1.1 Tujuan
1.2 Teori
Preparasi sampel adalah pengurangan massa dan ukuran dari gross sampel sampai
pada massa dan ukuran yang cocok untuk analisa di Laboratorium. Preparasi dilakukan
untuk mendapatkan spesifikasi pada batuan seperti diameter, tinggi serta komposisi
sampel batuan. Dengan didapatkannya spesifikasi ini, pengujian akan memberikan hasil
yang akurat.
Sampel batuan yang digunakan untuk pengujian berupa inti bor (core) dari hasil
pengeboran inti di lapangan atau dapat dibuat di laboratorium. Pembuatan sampel di
lapangan yaitu dengan melakukan pengeboran inti (core drillling) langsung ke dalam
batuan yang akan diselidiki, sehingga diperoleh inti yang berbentuk silinder. Inti tersebut
langsung dapat digunakan untuk pengujian di laboratorium dengan syarat tinggi sampel
dua kali diameternya.
Pembuatan sampel di laboratorium dapat dibuat dari blok batuan yang diambil di
lapangan kemudian di bor dengan pengintian dalam laboratorium. Hasil sampel yang
diperoleh umumnya berbentuk silinder dengan diameter 50 – 70 mm, kemudian dipotong
dengan mesin potong batu untuk mendapatkan ukuran tinggi sampel dua kali
diameternya. Ukuran sampel dapat lebih kecil maupun lebih besar dari ukuran tersebut
di atas tergantung dari maksud dan tujuan pengujian.
Pembuatan sampel di laboratorium dapat juga dilakukan dengan membuat model
fisik sampel dengan tujuan untuk memenuhi kompetensi praktikum mahasiswa. Model
fisik sampel batuan dapat dibuat dari campuran kerikil, pasir dan semen. Perbandingan
campuran ini disesuaikan dengan kebutuhan. Semakin besar campuran semen maka
sampel akan semakin kuat. Campuran ini kemudian diaduk dan dimasukkan ke dalam
pipa paralon dengan ukuran diameter 50 – 70 mm dan tinggi dua kali diameternya,
1
selanjutnya dibiarkan dengan jangka waktu 7 sampai 27 hari. Pengujian sampel
sebaiknya dilakukan setelah jangka waktu 7 - 27 hari sampel model fisik tersebut dibuat.
Metode utama yang digunakan untuk pengambilan sampel batuan untuk keperluan
pengujian dan penilaian kualitas serta struktur batuan adalah pengeboran inti. Metode
sumur uji, bor tanpa inti, dan geofisik digunakan untuk mengidentifikasi bagian atas
batuan. Pengeboran dan pengambilan sampel batuan hendaknya mengacu pada
Commision on standardization of laboratory and field test atau international society for
rock mechanics/ISRM. Jika lapisan terlalu keras dapat menggunakan standar ASTM D
2113 practice for diamond core drilling for site investigation. Pemeliharaan terhadap
sampel batuan yang telah didapat harus dilakukan untuk melindungi sampel dari
goncangan/kejutan dan getaran atau perubahan temperatur. Perawatan dan pemeliharaan
sampel batuan dapat mengikuti ASTM D 5079 practices for preserving ang transporting
rock core sampel.
Sampel berbentuk silinder dan kubus dapat digunakan untuk uji kuat geser dan uji
kuat tekan. Adapun dalam penggunaannya, lebih baik menggunakan sampel berbentuk
silinder untuk uji kuat tekan maupun uji kuat geser dikarenakan beban yang dikenakan
kepada batuan tersebar merata dibandingkan sampel berbentuk kubus.
1.5.1 Alat
Peralatan yang digunakan dalam praktikum ini adalah sebagai berikut :
1. Peralatan Keamanan
2. Stone Cutter
3. Coring
4. Ember
5. Kuas
6. Cetakan Housing
2
1.5.2 Bahan
Bahan yang digunakan yaitu :
2. Semen
3. Pasir
4. Air
5. Cairan Pengeras
6. Oli
3
ROCK MASS
2.1 Tujuan
2.2 Teori
Rock Mass Rating (RMR) adalah pembobotan massa batuan untuk menentukan
kualitas massa batuan tersebut. Metode Rock Mass Rating (RMR) dari Bieniawski
(1989) sebagai sistem klasifikasi massa batuan untuk keteknikan sebagai metode untuk
perencanaan tambang bawah permukaan.
Sistem Klasifikasi massa batuan Rock Mass Rating (RMR) menggunakan enam
parameter, yaitu
1. Kuat tekan batuan utuh ( Strength of intact rock material )
2. Rock Quality Designation (RQD)
3. Jarak antara diskontinuitas (Spacing of discontinuities )
4. Kondisi diskontinuitas ( Condition of discontinuities )
5. Kondisi air tanah ( Ground water condition )
6. Orientasi diskontinuitas
2.3.1 Alat
Peralatan yang digunakan dalam praktikum ini adalah sebagai berikut :
1. Inti bor (core) yang ditempatkan di dalam core box
2. Jangka sorong
3. Pita meter atau penggaris
4
2.3.2 Bahan
Bahan yang digunakan yaitu :
1. Problem Set
2. Tabel RMR dan Q-System
1. Ambil core box, amati inti bor yang ada di dalamnya. Jangan sekali-kali
memindahkan posisi core dari tempatnya sehingga urutannya berubah.
3. Ambil salah satu potongan inti bor dari masing-masing sampel batuan yang
ada, ukur diameternya dengan menggunakan jangka sorong.
3. Panjang dari masing-masing potongan inti bor pada masing-masing sampel
batuan diukur, yang panjangnya lebih dari 100 mm dijumlahkan.
2.5 Perhitungan
1. RQD
a. Rock Quality Design ( RQD ) Pada tahun 1967 D.U.Deere memperkenalkan
Rock Quality Design ( RQD ) sebagai sebuah petunjuk untuk memperkirakan
kualitas dari massa batuan secara kuantitatif. RQD didefinisikan sebagai
presentasi dari perolehan inti bor (core) yang secara tidak langsung didasarkan
pada jumlah bidang lemah dan jumlah bagian yang lunak dari massa batuan
yang diamati dari inti bor (core). Hanya bagian yang utuh dengan panjang lebih
besar dari 100 mm ( 4 inchi ) yang dijumlahkan kemudian dibagi panjang total
pengeboran (core run).
b. Rumus :
Prosedur yang benar untuk mengukur RQD dapat dilihat pada Gambar
2.1 yang harus diperhatikan adalah bahwa persentase RQD hanya terdiri dari
potongan inti bor (core) yang segar dan lebih panjang dari 100 mm yang
dijumlahkan kemudian dibagi dengan panjang kemajuan pemboran.
5
c. Menghitung kualitas batuan berdasarkan hasil perhitungan RQD.
2. RMR
Keterangan :
A1 = Kuat tekan batuan utuh (Strength of intact rock material)
A2 = Rock Quality Designation (RQD)
A3 = Jarak antara diskontinuitas (Spacing of discontinuities)
A4 = Kondisi diskontinuitas (Condition of discontinuities)
A5 = Kondisi air tanah (Ground water condition)
6
3. Q-System
Keterangan :
RQD = Rock Quality Designation
Jn = Jumlah Kekar / Joint Set Number
Jr = Kekasaran Kekar / Joint Roughness Number
Ja = Derajat Alterasi
Jw = Aliran Air / Joint Water Reduction Number
SRF = Faktor Reduksi Tegangan / Stress Reduction Factor
7
Tabel 2.1 Klasifikasi parameter dan pembobotan (Bieniawski, 1989)
8
Tabel 2.2 Klasifikasi dengan metode Q-System (Barton, 1974)
NGI Q-System Rating for Rock Masses RQD J r J w
Q =
J a SRF
(Barton, Lien, & Lunde, 1974)
Norwegian Classif ication f or Rock Masses
Jn
Q - Value Quality of Rock Mass
< 0.01 Exceptionally Poor 4. Discontinuity Condition & Infilling = Ja
0.01 to 0.1 Extremely Poor 4.1 Unfilled Cases
0.1 to 1 Very Poor Healed 0.75
1 to 4 Poor Stained, no alteration 1
4 to 10 Fair Silty or Sandy Coating 3
10 to 40 Good Clay coating 4
40 to 100 Very Good 4.2 Filled Discontinuities
100 to 400 Extremely Good Sand or crushed rock inf ill 4
< 400 Exceptionally Good Stif f clay inf illing < 5 mm 6
Sof t clay inf ill < 5 mm thick 8
PARAMETERS FOR THE Q-Rating of Rock Masses Swelling clay < 5 mm 12
Stif f clay inf ill > 5 mm thick 10
1. RQD = Rock Quality Designation = sum of cored pieces Sof t clay inf ill > 5 mm thick 15
> 100 mm long, divided by total core run length Swelling clay > 5 mm 20
9
UJI SIFAT FISIK
3.1 Tujuan
3.2 Teori
1. Porositas
Merupakan perbandingan antara volume ruang yang terdapat dalam batuan
yang berupa pori-pori terhadap volume batuan secara keseluruhan, biasanya
dinyatakan dalam fraksi. Besar-kecilnya porositas suatu batuan akan menetukan
kapasitas penyimpanan fluida reservoir.
2. Permebilitas
Permeabilitas didefinisikan sebagai ukuran media berpori untuk meloloskan
atau melewatkan fluida. Apabila media berporinya tidak saling berhubungan maka
batuan tersebut tidak mempunyai permeabilitas. Oleh karena itu ada hubungan
antara permeabilitas batuan dengan porositas efektif.Sekitar tahun 1856, Henry
Darcy seorang ahli hidrologi dari Prancis mempelajari aliran air yang melewati
suatu lapisan batu pasir. Hasil penemuannya diformulasikan kedalam hukum
aliran fluida dan diberi nama Hukum Darcy.
3. Saturasi
Saturasi adalah perbandingan antara volume pori-pori batuan yang terisi
fluida formasi tertentu terhadap total volume pori-pori batuan yang terisi fluida
atau jumlah kejenuhan fluida dalam batuan reservoir per satuan volume pori.
4. Tekanan kapiler
Tekanan kapiler pada batuan berpori didefinisikan sebagai perbedaan
tekanan antara fluida yang membasahi batuan dengan fluida yang bersifat tidak
membasahi batuan jika didalam batuan tersebut terdapat dua atau lebih fasa fluida
yang tidak bercampur dalam kondisi statis.
10
Adapun rumus yang digunakan yaitu (Arif, 2016) :
a. Bobot Isi Asli (natural density)
𝑊𝑛
⍴n = 𝑊𝑤−𝑊𝑠 ......................... (3.1)
h. Derajat kejenuhan
𝑊𝑛−𝑊𝑜
S = 𝑊𝑤−𝑊𝑜 𝑥 100% ............ (3.8)
i. Porositas
𝑊𝑤−𝑊𝑜
𝑛= 𝑊𝑤−𝑊𝑠
𝑥 100% ............ (3.9)
j. Void ratio
𝑛
e = 1−𝑛 ................................. (3.10)
Keterangan :
Wn = Berat Natural (gr)
Ww = Berat Jenuh (gr)
Ws = Berat Tergantung (gr)
Wo = Berat Kering (gr)
Wo – Ws = Volume percontoh tanpa pori-pori (cm3)
11
Ww – Ws = Volume percontoh total (cm3)
⍴ = Massa Jenis (gr/cm3)
γ = Berat Jenis
ω = Kandungan Air (%)
S = Derajat Kejenuhan (%)
𝑛 = Porositas (%)
e = Void Ratio
3.3.1 Alat
Peralatan yang digunakan dalam praktikum ini adalah sebagai berikut :
1. Peralatan Safety
2. Neraca analitik
3. Desikator
4. Pompa vakum
5. Oven
6. Jangka Sorong
7. Ember
8. Gayung
9. Selang
10. Talang
11. Lap kain
3.3.2 Bahan
Bahan yang digunakan adalah :
1. Problem Set
2. Sampel
12
3.4 Langkah Kerja
13
3. Setelah direndam selama 24 jam, percontoh di dalam desikator dikeluarkan dan
segera ditimbang dalam keadaan jenuh sehingga didapat berat jenuh (Ww).
4. Timbang lagi percontoh dalam keadaan jenuh dan dalam posisi tergantung di
dalam air, sehingga didapat berat jenuh tergantung dalam air (Ws).
5. Kemudian percontoh dikeringkan kembali, dengan cara memasukkan ke dalam
oven selama 24 jam pada temperatur 90o C.
6. Setelah di oven selama 24 jam, timbang percontoh sehingga didapat berat kering
(Wo).
7. Hitung sifat-sifat fisik dengan menggunakan persamaan-persamaan yang ada
diatas.
14
UJI KUAT GESER
4.1 Tujuan
1. Menentukan Nilai Cohesi (c) dan Sudut Geser Dalam (0) menggunakan alat
direct shear.
2. Mengidentifikasi parameter-parameter yang mempengaruhi kelakuan/sifat geser
batuan.
4.2 Cakupan
1. Pengujian ini mengukur kekuatan geser langsung puncak dan residual sebagai
fungsi dari tegangan normal terhadap bidang gesernya. Hasil dari pengujian ini
digunakan dalam analisis kesetimbangan batas pada masalah kestabilan lereng
atau untuk analisis stabilitas pondasi bendungan.
2. Penentuan kekuatan geser langsung sebaiknya dilakukan minimal lima pengujian
pada beban geser yang sama, dengan masing-masing sampel diuji pada tegangan
normal yang berbeda yang berubah secara konstan.
3. Dalam penerapan hasil pengujian, kondisi tekanan air pori dan pergerakan batuan
harus dipertimbangkan pada desain yang dibuat karena mungkin berbeda dengan
kondisi pengujian.
4.3 Teori
Kuat geser batuan adalah perlawanan internal batuan terhadap tegangan yang bekerja
sepanjang bidang geser dalam batuan tersebut yang dipengaruhi oleh karakteristik
intrinstik dan faktor eksternal.
Kuat geser batuan dibagi dengan dua jenis, yaitu Kuat geser puncak (peak) dan Kuat
geser Residu (sisa). Kuat geser puncak ialah kuat geser yang terjadi ketika tegangan geser
mencapai titik maksimalnya (puncak) disitu pula batuan mengalami deformasi plastic
yang kemudian runtuh. Setelah itu tegangan geser akan menurun hingga menunjukan
angka yang konstan untuk menggeser batuan tersebut atau disebut kuat geser residu (
setelah batuan runtuh).
15
Data uji geser diperlukan untuk mengetahui nilai tegangan geser, tegangan normal,
hubungan antara tegangan normal dan tegangan geser, kohesi dan sudut geser dalam
dengan mneggunakan persamaan Mohr-Coulomb.
a. Luas Permukaan Conto
A = 2(P x L + P x T + L x T)/100 ............................................... (4.1)
b. Gaya Geser
𝐹𝑔 = 0.02031 𝑥 𝑑𝑒𝑓𝑜𝑟𝑚𝑎𝑠𝑖 ......................................................... (4.2)
c. Tegangan Normal
𝐹𝑛
σn = 𝑥 1000 ............................................................................. (4.3)
𝐴
d. Tegangan Geser
𝐹𝑔
τ= 𝐴
𝑥 1000 ............................................................................... (4.4)
4.4.1 Alat
Peralatan yang digunakan dalam praktikum ini adalah sebagai berikut :
1. Peralatan Direct Shear Test
2. Beban
3. Peralatan Safety
4. Lap kain
5. Ember
4.4.2 Bahan
1. Problem Set
2. Tabel Kalibrasi
3. Sampel
16
4.5 Langkah Kerja
1. Gunakan safety glasses dan safety shoes.
2. Siapkan tabel pengamatan untuk mencatat nilai deformasi.
3. Sampel uji harus memenuhi syarat L/D = 2.
4. Lakukan persiapan alat direct shear, letakkan sampel batuan pada shear box.
5. Pasang dial gauge untuk mengukur perpindahan pada arah pergeseran
6. Diatur pada posisi nol. Kemudian diberikan gaya normal menggunakan bandul
dengan berat tertentu.
7. Kemudian diberikan gaya geser dengan besar tertentu menggunakan mesin direct
shear otomatis
8. Selanjutnya praktikan membaca pertambahan gaya setiap interval deformasi
sebesar 0,5 mm.
9. Praktikan kemudian memberikan tegangan geser dengan memutar berlawanan
arah jarum jam pada pengerak shear box sehingga mencapai puncak.
10. Setelah sampel patah, praktikan memberikan gaya yang berlawanan arah dengan
gaya yang sebelumnya sampai tegangan gesernya mencapai puncak.
17
UJI KUAT TEKAN
5.1 Tujuan
5.2 Cakupan
5.3 Teori
Pengujian ini menggunakan alat mesin tekan untuk memberikan beban pada sampel
batuan. Pada saat sampel batuan menerima beban pengujian yang diterapkan secara
teratur dan meningkat, maka kondisi sampel batuan cenderung mengalami perubahan
bentuk. Perubahan bentuk ini akan terjadi dalam arah lateral (∆d) dan arah vertikal (∆l).
Sehingga sampel batuan secara langsung mengalami perubahan bentuk volumetrik.
Kuat tekan uniaksial adalah perbandingan beban yang diberikan pada sampel
batuan terhadap luas permukaan sampel yang menerima beban. Halini dapat dituliskan
dengan rumus:
σc= F/A ............................................................................................ (5.1)
Dimana (F) adalah beban (kN) dan (A) adalah Luas sampelh (cm2). Kuat tekan ini
diperhitungkan pada saat sampel batuan mengalami keruntuhan (failure) dengan beban
(F) yang bekerja pada saat terjadinya keruntuhan. Dari kurva tegangan-regangan dapat
ditentukan bahwa kuat tekan uniaksial sampel batuan terdapat pada bagian puncak (peak).
18
Pengujian ini untuk menentukan kuat tekan sampel dari satu arah dengan rumus
(Hoek & Brown, 1981) :
5.3.1 Penentuan Kohesi dan Sudut Geser Dalam dengan Kriteria Keruntuhan Hoek-
Brown
a. Nilai Konstanta Hoek-Brown (mb)
𝐺𝑆𝐼−100
mb = 𝑚𝑖 exp ( ) ................................................................... (5.4)
28−14𝐷
e. Tegangan Minimum
σamax
σ'3n = .................................................................................... (5.8)
σci
g. Kohesi
σci ((1+2a) s+(1−a)𝑚𝑏 σ3𝑛 )(𝑠+𝑚𝑏 σ3𝑛 )𝑎−1
C= .................................. (5.10)
(1+𝑎)(2+𝑎)√1+(6 𝑎 𝑚𝑏(𝑠+𝑚𝑏 σ3𝑛 )𝑎−1 )
((1+𝑎)(2+𝑎))
19
h. Modulus Deformasi
𝐺𝑆𝐼−10
𝑐𝑖σ
Em = √100 10 40 ............................................................................ (5.11)
Keterangan :
mb = Nilai Konstanta untuk massa batuan
s = Nilai Konstanta karakteristik batuan
σ’cm = Kuat Tekan (MPa)
σ’amax = Tegangan Maksimum (MPa)
σ'3n = Tegangan Minimum (MPa)
ϕ = Sudut Geser Dalam (o)
C = Kohesi (MPa)
Em = Modulus Deformasi
5.4.1 Alat
Peralatan yang digunakan dalam praktikum ini adalah sebagai berikut :
1. Peralatan UCS
2. Jangka Sorong
3. Peralatan Safety
4. Stop watch
5. Lap kain
6. Ember
5.4.2 Bahan
1. Problem Set
2. Sampel
20
4. Lakukan persiapan alat mesin tekan, letakkan sampel batuan di pusat antara plat
atas dan plat bawah mesin tekan. Sampel batuan diletakkan dengan permukaan
bawah menempel pada plat bawah.
5. Pompa dihidupkan, sehingga oli yang bertekanan tinggi akan masuk ke dalam
silinder. Piston dalam silinder bergerak ke bawah sampai permukaan sampel
batuan menyentuh plat tekan bagian atas. Karena kedua permukaan sampel batuan
telah menyentuh plat tekan menyebabkan kenaikan piston terhambat sehingga
gaya di dalam sampel batuan meningkat. Besarnya gaya yang ada di dalam sampel
batuan ini ditransmisikan ke sistem alat pengukur gaya. Matikan pompa.
6. Atur jarum penunjuk pada ketiga dial gauge pada posisi nol.
7. Hidupkan kembali pompa dan mulai lakukan pembacaan gaya setiap interval 4 kN
hingga terjadi failure dan dicatat nilai gaya tekan setiap interval waktu 10 detik.
8. Alat pengukur gaya terdiri dari dua buah jarum penunjuk yaitu jarum hitam dan
jarum merah. Jarum hitam menunjukkan gaya di dalam sampel batuan, sedangkan
jarum merah digerakkan oleh jarum hitam. Bila sampel batuan hancur (failure)
gaya di dalam sampel batuan berkurang, jarum hitam akan bergerak kembali ke
nol dan jarum merah tertinggal pada skala terakhir yang ditunjukkan jarum hitam.
Maka gaya maksimum yang mampu ditahan oleh sampel batuan akan ditunjukkan
oleh jarum merah.
9. Matikan alat dan catat seluruh hasil yang diperoleh, lakukan hal yang sama untuk
setiap sampel.
21
PEMODELAN LERENG
6.1 Tujuan
6.2 Teori
22
TEMP / W dan CTRAN / W. Masukan data yang diperlukan disesuaikan dengan metode
yang digunakan serta kesesuaian dengan jenis material.
23
8. Pilih Draw Points dan buat titik koordinat pembantu untuk pembuatan desain
lereng
9. Pilih Draw Regions dan buat garis desain lereng
10. Kemudian pilih Define/KeyIn > Materials. Tentukan nama perlapisan, warna,
material model dan isi parameter sesuai dengan material model yang dipilih, klik
close
11. Pilih Draw Materials kemudian arahkan kursor ke setiap perlapisan
12. Pilih Draw > Slip Surface > Entry and exit, buat garis pembatas dibagian crest
dan toe lereng
13. Pilih Define > Pore Water Pressure, kemudian isi nilai sumbu X dan Y pada
piezometric line. Setelah selesai pilih close
14. Ubah none menjadi pore water pressure sehingga muncul perlapisan besar
tekanan air tanah
15. Pilih Draw Contours > Show legend > close
16. Klik Start > Save, untuk memunculkan nilai FS (Factor of Safety)
17. Pilih View > Slice Information, Salin data dan diagram ke dalam Ms.Excel
dengan klik copy data dan copy diagram. Klik close
18. Pilih view > report > save
19. Apabila pelaporan telah muncul, maka desain dan analisa FS telah selesai.
24