Anda di halaman 1dari 24

PREPARASI SAMPEL

1.1 Tujuan

1. Mempersiapkan sampel untuk pengujian laboratorium.


2. Mempermudah dalam analisis sampel.

1.2 Teori

Preparasi sampel adalah pengurangan massa dan ukuran dari gross sampel sampai
pada massa dan ukuran yang cocok untuk analisa di Laboratorium. Preparasi dilakukan
untuk mendapatkan spesifikasi pada batuan seperti diameter, tinggi serta komposisi
sampel batuan. Dengan didapatkannya spesifikasi ini, pengujian akan memberikan hasil
yang akurat.
Sampel batuan yang digunakan untuk pengujian berupa inti bor (core) dari hasil
pengeboran inti di lapangan atau dapat dibuat di laboratorium. Pembuatan sampel di
lapangan yaitu dengan melakukan pengeboran inti (core drillling) langsung ke dalam
batuan yang akan diselidiki, sehingga diperoleh inti yang berbentuk silinder. Inti tersebut
langsung dapat digunakan untuk pengujian di laboratorium dengan syarat tinggi sampel
dua kali diameternya.
Pembuatan sampel di laboratorium dapat dibuat dari blok batuan yang diambil di
lapangan kemudian di bor dengan pengintian dalam laboratorium. Hasil sampel yang
diperoleh umumnya berbentuk silinder dengan diameter 50 – 70 mm, kemudian dipotong
dengan mesin potong batu untuk mendapatkan ukuran tinggi sampel dua kali
diameternya. Ukuran sampel dapat lebih kecil maupun lebih besar dari ukuran tersebut
di atas tergantung dari maksud dan tujuan pengujian.
Pembuatan sampel di laboratorium dapat juga dilakukan dengan membuat model
fisik sampel dengan tujuan untuk memenuhi kompetensi praktikum mahasiswa. Model
fisik sampel batuan dapat dibuat dari campuran kerikil, pasir dan semen. Perbandingan
campuran ini disesuaikan dengan kebutuhan. Semakin besar campuran semen maka
sampel akan semakin kuat. Campuran ini kemudian diaduk dan dimasukkan ke dalam
pipa paralon dengan ukuran diameter 50 – 70 mm dan tinggi dua kali diameternya,

1
selanjutnya dibiarkan dengan jangka waktu 7 sampai 27 hari. Pengujian sampel
sebaiknya dilakukan setelah jangka waktu 7 - 27 hari sampel model fisik tersebut dibuat.

1.3 Pengambilan Sampel di Lapangan dan Penanganannya

Metode utama yang digunakan untuk pengambilan sampel batuan untuk keperluan
pengujian dan penilaian kualitas serta struktur batuan adalah pengeboran inti. Metode
sumur uji, bor tanpa inti, dan geofisik digunakan untuk mengidentifikasi bagian atas
batuan. Pengeboran dan pengambilan sampel batuan hendaknya mengacu pada
Commision on standardization of laboratory and field test atau international society for
rock mechanics/ISRM. Jika lapisan terlalu keras dapat menggunakan standar ASTM D
2113 practice for diamond core drilling for site investigation. Pemeliharaan terhadap
sampel batuan yang telah didapat harus dilakukan untuk melindungi sampel dari
goncangan/kejutan dan getaran atau perubahan temperatur. Perawatan dan pemeliharaan
sampel batuan dapat mengikuti ASTM D 5079 practices for preserving ang transporting
rock core sampel.

1.4 Sampel Berbentuk Silinder dan Kubus

Sampel berbentuk silinder dan kubus dapat digunakan untuk uji kuat geser dan uji
kuat tekan. Adapun dalam penggunaannya, lebih baik menggunakan sampel berbentuk
silinder untuk uji kuat tekan maupun uji kuat geser dikarenakan beban yang dikenakan
kepada batuan tersebar merata dibandingkan sampel berbentuk kubus.

1.5 Alat dan Bahan

1.5.1 Alat
Peralatan yang digunakan dalam praktikum ini adalah sebagai berikut :
1. Peralatan Keamanan
2. Stone Cutter
3. Coring
4. Ember
5. Kuas
6. Cetakan Housing
2
1.5.2 Bahan
Bahan yang digunakan yaitu :
2. Semen
3. Pasir
4. Air
5. Cairan Pengeras
6. Oli

1.6 Langkah Kerja

1. Siapkan alat dan bahan


2. Sampel diletakkan horizontal disesuaikan terhadap alas yang ada pada setting
mesin.
3. Kemudian sampel tersebut dijepit sehingga tidak bergeser pada saat dilakukan
preparasi.
4. Air dialirkan dengan debit yang konstan sesuai dengan jenis batuan yang akan
di preparasi untuk mengurangi keausan alat dan membantu pencetakan sampel.
5. Melakukan preprasi sampel secara perlahan-lahan.
6. Setelah itu, bagian atas dan bawah sampel core kemudian dipotong dengan Stone
Cutter untuk meratakan permukaannya.

3
ROCK MASS

2.1 Tujuan

1. Mengetahui Kualitas Massa Batuan berdasarkan klasifikasi massa batuan.


2. Mengetahui parameter dan perhitungan klasifikasi massa batuan menggunakan
metode Rock Mass Rating (RMR).
3. Mengetahui parameter dan penentuan klasifikasi massa batuan berdasarkan
metode Q-System.

2.2 Teori

Rock Mass Rating (RMR) adalah pembobotan massa batuan untuk menentukan
kualitas massa batuan tersebut. Metode Rock Mass Rating (RMR) dari Bieniawski
(1989) sebagai sistem klasifikasi massa batuan untuk keteknikan sebagai metode untuk
perencanaan tambang bawah permukaan.
Sistem Klasifikasi massa batuan Rock Mass Rating (RMR) menggunakan enam
parameter, yaitu
1. Kuat tekan batuan utuh ( Strength of intact rock material )
2. Rock Quality Designation (RQD)
3. Jarak antara diskontinuitas (Spacing of discontinuities )
4. Kondisi diskontinuitas ( Condition of discontinuities )
5. Kondisi air tanah ( Ground water condition )
6. Orientasi diskontinuitas

2.3 Alat dan Bahan

2.3.1 Alat
Peralatan yang digunakan dalam praktikum ini adalah sebagai berikut :
1. Inti bor (core) yang ditempatkan di dalam core box
2. Jangka sorong
3. Pita meter atau penggaris

4
2.3.2 Bahan
Bahan yang digunakan yaitu :
1. Problem Set
2. Tabel RMR dan Q-System

2.4 Langkah Kerja

1. Ambil core box, amati inti bor yang ada di dalamnya. Jangan sekali-kali
memindahkan posisi core dari tempatnya sehingga urutannya berubah.
3. Ambil salah satu potongan inti bor dari masing-masing sampel batuan yang
ada, ukur diameternya dengan menggunakan jangka sorong.
3. Panjang dari masing-masing potongan inti bor pada masing-masing sampel
batuan diukur, yang panjangnya lebih dari 100 mm dijumlahkan.

2.5 Perhitungan

1. RQD
a. Rock Quality Design ( RQD ) Pada tahun 1967 D.U.Deere memperkenalkan
Rock Quality Design ( RQD ) sebagai sebuah petunjuk untuk memperkirakan
kualitas dari massa batuan secara kuantitatif. RQD didefinisikan sebagai
presentasi dari perolehan inti bor (core) yang secara tidak langsung didasarkan
pada jumlah bidang lemah dan jumlah bagian yang lunak dari massa batuan
yang diamati dari inti bor (core). Hanya bagian yang utuh dengan panjang lebih
besar dari 100 mm ( 4 inchi ) yang dijumlahkan kemudian dibagi panjang total
pengeboran (core run).
b. Rumus :

∑ Panjang Potongan 𝐶𝑜𝑟𝑒 > 10 cm


RQD = x 100 ................................. (2.1)
Panjang 𝐶𝑜𝑟𝑒

Prosedur yang benar untuk mengukur RQD dapat dilihat pada Gambar
2.1 yang harus diperhatikan adalah bahwa persentase RQD hanya terdiri dari
potongan inti bor (core) yang segar dan lebih panjang dari 100 mm yang
dijumlahkan kemudian dibagi dengan panjang kemajuan pemboran.

5
c. Menghitung kualitas batuan berdasarkan hasil perhitungan RQD.

Gambar 2.1 Prosedur untuk Pengukuran dan Perhitungan RQD

2. RMR

a. Bieniawski (1976) dalam Manik (2007) mempublikasikan suatu metode


klasifikasi massa batuan yang dikenal dengan Geomechanics Classification
atau Rock Mass Rating ( RMR ).
b. Rumus :
RMR = A1 + A2 + A3 + A4 + A5 .......................................... (2.2)

Keterangan :
A1 = Kuat tekan batuan utuh (Strength of intact rock material)
A2 = Rock Quality Designation (RQD)
A3 = Jarak antara diskontinuitas (Spacing of discontinuities)
A4 = Kondisi diskontinuitas (Condition of discontinuities)
A5 = Kondisi air tanah (Ground water condition)

6
3. Q-System

a) Klasifikasi batuan Q-System dikenal juga dengan istilah Rock Tunneling


Quality Index untuk keperluan perancangan penyangga penggalian
bawahtanah. Q-System digunakan dalam klasifikasi massa batuan pertama
kali dikembangkan oleh Barton di 1974.
b) Rumus :
𝑅𝑄𝐷 𝐽𝑟 𝐽𝑤
Q – System = x x .............................................. (2.3)
𝑗𝑛 𝐽𝑎 𝑆𝑅𝐹

Keterangan :
RQD = Rock Quality Designation
Jn = Jumlah Kekar / Joint Set Number
Jr = Kekasaran Kekar / Joint Roughness Number
Ja = Derajat Alterasi
Jw = Aliran Air / Joint Water Reduction Number
SRF = Faktor Reduksi Tegangan / Stress Reduction Factor

7
Tabel 2.1 Klasifikasi parameter dan pembobotan (Bieniawski, 1989)

8
Tabel 2.2 Klasifikasi dengan metode Q-System (Barton, 1974)
NGI Q-System Rating for Rock Masses  RQD  J r  J w 
Q =      
  J a   SRF 
(Barton, Lien, & Lunde, 1974)
Norwegian Classif ication f or Rock Masses
 Jn
Q - Value Quality of Rock Mass
< 0.01 Exceptionally Poor 4. Discontinuity Condition & Infilling = Ja
0.01 to 0.1 Extremely Poor 4.1 Unfilled Cases
0.1 to 1 Very Poor Healed 0.75
1 to 4 Poor Stained, no alteration 1
4 to 10 Fair Silty or Sandy Coating 3
10 to 40 Good Clay coating 4
40 to 100 Very Good 4.2 Filled Discontinuities
100 to 400 Extremely Good Sand or crushed rock inf ill 4
< 400 Exceptionally Good Stif f clay inf illing < 5 mm 6
Sof t clay inf ill < 5 mm thick 8
PARAMETERS FOR THE Q-Rating of Rock Masses Swelling clay < 5 mm 12
Stif f clay inf ill > 5 mm thick 10
1. RQD = Rock Quality Designation = sum of cored pieces Sof t clay inf ill > 5 mm thick 15
> 100 mm long, divided by total core run length Swelling clay > 5 mm 20

2. Number of Sets of Discontinuities (joint sets) = Jn 5. Water Conditions


Massive 0.5 Dry 1
One set 2 Medium W ater Inf low 0.66
Two sets 4 Large inf low in unf illed j oints 0.5
Three sets 9 Large inf low with f illed j oints
Four or more sets 15 that wash out 0.33
Crushed rock 20 High transient f low 0.2 to 0.1
High continuous f low 0.1 to 0.05
3. Roughness of Discontinuities* = Jr
Noncontinuous j oints 4 6. Stress Reduction Factor** = SRF
Rough, wavy 3 Loose rock with clay inf ill 10
Smooth, wavy 2 Loose rock with open j oints 5
Rough, planar 1.5 Shallow rock with clay inf ill 2.5
Smooth, planar 1 Rock with unf illed j oints 1
Slick and planar 0.5
Filled discontinuities 1 **Note: Additional SRF values given
*Note: add +1 if mean joint spacing > 3 m for rocks prone to bursting, squeezing
and swelling by Barton et al. (1974)

9
UJI SIFAT FISIK

3.1 Tujuan

1. Mengetahui parameter pengujian sifat fisik batuan.


2. Mengetahui penggunaan alat-alat pada uji sifat fisik batuan.
3. Mengetahui pengolahan data sifat fisik batuan.

3.2 Teori

1. Porositas
Merupakan perbandingan antara volume ruang yang terdapat dalam batuan
yang berupa pori-pori terhadap volume batuan secara keseluruhan, biasanya
dinyatakan dalam fraksi. Besar-kecilnya porositas suatu batuan akan menetukan
kapasitas penyimpanan fluida reservoir.
2. Permebilitas
Permeabilitas didefinisikan sebagai ukuran media berpori untuk meloloskan
atau melewatkan fluida. Apabila media berporinya tidak saling berhubungan maka
batuan tersebut tidak mempunyai permeabilitas. Oleh karena itu ada hubungan
antara permeabilitas batuan dengan porositas efektif.Sekitar tahun 1856, Henry
Darcy seorang ahli hidrologi dari Prancis mempelajari aliran air yang melewati
suatu lapisan batu pasir. Hasil penemuannya diformulasikan kedalam hukum
aliran fluida dan diberi nama Hukum Darcy.
3. Saturasi
Saturasi adalah perbandingan antara volume pori-pori batuan yang terisi
fluida formasi tertentu terhadap total volume pori-pori batuan yang terisi fluida
atau jumlah kejenuhan fluida dalam batuan reservoir per satuan volume pori.
4. Tekanan kapiler
Tekanan kapiler pada batuan berpori didefinisikan sebagai perbedaan
tekanan antara fluida yang membasahi batuan dengan fluida yang bersifat tidak
membasahi batuan jika didalam batuan tersebut terdapat dua atau lebih fasa fluida
yang tidak bercampur dalam kondisi statis.

10
Adapun rumus yang digunakan yaitu (Arif, 2016) :
a. Bobot Isi Asli (natural density)
𝑊𝑛
⍴n = 𝑊𝑤−𝑊𝑠 ......................... (3.1)

b. Bobot Isi Kering (dry density)


𝑊0
⍴d =𝑊𝑤−𝑊𝑠 ......................... (3.2)

c. Bobot Isi Jenuh (saturated density)


𝑊𝑤
⍴s =𝑊𝑤−𝑊𝑠 ......................... (3.3)

d. Berat Jenis Semu (apparent specific gravity)


𝑊𝑜
γapp = 𝑊𝑛−𝑊𝑠
.................. (3.4)
𝐵𝑜𝑏𝑜𝑡 𝑖𝑠𝑖 𝑎𝑖𝑟

e. Berat Jenis Murni (true specific gravity)


𝑊𝑜
γtr = 𝐵𝑜𝑏𝑜𝑡
𝑊𝑜−𝑊𝑠
..................... (3.5)
𝑖𝑠𝑖 𝑎𝑖𝑟

f. Kandungan Air Asli (natural water content)


𝑊𝑛−𝑊𝑜
ωnat = 𝑥 100% .......... (3.6)
𝑊𝑜

g. Kandungan Air Jenuh


𝑊𝑤−𝑊𝑜
ωsat = 𝑥 100% .......... (3.7)
𝑊𝑜

h. Derajat kejenuhan
𝑊𝑛−𝑊𝑜
S = 𝑊𝑤−𝑊𝑜 𝑥 100% ............ (3.8)

i. Porositas
𝑊𝑤−𝑊𝑜
𝑛= 𝑊𝑤−𝑊𝑠
𝑥 100% ............ (3.9)

j. Void ratio
𝑛
e = 1−𝑛 ................................. (3.10)

Keterangan :
Wn = Berat Natural (gr)
Ww = Berat Jenuh (gr)
Ws = Berat Tergantung (gr)
Wo = Berat Kering (gr)
Wo – Ws = Volume percontoh tanpa pori-pori (cm3)

11
Ww – Ws = Volume percontoh total (cm3)
⍴ = Massa Jenis (gr/cm3)
γ = Berat Jenis
ω = Kandungan Air (%)
S = Derajat Kejenuhan (%)
𝑛 = Porositas (%)
e = Void Ratio

3.3 Alat dan Bahan

3.3.1 Alat
Peralatan yang digunakan dalam praktikum ini adalah sebagai berikut :
1. Peralatan Safety
2. Neraca analitik
3. Desikator
4. Pompa vakum
5. Oven
6. Jangka Sorong
7. Ember
8. Gayung
9. Selang
10. Talang
11. Lap kain
3.3.2 Bahan
Bahan yang digunakan adalah :
1. Problem Set
2. Sampel

12
3.4 Langkah Kerja

Prosedur pengujian sifat fisik dilakukan sebagai berikut :


1. Penimbangan berat asli percontoh (Wn)
2. Menjenuhkan percontoh di dalam desikator, dengan cara sebagai berikut :
a. Desikator pada bibir dan tepi tutupnya diolesi dengan vaselin hingga rata.
b. Percontoh dimasukkan ke dalam desikator dengan hati-hati kemudian ditutup
dengan rapat agar udara luar tidak dapat masuk ketika diisap dengan pompa
vakum.
c. Udara dalam desikator diisap dengan bantuan pompa vacuum selama 15
menit, dengan maksud untuk mengeluarkan udara yang ada di dalam
percontoh. Pastikan tidak ada kebocoran pada selang pengisap dan pada
penutup desikator.
d. Setelah 15 menit pengisapan dihentikan, dan kran pada selang yang
dihubungkan ke pompa vacuum ditutup, kemudian ke dalam desikator
dimasukkan air sehingga percontoh terendam sepertiganya. Air dibiarkan
masuk melalui selang dengan sendirinya akibat perbedaan tekanan dalam
desikator, yaitu dengan membuka kran pada selang yang dihubungkan ke bak
air.
e. Setelah itu tutup kembali kran pada selang yang menuju bak air dan buka kran
pada selang yang dihubungkan ke pompa vakum, kemudian dilakukan
pengisapan lagi selama 15 menit.
f. Selanjutnya pengisapan dihentikan dan masukkan lagi air dengan cara seperti
tersebut di atas sehingga percontoh terendam dua per tiganya. Kemudian
lanjutkan lagi pengisapan selama 15 menit, masukkan lagi air hingga seluruh
percontoh terendam dan tutuplah kran selang air. Setelah itu lanjutkan lagi
pengisapan selama 15 menit atau sampai benar-benar tidak ada lagi
gelembung udara yang keluar dari sisi-sisi percontoh. Kemudian tutup kran
selang ke pompa vakum, dan biarkan percontoh terendam hingga benar-benar
jenuh selama 24 jam.

13
3. Setelah direndam selama 24 jam, percontoh di dalam desikator dikeluarkan dan
segera ditimbang dalam keadaan jenuh sehingga didapat berat jenuh (Ww).
4. Timbang lagi percontoh dalam keadaan jenuh dan dalam posisi tergantung di
dalam air, sehingga didapat berat jenuh tergantung dalam air (Ws).
5. Kemudian percontoh dikeringkan kembali, dengan cara memasukkan ke dalam
oven selama 24 jam pada temperatur 90o C.
6. Setelah di oven selama 24 jam, timbang percontoh sehingga didapat berat kering
(Wo).
7. Hitung sifat-sifat fisik dengan menggunakan persamaan-persamaan yang ada
diatas.

14
UJI KUAT GESER

4.1 Tujuan

1. Menentukan Nilai Cohesi (c) dan Sudut Geser Dalam (0) menggunakan alat
direct shear.
2. Mengidentifikasi parameter-parameter yang mempengaruhi kelakuan/sifat geser
batuan.

4.2 Cakupan

1. Pengujian ini mengukur kekuatan geser langsung puncak dan residual sebagai
fungsi dari tegangan normal terhadap bidang gesernya. Hasil dari pengujian ini
digunakan dalam analisis kesetimbangan batas pada masalah kestabilan lereng
atau untuk analisis stabilitas pondasi bendungan.
2. Penentuan kekuatan geser langsung sebaiknya dilakukan minimal lima pengujian
pada beban geser yang sama, dengan masing-masing sampel diuji pada tegangan
normal yang berbeda yang berubah secara konstan.
3. Dalam penerapan hasil pengujian, kondisi tekanan air pori dan pergerakan batuan
harus dipertimbangkan pada desain yang dibuat karena mungkin berbeda dengan
kondisi pengujian.

4.3 Teori

Kuat geser batuan adalah perlawanan internal batuan terhadap tegangan yang bekerja
sepanjang bidang geser dalam batuan tersebut yang dipengaruhi oleh karakteristik
intrinstik dan faktor eksternal.
Kuat geser batuan dibagi dengan dua jenis, yaitu Kuat geser puncak (peak) dan Kuat
geser Residu (sisa). Kuat geser puncak ialah kuat geser yang terjadi ketika tegangan geser
mencapai titik maksimalnya (puncak) disitu pula batuan mengalami deformasi plastic
yang kemudian runtuh. Setelah itu tegangan geser akan menurun hingga menunjukan
angka yang konstan untuk menggeser batuan tersebut atau disebut kuat geser residu (
setelah batuan runtuh).

15
Data uji geser diperlukan untuk mengetahui nilai tegangan geser, tegangan normal,
hubungan antara tegangan normal dan tegangan geser, kohesi dan sudut geser dalam
dengan mneggunakan persamaan Mohr-Coulomb.
a. Luas Permukaan Conto
A = 2(P x L + P x T + L x T)/100 ............................................... (4.1)
b. Gaya Geser
𝐹𝑔 = 0.02031 𝑥 𝑑𝑒𝑓𝑜𝑟𝑚𝑎𝑠𝑖 ......................................................... (4.2)
c. Tegangan Normal
𝐹𝑛
σn = 𝑥 1000 ............................................................................. (4.3)
𝐴

d. Tegangan Geser
𝐹𝑔
τ= 𝐴
𝑥 1000 ............................................................................... (4.4)

e. Kohesi dan Sudut Geser Dalam (Persamaan Mohr-Coulomb)


y = ax ± c ....................................................................................... (4.5)
𝛿𝜏
ϕ = arctan (𝛿𝜎𝑐) ........................................................................... (4.6)

C = τ − σn tan ϕ .......................................................................... (4.7)

4.4 Alat Dan Bahan

4.4.1 Alat
Peralatan yang digunakan dalam praktikum ini adalah sebagai berikut :
1. Peralatan Direct Shear Test
2. Beban
3. Peralatan Safety
4. Lap kain
5. Ember
4.4.2 Bahan
1. Problem Set
2. Tabel Kalibrasi
3. Sampel

16
4.5 Langkah Kerja
1. Gunakan safety glasses dan safety shoes.
2. Siapkan tabel pengamatan untuk mencatat nilai deformasi.
3. Sampel uji harus memenuhi syarat L/D = 2.
4. Lakukan persiapan alat direct shear, letakkan sampel batuan pada shear box.
5. Pasang dial gauge untuk mengukur perpindahan pada arah pergeseran
6. Diatur pada posisi nol. Kemudian diberikan gaya normal menggunakan bandul
dengan berat tertentu.
7. Kemudian diberikan gaya geser dengan besar tertentu menggunakan mesin direct
shear otomatis
8. Selanjutnya praktikan membaca pertambahan gaya setiap interval deformasi
sebesar 0,5 mm.
9. Praktikan kemudian memberikan tegangan geser dengan memutar berlawanan
arah jarum jam pada pengerak shear box sehingga mencapai puncak.
10. Setelah sampel patah, praktikan memberikan gaya yang berlawanan arah dengan
gaya yang sebelumnya sampai tegangan gesernya mencapai puncak.

17
UJI KUAT TEKAN

5.1 Tujuan

1. Menghitung Nilai Kuat Tekan.


2. Menentukan grafik perbandingan inrterval waktu dan nilai gaya tekan.
3. Menghitung Cohesi (c) dan Sudut Geser Dalam (0) menggunakan persamaan
Hoek Brown.

5.2 Cakupan

1. Pengujian kuat tekan untuk mengetahui kekuatan batuan dengan memberikan


gaya tekan pada sampel secara terus menerus hingga sampel mengalami
keretakan.
2. Pengujian kuat tekan menggunakan alat Unconfined Compressive Strenght (UCS)
dengan satu arah gaya tetap.

5.3 Teori

Pengujian ini menggunakan alat mesin tekan untuk memberikan beban pada sampel
batuan. Pada saat sampel batuan menerima beban pengujian yang diterapkan secara
teratur dan meningkat, maka kondisi sampel batuan cenderung mengalami perubahan
bentuk. Perubahan bentuk ini akan terjadi dalam arah lateral (∆d) dan arah vertikal (∆l).
Sehingga sampel batuan secara langsung mengalami perubahan bentuk volumetrik.
Kuat tekan uniaksial adalah perbandingan beban yang diberikan pada sampel
batuan terhadap luas permukaan sampel yang menerima beban. Halini dapat dituliskan
dengan rumus:
σc= F/A ............................................................................................ (5.1)

Dimana (F) adalah beban (kN) dan (A) adalah Luas sampelh (cm2). Kuat tekan ini
diperhitungkan pada saat sampel batuan mengalami keruntuhan (failure) dengan beban
(F) yang bekerja pada saat terjadinya keruntuhan. Dari kurva tegangan-regangan dapat
ditentukan bahwa kuat tekan uniaksial sampel batuan terdapat pada bagian puncak (peak).

18
Pengujian ini untuk menentukan kuat tekan sampel dari satu arah dengan rumus
(Hoek & Brown, 1981) :

a. Luas Permukaan Conto


A = 2(P x L + P x T + L x T)/100 ...................................... (5.2)
b. Kuat Tekan
𝐹
𝜎𝑐 = ...................................................................................... (5.3)
𝐴

5.3.1 Penentuan Kohesi dan Sudut Geser Dalam dengan Kriteria Keruntuhan Hoek-
Brown
a. Nilai Konstanta Hoek-Brown (mb)
𝐺𝑆𝐼−100
mb = 𝑚𝑖 exp ( ) ................................................................... (5.4)
28−14𝐷

b. Nilai Konstanta Hoek-Brown (s)


𝐺𝑆𝐼−100
s = exp ( 9−3𝐷
) ............................................................................. (5.5)

c. Nilai Kuat Tekan Bebas Massa Batuan


𝑚𝑏
(𝑚𝑏+4𝑠−𝑎(𝑚𝑏−8𝑠))( +𝑠)𝑎−1
σ’cm = 𝜎𝑐𝑖 4
......................................... (5.6)
2(1+𝑎)(2+𝑎)

d. Nilai Tegangan Maksimum


σ′amax σ′cm -0,91
= 0,72( ) ................................................................ (5.7)
σ′cm 𝛾𝐻

e. Tegangan Minimum
σamax
σ'3n = .................................................................................... (5.8)
σci

f. Sudut Geser Dalam


6 𝑎 𝑚𝑏(𝑠+𝑚𝑏 σ )𝑎−1
ϕ = 𝑠𝑖𝑛−1 (2(1+𝑎)(2+𝑎)+6 𝑎 𝑚𝑏 (𝑠+𝑚𝑏
3𝑛
𝑎−1 ................................. (5.9)
σ 3𝑛 )

g. Kohesi
σci ((1+2a) s+(1−a)𝑚𝑏 σ3𝑛 )(𝑠+𝑚𝑏 σ3𝑛 )𝑎−1
C= .................................. (5.10)
(1+𝑎)(2+𝑎)√1+(6 𝑎 𝑚𝑏(𝑠+𝑚𝑏 σ3𝑛 )𝑎−1 )
((1+𝑎)(2+𝑎))

19
h. Modulus Deformasi
𝐺𝑆𝐼−10
𝑐𝑖σ
Em = √100 10 40 ............................................................................ (5.11)

Keterangan :
mb = Nilai Konstanta untuk massa batuan
s = Nilai Konstanta karakteristik batuan
σ’cm = Kuat Tekan (MPa)
σ’amax = Tegangan Maksimum (MPa)
σ'3n = Tegangan Minimum (MPa)
ϕ = Sudut Geser Dalam (o)
C = Kohesi (MPa)
Em = Modulus Deformasi

5.4 Alat Dan Bahan

5.4.1 Alat
Peralatan yang digunakan dalam praktikum ini adalah sebagai berikut :
1. Peralatan UCS
2. Jangka Sorong
3. Peralatan Safety
4. Stop watch
5. Lap kain
6. Ember
5.4.2 Bahan
1. Problem Set
2. Sampel

5.5 Langkah Kerja

1. Gunakan peralatan keamanan.


2. Siapkan tabel pengamatan jika pengambilan data dilakukan secara manual.
3. Sampel uji harus memenuhi syarat L/D = 2.

20
4. Lakukan persiapan alat mesin tekan, letakkan sampel batuan di pusat antara plat
atas dan plat bawah mesin tekan. Sampel batuan diletakkan dengan permukaan
bawah menempel pada plat bawah.
5. Pompa dihidupkan, sehingga oli yang bertekanan tinggi akan masuk ke dalam
silinder. Piston dalam silinder bergerak ke bawah sampai permukaan sampel
batuan menyentuh plat tekan bagian atas. Karena kedua permukaan sampel batuan
telah menyentuh plat tekan menyebabkan kenaikan piston terhambat sehingga
gaya di dalam sampel batuan meningkat. Besarnya gaya yang ada di dalam sampel
batuan ini ditransmisikan ke sistem alat pengukur gaya. Matikan pompa.
6. Atur jarum penunjuk pada ketiga dial gauge pada posisi nol.
7. Hidupkan kembali pompa dan mulai lakukan pembacaan gaya setiap interval 4 kN
hingga terjadi failure dan dicatat nilai gaya tekan setiap interval waktu 10 detik.
8. Alat pengukur gaya terdiri dari dua buah jarum penunjuk yaitu jarum hitam dan
jarum merah. Jarum hitam menunjukkan gaya di dalam sampel batuan, sedangkan
jarum merah digerakkan oleh jarum hitam. Bila sampel batuan hancur (failure)
gaya di dalam sampel batuan berkurang, jarum hitam akan bergerak kembali ke
nol dan jarum merah tertinggal pada skala terakhir yang ditunjukkan jarum hitam.
Maka gaya maksimum yang mampu ditahan oleh sampel batuan akan ditunjukkan
oleh jarum merah.
9. Matikan alat dan catat seluruh hasil yang diperoleh, lakukan hal yang sama untuk
setiap sampel.

21
PEMODELAN LERENG

6.1 Tujuan

1. Membuat geometri lereng yang baik dan aman.


2. Mampu menggunakan aplikasi geoslope dalam merancang geometri lereng.

6.2 Teori

Lereng merupakan bagian permukaan Bumi yang memiliki tingkat kemiringan


tertentu yang diukur dari bidang horizontal. Dalam operasi penambangan, kestabilan
lereng menjadi masalah yang akan dijumpai pada penggalian tambang terbuka, tempat
penimbunan, stockyard dan sarana lainnya seperti jalan, fondasi jembatan dan bangunan
serta perumahan (Suryartono,2003).
Dari jenis materialnya, lereng dibagi menjadi dua, yaitu lereng tanah dan lereng
batuan. Meskipun yang terlihat merupakan gabungan dari kedua jenis material tersebut,
tapi dalam analisis dan pencegahannya, kedua jenis material tersebut tidak bisa disamakan
karena memiliki parameter dan penyebab yang berbeda (Romana, 1993).
Kestabilan suatu lereng banyak dipengaruhi oleh geometri lereng, karakteristik fisik
dan mekanik material pembentuk, air, struktur geologi, tegangan alamiah, konsentrasi
tegangan lokal, getaran, iklim, kegiatan pekerja dan pengaruh paparan udara. Faktor-
faktor tersebut yang awalnya seimbang dalam keadaan alami kemudian berubah menjadi
tidak seimbang akibat pengaruh dari luar (Arif, 2016).
Pendekatan yang biasa digunakan dalam analisis kestabilan lereng adalah pendekatan
mekanika batuan, mekanika tanah dan kombinasi keduanya. Pendekatan tersebut
memanfaatkan sifat-sifat fisik dan mekanik pada batuan atau tanah untuk memperoleh
nilai Faktor Keamanan dimana tanah atau batuan tersebut dapat dikatakan stabil.
Pendekatan-pendekatan tersebut dapat digunakan dengan memanfaatkan metode-metode
seperti analitik, grafik, stereonet, keseimbangan batas, numerik, probabilistik, teori blok,
sistem pakar maupun pemodelan fisik (Arif, 2016).
GeoStudio adalah sebuah paket aplikasi untuk pemodelan geoteknik dan geo-
lingkungan. Software ini melingkupi SLOPE/ W, SEEP / W, SIGMA / W, QUAKE/ W,

22
TEMP / W dan CTRAN / W. Masukan data yang diperlukan disesuaikan dengan metode
yang digunakan serta kesesuaian dengan jenis material.

Gambar 6.1 Tampilan awal GeoStudio 2019

6.3 Alat dan Bahan

Alat yang digunakan yaitu :


1. Terminal
2. Komputer / Laptop
3. Mouse Pad

6.4 Langkah Kerja

1. Memilih New dan klik Create


2. Menulis nama file pada title dan menulis kegiatan di author
3. Memilih add > SLOPE/W Analysis > Limit Equilibrum
4. Pada PWP Conditions from pilih Piezometric Line kemudian close
5. Pada Menu Bar pilih Define > Scale dan tentukan skalanya
6. Pilih View > Grid kemudian tentukan ukuran batas-batasnya
7. Pilih Sketch Axes > tentukan batas minimum dan maksimum pada sumbu X,Y
serta tentukan intervalnya

23
8. Pilih Draw Points dan buat titik koordinat pembantu untuk pembuatan desain
lereng
9. Pilih Draw Regions dan buat garis desain lereng
10. Kemudian pilih Define/KeyIn > Materials. Tentukan nama perlapisan, warna,
material model dan isi parameter sesuai dengan material model yang dipilih, klik
close
11. Pilih Draw Materials kemudian arahkan kursor ke setiap perlapisan
12. Pilih Draw > Slip Surface > Entry and exit, buat garis pembatas dibagian crest
dan toe lereng
13. Pilih Define > Pore Water Pressure, kemudian isi nilai sumbu X dan Y pada
piezometric line. Setelah selesai pilih close
14. Ubah none menjadi pore water pressure sehingga muncul perlapisan besar
tekanan air tanah
15. Pilih Draw Contours > Show legend > close
16. Klik Start > Save, untuk memunculkan nilai FS (Factor of Safety)
17. Pilih View > Slice Information, Salin data dan diagram ke dalam Ms.Excel
dengan klik copy data dan copy diagram. Klik close
18. Pilih view > report > save
19. Apabila pelaporan telah muncul, maka desain dan analisa FS telah selesai.

24

Anda mungkin juga menyukai