1810713094
3C
Solusi :
Melihat karakteristik tersebut diatas, maka biaya yang timbul akibat gangguan
kesehatan (penyakit) merupakan obyek yang layak diasuransikan untuk meringankan beban
yang ditanggung oleh penderita serta meningkatkan akses pelayanan kesehatan yang
merupakan kebutuhan hidup masyarakat. WHO didalam The World Health Report 2000-
Health System: Inproving Pervormance juga merekomendasikan untuk mengembangkan
sistem pembayaran secara ”pre payment”, baik dalam bentuk asuransi, tax, maupun social
security. Sistem kesehatan haruslah dirancang sedemikian rupa, sehingga bersifat terintegrasi
antara sistem pelayanan dan sistem pembiayaan, mutu terjamin (quality assurance) dengan
biaya terkendali (cost containment).
Dengan cakupan asuransi yang semakin luas, maka diperlukan jaringan pelayanan
(Rumah Sakit) yang semakin luas pula. Tuntutan terhadap pelayanan yang berkualitas baik
terhadap penyelenggaraan asuransi kesehatan maupun penyelenggaraan pelayanan kesehatan
akan semakin meningkat, upaya peningkatan yang berkesinambungan tidak hanya menjadi
tanggungjawab pemberi pelayanan kesehatan saja tetapi juga bagi penyelenggaraan asuransi.
Sebaiknya mengikuti program asuransi kesehatan sejak umur yang masih dini. Hal ini untuk
mengantisipasi terhadap penolakan keikutsertaan asuransi kesehatan. Oleh karena risiko yang
harus ditanggung pada usia tua besar sekali, berbeda dengan kalau masih berusia muda.
Rasio 23 tenaga kesehatan per 10.000 perduduk dianggap sebagai batas minimal untuk
mencapai cakupan 80 persen intervensi kesehatan yang paling esensial.
"Lebih dari satu juta tenaga kesehatan terlatih dibutuhkan di regional ini untuk
memperbaiki defisit tenaga kesehatan," kata Direktur WHO untuk regional Asia
Tenggara , DR Samlee Pliangbangchang, Jumat (07/09), dalam pertemuan Menteri
Kesehatan se-regional Asia Tenggara (SEARO) di Yogyakarta.
"Perpindahan tenaga kesehatan dari daerah pedesaan ke daerah perkotaan atau dari
fasilitas kesehatan milik pemerintah ke swasta, atau bahkan ke luar negeri telah
membebani sistem kesehatan di regional ini," kata Samlee.
Sebuah studi mengenai sumber daya manusia yang dilaksanakan Februari 2012
menemukan, bahwa negara yang mengalami krisis tenaga kesehatan tidak bisa
meningkatkan jumlah tenaga kesehatannya ke batas minimum. Bahkan bantuan dana
tidak cukup untuk mencapai kemajuan yang diinginkan di bidang ini.
WHO mengatakan, upaya dalam melatih dan mendidik tenaga kesehatan umumnya
belum terfokus, karena keterbatasan sumber daya dan ketidakjelasan arah kebijakan.
Sehingga dibutuhkan sebuah komitmen baru dalam investasi untuk memperkuat
pelatihan dan training tenaga kesehatan.
Solusi:
Penyediaan tenaga kesehatan harusnya menjadi tugas dan target utama pemerintah
sebagai komitmen pelaksanaan pasal 28 UUD 1945. Jika kesehatan menjadi hak asasi bagi tiap
warganegara maka pemerintah harus memenuhi kewajibannya termasuk penyediaan tenaga
kesehatan. Kebutuhan mendesak tenaga kesehatan terutama sangat dibutuhkan oleh daerah
terpencil, tertinggal dan wilayah perbatasan (dacilgaltas). Ini dapat terlihat dari data Depkes
2006, dari 364 puskesmas di daerah dacilgaltas yang tersebar di 64 kabupaten pada 17 provinsi,
184 puskemas (51 persen) belum memiliki dokter. Ini tentu memprihatinkan mengingat
kebutuhan kesehatan yang kian meningkat.
Srategi percepatan jumlah tenaga kesehatan ini juga bisa dilakukan dengan membuat
regulasi-regulasi yang memudahkan lembaga pendidikan dan pemerintah daerah tanpa harus
mengurangi ketentuan standar kualitas untuk membuka kelas-kelas kesehatan. Sehingga
dengan regulasi yang mudah akan dapat mendorong lembaga pendidikan dan Pemda dalam
mendidik dan melatih tenaga-tenaga kesehatan yang nantinya akan berdampak pada semakin
bertambahnya lulusan tenaga kesehatan terutama di daerah-daerah yang selama ini kekurangan
SDM kesehatan.