Anda di halaman 1dari 7

LAMPIRAN I

Fungsi Kognitif

1 . P e n g e r t i a n
Menurut Stuart and Sundeen (1987), kognitif adalah kemampuan berfikir dan memberikan
rasional, termasuk proses mengingat, menilai, orientasi, persepsi dan memperhatikan.

2.Rentang Respon Kognitif


Respon kognitif maladaptif mencangkup ketidakmampuan untuk membuat keputusan, kerusakan memori
dan penilaian, disorientasi, salah persepsi, penurunan rentang perhatian, dan kesulitan berfikir logis.
Respon tersebut dapat terjadi secara e p i s o d i k a t a u t e r j a d i t e r u s m e n e r u s . S u a t u
k o n d i s i d a p a t r e v e r s i b e l a t a u d i t a n d a i dengan penurunan fungsi secara progresif, bergantung
pada stresor.
Rentang respon kognitif dapat digambarkan sebagai berikut :
Respon adaptif Respon mal adaptif

Tegas ketidak tegasan periodic ketdk mampuan utk


membuat keputusan
Memori utuh mudah lupa kerusakan memori &
Penilaian
Orientasi lengkap kebingungan sementara Disorientasi
yg ringan
Persepsi akurat kadang salah persepsi salah persepsi serius
Perhatian terfokus Distraksibilitas ketdkmampuan utk
Memfokuskan perhatian
Pikiran koheren dan logis Kadang berfikir tdk jelas Kesulitan utk berpikir
logis
Gambar Rentang respon fungsi kognitif (Stuart and Sundeen 1995)

3.Faktor Predisposisi
Menurut Stuart (2006), respon kognitif pada umumnya merupakan akibat dari gangguan biologis
pada fungsi sistem saraf pusat. Faktor yang mempengaruhi individu mengalami gangguan kognitif
termasuk:
a.Gangguan suplai oksigen, glukosa, dan zat gizi dasar yang penting lainnya keotak.
H a l t e r s e b u t d a p a t t e r j a d i k a r e n a p e r u b a h a n v a s k u l a r a r t e r i o s k l e r o t i k , serangan iskemik
sementara, hemoragi serebral, dan infark otak kecil multipel.
b.Degenerasi yang berhubungan dengan penuaan.
c.Penyakit Alzheimer.
d.Virus imunodefisiensi manusia (HIV).
e.Penyakit hati kronik.
f.Penyakit ginjal kronik.
g.Defisiensi vitamin (terutama tiamin).
h . M a l n u t r i s i .
i.Abnormalitas genetik.
Gangguan jiwa mayor, seperti skizofrenia, gangguan bipolar, gangguan ansietas, dan depresi,
juga dapat mempengaruhi fungsi kognitif

4.Faktor Presipitasi
S e t i a p s e r a n g a n m a y o r p a d a o t a k c e n d e r u n g m e n g a k i b a t k a n g a n g g u a n fungsi kognitif.
Berikut ini merupakan faktor presipitasi (Stuart, 2006):
a . H i p o k s i a .
b.Gangguan metabolik, termasuk hipotiroidisme, hipertiroidisme, hipoglikemia,hipopituitarisme, dan penyakit
adrenal.
c.Toksisitas dan infeksi.

Universitas Sumatera Utara


LAMPIRAN I
d.Respon yang berlawanan terhadap pengobatan.
e.Perubahan struktur otak, seperti tumor atau trauma.
f.Kekurangan atau kelebihan sensori

5. Gambaran Klinis Aspek Kognitif

Menurut Kemenkes (2010), aspek kognitif meliputi:


a.Orientasi merupakan kemampuan untuk mengaitkan keadaan sekitar
d e n g a n pengalaman lampau. Orientasi terhadap waktu dan tempat dapat dianggap s e b a g a i u k u r a n
m e m o r i j a n g k a p e n d e k , y a i t u k e m a m p u a n p a s i e n m e m a n t a u perubahan sekitar yang kontinue.
Bila orientasi pasien terganggu, hal ini dapat merupakan petunjuk bahwa memori jangka pendeknya mungkin
terganggu.

b.Registrasi menggunakan perhatian untuk menduplikasi informasi, dan bagian d a r i k e m a m p u a n


m e n g i n g a t d e n g a n m e n g u l a n g k e m b a l i a p a y a n g t e l a h disebutkan.

c.Atensi merupakan kemampuan untuk memfokuskan (memusatkan)


p e r h a t i a n pada masalah yang dihadapi. Konsentrasi merupakan hal yang penting dalam belajar. Hal ini
memberikan kemampuan untuk memproses hal penting yang dipilih dan mengabaikan yang lainnya. Visuospasial
merupakan fungsi kognitif y a n g k o m p l e k s m e n g e n a i k e m a m p u a n t a t a r u a n g , t e r m a s u k
menggambar 2 maupun 3 dimensi. Pada gangguan visuospasial penderita mudah
t e r s e s a t d i lingkungannya.

d.Memori menghubungkan masa lalu dengan masa kini. Memori membuat


k i t a m a m p u m e n g i n t e r p r e t a s i d a n b e r e a k s i t e r h a d a p p e r s e p s i y a n g b a r u d e n g a n mengacu
kepada pengalaman lampau. Evaluasi yang akurat dan tepat dari fungsi memori merupakan salah satu bidang yang
paling penting dalam evaluasi fungsi k o g n i t i f . M e r e k a m u n g k i n l u p a t a n g g a l , l u p a r i n c i a n
p e k e r j a a n a t a u g a g a l mengingat janji di luar kegiatan rutin.

e.Bahasa merupakan fungsi kognitif dasar bagi komunikasi pada manusia.


B i l a terdapat gangguan pada bahasa, penilaian faktor kognitif yang lain agak sulit u n t u k
diperiksa. Kemampuan berkomunikasi dengan menggunakan bahasa merupakan hal
y a n g s a n g a t p e n t i n g . B i l a t e r d a p a t g a n g g u a n , h a l i n i a k a n mengakibatkan hambatan yang
berarti bagi seseorang

6. Penurunan Fungsi Fognitif Pada Pasien Stroke


S e c a r a u m u m a p a b i l a t e r j a d i g a n g g u a n p a d a o t a k , m a k a s e s e o r a n g a k a n mengalami
gejala yang berbeda, sesuai dengan yang terganggu yaitu (Stuart and Sundeen, 1995):
a.Gangguan pada lobus frontalis, akan ditemukan gejala-gejala
k e m a m p u a n memecahkan masalah berkurang, hilang rasa sosial dan moral, impilsif, regresi.

b.Gangguan pada lobus temporalis akan ditemukan gejala amnesia dan demensia.

c.Gangguan pada lobus parietalis dan oksipitalis akan ditemukan gejala


y a n g hampir sama, tapi secara umum akan terjadi disorientasi.

d.Gangguan pada sistim limbik akan menimb ulkan gejala yangbervariasi


s e p e r t i gangguan daya ingat, memori, dan disorientasi.
7.Prinsip Dasar Stimulasi/Rehabilitasi Kognitif
M e n u r u t K e m e n k e s ( 2 0 1 0 ) , p r i n s i p d a s a r s t i m u l a s i / r e h a b i l i t a s i k o g n i t i f adalah menilai
gangguan yang berkaitan dengan fungsi dan struktur otak tertentu dengan cara menganalisis proses
kognitif.
Adapun prinsip dasar stimulasi/rehabilitasi kognitif adalah sebagai berikut:

a.Stimulasi/rehabilitasi kognitif berkaitan erat dengan proses belajar


d e n g a n penekanan pada penguatan fungsi-fungsi yang hilang, kemampuan diri, dan kontrol diri.

Universitas Sumatera Utara


LAMPIRAN I
b.Stimulasi/rehabilitasi kognitif dilaksanakan dengan melakukan diagnostik medis d a n d i a g n o s t i k
n e u r o p s i k o l o g i s , u n t u k m e l i h a t g a n g g u a n y a n g t e r j a d i d a n penyebabnya meliputi perspektif
fisik, kognitif, emosi, dan sosial.

c.Sesi stimulasi/rehabilitasi kognitif selalu terstruktur dan terencana


d e n g a n membangun aktivitas dengan referensi dari kedua pengukuran (pengukuran
gangguan kognitif dan gangguan aktivitas sosial/sehari -hari) dengan data yang ada dan merespon
kebutuhan evaluasi objektif untuk menilai efektivitas terapi.

d.Rehabilitasi kognitif bersifat fleksibel dan memberikan pemahaman penderita


untuk lebih memahami kondisi saat ini sehingga dapat beradaptasi dengan
m e m u n c u l k a n k e m a m p u a n - k e m a m p u a n b a r u y a n g a d a p t i f
s e r t a memodifikasi/merubah pemikiran, perasaan dan emosi negatif.

e.Pendekatan stimulai/rehabilitasi sosial dilakukan dengan dukungan dari


t e r a p i s , klien, dan anggota keluarga yang menyembuhkan. Pendekatan dilakukan dengan m e l a l u i
p a r t i s i p a s i a k t i f d a n b e r o r i e n t a i p a d a t u j u a n y a n g t e r f o k u s u n t u k mengatasi
problem pasien agar dapat membangun kepercayaan diri

8. Hubungan Fungsi Kognitif Dengan Usia Pada Pasien Stroke

Stroke telah terbukti menjadi penyebab utama kecacatan kronik di semua lapisan masyarakat.
Penderita yang selamat dari stroke dapat mengalami kecacatan fungsi kognitif akibat kerusakan otak.
Pada dasarnya semua kelainan yang mengenai otak dapat menimbulkan gangguan fungsi kognitif

Terminologi fungsi kognitif biasa digunakan untuk me njelaskan berbagai k e m a m p u a n m e n t a l


dan intelektual termasuk memori, perhatian, penalaran, dan kondisi kesadaran secara
umum. Pada stroke tahap awal hampir 50% kerusakan menyebabkan perubahan
tingkat kesadaran. Ada yang tidak sadar untuk jangkawaktu panjan g (koma);
k e b i n g u n g a n , d i o r i e n t a s i a t a u t a m p a k aphatheic dan lethargeic untuk beberapa jam atau hari (Djohan,
2006).
M e n u r u t K e m e n k e s ( 2 0 1 0 ) , f a k t o r - f a k t o r y a n g b e r p e n g a r u h p a d a f u n g s i kognitif
penderita stroke adalah faktor usia dan tingkat pendidikannya . Usia lanjut merupakan salah satu
faktor risiko utama akan timbulnya berbagai penyakit yang berhubungan dengan proses penuaan. Sebagai
contoh adalah demensia merupakan penyakit yang sering ditemukan pada usia lanjut. Pada awal penyakit demensia
dapat ditemukan gejala mudah lupa yang menyebabkan penderita tidak mampu menyebut k a t a y a n g b e n a r ,
b e r l a n j u t d e n g a n k e s u l i t a n m e n g e n a l b e n d a d a n a k h i r n y a t i d a k mampu menggunakan
barang-barang sekalipun yang termudah. Gejala gangguan kognitif ini dapat diikuti gangguan perilaku
seperti waham (curiga, sampai menuduh ada yang mencuri barang), halusinasi pendengaran atau penglihatan, agitasi
(gelisah,mengacau), depresi, gangguan tidur, nafsu makan dan berkelana. Gejalanya antara lain,
disorientasi, gangguan bahasa (afasi a), penderita mudah bingung, penurunan fungsi memori lebih
berat sehingga penderita tidak dapat melakukan kegiatan sampai selesai, tidak mengenal anggota
keluarganya dan tidak dapat mengingat tindakan yang sudah dilakukan sehingga dapat mengulanginya lagi.
Selain itu penderita dapat m e n g a l a m i g a n g g u a n v i s u o s p a s i a l , m e n y e b a b k a n p e n d e r i t a m u d a h
t e r s e s a t d i lingkungannya.
Issue mengenai penurunan kognitif selama tahun-tahun masa dewasa
merupakan suatu hal yang propokatif (Santrock, 2004).
David Wechsler (2000) yang m e n g e m b a n g k a n s k a l a i n t e l i g e n s i m e n y i m p u l k a n b a h w a m a s a
d e w a s a d i c i r i k a n dengan penurunan kognitif karena adanya proses penuaan yang dialami setiap orang pada
hal ini stroke. Dari banyak penelitian diterima secara luas bahwa kecepatan memproses informasi, mengingat
dan memecahkan masalah, mengalami penurunan pada masa dewasa akhir. Penelitian lain membuktikan
bahwa penderita stroke pada dewasa lanjut kurang mampu mengeluarkan kembali informasi yang telah disimpan
dalam ingatannya. Ini berarti fungsi kognitif pada pasien stroke sangat
e r a t hubungannya dengan faktor usia. Semakin bertambahnya usia, fungsi kognitif pada pasien stroke semakin
menurun.

Universitas Sumatera Utara


LAMPIRAN I
9.Hubungan Fungsi Kognitif Dengan Tingkat Pendidikan Pada Pasien Stroke

Selain umur, tingkat pendidikan juga diketahui sebagai salah satu faktor yang m e m p e n g a r u h i d a l a h h a s i l
p e m e r i k s a a n f u n g s i k o g n i t i f . P e n d i d i k a n m e r u p a k a n komponen penting yang berpengaruh
terhadap fungsi kognitif individu berusia lanjut. Fasilitas pendidikan semakin tahun memang semakin meningkat,
sehingga generasi sekarang memiliki kesempatan untuk mendapatkan pendidikan yang lebih baik dari g e n e r a s i
s e b e l u m n y a . H a l i n i t e n t u s a n g a t b e r d a m p a k p a d a u j i t e s M M S E ( Mini Mental State
Examination) untuk penderita stroke yang berusia lanjut. Kemampuan intelektual seseorang
berkorelasi positif dengan hasil skor pada test fungsi kognitif yaitu tes MMSE

10.Hubungan Fungsi Kognitif Dengan Waktu Terjadinya Stroke

Gangguan fungsi kognitif juga dipengaruhi dari lama stroke itu terjadi yaitu pada fase akut dan sub
akut.

a.Gangguan fungsi kognitif pada stroke akut


Kerusakan pada lokasi otak tertentu menyebabkan gangguan kognisi yang sesuai. Stroke pada
hemisfer dominan menyebabkan gangguan berbahasa (afasia) dan apraksia. Pada hemisfer non
dominan gangguan kognitif dapat berupa neglect(pengabaian) pada salah satu sisi obyek atau
ruang. Gangguan kognisi tidak hanya t e r j a d i p a d a k e r u s a k a n d i k o r t i k a l , n a m u n
d a p a t j u g a p a d a s u b k o r t e k s k a r e n a mengenai sirkuit -sirkuit yang ikut men gatur fungsi
kognitif antar bagian -bagian diotak. Gangguan kognisi juga dapat sekunder akibat gangguan
sensorik, visual dan motorik.

b.Gangguan fungsi kognitif pada stroke subakut


Kebanyakan gangguan kognitif pasca stroke membaik setelah periode subakut( s a m p a i 3 b u l a n s e t e l a h
stroke) atau lebih awal.
Pada fase subakut, proporsi gangguan kognitif berkisar antara 50-90%,
t e r g a n t u n g p o p u l a s i d a n m e t o d e penelitian yang dipakai. Pada fase ini menentukan perkembangan
fungsi kognitif adalah perbaikan sirkulasi serebral karena rekanalisasi spontan, neuroplastisitas, dan
adanya penyulit yang menyertai. Kebanyakan daerah penumbra mengalami
reperfusi dalam waktu 3 bulan stroke. Setelah 3 bulan ukuran kerusakan dan deficit kognitif
cenderung stabil. Rehabilitasi juga ikut menentukan perbaikan kognitif pada fase ini.

Universitas Sumatera Utara


LAMPIRAN I
MINI-MENTAL STATE EXAM (MMSE)

(modifikasi FOLSTEIN)

Nama Pasien:………………..( Lk / Pr ) Umur:………………Pendidikan……...........……Pekerjaan:........…………

Riwayat Penyakit: Stroke( ) DM( ) Hipertensi( ) Peny.Jantung( ) Peny. Lain…................…………………..

Pemeriksa:…………………………….. Tgl ………………

Tes
Nilai
maks.
Nilai
Item

ORIENTASI

1 Sekarang (tahun), (musim), (bulan), (tanggal), hari apa? 5 ---

2 Kita berada dimana? (negara), (propinsi), (kota), (rumah sakit), (lantai/kamar) 5 ---

REGISTRASI

3 Sebutkan 3 buah nama benda ( jeruk, uang, mawar), tiap benda 1 detik, pasien disuruh 3 ---
mengulangi ketiga nama benda tadi. Nilai 1 untuk tiap nama benda yang benar. Ulangi sampai
pasien dapat menyebutkan dengan benar dan catat jumlah pengulangan

ATENSI DAN KALKULASI

4 Kurangi 100 dengan 7. Nilai 1 untuk tiap jawaban yang benar. Hentikan setelah 5 jawaban. 5 ---
Atau disuruh mengeja terbalik kata “ WAHYU” (nilai diberi pada huruf yang benar sebelum
kesalahan; misalnya uyahw=2 nilai)

MENGINGAT KEMBALI (RECALL)

5 Pasien disuruh menyebut kembali 3 nama benda di atas 3 ---

BAHASA

6 Pasien diminta menyebutkan nama benda yang ditunjukkan ( pensil, arloji) 2 ---

7 Pasien diminta mengulang rangkaian kata :” tanpa kalau dan atau tetapi ” 1 ---

8 Pasien diminta melakukan perintah: “ Ambil kertas ini dengan tangan kanan, lipatlah menjadi 3 ---
dua dan letakkan di lantai”.

9 Pasien diminta membaca dan melakukan perintah “Angkatlah tangan kiri anda” 1 ---

10 Pasien diminta menulis sebuah kalimat (spontan) 1 ---

11 Pasien diminta meniru gambar di bawah ini 1 ---

Skor Total 30 ---

Universitas Sumatera Utara


Pedoman Skor kognitif global (secara umum):

Nilai: 24 -30: normal

Nilai: 17-23 : probable gangguan kognitif

Nilai: 0-16:definite gangguan kognitif

Catatan: dalam membuat penilaian fungsi kognitif harus diperhatikan tingkat pendidikan dan usia responden

Alat bantu periksa:

Siapkan kertas kosong, pinsil, arloji, tulisan yang harus dibaca dan gambar yang harus ditiru / disalin.

Contoh:

Angkatlah tangan kiri Anda


Dikutip dari: Kolegium Psikiatri Indonesia. Program pendidikan dokter spesialis psikiatri. Modul psikiatri geriatri. Jakarta
(Indonesia): Kolegium Psikiatri Indonesia; 2008.

Universitas Sumatera Utara


Universitas Sumatera Utara

Anda mungkin juga menyukai