Anda di halaman 1dari 18

PEDOMAN PENGORGANISASIAN

SATUAN PENGENDALI INTERNAL


RSU WILLIAM BOOTH TAHUN 2015
DAFTAR ISI
Halaman Judul............................................................................................. i
Daftar Isi...................................................................................................... ii
BAB I. Pendahuluan ................................................................................... 1
BAB II. Gambaran Umum RSU William Booth ........................................ 2
2.1. Deskripsi RSU William Booth ............................................................. 2
2.2. Sejarah Institusi RSU William Booth .................................................. 3
BAB III. Visi, Misi, Falsafah, Nilai Dan Tujuan RSU William Booth ...... 6
3.1. Visi ....................................................................................................... 5
3.2. Misi ...................................................................................................... 5
3.3. Falsafah ................................................................................................ 5
3.4. Nilai-Nilai ............................................................................................ 6
3.5. Tujuan .................................................................................................. 6
3.6. Motto .................................................................................................... 6
BAB IV. Struktur Organisasi RSU William Booth .................................... 7
4.1. Bagan Organisasi ................................................................................. 7
4.2. Keterangan / Pengertian ....................................................................... 7
BAB V. Visi, Misi, Falsafah Dan Tujuan Satuan Pengendali Internal ....... 8
5.1. Visi ....................................................................................................... 8
5.2. Misi ...................................................................................................... 8
5.3. Falsafah ................................................................................................ 8
5.4. Nilai ...................................................................................................... 8
BAB VI. Struktur Organisasi Satuan Pengendali Internal .......................... 9
BAB VII. Uraian Jabatan ............................................................................ 10
7.1. Direktur ................................................................................................ 10
7.2. Ketua SPI ............................................................................................. 10
7.3. Sekretaris SPI ....................................................................................... 11
7.4. Anggota SPI ......................................................................................... 11
BAB VIII. Tata Hubungan Kerja ................................................................ 12
BAB IX. Pola Ketenagaan Dan Kualifikasi Personil .................................. 14
BAB XI. Pertemuan / Rapat ........................................................................ 15
BAB XII. Pelaporan .................................................................................... 16

ii
BAB I
PENDAHULUAN

Satuan Pengendali Internal mempunyai pengertian kegiatan assurance dan


konsultasi yang independen dan objektif yang dirancang untuk memberi nilai
tambah (add value) dan peningkatan kegiatan suatu organisasi, dengan membantu
organisasi tersebut mencapai tujuannya melalui penilaian (evaluasi) dan
peningkatan efektivitas manajemen risiko, pengendalian (control) dan tata cara
pengaturan perusahaan (corporate governance).
Satuan Pengendali Internal harus menunjukkan kejujuran, objektivitas,
mempunyai integritas, dan kesungguhan dalam melaksanakan tugas dan
tanggungjawabnya. Peran auditor internal berkembang seiring dengan
perkembangan pergeseran paradigma “watch dog”. Auditor internal harus bisa
menjadi katalisator untuk mempercepat perubahan dalam upaya memberdayakan
sistem dan mengamankan kebijakan mutu RSU William Booth. Oleh sebab itu
peran auditor internal dalam hal ini satuan Pengendali internal sangat penting
dalam mengembangkan dan menjaga efektivitas sistem pengendalian internal,
pengelolaan resiko dan corporate governance untuk peningkatan mutu dan
mencapai tujuan RSU William Booth.

1
BAB II
GAMBARAN UMUM RSU WILLIAM BOOTH.

2.1. DESKRIPSI RSU WILLIAM BOOTH.

Rumah Sakit Umum William Booth (RSU. William Booth) merupakan


rumah sakit umum dengan pelayanan kesehatan mulai dari yang bersifat umum
sampai dengan yang bersifat spesialistik, yang dilengkapi dengan pelayanan
penunjang medis 24 jam.
RSU. William Booth berlokasi di Jl. S. Parman No.5 Kelurahan Petompon
Kecamatan Gajahmungkur, Semarang 50231, Jawa Tengah, Indonesia. Telp
( 024) - 8411800,8414392 (hunting) Fax: (024) – 8448773 dengan alamat e-mail
williambooth_ rs@yahoo.com
RSU. William Booth berdiri pada tanggal 23 Juni 1915, dengan status
berada dibawah kepemilikan Yayasan Pelayanan Kesehatan Bala Keselamatan di
Indonesia. RSU. William Booth merupakan rumah sakit tipe D.
Pada saat ini RSU. William Booth dipimpin oleh Dr. Sri Kadarsih, MM
selaku direktur.
RSU. William Booth memberikan beragam jenis pelayanan medis antara
lain klinik umum, klinik gigi dan mulut, dan klinik spesialis, Instalasi Gawat
Darurat, serta rawat inap yang terdiri dari kelas I, II, III, VIP dan VVIP yang
dilengkapi pelayanan laboratorium, radiologi, farmasi, fisioterapi, anestesi.
Kapasitas tempat tidur pasien yang disediakan di RSU. William Booth sebanyak
60 tempat tidur.

Kebijakan umum rumah sakit adalah setiap pasien yang datang dilayani
kebutuhannya secara tuntas dengan menyediakan keperluan perawatan dan
pengobatan pasien, baik obat maupun alat yang diperlukan, tanpa memberi resep
yang harus dibeli oleh pasien, tanpa uang muka. Semua baru dibayar oleh pasien
setelah pasien siap pulang. Kebijakan ini merupakan kebijakan yang telah ada
sejak RSU. William Booth berdiri dan merupakan nilai dasar bagi RSU. William
Booth.

2
2.2. SEJARAH INSTITUSI RSU WILLIAM BOOTH.

Desa Sapuran-Purworejo Jawa Tengah merupakan tempat dimana Bala


Keselamatan memulai pelayanannya di indonesia yang dirintis oleh dua orang
opsir Bala Keselamatan berkebangsan Belanda yang bernama: Staf Kapten Jacob
Gerrit Brouwer dan Ensign Adolf Teodorus Van Emmerick pada tahun 1894.
Pelayanan Klinik Mata di RS.William Booth dimulai dari perintisan sebuah
pelayanan kesehatan sederhana dan kuno sejak Zaman pemerintahan Hindia
Belanda yang dimulai sejak :

Awal Tahun 1907 : Kapten (dokter) Vilhelm A. Wille dan Nyonya


ditugaskan oleh Pemimpin Bala Keselamatan untuk memimpin pelayanan bagi
orang-orang miskin dan orang-orang sakit di Bugangan Semarang. Banyak
diantara mereka yang menderita penyakit mata, Kapten V.A. Wille yang juga
seorang dokter ahli mata berkebangsaan Denmark, mengalami kesulitan merawat
para pasien karena keterbatasan peralatan serta kondisi bangunan klinik yang
tidak memenuhi syarat untuk sebuah pelayanan kesehatan. Namun dr. Wille tetap
melakukan pelayanannya meskipun dengan kondisi yang serba minim serta tidak
menjadikannya sebagai kendala dalam pelayanannya. Keberhasilan serta
kemampuan dr. Wille dalam menangani penyakit mata, tersiar keseluruh pelosok
negeri, bahkan sampai ke luar negeri. Para pasien berdatangan dari Singapura,
Muangthai dan Asia Timur.

Tahun 1914 : Dr. Wille untuk pertama kalinya menemukan penyakit mata
yang dikenal dengan nama Xerophthalmia, penyakit mata ini banyak terdapat
pada anak-anaik karena kekurangan vitamin. Dan pelayanan Dr. Wille telah
menyelamatkan anak-anak dari kebutaan. Dr. Wille dipuji sebagai seorang dokter
ahli mata yang paling efisien di seluruh Hindia Belanda. Karena fasilitas dan
tempat pelayanan yang ada pada saat itu sudah mencapai taraf yang sangat
memprihatinkan, maka diperlukan suatu lokasi yang baru serta peralatan yang
memadai untuk sebuah rumah sakit, dan hal ini menggugah seorang pasien mata
yang mendapat kembali penglihatannya setelah dirawat oleh dr. Wille, untuk
menyumbangkan sebidang tanah di daerah perbukitan di selatan kota Semarang.
Ketulusan hati pasien tersebut, telah menggugah hati para penyumbang untuk

3
memberikan sejumlah dana baik dari perorangan maupun dari Ratu Wilhelmina,
sehingga jumlah dana yang terkumpul adalah 94.000 gulden.

Tanggal 23 Juni 1915 : Residen Semarang Yang Mulia Bapak PKW Kern,
meresmikan RS. Mata William Booth (masyarakat pada waktu itu mengenal
dengan nama "Madurangin") dengan ruangan dan peralatan yang sangat baik pada
masa itu, dan seluruh pasien dipindahkan ke tempat yang baru ini. Dengan
diresmikannya tempat pelayanan yang baru ini, maka rumah sakit ini mengalami
kemajuan yang sangat pesat sehingga dibutuhkan beberapa orang tenaga untuk
membantu pelayanan tersebut, antara lain : dr. Nana Krudsen, dr. Fast, dr.
Soemitro, dr. M.M. Webert dan dr. P. Pilon.

Sekitar tahun 1946 : Pekerjaan RS. Mata William Booth sempat terhenti
pada masa perang dunia ke II, dimana rumah sakit ini sepenuhnya diambil alih
oleh pemerintah Jepang dengan menempatkan seorang dokter ahli mata yang
bernama dr. Enoi, dibantu oleh dr. Suryatin dari CBZ (sekarang RS. Dr. Kariadi).
Setelah Jepang kalah, pemerintah Belanda masih menempatkan dr. Horst (seorang
Belanda) untuk melayani di rumah sakit ini.

Tahun 1947 : Kedudukan Pemerintah Indonesia mulai nampak sehingga


Belanda menyerahkan rumah sakit ini kepada Pemerintah Indonesia.
Setelah rumah sakit ini ditangani oleh Pemerintah, maka ditempatkanlah dr.
Oey Khoen Lian bersama dr. Lie Kay Hoo serta seorang dokter dari Jerman
bernama dr. Kernbacht untuk melaksanakan pekerjaan di rumah sakit serta semua
karyawan rumah sakit adalah pegawai pemerintah kecuali dr. Kernbacht.
Mendekati tahun 1948 : Pemerintah masih menambah beberapa orang
dokter untuk bekerja di rumah sakit ini, ialah : dr. Soetrisno, dr. Wahyu, dr. Kho,
dr. Tan Hik Soen.
Tahun 1948 : Pemerintah menyerahkan rumah sakit ini secara utuh kepada Bala
Keselamatan. Mayor Bass Karnbel adalah Opsir pertama yang memulai kembali
pelayanan Bala Keselamatan di RS. William Booth.
Tahun 1968 : Seiring dengan perkembangan pelayanan di bidang
kesehatan, maka RS. William Booth berusaha untuk terus meningkatkan
pelayanannya kepada masyarakat dengan membuka pelayanan bagian Penyakit

4
Dalam yang dirintis oleh dr. Theo Soehardjono, Sp PD dan selanjutnya dibuka
unit-unit pelayanan lainnya antara lain :

Bagian T.H.T dirintis oleh dr. A. Dullah, Sp.THT

Bagian Anak dirintis oleh dr. Soeharyono, Sp.A

Bagian Umum dirintis oleh dr. Mery Soeparwan.

Bagian Syaraf dirintis oleh dr. Rahardjo, Sp.S

Bagian Bedah dirintis oleh dr. Riwanto, Sp.B

Tahun 1984 : Untuk lebih meningkatkan cakupan pelayanannya, RS. William


Booth memperoleh ijin penyelenggaraan Rumah Sakit Umum. Berdasarkan Surat
Keputusan Menteri Kesehatan RI No. YM.02.04.3.5.6448, RSU. William Booth
masuk dalam kategori Rumah Sakit type D.

Sejak tahun 1984 Sampai sekarang : setelah mendapat ijin dan predikat
sebagai Rumah Sakit Umum, RSU.William Booth Semarang mengalami
perkembangan namun masih terus didominasi oleh kunjungan pasien mata. Hal
ini dipengaruhi dengan adanya latar belakang sejarah RSUWB yang pernah
menjadi rumah sakit mata andalan, baik di kota Semarang, bahkan sampai seluruh
propinsi Jawa Tengah. Sejak perubahan menjadi Rumah sakit Umum William
Booth Semarang menjadi lebih dikenal oleh masyarakat luas khususnya kota
semarang karena tidak hanya melayani pasien mata tetapi RSU William Booth
Semarang terus melengkapi dirinya untuk pelayanan yang lebih maju dan
lengkap. Hal ini tentunya tidak lepas dari peran serta para pemimpin yang amanah
dan mempunyai visi misi untuk kemajuan Rumah Sakit Umum William Booth
Semarang.

Tahun 2008 : Dalam Upayanya memperluas cangkupan pelayanan mata


Rumah Sakit Umum william Booth Semarang maka diresmikan Central Java Eye
Center atau dikenal dengan CJEC yang dilengkapi dengan peralatan pemeriksaan
mata yang moderen.

5
BAB III
VISI, MISI, MOTTO DAN TUJUAN RSU WILLIAM BOOTH
SEMARANG

3.1. VISI.
RSU William Booth Semarang memiliki visi :
”Terciptanya suatu pelayanan kesehatan yang optimal untuk meningkatkan derajat
kesehatan bagi setiap orang,berdasarkan kasih tanpa diskriminasi”

3.2. MISI.
RSU William Booth Semarang memiliki misi :
KEMANUSIAAN

Kami mengoptimalkan KEtepatan, kecepatan dan kualitas pelayanan.

Kami MAmpu melayani dengan profesional sesuai kompetensi.

Kami genggam NUrani yang luhur penuh bakti.

Kami SIap membantu penurunan angka kesakitan, kematian dan kecacatan

Kami senantiasa memegang erat Aturan dan prosedur.

Kami senantiasa ANdalkan doa selain usaha.

3.4. TUJUAN.
Menurunkan angka Kesakitan, Kematian, dan Kecacatan melalui berbagai
upaya yang ada untuk semua golongan.

3.5. MOTTO.

RSU William Booth Semarang memiliki Motto :


“Melayani dengan kasih”

6
BAB IV
STRUKTUR ORGANISASI RSU WILLIAM BOOTH

YAYASAN PELAYANAN KESEHATAN


BALA KESELAMATAN

KOMITE - KOMITE DIREKTUR OPSIR PEMBINA

IT / SIM RS SPI

SEKRETARIAT PASTORAL

BID.KEPERAWATAN BID.PERSONALIA BID.RUMAH TANGGA BID.KEU. & BID.PEM.SARANA BID. HUMAS


BID.DIKLAT
AKUNTANSI MARKETING
ADM. LOGISTIK &
PEM.SARANA &
AS.KEP INVENTARIS
PERSONALIA PRASARANA HUMAS
KEUANGAN DIK.LAT &
ADM. KEAMANAN &
LOGISTIK.KEP MARKETING LIT. BANG
PENGGAJIAN & PERPARKIRAN TEKNIK MEDIS
AKUNTANSI
PERPAJAKAN LAUNDRY & PKRS
PROFESI.KEP
JAHITAN SANITASI
HUKUM
TRANSPORTASI
& K. JENAZAH
INSTALASI RAWAT
INSTALASI RAWAT

INSTALASI RAWAT

INSTALASI REKAM
INSTALASI BEDAH
GAWAT DARURAT

INSTALASI CARE

LABORATORIUM

INSTALASI GIZI
REHABILITASI
UNIT & HIGH
STERILISASI

RADIOLOGI
INSTALASI

CARE UNIT

INSTALASI

INSTALASI

INSTALASI

INSTALASI
BERSALIN
INSTALASI
SENTRAL

FARMASI
SENTRAL
JALAN

MEDIK

MEDIS
INAP

7
BAB V
VISI, MISI, FALSAFAH DAN TUJUAN
SATUAN PENGENDALI INTERNAL

5.1. VISI.
Menjadi Strategic Busines Partner yang tanggap dan terpercaya bagi pejabat
pengelola, pejabat pelaksana dan jajarannya.

5.2. MISI
1. Melaksanakan audit internal yang bebas risiko.
2. Meningkatkan kompetensi sehingga menjadi audit internal yang
professional.
3. Memberikan nilai tambah pada pelayanan dengan memanfaatkan
secara optimal sistem teknologi informasi.

5.3. FALSAFAH.
Sebagai strategic business partner Satuan Pengendali Internal harus mampu
memberi falsafah, melalui proses kerja yang :
1. Berfokus pada pelanggan.
2. Berfokus pada proses bisnis.
3. Bersikap proaktif, antusias dan terpercaya.
4. Berkomunikasi secara efektif baik lisan maupun secara tertulis.
5. Mengukur sukses berdasarkan kualitas dan bukan kuantitas semata.
6. Mampu mengidentifikasi akar masalah dan bukan hanya gejala saja.

8
BAB VI
STRUKTUR ORGANISASI SATUAN PENGENDALI INTERNAL

DIREKTUR

KETUA SATUAN
PENGENDALI INTERNAL

Sekretaris SPI

Anggota Anggota Anggota

9
BAB VII
URAIAN JABATAN

7.1.DIREKTUR.
 Hasil kerja: Audit Operasional,Audit Medis,Audit Kinerja
 Uraian tugas : Menyelenggarakan audit di rumah sakit berupa audit
kinerja dan audit medis,melaksanakan tugas khusus dalam lingkup
pemeriksaan intern.
 Tanggung jawab : melakukan kajian dan analisis terhadap rencana
investasi rumah sakit ,khususnya sejauh mana aspek pengkajian dan
pengelolaan resiko telah dilaksanakan oleh unit-unit kerja yang
bersangkutan
 Wewenang : melakukan verifikasi dan uji kehandalan terhadap
informasi yang diperolehnya,dalam kaitan dengan penilaian
efektivitas sistem yang diauditnya.
 Syarat jabatan : Dokter umum/dokter spesialis/dokter gigi
,Kepemimpinan , kewirausahaan, Rencana strategis Bisnis, Tata
kelola RS, SPM, Sistem Akuntabilitas, Sistem Remunerasi,
Pengelolaan SDM

7.2. KETUA SPI.


 Hasil kerja: Panduan Pelaksanaan SPI.
 ,Uraian tugas : menyusun rencana audit tahunan,melaksanakan
rencana audit tahunan termasuk penugasan khusus/investigasi dari
direktur utama, melakukan kajian dan analisis terhadap rencana
investasi rumah sakit ,khususnya sejauh mana aspek pengkajian dan
pengelolaan resiko telah dilaksanakan oleh unit-unit kerja yang
bersangkutan
 Tanggung jawab : Melakukan penilaian terhadap system pemeriksaan
pengelolaan,pemantauan efektivitas dan efisiensi system dan prosedur

10
dalam bidang-bidang keuangan,operasi dan
pelayanan,pemasaran,sumber daya manusia dan pengembangan
 Wewenang: Menyusun,mengubah dan melaksanakan kebijakan audit
internal termasuk antara lain menentukan prosedur dan lingkup
pelaksanaan pekerjaan audit,akses terhadap semua
dokumenn,pencatatan,personal dan fisik,informasi atas obyek audit
yang dilaksanakannya,untuk mendapatkan data dan informasi yang
berkaitan dengan pelaksanaan tugasnya.,
 Syarat jabatan : S1 medis/paramedic/ekonomi/akuntansi,pelatihan
dasar dan lanjutan SPI
7.3. SEKRETARIS SPI
 Hasil kerja:Notulen,rapat,surat-surat perintah audit,penyimpanan
dokumen.
 Uraian tugas : mencatat dan mengdokumentasikan semua arsip SPI
 Tanggung jawab : mengarsip semua dokumen,pencatatan,personal dan
fisik,informasi atas obyek audit yang dilaksanakan.
 Wewenang: pengendalian sekretariat SPI dapat berjalan dengan
efektif.
 Syarat jabatan: D3 paramedic atau D3 non-medik/S1
medic/paramedic/ekonomi/akuntansi,pelatihan dasar dan lanjutan SPI
7.4.ANGGOTA SPI.
 Hasil kerja:Audit internal
 Uraian tugas dan tanggung jawab : melakukan audit operasional di
setiap bagian/instalasi/komite.
 Wewenang: akses terhadap semua dokumenn,pencatatan,personal dan
fisik,informasi atas obyek audit yang dilaksanakannya,untuk
mendapatkan data dan informasi yang berkaitan dengan pelaksanaan
tugasnya.
 Syarat jabatan: D3 paramedic atau D3 non-medik/S1
medic/paramedic/ekonomi/akuntansi,pelatihan dasar dan lanjutan SPI

11
BAB VIII
TATA HUBUNGAN KERJA

Komit
e Huma
IRJ
s
Pema
IGD
saran

BPS Gizi

YanM
IKO
ed
SPI

Reka
m Farm
Medi asi
k

Radio
SDM
logi
Labor
IRNA atoriu
Keua m
IRM
ngan

Tata hubungan kerja SPI dengan bagian/instalasi/komite adalah :


a. Melakukan kajian dan analisis terhadap rencana investasi rumah
sakit, khususnya sejauh mana aspek pengkajian dan pengelolaan
risiko telah dilaksanakan oleh bagian/instalasi/komite yang bersangkutan.
b. Melakukan penilaian terhadap sistem pemeriksaan pengelolaan,
pemantauan efektivitas dan efisiensi sistem dan prosedur, dalam bidang-
bidang :
1) Keuangan
2) Operasi dan pelayanan
3) Pemasaran
4) Sumber daya manusia
5) Pengembangan

12
c. Melakukan penilaian dan pemantauan mengenai sistem
pengendalian informasi dan komunikasi untuk memastikan bahwa :
1) Informasi penting rumah sakit terjamin keamanannya.
2) Fungsi sekretariat rumah sakit dalam pengendalian informasi
dapat berjalan dengan efektif.
3) Penyajian laporan-laporan rumah sakit memenuhi peraturan
perundang-undangan.
d. Melaksanakan tugas khusus dalam lingkup pemeriksaan intern
yang ditugaskan oleh direktur.

13
BAB IX
POLA KETENAGAAN DAN KUALIFIKASI PERSONIL

NAMA JUMLAH
PENDIDIKAN SERTIFIKASI
JABATAN KEBUTUHAN
Direktur Kepemimpinan 1
,
kewirausahaan,
Rencana
strategis Bisnis,
Dokter/dokter Tata kelola RS,
spesialis SPM, Sistem
Akuntabilitas,
Sistem
Remunerasi,
Pengelolaan
SDM
Ketua SPI Pelatihan SPI 1
Pendidikan S1/S2
dasar dan
lanjutan
Sekretaris Pelatihan SPI 1
Pendidikan S1/D3
SPI dasar dan
lanjutan
Anggota Pelatihan SPI 3
Pendidikan
D3/SMA dasar dan
lanjutan

14
BAB X
PERTEMUAN/RAPAT

1. Rapat berkala terdiri dari :


1. Rapat Rutin
2. Rapat Insidentil

2. Rapat Rutin diselenggarakan pada :

Waktu :
Jam :
Tempat : Ruang Rapat
Peserta : Direktur,Kepala SPI, Sekretaris SPI,Anggota SPI
Materi : = Evaluasi kinerja mutu.
= Hasil audit dan analisisnya.
= Masalah dan pemecahannya.
= Evaluasi dan rekomendasi

3. Rapat Insidentil diselenggarakan sewaktu-waktu bila ada masalah atau sesuatu


hal yang perlu dibahas segera ( misalnya untuk membahas kepentingan bersama
rencana audit).

15
BAB XII
PELAPORAN

1. Laporan bulanan.
Dilaporkan dalam rapat koordinasi setiap bulan.
2. Laporan tahunan
Dilaporkan setiap tahun sebagai dasar penyusunan TOR SPI dan evaluasi
TOR .
3. Laporan setiap ada audit di instalasi/bagian/komite.
Dilaporkan kepada Direktur setiap melakukan audit di
bagian/instalasi/komite.

16

Anda mungkin juga menyukai