Anda di halaman 1dari 56

ASUHAN KEPERAWATAN PADA TN.

M DENGAN PPOK DI RUANG


MELATI RSUD PASAR REBO JAKARTA TIMUR
TANGGAL 10-15 DESEMBER 2018

Tugas ini di buat untuk memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan


Medical Bedah I
Dosen Pembimbing : Ilah Muhafilah S.Kp., M.Kes

Disusun oleh : Kelompok Ruang Melati


1. Riski Aulia Wulandari (1032171015)
2. Sulsila (1032171024)
3. Sulsilawati (1032171028)
4. Noviyanti (1032171033)

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


FAKULTAS KESEHATAN
UNIVERSITAS MH. THAMRIN JAKARTA
2018
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Terwujudnya keadaan sehat adalah kehendak semua pihak , tidak hanya oleh
perororangan , tetapi juga kelompok dan bahkan oleh masyarakat . sehat adalah suatu
keadaan sejahtera badan , jiwa dan social dan ekonomi. Status kesehatan dipengaruhi
oleh faktor biologic, lingkungan, dan pelayanan kesehatan. Faktor biologic adalah faktor
yang berasal dari dalam individu atau faktor keturunan misalnya pada penyakit alergi
(Mansjoer, 2000).
Menurut World Health Organitation (WHO) pada tahun 2012, jumlah penderita
PPOK mencapai 274 juta jiwa dan diperkirakan meningkat menjadi 400 juta jiwa ditahun
2020 mendatangdan setengah dari anggka tersebut terjadi di negara
berkembang,termaksud negara Indonesia. Angka kejadian PPOK di Indonesia menempati
urutan kelima tertinggi didunia yaitu 7,8 juta jiwa. Jumlah penderita PPOK meningkat
akibat faktor genetic, pola hidup yang tidak sehat, asap rokok dan polusi udara.
PPOK dianggap sebagai penyakit yang berhubungan dengan interaksi genetic dengan
lingkungan. Adapun faktor penyebab adalah : merokok, polusi udara, dan pemajaran di
tempat kerja (terhadap batubara , kapas, padi-padian) merupakan faktor faktor resiko
penting yang menunjang pada terjadnya penyakit ini. prosesnya terjadi dalam rentang
lebih dari 20-30 tahunan. (Smeltzer dan Bare,2006).
Penyakit Paru Obstruksi Kronis(PPOK) merupakan penyakit yang dapat
menyebabkan kematian. Karena semakin banyaknya penderita PPOK di Indonesia. Maka
dalam hal ini kelompok menganbil kasus kelolaan selama 3 hari dengan asuhan
keperawatan gangguan system pernafasaan khususnya Penyakit Paru Obstruksi Kronis
(PPOK) pada Tn. M yang diambil diruang perawatan melati lantai 7 RSUD Pasar Rebo
Jakarta Timur.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang diatas maka rumusan masalah dalam laporan kasus
ini adalah: “bagaimana melakukan pelaksanaan asuhan keperawatan pada Tn. M dengan
gangguan Penyakit Paru Obstruksi Kronis (PPOK) di ruang melati lantai 7 RSUD Pasar
Rebo Jakarta Timur”.

C. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Adapun tujuan umum dari penulisan ini adalah untuk memberikan gambaran terhadap
aplikasi asuhan keperawatan dengan masalah gangguan system pernafasan : Penyakit
Paru Obstruksi Kronis (PPOK) pada Tn. M di ruang melati lantai & RSUD Pasar Rebo
Jakarta Timur.
2. Tujuan Khusus

Adapun tujuan khusus dari penulisan karya ilmiah yaitu penulis mampu menggambarkan,
mengetahui, menentukan , memahami, menjelaskan, dan mendiskripsikan :

a. Pengkajian pada Tn. M dengan Penyakit Paru Obstruksi Kronis (PPOK).


b. Penentuan diagnose atau masalah keperawatan yang muncul pada Tn. M dengan
Penyakit Paru Obstruksi Kronis (PPOK)
c. Penyusunan intervensi keperawatan secara tepat pada Tn. M dengan Penyakit Paru
Obstruksi Kronis (PPOK).
d. Implementasi keperawatan pada Tn. M dengan Penyakit Paru Obstruksi Kronis
(PPOK).
e. Evaluasi tindakan yang telah di lakukan pada Tn. M dengan Penyakit Paru Obstruksi
Kronis (PPOK).
f. Pendokumentasian tindakan yang telah dilakukan pada Tn. M dengan Penyakit Paru
Obstruksi Kronis (PPOK).
D. Manfaat
a. Rumah sakit
Laporan kasus ini dapat menjadi masukan dalam melakukan pelayanan peningkatan
asuhan keperawatan pada pasien dengan PPOK.
b. Institusi pendidikan
Laporan kasus ini diharapkan dapat menjadi bahan pustaka yang dapat memberikan
gambaran pengetahuan mengenai PPOK.
c. Profesi perawat
Laporan kasus ini diharapkan dapat dijadikan bahan acuan bagi tenaga kesehatan
untuk mengadakan penyuluhan tentang kesehatan mengenai PPOK dan bahayanya.
BAB II

TINJAUAN TEORITIS

A. Konsep Teori Penyakit Paru Obstruksi Kronis (PPOK)


1. Definisi PPOK
Global initiative for chronic obstructive lung disease (GOLD) mengartikan PPOK
adalah suatu penyakit yang bisa dilakukan pencegahan dan pengobatan. PPOK
memiliki tanda dan gejala terdapatnya hambatan aliran udara dalam saluran
pernafasan yang bersifat progresif. PPOK juga terdapat peradangan atau inflamasi
pada saluran pernafasan dan paru- paru yang diakibatkan oleh adanya partikel dan gas
yang berbahaya (GOLD,2013).
PPOK merupakan keadaan irreversible yang ditandai adanya sesak nafas pada
saat melakukan aktivitas dan terganggunya aliran udara masuk dan keluar dari paru-
paru (Smeltzer et al,2013). PPOK merupakan penyakit kronis ditandai dengan
terhambatnya aliran udara karena obstruksi saluran pernafasan yang disebabkan oleh
paparan yang lama terhadap polusi dan asap rokok. PPOK merupakan istilah yang
sering digunakan untuk sekelompok penyakit paru paru yang berlangsung lama
(Grace et al, 2011). Yang ditandai oleh adanya respons inflamasi paru terhadap
partikel atau gas berbahaya (Padila,2012).
PPOK adalah penyakit yang dapat di cegah dan diobati yang secara umum
ditandai dengan keterbatasan aliran udara yang terus- menerus biasanya progresif dan
berhubungan dengan peradangan kronis, peningkatan respon dalam saluran udara dan
paru paru dari partikel berbahaya atau gas. (Vestbo el.al.,2013). Penyakit paru
obstruktif kronik (PPOK) adalah penyakit radang saluran nafas utama ditandai
dengan keterbatasan aliran udara sebagian besar ireversibel yang menghasilkan
hypoxemia dan hiperkapnia. (Huang, et al., 2013).
2. Etiologi
Beberapa faktor penyebab PPOK menurut Mansjoer (2008) dan Ovedoff (2006)
adalah
a. Kebiasaan merokok, polusi udara, paparan debu, asap dan gas kimiawi.
b. Faktor usia dan jenis kelamin sehingga menyebabkan semakin menurunnya fungsi
paru- paru.
c. Infeksi system pernafasan akut, seperti peunomia, bronchitis, dan asma orang
dengan kondisi ini beresiko mendapatkan PPOK.
d. Keadaan menurunnya alfa anti tripsin. Enzim ini dapat melindungi paru paru dari
proses peradangan. Menurunnya enzim ini menyebabkan seseorang menderita
empisema pada saat masih muda meskipun ia tidak ada riwayat merokok.
e. Brashers (2007) menambahkan faktor- faktor yang menyebabkan timbulnya
penyakit PPOK adalah :
Merokok merupakan >90% resiko untuk PPOK dan sekitar 15% perokok
menderita PPOK. Beberapa perokok dianggap peka dan mengalami penurunan
fungsi paru secara cepat. Pajanan asap rokok dari lingkungan telah dikaitkan
dengan penurunan fungsi paru dan peningkatan resiko penyakit paru obstruksi
pada anak anak.
Terdapat peningkatan resiko PPOK bagi saudara tingkat pertama perokok.
Pada kurang dari 1% penderita PPOK, terdapat defek gen alfa satu antitrypsin
yang di turunkan yang menyebabkan awitan awal envisema.
Infeksi saluran nafas berulang pada masa kanak kanak berhubungan dengan
rendahnya tingkat fungsi paru maksimal yang bisa di capai dan peningkatan
resiko terkena PPOK saat dewasa. Infeksi saluran nafas kronis seperti adenovirus
dan klamidia mungkin berperan dalam terjadinya PPOK.
Polisi udara dan kehidupan perkotaan berhubungan dengan peningkatan resiko
morbiditas PPOK.
3. Gejala Klinis
Gejala PPOK terutama berkaitan dengan respirasi. Keluhan respirasi ini harus
diperiksa dengan teliti karena seringkali dianggap sebagai gejala yang
biasa terjadi pada proses penuaan. Batuk kronik adalah batuk hilang timbul selama
3 bulan yang tidak hilang dengan pengobatan yang diberikan. Kadang-
kadang pasien menyatakan hanya berdahak terus menerus tanpa disertai
batuk. Selain itu, sesak napas merupakan gejala yang sering dikeluhkan pasien
terutama pada saat melakukan aktivitas. Seringkali pasien sudah mengalami
adaptasi dengan sesak napas yang bersifat progressif lambat sehingga sesak ini
tidak dikeluhkan. Untuk menilai kuantitas sesak napas terhadap kualitas
hidup digunakan ukuran sesak napas sesuai skala sesak menurut British.
Medical Research Council (MRC) (Tabel 2.1) (GOLD, 2009).

Tabel 2.1. Skala Sesak menurut British Medical Research Council (MRC)

Skala Sesak Keluhan Sesak Berkaitan dengan Aktivitas

1 Tidak ada sesak kecuali dengan aktivitas berat

2 Sesak mulai timbul jika berjalan cepat atau naik tangga 1tingkat

3 Berjalan lebih lambat karena merasa sesak

4 Sesak timbul jika berjalan 100 meter atau setelahbeberapa menit

5 Sesak bila mandi atau berpakaian

4. Patofisiologi

Patofisiologi menurut Brashers (2007), Mansjoer (2000) dan Reeves (2001) adalah :

Asap rokok, polusi udara dan terpapar alergen masuk ke jalan nafas dan
mengiritasi saluran nafas. Karena iritasi yang konstan ini , kelenjar-kelenjar yang
mensekresi lendir dan sel-sel goblet meningkat jumlahnya, fungsi silia menurun, dan
lebih banyak lendir yang dihasilkan serta terjadi batuk, batuk dapat menetap selama
kurang lebih 3 bulan berturut-turut. Sebagai akibatnya bronkhiolus menjadi menyempit,
berkelok-kelok dan berobliterasi serta tersumbat karena metaplasia sel goblet dan
berkurangnya elastisitas paru. Alveoli yang berdekatan dengan bronkhiolus dapat
menjadi rusak dan membentuk fibrosis mengakibatkan fungsi makrofag alveolar yang
berperan penting dalam menghancurkan partikel asing termasuk bakteri, pasien
kemudian menjadi rentan terkena infeksi.

Infeksi merusak dinding bronchial menyebabkan kehilangan struktur


pendukungnya dan menghasilkan sputum kental yang akhirnya dapat menyumbat
bronki. Dinding bronkhial menjadi teregang secara permanen akibat batuk hebat.
Sumbatan pada bronkhi atau obstruksi tersebut menyebabkan alveoli yang ada di
sebelah distal menjadi kolaps. Pada waktunya pasien mengalami insufisiensi pernafasan
dengan penurunan kapasitas vital, penurunan ventilasi, dan peningkatan rasio volume
residual terhadap kapasitas total paru sehingga terjadi kerusakan campuran gas yang
diinspirasi atau ketidakseimbangan ventilasi-perfusi.

Pertukaran gas yang terhalang biasanya terjadi sebagai akibat dari berkurangnya
permukaan alveoli bagi pertukaran udara. Ketidakseimbangan ventilasi–perfusi ini
menyebabkan hipoksemia atau menurunnya oksigenasi dalam darah. Keseimbangan
normal antara ventilasi alveolar dan perfusi aliran darah kapiler pulmo menjadi
terganggu. Dalam kondisi seperti ini, perfusi menurun dan ventilasi tetap sama. Saluran
pernafasan yang terhalang mukus kental atau bronkospasma menyebabkan penurunan
ventilasi, akan tetapi perfusi akan tetap sama atau berkurang sedikit.

Berkurangnya permukaan alveoli bagi pertukaran udara menyebabkan perubahan


pada pertukaran oksigen dan karbondioksida. Obstruksi jalan nafas yang diakibatkan
oleh semua perubahan patologis yang meningkatkan resisten jalan nafas dapat merusak
kemampuan paru-paru untuk melakukan pertukaran oksigen atau karbondioksida.
Akibatnya kadar oksigen menurun dan kadar karbondioksida meningkat.
Metabolisme menjadi terhambat karena kurangnya pasokan oksigen ke jaringan tubuh,
tubuh melakukan metabolisme anaerob yang mengakibatkan produksi ATP menurun
dan menyebabkan defisit energi. Akibatnya pasien lemah dan energi yang dibutuhkan
untuk memenuhi kebutuhan nutrisi juga menjadi berkurang yang dapat menyebabkan
anoreksia.

Selain itu, jalan nafas yang terhambat dapat mengurangi daerah permukaan yang
tersedia untuk pernafasan, akibat dari perubahan patologis ini adalah hiperkapnia,
hipoksemia dan asidosis respiratori. Hiperkapnia dan hipoksemia menyebabkan
vasokontriksi vaskular pulmonari, peningkatan resistensi vaskular pulmonary
mengakibatkan hipertensi pembuluh pulmonary yang meningkatkan tekanan vascular
ventrikel kanan atau dekompensasi ventrikel kanan.

5. Klasifikasi
Klasifikasi penyakit paru obstriksi kronik (PPOK) menurut Jackson (2014) :
a. Asma
Penyakit jalan nafas obstruktif intermienb, reversible dimana trakea dan bronkus
berespon secara hiperaktif terhadap stimulasi tertentu (Brunner et al.,2010)
b. Bronchitis kronis
Bronchitis kronis merupakan batuk produktif dan menetap minimal 3 bulan secara
berturut turut dalam kurun waktu sekurang kurangnya selama 2 tahun. Bronchitis
kronis adalah batuk yang hamper terjadi setiap hari dengan disertai dahak selama
tiga bulan dalam setahun dan terjadi minimal selama dua tahun berturut- turut
(GOLD,2010).
c. Emfisema
Emfisema adalah perubahan struktur anatomi parenkim paru yang di tandai oleh
pembesaran alveolus, tidak normalnya duktus alveolar dan destruksi pada dinding
alveolar. (PDPI,2003).

6. Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis pada PPOK menurut Mansjoer (2008) dan GOLD (2010) yaitu :
Malfungsi kronis pada system pernafasan yang manifestasi awalnya ditandai
dengan batuk-batuk dan produksi dahak khususnya yang muncul pada pagi hari.
Nafas pendek sedang yang sedang berkembang menjadi nafas pendek, sesak nafas
akut, frekwensi nafas yang cepat , penggunaan otot bantu pernafasan dan ekspirasi
lebih lama daripada inspirasi.
7. Komplikasi
Konplikasi Penyakit paru obstruksi kronik (PPOK) menurut Grace et al (2011) dan
Jackson (2014) :
Komplikasi yang dapat terjadi pada PPOK adalah gagal nafas kronik, gagal nafas
akut, infeksi berulang, dank or pulmonal. Gagal nafas kronis ditunjukan oleh hasil
analisa gas darah berupa PaO2<60 mmHg dan PaCO2>50 mmHg. Serta Ph dapat
normal. Gagal nafas akut pada gagal nafas kronis ditandai oleh sesak nafas dengan
atau tanpa sianosis , volume sputum bertambah dan prulen, demam dan kesadaran
menurun. Pada pasien PPOK produksi sputum yang berlebihan dapat menyebabkan
terbentuknya koloni kuman , hal ini memudahkan terjadinya infeksi berulang. Selain
itu pada kondisi kronis ini imunitas tubuh menjadi lebih rendah, ditandai dengan
menurunnya kadar limfosit dalam darah. Adanya kor pulmonal di tandai oleh P
pulmonal pada EKG, hematocrit >50% dan dapat disertai gagal jantung kanan
(PDPI,2016).

8. Derajat PPOK
Klasifikasi derajat PPOK menurut Global initiative for chronic obstruktif lung disease
(GOLD) 2011. :
a. Derajat I (ringan) : Gejala batuk kronis da nada produksi sputum tapi tidak sering.
Pada derajat ini pasien tidak menyadari bahwa menderita PPOK.
b. Derajat II (sedang) : sesak nafas mulai terasa pada saat beraktivitas terkadang
terdapat gejala batuk dan produksi sputum. Biasanya pasien mulai memeriksakan
kesehatan pada derajat ini.
c. Derajat III (berat) : sesak nafas terasa lebih berat, terdapat penurunan aktivitas,
mudah lelah , serangan eksaserbasi bertambah sering dan mulai memberikan
dampak terhadap kualitas hidup.
d. Derajat IV (PPOK sangat berat) : terdapat pada gejala I,II,II,serta adanya tanda
tanda gagal nafas atau gagal jantung kanan. Pasien mulai tergantung pada
oksigen, kualitas hidup mulai memburuk dan dapat terjadi gagal nafas kronis pada
saat terjadi eksaserbasi sehingga dapat mengancam nyawa pasien.

9. Penatalaksanaan PPOK
Penatalaksanaan pada pasien dengan Penyakit Paru Obstruksi Kronis menurut
Mansjoer (2000) adalah :
1. Pencegahan yaitu mencegah kebiasaan merokok, infeksi, polusi udara.
2. Terapi eksasebrasi akut dilakukan dengan :
a. Antibiotik, karena eksasebrasi akut biasanya disertai infeksi. Infeksi ini
umumnya disebabkan oleh H. Influenzae dan S. Pneumonia, maka digunakan
ampisillin 4 x 0,25-0,5 g/hari atau eritromisin 4 x 0,5 g/hari.
b. Augmentin (amoksisilin dan asam kluvanat) dapat diberikan jika kuman
penyebab infeksinya adalah H. Influenzae dan B. Catarhalis yang memproduksi
beta laktamase.
c. Pemberian antibiotik seperti kotrimoksasol, amoksisilin, atau doksisilin pada
pasien yang mengalami eksasebrasi akut terbukti mempercepat penyembuhan
dam membantu mempercepat kenaikan peak flow rate. Namun hanya dalam 7-10
hari selama periode eksasebrasi. Bila terdapat infeksi sekunder atau tanda-tanda
pneumonia, maka dianjurkan antibiotic yang lebih kuat.
d. Terapi oksigen diberikan jika terdapat kegagalan pernafasan karena
hiperkapnia dan berkurangnya sensitivitas terhadap CO2.
e. Fisioterapi membantu pasien untuk mengeluarkan sputum dengan baik.
f. Bronkodilator untuk mengatasi, termasuk didalamnya golongan adrenergik.
Pada pasien dapat diberikan salbutamol 5 mg dan atau ipratorium bromide 250
mikrogram diberikan tiap 6 jam dengan nebulizer atau aminofilin 0,25-0,5 g iv
secara perlahan.
3. Terapi jangka panjang dilakukan dengan :
a. Antibiotik untuk kemoterapi preventif jangka panjang, ampisillin 4 x 0,25-
0,5/hari dapat menurunkan kejadian eksasebrasi akut.
b. Bronkodilator, tergantung tingkat reversibilitas obstruksi saluran nafas tiap
pasien maka sebelum pemberian obat ini dibutuhkan pemeriksaan obyektif dari
fungsi faal paru.
c. Fisioterapi.
d. Latihan fisik untuk meningkatkan toleransi aktivitas fisik.
e. Mukolitik dan ekspektoran.
f. Terapi jangka penjang bagi pasien yang mengalami gagal nafas tipe II dengan
PaO2<7,3kPa (55 mmHg).
g. Rehabilitasi, pasien cenderung menemui kesulitan bekerja, merasa sendiri dan
terisolasi, untuk itu perlu kegiatan sosialisasi agar terhindar dari depresi.
Rehabilitasi pada pasien dengan penyakit paru obstruksi kronis adalah fisioterapi,
rehabilitasi psikis dan rehabilitasi pekerjaan.
Asih (2003) menambahkan penatalaksanaan medis pada pasien dengan Penyakit Paru
Obstruksi Kronis adalah :
1. Penatalaksanaan medis untuk asma adalah penyingkiran agen penyebab dan
edukasi atau penyuluhan kesehatan. Sasaran dari penatalaksanaan medis asma adalah
untuk meningkatkan fungsi normal individu, mencegah gejala kekambuhan,
mencegah serangan hebat, dan mencegah efek samping obat. Tujuan utama dari
berbagai medikasi yang diberikan untuk klien asma adalah untuk membuat klien
mencapai relaksasi bronkial dengan cepat, progresif dan berkelanjutan. Karena
diperkirakan bahwa inflamasi adalah merupakan proses fundamental dalam asma,
maka inhalasi steroid bersamaan preparat inhalasi beta dua adrenergik lebih sering
diresepkan. Penggunaan inhalasi steroid memastikan bahwa obat mencapai lebih
dalam ke dalam paru dan tidak menyebabkan efek samping yang berkaitan dengan
steroid oral. Direkomendasikan bahwa inhalasi beta dua adrenergik diberikan terlebih
dahulu untuk membuka jalan nafas, kemudian inhalasi steroid akan menjadi lebih
berguna.
2. Penatalaksanaan medis untuk bronkhitis kronis didasarkan pada pemeriksaan
fisik, radiogram dada, uji fungsi pulmonari, dan analisis gas darah. Pemeriksaan ini
mencerminkan sifat progresif dari penyakit. Pengobatan terbaik untuk bronkitis
kronis adalah pencegahan, karena perubahan patologis yang terjadi pada penyakit ini
bersifat tidak dapat pulih (irreversible). Ketika individu mencari bantuan medis untuk
mengatasi gejala, kerusakan jalan nafas sudah terjadi sedemikian besar.
Jika individu berhenti merokok, progresi penyakit dapat ditahan. Jika merokok
dihentikan sebelum terjadi gejala, resiko bronkhitis kronis dapat menurun dan pada
akhirnya mencapai tingkat seperti bukan perokok. Bronkodilator, ekspektoran, dan
terapi fisik dada diterapkan sesuai yang dibutuhkan. Penyuluhan kesehatan untuk
individu termasuk konseling nutrisi, hygiene respiratory, pengenalan tanda-tanda dini
infeksi, dan teknik yang meredakan dispnea, seperti bernafas dengan bibir
dimonyongkan, beberapa individu mendapat terapi antibiotik profilaktik, terutama
selama musim dingin. Pemberian steroid sering diberikan pada proses penyakit tahap
lanjut.
3. Penatalaksanaan medis bronkhiektasis termasuk pemberian antibiotik, drainase
postural untuk membantu mengeluarkan sekresi dan mencegah batuk, dan
bronkoskopi untuk mengeluarkan sekresi yang mengental. Pemeriksaan CT Scan
dilakukan untuk menegakkan diagnosa. Terkadang diperlukan tindakan pembedahan
bagi klien yang terus mengalami tanda dan gejala meski telah mendapat terapi medis.
Tujuan utama dari pembedahan ini adalah untuk memulihkan sebanyak mungkin
fungsi paru. Biasanya dilakukan segmentektomi atau lubektomi. Beberapa klien
mengalami penyakit dikedua sisi parunya, dalam kondisi seperti ini, tindakan
pembedahan pertama-tama dilakukan pada bagian paru yang banyak terkena untuk
melihat seberapa jauh perbaikan yang terjadi sebelum mengatasi sisi lainnya.
4. Penatalaksanaan medis emfisema adalah untuk memperbaiki kualitas hidup,
memperlambat progresi penyakit, dan mengatasi obstruksi jalan nafas untuk
menghilangkan hipoksia. Pendekatan terapeutik menurut Asih (2003) mencakup
tindakan pengobatan dimaksudkan untuk mengobati ventilasi dan menurunkan upaya
bernafas, pencegahan dan pengobatan cepat infeksi, terapi fisik untuk memelihara dan
meningkatkan ventilasi pulmonal, memelihara kondisi lingkungan yang sesuai untuk
memudahkan pernafasan dan dukungan psikologis serta penyuluhan rehabilitasi yang
berkesinambungan.
10. Pengkajian (data focus)
a. Anamnesa

Pengkajian dilakukan dengan melakukan anamnesis pada pasien. Data-data yang


dikumpulkan atau dikaji meliputi :

1. Identitas Pasien

Pada tahap ini perlu mengetahui tentang nama, umur, jenis kelamin, alamat rumah,
agama, suku bangsa, status perkawinan, pendidikan terakhir, nomor registrasi,
pekerjaan pasien, dan nama penanggungjawab.

2. Riwayat Kesehatan

a. Keluhan Utama

Keluhan utama merupakan faktor utama yang mendorong pasien mencari


pertolongan atau berobat ke rumah sakit. Biasanya pada pasien dengan
Penyakit Paru Obstriksi Kronik (PPOK) didapatkan keluhan berupa sesak
nafas.

b. Riwayat Penyakit Sekarang

Pasien dengan PPOK biasanya akan diawali dengan adanya tanda-tanda seperti
batuk, sesak nafas, nyeri pleuritik, rasa berat pada dada, berat badan menurun
dan sebagainya. Perlu juga ditanyakan mulai kapan keluhan itu muncul. Apa
tindakan yang telah dilakukan untuk menurunkan atau menghilangkan
keluhan-keluhannya tersebut.

c. Riwayat Penyakit Dahulu


Perlu ditanyakan apakah sebelumnya pasien pernah masuk RS dengan keluhan
yang sama.

d. Riwayat Penyakit Keluarga

Perlu ditanyakan apakah ada anggota keluarga yang menderita penyakit-penyakit


yang sama.

e. Riwayat Psikososial

Meliputi perasaan pasien terhadap penyakitnya, bagaimana cara mengatasinya


serta bagaimana perilaku pasien terhadap tindakan yang dilakukan terhadap
dirinya.

Pengkajian pada pasien dengan Penyakit paru Obstruksi Kronis menurut


Doenges (2000) adalah :

1. Aktivitas dan istirahat

Gejala :

a) Keletihan, kelemahan, malaise.

b) Ketidakmampuan untuk melakukan aktivitas sehari-hari karena sulit


bernafas.

c) Ketidakmampuan untuk tidur, perlu tidur dalam posisi duduk tinggi.

d) Dispnea pada saat istirahat atau respons terhadap aktivitas atau latihan.

Tanda :

a) Keletihan.

b) Gelisah, insomnia.

c) Kelemahan umum atau kehilangan masa otot.

2. Sirkulasi

Gejala
a) Pembengkakan pada ekstrimitas bawah.

Tanda :

a) Peningkatan tekanan darah.

b) Peningkatan frekuensi jantung atau takikardia berat atau disritmia.

c) Distensi vena leher atau penyakit berat.

d) Edema dependen, tidak berhubungan dengan penyakit jantung.

e) Bunyi jantung redup (yang berhubungan dengan diameter AP dada)

f) Warna kulit atau membrane mukosa normal atau abu-abu atau sianosis,
kuku tabuh dan sianosis perifer.

g) Pucat dapat menunjukkan anemia.

3. Integritas ego

Gejala :

a) Peningkatan faktor resiko.

b) Perubahan pola hidup.

Tanda :

Ansietas, ketakutan, peka rangsang.

4. Makanan atau cairan

Gejala :

a) Mual atau muntah.

b) Nafsu makan buruk atau anoreksia (emfisema).

c) Ketidakmampuan untuk makan karena distress pernafasan.

d) Penurunan berat badan menetap (emfisema), peningkatan berat badan


menunjukkan edema (bronchitis).
Tanda :

a) Turgor kulit buruk.

b) Edema dependen.

c) Berkeringat.

d) Penurunan berat badan, penurunan masa otot atau lemak subkutan


(emfisema).

e) Palpasi abdominal dapat menyatakan hepatomegali (bronchitis).

5. Hygiene

Gejala :

a. Penurunan kemampuan atau peningkatan kebutuhan bantuan melakukan


aktivitas sehai-hari.

Tanda :

a) Kebersihan buruk, bau badan.

6. Pernafasan

Gejala :

a) Nafas pendek, umumnya tersembunyi dengan dispnea sebagai gejala


menonjol pada emfisema , khususnya pada kerja, cuaca atau episode
berulangnya sulit nafas (asma), rasa dada tertekan, ketidakmampuan untuk
bernafas (asma).

b) Lapar udara kronis.

c) Batuk menetap dengan produksi sputum setiap hari terutama saat


bangun selama minimal 3 bulan berturut-turut tiap tahun sedikitnya 2 tahun.
Produksi sputum (hijau, putih atau kuning) dapat banyak sekali (bronkhitis
kronis).
d) Episode batuk hilang-timbul, biasanya tidak produktif pada tahap dini
meskipun dapat menjadi produktif (emfisema).

e) Riwayat pneumonia berulang, terpajan oleh polusi kimia atau iritan


pernafasan dalam jangka panjang misalnya rokok sigaret atau debu atau
asap misalnya asbes, debu batubara, rami katun, serbuk gergaji.

f) Faktor keluarga dan keturunan misalnya defisiensi alfa antritipsin


(emfisema).

g) Penggunaan oksigen pada malam hari atau terus menerus.

Tanda :

a) Pernafasan biasanya cepat, dapat lambat, fase ekspirasi memanjang


dengan mendengkur, nafas bibir (emfisema).

b) Lebih memilih posisi 3 titik (tripot) untuk bernafas khususnya


dengan eksasebrasi akut (bronchitis kronis).

c) Penggunaan otot bantu pernafasan misalnya meninggikan bahu,


retraksi fosa supraklavikula, melebarkan hidung.

d) Dada dapat terlihat hiperinflasi dengan peninggian diameter AP


(bentuk barrel chest), gerakan diafragma minimal.

e) Bunyi nafas mungkin redup dengan ekspirasi mengi (emfisema),


menyebar, lembut, atau krekels lembab kasar (bronkhitis), ronki, mengi,
sepanjang area paru pada ekspirasi dan kemungkinan selama inspirasi
berlanjut sampai penurunan atau tak adanya bunyi nafas (asma).

f) Perkusi ditemukan hiperesonan pada area paru misalnya jebakan


udara dengan emfisema, bunyi pekak pada area paru misalnya
konsolidasi, cairan, mukosa.

g) Kesulitan bicara kalimat atau lebih dari 4 sampai 5 kata sekaligus.

h) Warna pucat dengan sianosis bibir dan dasar kuku. Keabu-abuan


keseluruhan, warna merah (bronkhitis kronis, biru menggembung).
Pasien dengan emfisema sedang sering disebut pink puffer karena warna
kulit normal meskipun pertukaran gas tak normal dan frekuensi
pernafasan cepat.

i) Tabuh pada jari-jari (emfisema)

7. Keamanan

Gejala :

a) Riwayat reaksi alergi atau sensitive terhadap zat atau faktor


lingkungan.

b) Adanya atau berulangnya infeksi.

c) Kemerahan atau berkeringan (asma).

8. Seksualitas

Gejala :

a) Penurunan libido.

9. Interaksi sosial

Gejala :

a) Hubungan ketergantungan.

b) Kurang sistem pendukung.

c) Kegagalan dukungan dari atau terhadap pasangan atau orang terdekat.

d) Penyakit lama atau kemampuan membaik.

Tanda :

a) Ketidakmampuan untuk membuat atau mempertahankan suara


karena distress pernafasan.

b) Keterbatasan mobilitas fisik.

c) Kelalaian hubungan dengan anggota keluarga lain.


10. Penyuluhan atau pembelajaran

Gejala :

a) Penggunaan atau penyalahgunaan obat pernafasan.

b) Kesulitan menghentikan merokok.

c) Penggunaan alkohol secara teratur.

d) Kegagalan untuk membaik.

Rencana pemulangan :

a) Bantuan dalam berbelanja, transportasi, kebutuhan perawatan diri, perawatan


rumah atau mempertahankan tugas rumah.

b) Perubahan pengobatan atau program terapeutik.

Engram (2000) menambahkan pengkajian data dasar pada pasien dengan


Penyakit Paru Obstruksi Kronis adalah :

a. Riwayat atau adanya faktor-faktor penunjang :

1) Merokok produk tembakau (faktor-faktor penyebab utama).

2) Tinggal atau bekerja di area dengan polusi udara berat.

3) Riwayat alergi pada keluarga.

4) Riwayat asma pada masa kanak-kanak.

b. Riwayat atau adanya faktor-faktor yang dapat mencetuskan eksaserbasi,


seperti alergen (serbuk, debu, kulit, serbuk sari, jamur) stress emosional,
aktivitas fisik berlebihan, polusi udara, infekasi saluran nafas, kegagalan
program pengobatan yang dianjurkan.

c. Pemeriksaan fisik

Pemeriksaan fisik yang berdasarkan pengkajian sistem pernafasan (Apendiks A)


yang meliputi :
1) Manifestasi klasik dari Penyakit Paru Obstruksi Kronis adalah :

a) Peningkatan dispnea (paling sering ditemukan).

b) Penggunaan otot-otot aksesori pernafasan (retraksi otot-otot abdominal,


mengangkat bahu saat inspirasi, nafas cuping hidung).

c) Penurunan bunyi nafas.

d) Takipnea.

e) Ortopnea.

2) Gejala – gejala menetap pada proses penyakit dasar :

a) Asma

(1) Batuk (mungkin produktif atau non produktif) dan perasaan dada seperti terikat.

(2) Mengi saat inspirasi dan ekspirasi, yang sering terdengar tanpa stetoskop.

(3) Pernafasan cuping hidung

(4) Ketakutan dan diaforesis.

b) Bronkitis

(1) Batuk produktif dengan sputum berwarna putih keabu-abuan, yang


biasanya terjadi pada pagi hari dan sering diabaikan oleh perokok (disebut
batuk perokok).

(2) Inspirasi ronkhi kasar (crackles) dan mengi.

(3) Sesak nafas.

c) Bronkitis (Tahap Lanjut)

(1) Penampilan sianosis (karena polisitemia yang terjadi akibat dari


hipoksemia kronis)
(2) Pembengkakan umum atau penampilan “puffy” (disebabkan oleh udema
asistemik yang terjadi sebagai akibat dari kor pulmonal), secara klinis, pasien
ini umumnya disebut “blue bloaters”.

d) Emfisema

(1) Penampilan fisik kurus dengan dada “barrel chest” (diameter toraks
anterior posterior meningkat sebagai akibat hiperinflasi paru-paru).

(2) Fase ekspirasi memanjang.

e) Emfisema (Tahap Lanjut)

(1) Hipoksemia dan hiperkapnia tetapi tak ada sianosis pasien ini sering
digambarkan secara klinis sebagai “pink puffers“.

d. Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan penunjang yang diperlukan adalah sebagai berikut:


1. Pemeriksaan radiologis
Pada bronchitis kronik secara radiologis ada beberapa hal yang perlu
diperhatikan:
a. Tubular shadows atau farm lines terlihat bayangan garis-garis yang
parallel, keluar dari hilus menuju apeks paru. Bayangan tersebut adalah
bayangan bronkus yang menebal
b. Corak paru yang bertambah
Pada emfisema paru terdapat 2 bentuk kelainan foto dada yaitu:
1. Gambaran defisiensi arteri, terjadi overinflasi, pulmonary oligoemia dan
bula. Keadaan ini lebih sering terdapat pada emfisema panlobular dan
pink puffer
2. . Corakan paru yang bertambah
2. Pemeriksaan faal paru
Pada bronchitis kronik terdapat VEP1 dan KV yang menurun, VR yang
bertambah dan KTP yang normal. Pada emfisema paru terdapat penurunan VEP1,
KV, dan KAEM (kecepatan arum ekspirasi maksimal) atau MEFR (maximal
expiratory flow rate), kenaikan KRF dan VR, sedangkan KTP bertambah atau
normal. Keadaan diatas lebih jelas pada stadium lanjut, sedang pada stadium dini
perubahan hanya pada saluran napas kecil (small airways). Pada emfisema
kapasitas difusi menurun karena permukaan alveoli untuk difusi berkurang.
3. Analisis gas darah
Pada bronchitis PaCO2 naik, saturasi hemoglobin menurun, timbul sianosis,
terjadi vasokonstriksi vaskuler paru dan penambahan eritropoesis. Hipoksia yang
kronik merangsang pembentukan eritropoetin sehingga menimbulkan polisitemia.
Pada kondisi umur 55-60 tahun polisitemia menyebabkan jantung kanan harus
bekerja lebih berat dan merupakan salah satu penyebab payah jantung kanan.
4. Pemeriksaan EKG
Kelainan yang paling dini adalah rotasi clock wise jantung. Bila sudah terdapat
kor pulmonal terdapat deviasi aksis kekanan dan P pulmonal pada hantaran II, III,
dan aVF. Voltase QRS rendah Di V1 rasio R/S lebih dari 1 dan V6 rasio R/S
kurang dari 1. Sering terdapat RBBB inkomplet.
5. Kultur sputum, untuk mengetahui patogen penyebab infeksi.
6. Laboratorium darah lengkap.

11. Diagnosis Keperawatan

1. Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan bronkokontriksi, peningkatan


produksi sputum, batuk tidak efektif, kelelahan/berkurangnya tenaga dan infeksi
bronkopulmonal.

2. Pola napas tidak efektif berhubungan dengan napas pendek, mucus, bronkokontriksi dan
iritan jalan napas.

3. Gangguan pola tidur berhubungan dengan ketidaknyamanan akibat sesak, pengaturan


posisi dan pengaruh lingkungan.

4. Risiko perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia.

12. Rencana Keperawatan

Diagnose Intervensi
1. Bersihan jalan napas tidak Intervensi :
efektif berhubungan dengan a. Beri pasien 6 sampai 8 gelas cairan/hari kecuali terdapat kor
bronkokontriksi, peningkatan pulmonal.
produksi sputum, batuk tidak Rasional:
efektif, kelelahan/berkurangnya Mencegah terjadinya dehidrasi
tenaga dan infeksi b. Ajarkan dan berikan dorongan penggunaan teknik pernapasan
bronkopulmonal. diafragmatik dan batuk.
Tujuan:Setelah dilakukan Rasional :
tindakan keperawatan Mengajarkan cara batuk efektif
diharapkan jalan nafas kembali c. Bantu dalam pemberian tindakan nebuliser, inhaler dosis
efektif terukur, atau IPPB
Kriteria Hasil : Rasional :
a. Menunjukkan jalan nafas Mengatasi sesak yang dialam
yang paten i pasien
b. Mampu mengidentifikasi d. Instruksikan pasien untuk menghindari iritan seperti asap
dan mencegah factor yang rokok, aerosol, suhu yang ekstrim, dan asap.
dapat menghambat jalan nafas e. Ajarkan tentang tanda-tanda dini infeksi yang harus
c. Suara nafas bersih, tidah ada dilaporkan pada dokter dengan segera: peningkatan sputum,
sianosis dan dyspneu(mampu perubahan warna sputum, kekentalan sputum, peningkatan napas
bernafas dengan mudah) pendek, rasa sesak didada, keletihan.
Rasional :
Pemberian tindakan pengobatan selanjutnya
e. Berikan antibiotik sesuai yang diharuskan.

2. Pola napas tidak efektif Intervensi :


berhubungan dengan napas a. Kaji kualitas, frekuensi dan kedalaman pernafasan, laporkan
pendek, mucus, setiap perubahan yang terjadi.
bronkokontriksi dan iritan jalan Rasional :
napas. Dengan mengkaji kualitas, frekuensi dan kedalaman pernafasan,
Tujuan :Setelah diberikan kita dapat mengetahui sejauh mana perubahan kondisi pasien.
asuhan keperawatan diharapkan b. Baringkan pasien dalam posisi yang nyaman, dalam posisi
ketidakefektifan pola nafas duduk, dengan kepala tempat tidur ditinggikan 60 – 90 derajat.
pasien dapat teratasi Rasional :
Kriteria Hasil : Penurunan diafragma memperluas daerah dada sehingga
a. Irama, frekuensi dan ekspansi paru bisa maksimal.
kedalaman pernafasan dalam c. Observasi tanda-tanda vital (suhu, nadi, tekanan darah, RR
batas normal dan respon pasien).
b. Bunyi nafas terdengar jelas. Rasional :
Peningkatan RR dan tachcardi merupakan indikasi adanya
penurunan fungsi paru.
d. Bantu dan ajarkan pasien untuk batuk dan nafas dalam yang
efektif.
Rasional :
Menekan daerah yang nyeri ketika batuk atau nafas dalam.
Penekanan otot-otot dada serta abdomen membuat batuk lebih
efektif.
e. Kolaborasi dengan tim medis lain untuk pemberian O2 dan
obat-obatan
Rasional :
Pemberian oksigen dapat menurunkan beban pernafasan dan
mencegah terjadinya sianosis akibat hiponia.

3. Gangguan pola tidur


berhubungan dengan a. Beri posisi senyaman mungkin bagi pasien.
ketidaknyamanan akibat sesak, Rasional :
pengaturan posisi dan pengaruh Posisi semi fowler atau posisi yang menyenangkan akan
lingkungan. memperlancar peredaran O2dan CO2.
Tujuan :Setelah diberikan b. Tentukan kebiasaan motivasi sebelum tidur malam sesuai
asuhan keperawatan dengan kebiasaan pasien sebelum dirawat.
diharapkan kebutuhan istirahat Rasional :
dan tidur pasien terpenuhi. Mengubah pola yang sudah menjadi kebiasaan sebelum tidur
Kriteria hasil : akan mengganggu proses tidur.
a. Pasien tidak sesak nafas c. Anjurkan pasien untuk latihan relaksasi sebelum tidur.
b. Pasien dapat tidur dengan Rasional :
nyaman tanpa mengalami Relaksasi dapat membantu mengatasi gangguan tidur.
gangguan d. Observasi gejala kardinal dan keadaan umum pasien.
c. Pasien dapat tertidur dengan Rasional :
mudah dalam waktu 30-40 Observasi gejala kardinal guna mengetahui perubahan terhadap
menit kondisi pasien
d. Pasien beristirahat atau tidur
dalam waktu 3-8 jam per hari.
4. Risiko perubahan nutrisi Intervensi :
kurang dari kebutuhan tubuh a. Beri motivasi tentang pentingnya nutrisi.
berhubungan dengan anoreksia Rasional :
Tujuan :Setelah diberikan Kebiasaan makan seseorang dipengaruhi oleh kesukaannya,
asuhan keperawatan diharapkan kebiasaannya, agama, ekonomi dan pengetahuannya tentang
asupan nutrisi dapat terpenuhi. pentingnya nutrisi bagi tubuh.
Kriteria Hasil : b. Auskultasi suara bising usus.
a. Peningkatan berat badan Rasional :
b. Berat badan ideal sesuai Bising usus yang menurun atau meningkat menunjukkan adanya
dengan tinggi badan gangguan pada fungsi pencernaan.
c. Lakukan oral hygiene setiap hari.
Rasional :
Bau mulut yang kurang sedap dapat mengurangi nafsu makan.
d. Sajikan makanan semenarik mungkin.
Rasional :
Penyajian makanan yang menarik dapat meningkatkan nafsu
makan.
e. Beri makanan dalam porsi kecil tapi sering.
Rasional :
Makanan dalam porsi kecil tidak membutuhkan energi, banyak
selingan memudahkan reflek.
f. Kolaborasi dengan tim gizi dalam pemberian diet TKTP.
Rasional :
Diet TKTP sangat baik untuk kebutuhan metabolisme dan
pembentukan antibody karena diet TKTP menyediakan kalori
dan semua asam amino esensial.
g. Kolaborasi dengan dokter atau konsultasi untuk melakukan
pemeriksaan laboratorium alabumin dan pemberian vitamin dan
suplemen nutrisi lainnya (zevity, ensure, socal, putmocare) jika
intake diet terus menurun lebih 30 % dari kebutuhan.
Rasional :
Peningkatan intake protein, vitamin dan mineral dapat
menambah asam lemak dalam tubuh.

13. Implementasi

Implementasi merupakan pelaksanaan rencana keperawatan oleh perawat terhadap


pasien. Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pelaksanaan rencana
keperawatan diantaranya :

Intervensi dilaksanakan sesuai dengan rencana setelah dilakukan validasi ; ketrampilan


interpersonal, teknikal dan intelektual dilakukan dengan cermat dan efisien pada situasi
yang tepat, keamanan fisik dan psikologis klien dilindungi serta dokumentasi intervensi
dan respon pasien.

Pada tahap implementasi ini merupakan aplikasi secara kongkrit dari rencana intervensi
yang telah dibuat untuk mengatasi masalah kesehatan dan perawatan yang muncul pada
pasien (Budianna Keliat, 1994,4).

14. Evaluasi

Evaluasi merupakan langkah terakhir dalam proses keperawatan, dimana evaluasi adalah
kegiatan yang dilakukan secara terus menerus dengan melibatkan pasien, perawat dan
anggota tim kesehatan lainnya.

Tujuan dari evaluasi ini adalah untuk menilai apakah tujuan dalam rencana keperawatan
tercapai dengan baik atau tidak dan untuk melakukan pengkajian ulang (US. Midar H,
dkk, 1989).Kriteria dalam menentukan tercapainya suatu tujuan, pasien .

15. DAFTAR PUSTAKA


BAB III

TINJAUAN KASUS (ASKEP)

Pada BAB ini penulis akan menjelaskan dan membahas mengenai resume asuhan
keperawatan pada Tn. M dengan gangguan pada system pernafasan dengan diagnose medis
(PPOK) diruang melati lt 7 RSUD Pasar Rebo mulai tanggal 11 desember sampai tangal 14
desember 2018. Proses asuhan keperawatan dilakukan pada Tn. M ini mulai dari
pengkajian, menganalisa data setelah pengkajian, merumuskan diagnose keperawatan,
melakukan implementasi keperawatan, serta mengefaluasi hasil dari tindakan yang sudah
dilakukan dalam asuhan keperawatan selama 3 hari tersebut pada Tn. M apakah teratasi.

A. BIODATA
Identitas pasien yaitu dimulai dari nama pasien Tn. M dengan umur 59 tahun jenis
kelamin laki laki, agama islam, dia adalah seorang pensiunan dari salah satu perusahaan
terkenal di Jakarta timur dan kegiatannya sekarang berdagang di pasar, ia sudah
mempunyai anak , suku bangsanya jawa, pendidikan terakhir SMA, klien berbicara
menggunakan bahasa Indonesia, dia adalah warga negara Indonesia, alamat klien di
jalan penganten ali ciracas.sumber biaya perawatan klien berasal dari jaminan
kesehatan yaitu BPJS kesehatan.
Tn. M masuk rumah sakit pada tanggal 11 desember 2018 pada jam 01:00 masuk IGD
pasar rebo dengan keluhan sesak nafasgdan batuk batuk 2 minggu sebelum masuk
rumah sakit, ia mendapatkan perawatan di IGD sebelum masuk ke ruangan ranap
melati, sewaktu di igd dia diperiksa vital sign nya didapatkan hasil TD: 130/90 RR:
35x/mnt N : 90x/mnt dan suhu 36,5°C saturasi O2 : 95%, lalu ia diberikan terapi
oksigen nasal kanul 4 liter/mnt , bancasma ½ ampul, dan inhalasi combivent dan
terpasang infuse RA/8jam . kemudian disarankan dari IGD untuk rawat inap di ruang
melati.

B. PENGKAJIAN
Pengkajian keperawatan yang dilakukan pada pasien Tn. M pada tanggal 11 desember
pukul 08:30 sesaat setelahia masuk ke ruang ranap melati RSUD Pasar Rebo. Dari hasil
pengkajian didapatkan data keluhan utama pasien adalah sesak nafas dan terasa berat
jika ia bernfas dan klien mengatakan juga batuk batuk tetapi tidak produktif. Klien juga
mengatakan ia dahulu pernah menjadi seorang perokok.
Hasil pengkajian yang dilakukan mendapatkan hasil : keadaan umum klien lemah, tidak
dapat beraktivitas (bangun dari tempat tidur), klien terlihat sesak (sulit untuk bernafas)
klien tampak menggunakan otot bantu pernafasan dan terdapat pernafasan cuping
hidung pernafasan cepat dan dangkal irama tidak teratur terdapat weazing, kesadaran
composmetis, vital sign : TD : 120/90 RR : 30x/mnt N: 90x/mnt S: 36°C
Riwayat kesehatan dahulu pasien mengatakan pernah dirawat sebelumnya di rumah
sakit Karena keluhan yang sama pasien menjalani rawat inap selama 7 hari.
Riwayat penyakit keluarga, klien mengatakan klien tidak memiliki riwayat penyakit
menular ataupun menurun ataupun penyakit seupa seperti pasien, Riwayat psikososial
klien mengatakan ada orang terdekat dengan dia yaitu istrinya, interaksi dalam keluarga
pola komunikasi baik pembuatan keputusan musyawarah dengan keluarga kegiatan
kemasyarakatan klien aktif dalam kegiatan kemasyarakatan dampak penyakit klien
terhadap keluarga yaitu keluarga menjadi cemas masalah yang mempengaruhi klien
saat ini adalah ia tidak dapat berkumpul dengan keluarganya mekanisme koping
terhadap stress yaitu makan dan tidur kondisi lingkungan rumah klien padat penduduk
banyak debu karena ada pembangunan dan cukup gersang
Untuk mengkaji pola fungsional pada pasien di mulai dari pengkajian presepsi klien
terhadap kesehatan pasien mengatakan kesehatanya sangat penting karena kesehatan itu
mahal harganya jika sakit pasien akan segera memeriksakannya ke dokter, pola nutrisi
sebelum sakit pasien mengatakan bahwa ia makan di rumah sebanyak 3 kali sehari
dengan menu seadanya seperti sayur, lauk pauk , nasi, habis satu porsi. Pasien sebelum
sakit bb nya 65 kg dengan tinggi 160 cm. pasien meminum kurang lebih 6 – 8 gelas per
hari kadang teh, susu minuman bersoda dan sebagainya. Sedangkan selama sakit pasien
hanya makan 3 kali sehari dengan menghabiskan ¼ porsi dengan teksture makanan
yang halus seperti bubur dan lauk lainnya serta sayur. Bb pasien selama sakit 55 kg dan
minum 5 – 7 gelas perhari air putih dan susu dari rumah sakit. serta infuse RL 500 ml
20 TPM lewat IV .
Pola presepsi dan sensasi kognitif sebelum sakit pasien mengatakan tidak ada gangguan
presepsi pancaindra dll. Sesudah sakit pasien mengatakan tidak ada perubahan dalam
dirinya mengenai pancaindera istirahat dan tidur klien mengatakan sebelum sakit ia
tidur 8 jam per hari , sesudah sakit klien tidur siang selama dua jam dan tidur malam
selama 8 jam, system nilai dan kepercayaan klien adalah klien melekukan solat dan
mengaji setiap hari , rumah klien dekat dengan musholah sehingga klien dapat
melakukan solat di sana.
Pola aktivitas dan mobilisasi pasien di dapatkan data sebagai berikut : pasien
mengatakan bahwa sebelum sakit pasien menjalani aktivitas normal seperti, berjalan
jalan dsb. Sedangkan selama sakit pasien beraktifitas di sakitar ruangan, di tempat tidur,
mampu berjalan ke kamar mandi di bantu keluarga, terkadang juga ia sesekali berjalan
di ruangan untuk mengusir kebosanan di atas tempat tidur dengan di bantu keluarga.
Data penunjang yang didapatkan pada klien adalah : Hb : 15,1 g/dl Ht : 46%
Eritrosit : 5,1 leukosit : 11,12.60 103 trombosit : 274 ribu , natrium :143 , kalium : 3,6 .
klorida : 104 , SGOT : 25 , SGPT : 24 , urenum darah : 21mg, keratin darah : 0,9 mg
eGFR : 83,2 ml .GDS : 183 mg.
Penatalaksanaan diet TKTP 2000 kal dengan fekwensi 3 kali makan utama dan 1
kali buah, diberikan terapy obat oleh dokter : infuse RA + aminophilin 1 ½ ampul
/8jam, O2 3 liter permenit , inhalasi combivet/8jam, ranitidine 2x1 gr, OBH syrup 3x1 ,
retilpiedhishon 3x1gr , curcuma (PO) 1x1 mg.
C. DATA FOKUS
Nama pasien : Tn (M) no rekam medis :
235235Diagnose :PPOK nama perawat : kelompok
2
Data subjektif Data objektif
Klien mengatakan sesak nafas + Keadaan umum : klien tampak lemah dan
dan batuk batuk tidak produktif tidak dapat bangun dari tempat tidur dan
tanpa sputum. klien terlihat sesak (sulit untuk bernafas),
makanan klien habis ¼ porsi., klien tampak
menggunakan otot bantu pernafasan dan
terdapat pernafasan cuping hidung.
Pernafasan cepat dan dangkal irama tidak
teratur, Terdapat Weazing , berat badan
turun 10 kg.
Kesadaran : composmentis
Glasgow coma scale (GCS) : E : 4 , M : 6 ,
V:5

Keadaan umum : sakit sedang


Tanda tanda vital
Tekanan darah : 120/90 mmhg
Pernafasan : 30 kali per menit
Nadi : 90 kali per menit
Suhu : 36°C

Pemeriksaan fisik head to toe di peroleh


data mulai dari :
a. Kesadaran
Tingkat Kesadaran : Composmetis ,
Glasgow Coma Scale (GCS) : E 4 ,
M 6 ,V 5 , Gangguan System
Persyarafan : Tidak

b. Pemeriksaan Kepala :
Bentuk kepala : normal , kebersihan
kulit dan kepala : baik , tekstur
rambut : baik , adakah lesi atau tidak
: tidak , ukuran lingkar kepala :
normal tidak ada pembengkakan ,
warna rambut : hitam , distribusi
rambut : baik , adakah
pembengkakan : tidak , adakah nyeri
: tidak

c. Wajah
Bentuk wajah : simetris (normal),
warna kulit: kuning langsat , adakah
nyeri : tidak , skala nyeri : tidak ,
adakah pembengkakan : tidak ,
adakah lesi : tidak

d. Mata
Bentuk mata : normal, posisi mata :
simetris , alis mata : normal , bulu
mata : normal , kelopak mata :
normal , pegerakan bola mata :
normal , kornea: normal ,
konjungtiva : merah muda, pupil :
isokor, otot mata : tidak ada
kelainan ,fungsi pengelihatan : baik ,
warna konjungtiva : merah muda,
sclera : ikterik, pemakaian kaca
mata : tidak, pemakaian lensa
kontak : tidak, reaksi terhadap
cahaya : baik

e. Telinga
Bentuk telinga: normal, ukuran
telinga : normal, keadaan gendang
telinga : baik , karakteristik serumen
: kuning (normal), kondisi telings
tengah : baik, cairan dari telinga :
tidak, perasaan penuh di telinga :
tidak, tinnitus : tidak, fungsi
pendengaran : baik, gangguan
keseimbangan : tidak ,pemakaian
alat bantu pendengaran : tidak,
posisi telinga : normal, adakah nyeri
: tidak , skala nyeri : - , adakah lesi :
tidak ,adakah pembengkakan : tidak

f. Hidung
jalan nafas : tidak ,jenis pernafasan :
spontan ,kedalaman : dalam ,suara
nafas: weazing ,bentuk hidung :
normal, warna hidung ; sesuai warna
kulit ,ukuran hidung : normal,
rongga hidung : bersih ,penggunaan
alat bantu nafas : tidak ,adakah lesi :
tidak ,adakah secret : tidak ,adakah
sumbatan : tidak ,adakah nyeri :
tidak ,adakah pembengkakan : tidak
,frekwensi nafas : 30x/mnt , irama
nafas : tidak teratur , pernafasan
cepat dangkal, adanya
penggunaan otot bantu
pernafasan , adanya pernafasan
cuping hidung.

g. Mulut Dan Bibir


warna bibir : pucat ,mukosa bibir :
lembab ,mukosa mulut : normal ,
tekstur : baik, adakah lesi : tidak
,kelengkapan gigi : iya ,tanda
kerusakan gigi : tidak, penggunaan
gigi palsu: tidak, nafas berbau keton
: tidak ,lidah : bersih, stomatitis :
tidak, salifa : normal , adakah
batuk : ya ( tidak productive)
adakah sputum : tidak keadaan
tonsil : baik, keadaan langit langit :
baik , adakah tanda tanda infeksi ;
tidak

h. Leher
warna leher : sesuai warna kulit ,
bentuk leher : normal ,kelenjar tiroid
: baik, kelenjar getah bening : tidak
ada , bising pembuluh darah :
normal

i. Dada
kesimetrisan : simetris ,bentuk dada
: normal ,warna kulit : sesuai dengan
kulit lain , adakah lesi : tidak
,adakah edema : tidak ,pergerakan
dada : baik, suara nafas :
wheezing,frekwensi nafas :
30x/mnt, irama nafas : tidak
teratur ,sakit dada : tidak , skala 0
,palpasi dada : tidak terdapat
pembengkakan ,penggunaan otot
bantu pernafasan ya , pernafasan
cuping hidung : ya
j. Kulit
warna kulit : kuning lansat , bentuk
kulit : normal ,pengisian kapiler : 2
detik, turgor kulit : baik, keadaan
kulit : baik, adakah gangguan pada
kulit : tidak kelainan kulit ; tidak,
kondisi kulit pemasangan infus :
baik

k. Sis Kardio Faskuler


a. Silkurasi Pheriper
denyut nadi : 90x/mnt, irama :
teratur, tekanan darah :
120/90mmhg
distensi vena jugularis : tidak
b. Silkurasi Jantung
kecepatan denyut apical :
90x/mnt, kelainan bunyi
jantung : tidak

l. Dada Dan Aksila


intergitas kulit : baik , bentuk :
normal, warna : sesuai dengan
warna kult lain , ukuran : normal,
adakah nyeri pembesaran nodus
limfe : tidak

m. Abdomen
bentuk dan kuadran abdomen :
normal, kontur : baik, warna kulit :
kuning langsat, adakah lesi : tidak,
adakah diare : tidak , nyeri di daerah
perut ; tidak , skala nyeri : - , hepar :
tidak teraba , adakah tonjolan atau
pelebaran vena : tidak , bising usus
di semua kuadran : normal

n. Pemeriksaan Ekstermitas Atas Dan


Bawah (Siku Lutut)
Test reflex : tendon dan bisep
positive, pemeriksaan ekstermitas
bawah (lutut), test reflex : tendon
patella dan archites positive
o. Otot
kesulitan dalam pergerakan : tidak,
sakit pada tulang sendi : tidak,
fraktur : tidak, kelainan bentuk
tulang dan sendi : tidak, kelainan
bentuk dan struktur tulang belakang
: tidak ,
Keadaan tonus otot : baik
Kekuatan otot :

Data penunjang :
EKG= dalam batas normal tidak ada
kelainan
Hemoglobin 15,1 g/dl
Hematrokit 46 %
Eritrosit 5,1 juta /ul
Leukosit 11,12.60 103/ul
Trombosit 274 ribu/ul
Natrium (Na) 143 mmol/l
Kalium (K) 3,6 mmol/l
Klorida (Cl) 104 mmol/l
SGOT 25 u/l
SGPT 24 u/l
Ureum darah 21 mg/dl
Keratin darah 0,9 mg/dl
eGFR 83,2 ml/min/1,73.m2
Gulkosa darahsewaktu 183 mg/dl

Penatalaksanaan :
diet lunak tinggi karbohidrat dan tinggi
protein (TKTP) 2000 kal
terapy obat
Infuse RA + Aminophilin 1
½ ampul/8 jam
O2 3 liter per menit nasal
kanul
Inhalasi combivent / 8jam
Ranitidine 2x1 gr amp
OBH syrup 3x1
Retilpiedhishon 3x1 gr
Curcuma (PO) 1x1
D. ANALISA DATA

Data Masalah

1. data subjektif : Pola nafas tidak efektif


- klien mengeluh sesak nafas
- klien mengeluh batuk, tidak produktif
tanpa sputum

data objektif :
- klien menggunakan otot bantu
pernafasan, terdengar bunyi weazing,
pernafasan cuping hidung , klien terlihat
tidak nyaman akibat sesak, pernafasan
cepat dan dangkal, irama tidak teratur.
Terpasang O2 3L/mnt.

Vital sign :
TD : 120/90 mmHg R: 30x/mnt
N : 90x/mnt S : 36°C keadaan umum
sakit sedang kesadaran composmetis.

2. Data subjektif :
- Klien mengatakan tidak nafsu makan Defisit nutrisi

Data objektif :
- Klien Nampak lemas , klien hanya
mampu menghabiskan ¼ porsi
makanan
- Berat badan turun 10 kg

Vital sign :
TD : 120/90 mmHg R: 30x/mnt
N : 90x/mnt S : 36°C keadaan umum
sakit sedang kesadaran composmetis.

3. Data subjektif :
- Klien mengatakan lemas dan sesak
Intoleransi aktifitas
Data objektif :
- Klien Nampak bedrest dan lemas untuk
bangun dari tempat tidur
- Klien terpasang O2 3L/mnt
- Klien tidak dapat memenuhi ADL secara
mandiri

Vital sign :
TD : 120/90 mmHg R: 30x/mnt
N : 90x/mnt S : 36°C keadaan umum
sakit sedang kesadaran composmetis.

E. DIAGNOSA KEPERAWATAN

Diagnosa keperawatan (P&E) Nama jelas


1. pola nafas tidak efektif disebab kan oleh Kel 2
hambatan upaya nafas (kelemahan otot
pernafasan)
2. defisit nutrisi berhubungan dengan faktor Kel 2
psikologis (keengganan untuk makan).
3. intoleransi aktivitas berhubungan dengan Kel 2
ketidakseimbangan antara suplai dan
kebutuhan oksigen

F. RENCANA KEPERAWATAN

Perencanaan keperawatan
(meliputi tindakan keperawatan independen dan interdependen)

Tanggal 11 desember 2018 diagnosa 1

Diagnosa keperawatan Tujuan dan kreteria Rencana tindakan rasional


(PES) hasil
1, pola nafas tidak efektif Setelah dilakukan 1, kaji frekwensi, 1, u/ mengetahui
disebab kan oleh asuhan keperawatan kedalaman pernafasan frekwensi dan
hambatan upaya nafas selama 3x24 jam dan ekspansi dada. kedalaman pernafasan
(kelemahan otot diharapkan klien dpt
pernafasan) dibuktikan mempertahankan 2, auskultasi bunyi 2, u/ mengetahui
dengan : pernafasan dengan nafas, dan catat perubahan bunyi
kriteria hasil : adanya bunyi nafas pernafasan
data subjektif :
- Klien tidak tambahan.
- klien mengeluh sesak
sesak 3, untuk mengetahui
nafas - Klien tidak 3, observasi tanda keadaan umum klien
- klien mengeluh lemas tanda vital
batuk, tidak produktif - Klien tidak 4, berikan klien posisi 4, posisi ini membantu
tanpa sputum terpasang O2 semi fowler memaksinalkan
data objektif : - Irama ekspansi paru dan
- klien menggunakan pernafasan 5, kolaborasi dalam menurunkan upaya
otot bantu normal pemberian oksigen pernafasan
pernafasan, - Pernafasan tambahan dan obat
terdengar bunyi teratur obatan penunjang 5, u/ menunjang
- Tidak terdengar pengobatan klien di RS
weazing, pernafasan
suara weazing
cuping hidung ,
- Tidak ada
- klien terlihat tidak pernafasan
nyaman akibat cuping hidung
sesak, pernafasan - Tidak terdapat
cepat dan dangkal, penggunaan
irama tidak teratur. otot bantu
Terpasang O2 pernafasan
3L/mnt. - ttv dalam batas
Vital sign : normal
TD : 120/90 mmHg R:
30x/mnt N : 90x/mnt S :
36°C keadaan umum
sakit sedang kesadaran
composmetis.

Perencanaan keperawatan
(meliputi tindakan keperawatan independen dan interdependen)

Tanggal 11 desember 2018 diagnosa 2

Diagnosa keperawatan Tujuan dan kriteria Rencana tindakan Rasional


(PES) hasil
Defisit nutrisi Setlah dilakukan 1, observasi ttv 1, untuk mengetahui
berhubungan dengan asuhan gambaran umum
faktor psikologis keperawatan 2, lakukan pengkajian pasien
(keengganan untuk selama 3x24 jam lengkap kenapa klien
makan ) dibuktikan diharapkan klien tidak mau makan 2, mengidentifikasikan
dengan : dapat memenuhi keefektivan intervensi
Data subjektif : kebutuhan 3, anjurkan klien yang di berikan
- Klien mengatakan nutrisinya dengan makan makanan yang
tidak nafsu kreteria hasil : hangat 3, makanan hangat
makan - Klien mau biasanya akan mudah
makan 4, anjurkan makan di cerna
Data objektif :
- Makanan klien sedikit demi sedikit
- Klien Nampak
habis tetapi sering 4, meminimalkan
lemas , klien hanya - Ttv dalam anoreksia dan
mampu batas normal 5, berikan makanan mempercepat proses
menghabiskan ¼ - Klien tidak sesuai kebutuhan penyembuhan.
porsi makanan terlihat lemas klien
- Berat badan turun - Berat badan 5, supaya kadar
10 kg klien tidak 6, berikan istirahat makanan nya dapat
Vital sign : turun. dan tidur yang terkontrol dengan
TD : 120/90 mmHg R: adekuat baik
30x/mnt N : 90x/mnt
7. berikan terapi obat 6, membantu
S : 36°C keadaan
yang menunjang mempercepat proses
umum sakit sedang
(kolaborasi dengan penyembuhan
kesadaran dokter)
composmetis. 7, u/ menunjang
pengobatan klien di RS

Perencanaan keperawatan
(meliputi tindakan keperawatan independen dan interdependen)

Tanggal 11 desember 2018 diagnosa 3

Diagnosa Tujuan dan kriteria Rencana tindakan Rasional


keperawatan (PES) hasil
intoleransi aktivitas Setlah dilakukan 1, kaji kemampuan 1, untuk mengetahui
berhubungan dengan asuhan keperawatan aktivitas pasien seberapa kemampuan
ketidak seimbangan selama 3x24 jam pasien untuk
oksigen dibuktikan diharapkan klien 2, observasi tanda beraktifitas
dengan hasil: dapat beraktifitas tanda vital.
Data subjektif : normal kembali 2, untuk mengetahui
- Klien denagn kriteria hasil : 3, bantu kebutuhan keadaan umum klien
mengatakan pasien jika di perlukan
- Ttv dalam batas 3, untuk mencegah
lemas dan sesak
normal 4, anjurkan kepada timbulyan nyeri jika
Data objektif : - Klien tidak pasien untuk klien bergerak secara
- Klien Nampak terpasang O2 menghentikan berlebihan
bedrest dan - Klien tidak lemas aktivitas jika terjadi
lemas untuk - Klien dapat cedera 4, agar tidak terjadi
bangun dari cedera yang tidak
bangun dari
tempat tidur 5, monitor asupan diinginkan
tempat tidur - Klien dapat makanan
- Klien terpasang memenuhi ADL 5, untuk menambah
O2 3L/mnt secara mandiri 6, kolaborasi dengan energy untuk
- Klien tidak dokter untuk beraktivitas
dapat pemberian obat
penunjang klien 6, untuk mendapatkan
memenuhi ADL
obat sesuai kebutuhan
secara mandiri pasien
Vital sign :
TD : 120/90 mmHg
R: 30x/mnt
N : 90x/mnt S : 36°C
keadaan umum sakit
sedang kesadaran
composmetis

G. IMPLEMENTASI
Pelaksanaan keperawatan (catatan keperawatan) HARI KE-1
Tanggal No Tindakan keperawatan dan respon hasil Paraf dan nama
dan waktu diagnosa jelas
Sift pagi 1,2,3 Observasi ttv hasil : TD: 120/90 N: 90 RR: 30 Noviyanti
11-12-18 S: 36°c
07:00 wib
1,3 Kaji frekwensi, kedalaman permafasan dan ekspansi Riski aulia
dada hasil : frekwensi pernafasan 30x/mnt,
pernafasan cepat, dangkal, dan irama tidak teratur
klien menggunakan pernafasan cuping hidung.

1 Auskultasi bunyi nafas dan catat adanya suara nafas Noviyanti


tambahan hasil : terdengar bunyi weazing

1 Berikan klien posisi semi fowler hasil : klien Nampak Riski aulia
nyaman

1 Kolaborasi dalam pemberian O2 3L/mnt (nasal kanul Noviyanti


) hasil : oksigen terpasang klien Nampak nyaman.

2 Lakukan pengkajian kenapa klien tidak mau makan Riski aulia


hasil : klien tidak ada kemauan untuk makan karena
merasa tidak enak.
2,3 memonitor asupan makan klien dan anjurkan klien Noviyanti
makan makanan yang hangat dan makan sedikit
demi sedikit hasil : klien mau meminum susu hangat
sedikit dan memakan makanan ¼ porsi.

2,3 Berikan makanan sesuai kebutuhan klien hasil : ahli Riski aulia
gizi memberikan makanan diet TKTP 2000 kal.

1,2,3 Berikan istirahat yang adekuat hasil : klien berupaya Noviyanti


untuk beristirahat dengan maksimal.

1,2,3 Berikan terapi obat yang menunjang pengobatan


klien hasil : obat obatan berhasil diberikan Riski aulia dan
Infuse RA + Aminophilin 1 ½ ampul/8 jam noviyanti
O2 3 liter per menit nasal kanul
Inhalasi combivent / 8jam
Ranitidine 2x1 gr amp
OBH syrup 3x1
Retilpiedhishon 3x1 gr
Curcuma (PO) 1x1

Kaji kemampuan aktivitas klien hasil : klien belum


3 mampu melakukan aktifitasnya sendiri Riski aulia

Bantu kebutuhan ADL klien jika diperlukan hasil :


3 klien jika memerlukan perawat langsung memencet Noviyanti
bel lalu kebutuhannya di bantu oleh perawat.

Tanggal No Tindakan keperawatan dan respon hasil Paraf dan nama


dan waktu diagnosa jelas
Sift siang 1,2,3 Observasi ttv hasil : TD: 120/85 N: 88 RR: 30 Sulsilawati
11-12-18 S: 36,2°c
14:00 wib
1,3 Kaji frekwensi, kedalaman permafasan dan ekspansi Sulsila
dada hasil : frekwensi pernafasan 30x/mnt,
pernafasan cepat, dangkal, dan irama tidak teratur
klien menggunakan pernafasan cuping hidung.

1 Auskultasi bunyi nafas dan catat adanya suara nafas Sulsilawati


tambahan hasil : terdengar bunyi weazing

1 Berikan klien posisi semi fowler hasil : klien Nampak Sulsila


nyaman
1 Kolaborasi dalam pemberian O2 3L/mnt (nasal kanul Sulsilawati
) hasil : oksigen terpasang klien Nampak nyaman.

2 Lakukan pengkajian kenapa klien tidak mau makan Sulsila


hasil : klien tidak ada kemauan untuk makan karena
merasa tidak enak.

2,3 memonitor asupan makan klien dan anjurkan klien Sulsilawati


makan makanan yang hangat dan makan sedikit
demi sedikit hasil : klien mau memakan makanan ¼
porsi.
2,3 Sulsila
Berikan makanan sesuai kebutuhan klien hasil : ahli
gizi memberikan makanan diet TKTP 2000 kal.
1,2,3 Sulsilawati
Berikan istirahat yang adekuat hasil : klien berupaya
untuk beristirahat dengan maksimal.
1,2,3 Sulsilawati dan
Berikan terapi obat yang menunjang pengobatan sulsila
klien hasil : obat obatan berhasil diberikan
Infuse RA + Aminophilin 1 ½ ampul/8 jam
O2 3 liter per menit nasal kanul
Inhalasi combivent / 8jam
Ranitidine 2x1 gr amp
OBH syrup 3x1
Retilpiedhishon 3x1 gr
Curcuma (PO) 1x1

3 Kaji kemampuan aktivitas klien hasil : klien belum Sulsila


mampu melakukan aktifitasnya sendiri

3 Bantu kebutuhan ADL klien jika diperlukan hasil : Sulsilawati


klien jika memerlukan perawat langsung memencet
bel lalu kebutuhannya di bantu oleh perawat.

Pelaksanaan keperawatan (catatan keperawatan) HARI KE-2


Tanggal No Tindakan keperawatan dan respon hasil Paraf dan nama
dan waktu diagnosa jelas
Sift pagi 1,2,3 Observasi ttv hasil : TD: 120/80 N: 88 RR: 27 Noviyanti
12-12-18 S: 36,1°c
07:00 wib
1,3 Kaji frekwensi, kedalaman permafasan dan ekspansi Riski aulia
dada hasil : frekwensi pernafasan 27x/mnt,
pernafasan cepat, dangkal, dan irama tidak teratur
klien menggunakan pernafasan cuping hidung.
1 Auskultasi bunyi nafas dan catat adanya suara nafas Noviyanti
tambahan hasil : terdengar bunyi weazing

1 Berikan klien posisi semi fowler hasil : klien Nampak Riski aulia
nyaman

1 Kolaborasi dalam pemberian O2 3L/mnt (nasal kanul Noviyanti


) hasil : oksigen terpasang klien Nampak nyaman.

2 Lakukan pengkajian kenapa klien tidak mau makan Riski aulia


hasil : klien tidak ada kemauan untuk makan karena
merasa tidak enak.

2,3 memonitor asupan makan klien dan anjurkan klien Noviyanti


makan makanan yang hangat dan makan sedikit
demi sedikit hasil : klien mau meminum susu hangat
sedikit dan memakan makanan ½ porsi.

2,3 Berikan makanan sesuai kebutuhan klien hasil : ahli Riski aulia
gizi memberikan makanan diet TKTP 2000 kal.

1,2,3 Berikan istirahat yang adekuat hasil : klien berupaya Noviyanti


untuk beristirahat dengan maksimal.

1,2,3 Berikan terapi obat yang menunjang pengobatan


klien hasil : obat obatan berhasil diberikan Riski aulia dan
Infuse RA + Aminophilin 1 ½ ampul/8 jam noviyanti
O2 3 liter per menit nasal kanul
Inhalasi combivent / 8jam
Ranitidine 2x1 gr amp
OBH syrup 3x1
Retilpiedhishon 3x1 gr
Curcuma (PO) 1x1

Kaji kemampuan aktivitas klien hasil : klien belum


3 mampu melakukan aktifitasnya sendiri Riski aulia

Bantu kebutuhan ADL klien jika diperlukan hasil :


3 klien jika memerlukan perawat langsung memencet Noviyanti
bel lalu kebutuhannya di bantu oleh perawat.

Tanggal No Tindakan keperawatan dan respon hasil Paraf dan nama


dan waktu diagnosa jelas
Sift siang 1,2,3 Observasi ttv hasil : TD: 120/85 N: 85 RR: 26 Sulsilawati
12-12-18 S: 36°c
14:00 wib
1,3 Kaji frekwensi, kedalaman permafasan dan ekspansi Sulsila
dada hasil : frekwensi pernafasan 26x/mnt,
pernafasan cepat, dangkal, dan irama tidak teratur
klien menggunakan pernafasan cuping hidung.

1 Auskultasi bunyi nafas dan catat adanya suara nafas Sulsilawati


tambahan hasil : terdengar bunyi weazing

1 Berikan klien posisi semi fowler hasil : klien Nampak Sulsila


nyaman

1 Kolaborasi dalam pemberian O2 3L/mnt (nasal kanul Sulsilawati


) hasil : oksigen terpasang klien Nampak nyaman.

2 Lakukan pengkajian kenapa klien tidak mau makan Sulsila


hasil : klien tidak ada kemauan untuk makan karena
merasa tidak enak.

memonitor asupan makan klien dan anjurkan klien


makan makanan yang hangat dan makan sedikit
2,3 demi sedikit hasil : klien mau memakan makanan ¾ Sulsilawati
porsi.

Berikan makanan sesuai kebutuhan klien hasil : ahli


2,3 gizi memberikan makanan diet TKTP 2000 kal. Sulsila

Berikan istirahat yang adekuat hasil : klien berupaya


1,2,3 untuk beristirahat dengan maksimal. Sulsilawati

Berikan terapi obat yang menunjang pengobatan


1,2,3 klien hasil : obat obatan berhasil diberikan Sulsilawati dan
Infuse RA + Aminophilin 1 ½ ampul/8 jam sulsila
O2 3 liter per menit nasal kanul
Inhalasi combivent / 8jam
Ranitidine 2x1 gr amp
OBH syrup 3x1
Retilpiedhishon 3x1 gr
Curcuma (PO) 1x1

Kaji kemampuan aktivitas klien hasil : klien belum


mampu melakukan aktifitasnya sendiri
3 Sulsila
Bantu kebutuhan ADL klien jika diperlukan hasil :
klien jika memerlukan perawat langsung memencet
3 bel lalu kebutuhannya di bantu oleh perawat. Sulsilawati
Pelaksanaan keperawatan (catatan keperawatan) HARI KE-3
Tanggal No Tindakan keperawatan dan respon hasil Paraf dan nama
dan waktu diagnosa jelas
Sift pagi 1,2,3 Observasi ttv hasil : TD: 120/90 N: 84 RR: 25 Sulsilawati
13-12-18 S: 36,1°c
07:00 wib
1,3 Kaji frekwensi, kedalaman permafasan dan ekspansi Sulsila
dada hasil : frekwensi pernafasan 25x/mnt,
pernafasan cepat, dangkal, dan irama tidak teratur
klien menggunakan pernafasan cuping hidung.

1 Auskultasi bunyi nafas dan catat adanya suara nafas Sulsilawati


tambahan hasil : terdengar bunyi weazing

1 Berikan klien posisi semi fowler hasil : klien Nampak Sulsila


nyaman

1 Kolaborasi dalam pemberian O2 3L/mnt (nasal kanul Sulsilawati


) hasil : oksigen terpasang klien Nampak nyaman.

2 Lakukan pengkajian kenapa klien tidak mau makan Sulsila


hasil : klien tidak ada kemauan untuk makan karena
merasa tidak enak.

2,3 memonitor asupan makan klien dan anjurkan klien Sulsilawati


makan makanan yang hangat dan makan sedikit
demi sedikit hasil : klien mau memakan makanan
habis 1 porsi.

2,3 Berikan makanan sesuai kebutuhan klien hasil : ahli Sulsila


gizi memberikan makanan diet TKTP 2000 kal.

1,2,3 Berikan istirahat yang adekuat hasil : klien berupaya Sulsilawati


untuk beristirahat dengan maksimal.

1,2,3 Berikan terapi obat yang menunjang pengobatan


klien hasil : obat obatan berhasil diberikan Sulsilawati dan
Infuse RA + Aminophilin 1 ½ ampul/8 jam sulsila
O2 3 liter per menit nasal kanul
Inhalasi combivent / 8jam
Ranitidine 2x1 gr amp
OBH syrup 3x1
Retilpiedhishon 3x1 gr
Curcuma (PO) 1x1
3 Kaji kemampuan aktivitas klien hasil : klien belum Sulsila
mampu melakukan aktifitasnya sendiri

3 Bantu kebutuhan ADL klien jika diperlukan hasil : Sulsilawati


klien jika memerlukan perawat langsung memencet
bel lalu kebutuhannya di bantu oleh perawat.

Tanggal No Tindakan keperawatan dan respon hasil Paraf dan nama


dan waktu diagnosa jelas
Sift siang 1,2,3 Observasi ttv hasil : TD: 130/90 N: 83 RR: 22 Noviyanti
13-12-18 S: 36°c
14:00 wib
1,3 Kaji frekwensi, kedalaman permafasan dan ekspansi Riski aulia
dada hasil : frekwensi pernafasan 22x/mnt,
pernafasan cepat, dangkal, dan irama tidak teratur
klien menggunakan pernafasan cuping hidung.

Auskultasi bunyi nafas dan catat adanya suara nafas


1 tambahan hasil : terdengar bunyi weazing Noviyanti

Berikan klien posisi semi fowler hasil : klien Nampak


1 nyaman Riski aulia

Kolaborasi dalam pemberian O2 3L/mnt (nasal kanul


1 ) hasil : oksigen terpasang klien Nampak nyaman. Noviyanti

Lakukan pengkajian kenapa klien tidak mau makan


2 hasil : klien tidak ada kemauan untuk makan karena Riski aulia
merasa tidak enak.

memonitor asupan makan klien dan anjurkan klien


2,3 makan makanan yang hangat dan makan sedikit Noviyanti
demi sedikit hasil : klien mau memakan makanan
habis 1 porsi.

Berikan makanan sesuai kebutuhan klien hasil : ahli


2,3 gizi memberikan makanan diet TKTP 2000 kal. Riski aulia

Berikan istirahat yang adekuat hasil : klien berupaya


1,2,3 untuk beristirahat dengan maksimal. Noviyanti

Berikan terapi obat yang menunjang pengobatan


1,2,3 klien hasil : obat obatan berhasil diberikan Riski aulia
Infuse RA + Aminophilin 1 ½ ampul/8 jam
O2 3 liter per menit nasal kanul
Inhalasi combivent / 8jam
Ranitidine 2x1 gr amp
OBH syrup 3x1
Retilpiedhishon 3x1 gr
Curcuma (PO) 1x1

Kaji kemampuan aktivitas klien hasil : klien belum


3 Noviyanti
mampu melakukan aktifitasnya sendiri

Bantu kebutuhan ADL klien jika diperlukan hasil :


3 Riski aulia
klien jika memerlukan perawat langsung memencet
bel lalu kebutuhannya di bantu oleh perawat.

H. EVALUASI

A. Evaluasi (CATATAN PERKEMBANGAN) HARI KE-1


No. HARI/TGL/ EVALUASI HASIL (SOAP/SOAPIER) PARAF NAMA
DK JAM (MENGACU PADA TUJUAN ) JELAS
1 11-12-2018 (S) : data subjektif : Riski aulia dan
jam 13:30 - klien mengeluh sesak nafas noviyanti
Sift pagi - klien mengeluh batuk, tidak
produktif tanpa sputum
(O) : data objektif :
- klien menggunakan otot bantu
pernafasan, terdengar bunyi
weazing, pernafasan cuping hidung
klien terlihat tidak nyaman akibat
sesak, pernafasan cepat dan
dangkal, irama tidak teratur.
Terpasang O2 3L/mnt.
Vital sign :
TD : 120/90 mmHg R: 30x/mnt N :
90x/mnt S : 36°C keadaan umum
sakit sedang kesadaran
composmetis
(A) : pola nafas tidak efektif
(P) : Intervensi di lanjutkan dari poin 1-5

2 (S) : Data subjektif : Riski aulia dan


- Klien mengatakan tidak nafsu noviyanti
makan
(O) : Data objektif :
- Klien Nampak lemas , klien hanya
mampu menghabiskan ¼ porsi
makanan ,Berat badan turun 10 kg
Vital sign :
TD : 120/90 mmHg R: 30x/mnT
N : 90x/mnt S : 36°C keadaan umum
sakit sedang kesadaran composmetis.
(A) : defisit nutrisi
(P) : intervensi dilanjutkan dari poin 1-7

(S) : Data subjektif :


3 - Klien mengatakan lemas dan sesak Riski aulia dan
(O) : Data objektif : noviyanti
- Klien Nampak bedrest dan lemas
untuk bangun dari tempat tidur
- Klien terpasang O2 3L/mnt
- Klien tidak dapat memenuhi ADL
secara mandiri
Vital sign :TD : 120/90 mmHg R:
30x/mnt N : 90x/mnt S : 36°C
keadaan umum sakit sedang
kesadaran composmetis
(A) : intoleransi aktivitas
(P) : intervensi dilanjutkan dari poin 1-6

1 11-12-2018 (S) : data subjektif : Sulsilawati dan


jam 20:30 - klien mengeluh sesak nafas sulsila
Sift siang - klien mengeluh batuk, tidak
produktif tanpa sputum
(O) : data objektif :
- klien menggunakan otot bantu
pernafasan, terdengar bunyi
weazing, pernafasan cuping hidung
klien terlihat tidak nyaman akibat
sesak, pernafasan cepat dan
dangkal, irama tidak teratur.
Terpasang O2 3L/mnt.
Vital sign :
TD : 120/85 mmHg R: 30x/mnt N :
88x/mnt S : 36,2°C keadaan umum
sakit sedang kesadaran
composmetis
(A) : pola nafas tidak efektif
(P) : Intervensi di lanjutkan dari poin 1-5
2
(S) : Data subjektif : Sulsilawati dan
- Klien mengatakan tidak nafsu sulsila
makan
(O) : Data objektif :
- Klien Nampak lemas , klien hanya
mampu menghabiskan ¼ porsi
makanan ,Berat badan turun 10 kg
Vital sign :
TD : 120/85 mmHg R: 30x/mnT
N : 88x/mnt S : 36,2°C keadaan umum
sakit sedang kesadaran composmetis.
(A) : defisit nutrisi
(P) : intervensi dilanjutkan dari poin 1-7

(S) : Data subjektif :


- Klien mengatakan lemas dan sesak
(O) : Data objektif :
3 - Klien Nampak bedrest dan lemas Sulsilawati dan
untuk bangun dari tempat tidur sulsila
- Klien terpasang O2 3L/mnt
- Klien tidak dapat memenuhi ADL
secara mandiri
Vital sign :TD : 120/85 mmHg R:
30x/mnt N : 88x/mnt S : 36,2°C
keadaan umum sakit sedang
kesadaran composmetis
(A) : intoleransi aktivitas
(P) : intervensi dilanjutkan dari poin 1-6

Evaluasi (CATATAN PERKEMBANGAN) HARI KE-2


No. HARI/TGL/ EVALUASI HASIL (SOAP/SOAPIER) PARAF NAMA
DK JAM (MENGACU PADA TUJUAN ) JELAS
1 12-12-2018 (S) : data subjektif : Noviyanti dan
jam 13:30 - klien mengeluh sesak nafas riskiaulia
Sift pagi - klien mengeluh batuk, tidak
produktif tanpa sputum
(O) : data objektif :
- klien menggunakan otot bantu
pernafasan, terdengar bunyi
weazing, pernafasan cuping hidung
klien terlihat tidak nyaman akibat
sesak, pernafasan cepat dan
dangkal, irama tidak teratur.
Terpasang O2 3L/mnt.
Vital sign :
TD : 120/80 mmHg R: 27x/mnt N :
90x/mnt S : 36°C keadaan umum
sakit sedang kesadaran
composmetis
(B) : pola nafas tidak efektif
(Q) : Intervensi di lanjutkan dari poin 1-5

2 (S) : Data subjektif : Noviyanti dan


- Klien mengatakan tidak nafsu riskiaulia
makan
(O) : Data objektif :
- Klien Nampak lemas , klien hanya
mampu menghabiskan ½ porsi
makanan ,Berat badan turun 10 kg
Vital sign :
TD : 120/80 mmHg R: 27x/mnt
N : 88x/mnt S : 36,1°C keadaan
umum sakit sedang kesadaran
composmetis.
(B) : defisit nutrisi
(P) : intervensi dilanjutkan dari poin 1-7

3 (S) : Data subjektif : Noviyanti dan


- Klien mengatakan lemas dan sesak riskiaulia
(O) : Data objektif :
- Klien Nampak bedrest dan lemas
untuk bangun dari tempat tidur
- Klien terpasang O2 3L/mnt
- Klien tidak dapat memenuhi ADL
secara mandiri
Vital sign :TD : 120/80 mmHg R:
27x/mnt N : 88x/mnt S : 36,1°C
keadaan umum sakit sedang
kesadaran composmetis
(B) : intoleransi aktivitas
(P) : intervensi dilanjutkan dari poin 1-6
1 12-12-2018 (S) : data subjektif : Sulsilawati dan
jam 20:30 - klien mengeluh sesak nafas sulsila
Sift siang - klien mengeluh batuk, tidak
produktif tanpa sputum
(O) : data objektif :
- klien menggunakan otot bantu
pernafasan, terdengar bunyi
weazing, pernafasan cuping hidung
klien terlihat tidak nyaman akibat
sesak, pernafasan cepat dan
dangkal, irama tidak teratur.
Terpasang O2 3L/mnt.
Vital sign :
TD : 120/85 mmHg R: 26x/mnt N :
85x/mnt S : 36°C keadaan umum
sakit sedang kesadaran
composmetis
(C) : pola nafas tidak efektif
(R) : Intervensi di lanjutkan dari poin 1-5

2 (S) : Data subjektif : Sulsilawati dan


- Klien mengatakan tidak nafsu sulsila
makan
(O) : Data objektif :
- Klien Nampak lemas , klien hanya
mampu menghabiskan ¾ porsi
makanan ,Berat badan turun 10 kg
Vital sign :
TD : 120/85 mmHg R: 26x/mnT
N : 85x/mnt S : 36°C keadaan umum
sakit sedang kesadaran composmetis.
(C) : defisit nutrisi
(P) : intervensi dilanjutkan dari poin 1-7

3 (S) : Data subjektif : Sulsilawati dan


- Klien mengatakan lemas dan sesak sulsila
(O) : Data objektif :
- Klien Nampak bedrest dan lemas
untuk bangun dari tempat tidur
- Klien terpasang O2 3L/mnt
- Klien tidak dapat memenuhi ADL
secara mandiri
Vital sign :TD : 120/85 mmHg R:
26x/mnt N : 85x/mnt S : 36°C
keadaan umum sakit sedang
kesadaran composmetis
(C) : intoleransi aktivitas
(P) : intervensi dilanjutkan dari poin 1-6

Evaluasi (CATATAN PERKEMBANGAN) HARI KE-3


No. HARI/TGL/ EVALUASI HASIL (SOAP/SOAPIER) PARAF NAMA
DK JAM (MENGACU PADA TUJUAN ) JELAS
1 13-12-2018 (S) : data subjektif : Susilawati dan
jam 13:30 - klien mengeluh sesak nafas sulsila
Sift pagi - klien mengeluh batuk, tidak
produktif tanpa sputum
(O) : data objektif :
- klien menggunakan otot bantu
pernafasan, terdengar bunyi
weazing, pernafasan cuping hidung
klien terlihat tidak nyaman akibat
sesak, pernafasan cepat dan
dangkal, irama tidak teratur.
Terpasang O2 3L/mnt.
Vital sign :
TD : 120/90 mmHg R: 25x/mnt N :
84x/mnt S : 36,1°C keadaan umum
sakit sedang kesadaran
composmetis
(D) : pola nafas tidak efektif
(S) : Intervensi di lanjutkan dari poin 1-5

2 (S) : Data subjektif : Sulsilawati dan


- Klien mengatakan tidak nafsu sulsila
makan
(O) : Data objektif :
- Klien Nampak lemas , klien hanya
mampu menghabiskan 1 porsi
makanan ,Berat badan turun 10 kg
Vital sign :
TD : 120/90 mmHg R: 25x/mnt
N : 84x/mnt S : 36,1°C keadaan
umum sakit sedang kesadaran
composmetis.
(D) : defisit nutrisi
(P) : intervensi di hentikan

3 (S) : Data subjektif : Sulsilawati dan


- Klien mengatakan lemas dan sesak sulsila
(O) : Data objektif :
- Klien Nampak bedrest dan lemas
untuk bangun dari tempat tidur
- Klien terpasang O2 3L/mnt
- Klien tidak dapat memenuhi ADL
secara mandiri
Vital sign :TD : 120/90 mmHg R:
25x/mnt N : 84x/mnt S : 36,1°C
keadaan umum sakit sedang
kesadaran composmetis
(D) : intoleransi aktivitas
(P) : intervensi dilanjutkan dari poin 1-6

1 13-12-2018 (S) : data subjektif : Riski aulia dan


jam 20:30 - klien mengeluh sesak nafas noviyanti
Sift siang - klien mengeluh batuk, tidak
produktif tanpa sputum
(O) : data objektif :
- klien menggunakan otot bantu
pernafasan, terdengar bunyi
weazing, pernafasan cuping hidung
klien terlihat tidak nyaman akibat
sesak, pernafasan cepat dan
dangkal, irama tidak teratur.
Terpasang O2 3L/mnt.
Vital sign :
TD : 130/90 mmHg R: 22x/mnt N :
83x/mnt S : 36°C keadaan umum
sakit sedang kesadaran
composmetis
(E) : pola nafas tidak efektif
(T) : Intervensi di lanjutkan dari poin 1-5

2 (S) : Data subjektif : Riski aulia dan


- Klien mengatakan tidak nafsu noviyanti
makan
(O) : Data objektif :
- Klien Nampak lemas , klien hanya
mampu menghabiskan 1 porsi
makanan ,Berat badan turun 10 kg
Vital sign :
TD : 130/90 mmHg R: 22x/mnt
N : 83x/mnt S : 36°C keadaan umum
sakit sedang kesadaran composmetis.
(E) : defisit nutrisi
(P) : intervensi di hentikan

(S) : Data subjektif :


3 - Klien mengatakan lemas dan sesak Riski aulia dan
(O) : Data objektif : noviyanti
- Klien Nampak bedrest dan lemas
untuk bangun dari tempat tidur
- Klien terpasang O2 3L/mnt
- Klien tidak dapat memenuhi ADL
secara mandiri
Vital sign :TD : 130/90 mmHg R:
22x/mnt N : 83x/mnt S : 36°C
keadaan umum sakit sedang
kesadaran composmetis
(E) : intoleransi aktivitas
(P) : intervensi dilanjutkan dari poin 1-6
BAB IV

A. KESIMPULAN

Proses keperawatan merupakan metode ilmiah dalam menjalankan proses keperawatan


dan menyelesaikan masalah secara sistematis yang digunakan oleh perawat dan perserta
didik keperawatan. Penerapan keperawatan dapat meningkatkan otonimi, kepercayaan
diri, cara berfikir yang logis, ilmiah, sistematis dan memperlihatkan tangguang jawab dan
tangguang gugat serta pengembangan diri perawat.

Disamping itu klien dapat melaksanakan mutu pelayanan keperawatan yang baik
khususnya pada klien dengan gangguan system pernafasan dengan diagnose medis PPOK
maka dapat di ambil kesimpulan sebagai berikut :
 Pengkajian yang dilaksanakan tidak banyak berbeda dengan pengkajian teoritis
maupun penulis tidak mendapat kesulitan dalam pengkajian klien
 Dalam usaha mengatasi masalah yang di hadapi klien penulis menyusun tindakan
keperawatan sesuai dengan teoritis begitu juga dengan SP atau LP.
 Dalam pelaksanaan tindakan keperawatan disesuaikan dengan perencanaan dan
dapat dilaksanakan walaupun belum optimal
 Pada tahap evaluasi terhadap tindakan keperawatan masalah yang di hadapi klien
dapat teratasi semua sesuai dengan diagnosa yang aktual berdasarkan pengkajian
sebelumnya
B. SARAN

Berdasarkan kesimpulan di atas, maka saran yang bisa penulis berikan untuk perbaikan dan
peningkatan mutu asuhan keperawatan adalah :

1. Bagi perawat di ruangan melati lantai 7 RSUD Pasar Rebo Jakarta

a. Meningkatkan kemampuan dan kualitas dalam memberikan asuhan keperawatan pada


klien khususnya dengan masalah gangguan system pernafasan dengan diagnose medis
PPOK
b. Melakukan asuhan keperawatan yang sesuai dengan SOP (Standar Operasional
Prosedur) yang ditetapkan dilanjutkan dengan SOAP pada klien khususnya dengan
masalah gangguan system pernafasan dengan diagnose medis PPOK

2. Bagi klien

Klien di harapkan mengikuti program keperawatan yang telah di rencanakan oleh dokter
dan perawat untuk mempercepat proses penyembuhan klien.

3. Bagi keluarga

Keluarga diharapkan mampu memberikan dukungan pada klien dalam mengontrol


masalah gangguan kebutuhan dasar klien baik di rumah sakit maupun di rumah.

4. Bagi penulis
Sebagai sarana memperoleh informasi dan pengetahuan serta pengalaman dalam
melakukan asuhan keperawatan pada pasien dengan gangguan system pernafasan dengan
diagnose medis PPOK.

Anda mungkin juga menyukai