Oleh :
Gerem
NIM : 320909 / A
Diploma : I (Satu)
Menyetujui :
Mengetahui :
Mengetahui : Menyetujui :
Operation Head. TT. Tanjung Gerem Pws. Utama Marine
Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala
rahmat yang telah diberikan-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Kertas
Kerja Wajib (KKW) dengan judul “Proses Penanganan limbah B3 di Terminal
Transit Tanjung Gerem”. Kertas kerja wajib ini ditulis berdasarkan data yang
diperoleh dari Praktik Kerja Lapangan yang dilaksanakan mulai tanggal 01
Februari 2010 sampai dengan tanggal 19 Februari 2010 di Terminal Transit
Tanjung Gerem.
Kertas kerja wajib ini ditulis dengan tujuan untuk memenuhi salah satu
syarat kelulusan jenjang Diploma I program studi Pemasaran dan Niaga di
Perguruan Tinggi Kedinasan Akademi Minyak dan Gas Bumi – Sekolah Tinggi
Energi dan Mineral.
Dalam penulisan kertas kerja wajib ini penulis mendapat bantuan dari
berbagai pihak oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Bapak Ir. Tugas S Soegiarto, MT, selaku Direktur PTK AKAMIGAS-
STEM.
2. Bapak Tatok SMT, selaku Operation Head Terminal Transit Tanjung
Gerem.
3. Bapak Drs. MP. Gultom, MM, selaku ketua program studi Pemasaran
dan Niaga.
4. Ibu Ir. Woro Rukmi, M. Eng. Sc, selaku dosen pembimbing KKW.
5. Bapak Emin bunyamin, selaku Pengawas Utama LJT / LK3 TT.Tanjung
Gerem sekaligus Pembimbing lapangan.
6. Bapak dan Ibu Dosen PTK AKAMIGAS-STEM yang telah memberikan
ilmu kepada penulis.
Dalam kertas kerja wajib ini penulis menyadari bahwa masih terdapat
kekurangan, oleh karena itu penulis mengharap kritik yang bersifat membangun
dari pembaca sekalian agar di masa yang akan datang penulis dapat menyusun
kertas kerja wajib dengan lebih baik.
Semoga kertas kerja wajib ini dapat bermanfaat terutama bagi penulis dan
juga bagi pembaca sekalian.
Robby Haris
NIM. 320909 / A
i
INTISARI
Terminal Transit Tanjung Gerem merupakan salah satu terminal transit PT.
PERTAMINA yang berada di wilayah kerja S&D Region II. Pembangunan TT.
Tanjung Gerem dimulai pada tahun 1993 di atas lahan seluas 10,632 ha. TT.
Tanjung Gerem dioperasi sejak tanggal 7 April 1995, yang ditandai dengan
peresmian oleh Direktur Utama PT. PERTAMINA saat itu, F. Abda’oe.
Tujuan pendirian TT. Tanjung Gerem adalah untuk menjamin keamanan
pasokan Bahan Bakar Minyak (BBM) di daerah Banten, serta turut mengurangi
beban dari Instalasi Tanjung Priuk (ITP) –Plumpang.
Ada beberapa kegiatan di TT. Tg. Gerem yang sangat berpotensi
menimbulkan limbah B3 sehingga membutuhkan penanganan yang serius agar
tidak menjadi masalah di kemudian hari. Kegiatan tersebut diantaranya adalah
kegiatan penerimaan BBM, penimbunan BBM, dan penyaluran BBM. Limbah
yang dihasilkannya antara lain adalah limbah B3 cair dan limbah B3 padat.
Menurut BAPEDAL (1995) limbah B3 adalah setiap bahan sisa suatu
kegiatan proses produksi yang mengandung bahan berbahaya dan beracun serta
konsentrasinya dapat merusak, mencemarkan lingkungan serta membahayakan
kesehatan manusia.
TT. Tg. Gerem telah memiliki sarana pengelolaan limbah B3 yang cukup
memadai,diantaranya adalah oil catcher, drying bed, gudang penampungan
sementara limbah B3, serta sarana dan fasilitas lainnya.
ii
DAFTAR ISI
Halaman
iii
4.2.1 Penanganan limbah di Laut / perairan ............................................. 29
4.2.2 Penanganan limbah B3 di Darat ...................................................... 31
4.2.2.1 Penanganan limbah Padat ............................................................... 31
4.2.2.2 Penanganan limbah Cair ................................................................. 32
4.3 Proses recycling ke tanki timbun .................................................... 32
4.3.1 Proses separasi ................................................................................ 32
4.3.2 Proses Penapisan ............................................................................. 34
4.3.3 Pemeriksaan minyak di Labolatorium ............................................ 36
4.3.4 Proses Repumping Ke Tanki timbun ................................................ 36
4.4 Pemusnahan Limbah Melalui Pengumpul ........................................ 37
V. PENUTUP
5.1 Simpulan ........................................................................................... 38
5.2 Saran.................................................................................................. 39
iv
I. PENDAHULUAN
PERTAMINA adalah salah satu Badan Usaha Milik Negara, tetapi setelah
pengolahan, serta pemasaran hasil olahan minyak dan gas bumi di Indonesia. Dari
semua kegiatan tersebut diatas sudah tentu akan menimbulkan efek samping.
Beberapa dampak negatif yang akan timbul sebagai konsekwensi dari kegiatan
tersebut tidak ditangani dengan benar maka akan menimbulkan dampak negatif
bagi PT. Pertamina (Persero) sendiri ataupun bagi alam dan masyarakat di
salah satu syarat untuk mencapai perusahaan yang unggul maju dan terpandang
1
1.2 Tujuan
Tujuan penulisan Kertas Kerja Wajib ini adalah untuk mengetahui bagaimana
penulisan Kertas Kerja Wajib (KKW) ini juga bertujuan untuk mengetahui sarana
dan fasilitas serta prosedur apa saja yang dipergunakan dan dipakai dalam
Dalam penulisan Kertas Kerja Wajib ini, penulis membatasi pada masalah
Penulisan Kertas Kerja Wajib ini disusun dalam lima bab sebagai berikut :
BAB I : PENDAHULUAN
Bab ini berisi tentang latar belakang, tujuan, batasan masalah, dan
sistematika penulisan.
Bab ini berisi data tentang sejarah singkat, tugas dan fungsi terkait,
2
Bab ini berisi tentang landasan teori yang ada kaitannya dengan
BAB IV : PEMBAHASAN
Bab ini membahas tentang tata cara dan fasilitas yang digunakan
BAB V : PENUTUP
Bab ini merupakan bab akhir yang berisi simpulan dan saran dari
hasil pembahasan.
3
II. ORIENTASI UMUM
dimulai tahun 1993 dan diresmikan pada tanggal 7 April 1995 oleh Direktur
keamanan pasokan BBM untuk daerah propinsi Banten serta mengurangi beban
Tugas pokok Terminal Transit Tanjung Gerem pada saat ini adalah
Minyak Solar, Bio Solar, Minyak Diesel, dan Minyak Bakar) untuk daerah
Cilegon, Serang, Pandeglang, Lebak, dan sebagian wilayah Tangerang. Selain itu,
4
Terminal Transit Tanjung Gerem juga melakukan penyaluran BBM ke depot-
Lampung.
Tabel 2.1 Jumlah Thruput BBM di TT. Tanjung Gerem Bulan Januari 2010
6 FAME
Sumber : Distribusi/ PPP TT. Tanjung Gerem
5
2.3 Struktur Organisasi Terminal Transit Tanjung Gerem
KSO (Kerja Sama Operasi) pada saat ini dipimpin oleh seorang Operation Head
Gerem dibantu oleh lima orang Pengawas Utama yang membawahi pekerja PT.
Penyaluran (PPP).
Niaga Penjualan.
Keuangan.
Marine.
6
2.3.1 Fungsi Penerimaan, Penimbunan, dan Penyaluran (PPP)
kegiatan pengendalian mutu BBM dalam kegiatan tersebut. Bagian ini juga
bertanggung jawab atas penyediaan BBM yang tepat jumlah, tepat mutu, dan tepat
waktu. Bagian ini diawasi oleh Pengawas Utama PPP yang dibantu oleh karyawan
Bagian ini diawasi oleh Pengawas Utama Layanan Jual yang dibantu oleh
Asisten Layanan Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) dan Asisten
Layanan Agen Minyak Tanah (AMT), Bagian ini bertugas dan bertanggung jawab
(OSDS), dan sistem Sistem Aplikasi Produk (SAP) yang berlaku, serta
kerja agar seluruh kegiatan penyerahan BBM ke SPBU, Industri dan agen minyak
tanah di wilayah kerja terlaksana secara aman, tepat mutu, tepat waktu dan tepat
jumlah.
7
2.3.3 Fungsi Lingkungan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (LK3) /
Bagian ini diawasi oleh Pengawas Utama LK3/LJP dan dalam pelaksanaan
tugasnya di bantu oleh pekerja PT. Patra Niaga. Bagian LK3/LJP memiliki tugas
lingkungan.
melindungi lingkungan.
lingkungan.
Tanjung Gerem
8
2.3.5 Fungsi Keuangan
Bagian ini diawasi oleh Pengawas Utama Keuangan yang dibantu oleh
pekerja PT. Patra Niaga . Bagian ini bertanggung jawab dalam hal administrasi
Tanjung Gerem.
Bagian ini diawasi oleh Pengawas Utama Marine yang dibantu oleh pekerja
PT. Patra Niaga, Bagian ini bertanggung jawab dalam hal keselamatan dermaga
dalam setiap pelaksanaan kegiatan tersebut sangat diharapkan. Oleh karena itu,
dibutuhkan sarana dan fasilitas yang handal dan terpelihara guna mendukung
setiap kegiatan tersebut. Sarana dan fasilitas tersebut adalah sarana dan fasilitas
penerimaan, sarana dan fasilitas penimbunan, dan sarana dan fasilitas penyaluran.
9
2.4.1 Sarana dan Fasilitas Penerimaan
tanker. Sarana dan fasilitas yang digunakan dalam penerimaan BBM tersebut
2.4.1.1 Dermaga
fasilitas tambat dan fasilitas bongkar muat. Terminal Transit Tanjung Gerem
Bentuk : L - Head.
Bentuk : L - Head.
- Dermaga III untuk Bunker ke tongkang atau SPOB (Single Propeller Oil
Barge).
10
2.4.1.2 Pipa ( cantumkan kekurangan2 pipa disch di TTG)
Ø 16” 684,65
Ø 12” 186,85
1. Premium 8 82.087
Ø 10” 2,2
Ø 8” 121,4
Ø 16” 656
Ø 8” 17,5
11
Ø 10” 5
Ø 8” 24,3
Ø 16” 640,93
Ø 6” 329,52
Ø 8” 1,94
5. Minyak Diesel 18.155
Ø 6” 970
tangki timbun. Tangki timbun yang dimiliki Terminal Transit Tanjung Gerem
sebanyak 14 buah tangki tegak (fixed cone roof tank). Sedangkan untuk bagian
dasar tangki berbentuk fall at center. Berikut data-data tentang tangki timbun di
12
Tabel 2.3 Data Tangki Timbun TT. Tanjung Gerem
13
2.4.3 Sarana dan Fasilitas Penyaluran
mobil tangki, back loading, dan bunker. Adapun sarana dan fasilitas yang
digunakan adalah :
Ø 10” 180,2
Ø 8” 1.054,8
44.481 Ke Dermaga I
Ø 6” 65,4
Ø 4” 5,48
1 M. Tanah
Ø 8” 63,7
Ke Filling
Ø 6” 36,65 2.837,5
Point
Ø 3” 20,48
Ø 10” 393,22
Ø 8” 2.083,69 Ke Dermaga
92.526
Ø 6” 8,0 I dan II
Ø 3” 447,01
2 Minyak Solar
Ø 8” 120,25
Ke Filling
Ø 6” 34,15 4.702
Point
Ø 3” 38,45
14
Ø 10” 202,1
Ke Dermaga
3 Minyak Bakar Ø 8” 63,31 13.577
I dan II
Ø 6” 67,05
Ø 8” 2,0
Ke Dermaga
4 Minyak Diesel Ø 6” 52,49 1.424
I dan II
Ø 4” 16,57
Ø 10” 189,05
Ke Filling
5 Premium Ø 8” 260,9 18.064
Point
Ø 3” 6,0
Selain pipa, sarana dan fasilitas yang digunakan adalah tempat pengisian ke
mobil tangki (Filling Shed) yang terdiri dari 18 titik pengisian (Filling Point)
4 buah titik pengisian M. Bakar, dengan meter arus no. 10A, 10B,
2 buah titik pengisian M. Diesel, dengan meter arus no. 13A dan
13B.
15
III. TINJAUAN PUSTAKA
Limbah bahan berbahaya dan beracun, disingkat limbah B3, adalah sisa suatu
lingkungan.
pencemaran air yang akan menghasilkan lumpur atau abu yang berbahaya
dan beracun.
16
3.3 Jenis – jenis limbah B3
jenis yaitu:
umumnya berasal bukan dari proses utamanya, tetapi berasal dari kegiatan
limbah B3 lainnya. Hal yang sama juga berlaku untuk sisa kemasan
solids residue (TSR), kandungan fixed residue (FR), kandungan volatile solids
(VR), kadar air (sludge moisture content), volume padatan, serta karakter atau
sifat B3 (toksisitas, sifat korosif, sifat mudah terbakar, sifat mudah meledak,
17
3.5 Identifikasi Limbah B3
mudah meledak;
mudah terbakar;
bersifat reaktif;
beracun;
bersifat korosif.
Analisis lumpur : bila limbah B-3 berupa lumpur, yaitu: kandungan total
sianida, pestisida.
Total Solids Residue (TSR) : persen berat padatan terhadap total residu.
18
3.6 Undang – Undang Yang Mengatur Limbah B3
Beracun.
Limbah B3
Limbah B3
19
No. Kep-255/Bapedal/08/1996 tentang Tata Cara & Persyaratan
Pengelolaan Limbah B3
I Program KENDALI B3
limbah yang bersangkutan. Namun secara umum dapat dikatakan bahwa kemasan
limbah B3 harus memiliki kondisi yang baik, bebas dari karat dan kebocoran,
serta harus dibuat dari bahan yang tidak bereaksi dengan limbah yang disimpan di
dalamnya. Untuk limbah yang mudah meledak, kemasan harus dibuat rangkap di
mana kemasan bagian dalam harus dapat menahan agar zat tidak bergerak dan
mampu menahan kenaikan tekanan dari dalam atau dari luar kemasan. Limbah
dibuat dari bahan yang tidak mudah terbakar dan tidak mengalami penguraian
20
(dekomposisi) saat berhubungan dengan limbah. Jumlah yang dikemas pun
Limbah B3 yang diproduksi dari sebuah unit produksi dalam sebuah pabrik harus
limbah. Penyimpanan harus dilakukan dengan sistem blok dan tiap blok terdiri
atas 2×2 kemasan. Limbah-limbah harus diletakkan dan harus dihindari adanya
kontak antara limbah yang tidak kompatibel. Bangunan penyimpan limbah harus
dibuat dengan lantai kedap air, tidak bergelombang, dan melandai ke arah bak
ventilasi yang baik, terlindung dari masuknya air hujan, dibuat tanpa plafon, dan
dilengkapi dengan sistem penangkal petir. Limbah yang bersifat reaktif atau
mudah dilepas untuk memudahkan keadaan darurat dan dibuat dari bahan
Peraturan tersebut terkait dengan hal pemberian label, analisa karakter limbah,
21
antaranya ialah apabila terjadi kecelakaan dalam kondisi pengangkutan yang
normal, tidak terjadi kebocoran limbah ke lingkungan dalam jumlah yang berarti.
Selain itu, kemasan harus memiliki kualitas yang cukup agar efektivitas kemasan
tidak berkurang selama pengangkutan. Limbah gas yang mudah terbagak harus
kewajiban kelengkapan Material Safety Data Sheets (MSDS) yang ada di setiap
Sebagian dari limbah B3 yang telah diolah atau tidak dapat diolah dengan
pembuangan akhir yang banyak digunakan untuk limbah B3 ialah landfill (lahan
22
urug) dan disposal well (sumur pembuangan). Di Indonesia, peraturan secara rinci
mengenai pembangunan lahan urug telah diatur oleh Badan Pengendalian Dampak
Landfill atau lahan urug adalah salah satu metoda yang banyak digunakan
diklasifikasikan menjadi tiga jenis yaitu secured landfill double liner, secured
landfill single liner, dan landfill clay liner dan masing-masing memiliki ketentuan
23
3.9.2 Deep injection Well
Serikat paling banyak dilakukan pada tahun 1965-1974 dan hampir tidak ada
Sumur injeksi atau sumur dalam (deep well injection) digunakan di Amerika
Serikat sebagai salah satu tempat pembuangan limbah B3 cair (liquid hazardous
limbah B3 ke dalam formasi geologi yang berada jauh di bawah permukaan bumi
memiliki kemampuan menyimpan cadangan minyak dan gas bumi. Hal yang
penting untuk diperhatikan dalam pemilihan tempat ialah strktur dan kestabilan
Limbah B3 diinjeksikan sedalam suatu formasi berpori yang berada jauh di bawah
lapisan yang mengandung air tanah. Di antara lapisan tersebut harus terdapat
lapisan impermeable seperti shale atau tanah liat yang cukup tebal sehingga cairan
limbah tidak dapat bermigrasi. Kedalaman sumur ini sekitar 0,5 hingga 2 mil dari
permukaan tanah.
24
Tidak semua jenis limbah B3 dapat dibuang dalam sumur injeksi karena beberapa
jenis limbah dapat mengakibatkan gangguan dan kerusakan pada sumur dan
formasi penerima limbah. Hal tersebut dapat dihindari dengan tidak memasukkan
membentuk emulsi, bersifat asam kuat atau basa kuat, bersifat aktif secara kimia,
dan memiliki densitas dan viskositas yang lebih rendah daripada cairan alami
limbah B3 ke sumur dalam (deep injection well). Ketentuan yang ada mengenai
25
hal ini ditetapkan oleh Amerika Serikat dan dalam ketentuan itu disebutkah
bahwa:
secara vertikal keluar dari zona injeksi atau secara lateral ke titik temu
26
IV. PEMBAHASAN
Sebagai salah satu aset vital, TT. Tg. Gerem mempunyai tugas dan tanggung
jawab yang besar terhadap pendistribusian BBM di daerah Banten dan sekitarnya,
sehingga hampir setiap hari kegiatan operasional di TT. Tg. Gerem sangat padat.
Dumai, Plaju, Cilacap, Balongan, Balik Papan. Selain itu, Terminal Transit
Tanjung Gerem juga menerima impor BBM dari Singapura. Tanker yang
digunakan dalam mengangkut BBM tersebut adalah tanker milik dan tanker yang
Limbah yang ditimbulkan dari kegiatan ini berupa minyak bekas dari MLA,
minyak bekas dari rubber hose, minyak bekas pengambilan sample, dan majun
27
4.1.2 Opeasi Penimbunan BBM
tampung didalam tangki timbun, TT. Tg. Gerem mempunyai 15 unit tanki timbun.
Limbah B3 yang timbul dari kegiatan penimbunan antara lain berupa air yang
terkontaminasi minyak hasil dari proses drain pada tanki timbun, sludge minyak
laut. Limbah yang dihasilkan dari kegiatan operasional penyaluran adalah minyak
juga kegiatan lain yang berpotensi menimmbulkan limbah B3, diantaranya adalah
28
tidak ditangani dengan benar limbah B3 ini akan menimbulkan banyak kerugian,
Kegiatan di TT. Tg. Gerem banyak sekali berhubungan dengan laut atau
lain :
tidak meluas.
29
Oil Skimmer : alat yang digunakan untuk mengambil atau
tidak berbahaya.
30
Dispersant Pump : alat untuk memompakan Oil Dispersant
sebagai berikut:
Menggelar dan mengurung tumpahan minyak dengan Oil Boom agar tidak
meluas.
tidak dapat dibersihkan atau diambil oleh oil skimmer atau oil sorbent.
Minyak atau Limbah B3 yang di ambil oleh oil skimer atau oil sorbent
Limbah B3 yang dihasilkan dari kegiatan operasional TT. Tg. Gerem dapat
dibedakan menjadi dua bentuk, yaitu limbah B3 padat dan limbah B3 cair.
terdiri dari berbagai macam jenis, diantaraanya minyak bekas, pelumas bekas,
majun terkontaminasi minyak, accu bekas, kertas karbon bekas pakai, catridge
31
Limbah B3 padat tersebut kemudian dikumpulkan di gudang penyimpanan
pengumpul.
Minyak bekas yang berasal dari semua kegiatann di TT. Tg. Gerem baik yang
unsur – unsur air dan kotoran lainnya dengan menggunakann prinsip perbedaan
berat jenis, dimana minyak mempunyai berat jenis yang lebih ringan dari air
menunggu hingga penuh yang secara otomatis akan mendorong minyak ke bak
32
bagus dan terbebas dari air dan kotoran. Proses ini dilakukan sampai ke bak no 3
33
4.3.2 Proses Penapisan
Proses ini bertujuan sama seperti proses separasi seperti diatas, hanya saja
pada proses ini dilakukan didalam tanki khusus yang dinamakan tanki penapisan.
kemudian diisi sampai penuh, setelah penuh maka minyak yang berada didalam
dimasukan ke dalam setling tank untuk menampung minyak yang benar – benar
sudah bersih.
34
35
4.3.3 Pemeriksaan Sample Minyak Setling Tank di Labolatorium
Untuk memastikan kualitas minyak yang berada didalam setling tank benar –
benar bagus, maka dilakukan tes atau uji mutu di labolatorium TT. Tg. Gerem
36
maka minyak akan dipompakan ke tanki no 13 dengan mengunakan jalur pompa
Apabila minyak tidak sesuai dengan spesifikasi MFO atau MDF maka
Minyak yang off spec tersebut dikeluarkan melalui pengumpul dengan cara
37
V. PENUTUP
5.1 Simpulan
wilayah kerja S&D Region II Depot Area Manajer 2A Jakarta, pada saat
Tangerang.
2. Sebagai salah satu objek vital, TT. Tg. Gerem meiliki kegiatan yang
3. TT. Tg. Gerem telah memiliki sarana yang cukup memadai untuk
drying bed.
38
5.2 Saran
1. Minyak didalam setling tank yang tidak memenuhi spesifikasi (off spec)
agar di blending ke dalam tanki timbun pada saat penerimaan minyak dari
minyak yang berada didalam tanki timbun secara merata. Dengan cara ini
dalam bentuk sludge maka harganya hanya Rp. 250 per liter (harga
bedasarkan lelang tarahir pada bulan agustus 2008 yang dimenangkan oleh
harganya mengikuti harga MFO atau MDF yang berlaku (MFO Rp. 5.445,
2. Retakan – retakan yang ada pada dinding oil catcher, maupun pada
39
DAFTAR PUSTAKA
http://majarimagazine.com/2008/01/teknologi-pengolahan-limbah-b3
http://www.google.co.id/search?hl=id&q=kep.+Ka.+BAPEDAL+No
40