Anda di halaman 1dari 23

BAB II

TINJAUAN TEORITIS
A. Definisi Mola Hidatidosa
Suatu kehamilan yang tidak wajar, yang sebagian atau seluruh vili
korialisnya mengalami degenerasi hidrofik berupa gelembung yang
menyerupai anggur. Mola hidatidosa (jonjotan atau gantungan) yang tumbuh
berganda berupa gelembung-gelembung kecil yang mengandung banyak
cairan sehingga menyerupai buah anggur atau mata ikan. Karena itu disebut
juga hamil anggur atau mata ikan (Martaadisoebrata, 2005).
Mola Hidatidosa (MH) secara histologis ditandai oleh kelainan vili
korionik yang terdiri dari proliferasi trofoblas dengan derajat bervariasi dan
edema stroma vilus. MHbiasanya terletak di rongga uterus, namun
kadang-kadang MH terletak di tuba fallopi dan bahkan ovarium.
Molahidatidosa adalah neoplasma jinak dari sel trofoblas. Pada
molahidatidosa kehamilan tidak berkembang menjadi janin yang
sempurna, melainkan berkembang menjadi patologik. (Cunningham FG,
2010).
Mola hidatidosa adalah kehamilan abnormal, dengan ciri-ciri stoma villus
korialis langka, vaskularisasi dan edematus. Janin biasanya meninggal akan
tetapi villus-villus yang membesar dan edematus itu hidup dan tumbuh terus,
gambaran yang diberikan adalah sebagai segugus buah anggur. Mola
Hidatidosa (Hamil Anggur) adalah suatu massa atau pertumbuhan di dalam
rahim yang terjadi pada awal kehamilan.(Wiknjosastro, 2002).
Mola hidatidosa disebut juga hamil anggur, dapat di bagi menjadi mola
hidatidosa total dan mola hidatidosa parsial. Mola hidatidosa total adalah
pada seluruh kavum uteri teriris jaringan vesikular berukuran bervariasi, tidak
terdapat fetus dan adneksanya (plasenta, tali pusat, ketuban). Mola hidatidosa
parsial hanya sebagian korion bertransformasi menjadi vesikel, dapat terdapat
atau tidak terdapat fetus. (Wan desen, 2011)
B. Anatomi Mola Hidatidosa
1. Anatomi

Gambar 1 : Alat Reproduksi Wanita


Alat kelamin dalam terdiri dari :
1. Liang Senggama (Vagina)
Suatu saluran yang menghubungkan rahim dengan aurat. Terletak
antara kandung seni dan poros usus (rectum). Dinding depan
liang senggama (9 cm) lebih pendek dari dinding belakang (11
cm). Pada puncak liang senggama menonjol leher rahim (serviks
uteri) yang disebut porsio uteri.
2. Rahim (Uterus)
Merupakan alat yang berongga dan berbentuk seperti bola lampu yang
pipih. Pada wanita dewasa belum pernah melahirkan ukurannya
seperti berikut : Panjang : + 7,5 cm, Lebar : + 5 cm, Tebal :
+ 2,5 cm, Berat : + 50 gr. Terletak diantara kandung seni dan poros
usus. Terdiri dari : badan rahim (korpus uteri) dan leher rahim (serviks
uteri) Bagian-bagian dari rahim :
a. Dasar rahim. Bagian dari badan rahim yang terletak antara
kedua pangkal saluran telur.
b. Rongga rahim (kavum uteri). Berbentuk segitiga, lebar di
daerah dasar rahim dan sempit ke arah leher rahim. Diliputi
oleh selaput lendir yang dinamakan endometrium.
c. Saluran leher rahim (kanalis servikalis). Hubungan antara
rongga rahim dan saluran leher rahim disebut rahim dalam
(Ostium Uteri Infernum). Muara saluran leher rahim ke dalam
vagina disebut mulut rahim luar (Ostium Uteri Eksternum).
d. Dinding rahim Terutama terdiri dari otot polos yang disusun
sebegitu rupa hingga dapat mendorong isinya keluar pada waktu
persalinan.
3. Saluran Telur (Tuba Falopi)
Ada 2 saluran telur kiri dan kanan. Berjalan dari tanduk rahim
kanan kiri (kornu uteri) ke arah sisi (lateral). Panjangnya 12 cm.
Ujung dari saluran telur berumbai disebut Umbai (Fimbria).
Manfaat utama saluran telur adalah untuk membawa telur yang
dilepaskan oleh indung telur ke jurusan rongga rahim. Umbai
berperan dalam menangkap telur yang dikeluarkan oleh indung
telur.
4. Indung Telur (Ovarium)
Ada 2 indung telur, kanan dan kiri. Berbentuk seperti kemiri
yang pipih. Indung telur mengandung sel-sel telur muda, folikel
primordial, folikel degraaf, badan kuning (korpus luteum),
badan putih (korpus albikans). Indung telur membentuk zat-
zat hormon : estrogen dan progesteron, yang berperan dalam
peristiwa haid
2. Fisiologi
Untuk menahan ovum yang telah dibuahi selama perkembangan
sebutir ovum, sesudah keluar dari ovarium diantarkan melalui tuba uterin
ke uterus (pembuahan ovum secara normal terjadi dalam tuba uterin)
sewaktu hamil yang secara normal berlangsung selama 40 minggu, uterus
bertambah besar, tapi dindingnya menjadi lebih tipis tetapi lebih kuat dan
membesar sampai keluar pelvis, masuk ke dalam rongga abdomen pada
masa fetus.
Pada umumnya setiap kehamilan berakhir dengan lahirnya bayi
yang sempurna. Tetapi dalam kenyataannya tidak selalu demikian. Sering
kali perkembangan kehamilan mendapat gangguan. Demikian pula
dengan penyakit trofoblast, pada hakekatnya merupakan kegagalan
reproduksi. Di sini kehamilan tidak berkembang menjadi janin yang
sempurna, melainkan berkembang menjadi keadaan patologik yang terjadi
pada minggu-minggu pertama kehamilan, berupa degenerasi hidrifik dari
jonjot karion, sehingga menyerupai gelembung yang disebut ”mola
hidatidosa”. Pada umumnya penderita ”mola hidatidosa akan menjadi
baik kembali, tetapi ada diantaranya yang kemudian mengalami
degenerasi keganasan yang berupa karsinoma.
(Wiknjosastro, 2007)

Gambar 2 : Alat Reproduksi yang mengalami Mola Hidatidosa

C. Klasifikasi Mola Hidatidosa


Mola Hidatidosa diklasifikasikan menjadi dua berdasarkan morfologi,
histopatologi, dan karyotip. (Daftary dan Desai, 2006)
1. Mola hidatidosa komplit
Merupakan kehamilan abnormal tanpa embrio yang seluruh vili
korialisnya mengalami degenerasi hidrofik yang menyerupai anggur.
Mikroskopik tampak edema stroma vili tanpa vaskularisasi
disertai hiperplasia dari kedua lapisan trofoblas (Sastrawinata S, 2004).
Pada waktu yang lalu MHK rata-rata terjadi pada usia kehamilan 16
minggu, tetapi pada saat ini dengan kemajuan teknologi
ultrasonografi, MHK dapat didetiksi pada usia kehamilan yang lebih
muda. Secara klinis tampak pembesaran uterus yang lebih besar dari usia
kehamilan dan pasien melihatkan gejala toksik kehamilan.
Secara makroskopik ditandai dengan gelembung-gelembung
putih, tembus pandang, berisi cairan jernih dengan ukuran yang
14 bervariasi dari beberapa milimeter sampai 1-2 centimeter. Massa
tersebut dapat tumbuhbesar sehingga memenuhi uterus. MHK dicirikan
oleh pembengkakan vilikorionik, pada ultrasonografi ditemukan pola
vesicular. MHK yang didiagnosis dalam trimester pertama
menunjukkan kavitas yang kurang dan viliyang lebih kecil.
2. Mola hidatidosa parsial
Merupakan keadaan di mana perubahan mola bersifat lokal serta
belum begitu jauh dan masih terdapat janin atau sedikitnya kantong
amnion. Umumnya janin mati pada bulan pertama. Secara makroskopis
tampak gelembung mola yang disertai janin atau bagian dari janin.
Molaparsial tampak gambaran vili yang normal dan udem. Pada
mola parsial sering dijumpai komponen janin. Penderita sering
dijumpai pada usia kehamilan lebih tua, yaitu 18-20 minggu.
Pada pemeriksaan laboratorium, peningkatan kadar serum βhCG tidak
terlalu tinggi.
Karyotip biasanya triploid 69,XXX, 69,XXY, atau 69,XYY
dengan satu komplemen haploid ibu dan dua haploid ayah. Janin
pada mola parsial memiliki stigmata triploid, yaitu malformasi
kongenital multipel dan hambatan pertumbuhan, serta tidak
mungkin hidup (Leveno KJ, 2004)

D. Etiologi Mola Hidatidosa


Walaupun penyakit ini sudah dikenal sejak abad keenam, tetapi sampai
sekarang belum diketahui dengan pasti penyebabnya. Oleh karena itu,
pengetahuan pengetahuan tentang faktor resiko menjadi penting agar dapat
menghindari terjadinya MH, seperti tidak hamildi usia ekstrim dan
memperbaikigizi (Martaadisoebrata, 2005).
Menurut Moechtar, 1990. Penyebab mola hidatidosa belum
diketahuisecara pasti. Faktor-faktor yang mungkin menjadi penyebab adalah :
1. Faktor ovum
Spermatozoa memasuki ovum yang telah kehilangan nukleusnya atau
dua serum memasuki ovum tersebut sehingga akan terjadi
kelainan atau gangguan dalam pembuahan.
2. Keadaan sosial ekonomi yang rendah
Dalam masa kehamilan keperluan zat-zat gizi meningkat. Hal
ini diperlukan untuk memenuhi kebutuhan pertumbuhan dan
perkembangan janin, dengan keadaan sosial ekonomi yang rendah
maka untuk memenuhizat-zat gizi yang diperlukan tubuh
kurang sehingga mengakibatkan gangguan dalam pertumbuhan
dan perkembangan janinnya.
3. Parietas tinggi Ibu multipara cenderung beresiko terjadi
kehamilan mola hidatidosa karena trauma kelahiran atau
penyimpangan transmisi secara genetic yang dapat diidentifikasikan
dan penggunaan stimulan drulasi seperti klomifen atau
menotropiris (pergonal).
4. Kekurangan protein
Protein adalah zat untuk membangun jaringan-jaringan bagian
tubuh sehubungan dengan pertumbuhan janin, pertumbuhan
rahim, dan buah dada ibu, keperluan akan zat protein pada
waktu hamil sangat meningkat apabila kekurangan protein dalam
makanan mengakibatkan bayi akan lahir lebih kecil dari normal
5. Infeksi virus
Infeksi mikroba dapat mengenai semua orang termasuk wanita
hamil.Masuk atau adanya mikroba dalam tubuh manusia tidak
selalu akan menimbulkan penyakit (desease). Hal ini sangat
tergantung dari jumlah mikroba (kuman atau virus) yang masuk
virulensinya serta daya tahan tubuh.

E. Manifestasi Klinis Mola Hidatidosa


1. Perdarahan pervaginam dari bercak sampai perdarahan berat. merupakan
gejala utama dari mola hidatidosa, sifat perdarahan bisaintermiten selama
berapa minggu sampai beberapa bulan sehingga dapat menyebabkan
anemia defisiensi besi.
2. Uterus sering membesar lebih cepat dari biasanya tidak sesuai dengan
usia kehamilan. Hal ini disebabkan oleh jaringan trofoblas
yang berkembang berlebihan yang berkaitan dengan tingginya kadar
hCG dan terdapat retensi darah.
3. Tidak dirasakan tanda –tanda adanya gerakan janin maupun ballotemente.
4. Hiperemesis
Hiperemesis gravidarum berkaitan dengan kenaikan kadar hCG dan
pembesaran uterus yang berlebihan sehingga menyebabkan mual dan
muntah yang berat Hal ini terjadi pada 4 % pasien dengan mola
hidatidosa pada usia kehamilan minggu ke –5-9 dan 23 % pada
pasien yang didiagnosis setelah 10 minggu kehamilan.
5. Preklampsi dan eklampsi
Preeklampsia dapat terjadi pada kehamilan trimester pertama dan
awal trimester kedua atau sebelum usia kehamilan mencapai 24
minggu. Preeklampsia biasanya berkembang pada pasien dengan
kenaikan kadar hCG dan adanya pembesaran uterus.
6. Keluar jaringan mola seperti buah anggur, yang merupakan diagnosa pasti

F. Patofisiologi Mola Hidatidosa


Mola Hidatidosa disebut juga hamil anggur. Penyebab mola hidatidosa
tidak diketahui secara pasti, namun ada beberapa faktor penyebab, yaitu :
Faktor ovum, akibat infeksi, paritas tingi, defisiensi protein, peradarahan
pervaginam berulang, yang bisa menyebabkan mola hidatidosa. Tindakan
invasif yang dapat dilakukan untuk mola hidatidosa adalah curet dan
pembedahan melalui histerektomi. Pasien akan diberikan anastesi, efek dari
anastesi tersebut dapat menyebabkan distensi abdomen, maka klien akan
mengalami mual dan muntah. Ketika mual dan muntah itu terjadi maka nafsu
makan akan menurun dan dapat menimbulkan masalah keperawatan
ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh.
Tindakan pembedahan histerektomi klien harus bedrest total, maka klien
akan malas bergerak karena takut akan lukanya, bisa menimbulkan masalah
keperawatan deficit perawatan diri. Tindakan pembedahan itu bisa
menyebabkan perdarahan dan dapat menimbulkan masalah keperawatan
kekurangan volume cairan. Terputusnya jaringan saraf bisa menyebabkan
nyeri dan menimbulkan masalah keperawatan nyeri. Adanya luka operasi, dan
klien kurang pengetahuan perawatan luka menyebabkan invasi
mikroorganisem dapat menimbulkan masalah keperawatan resiko infeksi.
H. Pemeriksaan Penunjang Mola Hidatidosa
1. Pemeriksaan HCG
Karakteristik yang terpenting pada penyakit ini adalah kemampuan dalam
memproduksi hCG, sehingga jumlahnya meningkat lebih tinggi
dibandingkan kadar β-hCG seharusnya pada usia kehamilan yang sama.
Hormon ini dapat dideteksi pada serum maupun urin penderita dan
pemeriksaan yang lebih sering dipakai adalah β-hCG kuantitatif serum.
Kadar HCG yang jauh lebih tinggi dari kehamilan biasa. Pada kehamilan
biasa kadar HCG darah paling tinggi 100.000 IU/L, sedangkan pada
molahidatidosa bisa mencapai 5.000.000 IU/L.
2. Pemeriksaan USG
Akan terlihat bayangan badai salju dan tidak terlihat janin, dan seperti
sarang tawon. Gambaran berupa badai salju tanpa disertai kantong gestasi
atau janin USG ini merupakan pemeriksaan penunjang yang spesifik antar
kehamilan dengan mola hidatiosa. Pada kelainan mola, bentuk
karakteristik berupa gambaran seperti badai salju dengan atau tanpa
kantong gestasi atau janin. Pemeriksaan ini sebaiknya dilakukan pada
setiap pasien yang pernah mengalami perdarahan pada trimester awal
kehamilan dan memiliki uterus lebih besar dari usia kehamilan. USG
dapat menjadi pemeriksaan yang spesifik untuk membedakan antara
kehamilan normal dengan mola hidatidosa. Pada 20-50% kasus dijumpai
adanya massa kistik di daerah adneksa. Massa tersebut berasal dari kista
teka lutein.
Pemeriksaan lain yang dapat digunakan adalah :
1. Memasukkan sonde intrauterin, jika tanpa tahanan, hanifa
positif. Hal ini berarti MH.
2. Penyuntikan bahan kontras secara intrauterin, foto abdomen,
akan tampak gambaran seperti sarang tawon.
3. Pemeriksaan MRI
a. Tidak tampak janin
b. Jaringan MH jelas terlihat Pemeriksaan terakhir jarang
dipergunakan karena dengan USG diagnosis sudah jelas.Sekitar
10% kasus dijumpai MHP. (Manuaba, 2007).

I. Farmakologi Mola Hidaatidosa


Mola Hidatidosa harus dievakuasi sesegera mungkin setelah
diagnosis ditegakkan. Bila perlu lakukan stabilisasi dahulu dengan
melakukan perbaikan keadaan umum penderita dengan mengobati
beberapa kelainan yang menyertai seperti tirotoksikosis.
Terapi MH terdiri dari 4 tahap yaitu :
1. Memperbaiki keadaan umum
Pengeluaran gelembung mola yang disertai perdarahan
memerlukan transfusi sehingga penderita tidak jatuh syok.
Disamping itu setiap evakuasi jaringan mola dapat diikuti
perdarahan. Hingga persiapan darah menjadi program vital pada
waktu mengeluarkan mola dengan curetage dipasang infus dan
uretoronika dulu sehingga pengecilan rahim dapat mengurangi
perdarahan.
2. Pengeluaran jaringan mola hidatidosa
a. Evakuasi jaringan mola hidatidosa
Dilakukan dengan vakum curetage yaitu alat penghisap listrik
yang kuat hingga dapat menghisap jaringan mola yang cepat.
Penggunaan alat listrik mempunyai keuntungan cepat menghisap
dan mengurangi perdarahan. Evakuasi jaringan mola hidatidosa
dilakukan dua kali dengan interval satu minggu.
b. Histerektomi
Dengan pertimbangan umur (diatas 35 tahun) parietas diatas 3
maka penderita mola hidatidosa dilakukan tindakan radikal
histerektomi.
3. Pengobatan profilaksis dengan sitostatika
Mola hidatidosa merupakan penyulut trofoblas yang berkelanjutan
menjadi koriokarsinoma. Untuk menghindari terjadinya degenerasi
ganas diberikan profilaksis dengan sitostatika metotraksan atau
aktinomicyn D. Pengobatan profilaksis sitostatika memerlukan
perawatan rumah sakit.
4. Pengawasan lanjut
Pengawasan lanjutan pada wanita dengan mola hidatidosa yang uterusnya
dikosongkan sangat penting karena mungkin timbul tumor ganas.
Penentuan kadar kuantitatif HCG subyektif unit beta dilakukan
tiap minggu

J. Pencegahan Mola Hidatidosa


1. Makan makanan yang mengandung protein tinggi sehingga meningkatkan
daya tahan tubuh.
2. Konsultasikan ke dokter jika menginginkan kehamilan lagi, karena usia
bisa menjadi resiko mola hidatidosa, terutama ibu multipara cenderung
beresiko terjadi kehamilan mola hidatidosa karena trauma kelahiran atau
penyimpangan transmisi secara genetic yang dapat diidentifikasi dan
penggunaan stimulan drulasi seperti klomifen atau menotropis.
3. Periksa kromosom ibu jika dicurigai terjadi infeksi virus. Infeksi mikroba
dapat mengenai semua orang termasuk wanita hamil.
4. Control keadaan kesuburan pasangan pria (spermatozoa), faktor wanita
(ovum). Spermatozoa memasuki ovum yang telah kehilangan nukleusnya
atau dua serum memasuki ovum tersebut sehingga akan terjadi kelainan
atau gangguan dalam pembuahan.

BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
1. Anamnesa
a. Identitas Klien : meliputi nama, umur, jenis kelamin, agama, suku
bangsa, status pernikahan, pendidikan, pekerjaan, alamat.
b. Identitas Penanggung jawab: Nama, umur, jenis kelamin, hubungan
dengan keluarga, pekerjaan, alamat.
2. Keluhan utama
Kaji adanya menstruasi tidak lancar dan adanya perdarahan pervaginam
berulang.
3. Riwayat Kesehatan
a. Riwayat penyakit sekarang
keluhan sampai saat klien pergi ke Rumah Sakit atau pada saat
pengkajian seperti perdarahan pervaginam di luar siklus haid,
pembesaran uterus lebih besar dari usia kehamilan.
b. Riwayat kesehatan masa lalu
Kaji adanya penyakit yang pernah dialami oleh klien misalnya DM,
jantung, hipertensi, masalah ginekologi atau urinary, penyakit
endokrin, dan penyakit-penyakit lainnya.
c. Riwayat kesehatan keluarga
Yang dapat dikaji melalui genogram dan dari genogram tersebut
dapat diidentifikasi mengenai penyakit turunan dan penyakit menular
yang terdapat dalam keluarga.
d. Riwayat reproduksi
Kaji tentang menarche, siklus menstruasi, lamanya, banyaknya, sifat
darah, bau, warna dan adanya dismenorhoe serta kaji kapan
menopause terjadi, gejala serta keluhan yang menyertainya.

4. Pemeriksaan fisik
a. Inspeksi
1) Muka dan kadang – kadang badan kelihatan pucat kekuning –
kuningan yang disebut muka mola (mola face) atau muka terlihat
pucat.
2) Bila gelembung mola keluar dapat dilihat jelas.
b. Palpasi
1) Uterus membesar tidak sesuai dengan tuanya kehamilan, teraba
lembek.
2) Tidak teraba bagian – bagian janin dan ballotemen, juga gerakan
janin.
3) Adanya fenomena harmonica: darah dan gelembung mola keluar
dan fundus uteri turun lalu naik karena terkumpulnya darah baru.
4) Adanya pembesaran kelenjar tiroid, menunjukan adanya
komplikasi tiroktoksikosis.
c. Auskultasi
1) Tidak terdengar DJJ
2) Terdengar bising dan bunyi khas
d. Periksa Dalam Pastikan besarnya rahim, rahim terasa lembek, tidak
ada bagian janin, terdapat perdarahan dan jaringan dalam kanalis
servikalis dan vagina, seerta evaluasi keadaan servik.
5. Pemeriksaan penunjang
a. Laboratutium
Kadar HCG yang jauh lebih tinggi dari kehamilan biasa. Pada kehamilan
biasa kadar HCG darah paling tinggi 100.000 IU/L, sedangkan pada
molahidatidosa bisa mencapai 5.000.000 IU/L.
b. USG
Akan terlihat bayangan badai salju dan tidak terlihat janin, dan seperti
sarang tawon.
c. Foto rontgen abdomen
Tidak terlihat tulang – tulang janin pada kehamilan 3 – 4 bulan.
B. Diagnosa keperawatan
1. Kekurangan volumen cairan b.d perdarahan per vaginam
2. Nyeri akut b.d proses perjalanan penyakit
3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d masukan
yang tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan metabolisme (mual,
anoreksia, pembatasan medis).
4. Gangguan aktivitas berhubungan dengan kelemahan, penurunan sirkulasi.

C. Intervensi keperawatan
1. Dx. Keperawatan
Kekurangan volumen cairan b.d perdarahan per vaginam

Definisi Kriteria Hasil Intervensi Keperawatan


Penurunan cairan 1. Mempertahankan 1. Monitor status hidrasi
intravaskular atau urine output sesuai (kelembaban membran
intraseluler. Ini mengacu dengan usia dan BB, mukosa, nadi adekuat,
pada dehidrasi, BJ urine normal, HT tekanan darah ortostatik)
kehilangan cairan. normal jika diperlukan
Batasan karakteristik : 2. Tekanan darah, nadi, 2. Monitor vital sign
a. Perubahan status 3. Monitor masukan
suhu tubuh dalam
mental makanan/ cairan dan
batas normal
b. Penurunan tekanan
3. Tidak ada tanda hitung intake kalori harian
darah 4. Monitor status nutrisi
dehidrasi, elastisitas
c. Penurunan tekanan 5. Berikan cairan IV pada
turgor kulit baik,
nadi dan volumen suhu ruangan
membran mukosa 6. Dorong masukan oral
nadi
7. Tawarkan snack (jus buah,
d. Peningkatan suhu lembab, tidak ada rasa
buah segar)
tubuh haus yang berlebihan
8. Atur kemungkinan
e. Kelemahan
f. Penurunan berat transfusi
9. Kolaborasi dengan dokter
badan
g. Penurunan turgor
kulit

2. Dx. Keperawatan
Nyeri akut b.d proses perjalanan penyakit
Definisi Kriteria Hasil Intervensi Keperawatan
Pengalaman sensori dan 1. Mampu mengontrol 1. Lakukan pengkajian
emosional yang tidak nyeri (tahu nyeri secara
menyenangkan yang penyebab nyeri, komprehensif termasuk
muncul akibat kerusakan mampu lokasi, karakteristik,
jaringan yang aktual atau menggunakan teknik durasi, frekuensi, dan
potensial. farmakologi untuk kualitas
Batasan karakteristik : 2. Observasi reaksi
mengurangi nyeri)
a. Perubahan selera
2. Melaporkan bahwa nonverbal dari
makan
nyeri berkurang ketidaknyamanan
b. Perubahan tekanan
3. Gunakan teknik
dengan
darah
komunikasi terapeutik
c. Perubahan frekuensi menggunakan
untuk mengetahui
jantung dan manajemen nyeri
3. Mampu mengenali pengalaman nyeri pasien
pernafasan
4. Bantu pasien dan
d. Perilaku distraksi nyeri( skala nyeri,
keluarga untuk mencari
(mis., berjalan intensitas, frekuensi
dan menemukan
mondar-mandir dan tanda nyeri)
4. Menyatakan rasa dukungan
mencari orang lain,
5. Pilih dan lakukan
nyaman setelah
dan aktivitas yang
penanganan nyeri
nyeri berkurang
berulang)
(farmakologi, dan non
e. Mengekspresikan
farmakologi)
perilaku (mis.,
6. Ajarkan tentang teknik
gelisah, merengek,
non farmakologi
menangis) 7. Kolaborasi dengan
f. Sikap melindungi
dokter jika ada keluhan
area nyeri
dan tindakan nyeri tidak
g. Gangguan tidur
h. Melaporkan nyeri berhasil
8. Monitor penerimaan
secara verbal
i. Sikap melindungi pasien tentang
tubuh manajemen nyeri

D. Implementasi keperawatan
Pelaksanaan dan perencanaan keperawatan yang telah dibuat untuk mencapai
hasil efektif. Dalam pelaksanaan, penguasaan keterampilan dan pengetahuan
harus dimiliki oleh setiap perawat supaya memberikan pelayanan yang
bermutu. Dengan demikian tujuan dapat tercapai.

E. Evaluasi
1. Nyeri berkurang
2. Dapat melakukan aktivitas secara mandiri
3. Pola tidur tidak terganggu
4. Tidak menimbulkan demam
5. Kecemasan berkurang

TINJAUAN KASUS
A. Pengkajian
1. Identitas klien
Nama Klien : Ny. Y
Umur Klien : 25 tahun
Jenis Kelamin : perempuan
Alamat : Jl. Raya kletek
Status Perkawinan : Kawin
Agama : islam
Suku : Jawa/indonesia
Pendidikan : SMA
Tgl MRS : 1 september 2007
2. Penanggung jawab
Nama : Tn. M
Umur Suami : 28 tahun
Pekerjaan : swasta
Agama : islam
Suku : Jawa/indonesia
Hubungan dengan klien : suami klien
3. Keluhan utama
Klien Mengeluh mengalami perdarahan pervaginam dan nyeri pada
bagian abdomen sejak 6 hari lalu.
4. Riwayat kesehatan
a. Riwayat kesehatan sekarang
Klien mengatakan sudah mengalami perdarahan sejak 6 hari lau, saat
diperiksa keadaan vulva tampak kotor dan lembab serta adanya tanda
infeksi yang lain seperti kemerahan di perineum, dan keluar cairan
putih kekuningan serta berbau, klien tampak lemah, membran mukosa
kering, turgor kulit tidak elastis dan cubitan kulit kembali dalam 2
detik, mual dan muntah 2-4x/hari selama 6 hari. Klien juga mengeluh
nyeri perut bagian bawah dengan skala nyeri 6 dan bertambah saat
melakukan gerakan secara tiba-tiba, klien tampak meringis menahan
nyeri, wajah klien tampak pucat, perdarahan 500 cc, TD 100/90
mmHg, RR 26X/menit.
b. Riwayat kesehatan keluarga
keluarga klien tidak memiliki penyakit keturunan.
c. Riwayat haid
1) Menarche : 14 tahun
2) Siklus haid : teratur 28-30 hari
3) Keluhan selama haid : Tidak ada keluhan selama haid

5. Pemeriksaan fisik
a. Tanda-tanda vital
- TD : 100/90 mmHg - S : 36OC
- RR :120 X/Mnt, - N : 80 X/Mnt
b. Kepala dan muka
- Rambut : hitam, rapi, bersih, tidak ada ketombe,tidak rontok
- Muka : simetris, tidak ada edema
- Mata : konjungtiva pucat, sclera tidak ikterus
c. Leher
- Kelenjar tiroid : tidak ada pembesaran
- Vena jugularis : tidak ada pembesaran
d. Dada
- Jantung : terdapat Lup dup teratur
- Paru : tidak ada bunyi ronchi dan wheezing, suara nafas
vesikuler
- Payudara : bentuk simetris, membesar, bentuk puting susu
menonjol, tidak ada hiperpigmentasi, tidak ada massa, tidak ada
pengeluaran, bersih
e. Abdomen
- Bentuk : uterus lebih besar dari usia kehamilan
- Strie : terlihat sedikit
- Linea : terlihat linea alba
- Bising usus : 15x/mnt
- Palpasi Leopold : TFU 2 jari dibawah pusat
- DJJ : tidak terdengar denyut jantung janin
f. Genitalia
Perdarahan pervagina
- Jumlah : 500 cc,
- Warna : merah
- Konsistensi : Berdungkul
- Nyeri : Ya Bau : Ya
Flour Albus
- Jumlah : - cc
- Warna : putih kekuningan Bau : Ya

6. Pemeriksaan penunjang
a. Laboratorium : HB : 9 gr%
b. Protein urine : tidak dilakukan
c. Pemeriksaan kadar Beta HCG darah : –
d. Foto toraks : tidak ada gambaran emboli udara
e. USG : tidak terlihat rangka janin, terlihat gelembung-gelembung
mola seperti buah anggur gambaran seperti sarang tawon, seperti
badai salju.

ANALISA DATA

NO DATA FOKUS ETIOLOGI MASALAH


KEPERAWATAN
1. DS : Perdarahan Devisit Volume
- Mengeluh perdarahan pervaginam akibat Cairan
sudah 6 hari, badan lemah. kerusakan jaringan
DO : intra uterus
- Perdarahan pervaginal
bergumpal.
- Hb : 9 mg%
- Kulit agak pucat
- TD : 100/90 mmHg ,
S : 36OC, RR :120 X/Mnt,
N : 80 X/Mnt
2. DS : Kerusakan jaringan Gangguan rasa
- Menyatakan nyeri perut nyaman : Nyeri
bagian bawah
- Mengeluh perdarahan sudah
6 hari
DO:
- Kadang meringis menahan
nyeri
3. DS: Perdarahan yang Resiko tinggi infeksi
- klien mengeluh per darahan mengakibatkan
selama 6 hari kondisi vulva hygiene
DO: menjadi kotor dan
- Keadaan vulva selalu lembab.
lembab dan kotor akibat
perdarahan.

B. Diagnosa keperawatan
1. Devisit volume cairan b.d perdarahan per vaginam
2. Gangguan rasa nyaman : Nyeri b.d Kerusakan jaringan intrauteri
3. Resiko tinggi infeksi b.d perdarahan, vulva hygiene yang kotor dan
lembab
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Mola Hidatidosa ditandai oleh kelainan vili korialis, yang terdiri dari
proliferasi trofoblastik dangan derajat yang bervariasi dan edema sroma vilus.
Mola biasanya menempati kavum uteri, tetapi kadang-kadang tumor ini
ditemukan dalam tuba falopii dan bahkan dalam ovarium. Perkembangan
penyakit trofoblastik ini amat menarik, dan ada tidaknya jaringan janin telah
digunakan untuk menggolongkannya menjadi bentuk mola yang komplet
(klasik) dan parsial (inkomplet).
Kehamilan mola hidatidosa merupakan kelainan kehamilan yang banyak
terjadi pada multipara yang berumur 35-45 tahun. Mengingat banyaknya
kasus mola hidatidosa pada wanita umur 35-45 tahun sangat diperlukan suatu
penanggulangan secara tepat dan cepat dengan penanganan tingkat
kegawatdaruratan obstetric. Observasi dini sangat diperlukan untuk
memberikan pertolongan penanganan pertama sehingga tidak memperburuk
keadaan pasien. Penerapan asuhan keperawatan sangat membantu dalam
perawatan kehamilan mola hidatidosa karena kehamilan ini memerlukan
perawatan dan pengobatan secara kontinyu sehingga keluarga perlu dilibatkan
agar mampu memberikan perawatan secara mandiri.

B. Saran
1. Saran bagi Mahasiswa
Bagi mahasiswa disarankan dengan adanya makalah ini dapat
meningkatkan kembali pengetahuan terkait Mola Hidatidosa dan Asuhan
Keperawatan pada ibu hamil dengan gangguan Mola Hidatidosa .
2. Saran bagi Perguruan Tinggi
Bagi perguruan tinggi disarankan untuk menjadikan makalah ini sebagai
bahan ajar dalam meningkatkan pengetahuan terkait materi di atas.
DAFTAR PUSTAKA
Cunningham, F Garry, dkk. 2010. Obstetri Williams. Jakarta : EGC

Fadlun, dkk. 2011. Asuhan Kebidanan Patologis. Jakarta : Salemba Medika

Green, Carol J , Wilkinson, Judith M. 2012. Rencana Asuhan Keperawatan


Maternal & Bayi Baru Lahir. Jakarta : EGC

Prawirohardjo, Sarwono.2010. Ilmu Kebidanan, Edisi Keempat. Jakarta : PT.


Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.

Gabriela. 2009. https://last3arthtree.files.wordpress.com/2009/03/mola-


hidatidosa.pdf. Diakses pada tanggal 2 Maret 2019 pada jam 11.24.

Wan Desen. 2011.


http://repository.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/44617/Chapter
%20II.pdf?sequence=4. Diakses pada tanggal 2 Maret 2019 pada jam
10.00.

Marta. 2005. http://eprints.umm.ac.id/31636/2/jiptummpp-gdl-s1-2011-yuliratnad-


23492-BAB%2B2.pdf. Diakses pada tanggal 2 Maret 2019 pada jam
10.15

Anda mungkin juga menyukai