Anda di halaman 1dari 11

Pengaruh Puasa Senin Kamis Terhadap Karakter Mahasiswa UIN

Walisongo Semarang

Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Keterpaduan IPTEK dan Islam

Dosen Pengampu: Ullya Fitriani, M.Pd.

Oleh:

Lilis Sukma Ana (1708056046)

M. Ainul Hurri Jaelani (1708056062)

Ummu Asma Rahmadhini (1708056063)

Wasilatus Sa’adah (1708056064)

Febria Risa Anida (1708056069)

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA

FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI WALISONGO

SEMARANG

2019
BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Puasa merupakan salah satu bentuk ketaatan kepada Allah SWT. yang harus
dipenuhi oleh seiap muslim. Puasa dilakukan dengan menahan diri dari makan,
minum, dan berhubungan seksual sejak fajar sampai terbenamnya matahari. Puasa
juga dilakukan sebagai bukti keimanan yang tulus kepada Allah SWT.
Selain menahan diri dari makan, minum, serta berhubungan seksual, puasa
juga dapat men
B. Rumusan Masalah
1. Apakah ada pengaruh puasa Senin Kamis terhadap karakter mahasiswa UIN
Walisongo?
2. Bagaimana pengaruh puasa Senin Kamis terhadap karakter mahasiswa UIN
Walisongo?
C. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh puasa Senin Kamis terhadap karakter
mahasiswa UIN Walisongo.
2. Untuk mengetahui pengaruh puasa Senin Kamis terhadap karakter mahasiswa
UIN Walisongo.
D. Manfaat Penelitian
1. Untuk menambah wawasan dan pengetahuan akan pentingnya pengaruh puasa
Senin Kamis bagi karakter.
2. Menambah tingkat pemahaman terhadap ibadah yang dapat menumbuhkan
karakter.
3. Memotivasi diri untuk dapat mengimplementasikan ibadah-ibadah seperti puasa
Senin Kamis serta dapat mengembangkan budaya puasa sunnah lainnya dalam
kehidupan sehari-hari.
4. Memperbanyak khazanah keilmuan terutama dalam dunia pendidikan.
E. Batasan Peneletian
Untuk menghindari perbedaan persepsi maka perlu mengarahkan pembatasan
masalah dalam penelitian ini sebagai berikut:
1. Puasa yang dimaksud adalah puasa sunnah Senin Kamis.
2. Pengaruh puasa yang dimaksud adalah pengaruh terhadap karakter mahasiswa.
3. Mahasiswa yang di maksud disini adalah mahasiswa UIN Walisongo Semarang.
BAB 2
LANDASAN TEORI
1. Kajian Teori
Pengertian Puasa
Puasa merupakan salah satu rukun Islam. Kata ini berasal dari kata ‫ صوم‬yang
berarti menahan dan berhenti di suatu tempat. Orang yang menahan diri untuk
beraktivitas apapun disebut sha’im.
M. Quraish Shihab mengemukakan bahwa Al-Quran menggunakan kata
shiyim sebanyak delapan kali yang semuanya berarti puasa menurut pengertian
syariah, sedangkan kata shaum digunakan hanya satu kali dalam arti menahan diri
untuk tidak berbicara.
Puasa menurut syariah adalah menahan diri dari hal-hal yang
memebatalkannya dengan niat yang dilakukan oleh orang bersangkutan pada
siang hari, mulai fajar terbit sampai matahri terbenam.
T.M. Hasbi Ash Shiddieqy mengatakan bahwa puasa adalah menahan nafsu
dari godaan syahwat dan mengekakng diri dari segala kebiasaan yang
mengutamakan kenikmatan badani dan menciptakan kesucian batin yang akan
membawa kepada ketenangan jiwa.
Dari pengertian-pengertian yang dikemukakan oleh para ahli tersebut dapat
disimpulkan bahwa puasa adalah menahan diri dari segala yang dapat merusakan
puasa tersebut dengan makan, minum, dan memasukkan sesuatu ke dalam perut
melalui kerongkongan, serta melakukan hubungan seksual sejak fajar terbit hingga
matahari terbenam.
Pengertian Karakter
Menurut Michael Novak karakter merupakan “campuran kompatibel dari
seluruh kebaikan yang diidentifikasi oleh tradisi religius, cerita sastra, kaum
bijaksana, dan kumpulan orang berakal sehat yang ada dalam sejarah.”
Sementara itu, Masnur Muslich menyatakan bahwa karakter merupakan nilai-
nilai perilaku manusia yang berhubungan dengan Tuhan Yang Maha Esa, diri
sendiri, sesama manusia, lingkungan, dan kebangsaan yang terwujud dalam
pikiran, sikap, perasaan, perkataan, dan perbuatan berdasarkan norma-norma
agama, hukum, tata krama, budaya, dan adat istiadat
Karakter disini erat kaitannya dengan Kurikulum 2013 (K-13) yang saat ini
diterapkan di Indonesia. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
mengimplementasikan penguatan karakter penerus bangsa melalui gerakan
Penguatan Pendidikan Karakter (PPK) yang digulirkan sejak tahun 2016.
“Gerakan Penguatan Pendidikan Karakter sebagai fondasi dan ruh utama
pendidikan,” pesan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Muhadjir
Effendy.
Terdapat lima nilai karakter utama yang bersumber dari Pancasila, yang
menjadi prioritas pengembangan gerakan PPK; yaitu religius, nasionalisme,
integritas, kemandirian, dan kegotongroyongan. Masing-masing nilai saling
berinteraksi satu sama lain, berkembang secara dinamis dan membentuk keutuhan
pribadi.
Nilai karakter religius mencerminkan keberimanan terhadap Tuhan yang Maha
Esa yang diwujudkan dalam perilaku melaksanakan ajaran agama dan
kepercayaan yang dianut, menghargai perbedaan agama, menjunjung tinggi sikap
toleran terhadap pelaksanaan ibadah agama dan kepercayaan lain, hidup rukun
dan damai dengan pemeluk agama lain. Implementasi nilai karakter religius ini
ditunjukkan dalam sikap cinta damai, toleransi, menghargai perbedaan agama dan
kepercayaan, teguh pendirian, percaya diri, kerja sama antar pemeluk agama dan
kepercayaan, anti perundungan dan kekerasan, persahabatan, ketulusan, tidak
memaksakan kehendak, mencintai lingkungan, melindungi yang kecil dan tersisih.
Nilai karakter nasionalis merupakan cara berpikir, bersikap, dan berbuat yang
menunjukkan kesetiaan, kepedulian, dan penghargaan yang tinggi terhadap
bahasa, lingkungan fisik, sosial, budaya, ekonomi, dan politik bangsa,
menempatkan kepentingan bangsa dan negara di atas kepentingan diri dan
kelompoknya. Sikap nasionalis ditunjukkan melalui sikap apresiasi budaya bangsa
sendiri, menjaga kekayaan budaya bangsa, rela berkorban, unggul, dan
berprestasi, cinta tanah air, menjaga lingkungan, taat hukum, disiplin,
menghormati keragaman budaya, suku, dan agama.
Adapun nilai karakter integritas merupakan nilai yang mendasari perilaku
yang didasarkan pada upaya menjadikan dirinya sebagai orang yang selalu dapat
dipercaya dalam perkataan, tindakan, dan pekerjaan, memiliki komitmen dan
kesetiaan pada nilai-nilai kemanusiaan dan moral. Karakter integritas meliputi
sikap tanggung jawab sebagai warga negara, aktif terlibat dalam kehidupan sosial,
melalui konsistensi tindakan dan perkataan yang berdasarkan kebenaran.
Seseorang yang berintegritas juga menghargai martabat individu (terutama
penyandang disabilitas), serta mampu menunjukkan keteladanan.
Nilai karakter mandiri merupakan sikap dan perilaku tidak bergantung pada
orang lain dan mempergunakan segala tenaga, pikiran, waktu untuk
merealisasikan harapan, mimpi dan cita-cita. Siswa yang mandiri memiliki etos
kerja yang baik, tangguh, berdaya juang, profesional, kreatif, keberanian, dan
menjadi pembelajar sepanjang hayat.
Nilai karakter gotong royong mencerminkan tindakan menghargai semangat
kerja sama dan bahu membahu menyelesaikan persoalan bersama, menjalin
komunikasi dan persahabatan, memberi bantuan/pertolongan pada orang-orang
yang membutuhkan. Diharapkan siswa dapat menunjukkan sikap menghargai
sesama, dapat bekerja sama, inklusif, mampu berkomitmen atas keputusan
bersama, musyawarah mufakat, tolong menolong, memiliki empati dan rasa
solidaritas, anti diskriminasi, anti kekerasan, dan sikap kerelawanan.
2. Kajian Terdahulu
Dalam kajian pustaka ini, penulis ingin memaparkan beberapa penelitian
terdahulu yang relevan dengan apa yang akan ditulis oleh peneliti. Di antara hasil
penelitian yang dapat penulis temukan di antaranya sebagai berikut :
1. Skripsi yang ditulis oleh Dian Wicaksono (133111114) mahasiswa UIN
Walisongo yang berjudul “Pengaruh Intensitas Puasa Senin Kamis dan
Membaca Al-Qur’an Terhadap Prestasi Belajar Pendidikan Agama Islam
Siswa Kelas XI SMAN 1 Jepara Tahun Pelajaran 2016/2017”. Hasil dari
skripsi tersebut adalah Ada pengaruh signifikan antara intensitas puasa Senin
Kamis dan membaca Al-Qur’an terhadap prestasi belajar Pendidikan Agama
Islam yang ditunjukkan oleh nilai Fhitung > Ftabel (3,2277 > 3,11) dengan
taraf signifikansi 5% dan dk pembilang 2 serta dk penyebut 83. Besarnya
pengaruh intensitas puasa Senin Kamis dan membaca Al-Qur’an secara
bersama-sama terhadap prestasi belajar Pendidikan Agama Islam adalah
sebesar 7,22%, hal ini ditunjukkan dengan nilai koefisien determinasi R 2 =
0,0722 dengan persamaan regresi Y  84, 0885  0, 0316 X 1  0, 0547 X 2 .
Persamaan regresi tersebut menunjukkan bahwa rata-rata nilai prestasi belajar
Pendidikan Agama Islam diperkirakan meningkat sebesar 0,0316 untuk
peningkatan satu skor intensitas puasa Senin Kamis, dan meningkat sebesar
0,0547 untuk peningkatan satu skor membaca Al-Qur’an. Jadi semakin besar
intensitas puasa Senin Kamis dan membaca Al-Qur’an maka semakin besar
pula nilai prestasi belajar Pendidikan Agama Islam.
2. Skripsi yang ditulis oleh Rosyidin (105011000159) mahasiswa UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta yang berjudul “Pengaruh Puasa Terhadap Kesehatan
Mental Siswa Di MTs. Al-Khairiyah Kedoya Selatan Jakarta Barat”. Tingkat
pengaruh puasa terhadapo kesehatan mental menghasilkan nilai yang valid
sebesar 0,559. Angka tersebut berada pada rentangan 0,40-0,70. Dengan
demikian pengaruh puasa terhadap kesehatan mental adalah cukup atau
sedang. Menganai sejauh mana tingkat pengaruh puasa terhadap kesehatan
mental adalah 30,25% sedangkan 69,75% dipengaruhi factor lain.
3.
BAB 3
METODOLOGI PENELITIAN
BAB 4
HASIL PENELITIAN
BAB 5
KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai