batasan tersebut dapat disimpulkan bahwa air buangan adalah air yang
tersisa dari kegiatan manusia, baik kegiatan rumah tangga maupun kegiatan lain seperti
industri, perhotelan, dan sebagainya. Meskipun merupakan air sisa, namun volumenya
besar, karena kurang lebih 80% dari air yang digunakan bagi kegiatan-kegiatan manusia
sehari-hari tersebut dibuang lagi dalam bentuk yang sudah kotor (tercemar). Selanjutnya
air limbah ini akhirnya akan kembali ke sungai dan laut dan akan digunakan oleh manusia
lagi. Oleh karena itu, air buangan ini harus dikelola dan atau diolah secara baik

Air limbah sebelum dilepas ke pembuangan akhir harus menjalani pengolahan


terlebih dahulu. Untuk dapat melaksanakan pengolahan air limbah yang efektif
diperlukan rencana pengelolaan yang baik. Pengelolaan air limbah dapat dilakukan
secara alamiah maupun dengan bantuan peralatan. Pengolahan air limbah secara
alamiah biasanya dilakukan dengan bantuan kolam stabilisasi sedangkan pengolahan
air dengan bantuan peralatan misalnya dilakukan pada Instalasi Pengolahan Air
Limbah/ IPAL (Waste Water Treatment Plant / WWTP).

 Metode Pengolahan Limbah Cair

Ada beberapa metode yang dapat digunakan untuk mengelolah air limbah,
diantaranya:

a) Pengenceran (disposal by dilution)


Air limbah dibuang ke sungai, danau, atau laut agar mengalami pengenceran.
Dengan cara ini air limbah akan mengalami purifikasi alami. Namun, cara
semacam ini dapat mencemari air permukaan dengan bakteri pathogen, larva dan
telur cacing, serta bibit penyakit lain yang ada di dalam air limbah itu.
Apabila hanya cara ini yang dapat diterapkan, maka persyaratan berikut harus
dipenuhi:
 Air sungai atau danau tidak boleh digunakan untuk keperluan lain.

 Volume air mencukupi sehingga pengenceran berlangsung kurang dari 30-


40 kali
 Air harus cukup mengandung oksigen. Dengan kata lain air harus
mengalir (tidak boleh stagnan) agar tidak menimmbulkan bau.
b) Cesspool
Bentuk cesspool ini menyerupai sumur tetapi digunakan untuk pembuangan
air limbah. Dibuat pada tanah yang berpasir agar air buangan mudah meresap
kedalam tanah. Bagian atas ditembok agar tidak tembus air. Apabila ceespool
sudah penuh (±60bulan), lumpur didalamnya dapat dihisap keluar atau dari
semula dibuat cesspool secara berangkai, sehingga bila yang satu penuh, air
akan mengalir ke cesspool berikutnya. Jarak cesspool dengan sumur air bersih
adalah 45 meter dan minimal 6 meter dari pondasi rumah.
c) Sumur resapan (seepage pit)
Sumur resapan merupakan sumur tempat menampung air limbah yang telah
mengalami pengolahan dalam system lain, misalnya dari aqua privy atau septic
tank. Dengan cara ini, air hanya tinggal mengalami peresapan ke dalam tanah.
Sumur resapan ini dibuat pada tanah yang berpasir, dengan diameter 1-2,5
meter dan kedalaman 2,5 meter. Lama pemakaian dapat mencapai 6-10 tahun.

d) Septic tank
Septic tank, menurut WHO, merupakan metode terbaik untuk mengelolah air
limbah walau biayanya mahal, rumit, dan memerlukan tanah yang luas. Septic
tank memiliki 4 bagian, antara lain:
 Ruang pembusukan
Dalam ruang ini, air kotor akan tertahan 13 hari dan akan mengalami
penguraian oleh bakteri pembusuk yang akan menghasilkan gas, cairan,
dan lumpur. Gas dan cairan akan masuk kedalam dosing chamber melalui
pipa. Lumpur akan masuk ke ruang lumpur.
 Ruang lumpur
Ruang lumpur merupakan tempat penampungan lumpur. Apabila ruang
sudah penuh, lumpur dapat dipompa keluar.
 Dosing chamber
Dalam dosing chamber terdapat siphon McDonald yang berfumgsi untuk
mengatur kecepatan air yang akan dialirkan ke bidang resapan agar merata.
 Bidang resapan
Bidang ini akan menyerap cairan keluar dari dosing chamber dan
menyaring bakteri pathogen maupun bibit penyakit lain. Panjang minimal
bidang resapan ini 10meter dan dibuat pada tanah berpasir.
e) System Riool (sewage)
System riool menampung semua air kotor dari rumah maupun perusahaan, dan
terkadang menampung kotoran dari lingkungan. Apabila dipakai untuk
menampung air hujan, sistem riool ini disebut combined system, sedangkan
jika bak penampung air hujannya dipisahkan maka disebut separated system.
Agar tidak merugikan kepentingan lain, air kotor dialirkan ke ujung kota,
misalnya ke daerah peternakan, pertanian, atau perikanan darat. Air kotor itu
masih memerlukan pengolahan.

Proses pengolahan yang dilakukan, antara lain:


 Penyaringan (screening)
Penyaringan ditujukan untuk menangkap benda-benda yang terapung
diatas permukaan air.
 Pengendapan (sedimentation)
Pada proses ini, air limbah dialirkan ke dalam bak besar (sand trap)
sehingga aliran menjadi lambat dan lumpur serta pasir mengendap.
 Proses biologis

Proses ini menggunakan mikroba untuk memusnahkan zat organic di


dalam limbah baik secara aerob maupun anaerob.

 Disaring dengan saringan pasir (sand filter)

 Desinfeksi
Desinfeksi dengan kaporit (10kg/1 juta air limbah) untuk membunuh
mikroba patogen.

 Pengenceran

Terakhir, air limbah dibuang ke sungai, danau atau laut sehingga


mengalami pengenceran.
3. Limbah Gas
Limbah adalah buangan yang dihasilkan dari suatu proses produksi baik industri
maupun domestik (rumah tangga). Di mana masyarakat bermukim, di sanalah berbagai
jenis limbah akan dihasilkan. Ada sampah, ada air kakus (black water), dan ada air
buangan dari berbagai aktivitas domestik lainnya (grey water).
Pencemaran udara dapat disebabkan oleh sumber alami maupun sebagai hasil
aktivitas manusia. Zat pencemar melalui udara diklasifikasikan menjadi dua bagian yaitu
partikel dan gas.Limbah gas sangat berbahaya jika dikeluarkan terlalu berlebihan, baik
untuk kesehatan pada manusia, maupun untuk lingkungan sekitar kita. Maka dari itu
melalui makalah ini, kami akan berbagi sedikit tentang pemaparan limbah gas dan
penanganannya.
Pencemaran yang ditimbulkannya tergantung pada jenis limbah, volume yang lepas
di udara bebas dan lamanya berada dalam udara. Jangkauan pencemaran melalui udara
dapat berakibat luas karena faktor cuaca dan iklim turut mempengaruhi.Pada malam hari
zat yang berada dalam udara turun kembali ke bumi bersamaan dengan embun. Adanya
partikel kecil secara terus menerus jatuh di atap rumah, di permukaan daun pada pagi
hari menunjukkan udara mengandung partikel. Kadang-kadang terjadi hujan masam.
Lima cemaran primer yang secara total memberikan sumbangan lebih dari
90% pencemaran udara global adalah:
 Karbon monoksida (CO)
Pencemaran karbon monoksida berasal dari sumber alami seperti: kebakaran hutan,
oksidasi dari terpene yang diemisikan hutan ke atmosfer, produksi CO oleh vegetasi
dan kehidupan di laut. Sumber CO lainnya berasal dari sumber antropogenik yaitu
hasil pembakaran bahan bakar fosil yang memberikan sumbangan 78,5% dari emisi
total. Pencemaran dari sumber antropogenik 55,3% berasal dari pembakaran bensin
pada otomotif.
 Nitrogen oksida (Nox)
Cemaran nitrogen oksida yang penting berasal dari sumber antropogenik yaitu: NO
dan NO2. Sumbangan sumber antropogenik terhadap emisi total ± 10,6%.
 Hidrokarbon (HC)
Cemaran hidrokarbon yang paling penting adalah CH4 (metana) + 860/ dari emisi
total hidrokarbon, dimana yang berasal dari sawah 11%, dari rawa 34%, hutan tropis
36%, pertambangan dan lain-lain 5%. Cemaran hidrokarbon lain yang cukup penting
adalah emisi terpene (a-pinene p-pinene, myrcene, d-Iimonene) dari tumbuhan ± 9,2
% emisi hidrokarbon total. Sumbangan emisi hidrokarbon dari sumber antrofogenik
5% lebih kecil daripada yang berasal dari pembakaran bensin 1,8%, dari insineratc
dan penguapan solvent 1,9%.
 Sulfur oksida (SOx)
Senyawa sulfur di atmosfer terdiri dari H2S, merkaptan, SO2, SO3, H2SO4 garam-
garam sulfit, garam-garam sulfat, dan aerosol sulfur organik. Dari cemaran tersebut
yang paling penting adalah SO2 yang memberikan sumbangan ± 50% dari emisi total.
Cemaran garam sulfat dan sulfit dalam bentuk aerosol yang berasal dari percikan air
laut memberikan sumbangan 15% dari emisi total.
 Partikulat.
Cemaran partikulat meliputi partikel dari ukuran molekul s/d > 10 μm. Partikel
dengan ukuran > 10 μm akan diendapkan secara gravitasi dari atmosfer, dan ukuran
yang lebih kecil dari 0,1 μm pada umumnya tidak menyebabkan masalah lingkungan.
Oleh karena itu cemaran partikulat yang penting adalah dengan kisaran ukuran 0,1 -
10 μm. Sumber utama partikulat adalah pembakaran bahan bakar ± 13% - 59% dan
insinerasi.
Selain cemaran primer terdapat cemaran sekunder yaitu cemaran yang
memberikan dampak sekunder terhadap komponen lingkungan ataupun cemaran yang
dihasilkan akibat transformasi cemaran primer menjadi bentuk cemaran yang berbeda.
Ada beberapa cemaran sekunder yang dapat mengakibatkan dampak penting baik lokal,
regional maupun global yaitu:
 CO2 (karbon monoksida)
Emisi cemaran CO2 berasal dari pembakaran bahan bakar dan sumber alami. Sumber
cemaran antropogenik utama adalah pembakaran batubara 52%, gas alam 8,5%, dan
kebakaran hutan 2,8%
 Cemaran asbut (asap kabut) atau smog (smoke fog)
Asap kabut merupakan cemaran hasil reaksi fotokimia antara O3, hidrokarbon dan
NOX membentuk senyawa baru aldehida (RHCO) dan Peroxy Acil Nitrat (PAN)
(RCNO5).
 Hujan asam
Bila konsentrasi cemaran NOx dan SOX di atmosfer tinggi, maka akan diubah
menjadi HNO3 dan H2SO4. Adanya hidrokarbon, NO2, oksida logam Mn (II), Fe
(II), Ni (II), dan Cu (II) mempercepat reaksi SO2 menjadi H2SO4. HNO3 dan H2SO4
bersama-sama dengan HCI dari emisi HCI menyebabkan derajad keasaman (pH)
hujan menjadi rendah
 CH4 (metana)
Metana merupakan cemaran gas yang bersama-sama dengan CO2, CFC, dan N2O
menyebabkan efek rumah kaca sehingga menyebabkan pemanasan global. Sumber
cemaran CH4 adalah sawah (11%), rawa (34%), hutan tropis (36%), pertambangan
dll (5%). Efek rumah kaca dapat dipahami dari Gambar 30. Sinar matahari yang
masuk ke atmosfer sekitar 51% diserap oleh permukaan bumi dan sebagian
disebarkan serta dipantulkan dalam bentuk radiasi panjang gelombang pendek (30%)
dan sebagian dalam bentuk radiasi inframerah (70%). Radiasi inframerah yang
dipancarkan oleh permukaan bumi tertahan oleh awan. Gas-gas CH4, CFC, N2O,
CO2 yang berada di atmosfer mengakibatkan radiasi inframerah yang tertahan akan
meningkat yang pada gilirannya akan mengakibatkan pemanasan global.
 Metode Pengolahan Limbah Gas
Pencemaran udara sebenarnya dapat berasal dari limbah berupa gas atau materi
partikulat yang terbawah bersama gas tersebut. Berikut akan dijelaskan beberapa cara
menangani pencemaran udara oleh limbah gas dan materi partikulat yang terbawah
bersamanya
a) Mengontrol Emisi Gas Buang
Gas-gas buang seperti sulfur oksida, nitrogen oksida, karbon monoksida, dan
hidrokarbon dapat dikontrol pengeluarannya melalui beberapa metode. Gas sulfur
oksida dapat dihilangkan dari udara hasil pembakaran bahan bakar dengan
cara desulfurisasi menggunakan filter basah (wet scrubber).
Mekanisme kerja filter basah ini akan dibahas lebih lanjut pada pembahasan
berikutnya, yaitu mengenai metode menghilangkan materi partikulat, karena filter
basah juga digunakan untuk menghilangkan materi partikulat.
Gas nitrogen oksida dapat dikurangi dari hasil pembakaran kendaraan
bermotor dengan cara menurunkan suhu pembakaran. Produksi gas karbon
monoksida dan hidrokarbon dari hasil pembakaran kendaraan bermotor dapat
dikurangi dengan cara memasang alat pengubah katalitik (catalytic converter) untuk
menyempurnakan pembakaran.
Selain cara-cara yang disebutkan diatas, emisi gas buang juga dapat dikurangi
kegiatan pembakaran bahan bakar atau mulai menggunakan sumber bahan bakar
alternatif yang lebih sedikit menghasilkan gas buang yang merupakan polutan.
2) Menghilangkan Materi Partikulat Dari Udara Pembuangan
 Filter Udara
Filter udara dimaksudkan untuk yang ikut keluar pada cerobong atau stack,
agar tidak ikut terlepas ke lingkungan sehingga hanya udara bersih yang saja yang
keluar dari cerobong. Filter udara yang dipasang ini harus secara tetap diamati
(dikontrol), kalau sudah jenuh (sudah penuh dengan abu/ debu) harus segera
diganti dengan yang baru.
Jenis filter udara yang digunakan tergantung pada sifat gas buangan yang
keluar dari proses industri, apakah berdebu banyak, apakah bersifat asam, atau
bersifat alkalis dan lain sebagainya
 Pengendap Siklon
Pengendap Siklon atau Cyclone Separators adalah pengedap debu / abu
yang ikut dalam gas buangan atau udara dalam ruang pabrik yang berdebu.
Prinsip kerja pengendap siklon adalah pemanfaatan gaya sentrifugal dari udara /
gas buangan yang sengaja dihembuskan melalui tepi dinding tabung siklon
sehingga partikel yang relatif “berat” akan jatuh ke bawah.
Ukuran partikel / debu / abu yang bisa diendapkan oleh siklon adalah antara
5 u – 40 u. Makin besar ukuran debu makin cepat partikel tersebut diendapkan.
 Filter Basah
Nama lain dari filter basah adalah Scrubbers atau Wet Collectors. Prinsip
kerja filter basah adalah membersihkan udara yang kotor dengan cara
menyemprotkan air dari bagian atas alt, sedangkan udara yang kotor dari bagian
bawah alat. Pada saat udara yang berdebu kontak dengan air, maka debu akan
ikut semprotkan air turun ke bawah.
Untuk mendapatkan hasil yang lebih baik dapat juga prinsip kerja
pengendap siklon dan filter basah digabungkan menjadi satu. Penggabungan
kedua macam prinsip kerja tersebut menghasilkan suatu alat penangkap debu
yang dinamakan.
 Pegendap Sistem Gravitasi
Alat pengendap ini hanya digunakan untuk membersihkan udara kotor yang
ukuran partikelnya relatif cukup besar, sekitar 50 u atau lebih. Cara kerja alat ini
sederhana sekali, yaitu dengan mengalirkan udara yang kotor ke dalam alat yang
dibuat sedemikian rupa sehingga pada waktu terjadi perubahan kecepatan secara
tiba-tiba (speed drop), zarah akan jatuh terkumpul di bawah akibat gaya beratnya
sendiri (gravitasi). Kecepatan pengendapan tergantung pada dimensi alatnya.
 Pengendap Elektrostatik
Alat pengendap elektrostatik digunakan untuk membersihkan udara yang
kotor dalam jumlah (volume) yang relatif besar dan pengotor udaranya adalah
aerosol atau uap air. Alat ini dapat membersihkan udara secara cepat dan udara
yang keluar dari alat ini sudah relatif bersih.
Alat pengendap elektrostatik ini menggunakan arus searah (DC) yang
mempunyai tegangan antara 25 – 100 kv. Alat pengendap ini berupa tabung
silinder di mana dindingnya diberi muatan positif, sedangkan di tengah ada
sebuah kawat yang merupakan pusat silinder, sejajar dinding tabung, diberi
muatan negatif. Adanya perbedaan tegangan yang cukup besar akan
menimbulkan corona discharga di daerah sekitar pusat silinder. Hal ini
menyebabkan udara kotor seolah – olah mengalami ionisasi. Kotoran udara
menjadi ion negatif sedangkan udara bersih menjadi ion positif dan masing-
masing akan menuju ke elektroda yang sesuai. Kotoran yang menjadi ion negatif
akan ditarik oleh dinding tabung sedangkan udara bersih akan berada di tengah-
tengah silinder dan kemudian terhembus keluar.

C. TUJUAN PENGOLAHAN LIMBAH


Untuk mengurangi resiko pemaparan limbah terhadap kuman yang menimbulkan
penyakit (pathogen) yang mungkin berada di dalam limbah.

D. DAMPAK DARI LIMBAH


 Berdampak luas

Penyebaran limbah dapat menjangkau wilayah yang luas karena ukurannya


yang kecil/mikro sehingga mudah menyebar dan tidak mudah terdeteksi secara
langsung. Selain itu, dampak dari limbah tidak hanya tertuju pada satu faktor, namun
juga akan mempengaruhi faktor-faktor lainnya.

 Berdampak jangka panjang

Pemasalahan/dampak yang ditimbulkan limbah tidak dapat diatasi dalam waktu


yang singkat, namun membutuhkan waktu yang panjang bahkan diperlukan
kerjasama antar generasi untuk mengatasinya.

E. MANAJEMEN PENGELOLAAN LIMBAH LABORATORIUM


a. Laboratorium menetapkan kebijakan dan prosedur pengelolaan limbah serta
menjamin komitmen terhadap penerapannya.
b. Laboratorium memiliki kebijakan untuk minimisasi limbah sebelum menghasilkan
dan mengolah limbah
c. Menetapkan personil yang bertanggungjawab terhadap penerapan prosedur
pengelolaan limbah.
d. Menetapkan perencanaan pengadaan dan pemeliharaan fasilitas prosedur
pengelolaan limbah.
e. Melakukan evaluasi penerapan prosedur pengelolaan limbah.
F. PENANGANAN LIMBAH LABORATORIUM
1. Minimisasi Limbah
Program minimisasi limbah yang dapat diterapkan di laboratorium antara lain:
a. Pengelolaan bahan kimia. Pengelolaan bahan kimia dapat dilakukan :
 Mulai dari pemilihan pemasok yang tepat. Jika perlu dapat mencari pemasok
yang mau menerima bahan kadaluwarsa
 Pembelian yang tidak berlebihan sehingga tidak menyimpan bahan
kadaluwarsa, atau pembelian yang terpusat
 Penyimpanan yang tepat sesuai dengan karakteristiknya
 Pelabelan yang benar dan jelas, tahan air dan permanen
 Penyimpanan di tempat yang aman dan temperatur yang sesuai
 Pengecekan secara periodik di ruang penyimpanan, terhadap kerusakan atau
tumpahan bahan kimia
 Pengambilan bahan kimia dari ruang penyimpanan dengan sistem FIFO (first
in first out)
 Pembuatan reagent sesuai kebutuhan dan pelabelannya.
b. Memiliki perencanaan dalam program pengambilan contoh uji (sampling),
sehingga contoh uji yang diambil tidak berlebihan, tapi cukup mewakili sesuai
dengan tujuannya
c. Pemilihan metode menggunakan bahan yang ramah lingkungan
d. Pemilihan peralatan yang tepat dalam preparasi dan analisis, yang bisa
menggunakan bahan kimia yang sedikit dan meminimisasi jumlah limbah
e. Recovery (daur ulang) atau reuse (penggunaan kembali) bahan kimia, misalnya: 1)
mencari perusahaan atau laboratorium yang bisa memanfaatkan bahan kimia; 2)
recovery solven; 3) recovery logam; 4) penggunaan kembali air pendingin destilasi
f. Pelatihan personil
g. Tata kelola yang apik (good housekeeping);

2. Pengelolaan Limbah di Laboratorium


a. Pengumpulan
 Pengumpulan limbah dibagi dalam beberapa kategori. Contoh kategori yang
dimaksud dapat dilihat pada Lampiran 1 dan 2.
 Kontainer atau wadah limbah harus diberi label.

b. Transportasi
Pengangkutan/pemindahan wadah di laboratorium pengujian ke ruang
penyimpanan apabila sudah terisi 75% volume wadah kemudian diganti dengan
wadah yang baru dengan diberi nomor urut berikutnya.

c. Penyimpanan
Jika limbah belum dapat diolah dengan segera, maka dilakukan penyimpanan dan
pengemasan yang sesuai dengan prosedur penyimpanan limbah B3 berdasarkan
Keputusan Kepala BAPEDAL Kep01/BAPEDAL/09/1995, tentang Tata Cara dan
Persyaratan Teknis Penyimpanan dan Pengumpulan Limbah Bahan Berbahaya dan
Beracun.
3. Syarat penyimpanan limbah
 Dalam kondisi yang baik, tidak bocor, tidak berkarat atau tidak rusak
 Terbuat dari bahan yang cocok dengan karakteristik limbah
 Maksimum kapasitas wadah 25L
 Mampu mengamankan limbah yang disimpan di dalamnya
 Diberi simbol sesuai dengan karakteristiknya
 Memiliki penutup yang kuat saat dilakukan pemindahan atau pengangkutan.

4. Persyaratan ruangan penyimpanan limbah


 memiliki rancang bangun dan luas ruang penyimpanan sesuai dengan
karakteristik dan jumlah limbah B3 yang dihasilkan
 Terlindung dari masuknya air hujan, baik secara langsung maupun tidak
 Dibuat tanpa plafon, memiliki penghawaan yang memadai untuk mencegah
terjadinya akumulasi gas di dalam ruang penyimpanan, serta memasang kasa atau
bahan lain untuk mencegah masuknya burung atau binatang kecil lainnya ke
dalam ruang penyimpanan
 Memiliki sistem penerangan yang memadai untuk pergudangan atau inspeksi
rutin. Jika menggunakan lampu, sakelar harus terpasang di sisi luar bangunan
 Pada bagian luar tempat penyimpanan diberi simbol sesuai dengan yang berlaku
 Lantai harus kedap air, tidak bergelombang, kuat dan tidak retak

5. Persyaratan lain
 Persyaratan alat lain yang harus ada di sekitar ruang penyimpanan adalah shower,
alarm dan pemadam kebakaran

6. Pengolahan
Berbagai cara pengolahan limbah dapat dilakukan setelah pemisahan seperti:
 Pengolahan limbah secara fisika.
Proses ini antara lain: sedimentasi, floatasi, absorbsi, penyaringan (screening).
 Pengolahan limbah secara kimia.
Proses ini antara lain: koagulasi, oksidasi, penukar ion, degradasi, ozonisasi, dan
lain-lain.
 Pengolahan limbah secara biologi.
Proses ini antara lain: aerobik, anaerobik, fakultatif.

7. Pembuangan
 Sebelum dibuang ke lingkungan, laboratorium harus memastikan bahwa limbah
laboratorium telah aman dibuang ke lingkungan melalui hasil pengujian dan
dibandingkan dengan baku mutu sesuai peraturan perundangan lingkungan hidup
yang berlaku
 Jika diperlukan, bisa dilakukan insinerasi terhadap limbah yang ada dengan
memenuhi persyaratan perundangan lingkungan hidup yang berlaku
 Setiap pembuangan limbah harus direkam dan dipelihara.
BAB III
KESIMPULAN

Kesimpulan
DAFTAR PUSTAKA

Cak War. 2015. Pedoman Teknis Untuk Pengelolaan Limbah Laboratorium Untuk Akreditasi
Laboratorium Lingkungan (Pedoman KAN-P-15)

Widodo, Fahad Hermawan. 2013. Pengolahan Limbah. Bandung : Universitas Telkom

Zulkifli. 2017. Pengolahan Limbah Cair Industri. Universitas Muslim Indonesia

Anda mungkin juga menyukai