Anda di halaman 1dari 22
Soca MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA, KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK KESEHATAN Menimbang Mengingat NOMOR 120/MENKES/SK/Il/2008 TENTANG STANDAR PELAYANAN MEDIK HIPERBARIK MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA, a. _bahwa dalam rangka meningkatkan pelayanan kesehatan yang aman, bermanfaat dan dapat dipertanggungjawabkan, perlu dimanfaatkan berbagai upaya pelayanan kesehatan, termasuk pelayanan medik hiperbarik sebagai bagian dari pelayanan pengobatan komplementer-alternatif; b. bahwa_praktik pelayanan medik hiperbarik telah berkembang dengan pesat_ dan —bermanfaat_—serfa’~— dapat dipertanggungjawabkan keamanannya; c. bahwa pemanfaatan pelayanan medik hiperbarik oleh masyarakat harus sesuai dengan standar pelayanan medik hiperbarik ; d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud huruf a, b dan c, perlu menetapkan standar pelayanan medik hiperbarik dengan Keputusan Menteri Kesehatan; 1, Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1992 Nomor 100, ‘Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3495); 2, Undang-undang Nomor 29 Tahun 2004 Tentang Praktik Kedokteran (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 116, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4431); 4, Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1215/Menkes/SK/XI/2001 tentang Pedoman Kesehatan Matra; 5. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 1575/Menkes/Per/Xl/2005 tentang Organisasi dan Tata Kerja Departemen Kesehatan sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 1295/Menkes/Per/XII/2007; 6. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 512/Menkes/Per/IV/2007 tentang Izin Praktik dan Pelaksanaan Praktik Kedokteran; 7. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 1109/Menkes/Per/IX/2007 tentang Penyelenggaraan Pengobatan Komplementer-Altematif di Fasilitas Pelayanan Kesehatan; Menetapkan Kesatu Kedua Ketiga Keempat Kelima MENTER! KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA MEMUTUSKAN : KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN TENTANG STANDAR PELAYANAN MEDIK HIPERBARIK. Standar pelayanan medik hiperbarik sebagaimana dimaksud Diktum Kesatu sebagaimana tercantum dalam Lampiran Keputusan ini Standar pelayanan medik hiperbarik sebagaimana dimaksud Diktum Kedua agar digunakan sebagai acuan bagi tenaga kesehatan dan sarana pelayanan kesehatan dalam memberikan pelayanan medik hiperbarik, Menteri, Kepala Dinas Kesehatan Propinsi, dan Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota melakukan pembinaan dan pengawasan pelaksanaan Keputusan ini dengan mengikutsertakan organisasi profesi terkait sesuai tugas dan fungsi masing-masing Keputusan ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan, Ditetapkan di Jakarta pada tanggal 6 Februari 2008 ITERI KESEHATAN, Dr. dé. SITI FADILAH SUPARI, Sp.JP (K) MENTER! KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA, Lampiran Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor : 120/Menkes/SK/II/2008 Tanggal : 6 Februari 2008 STANDAR PELAYANAN MEDIK HIPERBARIK |. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kebutuhan masyarakat akan pelayanan kesehatan yang bermutu dan terjangkau sudah tidak dapat ditunda lagi dan masyarakat Indonesia yang dinamis dan semakin kritis menuntut pelayanan profesional yang mutakhir dan manusiawi. Tugas Departemen Kesehatan adalah untuk mewujudkannya seoptimal mungkin, hingga masyarakat semakin percaya akan pelayanan tersebut dan kepercayaan masyarakat ini menjadi andalan untuk memperoleh peluang pasar dalam persaingan global. Departemen Kesehatan memiliki kebijakan pelayanan Kesehatan yang berlandaskan pada visi masyarakat yang mandiri untuk hidup sehat dan memiliki misi untuk membuat rakyat sehat. Dengan nilai-niai inti keberpihakan kepada rakyat, dengan pelaksanaan kebijakan yang cepat dan tepat serta dilaksanakan secara transparan dan akuntabel oleh pelaksana yang memiliki integritas dan mampu bekerjasama secara tim yang baik Sejalan dengan hal tersebut, salah satu strategi Departemen Kesehatan dalam melaksanakan kebijakan pelayanan kesehatan adalah dengan menggerakkan dan memberdayakan masyarakat untuk hidup sehat serta meningkatkan akses masyarakat terhadap pelayanan kesehatan yang berkualitas Pengobatan oksigenasi hiperbarik sudah sejak abad ke-16 digunakan sebagai salah satu metode untuk menyembuhkan penyakit dan pengobatan. Tepatnya Gi Inggris tahun 1662 oleh Henshaw, Ruang Udara Bertekanan Tinggi / RUBT (Hyperbaric Chamber) digunakan untuk mengobati beberapa penyakit kulit dan tickets. Dan di Perancis tahun 1834 dr Junot menyatakan adanya Penyembuhan bermakna pada pasien dengan penyakit kardiopulmoner yang diobati dengan hiperbarik. Sedangkan pada awal tahun 1900 di Inggris dr. vohn Haldane, berhasil menemukan tabel rekompresi dan penyelaman, sampai_sekarang tabel rekompresi ini masin dipakai dalam pelayanan Pengobatan, Pengobatan hiperbarik semakin berkembang pesat. Pada tahun 1956, dr. | Boereina dari Belanda, melaporkan keberhasilan suatu tindakan pembedahan jantung paru yang dilakukan dalam Ruang Udara Bertekanan Tingg (RUBT), dlkuti laporan dr. W. Brummelkamp (1961) bahwa terapi oksigen hiperbarik dapat digunakan sebagai cara lain terapi gangren dengan menghambat infeksi Se MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA anaerob pada kaki pasiennya. Sejak saat ity pengobatan hiperbarik ini tersebar luas dan telah digunakan di berbagai negara Indonesia juga telah sejak lama ikut berperan dalam penggunaan pengobatan hiperbarik. Tepatnya tahun 1960, pengobatan hiperbarik mulai digunakan oleh TNI AL yang selanjutnya dikembangkan di Tanjung Pinang, Jakarta, Ambon dan Lakesla Surabaya, yang digunakan untuk menangani kasus-kasus cedera penyelaman seperti keracunan gas-gas pernapasan dan penyakit dekompresi Selanjutnya penggunaan pengobatan hiperbarik berkembang untuk kepentingan pariwisata / wisata bahari dan kepentingan offshore drilling. Di samping sebagai pengobatan utama untuk penyakit-penyakit akibat penyelaman, saat ini hiperbarik juga telah digunakan di Indonesia sebagai Pengobatan tambahan dan pengobatan pilihan lain dalam terapi untuk membantu penyembuhan berbagai penyakit klinis, seperti penyembuhan Iuka infeksi, luka bakar, membantu penyembuhan komplikasi diabetes mellitus, serta untuk kesehatan dan kebugaran, terutama untuk pasien lanjut usia Dalam perkembangannya di Indonesia, saat ini telah terdapat organisasi profesi berupa perhimpunan dokter spesialis dan perhimpunan seminat dalam bidang hiperbarik, yaitu Perhimpunan Kedokteran Kelautan (PERDOKLA) dan Perhimpunan Kesehatan Hiperbarik Indonesia (PKHI). Organisasi di atas bekerja sama secara erat dengan Rumah Sakit Angkatan Laut dan Lembaga Kesehatan Angkatan Laut untuk melaksanakan pelayanan, pendidikan dan penelitian, .pembinaan, serta pengembangan_hiperbarik sebagai pengobatan utama dan pengobatan tambahan dalam penyelenggaraan pelayanan medik di sarana pelayanan kesehatan di Indonesia. Dalam upaya meningkatkan akses masyarakat terhadap pelayanan Kesehatan yang berkualitas dan sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan kedokteran, Departemen Kesehatan mendukung penggunaan_hiperbarik sebagai salah satu jenis pengobatan dalam penyelenggaraan pelayanan medik di sarana pelayanan kesehatan Untuk mendukung penggunaan hiperbarik sebagai bagian dari pelayanan medik yang aman, bermanfaat, dan terjangkau, maka diperlukan adanya suatu standar yang dapat dijadikan acuan dalam pelayanan medik hiperbarik. Adanya standar pelayanan medik hiperbarik ini diharapkan dapat meningkatkan kualitas dan keamanan pelayanan, serta melindungi masyarakat penerima pelayanan dan pelaksana pelayanan dari segi hukum B. Tujuan 4. Tujuan Umum Tersusunnya standar pelayanan medik hiperbark dalam rangka terselenggaranya pelayanan medik hiperbarik yang bermutu, aman, dan terjangkau di sarana pelayanan kesehatan. MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA, 2. Tujuan Khusus a. Terselenggaranya pelayanan medik hiperbarik yang berkualitas sebagai pengobatan utama maupun pengobatan tambahan di sarana pelayanan kesehatan b. Tersedianya standar pelayanan medik hiperbarik yang dapat menjadi acuan bagi pelaksana pelayanan hiperbarik ©. Tersedianya perlindungan kepada masyarakat dan pelaksana petayanan medik hiperbarik RUANG LINGKUP. A. Pelayanan medik hiperbarik adalah pengobatan oksigenasi hiperbarik yang dilaksanakan di sarana pelayanan kesehatan dengan menggunakan Ruang Udara Bertekanan Tinggi (RUBT) dan pemberian perapasan oksigen muri (0z=100%) pada tekanan lebih dari satu atmosfer dalam jangka waktu tertentu B. Sarana pelayanan kesehatan untuk pelayanan medik hiperbarik adalah 1, Rumah Sakit Klas A, B, C, D, serta Puskesmas yang memiliki ketentuan sebagai berikut: a. Sarana pelayanan kesehatan yang terletak di tepi pantai yang menjadi lintasan dan atau tempat persinggahan kegiatan kelautan serta kegiatan penyelaman b. Sarana pelayanan Kesehatan yang terletak di daerah wisata penyelaman dan resor penyelaman (dive resort) ¢. Sarana pelayanan kesehatan yang merupakan jejaring pelayanan medik hiperbarik, baik yang terdaftar untuk menunjang kegiatan kelautan maupun yang memiliki Kerja Sama Operasional (KSO) dengan pusat rujukan pelayanan medik hiperbarik di wilayah tersebut 2. Kapal Rumah Sakit Hiperbarik Multifungsi, yaitu kapal yang dilengkapi RUBT ruang ganda, RUBT ruang tunggal untuk pemakaian tipe rumah sakit, serta RUBT pengangkut tipe L. C. Penggunaan pengobatan hiperbarik terbagi sebagai berikut: 1, Sebagai pengobatan utama, yaitu untuk penyakit-penyakit akibat penyelaman dan kegiatan kelautan a). Penyakit Dekompresi b). Emboli Udara ©). Luka bakar 4d). Crush injury e). Keracunan gas karbon monoksida (CO) 2. Sebagai pengobatan tambahan, yaitu untuk : a). Gas gangren b). Komplikasi diabetes mellitus (gangren diabeticum) c). Eritema nodosum d): Osteomyelitis e). Buerger’s disease Se ee e MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA, f). Morbus Hansen Q). Psoriasis vulgaris h), Edema serebral i). kleroderma }). Lupus erimatosus (SLE) k), Rheumatoid artritis 3. Sebagai pengobatan pilihan lain, yaitu untuk : a). Pelayanan kesehatan dan kebugaran b). Pelayanan kesehatan olahraga ¢). Pasien lanjut usia (geriatri) 4). Dermatologi dan kecantikan 4, Sebagai penunjang diagnostik, yaitu untuk pasien rawat inap dengan : a). Penyakit dekompresi berat dengan kelumpuhan (parese & plegi) b). Penyakit dekompresi berat dengan pneumonia ©). Penyakit dekompresi berat dengan disertai penyakit jantung 4d). Penyakit dekompresi berat dengan incontinentia urine dan hematuria Untuk kasus-kasus di atas dilaksanakan rawat bersama antara pelayanan medik hiperbarik dengan SMF RS yang terkait |. PENYELENGGARAAN PELAYANAN MEDIK HIPERBARIK A. STANDAR SARANA PELAYANAN MEDIK HIPERBARIK 4, PERALATAN DAN SARANA Agar dapat menyelenggarakan pelayanan medik hiperbarik yang prima, sarana pelayanan medik hiperbarik harus memiliki sarana, prasarana, dan peralatan yang aman, akurat, dan handal, serta memenuhi persyaratan desain di samping memiliki prosedur tetap penggunaan peralatan dengan memperhatikan keamanan dan melakukan kendali mutu: a, PERALATAN Agar pelayanan hiperbarik dapat terselenggara dengan baik, maka diperlukan peralatan-peralatan utama dan tambahan yang memadai dan memenuhi syarat di setiap ruangan sesuai dengan fungsinya 4) Ruang Udara Bertekanan Tinggi / RUBT (Hyperbaric Chamber) Ruang Udara Bertekanan Tinggi merupakan fasilitas utama yang dibutuhkan dalam pelayanan medik hiperbarik. Yang terpenting dalam mekanisme RUBT adalah adanya tekanan, maka oksigen di dalamnya memberikan tekanan yang lebih tinggi dari permukaan air laut. Ukuran, bentuk, dan kapasitas tekan dari RUBT sangat bervariasi. 6 Se MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDOWES!* Pembagian tipe RUBT adalah sebagai berikut : a). b). d). ). RUBT Ruang Tunggal (!Monoplace) Merupakan tipe RUBT yang sering digunakan. Pasien dapat dipindahkan ke dalam RUBT dengan oksigen yang dilsi sesuai tekanan, yaitu tidak lebih dari 3 ATA. Digunakan untuk penanganan pasien individu, kasus infeksi, dan perawatan intensif. Kelebihannya adalah mudah dioperasikan, mudah untuk ditempatkan, tidak membutuhkan masker muka, mudah untuk mengobservasi pasien, serta hanya membutuhkan sedikit tenaga operator RUBT Ruang Ganda (Multiplace atau "walk-in chamber") Digunakan untuk pengobatan bersama beberapa pasien, dimana pasien bernafas melalui masker yang menutup mulut dan hidung Tekanan yang digunakan dapat sampai 6 ATA (untuk indikasi emboli udara dan penyakit dekompresi) . RUBT Pengangkut (Mobile / portable) RUBT yang dapat dipindahkan dan bergerak kemana saja dibutuhkan, dapat langsung berfungsi di lokasi, bahkan di tempat parkir Rumah Sakit. Tipe ini sangat ideal untuk mendukung operasional militer, dan dapat difungsikan sebagai Rumah Sakit di medan tempur, serta dapat digunakan untuk mendukung penelitian dan terapi RUBT untuk testing dan latihan penyelam Digunakan untuk —melakukan uji coba terhadap penyelam, dimana ruangan tersebut disimulasikan sesuai dengan kedalaman penyelaman ‘Small hyperbaric chamber Digunaken untuk neonatus dan hewan percobaan 2). Pemilihan Tipe RUBT TIPETEKANAN | TIPE INDIKASI ‘Sampai 1,5 ATA | RUBT Ruang | - Iskemi serebral | Tunggal dan RUBT | - Iskemi kardiak | Ruang Ganda ~ Iskemi peripheral vaskuler -Pengobatan tambahan untuk kebugaran, kedokteran_olahraga, skin flaps, dan trauma akustik ‘Sampai 2,5 ATA Non portable dan |- Gas gangren portable - Luka bakar = Crush injury pada ujung lengan! kaki f MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA Sampai3ATA —~—~*«(| Non portable dan|Penanganan darurat__—_ pad portable penyakit dekompresi Sampai 6 ATA RUBT Ruang Ganda | - Emboli udara | - Dekompresi 3), Peralatan Tambahan untuk Ruang Udara Bertekanan Tinggi a). Masker oksigen b). Respirator dan ventilator ). Peralatan untuk terapi, yaitu (1). Peralatan resusitasi jantung dan paru (RJP) (2). Tabung endotrakeal (3). Alat penghisap (suction) (4). Peralatan infus d). Peralatan diagnostik (1). Alat diagnostik kedokteran (2). Alat monitor transkutan oksigen (3). EKG. (4). EEG (6). Alat ukur gas darah (6). Alat monitor tekanan intra kranial e). Alat neurologi, yaitu optalmoskop dan dynamometer untuk mengukur spastisitas f). Alat latihan, yaitu treadmill g). Alat terapi, yaitu traksi servikal untuk luka cervical spine 4). Persyaratan umum peralatan utama dan peralatan tambahan dalam pelayanan medik hiperbarik tersebut di atas adalah harus terdaftar di Departemen Kesehatan c.g. Direktorat Jenderal Bina Pelayanan Kefarmasian dan Alat Kesehatan, serta memenuhi syarat sterilisasi, keamanan, pemeliharaan dan kalibrasi b, SARANA Sarana pelayanan medik hiperbarik adalah sarana pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan medik hiperbarik, baik milk Pemerintahan maupun milik swasta, sebagaimana diatur dalam Keputusan ini, Sarana pelayanan hiperbarik tersebut adalah : 1). Rumah sakit pusat rujukan pelayanan hiperbarik 2), Rumah sakit Klas A, B, C, dan D 3). Puskesmas 4). Kapal rumah sakit multifungsi 5). Sarana pelayanan lain yang terdaftar untuk menunjang kegiatan kelautan di suatu wilayah 6). Sarana_pelayanan kesehatan jejaring yang memillki Kerja Sama Operasional (KSO) dengan Rumah Sakit pusat rujukan pelayanan hiperbarik MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA Sarana pelayanan medik hiperbarik harus memenuhi ketentuan ruangan sebagai berikut : 1). Ruangan pelayanan medik hiperbarik di Puskesmas a). Ruang pemeriksaan dan konsultasi pasien b). Ruang tindakan rekompresi dalam air memakai O2 dengan alat selam SSBA (Surfaced Supplied Breathing Apparatus) 2), Ruangan pelayanan medik hiperbarik di Rumah Sakit Klas D dan C. a). Ruang pemeriksaan dan konsultasi pasien ). Ruang tindakan : instalasi RUBT ruang tunggal 3). Ruangan pelayanan medik hiperbarik di Rumah Sakit Klas B dan Klas A a). Ruang pemeriksaan dan konsultasi pasien b). Ruang tindakan : ~ Instalasi RUBT ruang ganda (1 unit) ), Ruang pertemuan / ruang kuliah 4). Ruang perawatan / ruang rawat inap e), Ruang administrasi 4). Ruangan pelayanan medik hiperbarik di kapal Rumah Sakit multifungsi a). Ruang pemeriksaan dan konsultasi pasien b). Ruang tindakan terdiri dari: ). Instalasi RUBT ruang ganda minimal 2 unit d). Instalasi RUBT pengangkut tipe L e). Ruang perawatan / rang rawat inap f). Ruang administrasi 5). Ruangan hiperbarik di Rumah Sakit pusat rujukan pelayanan hiperbarik a). Ruang pemeriksaan b). Ruang konsultasi o). Ruang tindakan (1).Instalasi RUBT ruang ganda, minimal 2 unit (2). Instalasi RUBT ruang tunggal, minimal 2 unit (3). Instalasi RUBT ruang ganda wet pot (4). Instalasi RUBT pengangkut tipe L d), Ruang perteruan / ruang kuliah e). Ruang perawatan / ruang rawat inap f). Ruang administrasi Soe MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA c. PERALATAN PELAYANAN MEDIK HIPERBARIK SESUAI TINGKATAN SARANA PELAYANAN 1). Sarana pelayanan medik hiperbarik di Puskesmas Minimal harus tersedia peralatan sebagai berikut : a). Peralatan diagnostik (1). Senter lampu pemeriksaan (2). Alat pemeriksaan nadi (3). Alat diagnostik kedokteran b). Peralatan pengobatan (1), Tabung oksigen (untuk pertolongan pertama pada keadaan darurat) (2). Obat-obatan untuk kasus penyelaman (3). Peralatan selam SSBA (Surfaced Supplied Breathing Apparatus) untuk pengobatan hiperbarik pada kasus penyelaman dan kelautan 2). Sarana pelayanan medik hiperbarik di Rumah Sakit Klas D dan C Minimal harus tersedia peralatan sebagai berikut : a). Peralatan diagnostik (1). Senter lampu pemeriksaan (2). Alat pemeriksaan nadi (3). Alat diagnostik kedokteran (4). Otoskop dan peralatan myringotomi b). Peralatan pengobatan 1 (satu) unit RUBT ruang tunggal, lengkap dengan aksesori 3). Sarana pelayanan medik hiperbarik di Rumah Sakit Klas B dan A Minimal harus tersedia peralatan sebagai berikut a). Peralatan diagnostik (1). Senter lampu pemeriksaan (2). Alat pemeriksaan nadi (3). Alat diagnostik kedokteran (4), Otoskop dan peralatan timpanoplasti b). Peralatan pengobatan Peralatan terapi hiperbarik 4 (satu) RUBT ruang ganda, kapasitas 4-6 orang (ML) +2 orang (EL), tipe untuk pemakaian di rumah sakit, tekanan kerja 6 ATA, pintu ML tipe walk in, pintu EL bisa di locked dengan RUBT pengangkut tipe L. lengkap dengan aksesori ©). Peralatan pendukung (1). Kompresor (High Pressure) 1 unit (2). Kompressor (Low Pressure) 4 unit (3). Sistem pasokan oksigen cair 1 unit 10 (4). (5). (6). (7). (8). (9). MENTERI KESEHATAN, REPUBLIK INDONESIA Sistem pasokan oksigen kering Buffer tank udara tekanan 20 ATM. Tanki/botol udara tekanan 200 ATM. BIBS (Built In Breathing Apparatus) CO2 (scrubber) Air conditioning chiller (10), Depth meter (dengan satuan FSW) (11), Pressure gauge oksigen (12), Pressure gauge udara (13), Flow meter oksigen (14), Flow meter udara (15), Pengukur kadar gas 02, CO2 (16), Pengukur kelembaban udara (17), Alat komunikasi + hiburan (audio) (18). Closed circuit TV + monitor (19). Alat pemadam kebakaran dalam RUBT (20). Alat pemadam kebakaran diluar RUBT. d), Peralatan Medis Pendukung 1 unit 1 unit 1 unit 16 unit 1 unit 1 unit 2 unit 2 unit 2 unit 2 set 2 set 4 unit 1 unit 1 unit 1 set 1 unit 2 unit (1). Alat pendukung kehidupan dalam RUBT (harus ada glucotest dan glukosa 40% (2). Alat pengukur kadar 02 jaringan (Tcpo2) (3). Buble detector 4 unit 1 unit (4). Timpanometer untuk mengevaluasi keadaan membran timpani (untuk memonitor keamanan pasien) 4). Sarana pelayanan medik hiperbarik di kapal Rumah Sakit multfungsi Minimal harus tersedia peralatan sebagai berikut : a). Peralatan diagnostik (1). Senter lampu pemeriksaan (2). Alat pemeriksaan nadi (3). Alat diagnostik kedokteran b). Peralatan pengobatan Peralatan terapi hiperbarik 2 (dua) unit RUBT ruang ganda, kapasitas 4-6 orang (ML) +2 orang (EL), tipe untuk pemakaian di rumah sakit, tekanan kerja 6 ATA, pintu ML tipe walk in, pintu EL bisa di locked dengan RUBT pengangkut tipe L, lengkap dengan aksesori ©). Peralatan pendukung (1). Kompresor (High Pressure) (2). Kompressor (Low Pressure) (3). Sistem pasokan oksigen cair (4). (5). (6). (7). (8). (9). Sistem pasokan oksigen kering Buffer tank udara tekanan 20 ATM Tanki/botol udara tekanan 200 ATM BIBS (Built In Breathing Apparatus) C02 (scrubber) Air conditioning chiller 1 unit 1 unit 1 unit 1 unit 1 unit 1 unit 16 unit 1 unit 4 unit i " Semi MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA (10). Depth meter (dengan satuan FSW) 2 unit (11). Pressure gauge oksigen 2 unit (12). Pressure gauge udara 2unit (13). Flow meter oksigen 2set (14). Flow meter udara 2set (15). Pengukur kadar gas 02, CO2 4 unit (16). Pengukur kelembaban udara 1 unit (17). Alat komunikasi + hiburan (audio) 1 unit (18). Closed circuit TV + monitor 1 set (19). Alat pemadam kebakaran dalam RUBT 1 unit (20). Alat pemadam kebakaran diluar RUBT 2 unit d). Peralatan Medis Pendukung (1).Alat pendukung kehidupan dalam RUBT (2).Alat pengukur kada 2 jaringan (Tcpo2) 1 unit (3).Buble detector 4 unit 5). Sarana pelayanan medik hiperbarik di Rumah Sakit pusat rujukan pelayanan hiperbarik Minimal harus tersedia peralatan sebagai berikut : a). Peralatan diagnostik (1),Senter lampu pemeriksaan (2).Alat pemeriksaan nadi (3).Alat diagnostik kedokteran (4).Otoskop dan peralatan timpanoplasti b). Peralatan pengobatan - Peralatan terapi hiperbarik (1). (satu) unit RUBT ruang ganda (untuk pelayanan Terapi Oksigenasi Hiperbarik / TOMB), kapasitas 4-6 orang (ML) dan +2 orang (EL), tipe untuk pemakaian di rumah sakit, tekanan kerja 6 ATA, pintu ML dan EL tipe walk in, lengkap dengan aksesori (2).RUBT ruang ganda (untuk penelitian dan pelayanan TOHB) Kapasitas 4-6 orang (ML) dan +2 orang (EL), tipe untuk pemakaian di rumah sakit, tekanan kerja 6 ATA, pintu ML tipe walk in dan EL pintu EL bisa di locked dengan RUBT pengangkut tipe L, dengan alat resusitasi dan alat monitoring (EKG, EEG) di dalam RUBT (3).RUBT tuang tunggal tipe ruang sakit, tekanan kerja 6 ATA, lengkap dengan aksesori , minimal 2 (dua) unit (4).1 (satu Junit RUBT pengangkut tipe L, lengkap dengan aksesori serta mobil ambulans pengangkut (5).RUBT ruang ganda wet pot, kapasitas 6 orang, tekanan kerja 60 ATM (6).Dive tank : diameter 4-5 m, kedalaman air minimal 10 m (7).RUBT twang tunggal (untuk percobaan pada binatang)\, tekanan kerja 10 ATM MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA, ©). Peralatan pendukung (1). Kompresor (High Pressure) 4 unit (2). Kompressor (Low Pressure) 1 unit (3). Sistem pasokan oksigen cair 1 unit (4). Sistem pasokan oksigen kering 4 unit (8). Buffer tank udara tekanan 20 ATM 1 unit (6). Tankifbotol udara tekanan 200 ATM 4 unit (7). BIBS (Built In Breathing Apparatus) 16 unit (8). CO2 (scrubber) 4 unit (3). Air conditioning chiller 4 unit (10). Depth meter (dengan satuan FSW) 2 unit (11), Pressure gauge oksigen 2 unit (12), Pressure gauge udara 2 unit (13). Flow meter oksigen 2set (14), Flow meter udara 2set (18), Pengukur kadar gas 02, CO2 4 unit (16). Pengukur kelembaban udara 4 unit (17), Alat komunikasi + hiburan (audio) 1 unit (18). Closed circuit TV + monitor 1 set (19). Alat pemadam kebakaran dalam RUBT 4 unit (20). Alat pemadam kebakaran diluar RUBT 2 unit d. Peralatan Medis Pendukung (1) RUBT kapasitas 4-6 serta wet-pot (untuk penelitian dan terapi klinis penderita dengan keadaan umum buruk), perlu (a) Alat Alat pendukung kehidupan: infusion pump, injection pump, alat resusitasi. (b) diagnostik monitoring: ECG, EEG masing-masing 1 unit (2) RUBT 10-12 orang serta RUBT lainnya : (a) Alat pengukur kadar 02 jaringan (To PO2) 1 unit (b) Bubble detector 4 unit 2. SUMBER DAYA MANUSIA (SDM) a. KOMPETENSI SDM PELAYANAN MEDIK HIPERBARIK ‘Sumber Daya Manusia dalam pelayanan medik hiperbarik terdiri dari: 4). Dokter spesialis kelautan 2). Dokter spesialis dengan pendidikan hiperbarik 3). Dokter umum dengan pendidikan hiperbarik 4), Perawat dengan pendidikan hiperbarik 5). Teknisi medik dengan pendidikan hiperbarik 6). Penyelam (diver) medik 3 ENTER! KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA Kompetensi untuk masing-masing SDM tercantum dalam tabel berikut ini BENTUK NO. TINGKAT PENDIDIKAN PENDIDIKAN PERSYARATAN SDM 1) | Spesialisasi kedokteran Pendidikan Dokter umum dan dokter kelautan spesialisasi 7 spesialis semester 2) [$2 Hiperkes — Medis | Pendidikan formal | Dokter umum dan dokter minatan Hiperbarik | terstruktur 4 spesialis (penyelaman) semester 3) [S-2 Hiperbarik (imu | Pendidikan formal | Dokter umum dan §-1 lain dasar) terstruktur 4 semester 4) | Dokter dengan pendidikan | Pendidikan dan _| Dokter lulus pendidikan penyelaman dan Pelatinan 40 jam | hiperbarik 12 minggu + pendidikan hiperbarik pelajaran (dengan | minimum 4 tahun kerja di lanjutan sertifikat) RS dengan pelayanan | @ bulan) medik hiperbarik 5) | Perawat dengan Pendidikan dan Perawat lulus pendidikan pendidikan penyelaman | pelatihan 40 jam_| hiperbarik 12 minggu + dan hiperbarik lanjutan (6 | pelajaran minimum 1 tahun kerja di bulan) RS dengan pelayanan medik hiperbarik 6) | Dokter dengan pendidikan | Pendidikan dan _| Dokter di RS klas A dan B hiperbarik dan pelatihan 200 (utamanya yang terletak di penyelaman program 12 __| jam pelajaran tepi pantai / wilayah minggu kegiatan penyelaman & kelautan) 7) | Perawat dengan Pendidikan dan Perawat di RS Klas A dan B pendidikan hiperbarik dan | pelatihan 200 (utamanya yang terletak di Penyelaman program 12 | jam pelajaran _| tepi pantai/ wilayah minggu kegiatan penyelaman & kelautan) 8) | Teknisi RUBT dan | Pendidikan dan Perawat di RS Klas A dan B penyelam medik dengan pendidikan hiperbarik dan penyelaman program 12 minggu pelatinan 200 jam pelajaran (utamanya yang terletak di tepi pantai/ wilayah kegiatan penyelaman & kelautan) Sena MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA BENTUK | NO | TINGKATPENDIDIKAN |p onioican PERSYARATAN SDM 9) Dokter dengan pendidikan | Pendidikan dan | Dokter di RS Klas D dan C hiperbarik dan pelatihan 240 jam | (utamanya yang terletak di penyelaman program 6 —_| pelajaran tepi pantai / wilayah minggu kegiatan penyelaman & kelautan) 10) | Perawat dengan Pendidikan dan | Perawat di RS Klas D dan C Pendidikan hiperbarik dan | pelatihan 240 jam | (utamanya yang terletak di Penyelaman program 6 | pelajaran tepi pantai / wilayah minggu kegiatan penyelaman & kelautan) 11) | Teknisi RUBT dan Pendidikan dan | Perawat di RS Klas D dan C penyelam medik dengan | pelatihan 240 jam | (utamanya yang terletak di Pendidikan hiperbarik dan | pelajaran tepi pantai / wilayah penyelaman program 6 kegiatan penyelaman & minggu kelautan) 12) | Dokter dengan pendidikan | Pendidikan dan | Dokter di Puskesmas hiperbarik dan pelatihan 160 jam | (utamanya yang terletak di penyelaman program 4 —_| pelajaran tepi pantai / wilayah | minggu kegiatan penyelaman & kelautan) | 13) | Perawat dengan Pendidikan dan | Perawat di Puskesmas Pendidikan hiperbarik dan | pelatinan 160 jam | (utamanya yang terletak di penyelaman program 4 pelajaran tepi pantai / wilayah minggu kegiatan penyelaman & kelautan) 14) |Teknisi_ ~~ RUBT dan | Pendidikan dan __| Perawat di puskesmas Penyelam medik dengan | pelatihan 160 jam | (utamanya yang terletak di pendidikan hiperbarik dan | pelajaran tepi pantai / wilayah | penyelaman program 4 kegiatan penyelaman & minggu kelautan) b. STANDAR KETENAGAAN PELAYANAN MEDIK HIPERBARIK )) Di Puskesmas, Pelayanan hiperbarik dilakukan oleh dokter umum (1 orang), perawat hiperbarik (1 orang), penyelam medik/penyelam (2 orang), dokter dengan pendidikan hiperbarik (1 orang, dapat berstatus tidak tetap / part time) 15 (MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA 2) DiRumah Sakit Klas D dan C Pelayanan hiperbarik dilakukan oleh dokter hiperbarik (1 orang), perawat hiperbarik (1 orang), teknisi RUBT (1 orang), penyelam medik (1 orang) 3) Di Rumah Sakit Klas B dan A Pelayanan hiperbarik dilakukan oleh dokter hiperbarik (2 orang), perawat hiperbarik (4 orang), teknisi RUBT (2 orang), penyelam medik (1 orang) 4) Di kapal Rumah Sakit multifungsi Pelayanan hiperbarik ditakukan oleh dokter hiperbarik (2 orang), perawat hiperbarik (4 orang), teknisi RUBT (2 orang), penyelam medik (2 orang) 5) Di Rumah Sakit pusat rujukan pelayanan hiperbarik Pelayanan hiperbarik dilakukan oleh dokter spesialis kedokteran kelautan (2 orang), dokter hiperkes minatan hiperbarik (2 orang), dokter S-2 hiperbarik (2 orang), dokter hiperbarik dengan pendidikan 6 bulan (4 orang), S-2 hiperbarik non dokter (2 orang), perawat hiperbarik (10 orang), operator RUBT (4 orang), teknisi RUBT (4 orang), penyelam medik (2 orang) B. STANDAR PENYELENGGARAAN PELAYANAN MEDIK HIPERBARIK 1. INDIKASI, KONTRAINDIKASI, KOMPLIKASI DAN EFEK SAMPING a, Indikasi (kasus emergensi dan non emergensi) 1), Penyakit dekompresi (DCS) 2). Penyakit emboli udara (arterial gas emboli / AGE) 3). Keracunan gas : CO, sianida, hidrogen disulfida 4). Gas gangren, facitis akuta nekrotikans, refractory osteomyelitis 5). Morbus hansen 6). Penyakit jamur sistemik 7). Luka bakar 8). Ulous dan gangren diabeticum 9). Pengobatan tambahan untuk penyembuhan pasca tindakan bedah plastik dan rekonstruksi 10). Crush injury 11), Bedah Orthopedi Sindrom kompartemen cidera oleh karena olah raga, patah tulang “Non Union’, cangkok tulang, osteoradionekrosis 12). Penyakit vaskuler Shock, iskemi koroner, pembedahan jantung, penyakit buerger, penyakit raynaud 13), Penyakit neurologi : stroke dan pasca stroke, multiple sklerosis, migrain,edema serebral, multi infark, cedera spinal, abses otak, neuropatik perifer 14), Hematologi (untuk pengobatan tambahan pada Sickle Cell Anaemia) 15). Bagian penyakit mata : oklusi arteri sentralis retina 16). Gastro intestinal : lleus paralitika, tukak lambung 17). THT : tuli mendadak (sudden deafnees), menier disease, radang telinga menahun 18). Bidang paru-paru : abses paru 16 Senak ‘MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA b. Kontra Indikasi 1). Kontra indikasi mutlak a). Pneumothorax yang belum diobati b). Kehamitan c). Keganasan yang belum diberi terapi 2). Kontra indikasi relatif a) Infeksi saluran nafas bagian atas b) Sinusitis kronik ©) Kelainan kejang-kejang d) Emfisema e) Febris yang tidak terkontrol f) Riwayat Pneumotorax spontan g) Riwayat bedah thorax h) Riwayat operasi telinga i) Lesi paru asimtomatik c. Komplikasi 1). Kontra indikasi mutlak a) Barotrauma (telinga, sinus, paru dan gigi) b) Keracunan oksigen ©) Temporer myopia d) Kejang 2). Efek samping Beberapa pasien mengeluh a) Mual b) Berkeringat ©) Batuk kering d) Sakit dada e) Kedutan (muscle twitching) ) Tinitus 2. FAKTOR-FAKTOR YANG PERLU DIPERTIMBANGKAN DALAM PELAKSANAAN TERAPI HIPERBARIK a. Untuk kasus elektif diperhitungkan jumlah pasien minimal 6 orang. b. Untuk kasus emergensi tidak diperhitungkan jumlah minimal pasien dan pelaksanaannya 24 jam kerja. ¢. Untuk pasien yang tabel pengobatannya/ dosis terapi hiperbarik-nya sama disatukan dalam satu sesi terapi d. Kasus lama dan baru: pasien yang baru pertama kali mengikuti terapi oksigen hiperbarik, dokter harus mengawasi apakah dia tahan terhadap perubahan tekanan (pressure test) serta apakah tanda-tanda keracunan oksigen (oxygen tolerance fest) e. Faktor resiko penularan penyakit 1). Pemisahan masker yang dipakai 2),, Steriisasi masker 3). Masuk di RUBT yang lebih intensif 7 MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA 4). Luka yang berbau tidak dicampur dengan kasus penyakit lain Apabila terapi oksigen hiperbarik dilaksanakan dengan RUBT ruang tunggal (kapasitas satu orang), maka poin a sid ¢ tidak dipertimbangkan d. Bagi pasien yang akan terbang sesudah pengobatan_ hiperbarik, penerbangan dilakukan dalam jangka waktu 72 jam setelah pengobatan terakhir. @. Bagi pasien dengan pengobatan hiperbarik untuk program kebugaran, penerbangan boleh dilakukan dalam jangka waktu 4 - 6 jam setelah Pengobatan terakhir (selama dekompresi, pasien tetap menghisap oksigen dan selama menunggu penerbangan penderita harus istirahat total) f. Bagi pasien penyakit dekompresi dan atau arterial gas emboli, difjinkan terbang setelah pengobatan hiperbarik dalam jangka waktu 1 sampai 2 minggu setelah pengobatan terakhir g. Untuk penderita yang tidak sadar, perlu dilakukan timpanoplasti oleh dokter spesialis THT atau dokter spesialis kelautan dan dokter hiperbarik yang perah mengikuti pelatihan timpanoplasti }. JENIS DAN PROSEDUR PELAYANAN a_DiPuskesmas Melakukan anamnesa Melakukan pemeriksaan fisik, dengan inspeksi, palpasi, perkusi dan auskultasi Melakukan tindakan hiperbarik pada penderita dekompresi (DCS) maupun arterial gas emboli (AGE) yang pasiennya sadar dengan dekompresi di dalam air memakai O; dengan alat selam SSBA Merujuk ke fasilitas pelayanan hiperbarik yang lebih mampu jika diperlukan b Di Rumah Sakit Klas D dan C 1), Melakukan anamnesa 2), Melakukan pemeriksaan fisik, dengan inspeksi, palpasi, perkusi dan auskultasi. Pada penderita dekompresi (DCS), arterial gas emboli (AGE), dan pada penderita dengan kasus-kasus klinis terbatas bertujuan untuk mendeteksi komplikasi 3).Melakukan pemeriksaan lain untuk mengetahui_adaitidaknya kontraindikasi terapi dengan RUBT, yaitu dengan pemeriksaan : a) Thorax foto b) Laboratorium (sesuaikan dengan kondisi penyakit) 4). Melakukan ekualisasi yaitu upaya menyamakan tekanan antara telinga bagian tengah dengan tekanan udara diluar. 5). Menandatangani surat persetujuan tindakan medis (informed consent) dalam RUBT 6). Melakukan tindakan terapi hiperbarik dalam ruang RUBT 8) Tekanan dinaikkan perlahan 1 s/d 2,8 ATM (kedalaman 0 s/d 60 feet) 5) Bila pasien merasa sakit segera beritahu tener/attendant yang tugasnya memonitor dan merawat pasien selama terapi MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA c) Hirup Oz dengan bernapas seperti biasa d) Dokter/perawat hiperbarik selalu memonitor pasien selama di dalam RUBT dan setelah selesai terapi, 7). Penderita DCS/AGE yang tidak sadar (status emergensi) periu tindakan timpanoplasti (menggunakan abbocath) oleh Dokter hiperbarik yang sudah dilatih untuk melakukan timpanoplasti 8). Merujuk dan mengkonsultasikan ke fasilitas pelayanan hiperbarik yang ebih mampu jika diperiukan. Di Rumah Sakit Klas B, A, kapal Rumah Sakit multifungsi, serta Rumah Sakit pusat rujukan pelayanan medik hiperbarik 1), Melakukan anamnesa 2), Melakukan pemeriksaan fisik, dengan inspeksi, palpasi, perkusi dan auskultasi. Pada penderita dekompresi (DCS), arterial gas emboli (AGE), dan pada penderita dengan kasus-kasus Klinis terbatas bertujuan untuk mendeteksi komplikasi 3). Melakukan pemeriksaan lain untuk mengetahui _adartidaknya kontraindikasi terapi dengan RUBT, yaitu dengan pemeriksaan : a) Thorax foto b) Laboratorium (sesuaikan dengan kondisi penyakit) ©) Pemeriksaan lainnya disesuaikan dengan kasus yang bersangkutan (audiogram, foto fundus, angiografi, tonometri) 4). Melakukan ekualisasi vaitu upaya menyamakan tekanan antara telinga bagian tengah dengan tekanan udara diluar. 5). Menandatangani surat persetujuan tindakan medis (informed consent) dalam RUBT 6). Melakukan tindakan terapi hiperbarik dalam ruang RUBT a) Tekanan dinaikkan perlahan 1 s/d 2,8 ATM (kedalaman 0 sid 60 feet) b) Bila pasien merasa sakit segera beritahu tener/attendant yang tugasnya memonitor dan merawat pasien selama terapi ©) Hirup O2 dengan bernapas seperti biasa d) Dokter/perawat hiperbarik selalu memonitor pasien selama di dalam RUBT dan setelah selesai terapi 7). Penderita DCS/AGE yang tidak sadar (status emergensi) perlu tindakan timpanoplasti (menggunakan abbocath) oleh a) Dokter spesialis THT b) Dokter hiperbarik yang sudah dilatih untuk melakukan timpanoplasti 8). Merujuk dan mengkonsultasikan ke fasilitas pelayanan hiperbarik yang lebih mampu jika diperlukan C, STANDAR BIAYA PELAYANAN HIPERBARIK 1 Kasus Klinis a. per kali / tabel b.per kali / jam selam 19 MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA 2. Kasus DCI a. Pasien (peselam) lokal 1), Terapi awal sesuai tabel 2). Terapi lanjutan per jam selam b, Pasien (peselam) asing: sesuai pedoman intemasional 4). Terapi awal sesuai tabel 2), Terapi lanjutan per jam selam PEMBINAAN, PENGAWASAN DAN EVALUASI A. PEMBINAAN Sarana dan peralatan pelayanan medik hiperbarik dilaksanakan oleh pimpinan sarana pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan Etika profesi SDM dilaksanakan oleh organisasi profesi spesialis dan perhimpunan seminat dalam bidang hiperbarik Administrasi medik dilaksanakan sesuai dengan tata cara audit medik di setiap tingkatan sarana pelayanan kesehatan Peralatan hiperbarik yang digunakan harus didaftarkan dan dibina serta diawasi oleh Menteri melalui Direktorat Jenderal Bina Pelayanan Kefarmasian dan Alat Kesehatan. B, PENGAWASAN 1. Pengawasan internal dilaksanakan oleh pembina masing-masing sarana yang menyelenggarakan pelayanan medik hiperbarik. 2. Pengawasan ekstemal dilaksanakan oleh Departemen Kesehatan dan Dinas Kesehatan, bekerja sama dengan organisasi profesi dan lembaga lain terkait (Perhimpunan Kedokteran Kelautan | PERDOKLA, Perhimpunan Kesehatan Hiperbarik Indonesia / PKHI, Rumah Sakit Angkatan Laut, dan Lembaga Kesehatan Angkatan Laut) C. EVALUASI Evaluasi standar pelayanan medik hiperbarik dilakukan setiap 1 (satu) sampai 3 (tiga) tahun sekali oleh Departemen Kesehatan, organisasi profesi, dan lembaga terkait. V. PENCATATAN DAN PELAPORAN Dalam menyelenggarakan pelayanan medik hiperbarik wajib melakukan pencatatan dan pelaporan sesuai dengan pelayanan yang diberikan Format pencatatan dan pelaporan, serta alur pelaporan mengikuti aturan yang ditetapkan oleh Dinas Kesehatan Propinsi dan Kabupaten/Kota, serta format disesuaikan dengan kebutuhan Dinas Kesehatan setempat Pencatatan dan pelaporan disampaikan kepada Dinas Kesehatan setempat dengan tembusan kepada Departemen Kesehatan c.q. Direktorat Jenderal Bina Pelayanan Medik dan organisasi profesi terkait Pencatatan berupa rekam medis dilaksanakan sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku 20 Vi. MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA PENUTUP Standar pelayanan medi hiperbarik ini merupakan acuan dalam upaya untuk menyelenggarakan pelayanan medik hiperbarik sebagai bagian dari pelayanan medik di sarana pelayanan kesehatan yang terjamin keamanannya dan berkualitas, serta bermanfaat dan dapat dijangkau oleh masyarakat luas. Hal tersebut sesuai dengan situasi saat ini dimana hiperbarik telah berkembang pesat di seluruh dunia, termasuk Indonesia, dan telah digunakan tidak hanya sebagai pengobatan utama pada kasus-kasus kelautan dan penyelaman, tetapi juga sebagai pengobatan tambahan dan pengobatan pilinan lain yang telah dipiih dan dirasakan manfaatnya oleh masyarakat secara luas dalam hal pencegahan penyakit, peningkatan kesehatan, penyembuhan penyakit, dan pemeliharaan kualitas hidup Standar pelayanan medik hiperbarik ini telah disusun oleh Departemen Kesehatan bekerja sama dengan para pakar, organisasi profesi, dan lembaga lintas sektor terkait, sehingga diharapkan dapat meningkatkan kualitas dan keamanan penyelenggaraan pelayanan medik hiperbarik yang telah berjalan selama ini di Indonesia agar dapat melindungi masyarakat sebagai pengguna jasa pelayanan maupun pelaksana pelayanan tersebut. RI KESEHATAN, Dr. dr. SITI FADILAH SUPARI, Sp.JP (K) 21

Anda mungkin juga menyukai