Sumber Pustaka
1
ASUHAN PADA IBU BERSALIN KALA II
Hand Out ASKEB II
Pendahuluan
Upaya Kesejahteraan Ibu (Safe Mother Hood) menjadi hal yang sangat penting, di
berbagai negara-negara di dunia, terutama negara berkembang, karena masih tingginya
angka kematian dan kesakitan ibu. Saat ini angka kematian maternal dan neonatal di
Indonesia masih tinggi yaitu 307 per 100.000 kelahiran hidup. Salah satu faktor penting
dalam upaya penurunan angka kematian tersebut adalah penyediaan pelayanan
kesehatan maternal dan neonatal yang berkualitas, dan dekat dengan masyarakat, belum
terlaksana dengan baik. Untuk itu pemerintah mencanangkan Making Pregnancy Safer
(MPS), yang pada dasarnya menekankan pada penyediaan pelayanan kesehatan
maternal dan neonatal yang cost effevtive, yaitu pertolongan persalinan oleh tenaga
kesehatan, penanganan komplikasi obstetri dan neonatal serta pencegahan kehamilan
tidak diinginkan dan penanganan komplikasi abortus. Untuk dapat memberikan
pelayanan kesehatan maternal dan neonatal yang berkualitas dibutuhkan
ketersediaannya tenaga terampil dan didukung oleh sarana dan prasarana yang
memadai.
Di dalam rencana strategi nasional MPS di Indonesia 2001-2010 disebutkan bahwa
dalam konteks rencana pembangunan kesehatan menuju Indonesia Sehat 2010. Visi
MPS adalah kehamilan dan persalinan di Indonesi berlangsung aman serta bayi yang
dilahirkan hidup dan sehat. Misi MPS adalah menurunkan kesakitan dan kematian
maternal dan neonatal melalui pemantapan sistem kesehatan untuk menjamin akses
terhadap intervensi yang cost effective berdasarkan bukti ilmiah yang berkualitas,
memberdayakan wanita, keluarga dan masyarakat melalui kegiatan yang
mempromosikan kesehatan ibu dan bayi baru lahir, serta menjamin kesehatan maternal
dan neonatal dipromosikan dan dilestarikan sebagai prioritas program pembangunan
nasional. Salah satu sasaran yang ditetapkan untuk tahun 2010 adalah menurunkan
angka kematian maternal menjadi 125 per 100.000 kelahiran hidup dan angka kematian
neonatal menjadi 16 per 1000 kelahiran hidup. Untuk mencapai sasaran tersebut, salah
satu upayanya adalah peningkatan kualitas asuhan kebidanan dalam persalinan normal
dan bayi baru lahir.
2
ASUHAN PADA IBU BERSALIN KALA II
Hand Out ASKEB II
Uraian Materi
Tekanan Darah
Meninggi selama kontraksi dengan Untuk memastikan takanan darahyang
kenaikan sistolik rata-rata 15(10-20)mm sesungguhnya, ukurlah dengan benar
Hg dan kenaikan diastolik rata-rata 5-10 diantara dua kontraksi.
mm Hg.
Metabolisme
Metabolisme karbohidrat akan naik secara Kenaikan cardiac output serta kehilangan
perlahan dan terus, disebabkan kecemasan cairan akan mempengaruhi fungsi renal
serta oleh kegiatan kerangka tubuh. dan akan menghilangkan kekhawatiran
Kegiatan metabolisme yang meningkat dan angkah-langkah untuk mencegah
ditandai dengan kenaikan suhu badan, terjadinya dehidrasi.
denyut jantung, pernafasan, cardiac
output, dan kehilangan cairan.
Suhu
Akan naik sedikit selma persalinan, Bila persalinan berlangsung lama,
tertinggi selama dan segera setelah kenaikan suhu bisa diidentikasi sebagai
persalinan. (0,5-10C) dehidrasi. Dan bila pada ketuban pecah
dini, merupkan indikasi infeksi.
Pernafasan
Kenaikan sedikit dalam angka pernafasan Denyut jantung sedikit naik, dianggap
adalah normal, selama persalinan, normal.
dikarenakan kenaikan metabolisme.
3
ASUHAN PADA IBU BERSALIN KALA II
Hand Out ASKEB II
Perubahan Renal
Polyuria sering terjadi selama persalinan, Kantung kemih harus dievaluasi(setiap 2
disebabkan output cardiac yang naik jam) untuk mencegah hamabatan terhadap
selama persalinan, dan kemungkinan besar penurunan bagian bawah, dan trauma
kenaikan dalam angka filtrasi glomerolus terhadap kandung kemih dari tekanan yang
serta aliran plasma renal. berlangsung.
Proteinuria (trace 1+), biasa pada beberapa Sering terjadi pada wanita primipara yang
wanita dalam persalinan. mengalami anemia, persalinan lama yang
berindikasi pada eklamsia.
Perubahan Gastrointestinal
Kemampuan pergerakan gastrik serta Lambung penuh menyebabkan
penyerapan mamanan padat sangat kurang. ketidaknyamanan, sehingga diinstruksikan
Pengurangan sekresi sari gastrik selama untuk tidak banyak makan.
persalinan, akan menbuat percernaan
hampir berhenti dan menghasilkan watu
pengosongan usus menjadi sangat lambat.
Perubahan Hematologis
Hemoglobin akan meningkat sebesar
1,2gr/100ml. Perubahan ini akan mengurangi resiko
Waktu koagulasi darah dan gula darah kan perdarahan paska kelahiran.
berkurang selama persalinan,
kemungkinan disebabkan peningkatan
kegiatan uterus dan otot-otot kerangka
tubuh.
4
ASUHAN PADA IBU BERSALIN KALA II
Hand Out ASKEB II
2) Intermitten
3) Terasa sakit
4) Terkoordinasi dan simetris
5) Kadang-kadang dapat dipengaruhi dari luar secara fisik, kimia
dan psikis
Pace maker adalah pusat koordinasi his yang berada pada uterus di sudut
tuba di mana gelombang his berasal. Dari sini gelombang his bergerak ke dalam
dan ke bawah dengan kecepatan 2 cm tiap detik mencakup seluruh otot-otot
uterus. His yang sempurna mempunyai kekuatan paling tinggi di fundus uteri,
disebut fundus dominan. Oleh karena servik tidak mempunyai otot-otot yana
banyak, maka pada setiap his terjadi perubahan pada servik : tertarik dan
mendatar (effacement) dan membuka (dilatasi)
5
ASUHAN PADA IBU BERSALIN KALA II
Hand Out ASKEB II
Akibat retraksi ini segemen atas makin tebal dengan majunya persalinan
apalagi setelah bayi lahir.
2) Kontraksi tidak sama kuatnya, tetapi paling kuat di daerah fundus uteri dan
berangsur berkurang ke bawah dan paling lemah pada segmen bawah rahim.
6
ASUHAN PADA IBU BERSALIN KALA II
Hand Out ASKEB II
7
ASUHAN PADA IBU BERSALIN KALA II
Hand Out ASKEB II
8
ASUHAN PADA IBU BERSALIN KALA II
Hand Out ASKEB II
1.Posisi Miring
Posisi ini mengharuskan ibu miring kekiri atau kekanan. Salah satu kaki diangkat
sedangkan kaki lainnya lurus. Posisi ini akrab di sebut dengan posisi lateral,
umumnya dilakukan bila posisi kepala bayi belum tepat.
Keuntungan :
• Peredaran darah balik ibu menjadi lancar
• Kontraksi uterus akan lebih lancar
• Memudahkan bidan dalam menolong persalinan
• Persalinan berlangsung lebih nyaman
Kerugian
Memerlukan bantuan untuk memegangi paha kanan ibu
Posisi Jongkok
Posisi ini sudah dikenal sebagai posisi bersalin yang alami
9
ASUHAN PADA IBU BERSALIN KALA II
Hand Out ASKEB II
Keuntungan :
• Memperluas rongga panggul
• Proses persalinan lebih mudah
• Menggunakan gaya gravitasi
• Mengurangi trauma pada perineum
Kerugian :
• Berpeluang kepala bayi cedera
Posisi Merangkak
Pada posisi ini ibu merebahkan badan dengan merangkak, kedua tangan
menyanggah tubuh, kedua kaki ditekuk dan dibuka
Keuntungan :
• Posisi yang paling baik bagi ibu yang mengalami nyeri punggung
• Dapat mengurangi rasa sakit
• Mengurangi keluhan haemoroid
10
ASUHAN PADA IBU BERSALIN KALA II
Hand Out ASKEB II
Keuntungannya :
• Memudahkan melahirkan kepala bayi.
• Membuat ibu nyaman
• Jika merasa lelah ibu bisa beristirahat dengan mudah
• Memudahkan bidan dalam menolong persalinan
Kerugiannya :
Rongga panggul menjadi sempit
Posisi Duduk
Pada posisi ini ibu duduk diatas bantal atau bersandar pada tubuh suami
Keuntungannya
1. Memanfaatkan gaya gravitasi
2. Memberi kesempatan untuk istirahat
3. Memudahkan melahirkan kepala
4. Memudahkan bidan menolong persalinan
Posisi Berdiri
Pada posisi ibu disangga oleh suami di belakangnya
11
ASUHAN PADA IBU BERSALIN KALA II
Hand Out ASKEB II
Keuntungannya :
1. Memanfaatkan gaya gravitasi
2. Memudahkan melahirkan kapala
3. Memperbesar dorongan untuk meneran
1. Penurunan Kepala.
Pada primigravida, masuknya kepala ke dalam pintu atas panggul biasanya
sudah terjadi pada bulan terakhir dari kehamilan, tetapi pada multigravida biasanya
baru terjadi pada permulaan persalinan. Masuknya kepala ke dalam PAP, biasanya
dengan sutura sagitalis melintang dan dengan fleksi yang ringan. Masuknya kepala
melewati pintu atas panggul (PAP), dapat dalam keadaan asinklitismus yaitu bila
sutura sagitalis terdapat di tengah-tengah jalan lahir tepat di antara simpisis dan
promontorium.
12
ASUHAN PADA IBU BERSALIN KALA II
Hand Out ASKEB II
Pada sinklitismus os parietal depan dan belakang sama tingginya. Jika sutura
sagitalis agak ke depan mendekati simpisis atau agak ke belakang mendekati
promontorium, maka dikatakan kepala dalam keadaan asinklitismus, ada 2 jenis
asinklitismus yaitu :
- Asinklitismus posterior : Bila sutura sagitalis mendekati simpisis dan os
parietal belakang lebih rendah dari os parietal depan.
- Asinklitismus anterior : Bila sutura sagitalis mendekati promontorium
sehingga os parietal depan lebih rendah dari os
parietal belakang.
Derajat sedang asinklitismus pasti terjadi pada persalinan normal, tetapi kalau berat
gerakan ini dapat menimbulkan disproporsi sepalopelvik dengan panggul yang
berukuran normal sekalipun.
Penurunan kepala lebih lanjut terjadi pada kala I dan kala II persalinan.
Hal ini disebabkan karena adanya kontraksi dan retraksi dari segmen atas rahim,
yang menyebabkan tekanan langsung fundus pada bokong janin. Dalam waktu yang
bersamaan terjadi relaksasi dari segmen bawah rahim, sehingga terjadi penipisan
dan dilatasi servik. Keadaan ini menyebabkan bayi terdorong ke dalam jalan lahir.
Penurunan kepala ini juga disebabkan karena tekanan cairan intra uterine, kekuatan
mengejan atau adanya kontraksi otot-otot abdomen dan melurusnya badan anak.
Gambar 1-1
Sinklistismus
Sutura sagitalis terdapat di tengah-tengah jalan lahir tepat di antara simpisis dan
promontorium.
Gambar 1-2
Asinklistismus anterior
Sutura sagitalis mendekati simpisis dan os parietal belakang lebih rendah dari os
parietal depan
13
ASUHAN PADA IBU BERSALIN KALA II
Hand Out ASKEB II
Gambar 1-3
Asinklistismus posterior
Sutura sagitalis mendekati promontorium sehingga os parietal depan lebih rendah dari
os parietal belakang
2. Fleksi
Pada awal persalinan, kepala bayi dalam keadaan fleksi yang ringan. Dengan
majunya kepala biasanya fleksi juga bertambah. Pada pergerakan ini dagu dibawa lebih
dekat ke arah dada janin sehingga ubun-ubun kecil lebih rendah dari ubun-ubun besar
hal ini disebabkan karena adanya tahanan dari dinding seviks, dinding pelvis dan lantai
pelvis. Dengan adanya fleksi, diameter suboccipito bregmatika (9,5 cm) menggantikan
diameter suboccipito frontalis (11 cm). sampai di dasar panggul, biasanya kepala janin
berada dalam keadaan fleksi maksimal. Ada beberapa teori yang menjelaskan mengapa
fleksi bisa terjadi. Fleksi ini disebabkan karena anak di dorong maju dan sebaliknya
mendapat tahanan dari serviks, dinding panggul atau dasar panggul. Akibat dari keadaan
ini terjadilah fleksi.
Gambar. 2
Fleksi
14
ASUHAN PADA IBU BERSALIN KALA II
Hand Out ASKEB II
UUK
UUK berputar kearah depan, sehingga dasar panggul UUK akan berada di bawah
simpisis
4. Ekstensi
Sesudah kepala janin sampai di dasar panggul dan ubun-ubun kecil berada di
bawah simpisis, maka terjadilah ekstensi dari kepala janin. Hal ini di sebabkan karena
sumbu jalan lahir pada pintu bawah panggul mengarah ke depan dan ke atas sehingga
kepala harus mengadakan fleksi untuk melewatinya. Kalau kepala yang fleksi penuh
pada waktu mencapai dasar panggul tidak melakukan ekstensi maka kepala akan
tertekan pada perineum dan dapat menembusnya.
Subocciput yang tertahan pada pinggir bawah simpisis akan menjadi pusat
pemutaran (hypomochlion), maka lahirlah berturut-turut pada pinggir atas perineum:
ubun-ubun besar, dahi, hidung, mulut dan dagu bayi dengan gerakan ekstensi.
Gambar. 4 Gerakan kepala janin pada defleksi
Subocciput sebagai hipomoklion
Kepala melakukan
ekstensi
15
ASUHAN PADA IBU BERSALIN KALA II
Hand Out ASKEB II
anteroposterior dari pintu bawah panggul. Bersamaan dengan itu kepala bayi juga
melanjutkan putaran hingga belakang kepala berhadapan dengan tuber ischiadikum
sepihak.
Gambar 4
Gerakan kepala janin putar paksi luar
6. Ekspulsi
Setelah putaran paksi luar, bahu depan sampai di bawah simpisis dan menjadi
hipomochlion untuk kelahiran bahu belakang. Setelah kedua bahu bayi lahir ,
selanjutnya seluruh badan bayi dilahirkan searah dengan sumbu jalan lahir.
Dengan kontraksi yang efektif, fleksi kepala yang adekuat, dan janin dengan
ukuran yang rata-rata, sebagian besar oksiput yang posisinya posterior berputar cepat
segera setelah mencapai dasar panggul, dan persalinan tidak begitu bertambah panjang.
Tetapi pada kira-kira 5-10 % kasus, keadaan yang menguntungkan ini tidak terjadi.
Sebagai contoh kontraksi yang buruk atau fleksi kepala yang salah atau keduanya, rotasi
mungkin tidak sempurna atau mungkin tidak terjadi sama sekali, khususnya kalau janin
besar.
Gambar. 5
Ekspulsi
4. ASUHAN KALA II
Penatalaksanaan asuhan kala II persalinan merupakan kelanjutan tanggung
jawab bidan pada waktu penatalaksanaan asuhan kala I persalinan, adalah
sebagai berikut :
1. Evaluasi kontinu kesejahteraan ibu
2. Evaluasi kontinu kesejahteraan janin
16
ASUHAN PADA IBU BERSALIN KALA II
Hand Out ASKEB II
A. Pemantauan Maternal
Pemantauan maternal pada persalinan kala II harus dilakukan secara kontinu.
Evaluasi kontinuitas kesejah teraan ibu mencakup poin-poni yang digunakan
untuk mengevaluasi kala satu persalinan, yaitu :
1) Tanda-tanda Vital
Frekuensi pemeriksaan tanda-tanda vital meningkat selama kala II
persalinan. Frekuensi ini dapat bervariasi pada setiap pelayanan kesehatan
tetapi pada prinsipnya standar yang digunakan adalah sama. Standar
pemeriksaan tanda-tanda vital itu adalah bahwa tekanan darah wanita harus
diperiksa sesering mungkin terutama pada wanita dengan komplikasi PER,
denyut nadi, suhu serta pernapasan harus diperiksa setiap jam. Penting untuk
diingat dalam menginterpretasi tekanan darah bahwa tekanan darah diantara
kontraksi. Hal ini disebabkan pada kala dua saat adanya kontraki ibu sudah
ada upaya untuk mengedan, dan hal ini menyebabkan tekanan darah naik
menjadi 10 mmHg.
17
ASUHAN PADA IBU BERSALIN KALA II
Hand Out ASKEB II
Anjurkan ibu dapat berkemih setiap 2 jam atau lebih sering jika kandung
kemih selalu terasa penuh. Jika diperlukan bantu ibu kekamar mandi atau
jika tidak memungkinkan ibu untuk tidak ke kamar mandi, bantu agar ibu
dapat duduk dan berkemih di wadah penampung urin.
4) Hidrasi dan kondisi umum ibu
Keadaan hidrasi pada kala II persalinan dipengaruhi oleh hilangnya
cairan melalui kulit dalam bentuk keringat dalam kala II persalinan. Wanita
dapat berkeringat banyak akibat usaha mengedan. Oleh karena itu bidan
harus tnggap terhadap kondisi pasien jika tidak ada keinginan untuk
mengedan tawarkan ibu untuk minum.
Kondisi umum wanita selama kala II persalinan akan bergantung pada
kondisi umumnya di akhir kala I persalinan. Jika wanita memasuki kala II
persalinan wanita sudah kehabisan tenaga, ia akan mengalami kesulitan
mengerahkan tenaga yang diperlukan untuk mengedan terutama jika ia
primigravida. Hal ini disebabkan karena rata-rata lama kala II pada
primigravida lebih panjang dari pada multipara. Bidan harus dapat
meyakinkan ibu bahwa pelahiran akan segera terjadi karena sebagian besar
wanita akan berespon baik terhadap tanda-tanda kemajuan persalinan.
5) Evaluasi kemajuan persalinan
Kontraksi
Setelah dilatasi serviks lengkap, yang menandai dimulainya persalinan kala
II, wanita akan memiliki dorongan yang sangat kuat untuk mengejan. Hal ini
beriringan dengan datangnya kontraksi uterus dan daya dorong yang
menyertainya dapat berlangsung selama 1 ½ menit dan terjadi lagi setelah
satu fase istirahat miometrium yang lamanya tidak lebih dari semenit.
Median durasi kontraksi pada persalinan kala II adalah 50 menit pada
nulipara dan 20 menit pada multipara, tetapi hal ini dapat sangat bervariasi.
Pada seorang wanita yang mempunyai peritas yang lebih tinggi dengan
vagina dan perineum yang lemas, untuk menyelesaikan kelahiran bayi cukup
membutuhkan dua atau tiga daya dorong setelah pembukaan serviks lengkap.
Sebaliknya, pada seorang wanita dengan panggul sempit atau janin besar,
atau terdapat gangguan mengejan akibat anastesi regional dan sedasi yang
kuat, kala II dapat terjadi sangat lama.
18
ASUHAN PADA IBU BERSALIN KALA II
Hand Out ASKEB II
19
ASUHAN PADA IBU BERSALIN KALA II
Hand Out ASKEB II
tidak lahir setelah 60 menit upaya tersebut diatas atau jika kelahiran bayi
tidak akan segera terjadi, rujuk ibu segera karena tidak turunnya kepala
mungkin disebabkan oleh CPD.
7) Integritas perineum
Integritas perineum dievaluasi untuk menentukan apakah pelahiran
kemungkinan dapat dilakukan dengan perineum yang utuh atau apakah
episiotomi diindikasikan. Keputusan ini harus terus dievaluasi sampai bayi
lahir.
Beberapa teknik yang belum terbukti memiliki nilai untuk dapat
melindungi perineum adalah sebagai berikut :
Peregangan dengan jari pada pintu bawah vagina pada anita atau
pasangannya yang dilakukan saat pranatal.
”ironing out (menyetrika keluar)” pada perineum dengan mengusap jari-
jari penolong maju mundur dari sisi ke sisi sambil memberikan tekanan
yang kuat pada dinding posterior vagina tepat diatas kepala bayi.
Kompres hangat diberikan pada perineum yang menyebabkan relaksasi
otot perineum
Masase perineum, biasanya dengan menggunakan minyak hangat, yang
bertujuan untuk meregangkan jaringan dan meningkatkan relaksasi
perineum.
Sokongan perineum pada saat pelahiran dengan langsung menahan
perineum menggunakan tangan, atau dengan cara membentangkan ibu
jari dan jari tengah hingga berada di kunci paha kiri dan kunci paha
kanan, dan kemudian tekan ke dalam untuk memberikan ruang ekstra
diseluruh badan perineum.
Kepala janin dikendalikan dengan pemnerian tekanan terhadap kepala
janin untuk mempertahankan kepala agar tetap fleksidengan baik setelah
ekstensi bertahap pada saat peregangan perineum.
Pengendalian diri ibu merupakan kunci dari semua metode pelahiran
dangan perineum utuh.
8) Kebutuhan episiotomi
Episiotomi rutin tidak dianjurkan karena dapat menyebabkan :
meningkatkan julah pengeluaran darah dan risiko hematoma, kejadian
laserasi derajat tiga atau empat lebih banyak pada episiotomi rutin
dibandingkan dengan tanpa eisiotomi, meningkatnya nyeri pasca salin di
daerah perineum dan meningkatnya risiko infeksi
Perineum harus mulai dievaluasi sebelum waktu pelahiran untuk
mengetahui panjangnya, ketebalan, dan distenbilitasnya. Evaluasi ini
membantu menentukan apakah episiotomi didindikasikan dan jika ya jenis
episiotomi apa yang diperlukan. Indikasi utama episiotomi adalah gawat
janin. Episiotomi memungkinkan ibu melahirkan bayinya lebih cepat agar
bidan dapat mengkaji dan melakukan tindakan resusitasi dengan tepat.
Indikasi lainnya adalah tanda integritas jaringan yang buruk yang jika
dipaksakan akan dapat menjadikan laserasi yang lebar.
B. Pemantauan Fetal
20
ASUHAN PADA IBU BERSALIN KALA II
Hand Out ASKEB II
KESIMPULAN
21
ASUHAN PADA IBU BERSALIN KALA II
Hand Out ASKEB II
22
ASUHAN PADA IBU BERSALIN KALA II
Hand Out ASKEB II
5. Ekspulsi.
6. Rotasi luar ( putaran paksi luar)
ASUHAN KALA II
Asuhan kala II persalinan meliputi pemantauan maternal dan pemantauan fetal.
Pemantauan maternal terdiri dari :
c. Tanda-tanda Vital
d. Asuhan sayang ibu
e. Pengosongan Kandung kemih
f. Hidrasi dan kondisi umum ibu
g. Evaluasi kemajuan persalinan
h. Upaya mengejan pada ibu
i. Integritas perineum
j. Kebutuhan episiotomi
Evaluasi
ESSAY :
Jelaskan urutan mekanisme Persalinan Normal : panggul dan fetal skull ?
Jawaban :
Gerakan-gerakan utama dari mekanisme persalinan adalah :
1. Penurunan kepala.
2. Fleksi.
3. Rotasi dalam ( putaran paksi dalam)
4. Ekstensi.
5. Ekspulsi.
6. Rotasi luar ( putaran paksi luar)
1. Penurunan Kepala.
Masuknya kepala ke dalam PAP, biasanya dengan sutura sagitalis melintang dan
dengan fleksi yang ringan. Masuknya kepala melewati pintu atas panggul (PAP), dapat
dalam keadaan asinklitismus yaitu bila sutura sagitalis terdapat di tengah-tengah jalan
lahir tepat di antara simpisis dan promontorium.
23
ASUHAN PADA IBU BERSALIN KALA II
Hand Out ASKEB II
2. Fleksi
Pada awal persalinan, kepala bayi dalam keadaan fleksi yang ringan. Dengan
majunya kepala biasanya fleksi juga bertambah. Pada pergerakan ini dagu dibawa lebih
dekat ke arah dada janin sehingga ubun-ubun kecil lebih rendah dari ubun-ubun besar
hal ini disebabkan karena adanya tahanan dari dinding seviks, dinding pelvis dan lantai
pelvis.
4. Ekstensi
Sesudah kepala janin sampai di dasar panggul dan ubun-ubun kecil berada di
bawah simpisis, maka terjadilah ekstensi dari kepala janin. Hal ini di sebabkan karena
sumbu jalan lahir pada pintu bawah panggul mengarah ke depan dan ke atas sehingga
kepala harus mengadakan fleksi untuk melewatinya. Kalau kepala yang fleksi penuh
pada waktu mencapai dasar panggul tidak melakukan ekstensi maka kepala akan
tertekan pada perineum dan dapat menembusnya.
6. Ekspulsi
Setelah putaran paksi luar, bahu depan sampai di bawah simpisis dan menjadi
hipomochlion untuk kelahiran bahu belakang. Setelah kedua bahu bayi lahir ,
selanjutnya seluruh badan bayi dilahirkan searah dengan sumbu jalan lahir.
24
ASUHAN PADA IBU BERSALIN KALA II