Anda di halaman 1dari 12

I.

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Krisis pangan mulai mengancam beberapa negara di dunia termasuk di Indonesia. Penyebab
terjadinya krisis pangan karena mengandalkan satu jenis pangan saja sebagai makanan pokok yakni
beras, tanpa memperhatikan jenis pangan lain yang lebih perspektif. Oleh karena itu perlu diadakan
diversifikasi pangan dengan mendorong pemanfaatan berbagai jenis pangan alternatif.

Di Indonesia, masyarakat umumnya mengonsumsi nasi sebagai makanan pokok padahal ada
beberapa jenis tanaman pangan lain yang bisa dimanfaatkan untuk dijadikan makanan pokok, salah
satunya yaitu jagung.

Jagung (Zea mays.L) merupakan bahan pangan yang penting penghasil karbohidrat kedua setelah beras.
Jagung juga digunakan sebagai bahan makanan dan bahan baku industri seperti, kertas, minyak, cat dan
lain-lain (Suprapto.1986).

Tanaman jagung banyak kegunaannya; hampir seluruh bagian tanaman jagung dapat
dimanfaatkan untuk berbagai macam keperluan. Batang dan daun tanaman yang muda digunakan untuk
pakan ternak. Batang dan daun tanaman yang tua (setelah dipanen) dapat digunakan sebagai pupuk
hijau atau kompos. Di daerah sentra tanaman jagung, batang dan daun jagung yang kering digunakan
untuk kayu bakar. Buah muda digunakan sebagai bahan sayuran, bergedel, bakwan, dan sambal goreng.
Biji jagung yang tua digunakan sebagai pengganti nasi, dibuat marning, brondong, roti (roti jagung),
tepung dan sebagainya. Kegunaan lain jagung adalah sebagai bahan baku pembuatan pakan ternak dan
industri bir, farmasi, dextrin, termasuk untuk perekat dan industri tekstil (Warisno, 1998).

Dalam budidaya jagung petani biasanya menggunakan sistim tumpangsari dengan kacang tanah.
Kacang tanah dapat memfiksasi nitrogen sehingga dengan demikian dapat membantu tanaman jagung
dalam proses pertumbuhan. Dalam

sistim tanam tumpangsari sering dihadapkan dengan masalah jarak tanam.

Jarak tanam yang terlalu dekat dapat menyebabkan terjadinya kompetisi. Sedangkan apabila terlalu jauh
dapat menyebabkan terjadinya penurunan produksi karena jumlah populasi yang sedikit. Sehingga perlu
diketahui jarak tanam yang optimal untuk meningkatkan produktivitas jagung dalam sistim tumpangsari
dengan kacang tanah. Selain mengatur jarak tanam, teknik budidaya yang sering dilakukan yaitu
pemupukan dengan menggunakan pupuk hayati. Pemupukan bertujuan untuk menambah unsur hara
dalam tanah, dan pupuk hayati yang saat ini sedang dikembangkan adalah pupuk Agrobost.

Pupuk Agrobost adalah pupuk hayati yang didalamnya terkandung beberapa jenis mikroba
penting yang dibutuhkan dalam proses penyubur tanah secara biologi antara lain: Azospirillium,
Azotobacter, Mikroba Pelarut P, Lactobacillus, Mikroba Pendegradasi Selulosa, HormonTumbuh Indole
Acetic Acid, dan Enzim Selulase. Jenis-jenis mikroba dan enzim tersebut dapat bekerja secara maksimal
(Indoputra, 2010). Namun dalam mengaplikasikannya sering terkendala dosis yang belum optimal
sehingga perlu diketahui dosis pupuk Agrobost yang tepat agar efisien dan efektif.
B. Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian di atas maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut:

1. Apakah terdapat pengaruh interaksi antara jarak tanam dan pupuk Agrobost terhadap
pertumbuhan jagung yang ditumpangsarikan dengan kacang tanah?

2. Belum diketahui jarak tanam terbaik terhadap pertumbuhan jagung dalam sistim tumpangsari
dengan kacang tanah?

3. Belum diketahui dosis pupuk Agrobost yang optimal terhadap pertumbuhan jagung dalam sistim
tumpangsari dengan kacang tanah?

C. Tujuan dan Kegunaan

Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari dosis optimal pupuk Agrobost dan pengaruh jarak
tanam terhadap pertumbuhan jagung dalam sistim tumpangsari dengan kacang tanah.

Hasil penelitian ini diharapkan menjadi bahan informasi bagi petani dalam upaya peningkatan
pertumbuhan dan produksi jagung dalam sistim tumpangsari dengan kacang tanah dan menjadi bahan
acuan bagi peneliti selanjutnya.

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Deskripsi Teori

1. Botani Tanaman Jagung

Purwono et al., (2007) dalam dunia tanaman, jagung diklasifikasikan sebagai berikut :

Kingdom : Plantae (tumbuhan)

Divisi :Magnoliophyta (tumbuhan berbunga)

Kelas : Monocotyledoneae (berkeping satu)

Sub Kelas : Commelinidae

Ordo : Poales
Famili : Poaceae (suku rumput-rumputan)

Genus : Zea

Spesies : Zea mays L.

Akar jagung tergolong akar serabut yang dapat mencapai ke dalaman 8 m meskipun sebagian besar
berada pada kisaran 2 m. Tanaman yang sudah cukup dewasa muncul akar adventif dari buku-buku
batang bagian bawah yang membantu menyangga tegaknya tanaman (Purwono et al., 2007). Batang
jagung tegak dan mudah terlihat, sebagaimana sorgum dan tebu, namun tidak seperti padi atau gandum,
terdapat mutan yang batangnya tidak tumbuh pesat sehingga tanaman berbentuk roset. Batang beruas-
ruas. Ruas terbungkus pelepah daun yang muncul dari buku. Batang jagung cukup kokoh namun tidak
banyak mengandung lignin. Batang jagung berwarna hijau sampai keunguan, berbentuk bulat dengan
penampang melintang sebesar 125-250 cm. Batang berbuku-buku yang dibatasi oleh ruas-ruas
(Zubachtirodin et al., 2011).

Daun jagung adalah daun sempurna. Bentuknya memanjang, antara pelepah dan helai daun terdapat
ligula. Tulang daun sejajar dengan ibu tulang daun. Permukaan daun ada yang licin dan ada yang
berambut. Stoma pada daun jagung berbentuk halter, yang khas dimiliki familia Poaceae. Setiap stoma
dikelilingi sel-sel epidermis berbentuk kipas. Struktur ini berperan penting dalam respon tanaman
menanggapi defisit air pada sel-sel daun (Purwono et al., 2011).

Bunga jagung berumah satu. Letak bunga jantan dengan bunga betina. Bunga jagung berada di ujung
tanaman, sedangkan bunga betina berada di ketiak daun. Bunga betina berbentuk gada, berwarna putih
panjang dan biasa disebut rambut jagung. Bunga betina dapat menerima tepung sari di sepanjang
rambutnya. Penyerbukan terjadi dengan bersatunya tepung sari dan rambutnya. Tepung sari ini dapat
diterbangkan oleh angin sampai sejauh satu kilo meter. Umumnya 95% dari bakal biji terjadi karena
penyerbukan silang, hanya 5% terjadi karena penyerbukan sendiri. Buah jagung berbentuk tongkol yang
terbungkus kelopak dan berfungsi sebagai kulit buah yang berlapis-lapis. Biji jagung melekat pada
tongkol tersebut. Buah jagung yang baik setiap tongkolnya memiliki lebih dari 100 butir biji jagung
(Syamsudin, 2009). Setiap tanaman jagung ada satu tongkol, kadang-kadang ada yang dua. Setiap
tongkol terdapat 10-14 deret biji.

2. Syarat Tumbuh Tanaman Jagung

Jagung dapat ditanam di daerah dataran rendah sampai dataran tinggi (daerah pegunungan) yang
memiliki ketinggian sekitar 1.000 m atau lebih dari permukaan laut (dpl). Umumnya jagung yang ditanam
di daerah dengan ketinggian kurang dari 800 m dpl akan memberikan hasil yang tinggi. Jagung yang
ditanam di tanah dengan ketinggian antara 800 m sampai 1.200 m dpl juga masih dapat berproduksi
dengan baik (Warisno, 1998).
Kemasaman tanah (pH) yang terbaik untuk jagung adalah sekitar 5,5-7,0. Tanah dengan kemiringan
tidak lebih dari 8% masih dapat ditanami jagung dengan arah barisan tegak lurus terhadap miringnya
tanah, dengan maksud untuk mencegah keganasan erosi yang terjadi pada waktu turun hujan deras.
Jagung dapat tumbuh pada hampir semua jenis tanah mulai tanah dengan tekstur berpasir hingga tanah
liat berat. Tanah yang dikehendaki adalah tanah gembur dan subur, karena tanaman jagung memerlukan
aerasi dan pengairan yang baik. Tanah lempung berdebu adalah yang paling baik bagi pertumbuhannya.
Tanah-tanah berat masih dapat ditanami jagung dengan pengerjaan tanah lebih sering selama
pertumbuhannya, sehingga aerasi dalam tanah berlangsung dengan baik (Zubachtirodin et al., 2011).

3. Botani Tanaman Kacang Tanah

Menurut Deptan (2006) dalam sistematika tanaman, klasifikasi kacang

tanah adalah:

Kingdom : Plantae

Divisi : Spermatophyta

Subdivisio : Angiospermae

Kelas : Dicotyledoneae

Ordo : Rosales

Famili : Leguminosea

Genus : Arachis

Spesies : Arachis hypogea L.

Kacang tanah mempunyai susunan perakaran sebagai berikut: yang pertama adalah akar tunggang. Akar
ini mempunyai akar-akar cabang yang lurus. Akar cabang mempunyai akar-akar yang bersifat sementara
dan berfungsi untuk menyerap air dan unsur hara. Kacang tanah memiliki akar serabut yang tumbuh ke
bawah sepanjang ± 20 cm. Selain itu, tanaman ini memiliki akar-akar lateral (cabang) yang tumbuh ke
samping sepanjang 5-25 cm. Akar lateral terdapat akar serabut, fungsinya untuk menyerap air dan unsur
hara. Akar lateral juga terdapat bintil akar (nodule) yang mengandung bakteri Rhizobium (Deptan, 2006).

Kacang tanah mempunyai daun majemuk bersirip genap. Setiap helai daun terdiri dari empat helai anak
daun. Permukaan daunnya sedikit berbulu. Daun mulai gugur pada akhir masa pertumbuhan dan
dimulai dari bawah. Batangnya berbentuk bulat terdapat bulu dan komposisi ruas pendek. Batang utama
pada tipe tegak tingginya 30 cm dengan sejumlah cabang lateral dan pada tipe menjalar tinggi
batangnya mencapai 20 cm. Cabang lateral dekat dengan tanah dan menyebar (Mardiati, 2007).

Bunga kacang tanah mulai muncul dari ketiak daun pada bagian bawah yang berumur antara 4-5 minggu
dan berlangsung hingga umur 80 hari setelah tanam. Bunga berbentuk kupu-kupu (papilionaceus),
berukuran kecil dan terdiri atas lima daun tajuk. Dua di antara daun tajuk tersebut bersatu seperti
perahu. Di sebelah atas terdapat sehelai daun tajuk yang paling lebar yang dinamakan bendera
(vexillum), sementara di kanan dan kiri terdapat dua tajuk daun yang disebut sayap (ala). Setiap bunga
bertangkai berwarna putih. Tangkai bunga adalah sebenarnya tabung kelopak. Mahkota bunga berwarna
kuning atau kuning kemerah-merahan. Bendera dari mahkota bunga bergaris-garis merah pada
pangkalnya (Mardiati, 2007).

Kacang tanah berbuah polong. Polongnya terbentuk setelah terjadi pembuahan. Buah kacang tanah
berada di dalam tanah setelah terjadi pembuahan bakal buah tumbuh memanjang dan nantinya akan
menjadi polong. Mula-mula ujung ginofor yang runcing mengarah ke atas, kemudian tumbuh mengarah
ke bawah dan selanjutnya masuk ke dalam tanah sedalam 1-5 cm. Waktu menembus tanah,
pertumbuhan memanjang ginofor terhenti. Panjang ginofor ada yang mencapai 18 cm. Tempat
berhentinya ginofor masuk ke dalam tanah tersebut menjadi tempat buah kacang tanah. Ginofor yang
terbentuk di cabang bagian atas dan tidak masuk ke dalam tanah akan gagal membentuk polong
(Deptan, 2006).

4. Syarat Tumbuh Tanaman Kacang Tanah

Kacang tanah lebih menghendaki jenis tanah lempung berpasir. Kemasaman (pH) tanah
optimal adalah 6,5-7,0. Apabila pH tanah lebih besar dari 7,0 maka daun berwarna kuning akibat
kekurangan suatu unsur hara (N, S, Fe, Mn) dan sering kali timbul bercak hitam pada polong. Kacang
tanah memberikan hasil terbaik jika ditanam pada tanah yang remah dan berdrainase baik, terutama
tanah berpasir. Tanah bertekstur ringan memudahkan penembusan dan perkembangan polong, yang
biasanya terjadi di bawah permukaan tanah. Ketersediaan kalsium tanah sangat diperlukan agar biji
dapat tumbuh dengan baik (Rubatzky dan Yamaguchi, 1998).

Tanah dan lingkungan yang ideal untuk pertanaman kacang tanah adalah tanah yang cukup
mengandung unsur hara makro dan mikro. Unsur hara makro antara lain Karbon (C), Hidrogen (H),
Oksigen (O2), Nitrogen (N), Fosfor (P), Kalium (K), Kalsium (Ca), Magnesium (Mg) dan Sulfur (S),
sedangkan Unsur hara mikro antara lain Besi (Fe), Mangan (Mn), Molibdenum (Mo), Seng (Zn), Cuprum
(Cu), Boron (B) dan Klor (Cl) (Pitojo, 2005).

Tanaman kacang tanah cocok ditanam di dataran rendah dengan ketinggian dibawah 500 m dpl. Suhu
optimum yang dibutuhkan untuk pertumbuhan kacang tanah antara 25°C-32°C, dibawah suhu 25°C
perkembangan akan terhambat dan suhu diatas 32°C berpengaruh terhadap produksi bunga. Curah
hujan 800-1.300 mm per tahun, mendapat sinar matahari penuh dan musim kering. Kelembaban udara
yang tinggi (lebih dari 80%) kurang menguntungkan bagi pertumbuhan kacang tanah (Arachis hypogaea
L.), karena akan memberikan lingkungan yang sangat baik bagi pertumbuhan penyakit bercak daun dan
karat. Tanah yang terlalu lembab disamping menghambat pertumbuhan tanaman, juga

mendorong pertumbuhan cendawan pembusuk akar (Siswandi, 2006).

5. Pupuk Agrobost

Agrobost adalah pupuk hayati berbentuk cair dengan teknologi terapan yang terbukti meningkatkan
produktifitas tanaman. Komposisi terdiri dari Azotobacter sp, mikroba pelarut fosfat, Azospirillum sp,
mikroba Cellulolitic, Lactobacillus sp dan Pseudomonas sp. Komposisi pupuk cair ini yang terdiri dari
strain bakteri yang dipilih paling unggul dari spesiesnya (Taliabu, 2010). Agrobost juga mengandung
beberapa jenis mikroba penting yang di butuhkan dalam proses penyuburan tanah secara biologi antara
lain mikroba pendegradasi selulosa (Trechoderma), hormon tumbuh IAA (Indole Acetil Acid), Enzim
Selulase serta mengandung Zat Pengatur Tumbuh (ZPT) Giberelin, Sitokinin, Auksin dan lain lain. Jenis-
jenis mikroba dan enzim tersebut dapat bekerja secara maksimal sehingga terjadi penghematan
penggunaan pupuk kimia, sedangkan hormon tumbuh dalam dosis tinggi memacu pertumbuhan.

Pupuk Agrobost bekerja langsung di tanah untuk menyuburkan tanah karena menyediakan hara tanaman
seperti C-organik 0,95%, P 34,29 ppm, K 1743 ppm, Zn 3,7 ppm, Fe 44,3 ppm, Mn 0,27 ppm, Cu 0,81
ppm. Bakteri tanah unggul yang dibutuhkan oleh tanaman untuk menyuplai hara, dikemas dalam satu
komposisi menjadi pupuk hayati Agrobost. Masing-masing bakteri terbungkus dalam kondisi siap
digunakan. Agrobost dapat langsung diaplikasikan pada saat pengolahan tanah dan diulang sesuai
aturan penggunaan (Indoputra, 2010).

6. Tumpangsari

Tumpangsari merupakan suatu usaha menanam beberapa jenis tanaman

pada lahan dan waktu yang sama, yang diatur sedemikian rupa dalam barisan-barisan tanaman.
Penanaman dengan cara ini dapat dilakukan pada dua atau lebih jenis tanaman yang relatif seumur,
misalnya jagung dan kacang tanah atau jenis tanaman yang umurnya berbeda-beda. Sistem tanam
tumpangsari mempunyai banyak keuntungan yang tidak dimiliki pada pola tanam monokultur. Beberapa
keuntungan pada pola tumpangsari antara lain: 1) akan terjadi peningkatan efisiensi (tenaga kerja dan
pemanfaatan lahan), 2) populasi tanaman dapat diatur sesuai yang dikehendaki, 3) dalam satu areal
diperoleh produksi lebih dari satu komoditas, 4) tetap mempunyai peluang mendapatkan hasil manakala
satu jenis tanaman yang diusahakan gagal, 5) kombinasi beberapa jenis tanaman dapat menciptakan
stabilitas biologis sehingga dapat menekan serangan hama dan penyakit serta mempertahankan
kesuburan tanah (Wibowo, 2000).

Tanaman yang ditumpangsarikan pada umumnya jenis legum dan non legum, seperti jagung dan
tanaman legum yang dapat meningkatkan produktifitas lahan pertanian. Hal ini berhubungan dengan
kompatibilitas beberapa sifat yang dimiliki oleh kedua jenis tanaman tersebut. Jagung merupakan
tanaman yang menghendaki pencahayaan langsung, memiliki habitus tinggi, tegak dan tidak bercabang
dengan kanopi yang renggang sehingga tanaman ini dapat memberikan kesempatan bagi tanaman lain
tumbuh dibawahnya. Tanaman legum merupakan tanaman golongan C3 yang cukup toleran terhadap
naungan. Tanaman ini memiliki habitus yang pendek, tegak dan bercabang dengan kanopi yang rapat
dan mampu memfiksasi nitrogen secara simbiosis dengan bakteri Rhyzobium sp. Nitrogen hasil fiksasi
dimanfaatkan oleh bakteri maupun tanaman inang untuk pertumbuhannya dan sebagian dirembeskan
ke daerah perakaran yang dapat

dimanfaatkan oleh tanaman lain yang berada di sekitarnya (Turmudi, 2002).

Berbagai penelitian menunjukkan bahwa hasil total tanaman tumpangsari umumnya lebih tinggi
dibandingakan dengan pola monokultur, namun hasil individu tanaman menurun. Menurunnya hasil
tanaman yang dikombinasikan tersebut terutama karena adanya kompetisi diantara bagian tanaman
atau diantara spesies tanaman, untuk itu teknologi budidaya tumpangsari yang dikembanagkan harus
selalu mengacuh kepada minimalisasi kompetisi terhadap berbagai faktor tumbuh, baik kompetisi antara
spesies tanaman yang sama (intra-spesific competition), kompetisi antara bagian tanaman (inter-plant
competition) dan kompetisi antara spesies tanaman yang berbeda (inter-spesific competition) (Turmudi,
2002).

Salah satu contoh sistem tumpangsari dengan tanaman semusim (annual) adalah kombinasi
tanaman jagung dan kacang tanah. Kacang tanah dan jagung merupakan dua komoditi yang biasa
ditanam petani secara tumpangsari. Kedua jenis tanaman tersebut sesuai untuk ditumpangsarikan
karena habitus kedua tanaman berbeda, sehingga kemampuan memanfaatkan faktor-faktor tumbuh
berbeda pula. Kacang tanah merupakan tanaman leguminosa yang mempunyai sifat dapat memperbaiki
kesuburan tanah karena adanya kerjasama akar tersebut dengan bakteri Rhizobium. Nitrogen yang
difiksasi selain untuk memenuhi kebutuhan tanaman inangnya juga dapat tersedia untuk jagung
(Karimuna, 2002).

7. Jarak Tanam dan Pengaruhnya Terhadap Pertumbuhan

Populasi tanaman atau jarak tanam, merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi
produksi tanaman. Peningkatan produksi jagung dapat dilakukan dengan cara perbaikan tingkat
kerapatan tanam. Untuk meningkatkan hasil biji tanaman jagung salah satunya adalah dapat dilakukan
dengan penambahan tingkat kerapatan tanaman persatuan luas. Peningkatan tingkat kerapatan tanam
persatuan luas sampai suatu batas tertentu dapat meningkatkan hasil biji, akan tetapi penambahan
jumlah tanam akan menurunkan hasil karena terjadi kompetisi hara, air, radiasi matahari dan ruang
tumbuh sehingga akan mengurangi jumlah biji pertanaman (Irfan, 1999).

Jarak tanam merupakan salah satu faktor yang sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan dan produksi
tanaman. Semakin rapat jarak tanam maka semakin besar persaingan yang terjadi terhadap faktor-
faktor tumbuh, sehingga pertumbuhan tanaman terganggu dan akibatnya produksi menurun.
Sebaliknya, jarak tanam terlalu renggang menyebabkan penggunaan tanah dan faktor-faktor lingkungan
yang mendukung pertumbuhan tanaman kurang efisien. Dengan tanaman dapat tumbuh dan
berproduksi secara optimal (Harjadi, 1989). Jarak tanam menentukan populasi dan
mempengaruhi persaingan baik anatara tanaman itu sendiri maupun tanaman lainnya dan pada akhirnya
menentukan hasil produksi. Populasi tanaman persatuan luas disesuaikan dengan varietas, kesuburan
tanah, ketersediaan air, sistem pertanaman dan tujuan penanaman. Hal ini dimaksudkan untuk
mempermudah pemeliharaan tanaman dan menghindari efek kompetisi di atas maupun di bawah tanah
( Harjadi, 1989).

Persamaan kebutuhan diantara tanaman yang sejenis dapat menyebabkan

terjadinya kompetisi apabila faktor yang dibutuhkan dalam tanah tersebut dalam keadaan kurang.
Dengan demikian tinggi rendahnya populasi tanaman merupakan faktor penentu terhadap besar
kecilnya kompetisi tanaman disuatu lahan. Sehingga perlu adanya model dari jarak tanam yang baik agar
tidak terjadi kompetisi disuatu lahan. Ada tiga bentuk pengaturan jarak tanam yang mungkin
mempengaruhi hasil dari suatu tanaman yaitu bentuk empat persegi pangajang atau bujur sangkar,
bentuk barisan dengan jarak tanam dalam garis teratur atau tidak dan baris dengan jarak dalam barisan
yakni arah Utara – Selatan atau Timur – Barat. Setiap bentuk ini dengan pola jarak tanam mempunyai
akibat tersendiri terhadap performans tanaman yang terlihat di dalamnya ( Heddy et al, 1994 ).

Jarak tanam berhubungan dengan luas atau ruang tumbuh yang ditempatinya dalam penyediaan unsur
hara, air dan cahaya. Jarak tanam yang terlalu lebar kurang efisien dalam pemanfaatan lahan, bila terlalu
sempit akan terjadi persaingan yang tinggi yang mengakibatkan produktivitas rendah. Kepadatan
populasi tanaman dapat ditingkatkan sampai mencapai daya dukung lingkungan, karena keterbatasan
lingkungan pada akhirnya akan menjadi pembatas pertumbuhan tanaman. Menurut prinsip faktor
pembatas leibig, materi esensial yang tersedia minimum cenderung menjadi faktor pembatas
pertumbuhan

(Odum, 1999).

B. Kerangka Pikir

Untuk mendapatkan pertumbuhan jagung yang baik dalam sistim tumpangsari dengan kacang
tanah maka perlu dilakukan pengaturan jarak tanam. Jarak tanam yang terlalu rapat dapat menyebabkan
kompetisi. Sedangkan jarak tanam yang terlalu lebar dapat menyebabkan pengurangan jumlah populasi
tanaman yang mengarah pada penurunan produksi tanaman jagung.

Tumpangsari jagung dengan kacang tanah

Selain pengaturan jarak tanam juga perlu dilakukan pemupukan, pupuk yang ramah lingkungan adalah
pupuk Agrobost. Dengan adanya pupuk Agrobost pada dosis yang optimal diharapkan dapat
meningkatkan pertumbuhan jagung dalam sistim tumpangsari dengan kacang tanah. Diagram kerangka
pikir disajikan pada Gambar 1.
Pertumbuhan meningkat

Pertumbuhan jagung terhambat

Kekurangan hara dan kesuburan rendah

Jarak tanam

tidak teraur

Pengaturan jarak tanam

Pemberian Pupuk Agrobost

YANG OPTIMAL

C. Hipotesis

Hipotesis dari penelitian ini sebagai berikut:

1. Terdapat pengaruh interaksi jarak tanam dan dosis pupuk Agrobost terhadap pertumbuhan jagung
dalam sistim tumpangsari dengan kacang tanah.

2. Jarak tanam yang berbeda akan memberikan pengaruh yang berbeda terhadap pertumbuhan
jagung dalam sistim tumpangsari dengan kacang tanah.

3. Dosis Pupuk Agrobost yang berbeda akan memberikan pengaruh yang berbeda terhadap
pertumbuhan jagung dalam sistim tumpangsari dengan kacang tanah.

III. METODE PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitan

Penelitian ini akan dilaksanakan di Kebun Percobaan Fakultas Peternakan dan Laboratorium
Agroteknologi Unit Agronomi Fakultas Pertanian Universitas Haluoleo Kendari. Penelitian ini akan
berlangsung dari bulan …. 2013 hingga bulan …. 2014.

B. Bahan dan Alat

Bahan yang akan digunakkan dalam penelitian ini meliputi benih jagung, benih kacang tanah,
mulsa alang-alang, air, kotoran sapi dan pupuk Agrobost.

Alat-alat akan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pacul, parang, sabit, timbangan analitik,
meteran, patok, tali rapiah, tugal, selang air, gembor, sprayer mini, paranet, label, kamera dan alat tulis.
C. Prosedur Penelitian

1. Persiapan Lahan dan Pengolahan Tanah

Lahan akan dibersihkan dari gulma dengan menggunakan parang dan sabit, selanjutnya akan dilakukan
pengolahan tanah sebanyak dua kali pengolahan. Pengolahan pertama membalikkan tanah dengan
menggunakan pacul dan pengolahan kedua dilakukan dengan cara memecahkan bongkahan tanah
menjadi halus sehingga kondisi tanah gembur. Setelah pengolahan tanah dilanjutkan dengan
pembuatan petak-petak percobaan. Ukuran petak percobaan adalah 4 m x 3 m sebanyak 36 petak
percobaan tumpangsari dibagi menjadi tiga kelompok, jarak antar kelompok 0,5 m dan jarak antar petak
0,2 m, dengan tinggi bedengan 20 cm.

2. Pemupukan Dasar

Sebelum penanaman akan dilakukan pemupukan awal sebagai pupuk dasar dengan pupuk kandang dari
kotoran sapi 12 ton ha-1 setara dengan 14,4 kg petak-1. Pemberian pupuk ini dilakukan dua hari setelah
pengolahan tanah, setelah itu dibiarkan selama tujuh hari kemudian dilanjutkan dengan pemberian
Agrobost tiga hari sebelum tanam.

3. Penanaman Benih

Waktu penanaman akan dilakukan secara bersamaan dari keseluruhan unit percobaan tiga hari setelah
pemupukan dengan sistem tumpangsari jagung dan kacang tanah. Jarak tanam yang digunakan yaitu,
untuk jagung dengan jarak tanam 80 cm x 70 cm (J1), 100 cm x 70 cm (J2) dan 120 cm x 70 cm (J3)
dengan jumlah benih dua biji perlubang tanam, sedangkan kacang tanah ditanam di antara barisan
tanaman jagung dengan jarak 30 cm x 25 cm dengan jumlah benih dua biji perlubang tanam.

4. Pemberian Mulsa

Jenis mulsa yang akan digunakan yaitu mulsa alang-alang (Imperata cylindrica L. Beauv) yang diperoleh
di sekitar lokasi penelitian. Bagian yang digunakan adalah daun dan batang. Mulsa tersebut
dikumpulkan selama beberapa hari kemudian dijemur. Pemberian mulsa dilakukan tiga hari setelah
tanam.

5. Aplikasi Perlakuan

Aplikasi pupuk Agrobost akan dilakukan tiga hari sebelum tanam. Pemberian pupuk Agrobost
berdasarkan anjuran penggunaan dosis yaitu tanpa pupuk Agrobost (A0), 2 l ha-1 (A1), 4 l ha-1 (A2) , 6 l
ha-1 (A3). Aplikasi dilakukan dengan menyiram pupuk Agrobost secara merata pada petak-petak
percobaan

6. Pemeliharaan

Pemeliharaan yang akan dilakukan meliputi penyulaman, penjarangan, penyiraman dan pembumbunan.
Penyulaman dilakukan setelah tanaman berumur 7 hari setelah tanam (HST), dengan cara mengganti
bibit yang mati dengan benih yang baru. Penjarangan dilakukan setelah berumur 14 hari setelah tanam.
Setiap lubang tanam disisakan dua tanaman. Penyiraman dilakukan dua kali sehari yaitu pagi dan sore
hari, jika tidak turun hujan atau disesuaikan dengan kondisi lahan di lapangan mulai dari awal
penanaman sampai tanaman berkecambah (tumbuh normal). Pembumbunan dilakukan bersamaan
dengan penyiangan pertama dengan cara menggemburkan tanah di sekitar tanaman jagung, kemudian
dilakukan pembumbunan pada pangkal batang tanaman jagung sehingga membentuk guludan yang
bertujuan untuk mengokohkan batang tanaman agar tidak mudah rebah dan merangsang terbentuknya
akar-akar baru pada pangkal tanaman.

D. Rancangan Penelitian

Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan pola faktorial. Faktor pertama
adalah perlakuan jarak tanam terdiri atas tiga taraf perlakuan : J1 = 80 cm x 70 cm, J2 = 100 cm x 70 cm,
dan J3 = 120 cm x 70 cm dan faktor kedua adalah perlakuan pupuk Agrobost terdiri atas empat taraf :
tanpa pupuk Agrobost (A0), A1 =Agrobost 2 liter ha-1 atau 240 ml/petak, A2 = Agrobost 4 liter ha-1 atau
480 ml/petak, A3 = Agrobost 6 liter ha-1 atau 720 ml/petak. Dari dua faktor dan taraf perlakuan
diperoleh 12 kombinasi perlakuan. Setiap kombinasi perlakuan diulang tiga kali, sehingga terdapat 36
petak percobaan.

E. Variabel Penelitian

1. Jagung:

a. Tinggi tanaman (cm) pada umur 14 HST, 28 HST, 42 HST dan 56 HST diukur dari pangkal batang
hingga ujung daun yang terpanjang.

b. Diameter batang (cm) pada umur 14 HST, 28 HST, 42 HST dan 56 HST diukur 5 cm dari permukaan
tanah pada pertengahan batang tanaman jagung dengan menggunakan jangka sorong.

c. Jumlah helai daun pada umur 14 HST, 28 HST, 42 HST dan 56 HST dihitung semua daun yang
terbentuk sempurna.

d. ILD (Indeks Luas Daun), pengamatan pada umur 14 HST, 28 HST, 42 HST dan 56 HST dengan rumus
sebagai berikut:

ILD = Luas Daun Total

Luas Lahan Tegakkan


Luas daun = Panjang x Lebar x Konstanta (0,75)

2. Kacang tanah:

a. Tinggi tanaman (cm) pada umur 14 HST dan 28 HST, diukur mulai pangkal batang sampai pucuk
daun tertinggi dengan meluruskan batang.

b. Jumlah daun per tanaman (helai) pada umur 14 HST dan 28 HST, daun yang dihitung yaitu daun
yang telah terbuka penuh dan minimal 50% masih berwarna hijau.

c. ILD (Indeks Luas Daun), pengamatan pada umur 14 HST dan 28 HST dengan rumus sebagai berikut:

ILD = Luas Daun Total

Luas Lahan Tegakkan

Luas daun = Panjang x Lebar x Konstanta (0,53)

F. Analisis Data

Data hasil pengamatan tanaman dianalisis berdasarkan sidik ragam, jika Fhitung lebih besar dari Ftabel
dilanjutkan dengan Uji Jarak Berganda Duncan (UJBD) pada taraf kepercayaan 95%.

Anda mungkin juga menyukai