Anda di halaman 1dari 48

PROSES PENANGANAN LIMBAH B3

DI TERMINAL TRANSIT TANJUNG GEREM

KERTAS KERJA WAJIB

Oleh :

Nama Mahasiswa : Robby Haris


NIM : 320909 / A
Jurusan : Pemasaran dan Niaga
Program Studi : Pemasaran dan Niaga
Diploma : I (Satu)

KEMENTRIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL


BADAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL
PERGURUAN TINGGI KEDINASAN AKADEMI MINYAK DAN GAS BUMI – STEM
PTK AKAMIGAS – STEM

Cepu , Februari 2010


Judul : Proses Penanganan Limbah B3 Di TT. Tanjung

Gerem

Nama Mahasiswa : Robby Haris

NIM : 320909 / A

Jurusan : Pemasaran dan Niaga

Program Studi : Pemasaran dan Niaga

Diploma : I (Satu)

Menyetujui :

Pembimbing Kertas Kerja Wajib

Ir. WORO RUKMI, MSi.

Mengetahui :

Ketua Program Studi : Pemasaran dan Niaga

Drs. MP. GULTOM, MM.


PEMBIMBING PRAKTIK KERJA LAPANGAN

Mengetahui : Menyetujui :
Operation Head. TT. Tanjung Gerem Pws. Utama Marine

TATOK SMT SOBIKHIN


PERGURUAN TINGGI KEDINASAN
AKAMIGAS – STEM

LEMBAR PENCATATAN KEGIATAN PEMBIMBINGAN KKW

Nama Mahasiswa : Robby Haris


NIM : 320909 / A
Jurusan : Pemasaran dan Niaga
Program Studi : Pemasaran dan Niaga
Diploma : I (satu)
Dosen Pembimbing / NIP : Ir. Woro Rukmi, MSi.
Judul KKW : Proses Penanganan Limbah B3 di TT. Tg.
Gerem

Paraf Selesai Perbaikan


NO Tanggal Ringkasan Materi Bimbingan KKW
Pembimbing Tanggal Paraf

Cepu, Februari 2010


Ketua Jurusan / Program Studi
Pemasaran dan Niaga

Ir. Woro Rukmi. Msi


NIP.
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala
rahmat yang telah diberikan-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Kertas
Kerja Wajib (KKW) dengan judul “Proses Penanganan limbah B3 di Terminal
Transit Tanjung Gerem”. Kertas kerja wajib ini ditulis berdasarkan data yang
diperoleh dari Praktik Kerja Lapangan yang dilaksanakan mulai tanggal 01
Februari 2010 sampai dengan tanggal 19 Februari 2010 di Terminal Transit
Tanjung Gerem.
Kertas kerja wajib ini ditulis dengan tujuan untuk memenuhi salah satu
syarat kelulusan jenjang Diploma I program studi Pemasaran dan Niaga di
Perguruan Tinggi Kedinasan Akademi Minyak dan Gas Bumi – Sekolah Tinggi
Energi dan Mineral.
Dalam penulisan kertas kerja wajib ini penulis mendapat bantuan dari
berbagai pihak oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Bapak Ir. Tugas S Soegiarto, MT, selaku Direktur PTK AKAMIGAS-
STEM.
2. Bapak Tatok SMT, selaku Operation Head Terminal Transit Tanjung
Gerem.
3. Bapak Drs. MP. Gultom, MM, selaku ketua program studi Pemasaran
dan Niaga.
4. Ibu Ir. Woro Rukmi, M. Eng. Sc, selaku dosen pembimbing KKW.
5. Bapak Emin bunyamin, selaku Pengawas Utama LJT / LK3 TT.Tanjung
Gerem sekaligus Pembimbing lapangan.
6. Bapak dan Ibu Dosen PTK AKAMIGAS-STEM yang telah memberikan
ilmu kepada penulis.
Dalam kertas kerja wajib ini penulis menyadari bahwa masih terdapat
kekurangan, oleh karena itu penulis mengharap kritik yang bersifat membangun
dari pembaca sekalian agar di masa yang akan datang penulis dapat menyusun
kertas kerja wajib dengan lebih baik.
Semoga kertas kerja wajib ini dapat bermanfaat terutama bagi penulis dan
juga bagi pembaca sekalian.

Cepu, Mei 2010


Penyusun

Robby Haris
NIM. 320909 / A

i
INTISARI

Terminal Transit Tanjung Gerem merupakan salah satu terminal transit PT.
PERTAMINA yang berada di wilayah kerja S&D Region II. Pembangunan TT.
Tanjung Gerem dimulai pada tahun 1993 di atas lahan seluas 10,632 ha. TT.
Tanjung Gerem dioperasi sejak tanggal 7 April 1995, yang ditandai dengan
peresmian oleh Direktur Utama PT. PERTAMINA saat itu, F. Abda’oe.
Tujuan pendirian TT. Tanjung Gerem adalah untuk menjamin keamanan
pasokan Bahan Bakar Minyak (BBM) di daerah Banten, serta turut mengurangi
beban dari Instalasi Tanjung Priuk (ITP) –Plumpang.
Ada beberapa kegiatan di TT. Tg. Gerem yang sangat berpotensi
menimbulkan limbah B3 sehingga membutuhkan penanganan yang serius agar
tidak menjadi masalah di kemudian hari. Kegiatan tersebut diantaranya adalah
kegiatan penerimaan BBM, penimbunan BBM, dan penyaluran BBM. Limbah
yang dihasilkannya antara lain adalah limbah B3 cair dan limbah B3 padat.
Menurut BAPEDAL (1995) limbah B3 adalah setiap bahan sisa suatu
kegiatan proses produksi yang mengandung bahan berbahaya dan beracun serta
konsentrasinya dapat merusak, mencemarkan lingkungan serta membahayakan
kesehatan manusia.
TT. Tg. Gerem telah memiliki sarana pengelolaan limbah B3 yang cukup
memadai,diantaranya adalah oil catcher, drying bed, gudang penampungan
sementara limbah B3, serta sarana dan fasilitas lainnya.

ii
DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR ........................................................................................ . i


INTISARI.............................................................................................................. ii
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ iii
DAFTAR TABEL ................................................................................................. iv
DAFTAR ISI ......................................................................................................... v
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ................................................................................... 1
1.2 Tujuan Penulisan ................................................................................ 2
1.3 Batasan Masalah................................................................................. 2
1.4 Sistematika Penulisan......................................................................... 2
II. ORIENTASI UMUM
2.1 Sejarah Singkat.................................................................................. 4
2.2 Tugas dan Fungsi .............................................................................. 4
2.3 Struktur Organisasi............................................................................ 6
2.3.1 Funsi PPP .......................................................................................... 7
2.3.2 Fungsi Layanan Jual .......................................................................... 7
2.3.3 Fungsi LJP/LK3 ................................................................................ 8
2.3.4 Fungsi Keuangan ............................................................................... 9
2.3.5 Fungsi Marine ................................................................................... 9
2.4 Sarana dan Fasilitas ........................................................................... 9
III. TINJAUAN PUSTAKA
3.1 Pengertian Limbah ........................................................................... 16
3.2 Latarbelakang Pengelolaan B3 ......................................................... 16
3.3 Jenis – jenis Limbah B3 ................................................................... 17
3.4 Karakteristik Limbah B3 .................................................................. 17
3.5 Identifikasi Limbah B3 .................................................................... 18
3.6 Metoda Pengujian limbah B3 ........................................................... 18
3.7 Undang – Undang yang mengatur Limbah B3 ................................ 19
3.8 Tata Cara Penyimpanan limbah B3................................................. 20
3.9 Tata Cara Pengangkutan Limbah B3 .............................................. 21
3.10 Pembuangan Limbah B3 (disposal) ................................................ 22
3.10.1 Landfill (lahan Urug) ...................................................................... 23
3.10.2 Deep Injection well ......................................................................... 24
IV. PEMBAHASAN
4.1 Sumber Limbah B3 ........................................................................ 27
4.1.1 Operasi Penerimaan BBM............................................................... 27
4.1.2 Operasi Penimbunan BBM ............................................................. 28
4.1.3 Operasi Penyaluran BBM ............................................................... 28
4.1.4 Operasional Lain ............................................................................. 28
4.2 Proses penanganan Limbah B3 di TT. Tg. Gerem .......................... 28

iii
4.2.1 Penanganan limbah di Laut / perairan ............................................. 29
4.2.2 Penanganan limbah B3 di Darat ...................................................... 31
4.2.2.1 Penanganan limbah Padat ............................................................... 31
4.2.2.2 Penanganan limbah Cair ................................................................. 32
4.3 Proses recycling ke tanki timbun .................................................... 32
4.3.1 Proses separasi ................................................................................ 32
4.3.2 Proses Penapisan ............................................................................. 34
4.3.3 Pemeriksaan minyak di Labolatorium ............................................ 36
4.3.4 Proses Repumping Ke Tanki timbun ................................................ 36
4.4 Pemusnahan Limbah Melalui Pengumpul ........................................ 37
V. PENUTUP
5.1 Simpulan ........................................................................................... 38
5.2 Saran.................................................................................................. 39

iv
I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

PERTAMINA adalah salah satu Badan Usaha Milik Negara, tetapi setelah

diberlakukannya UU Migas No.22 tahun 2001 dan berdasarkan PP NO. 31 tahun

2003, status PERTAMINA berubah menjadi PT Pertamina (Persero). Hal tersebut

mengakibatkan PT Pertamina (Persero) harus siap bersaing dengan perusahaan

minyak lainnya. Ditambah lagi dengan adanya perdagangan bebas yang

mengakibatkan banyak perusahaan minyak asing yang beroperasi di Indonesia.

PT Pertamina (Persero) memiliki bisnis di bidang eksplorasi dan eksploitasi,

pengolahan, serta pemasaran hasil olahan minyak dan gas bumi di Indonesia. Dari

semua kegiatan tersebut diatas sudah tentu akan menimbulkan efek samping.

Beberapa dampak negatif yang akan timbul sebagai konsekwensi dari kegiatan

operasional ekplorasi, pengolahan dan penyaluran migas antara lain adalah

timbulnya limbah Bahan Berbahaya dan Breracun (B3). Apabila limbah B3

tersebut tidak ditangani dengan benar maka akan menimbulkan dampak negatif

bagi PT. Pertamina (Persero) sendiri ataupun bagi alam dan masyarakat di

sekitarnya. Selain sebagai tanggung jawab moral terhadap alam lingkungan

sekitar dan masyarakat, pengelolaan limbah B3 juga sangat di perlukan sebagai

salah satu syarat untuk mencapai perusahaan yang unggul maju dan terpandang

dan menjadi perusahaan kelas dunia.

Dengan adanya uraian tersebut, penulis tertarik untuk memilih judul

”PROSES PENANGANAN LIMBAH B3 DI TERMINAL TRANSIT TANJUNG

GEREM” dalam penyusunan Kertas Kerja Wajib (KKW) tahun 2010.

1
1.2 Tujuan

Tujuan penulisan Kertas Kerja Wajib ini adalah untuk mengetahui bagaimana

proses penanganan limbah B3 di Terminal Transit Tanjung Gerem. Selain itu,

penulisan Kertas Kerja Wajib (KKW) ini juga bertujuan untuk mengetahui sarana

dan fasilitas serta prosedur apa saja yang dipergunakan dan dipakai dalam

penanganan limbah tersebut.

1.3 Batasan Masalah

Dalam penulisan Kertas Kerja Wajib ini, penulis membatasi pada masalah

penanganan limbah B3 yang di hasilkan dari kegiatan operasional di Terminal

Transit Tanjung Gerem.

1.4 Sistematika Penulisan

Penulisan Kertas Kerja Wajib ini disusun dalam lima bab sebagai berikut :

BAB I : PENDAHULUAN

Bab ini berisi tentang latar belakang, tujuan, batasan masalah, dan

sistematika penulisan.

BAB II : ORIENTASI UMUM

Bab ini berisi data tentang sejarah singkat, tugas dan fungsi terkait,

struktur organisasi, serta sarana dan fasilitas yang ada di Terminal

Transit Tanjung Gerem.

BAB III : TINJAUAN PUSTAKA

2
Bab ini berisi tentang landasan teori yang ada kaitannya dengan

kegiatan penanganan limbah B3.

BAB IV : PEMBAHASAN

Bab ini membahas tentang tata cara dan fasilitas yang digunakan

dalam penanganan limbah B3 di Terminal Transit Tanjung Gerem.

BAB V : PENUTUP

Bab ini merupakan bab akhir yang berisi simpulan dan saran dari

hasil pembahasan.

3
II. ORIENTASI UMUM

2.1 Sejarah Singkat Terminal Transit Tanjung Gerem

Terminal Transit Tanjung Gerem adalah Terminal Transit di bawah

wilayah kerja S&D Region II Jakarta. Terminal Transit Tanjung Gerem

terletak di jalan Laksamana RE Martadinata no. 50 Merak propinsi Banten,

dengan luas 122,769 meter2. Pembangunan Terminal Transit Tanjung Gerem

dimulai tahun 1993 dan diresmikan pada tanggal 7 April 1995 oleh Direktur

Utama Pertamina F. Abda’oe.

Lokasi TT. Tanjung Gerem dibatasi oleh :

 Sebelah utara berbatasan dengan PT Mitsubishi Chemical Indonesia.

 Sebelah timur berbatasan dengan jalan Raya Merak.

 Sebelah selatan berbatasan dengan PT Gajah Tunggal.

 Sebelah barat berbatasan dengan Selat Sunda.

2.2 Tugas dan Fungsi Terminal Transit Tanjung Gerem

Terminal Transit Tanjung Gerem dibangun dengan tujuan untuk menjamin

keamanan pasokan BBM untuk daerah propinsi Banten serta mengurangi beban

dari Instalasi Tanjung Priok dan Depot Plumpang.

Tugas pokok Terminal Transit Tanjung Gerem pada saat ini adalah

menerima, menyimpan, dan menyalurkan BBM (Premium, Minyak Tanah,

Minyak Solar, Bio Solar, Minyak Diesel, dan Minyak Bakar) untuk daerah

Cilegon, Serang, Pandeglang, Lebak, dan sebagian wilayah Tangerang. Selain itu,

4
Terminal Transit Tanjung Gerem juga melakukan penyaluran BBM ke depot-

depot PT Pertamina di wilayah Bengkulu, Pangkal Balam, Pontianak, Panjang dan

Lampung.

. Adapun jumlah Bahan Bakar Minyak yang disalurkan (thruput) rata-rata

perhari pada saat ini sebagai berikut :

Tabel 2.1 Jumlah Thruput BBM di TT. Tanjung Gerem Bulan Januari 2010

No. Produk Jumlah (KL / hari)


1. Premium 1588,290

2. Minyak Tanah 29,355

3. Minyak Solar 1905,290

4. Minyak Diesel 98,774

5. Minyak Bakar 188,84

6 FAME
Sumber : Distribusi/ PPP TT. Tanjung Gerem

5
2.3 Struktur Organisasi Terminal Transit Tanjung Gerem

Struktur organisasi Terminal Transit Tanjung Gerem setelah berubah menjadi

KSO (Kerja Sama Operasi) pada saat ini dipimpin oleh seorang Operation Head

yang bertanggung jawab langsung terhadap kelancaran operasionalnya.

Untuk kelancaran tugasnya, Operation Head Terminal Transit Tanjung

Gerem dibantu oleh lima orang Pengawas Utama yang membawahi pekerja PT.

Patra Niaga, yaitu :

Pengawas Utama Penerimaan, Penimbunan, dan Penyaluran (PPP)

yang membawahi bagian Patra Niaga Penerimaan Penimbunan dan

Penyaluran (PPP).

Pengawas Utama Administrasi Penjualan yang dibantu oleh Asisten

Layanan SPBU dan Asisten AMT serta membawahi bagian Patra

Niaga Penjualan.

Pengawas Utama Lindunagan Keselamatan dan Kesehatan Kerja

(LK3)/Layanan Jasa Pemeliharaan (LJP) yang membawahi bagian

Patra Niaga LK3/LJP.

Pengawas Utama Keuangan yang membawahi bagian Patra Niaga

Keuangan.

Pengawas Utama Marine yang membawahi bagian Patra Niaga

Marine.

6
2.3.1 Fungsi Penerimaan, Penimbunan, dan Penyaluran (PPP)

Bagian PPP Terminal Transit Tanjung Gerem bertanggung jawab atas

kelancaran kegiatan penerimaan, penimbunan, dan penyaluran BBM. Kegiatan

tersebut meliputi kegiatan operasi penerimaan, penimbunan, dan penyaluran serta

kegiatan pengendalian mutu BBM dalam kegiatan tersebut. Bagian ini juga

bertanggung jawab atas penyediaan BBM yang tepat jumlah, tepat mutu, dan tepat

waktu. Bagian ini diawasi oleh Pengawas Utama PPP yang dibantu oleh karyawan

PT. Patra Niaga.

2.3.2 Fungsi Layanan Jual

Bagian ini diawasi oleh Pengawas Utama Layanan Jual yang dibantu oleh

Asisten Layanan Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) dan Asisten

Layanan Agen Minyak Tanah (AMT), Bagian ini bertugas dan bertanggung jawab

untuk melaksanakan pengawasan kegiatan penjualan BBM Public Service

Obligation (PSO) melalui penyelenggaraan tertib administrasi penjualan

berpedoman pada prosedur terdokumentasi, Online Service Distribution System

(OSDS), dan sistem Sistem Aplikasi Produk (SAP) yang berlaku, serta

pengawasan mutu penyerahan di Gate Keeper sesuai prosedur dan keselamatan

kerja agar seluruh kegiatan penyerahan BBM ke SPBU, Industri dan agen minyak

tanah di wilayah kerja terlaksana secara aman, tepat mutu, tepat waktu dan tepat

jumlah.

7
2.3.3 Fungsi Lingkungan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (LK3) /

Layanan Jasa Pemeliharaan (LJP)

Bagian ini diawasi oleh Pengawas Utama LK3/LJP dan dalam pelaksanaan

tugasnya di bantu oleh pekerja PT. Patra Niaga. Bagian LK3/LJP memiliki tugas

dan tanggung jawab, yaitu :

- Membuat kontrak pekerjaan yang dikehendaki dengan pihak ketiga.

- Melaksanakan kegiatan pemeliharaan sarana dan fasilitas yang dimiliki

Terminal Transit Tanjung Gerem, serta melakukan perbaikan jika terjadi

kerusakan pada sarana dan fasilitas tersebut.

- Bertanggung jawab terhadap kehandalan sarana dan fasilitas Penerimaan,

Penimbunan, dan Penyaluran BBM.

- Mencegah terjadinya kecelakaan kerja, kebakaran, serta pencemaran

lingkungan.

- Meningkatkan keselamatan dan kesehatan kerja serta menjaga dan

melindungi lingkungan.

- Bertanggung jawab atas keselamatan, kesehatan kerja, dan lindungan

lingkungan.

- bertanggung jawab dalam pengamanan seluruh aset Terminal Transit

Tanjung Gerem

- Mengamankan seluruh kegiatan di Terminal Transit Tanjung Gerem agar

tetap kondusif, tertib, dan lancar.

8
2.3.5 Fungsi Keuangan

Bagian ini diawasi oleh Pengawas Utama Keuangan yang dibantu oleh

pekerja PT. Patra Niaga . Bagian ini bertanggung jawab dalam hal administrasi

BBM serta bertanggung jawab dalam perbendaharaan keuangan Terminal Transit

Tanjung Gerem.

2.3.6 Fungsi Marine

Bagian ini diawasi oleh Pengawas Utama Marine yang dibantu oleh pekerja

PT. Patra Niaga, Bagian ini bertanggung jawab dalam hal keselamatan dermaga

dan kapal, mengkoordinir kebutuhan sarana bantu navigasi, pengawasan terhadap

pencemaran perairan yang diakibatkan tumpahan minyak, serta mengelola

kelancaran operasional sesuai ketentuan.

2.4 Sarana dan Fasilitas

Kegiatan penerimaan, penimbunan, dan penyaluran BBM merupakan

kegiatan utama yang dilakukan Terminal Transit Tanjung Gerem. Kelancaran

dalam setiap pelaksanaan kegiatan tersebut sangat diharapkan. Oleh karena itu,

dibutuhkan sarana dan fasilitas yang handal dan terpelihara guna mendukung

setiap kegiatan tersebut. Sarana dan fasilitas tersebut adalah sarana dan fasilitas

penerimaan, sarana dan fasilitas penimbunan, dan sarana dan fasilitas penyaluran.

9
2.4.1 Sarana dan Fasilitas Penerimaan

Penerimaan BBM di Terminal Transit Tanjung Gerem dilakukan melalui

tanker. Sarana dan fasilitas yang digunakan dalam penerimaan BBM tersebut

adalah dermaga dan pipa.

2.4.1.1 Dermaga

Dermaga adalah sarana untuk penambatan tanker yang dilengkapi dengan

fasilitas tambat dan fasilitas bongkar muat. Terminal Transit Tanjung Gerem

memiliki tiga buah dermaga

- Dermaga I untuk Loading dan Bunker.

Kapasitas : 3500 DWT s/d 6500 DWT.

Bentuk : L - Head.

Kedalaman alur : 13 meter.

Ukuran Jetty Head : 10 m x 15 m x 0.9 m

- Dermaga II untuk Discharge dan Loading.

Kapasitas : 17000 DWT s/d 35000 DWT.

Bentuk : L - Head.

Kedalaman alur : 13 meter.

Ukuran Jetty Head : 15 m x 15 m x 0.9 m

- Dermaga III untuk Bunker ke tongkang atau SPOB (Single Propeller Oil

Barge).

Belum ada keterangan, karena masih dilakukan rekondisi.

10
2.4.1.2 Pipa ( cantumkan kekurangan2 pipa disch di TTG)

Sarana pipa yang ada di Terminal Transit Tanjung Gerem adalah :

- Marine Loading Arm (MLA) masing-masing sebanyak tiga buah di

dermaga I dan dermaga II yang digunakan untuk produk Premium, M.

Solar, dan M. Tanah. MLA tersebut memiliki ukuran Ø 6” di dermaga I

dan Ø 10” di dermaga II.

- Pipa penerimaan dari dermaga ke tangki timbun adalah :

Tabel 2.2 Data Pipa Penerimaan dari Dermaga ke Tangki Timbun

Panjang Isi Pipa


No. Jenis BBM Ukuran
(meter) (liter)

Ø 16” 684,65

Ø 12” 186,85
1. Premium 8 82.087
Ø 10” 2,2

Ø 8” 121,4

Ø 16” 656

2. Minyak Tanah Ø 10” 2,5 75.482

Ø 8” 17,5

3. Minyak Solar 220.848


Ø 16” 1928

11
Ø 10” 5

Ø 8” 24,3

Ø 16” 640,93

4. Minyak Bakar Ø 12” 23,3 55.071

Ø 6” 329,52

Ø 8” 1,94
5. Minyak Diesel 18.155
Ø 6” 970

Sumber : LK3/LJP TT. Tanjung Gerem

2.4.2 Sarana dan Fasilitas Penimbunan

Sarana dan fasilitas penimbunan di Terminal Transit Tanjung Gerem adalah

tangki timbun. Tangki timbun yang dimiliki Terminal Transit Tanjung Gerem

sebanyak 14 buah tangki tegak (fixed cone roof tank). Sedangkan untuk bagian

dasar tangki berbentuk fall at center. Berikut data-data tentang tangki timbun di

Terminal Transit Tanjung Gerem.

12
Tabel 2.3 Data Tangki Timbun TT. Tanjung Gerem

Ukuran (m) Kapasitas Safe Capacity Dead Stock


Produk No. Tanki
(Diameter x Tinggi) Max (KL) (KL) (KL)

2 34,126 x 11,135 10.300 9.994 603


3 34,156 x 11,105 10.256 9.977 238
Premium
11 19,965 x 11,074 3.471 3.354 113
15 34.928 x 11,057 10.675 10.140 490

13 24,365 x 11,000 5.171 4.984 248


M. Tanah
14 24,365 x 10,975 5.162 4.975 248

10 17,054 x 11,053 2.554 2.496 130


M. Diesel
12 34,115 x 11,210 10.279 10.004 383

5 34,121 x 11,150 10.290 9.969 650


M. Bakar
9 24,374 x 11,122 5.410 5.089 248

1 34,122 x 11,133 10.284 9.980 662

6 34,120 x 11,145 9.982 9.967 664


M. Solar
7 34,135 x 11,144 10.295 9.980 560

8 34,128 x 11,148 10.315 9.997 606

FAME 4 17,045 x 11,053 2.554 2.485 115


Sumber : LK3/LJP dan PPP TT. Tanjung Gerem

13
2.4.3 Sarana dan Fasilitas Penyaluran

Penyaluran BBM di Terminal Transit Tanjung Gerem meliputi penyaluran ke

mobil tangki, back loading, dan bunker. Adapun sarana dan fasilitas yang

digunakan adalah :

Tabel 2.4 Data Pipa Penyaluran TT. Tanjung Gerem

Diameter Panjang Total Isi


NO Jenis Produk Keterangan
Pipa (in) Pipa (m) (Liter)

Ø 10” 180,2

Ø 8” 1.054,8
44.481 Ke Dermaga I
Ø 6” 65,4

Ø 4” 5,48
1 M. Tanah

Ø 8” 63,7
Ke Filling
Ø 6” 36,65 2.837,5
Point
Ø 3” 20,48

Ø 10” 393,22

Ø 8” 2.083,69 Ke Dermaga
92.526
Ø 6” 8,0 I dan II

Ø 3” 447,01
2 Minyak Solar

Ø 8” 120,25
Ke Filling
Ø 6” 34,15 4.702
Point
Ø 3” 38,45

14
Ø 10” 202,1
Ke Dermaga
3 Minyak Bakar Ø 8” 63,31 13.577
I dan II
Ø 6” 67,05

Ø 8” 2,0
Ke Dermaga
4 Minyak Diesel Ø 6” 52,49 1.424
I dan II
Ø 4” 16,57

Ø 10” 189,05
Ke Filling
5 Premium Ø 8” 260,9 18.064
Point
Ø 3” 6,0

Sumber : LK3/LJP TT. Tanjung Gerem.

Selain pipa, sarana dan fasilitas yang digunakan adalah tempat pengisian ke

mobil tangki (Filling Shed) yang terdiri dari 18 titik pengisian (Filling Point)

dengan bottom loader Ø 3”, yaitu :

4 buah titik pengisian M. Solar, No. 1A, 1B, 2 dan 3

1 buah titik pengisian Kerosene No. 7

6 buah titik pengisian Premium, No. 4, 5, 6, 8A, 8B dan 9

4 buah titik pengisian M. Bakar, dengan meter arus no. 10A, 10B,

11A dan 11B.

2 buah titik pengisian M. Diesel, dengan meter arus no. 13A dan

13B.

1 buah titik pengisian Fame, No. 12

15
III. TINJAUAN PUSTAKA

3.1 Pengertian Limbah B3

Menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 18 TAHUN 1999

Limbah bahan berbahaya dan beracun, disingkat limbah B3, adalah sisa suatu

usaha dan/atau kegiatan yang mengandung bahan berbahaya dan/atau beracun

yang karena sifat dan/atau konsentrasinya dan/atau jumlahnya, baik secara

langsung maupun tidak langsung, dapat mencemarkan dan/atau merusakkan

lingkungan hidup, dan/atau dapat membahayakan lingkungan hidup, kesehatan,

kelangsungan hidup manusia serta makhluk hidup lain.

3.2 Latar Belakang Pengelolaan B3

Meningkatnya penggunaan bahan berbahaya dan beracun pada berbagai

kegiatan, antara lain pada kegiatan perindustrian, pertambangan, kesehatan

dan juga kegiatan rumah tangga.

Adanya kebutuhan industri penghasil limbah B3 terhadap kesediaan

fasilitas pengolahan dan penimbunan limbah B3 yang berwawasan

lingkungan.

Meningkatnya upaya pengendalan pencemaran udara dan pengendalian

pencemaran air yang akan menghasilkan lumpur atau abu yang berbahaya

dan beracun.

Limbah B3 jika tidak dikelola secara tepatakan berdampak penting

terhadap lingkungan seperti tanah,air, dan udara.

16
3.3 Jenis – jenis limbah B3

Berdasarkan sumbernya, limbah B3 dapat diklasifikasikan menjadi tiga

jenis yaitu:

Limbah B3 dari sumber tidak spesifik adalah limbah B3 yang pada

umumnya berasal bukan dari proses utamanya, tetapi berasal dari kegiatan

pemeliharaan alat, pencucian, pencegahan korosi (inhibator korosi),

pelarutan kerak, pengemasan, dan lain-lain.

Limbah B3 dari sumber spesifik adalah limbah B3 sisa proses suatu

industri atau kegiatan yang secara spesifik dapat ditentukan.

Limbah B3 dari bahan kimia kadaluarsa, tumpahan, sisa kemasan, atau

buangan produk yang tidak memenuhi spesifikasi, karena tidak memenuhi

spesifikasi yang ditentukan atau tidak dapat dimanfaatkan kembali, maka

suatu produk menjadi limbah B3 yang memerlukan pengelolaan seperti

limbah B3 lainnya. Hal yang sama juga berlaku untuk sisa kemasan

limbah B3 dan bahan-bahan kimia yang kadaluarsa.

3.4 Karakteristik Limbah B3

Limbah B3 dikarakterisasikan berdasarkan beberapa parameter yaitu total

solids residue (TSR), kandungan fixed residue (FR), kandungan volatile solids

(VR), kadar air (sludge moisture content), volume padatan, serta karakter atau

sifat B3 (toksisitas, sifat korosif, sifat mudah terbakar, sifat mudah meledak,

beracun, serta sifat kimia dan kandungan senyawa kimia).

17
3.5 Identifikasi Limbah B3

mudah meledak;

mudah terbakar;

bersifat reaktif;

beracun;

menyebabkan infeksi; dan

bersifat korosif.

3.5 Metoda Pengujian Limbah B3

Analisis lumpur : bila limbah B-3 berupa lumpur, yaitu: kandungan total

solids residue (TSR), kandungan Fixed Residue (FR), kandungan volatile

solids, kadar air (sludge moisture content), volume padatan.

Karakteristik B-3 : sifat mudah meledak, terbakar, reaktif, beracun,

menyebabkan infeksi, korosif, maupun toksik.

Analisis komposisi kandungan komponen bahan kimia : senyawa dioksin,

nitrogen, sulfur/sulfida, halogen, logam berat, kromium valensi +6,

sianida, pestisida.

Nilai bakar (heating value)

Total Solids Residue (TSR) : persen berat padatan terhadap total residu.

Didapat dengan menguapkan air hingga berat padatan konstan (103°C).

Toxicity Characteristic Leaching Procedure (TCLP)

18
3.6 Undang – Undang Yang Mengatur Limbah B3

Undang-undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan

Pengelolaan Lingkungan Hidup.

Keputusan Presiden Nomor 61 Tahun 1993, tentang Pengesahan Basel

Convention on The Control of Transboundary Movement of Hazardous

Wastes and Their Disposal.

Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 1999 jo. Peraturan Pemerintah

Nomor 85 tahun 1999 tentang Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan

Beracun.

Surat Keputusan Kepala Bapedal antara lain :

No. Kep-68/Bapedal/05/1994 tentang Permohonan Ijin Pengelolaan

Limbah B3

No. Kep-01/Bapedal/09/1995 tentang Tata Cara & Persyaratan Teknis

Penyimpanan dan Pengumpulan Limbah B3

No. Kep-02/Bapedal/09/1995 tentang Dokumen Limbah B3.

No. Kep-03/Bapedal/09/1995 tentang Persyaratan Teknis Pengolahan

Limbah B3

No. Kep-04/Bapedal/09/1995 tentang Tata Cara & Persyaratan

Penimbunan Hasil Pengolahan, Persyaratan Lokasi bekas Pengolahan dan

Lokasi bekas Penimbunan Limbah B3

No. Kep-05/Bapedal/09/1995 tentang Simbol B3

19
No. Kep-255/Bapedal/08/1996 tentang Tata Cara & Persyaratan

Penyimpanan dan Pengumpulan Minyak Pelumas Bekas

No. Kep-02/Bapedal/01/1998 tentang Tata Laksana Pengawasan

Pengelolaan Limbah B3

No. Kep-03/Bapedal/01/1998 tentang Program Kemitraan dalam

Pengelolaan Limbah B3 (KENDALI)

No. Kep-04/Bapedal/01/1998 tentang Penetapan Prioritas Daerah Tingkat

I Program KENDALI B3

3.7 Tata Cara Penyimpanan Limbah B3

Limbah B3 harus ditangani dengan perlakuan khusus mengingat bahaya

dan resiko yang mungkin ditimbulkan apabila limbah ini menyebar ke

lingkungan. Hal tersebut termasuk proses pengemasan, penyimpanan, dan

pengangkutannya. Pengemasan limbah B3 dilakukan sesuai dengan karakteristik

limbah yang bersangkutan. Namun secara umum dapat dikatakan bahwa kemasan

limbah B3 harus memiliki kondisi yang baik, bebas dari karat dan kebocoran,

serta harus dibuat dari bahan yang tidak bereaksi dengan limbah yang disimpan di

dalamnya. Untuk limbah yang mudah meledak, kemasan harus dibuat rangkap di

mana kemasan bagian dalam harus dapat menahan agar zat tidak bergerak dan

mampu menahan kenaikan tekanan dari dalam atau dari luar kemasan. Limbah

yang bersifat self-reactive dan peroksida organik juga memiliki persyaratan

khusus dalam pengemasannya. Pembantalan kemasan limbah jenis tersebut harus

dibuat dari bahan yang tidak mudah terbakar dan tidak mengalami penguraian

20
(dekomposisi) saat berhubungan dengan limbah. Jumlah yang dikemas pun

terbatas sebesar maksimum 50 kg per kemasan sedangkan limbah yang memiliki

aktivitas rendah biasanya dapat dikemas hingga 400 kg per kemasan.

Limbah B3 yang diproduksi dari sebuah unit produksi dalam sebuah pabrik harus

disimpan dengan perlakuan khusus sebelum akhirnya diolah di unit pengolahan

limbah. Penyimpanan harus dilakukan dengan sistem blok dan tiap blok terdiri

atas 2×2 kemasan. Limbah-limbah harus diletakkan dan harus dihindari adanya

kontak antara limbah yang tidak kompatibel. Bangunan penyimpan limbah harus

dibuat dengan lantai kedap air, tidak bergelombang, dan melandai ke arah bak

penampung dengan kemiringan maksimal 1%. Bangunan juga harus memiliki

ventilasi yang baik, terlindung dari masuknya air hujan, dibuat tanpa plafon, dan

dilengkapi dengan sistem penangkal petir. Limbah yang bersifat reaktif atau

korosif memerlukan bangunan penyimpan yang memiliki konstruksi dinding yang

mudah dilepas untuk memudahkan keadaan darurat dan dibuat dari bahan

konstruksi yang tahan api dan korosi.

3.8 Tata Cara Pengangkutan Limbah B3

Mengenai pengangkutan limbah B3, Pemerintah Indonesia belum

memiliki peraturan pengangkutan limbah B3 hingga tahun 2002. Namun, kita

dapat merujuk peraturan pengangkutan yang diterapkan di Amerika Serikat.

Peraturan tersebut terkait dengan hal pemberian label, analisa karakter limbah,

pengemasan khusus, dan sebagainya. Persyaratan yang harus dipenuhi kemasan di

21
antaranya ialah apabila terjadi kecelakaan dalam kondisi pengangkutan yang

normal, tidak terjadi kebocoran limbah ke lingkungan dalam jumlah yang berarti.

Selain itu, kemasan harus memiliki kualitas yang cukup agar efektivitas kemasan

tidak berkurang selama pengangkutan. Limbah gas yang mudah terbagak harus

dilengkapi dengan head shields pada kemasannya sebagai pelindung dan

tambahan pelindung panas untuk mencegah kenaikan suhu yang cepat. Di

Amerika juga diperlakukan rute pengangkutan khusus selain juga adanya

kewajiban kelengkapan Material Safety Data Sheets (MSDS) yang ada di setiap

truk dan di dinas pemadam kebarakan.

Gambar 3.1 Pengangkutan Limbah B3

3.9 Pembuangan Limbah B3 (Disposal)

Sebagian dari limbah B3 yang telah diolah atau tidak dapat diolah dengan

teknologi yang tersedia harus berakhir pada pembuangan (disposal). Tempat

pembuangan akhir yang banyak digunakan untuk limbah B3 ialah landfill (lahan

22
urug) dan disposal well (sumur pembuangan). Di Indonesia, peraturan secara rinci

mengenai pembangunan lahan urug telah diatur oleh Badan Pengendalian Dampak

Lingkungan (BAPEDAL) melalui Kep-04/BAPEDAL/09/1995.

3.9.1 Landfill (lahan urug)

Landfill atau lahan urug adalah salah satu metoda yang banyak digunakan

dalam pemusnahan limbah B3. Landfill untuk penimbunan limbah B3

diklasifikasikan menjadi tiga jenis yaitu secured landfill double liner, secured

landfill single liner, dan landfill clay liner dan masing-masing memiliki ketentuan

khusus sesuai dengan limbah B3 yang ditimbun.

Gambar 3.2 Pembuangan Limbah System Landfill

23
3.9.2 Deep injection Well

Pembuangan limbah B3 melalui metode ini masih mejadi kontroversi dan

masih diperlukan pengkajian yang komprehensif terhadap efek yang mungkin

ditimbulkan. Data menunjukkan bahwa pembuatan sumur injeksi di Amerika

Serikat paling banyak dilakukan pada tahun 1965-1974 dan hampir tidak ada

sumur baru yang dibangun setelah tahun 1980.

Sumur injeksi atau sumur dalam (deep well injection) digunakan di Amerika

Serikat sebagai salah satu tempat pembuangan limbah B3 cair (liquid hazardous

wastes). Pembuangan limbah ke sumur dalam merupakan suatu usaha membuang

limbah B3 ke dalam formasi geologi yang berada jauh di bawah permukaan bumi

yang memiliki kemampuan mengikat limbah, sama halnya formasi tersebut

memiliki kemampuan menyimpan cadangan minyak dan gas bumi. Hal yang

penting untuk diperhatikan dalam pemilihan tempat ialah strktur dan kestabilan

geologi serta hidrogeologi wilayah setempat.

Limbah B3 diinjeksikan sedalam suatu formasi berpori yang berada jauh di bawah

lapisan yang mengandung air tanah. Di antara lapisan tersebut harus terdapat

lapisan impermeable seperti shale atau tanah liat yang cukup tebal sehingga cairan

limbah tidak dapat bermigrasi. Kedalaman sumur ini sekitar 0,5 hingga 2 mil dari

permukaan tanah.

24
Tidak semua jenis limbah B3 dapat dibuang dalam sumur injeksi karena beberapa

jenis limbah dapat mengakibatkan gangguan dan kerusakan pada sumur dan

formasi penerima limbah. Hal tersebut dapat dihindari dengan tidak memasukkan

limbah yang dapat mengalami presipitasi, memiliki partikel padatan, dapat

membentuk emulsi, bersifat asam kuat atau basa kuat, bersifat aktif secara kimia,

dan memiliki densitas dan viskositas yang lebih rendah daripada cairan alami

dalam formasi geologi.

Gambar 3.3 Pembuangan limbah System Deep Injection Well

Hingga saat ini di Indonesia belum ada ketentuan mengenai pembuangan

limbah B3 ke sumur dalam (deep injection well). Ketentuan yang ada mengenai

25
hal ini ditetapkan oleh Amerika Serikat dan dalam ketentuan itu disebutkah

bahwa:

Dalam kurun waktu 10.000 tahun, limbah B3 tidak boleh bermigrasi

secara vertikal keluar dari zona injeksi atau secara lateral ke titik temu

dengan sumber air tanah.

Sebelum limbah yang diinjeksikan bermigrasi dalam arah seperti

disebutkan di atas, limbah telah mengalami perubahan higga tidak lagi

bersifat berbahaya dan beracun.

26
IV. PEMBAHASAN

Sebagai salah satu aset vital, TT. Tg. Gerem mempunyai tugas dan tanggung

jawab yang besar terhadap pendistribusian BBM di daerah Banten dan sekitarnya,

sehingga hampir setiap hari kegiatan operasional di TT. Tg. Gerem sangat padat.

4.1 Sumber Dan Karakteristik Limbah B3

Secara umum kegiatan operasional di TT. Tg. Gerem dapat di golongkan

menjadi tiga kegiatan, yaitu kegiatan penerimaan, kegiatan penimbunan, dan

kegiatan penyaluran. Semua kegiatan tersebut pasti mempunyai dampak negatif

antara lain timbulnya limbah B3.

4.1.1 Operasi Penerimaan BBM

Terminal Transit Tanjung Gerem menerima pasokan BBM dari kilang

Dumai, Plaju, Cilacap, Balongan, Balik Papan. Selain itu, Terminal Transit

Tanjung Gerem juga menerima impor BBM dari Singapura. Tanker yang

digunakan dalam mengangkut BBM tersebut adalah tanker milik dan tanker yang

disewa oleh PT Pertamina (Persero).

Limbah yang ditimbulkan dari kegiatan ini berupa minyak bekas dari MLA,

minyak bekas dari rubber hose, minyak bekas pengambilan sample, dan majun

bekas yang terkontaminasi minyak.

27
4.1.2 Opeasi Penimbunan BBM

Minyak yang diterima di TT. Tg. Gerem melalui dermaga selanjutnya di

tampung didalam tangki timbun, TT. Tg. Gerem mempunyai 15 unit tanki timbun.

Limbah B3 yang timbul dari kegiatan penimbunan antara lain berupa air yang

terkontaminasi minyak hasil dari proses drain pada tanki timbun, sludge minyak

hasil dari tank cleaning, dan majun bekas.

4.1.3 Operasi Penyaluran BBM

Penyaluran BBM kepada masyarakat melalui SPBU menggunakan mobil

tanki, sedangkan distribusi BBM ke depot lain (konsinyasi) menggunakan kapal

laut. Limbah yang dihasilkan dari kegiatan operasional penyaluran adalah minyak

bekas, majun terkontaminasi minyak, botol kemasan marker dyes, dll.

4.1.4 Kegiatan Operasional Lain

Selain kegiatan operasional penerimaan, penyaluran, dan penimbunan ada

juga kegiatan lain yang berpotensi menimmbulkan limbah B3, diantaranya adalah

kegiatan operasional kantor dan kantin yang menghasilkan limbah B3 seperti,

catridge printer, kertas karbon, accu bekas, dll.

4.2 Proses Penanganan Limbah B3 di TT. Tg. Gerem

Kegiatan Operasional di TT. Tg. Gerem sangat padat, sehingga berpotensi

menimbulkan limbah B3 yang banyak dan bermacam – macam jenis. Apabila

28
tidak ditangani dengan benar limbah B3 ini akan menimbulkan banyak kerugian,

diantaranya rusaknya lingkungan sekitar, terganggunya kesehatan orang – orang

di sekitar TT. Tg. Gerem pada khususnya.

4.2.1 Penanganan Limbah Di Laut

Kegiatan di TT. Tg. Gerem banyak sekali berhubungan dengan laut atau

perairan, sehungga sangat memmungkinkan terjadi pencemaran di laut atau

perasiran yang perlu di tangani secara benar.

Peralatan yang di gunakan dalam penanggulangan pencemaran di laut antara

lain :

Oil Boom : alat yang digunakan dalam penanggulangan pencemaran dilaut

bertujuan untuk melokalisir daerah yang tercemar oleh limbah B3 agar

tidak meluas.

Gambar 4.1 Oil Boom

29
Oil Skimmer : alat yang digunakan untuk mengambil atau

menampungminyak yang terkurung didalam oil boom.

Gambar 4.2 Oil Skimer

Oil Chemical dispersant : suatu bahan kimia yang digunakan untuk

menetralisir minyak atau limbah B3 sehingga aman bagi lingkungan dan

tidak berbahaya.

Gambar 4.3 Oil Chemical Dispersant

30
Dispersant Pump : alat untuk memompakan Oil Dispersant

Tata cara penanggulangan limbah B3 di perairan TT. Tg. Gerem adalah

sebagai berikut:

Menggelar dan mengurung tumpahan minyak dengan Oil Boom agar tidak

meluas.

Mengambil minyak yang terkurung didalam Oil Boom dengan

menggunakan Oil Skimmer atau dengan menggunakan Oil Sorbent

Menyemprotkan Oil chemical Dispersant pada film – film minyak yang

tidak dapat dibersihkan atau diambil oleh oil skimmer atau oil sorbent.

Minyak atau Limbah B3 yang di ambil oleh oil skimer atau oil sorbent

kemudian ditampug didalam drum atau containtment bag lalu di

kumpulkan di drying bed untuk dilakukan proses lebih lanjut.

4.2.2 Penanganan limbah di darat

Limbah B3 yang dihasilkan dari kegiatan operasional TT. Tg. Gerem dapat

dibedakan menjadi dua bentuk, yaitu limbah B3 padat dan limbah B3 cair.

4.2.2.1 Limbah B3 padat

Limbah B3 yang dihasilkan dari kegiatan operasional di TT. Tg. Gerem

terdiri dari berbagai macam jenis, diantaraanya minyak bekas, pelumas bekas,

majun terkontaminasi minyak, accu bekas, kertas karbon bekas pakai, catridge

printer, kemasan marker dyes, dll.

31
Limbah B3 padat tersebut kemudian dikumpulkan di gudang penyimpanan

sementara limbah B3 dengan di kordinir oleh fungsi LK3 untuk dilakukan

pendataan dan selanjutnya dimusnahkan dengan cara dikeluarkan melalui

pengumpul.

4.2.2.2 Penanganan limbah B3 cair

Berbeda halnya dengan penanganan limbah B3 padat, pada penanganan

limbah B3 cair memerlukan penanganan yang lebih rumit dan kompleks.

4.3 Proses Recycling Limbah B3 Ke dalam Tanki timbun.

Minyak bekas yang berasal dari semua kegiatann di TT. Tg. Gerem baik yang

dilakukan di darat maupun di laut semuanya dikumpulkan di drying bed, untuk

dilakukan proses selanjutnya

4.3.1 Proses Separasi

Proses ini bertujuan untuk memisahkan atau membersihkan minyak dari

unsur – unsur air dan kotoran lainnya dengan menggunakann prinsip perbedaan

berat jenis, dimana minyak mempunyai berat jenis yang lebih ringan dari air

sehingga minyak akan cenderung berada diatas permukaan cairan.

Pertama – tama minyak dimasukan kedalam bak drying bed no 1, kemudian

menunggu hingga penuh yang secara otomatis akan mendorong minyak ke bak

penampungan drying bed no 2 sehingga mendapatkan minyak yang kualitasnya

32
bagus dan terbebas dari air dan kotoran. Proses ini dilakukan sampai ke bak no 3

untuk mendapatkan hasil yang lebih baik.

Gambar 4.4.1 Bak Separasi Limbah B3

Gambar 4.4.2 Bak Separasi Limbah B3

33
4.3.2 Proses Penapisan

Proses ini bertujuan sama seperti proses separasi seperti diatas, hanya saja

pada proses ini dilakukan didalam tanki khusus yang dinamakan tanki penapisan.

Minyak hasil dari proses separasi dimasukan kedalam tanki penapisan no 1

kemudian diisi sampai penuh, setelah penuh maka minyak yang berada didalam

tanki akan masuk ke dalam tanki penapisan no 2 dan seterusnya no 3 lalu

dimasukan ke dalam setling tank untuk menampung minyak yang benar – benar

sudah bersih.

Gambar 4.5 Tanki Penapisan Limbah B3

34
35
4.3.3 Pemeriksaan Sample Minyak Setling Tank di Labolatorium

Untuk memastikan kualitas minyak yang berada didalam setling tank benar –

benar bagus, maka dilakukan tes atau uji mutu di labolatorium TT. Tg. Gerem

dengan parameter sebagai berikut:

Pengetesan berat jenis menggunakan alat Hydrometer dengan metode

ASTM – 1298 – 2005

Pengetesan titik nyala menggunakan alat Flash point PM CC KOEHLER

dan metode ASTM D – 93 – 2007

Pengetesan kandungan air menggunakan alat Bernstead Electrothermal

dengan metode ASTM D - 95 – 2007

Pengetesan kandungan sulphur menggunakan alat OXFORD LAB – X

1500 dengan metode ASTM D – 4294 – 2003

Pengetesan kekentalan menggunakan alat STANHOPE SETA dengan

metode ASTM D – 445 – 2006

Pengetesan kandungan sedimen

Pengetesan CCR (Conradson Carbon residu)

4.3.4 Proses Repumping Ke Tanki Timbun

Setelah dilakukan pengecekan di labolatorium, apabila hasilnya on spec maka

minyaak akan dipompakan ke tanki timbun masing – masing sesuai dengan

spesifikasinya, apabila minyak masuk ke spesifikasi MFO maka minyak akan

dipompakan ke tanki no 9, dan apabila minyak masuk kedalam spesifikasi MDF

36
maka minyak akan dipompakan ke tanki no 13 dengan mengunakan jalur pompa

dari setling tank ke tanki no 9 atau tanki no 13 yang sudah di sediakan.

4.4 Pemusnahan Limbah Melalui Pengumpul

Apabila minyak tidak sesuai dengan spesifikasi MFO atau MDF maka

minyak akan dimusnahkan dengan cara dikeluarkan melalui pengumpul yang

telah mempunyai izin resmi dari kementrian lingkungan hidup.

Minyak yang off spec tersebut dikeluarkan melalui pengumpul dengan cara

dijual lelang, pengumpul yang memberikan penawaran paling tinggi berhak

membeli minyak tersebut, tentunya setelah melewati proses pemeriksaan

kelengkapan surat – dari departemen yang terakait.

37
V. PENUTUP

5.1 Simpulan

Dari pelaksanaan Praktik Kerja Lapangan (PKL) yang dilaksanakan penulis

di Terminal Transit Tanjung Gerem tanggal 01 Februari 2010 sampai dengan 19

Februari 2010, dapat diambil beberapa simpulan sebagai berikut :

1. Terminal Transit Tanjung Gerem adalah Terminal Transit di bawah

wilayah kerja S&D Region II Depot Area Manajer 2A Jakarta, pada saat

ini memiliki tugas pokok yaitu menerima, menyimpan, dan menyalurkan

BBM (Premium, M. Tanah, M. Solar, Bio Solar M. Diesel dan M. Bakar)

untuk daerah Cilegon, Serang, Pandeglang, Lebak, dan sebagian wilayah

Tangerang.

2. Sebagai salah satu objek vital, TT. Tg. Gerem meiliki kegiatan yang

sangat padat dan beresiko menimbulkan limbah b3 yang bias mencemari

lingkungan sekitar seperti tanah, air, dan udara, sehingga membutuhkan

penanganan yang serius dari seluruh pihak.

3. TT. Tg. Gerem telah memiliki sarana yang cukup memadai untuk

pengelolaan limbah B3 baik padat ataupun cair, mulai dari gudang

penampungan sementara limbah B3, oil catcher, oil boom sampai ke

drying bed.

38
5.2 Saran

Berdasarkan pengamatan di lapangan, penulis dapat menyampaikan beberapa

saran seperti berikut :

1. Minyak didalam setling tank yang tidak memenuhi spesifikasi (off spec)

agar di blending ke dalam tanki timbun pada saat penerimaan minyak dari

kapal sedang berjalan, sehingga minyak tersebut dapat tercampur dengan

minyak yang berada didalam tanki timbun secara merata. Dengan cara ini

akan meningkatkan nilai jual minyak tersebut. Apabila minyak dijual

dalam bentuk sludge maka harganya hanya Rp. 250 per liter (harga

bedasarkan lelang tarahir pada bulan agustus 2008 yang dimenangkan oleh

PT. HABINDO), sedangkan bila dijual dalam bentuk minyak maka

harganya mengikuti harga MFO atau MDF yang berlaku (MFO Rp. 5.445,

MDF Rp. 5.885, harga per 15 februari 2010).

2. Retakan – retakan yang ada pada dinding oil catcher, maupun pada

dinding saluran air (parit) harap segera diperbaiki, karna bisa

menyebabkan pencemaran pada tanah di sekitarnya.

39
DAFTAR PUSTAKA

1. .............. . 2008. “Tata Kerja Organisasi Penerimaan dan Penimbunan BBM” .

Banten : Terminal Transit Tanjung Gerem.

2. .............. . 2008. “ Tata Kerja Individu Penanganan Limbah B3”. Banten :

Terminal Transit Tanjung Gerem.

3. ……….. . 2007. “Panduan Suplai dan Distribusi BBM PT Pertamina

(Persero) Direktorat Pemasaran dan Niaga“ . Jakarta

4. ………... 2009. “Teknologi Pengolahan Limbah B3“

http://majarimagazine.com/2008/01/teknologi-pengolahan-limbah-b3

. (Accessed on February 2010)

5. ………... 2009. “Himpunan Undang – Undang Lingkungan Hidup“

http://www.google.co.id/search?hl=id&q=kep.+Ka.+BAPEDAL+No

.+KEP-01%2FBAPEDAL%. . (Accessed on February 2010)

40

Anda mungkin juga menyukai