Anda di halaman 1dari 92

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas limpahan rahmat dan
hidayahnya, sehingga kami masih diberi kesempatan untuk menyelesaikan proposal
teknis. Proposal ini merupakan tugas mata kuliah Studio proses perencanaan. Proposal ini
merupakan inovasi pembelajaran untuk memahami penelitian secara mendalam, semoga
proposal ini dapat berguna untuk mahasiswa pada umumnya. Tujuan dalam penulisan proposal
ini adalah sebagai panduan dalam survei dan mencari informasi mengenai karakteristik wilayah
di Kabupaten Selatan Parigi, mengenali dan memahami kondisi fisik dan non-fisik serta potensi
dan masalah yang ada untuk selanjutnya dijadikan sebagai dasar dalam perencanaan dan
penyusunan rekomendasi yang berdasarkan perencanaan tata ruang.

Kami mengucapkan terima kasih kepada Bapak Ir. Jusnan Kello, M.T., dan Ibu Rizkhi,
S.T., M.T., selaku dosen mata kuliah studio proses perencanaan, atas bimbingan dan
pengarahannya selama penyusunan proposal teknis ini. Tidak lupa juga kami mengucapkan
terima kasih kepada teman-teman dan pihak-pihak yang telah membantu dalam penyelesaian
makalah ini.

Kami menyadari bahwa proposal ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kami
sangat membutuhkan kritik dan saran yang sifatnya membangun dan pada intinya
untuk memperbaiki kekurangan-kekurangan dimasa yang akan datang. Semoga proposal ini
dapat menjadi sebuah karya ilmiah yang bermanfaat bagi kita semua.

Palu, September 2019

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ----------------------------------------------------------------------------------------- i


DAFTAR ISI --------------------------------------------------------------------------------------------------- ii
BAB I PENDAHULUAN ------------------------------------------------------------------------------------ 1
1.1. Latar Belakang ---------------------------------------------------------------------------------------- 1
1.2. Rumusan Masalah ------------------------------------------------------------------------------------- 3
1.3. Tujuan dan Sasaran ----------------------------------------------------------------------------------- 3
1.3.1. Tujuan ------------------------------------------------------------------------------------------ 3
1.3.2. Sasaran ----------------------------------------------------------------------------------------- 4
1.4. Dasar Hukum ------------------------------------------------------------------------------------------ 4
1.5. Ruang Lingkup ---------------------------------------------------------------------------------------- 5
1.5.1. Ruang Lingkup Wilayah --------------------------------------------------------------------- 5
1.5.2. Ruang Lingkup Substansi -------------------------------------------------------------------- 5
1.6. Kerangka Pikir ----------------------------------------------------------------------------------------- 6
1.7. Sistematika Penulisan -------------------------------------------------------------------------------- 7
BAB II KAJIAN TEORI ------------------------------------------------------------------------------------- 8
2.1. Tinjauan Perumahan dan Permukiman------------------------------------------------------------- 8
2.1.1. Definisi Perumahan dan Permukiman ----------------------------------------------------- 8
2.1.2. Kriteria Perumahan dan Permukiman ------------------------------------------------------ 8
2.1.3. Standar-standar Perumahan dan Permukiman -------------------------------------------- 9
2.1.4. Penyelenggaraan Kawasan Permukiman ------------------------------------------------- 11
2.1.5. Jenis dan Bentuk Rumah -------------------------------------------------------------------- 12
2.1.7.Pedoman Penyusunan RP3KP Daerah Provinsi dan Kabupaten Kota ---------------- 13
2.2. Tinjauan Prasarana Sarana dan Utilitas ----------------------------------------------------------- 16
2.2.1. Definisi Prasarana dan Sarana ------------------------------------------------------------- 16
2.2.2. Persyaratan, Kriteria, dan Kebutuhan Prasarana, Sarana, dan Utilitas --------------- 16
2.3. Arahan dan Kebijakan Pemerintah ---------------------------------------------------------------- 24

ii
2.3.1. Rencana Struktur Ruang -------------------------------------------------------------------- 24
2.3.1.1. Rencana Pengembangan Sistem Perkotaan Wilayah Kabupaten ------------------- 24
2.3.1.2. Rencana Pengembangan Sistem Jaringan Transportasi ------------------------------ 24
2.3.2. Rencana Pola Ruang Wilayah Kabupaten Terdiri Atas -------------------------------- 26
2.3.3. Penetapan Kawasan Strategis Kabupaten ------------------------------------------------ 29
2.4. Konsep Lingkungan BTS --------------------------------------------------------------------------- 29
BAB III KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI PARIGI SELATAN ----------------------------- 31
3.1. Gambaran Umum Wilayah Studi ------------------------------------------------------------------ 31
3.1.1. Demografi ------------------------------------------------------------------------------------- 31
3.1.2. Topografi -------------------------------------------------------------------------------------- 33
3.1.3. Klimatologi ----------------------------------------------------------------------------------- 33
3.1.4. Jenis Tanah ----------------------------------------------------------------------------------- 34
3.1.5. Rawan Bencana ------------------------------------------------------------------------------ 35
3.1.6. Pemanfaatan Lahan -------------------------------------------------------------------------- 41
3.1.7. Perekonomian -------------------------------------------------------------------------------- 42
3.1.8. Sosial Budaya -------------------------------------------------------------------------------- 43
3.2. Gambaran Umum Perumahan dan Permukiman------------------------------------------------- 45
3.3. Gambaran Umum Sarana, Prasarana dan Utilitas ----------------------------------------------- 47
3.3.1. Sarana Pendidikan --------------------------------------------------------------------------- 47
3.3.2. Sarana Kesehatan ---------------------------------------------------------------------------- 49
3.3.3. Sarana Peribadatan -------------------------------------------------------------------------- 50
3.3.4. Sarana Perdagangan ------------------------------------------------------------------------- 51
3.3.5. Sarana Pemerintahan ------------------------------------------------------------------------ 52
3.3.6. Ruang Terbuka ------------------------------------------------------------------------------- 52
3.3.7. Jaringan Jalan -------------------------------------------------------------------------------- 52
3.3.8. Jaringan Air Bersih -------------------------------------------------------------------------- 52
3.3.9. Jaringan Listrik------------------------------------------------------------------------------- 53
3.3.10. Jaringan Persampahan --------------------------------------------------------------------- 54
3.3.11. Jaringan Drainase -------------------------------------------------------------------------- 54
3.3.12. Jaringan Air Limbah ----------------------------------------------------------------------- 55
3.3.13. Jaringan Telekomunikasi ------------------------------------------------------------------ 55

iii
3.4. Deliniasi Kawasan ----------------------------------------------------------------------------------- 56
BAB IV DESAIN SURVEI--------------------------------------------------------------------------------- 59
4.1. Tahapan Survei Awal -------------------------------------------------------------------------------- 59
4.2. Tahapan Survei Lapangan -------------------------------------------------------------------------- 60
4.2.1. Pengumpulan Data Primer ------------------------------------------------------------------ 60
4.2.2. Pengumpulan Data Sekunder -------------------------------------------------------------- 61
4.3. Alat dan Kelengkapan Survei ---------------------------------------------------------------------- 63
4.4. Kebutuhan Data -------------------------------------------------------------------------------------- 64
4.5. Tahapan Komplikasi Data -------------------------------------------------------------------------- 70
4.6. Metode Analisis Data -------------------------------------------------------------------------------- 70
4.6.1. Analisis Kebijakan Spasial Dan Sektoral ------------------------------------------------- 70
4.6.2. Analisis Kependudukan --------------------------------------------------------------------- 70
4.6.2.1. Analisis Proyeksi Penduduk ------------------------------------------------------------- 71
4.6.2.2. Analisis Distribusi Penduduk dan Kepadatan Penduduk ---------------------------- 71
4.6.3. Analisis Sumber Daya Manusia yang Meliputi Pendidikan, Kesehatan,
Ketenagakerjaan dan Kesejahteraan ------------------------------------------------------- 72
4.6.3.1. Analisis Tingkat Pendidikan ------------------------------------------------------------- 72
4.6.3.2. Analisis Ketenagakerjaan ---------------------------------------------------------------- 72
4.6.3.3. Analisis Kesehatan ------------------------------------------------------------------------ 72
4.6.3.4. Analisis Kesejahteraan-------------------------------------------------------------------- 72
4.6.3.5. Analisis sosial budaya -------------------------------------------------------------------- 72
4.6.4. Analisis Ekonomi ---------------------------------------------------------------------------- 73
4.6.4.1. Sektor Basis -------------------------------------------------------------------------------- 73
4.6.4.2. Pertumbuhan Penduduk ------------------------------------------------------------------ 74
4.6.4.3. Struktur Ekonomi dan Pergeserannya -------------------------------------------------- 74
4.6.5. Analisis Sebaran Ketersediaan dan Kebutuhan Sarana dan Prasarana Wilayah ---- 74
4.6.5.1. Analisis Ketersediaan Sarana dan Prasarana ------------------------------------------ 74
4.6.6. Analisis Sistem Pusat-Pusat Permukiman (Sistem Perkotaan) ------------------------ 75
4.7. Tahapan Penyajian Data ---------------------------------------------------------------------------- 76
4.8. Tahapan Penyajian Hasil Analisis ----------------------------------------------------------------- 77
BAB V MANAJEMEN KERJA --------------------------------------------------------------------------- 79

iv
5.1. Jadwal Kegiatan Kerja ------------------------------------------------------------------------------ 79
5.2. Struktur Organisasi ---------------------------------------------------------------------------------- 80
5.3. Organisasi Tim --------------------------------------------------------------------------------------- 80
5.4. Rencana Anggaran ----------------------------------------------------------------------------------- 81
DAFTAR PUSTAKA --------------------------------------------------------------------------------------- 82

v
DAFTAR TABEL

Tabel I.1 Ruang Lingkup Wilayah Perencanaan ---------------------------------------------------------- 5


Tabel II.2 Kebutuhan Rumah Susun Berdasarkan Kepadatan Penduduk ----------------------------- 9
Tabel II.3 Data Dasar Lingkungan Perumahan ---------------------------------------------------------- 10
Tabel II.4 Standar Perumahan dan Permukiman --------------------------------------------------------- 13
Tabel II.5 Data Dasar Lingkungan Perumahan---------------------------------------------------------- 13
Tabel II.6 Kebutuhan Sarana Pemerintahan dan Pelayanan Umum ---------------------------------- 16
Tabel II.7 Kebutuhan Sarana Pendidikan dan Pembelajaran ------------------------------------------- 19
Tabel II.8 Kebutuhan Sarana Kesehatan ----------------------------------------------------------------- 20
Tabel II.9 Kebutuhan Sarana Peribadatan ---------------------------------------------------------------- 21
Tabel II.10 Kebutuhan Sarana Kebudayaan dan Rekreasi --------------------------------------------- 22
Tabel II.11 Kebutuhan Sarana Ruang Terbuka Hijau --------------------------------------------------- 22
Tabel II.12 Jenis Sarana Perdagangan dan Jasa --------------------------------------------------------- 23
Tabel II.13 Kebutuhan Prasarana Persampahan --------------------------------------------------------- 24
Tabel III.1 Hari Hujan dan Curah Hujan di Parigi Bagian Selatan (Kasimbar-Sausu) ------------- 34
Tabel III.2 Kepadatan Jumlah Penduduk dan Kepadatan Penduduk di Wilayah Parigi Bagian
Selatan (Kasimbar-Sausu) Pada Tahun 2017 ---------------------------------------------- 43
Tabel III.3 Jumlah Penduduk di Kabupaten Selatan Parigi (Kasimbar-Sausu)---------------------- 43
Tabel III.4 Jumlah Penduduk Menurut Kelompok Umur di Kabupaten Selatan Parigi ------------ 44
Tabel III.5 Jumlah Luas Daerah dan Kepadatan Penduduk di Kabupaten Selatan Parigi --------- 44
Tabel III.6 Jumlah Penduduk Menurut Kelompok Umur di Kabupaten Selatan Parigi ------------ 45
Tabel III.7 Jumlah Rumah Perkawasan ------------------------------------------------------------------- 46
Tabel III.8 Jumlah Rumah Tangga Dan Jumlah Rumah di Wilayah Selatan ------------------------ 47
Tabel III.9 Sarana Pendidikan di Wilayah Selatan Parigi (Kasimbar-Sausu) ----------------------- 47
Tabel III.10 Jumlah Rasio Murid-Guru di Kabupaten Selatan Parigi (kasimbar-Sausu) ---------- 48
Tabel III.11 Jumlah Banyaknya Murid di Kabupaten Selatan Parigi (Kasimbar-Sausu) ---------- 48
Tabel III.12 Sarana Pendidikan di Wilayah Selatan Parigi (Kasimbar-Sausu) ---------------------- 49
Tabel III.13 Jumlah Tenaga Kesehatan di Kabupaten Selatan Parigi (Kasimbar-Sausu) ---------- 49
Tabel III.14 Sarana Peribadatan di Wilayah Selatan Parigi (Kasimbar-Sausu) --------------------- 50
Tabel III.15 Sarana Perdagangan dan Jasa di Wilayah Selatan Parigi (Kasimbar-Sausu) --------- 51

vi
Tabel III.16 Sarana Pemerintahan di Wilayah Selatan Parigi (Kasimbar-Sausu) ------------------- 52
Tabel III.17 Jenis Jalan di Wilayah Selatan Parigi (Kasimbar-Sausu) ------------------------------- 52
Tabel III.18 Jenis Pembangkit Listrik Tenaga Diesel (PLTD) di ------------------------------------- 53
Tabel III.19 Jenis Pembangkit Listrik Tenaga Mikrohido (PLTM) ----------------------------------- 53
Tabel IV.1 Jenis Peta Beserta Kegunaannya ------------------------------------------------------------- 62
Tabel IV.2 Kebutuhan Data Berdasarkan Instansi Terkait --------------------------------------------- 65
Tabel V.1 Struktur Organisasi Kelompok ---------------------------------------------------------------- 80
Tabel V.2 Pembagian Penanggung Jawab Laporan Hingga Survei ----------------------------------- 80
Tabel V.3 Organisai Tim Penyusunan Proposal Teknis di Wilayah Selatan Parigi (Kasimbar -
Sausu)---------------------------------------------------------------------------------------------- 81
Tabel V.4 Rencana Anggaran Biaya MK Studio proses di Wilayah Selatan Parigi (Kasimbar -
Sausu)---------------------------------------------------------------------------------------------- 81

vii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1 Kerangka Pikir Kabupaten Selatan Parigi -------------------------------------------------- 6


Gambar 3.1 Peta Batas Administrasi Kabupaten Selatan Parigi --------------------------------------- 36
Gambar 3.2 Peta Topografi Kabupaten Selatan Parigi -------------------------------------------------- 37
Gambar 3.3 Peta Jenis Tanah Kabupaten Selatan Parigi ----------------------------------------------- 38
Gambar 3.4 Peta Curah Hujan Kabupaten Selatan Parigi ---------------------------------------------- 39
Gambar 3.5 Peta Resiko Bencana Banjir Kabupaten Selatan Parigi ---------------------------------- 40

viii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Perencanaan adalah suatu proses kontinu atau berkelanjutan dari pengkajian, membuat
tujuan dan sasaran, dan mengimplementasikan serta melakukan proses evaluasi atau
pengontrolannya (H. Douglas Brown, 2007). Sebagaimana ilmu perencanaan adalah sebuah ilmu
yang mempelajari tentang suatu sistem atau tindakan dalam memenuhi target untuk masa depan
atau yang akan datang. Dalam perencanaan perlu memperhatikan beberapa hal yaitu
mengidentifikasi kondisi nyata atau eksisting dari wilayah yang akan diteliti. Salah satu caranya
yaitu dengan melihat potensi dan meminimalisir segala permasalahan yang ada serta diperlukan
suatu perencanaan yang berhubungan dengan pengambilan keputusan baik itu bersifat jangka
pendek, jangka menengah maupun jangka panjang.
Menurut Undang-Undang No. 26 Tahun 2007 penataan ruang adalah suatu sistem proses
dalam perencanaan tata ruang, pemanfaatan ruang, dan pengendalian pemanfaatan ruang. RTRW
merupakan dokumen tentang proses perencanaan pada suatu wilayah. Sehingga untuk masing-
masing wilayah maupun daerah yang ada di Indonesia RTRW merupakan pedoman dalam
penataan ruang. Perencanaan yang akan dirumuskan harus sesuai dengan keadaan dan kondisi
dari wilayah yang akan diteliti, sehingga diperlukan adanya strategi yang mendukung dalam
perkembangan wilayah nantinya. Adapun wilayah yang diteliti yaitu bagian selatan parigi yang
meliputi Kecamatan Kasimbar, Kecamatan Toribulu, Kecamatan Ampibabo, Kecamatan Siniu,
Kecamatan Parigi Utara, Kecamatan Parigi Tengah, Kecamatan Parigi, Kecamatan Parigi Barat,
Kecamatan Parigi Selatan, Kecamatan Torue, Kecamatan Balinggi, dan Wilayah bagian selatan
(Kasimbar - Sausu).
Kemudian potensi wilayah disetiap daerah Parigi Moutong sangat bervarian, yang mana
didalamnya termasuk adalah Tanaman pangan, Perkebunan, Kehutanan, Peternakan, Perikanan,
Industri, Perdagangan, Pariwisata dan Perhotelan, dan Sumber daya masyarakat. Berdasarkan
aspek diatas dapat dijelaskan secara singkat bahwa kontribusi sektor pertanian cukup dominan
dalam PDRB, karenanya sektor pertanian dapat dijadikan andalan perekonomian di Kabupaten
Parigi Moutong. Perkebunan di Kabupaten Parigi Moutong termasuk salah satu sub sektor

1
pertanian yang mempunyai peranan yang besar terhadap pendapatan masyarakat, adapun jenis
tanaman yang diusahakan oleh masyarakat Parigi Moutong diantaranya adalah kelapa, coklat,
cengkeh, kopi, jambu, pala, lada, kemiri, dan panili.
Kabupaten Parigi Moutong memiliki luas kawasan hutan pada tahun 2017 meningkat
dibandingkan tahun sebelumnya, peningkatan tersebut terdiri dari kawasan lindung menjadi
seluas 208.507 hektar dan kawasan budidaya (kawasan hutan) menjadi seluas 147.687 hektar.
Untuk kawasan lindung terbagi menjadi 2 yaitu suaka alam/hutan wisata dan hutan lindung,
sedangkan kawasan budidaya terbagi menjadi 3 jenis berupa hutan produksi terbatas, hutan
produksi tetap serta hutan produksi yang dapat dikonversikan. Peternakan terbagi menjadi 2
yaitu ternak besar dan ternak kecil yang terdiri dari sapi potong, kambing, babi, kuda, dan
kerbau. Pada tahun 2017, populasi ternak terbesar adalah kambing sebanyak 38.906 ekor,
kemudian babi 31.362 ekor, dan sapi potong 30.672 ekor. Produksi perikanan di Kabupaten
Parigi Moutong pada tahun 2016 sebanyak 23.687 ton, produksinya terdiri dari perikanan laut
sebesar 23.630,5 ton dan perikanan umum sebesar 56,50 ton. Perkembangan industri baik jumlah
banyaknya perusahaan industri, penyerapan tenaga kerja dan besarnya investasi cenderung
meningkat dari tahun ke tahun.
Sebagaimana telah diamanatkan oleh RPJMD pembangunan industri ditujukan untuk
memperluas lapangan kerja, pemerataan kesempatan kerja, meningkatkan eksport, menunjang
pembangunan daerah, memanfaatkan sumber daya alam serta sumber daya manusia. Kabupaten
Parigi Moutong memiliki keindahan alam yang tidak dapat dipandang sebelah mata. Hal ini
ditunjukkan dengan terdapatnya 93 objek wisata yang tersebar di 23 Kecamatan. Objek wisata
didominsai keindahan bahari berupa pantai dan ekosistem bawah airnya. Selain itu, jumlah
kunjungan wisatawan yang berkunjung pada 2018 mencapai 210.066 kunjungan, yang
didominasi oleh wisatawan domestik sebanyak 207.648 kunjungan sedangkan wisatawan
mancanegara sebanyak 2.418 kunjungan.
Kabupaten Parigi Moutong dipengaruhi oleh struktur geologi yang secara umum rawan
bencana seperti: gempa, gerakan tanah, longsor, dan lainnya. Kondisi ini disebabkan lokasi dan
posisi wilayah Kabupaten Parigi Moutong berada pada sistem sesar utama Sulawesi Tengah,
yaitu Sesar Palu-Koro dan Sesar Sorong (berada di tepi utara Pulau Papua membentang dari
Timur ke Barat melewati Manokwari-Sorong dan menerus sampai ke Maluku) yang ditunjang
oleh litologi wilayah yang relatif tidak kokoh. Bencana alam berupa tanah longsor dan banjir

2
sering terjadi. Hal yang mengakibatkan ini terjadi karena penebangan hutan untuk dijadikan
lahan pertanian ataupun penebangan untuk diambil kayunya menjadi penyebab utama terjadinya
bencana ini.
Selain kerawanan bencana karena faktor geologi, juga terjadi kerawanan bencana karena
kegiatan perilaku manusia yang kurang memperhatikan kelestarian lingkungan. Erosi, banjir, dan
tanah longsor terjadi di bagian hulu sungai. Erosi dan banjir terjadi akibat penggundulan hutan di
wilayah hulu, juga menyebabkan pendangkalan di hilir sungai yang dapat mengganggu
kehidupan biota laut dan terumbu-terumbu karang diperairan laut akibat kekeruhan air. Pada
dasarnya segala bentuk sosialisasi diperlukan sebagai ajang perubahan persepsi yang ada ditiap
individual masyarakat Kabupaten Parigi Moutong sehingga sikap dan perilaku masyarakat dapat
diubah kearah yang lebih baik, terutama dalam aspek kesehatan serta kelestarian lingkungan
tempat tinggal dan sekitar.
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang dijabarkan, maka dapat diangkat rumusan masalah
dalam penyusunan proposal teknis mata kuliah Studio Perencanaan di bagian wilayah selatan
Parigi terkait identifikasi karakteristik wilayah.
1.3. Tujuan dan Sasaran
1.3.1. Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan dari penyusunan proposal teknik dalam
Studio Perencanaan ini adalah :
1. Mencari informasi atau data mengenai karakteristik wilayah di wilayah bagian selatan
Parigi Moutong (Kasimbar – Sausu).
2. Mengenali dan memahami kondisi fisik dan non fisik di wilayah bagian selatan Parigi
Moutong.
3. Mengidentifikasi potensi dan permasalahan yang terdapat di wilayah bagian selatan
Parigi Moutung.
4. Menyusun rencana wilayah tanggap bencana yang berdasarkan potensi dan isu
permasalahan di tiap-tiap wilayahnya.
5. Merencanakan sistem banjir dan lingkungan BTS demi menciptakan situasi yang
kondusif serta harmonis di wilayah bagian selatan Parigi Moutong.

3
1.3.2. Sasaran
Berdasarkan tujuan yang telah disampaikan di atas, maka sasaran yang hendak dicapai
dari kegiatan mata kuliah Studio Perencanaan yang berlokasi di wilayah bagian selatan Parigi
Moutong, antara lain :
1. Mengidentifikasi karakteristik wilayah dengan menentukan batasan wilayah perencanaan
sebagai wilayah studi dalam merencanakan.
2. Menganalisis dan mengidentifikasi kondisi fisik dan non fisik wilayah.
3. Menganalisis potensi dan isu permasalahan yang terdapat di wilayah bagian selatan
Parigi Moutung.
4. Menentukan konsep dan rencana tanggap bencana berdasarkan karakteristik yang ada di
tiap wilayah.
5. Memberikan perhatian yang penuh terhadap pihak pemerintah dalam mengevaluasi
tindakan dan pihak masyarakat untuk menjalankan sepenuhnya serta kerja sama antara
kedua pihak.
1.4. Dasar Hukum
1. Undang-Undang No. 1 Tahun 2011 Tentang Perumahan dan Permukiman.
2. Undang-Undang No. 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintahan Daerah.
3. Peraturan Pemerintah No. 14 Tahun 2016 Tentang Penyelenggaraan Perumahan dan
Kawasan Permukiman.
4. Peraturan Pemerintah No. 7 Tahun 2008 Tentang Dekonsentrasi dan Tugas Pembantu.
5. Peraturan Menteri dalam Negeri No. 9 Tahun 2009 Tentang Pedoman Penyerahan
Prasarana Sarana dan Utilitas Perumahan dan Permukiman di Daerah.
6. Peraturan Menteri Negara Perumahan Rakyat No. 20 Tahun 2011 Tentang Prasarana,
Sarana dan Utilitas Umum Perumahan dan Kawasan Permukiman.
7. Peraturan Menteri Negara Perumahan Rakyat No. 12 Tahun 2014 Tentang Pedoman
Penyusunan Rencana Pembangunan dan Pengembangan Perumahan dan Kawasan
Permukiman Daerah Provinsi dan Daerah Kabupaten/Kota.
8. Peraturan Daerah Kabupaten Parigi No. 2 Tahun 2011 Tentang Rencana Detail Tata
Ruang Wilayah Kabupaten Parigi Tahun 2010-2030.
9. Surat Edaran Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat No. 8/SE/M 2018
Tentang Penyusunan Konsepsi Pengaturan dan Analisis Dampak Kebijakan Peraturan

4
Perundang-undangan dan Produk Hukum di Kementrian Pekerjaan Umum dan
Perumahan Rakyat.
10. Undang-Undang No. 26 Tahun 2007 Tentang Penataan Ruang.
11. Standar Nasional Indonesia (SNI) Tentang Tata Cara Perencanaan Lingkungan
Perumahan di Perkotaan.
12. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 2007 Tentang Penanggulangan
Bencana.
1.5. Ruang Lingkup
1.5.1. Ruang Lingkup Wilayah
Ruang lingkup wilayah perencanaan dalam Studio Perencanaan Wilayah yang terdiri dari
12 Kecamatan. Kecamatan wilayah perencanaan memiliki potensi untuk meningkatkan
pertumbuhan wilayah.
Tabel I.1 Ruang Lingkup Wilayah Perencanaan

No Kecamatan Kelurahan/Desa Luas (Km2)


1. Kasimbar 18 280,78
2. Toribulu 9 212,38
3. Ampibabo 19 191,44
4. Siniu 9 118,96
5. Parigi Utara 5 98,62
6. Parigi Tengah 6 75,10
7. Parigi 11 23,50
8. Parigi Barat 6 118,29
9. Parigi Selatan 10 396,42
10. Torue 7 275,84
11. Balinggi 9 223,88
12 Sausu 10 410,32
Sumber : BPS Kabupaten Parigi Moutong Dalam Angka, 2018
1.5.2. Ruang Lingkup Substansi
Lingkup substansi analisis Kabupaten Parigi mencakup fisik dasar, kependudukan,
ekonomi, sarana dan prasarana serta isu-isu strategis wilayah perencanaan.
Lingkup substansi perencanaan Kabupaten Parigi mencakup Struktur Ruang, Pola Ruang,
Skenario Wilayah, Konsep pengembangan Kabupaten Parigi dan beberapa kebijakan yang terdiri
dari RTRW, RDTR dan hal yang terkait.

5
1.6. Kerangka Pikir
Adapun kerangka pikir dapat dilihat pada gambar 1.1.

Gambar 1.1 Kerangka Pikir Kabupaten Selatan Parigi

Identifikasi Isu dan Permasalahan

Penentuan Konsep Awal

Tujuan Sasaran Konsep Awal

Desain Survey Lapangan

Daftar Kebutuhan dan Manajemen Kelompok Mobilitas Personil


Pengumpulan Data

Kegiatan Lapangan

 BPS Kab. Parimo


 Wawancara
 Bappeda Kab.
 Observasi Data
Data Primer Parimo
 Survey Sekunder
 RTRW/RPJM/PR
 Pemetaan J Kab. Parimo
 Dokumentasi  Media Massa
Komplikasi Data

Pengelolaan Data

Metode Analisis

Penetapan isu dan Permasalahan utama


di Kabupaten Selatan Parigi

Sumber : Analisis kelompok, 2019

6
1.7. Sistematika Penulisan
Dalam penulisan dan penyusunan laporan proposal teknis dibagi menjadi lima bab, antara
lain :
BAB I PENDAHULUAN : Bab ini mencakup latar belakang, menentukan rumusan masalah,
menentukan tujuan dan sasaran, mencakup dasar-dasar hukum, menentukan ruang lingkup yang
mencakup ruang lingkup wilayah dan ruang lingkup substansi, membuat kerangka pikiran berupa
bagan pohon masalah dan sistematika penulisan proposal teknis.
BAB II KAJIAN TEORI : Bab ini memberikan penjelasan mengenai konteks wilayah studi,
tinjauan perumahan, permukiman, sarana, prasarana dan utilitas, serta arahan dan kebijakan-
kebijakan pemerintah.
BAB III KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI : Bab ini memberi gambaran umum terkait
wilayah studi yang terdiri dari kondisi fisik dan non fisik wilayah, perumahan dan permukiman,
sarana, prasarana dan utilitas.
BAB IV DESAIN SURVEI : Bab ini memuat tentang tahapan-tahapan yang akan dilakukan
dalam memulai survei berupa tahapan survei awal dan lapangan, pengumpulan data-data seperti
data primer dan sekunder, alat dan perlengkapan survei, kebutuhan data, tahap kompilasi data
dan metode analis data.
BAB V MANAGEMEN PELAKSANAAN KERJA : Bab ini membahas tentang jadwal
kegiatan kerja, struktur organisasi kelompok, organisasi tim serta rencana anggaran biaya yang
dibutuhkan selama proses pelaksanaan kegiatan.

7
BAB II
KAJIAN TEORI

2.1. Tinjauan Perumahan dan Permukiman


2.1.1. Definisi Perumahan dan Permukiman
Menurut Undang-Undang No. 1 Tahun 2011, perumahan adalah kumpulan rumah sebagai
bagian dari permukiman, baik untuk sebagai bagian dari permukiman, perkotaan maupun
pedesaan, yang dilengkapi dengan prasarana, sarana, dan utilitas umum sebagai hasil upaya
pemenuhan rumah yang layak huni.
Menurut Undang-Undang No. 1 Tahun 2011, permukiman adalah bagian dari lingkungan
hunian yang terdiri lebih dari satuan perumahan yang mempunyai prasarana, sarana, utilitas
umum serta mempunyai penunjang kegiatan fungsi lain di kawasan perkotaan atau kawasan
perdesaan. Penyelenggaraan perumahan dan kawasan permukiman adalah kegiatan perencanaan,
pembangunan, pemanfaatan, dan pengendalian, termasuk di dalamnya pengembangan
kelembagaan, pendanaan dan sistem pembiayaan, serta peran masyarakat yang terkoordinasi dan
terpadu.
Menurut Undang-Undang No. 1 Tahun 2011, kawasan permukiman adalah bagian dari
lingkungan hidup di luar kawasan lindung, baik berupa kawasan perkotaan maupun perdesaan,
yang berfungsi sebagai lingkungan tempat tinggal atau lingkungan hunian dan tempat kegiatan
yang mendukung kehidupan.
Menurut Undang-Undang No. 1 Tahun 2011, perumahan dan kawasan permukiman
adalah satu kesatuan sistem yang terdiri atas pembinaan, penyelenggaraan perumahan,
penyelenggaraan kawasan permukiman, pemeliharaan dan perbaikan, pencegahan dan
peningkatan kualitas terhadap perumahan kumuh dan permukiman kumuh, penyediaan tanah,
pendanaan dan sistem pembiayaan, serta peran masyarakat.
2.1.2. Kriteria Perumahan dan Permukiman
Lokasi perumahan harus sesuai dengan rencana peruntukan lahan yang diatur dalam
Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) setempat atau dokumen perencanaan lainnya yang
ditetapkan dengan Peraturan Daerah setempat, dengan kriteria sebagai berikut :

8
a. Kriteria keamanan, dicapai dengan mempertimbangkan bahwa lokasitersebut bukan
merupakan kawasan lindung (catchment area), olahan pertanian, hutan produksi, daerah
buangan limbah pabrik, daerah bebas bangunan pada area bandara, daerah dibawah
jaringan listrik tegangan tinggi;
b. Kriteria kesehatan, dicapai dengan mempertimbangkan bahwa lokasi tersebut bukan
daerah yang mempunyai pencemaran udara di atas ambang batas, pencemaran air
permukaan dan air tanah dalam;
c. Kriteria kenyamanan, dicapai dengan kemudahan pencapaian (aksesibilitas), kemudahan
berkomunikasi (internal/eksternal, langsung atau tidak langsung), kemudahan
berkegiatan (prasarana dan sarana lingkungan tersedia).
d. Kriteria keindahan/ keserasian/ keteraturan (kompatibilitas), dicapai dengan
penghijauan, mempertahankan karakteristik topografi dan lingkungan yang ada,
misalnya tidak meratakan bukit, mengurug seluruh rawa atau danau/ setu/ sungai/ kali
dan sebagainya;
e. Kriteria fleksibilitas, dicapai dengan mempertimbangkan kemungkinan pertumbuhan
fisik/ pemekaran lingkungan perumahan dikaitkan dengan kondisi fisik lingkungan dan
keterpaduan prasarana;
f. Kriteria keterjangkauan jarak, dicapai dengan mempertimbangkan jarak pencapaian
ideal kemampuan orang berjalan kaki sebagai pengguna lingkungan terhadap
penempatan sarana dan prasarana-utilitas lingkungan; dan
g. Kriteria lingkungan berjati diri, dicapai dengan mempertimbangkan keterkaitan dengan
karakter sosial budaya masyarakat setempat, terutama aspek kontekstual terhadap
lingkungan tradisional/ lokal setempat.
h. Lokasi perencanaan perumahan harus berada pada lahan yang jelas status
kepemilikannya, dan memenuhi persyaratan administratif, teknis dan ekologis.
2.1.3 Standar-standar Perumahan dan Permukiman
Dilihat berdasarkan ukuranya, standar perbandingan jumlah rumah besar, rumah sedang
dan rumah kecil yaitu 1:3:6.
Tabel II. 1 Kebutuhan Rumah Susun Berdasarkan Kepadatan Penduduk
No. Kategori Rumah Luas Kapling
1. Rumah Besar 120 m² - 600 m² (tipe 70)
2. Rumah Sedang 70 m² - 100 m² (tipe 45-54)
3. Rumah Kecil 21 m² - 54 m² (tipe 21-36)
Sumber : SNI 03-1733-2004

9
Menentukan luas minimum rata-rata dari perpetakan tanah harus mempertimbangkan
faktor-faktor kehidupan manusianya, faktor alamnya dan pengaturan bangunan setempat.
Adapun penentuannya dapat dilihat pada Tabel II.2.

Tabel II. 2 Data Dasar Lingkungan Perumahan


No. Unit Lingkungan Jumlah Penduduk
1. 1 RT Terdiri dari 150 – 250 jiwa penduduk
2. 1 RW 2.500 jiwa penduduk (terdiri dari 8 – 10 RT )
3. 1 Kelurahan (≈ lingkungan) 30.000 jiwa penduduk (terdiri dari 10 – 12 RW)
4. 120.000 jiwa penduduk (terdiri dari 4 – 6
1 Kecamatan
kelurahan/lingkungan)
5. 1 Kota terdiri dari sekurang-kurangnya 1 kecamatan
Sumber : SNI 03-1733-2004

Dalam merencanakan bangunan rumah yang memenuhi persyaratan teknis kesehatan,


keamanan dan kenyamanan, data dan informasi yang perlu dipersiapkan :
a) Jumlah dan komposisi anggota keluarga.
b) Penghasilan keluarga.
c) Karakteristik nilai sosial budaya yang membentuk kegiatan berkeluarga dan
kemasyarakatan.
d) Kondisi topografi dan geografi area rencana sarana hunian.
e) Kondisi iklim, suhu, angin, kelembaban kawasan yang direncanakan.
f) Pertimbangan gangguan bencana alam.
g) Kondisi vegetasi eksisting dan sekitar.
h) Peraturan setempat, seperti rencana tata ruang yang meliputi GSB, KDB, KLB, dan
sejenisnya, atau peraturan bangunan secara spesifik, seperti aturan khusus arsitektur,
keselamatan dan bahan bangunan.
Suatu bentuk permukiman yang ideal di kota merupakan pertanyaan yang menghendaki
jawaban yang bersifat komprehensif, sebab perumahan dan permukiman mengangkut kehidupan
manusia termasuk keutuhan manusia yang terdiri dari berbagai aspek. Sehingga dapat
dirumuskan secara sederhana tentang ketentuan yang baik untuk suatu permukiman yaitu harus
memenuhi persyaratan sebagai berikut.
1. Lokasinya sedemikian rupa sehingga tidak terganggu oleh kegiatan lain seperti pabrik,
yang umumnya dapat memberikan dampak pada pencemaran udara ataupencemaran
lingkungan lainnya.

10
2. Mempunyai akses terhadap pusat-pusat pelayanan seperti pelayanan pendidikan,
kesehatan, perdagangan, dan lain-lain.
3. Mempunyai fasilitas drainase, yang dapat mengalirkan air hujan dengan cepat dan tidak
sampai menimbulkan genangan air walaupun hujan yang lebat sekalipun.
4. Mempunyai fasilitas penyediaan air bersih, berupa jaringan distribusi yang siap untuk
disalurkan ke masing-masing rumah.
5. Dilengkapi dengan fasilitas air kotor/ tinja yang dapat dibuat dengan sistemin dividual
yaitu tanki septik dan lapangan rembesan, ataupun tanki septik komunal.
6. Permukiman harus dilayani oleh fasilitas pembuangan sampah secara teratur agar
lingkungan permukiman tetap nyaman.
7. Dilengkapi dengan fasilitas umum seperti taman bermain bagi anak-anak, lapangan atau
taman, tempat beribadat, pendidikan dan kesehatan sesuai dengan skala besarnya
permukiman itu.
8. Dilayani oleh jaringan listrik dan telepon.
2.1.4 Penyelenggaraan Kawasan Permukiman
Penyelenggaraan kawasan permukiman dilakukan untuk mewujudkan wilayah yang
berfungsi sebagai lingkungan hunian dan tempat kegiatan yang mendukung perikehidupan dan
penghidupan yang terencana, menyeluruh, terpadu, dan berkelanjutan sesuai dengan rencana tata
ruang. Dan bertujuan untuk memenuhi hak warga negara atas tempat tinggal yang layak dalam
lingkungan yang sehat, aman, serasi, dan teratur serta menjamin kepastian bermukim.
Penyelenggaraan kawasan permukiman dilaksanakan melalui beberapa tahapan, antara lain :
1) Perencanaan : Pada pasal 64 perencanaan kawasan permukiman harus dilakukan sesuai
dengan rencana tata ruang wilayah dan perencanaan kawasan permukiman dimaksudkan
untuk menghasilkan dokumen rencana kawasan permukiman sebagai pedoman bagi
seluruh pemangku kepentingan dalam pembangunan kawasan permukiman. Perencanaan
kawasan permukiman terdiri atas perencanaan lingkungan hunian perkotaan dan
perdesaan serta perencanaan tempat kegiatan pendukung perkotaan dan perdesaan yang
merupakan bagian yang tidak terpisahkan.
2) Pembangunan : Pada pasal 72 pembangunan kawasan permukiman terdiri atas
pembangunan lingkungan hunian perkotaan dan perdesaan serta pembangunan tempat
kegiatan pendukung perkotaan dan perdesaan. Dan pembangunan tempat kegiatan

11
pendukung perkotaan dan perdesaan meliputi pembangunan jasa pemerintahan,
pelayanan sosial, kegiatan ekonomi, dan prasarana, sarana dan utilitas umum.
3) Pemanfaatan : Pada pasal 77 pemanfaatan kawasan permukiman terdiri atas pemanfaatan
lingkungan hunian perkotaan dan perdesaan serta pemanfaatan tempat kegiatan
pendukung perkotaan dan perdesaan. Pemanfaatan tempat tinggal kegiatan pendukung
perkotaan dan perdesaan meliputi pemanfaatan jasa pemerintahan, pelayanan sosial,
kegiatan ekonomi, dan prasarana, sarana, dan utilitas umum.
4) Pengendalian kawasan permukiman dilakukan untuk :
a. Menjamin pelaksanaan pembangunan permukiman dan pemanfaatan permukiman
sesuai dengan rencana kawasan permukiman.
b. Mencegah tumbuh dan berkembangnya perumahan kumuh dan permukiman kumuh.
c. Mencegah terjadinya tumbuh dan berkembangnya lingkungan hunian yang tidak
terencana dan tidak teratur.
d. Pengendalian kawasan permukiman dilakukan pada lingkungan hunian perkotaan dan
lingkungan hunian perdesaan. Dan pengendalian pada tahap perencanaan dilakukan
dengan mengawasi rencana penyediaan prasarana, sarana, dan utilitas umum sesuai
dengan standar pelayanan minimal dan memberikan batas zonasi lingkungan hunian
dan tempat kegiatan pendukung.
2.1.5 Jenis dan Bentuk Rumah
Jenis rumah dibedakan berdasarkan pelaku pembangunan dan penghunian yang meliputi :
1) Rumah komersial sebagaimana dimaksud diselenggarakan untuk mendapatkan
keuntungan sesuai dengan kebutuhan masyarakat.
2) Rumah umum sebagaimana dimaksud diselenggarakan untuk memenuhi kebutuhan
rumah bagi MBR.
3) Rumah swadaya sebagaimana dimaksud di selenggarakan untuk prakarsa dan upaya
masyarakat, baik secara sendiri maupun berkelompok.
4) Rumah khusus dan rumah negara sebagaimana dimaksud disediakan oleh pemerintah dan
pemerintah daerah.
Adapun bentuk rumah meliputi :
1) Rumah tunggal : Berdiri sendiri dalam persil, terpisah dengan rumah di sebelahnya.
Tingkat privasi dan kenyamanannya yang tertinggi.

12
2) Rumah deret : Jenis hunian yang unitnya menempel satu sama lain, umumnya maksimal
6 unit berderet.
3) Rumah susun : Rumah yang flesibel, yaitu mampu menyesuaikan berbagai konfigurasi.
Kerugian utama rumah susun adalah BC yang mengurangi unit-unit yang dapat
diorientasikan ke permukaan tanah. Rumah susun umumnya berisi ganda, artinya
mempunyai ruang-ruang yang berada di luar pada unit-unit tersebut. Luas lantai rumah
tunggal dan rumah deret memiliki ukuran paling sedikit 36 meter persegi.
Perencanaan perumahan mencakup rumah sederhana, rumah menengah, dan rumah
mewah. Jika dilihat berdasarkan ukurannya, standar perbandingan jumlah rumah mewah, rumah
menengah, dan rumah sederhana yaitu 1:3:6.
Tabel II. 3 Standar Perumahan dan Permukiman
No. Kategori Tipe Luas (m²)
1. Luas kapling rumah mewah 70 120-600
2. Luas kapling rumah menengah 45-54 70-100
3. Luas kapling rumah sederhana 21-36 21 -54
Sumber : Badan Standar Nasional, SNI 03-1733-2004

Tabel II. 4 Data Dasar Lingkungan Perumahan


No. Luas Perumahan Jumlah Penduduk Keterangan
1. 1 RT 150-250 jiwa penduduk -
2. 1 RW 2.500 jiwa penduduk Terdiri dari 8-10 RT
3. 1 Kelurahan 30.000 jiwa penduduk Terdiri dari 10-12 RW
4. 1 Kecamatan 120.000 jiwa penduduk Terdiri dari 4-6 Kelurahan
Terdiri dari sekurang-
5. 1 Kota -
kurangnya kecamatan
Sumber : Badan Standar Nasional, SNI 03-1733-2004
2.1.7. Pedoman Penyusunan RP3KP Daerah Provinsi dan Kabupaten Kota
Pedoman Penyusunan Rencana Pembangunan, Pengembangan Perumahan dan Kawasan
Permukiman (RP3KP) Daerah Provinsi dan Daerah Kabupaten Kota dimaksudkan untuk
mewujudkan penyusunan RP3KP secara terkoordinasi dan terpadu lintas sektoral pada daerah
provinsi dan daerah kabupaten kota. Pedoman penyusunan RP3KP daerah provinsi dan daerah
kabupaten kota bertujuan sebagai acuan dalam penyusunan RP3KP oleh pemerintah daerah
provinsi dan pemerintah daerah kabupaten/kota.
1) Tata Cara Penyusunan RP3KP
RP3KP merupakan arahan kebijakan dan strategi pembangunan dan pengembangan
bidang perumahan dan kawasan permukiman :

13
a. Berdasarkan RTRW.
b. Mendukung program dan kegiatan jangka pendek, jangka menengah, dan jangka
panjang.
c. Lintas daerah kabupaten kota : RP3KP Daerah Provinsi dan Daerah Kabupaten atau
Kota berlaku sampai dengan 20 tahun.
2) Penyusunan Rencana
a. Penyusunan rencana dilakukan melalui tahapan kegiatan pendataan, analisis dan
perumusan.
b. Penyusunan rencana dapat melibatkan masyarakat antara lain melalui pengisian
kuesioner, wawancara, media informasi dan kegiatan forum-forum diskusi dan
konsultasi publik.
c. Pendataan dilaksanakan untuk pengumpulan data primer, data sekunder dan analisis
data yang terdiri dari :
1. Analisis implikasi kebijakan pembangunan dan kebijakan tata ruang nasional dan
daerah provinsi terhadap pembangunan dan pengembangan perumahan dan
kawasan permukiman.
2. Analisis implikasi kebijakan pembangunan dan kebijakan tata ruang daerah
kabupaten/kota terhadap pembangunan dan pengembangan perumahan dan
kawasan permukiman.
3. Analisis sistem pusat-pusat pelayanan yang didasarkan pada sebaran daerah
fungsional perkotaan dan perdesaan.
4. Analisis karakteristik sosial kependudukan di daerah kabupaten/kota sekurang-
kurangnya meliputi :
a. Pola migrasi dan pola pergerakan.
b. Proporsi penduduk perkotaan dan perdesaan pada awal tahun perencanaan dan
proyeksi 20 tahun ke depan
c. Struktur penduduk berdasarkan jenis kelamin, mata pencaharian, usia
produktif, tingkat pendidikan, sex ratio.
d. Sebaran kepadatan penduduk pada awal tahun perencanaan dan proyeksi 20
tahun ke depan.

14
e. Analisis karakteristik perumahan dan kawasan permukiman sekurang-
kurangnya meliputi :
1) Identifikasi permasalahan perumahan dan kawasan permukiman di daerah
2) Ketersediaan rumah dan kondisinya
3) Jumlah kekurangan rumah pada awal tahun perencanaan dan proyeksi 10 tahun
ke depan
4) Lokasi perumahan pada kawasan fungsi lain yang perlu penanganan khusus
5) lokasi perumahan kumuh dan permukiman kumuh yang perlu dilakukan
pemugaran, peremajaan atau pemukiman kembali
6) Lokasi dan jumlah rumah yang memerlukan peningkatan kualitas.
3) Konsep RP3KP meliputi :
a. Visi, misi, tujuan, kebijakan, dan strategi pembangunan dan pengembangan
perumahan dan kawasan permukiman di daerah kabupaten/kota.
b. Jabaran kebijakan dan pengaturan yang lebih operasional dari arahan kebijakan dalam
RP3KP daerah provinsi yang harus diakomodasikan dan dilaksanakan di daerah
kabupaten/kota.
c. Jabaran kebijakan pembangunan daerah kabupaten/kota yang bersangkutan.
d. Penerapan kebijakan pembangunan perumahan dan kawasan permukiman dengan
pola hunian berimbang.
e. Perencanaan lingkungan hunian perkotaan atau lingkungan hunian perdesaan melalui
pembangunan, pengembangan, dan pembangunan kembali.
f. RP3KP di perkotaan dan perdesaan dalam wilayah kabupaten/kota yang mempunyai
kedudukan strategis dalam skala prioritas pembangunan daerah provinsi dan daerah
kabupaten/kota, antara lain seperti kawasan perbatasan, kawasan wisata, agro industri
dan perdagangan dan jasa.
g. Rencana kawasan permukiman yang terdiri atas perencanaan lingkungan hunian serta
perencanaan tempat kegiatan pendukung yang merupakan bagian yang tidak
terpisahkan.
h. Rencana pembangunan lingkungan hunian baru meliputi perencanaan lingkungan
hunian baru skala besar dengan kasiba dan perencanaan lingkungan hunian baru
bukan skala besar dengan prasarana, sarana, dan utilitas umum.

15
2.2. Tinjauan Prasarana Sarana dan Utilitas
2.2.1. Definisi Prasarana dan Sarana
1. Prasarana adalah kelengkapan dasar fisik lingkungan yang memungkinkan lingkungan
perumahan dan permukiman dapat berfungsi sebagaimana mestinya.
2. Sarana adalah fasilitas penunjang yang berfungsi untuk penyelenggaraan dan
pengembangan kehidupan ekonomi, sosial, dan budaya.
3. Utilitas adalah pelayanan seperti ai bersih, limbah, gas, listrik dan telepon, yang pada
umumnya diperlukan untuk beroperasinya suatu bangunan dan lingkungan permukiman.
2.2.2. Persyaratan, Kriteria, dan Kebutuhan Prasarana, Sarana, dan Utilitas
Dalam membangun sebuah sarana, prasarana dan utilitas kota tidak serta merta di bangun
begitu saja karena dalam membangun karena ada kebijakan dan standar yang telah di atur dalam
Standar Nasional Indonesia (SNI).
1. Standar kebutuhan sarana pemerintahan dan pelayanan umum
Sarana pemerintah dan pelayanan umum merupakan fasilitas penunjang yang berfungsi
untuk menyelenggarakan dan mengembangkan kehidupan ekonomi, sosial dan budaya. Yang
termasuk dalam sarana pemerintahan dan pelayanan umum adalah kantor-kantor pelayanan
administrasi pemerintahan dan administrasi kependudukan, kantor pelayanan utilitas umum dan
jasa, pos-pos pelayanan keamanan dan keselamatan. Dasar penyediaan sarana pemerintahan dan
pelayanan umum untuk melayani setiap unit administrasi pemerintahan baik yang informal
maupun yang formal dan bukan didasarkan jumlah penduduk yang dilayani oleh sarana tersebut.
Tabel II. 5 Kebutuhan Sarana Pemerintahan dan Pelayanan Umum
Kebutuhan Per
Kriteria
Jumlah Satuan Sarana
Penduduk Luas Luas Standar
No. Jenis Sarana
Pendukung Lantai Lahan (m²/jiwa) Radius Lokasi dan
(jiwa) min. min. Pencapaian Penyelesaian
(m²) (m²)
RW
1. Balai pertemuan 2.500 150 300 0,12 500 m Di tengah kelompok
bangunan hunian
warga, ataupun di
akses keluar/masuk
dari kelompok
2. Pos hansip 2.500 6 12 0,06 500 m bangunan. Dapat
berintegrasi dengan
bangunan sarana yang
lain.
Lokasi dan
3. Gardu listrik 2.500 20 30 0,012 500 m
bangunannya harus

16
Kebutuhan Per
Kriteria
Jumlah Satuan Sarana
Penduduk Luas Luas Standar
No. Jenis Sarana
Pendukung Lantai Lahan (m²/jiwa) Radius Lokasi dan
(jiwa) min. min. Pencapaian Penyelesaian
(m²) (m²)
mempertimbangkan
keamanan dan
kenyamanan sekitar.
Lokasinya disebar
Telepon umum, pada titik-titik
4. 2.500 - 30 0,012 -
bis surat strategis atau di sekitar
pusat lingkungan
5. Parkir umum 2.500 - 100 0,04 - -
Kelurahan
Kantor Dapat dijangkau
6. 30.000 500 1.000 0,033 -
kelurahan dengan kendaraan
7. Pos kamtib 30.000 72 200 0,006 - umum. Beberapa
Pos pemadam sarana dapat digabung
8. 30.000 72 200 0,006 - pada tapak yang sama.
kebakaran
Agen pelayanan Agen layanan pos
9. 30.000 36 72 0,0024 - dapat bekerja sama
pos
Loket dengan pihak yang
10. pembayaran air 30.000 21 60 0,002 - mau bergabung
bersih dengan sarana lain
dalam bentuk wartel,
warnet, atau
Loket warpostel. Loket
11. pembayaran 30.000 21 60 0,002 - pembayaran air bersih
listrik dan listrik lebih baik
saling bersebelahan
Lokasinya disebar
Telepon umum,
pada titiktitik strategis
12. bis surat, bak 30.000 - 80 0,003 -
atau di sekitar pusat
sampah kecil
lingkungan.
Dilokasikan dapat
melayani kebutuhan
bangunan sarana
kebudayaan dan
13. Parkir umum 30.000 - 500 0,017 -
rekreasi lain berupa
geduang serba guna
atau balai karang
taruna.
Kecamatan
Kantor Dapat dijangkau
14. 120.000 1.000 2.500 0,02 -
kecamatan dengan kendaraan
15. Kantor polisi 120.000 500 1.000 0,001 - umum. Beberapa
Pos pemadam sarana dapat digabung
16. 120.000 500 1.000 0,001 - dalam satu atau
kebakaran
Kantor pos kelompok bangunan
17. 120.000 250 .00 0,004 - pada tapak yang sama.
pembantu
Stasiun telepon Lokasinya
18. otamatis dan 120.000 500 1.000 0,008 3 -5 km mempertimbangkan
agen pelayanan kemudahan dijangkau

17
Kebutuhan Per
Kriteria
Jumlah Satuan Sarana
Penduduk Luas Luas Standar
No. Jenis Sarana
Pendukung Lantai Lahan (m²/jiwa) Radius Lokasi dan
(jiwa) min. min. Pencapaian Penyelesaian
(m²) (m²)
telepon dari lingkungan luar.
Lokasinya harus
strategis
Balai untuk memudahkan
19. 120.000 250 750 0,006 -
nikah/KUA/BP4 dicari dan dijangkau
oleh pengunjung di
luar kawasan.
Lokasinya disebar
Telepon umum,
pada titik-titik
20. bis surat, bak 120.000 - 80 0,003 -
strategis atau di sekitar
sampah besar
pusat lingkungan.
Dilokasikan dapat
melayani kebutuhan
bangunan sarana
21. Parkir umum 120.000 - 2.000 0,017 - kebudayaan dan
rekreasi lain berupa
balai pertemuan
warga.
Sumber : Badan Standar Nasional, SNI 03 – 1733 – 2004
2. Standar kebutuhan sarana pendidikan
Penempatan penyediaan fasilitas pendidikan mempertimbangkan jangkauan radius area
layanan terkait dengan kebutuhan dasar sarana yang harus dipenuhi untuk melayani pada area
tertentu. Perencanaan sarana pendidikan harus didasarkan pada tujuan pendidikan yang akan
dicapai, dimana secara pendidikan dan pembelajaran ini akan menyediakan ruang belajar harus
memungkinkan siswa untuk dapat mengembangkan pengetahuan, keterampilan, serta sikap
secara optimal.
Oleh karena itu dalam merencanakan sarana pendidikan harus memperhatikan berapa
jumlah anak yang memerlukan fasilitas ini pada area perencanaan, optimasi daya tampung
dengan satu shift, effisiensi dan efektifitas kemungkinan pemakaian ruang belajar secara terpadu,
pemakaian sarana dan prasarana pendukung serta keserasian dan keselarasan dengan konteks
setempat terutama dengan berbagai jenis sarana lingkungan lainnya.

18
Tabel II. 6 Kebutuhan Sarana Pendidikan dan Pembelajaran

Kebutuhan Per
Jumlah Kriteria
satuan Sarana
Jenis Penduduk Standard
No. Keterangan
Sarana pendukung (m²/jiwa)
(jiwa) Luas Luas Radius
Lokasi dan
Lantai Lahan Pencapai
Penyelesaian
Min. (m²) Min. (m²) an (m²)
Di tengah 2 rombongan
216
kelompok warga. prabelajar @
termasuk
1. TK 1.250 500 0,28 500 Tidak 60 murid dapat
rumah
menyeberang bersatu dengan
penjaga
jalan raya. sarana lain
Bergabung
dengan taman
2. SD 1.600 633 2.000 1,25 1.000 sehingga terjadi
pengelompokan
Kebutuhan
kegiatan.
harus
3. SLTP 4.800 2.282 9.000 1,88 1.000 Dapat dijangkau
berdasarkan
dengan
perhitungan
kendaraan
dengan rumus
umum.
2, 3 dan 4.
Disatukan
Dapat
4. SMU 4.800 3.835 12.500 2,6 3.000 dengan lapangan
digabung
olah raga. Tidak
dengan sarana
selalu harus di
pendidikan
pusat
lain, mis. SD,
lingkungan.
SMP, SMA
Di tengah
dalam satu
kelompok warga
komplek
Taman tidak
5. 2.500 72 150 0,09 1.000
Bacaan menyeberang
jalan lingkungan
lingkungan.
Sumber : Badan Standar Nasional, SNI 03-1733-2004

3. Standar kebutuhan sarana kesehatan


Sarana kesehatan berfungsi memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat,
memiliki peran yang sangat strategis dalam mempercepat peningkatan derajat kesehatan
masyarakat sekaligus untuk mengendalikan pertumbuhan penduduk. Dasar penyediaan sarana
ini adalah didasarkan jumlah penduduk yang dilayani oleh sarana tersebut. Dasar penyediaan ini
juga akan mempertimbangkan pendekatan desain keruangan unit-unit atau kelompok lingkungan
yang ada. Sedangkan penempatan penyediaan fasilitas ini akan mempertimbangkan jangkauan
radius area layanan terkait dengan kebutuhan dasar sarana yang harus dipenuhi untuk melayani
pada area tertentu. Adapun sarana kesehatan memilik beberapa jenis antara lain posyandu, balai
pengobatan warga, balai kesehatan ibu dan anak, puskesmas dan balai pengobatan, puskesmas
pembantu, tempat praktik dokter dan apotik.
19
Tabel II. 7 Kebutuhan Sarana Kesehatan

Kebutuhan Per
Kriteria
Jumlah satuan Sarana
Jenis Penduduk Standard
No. Keterangan
Sarana Pendukung Luas Luas (m²/jiwa) Radius
(jiwa) Lantai Lantai Penca- Lokasi dan
Min. Min. paian Penyelesaian
(m²) (m²) (m²)
Di tengah Dapat bergabung
kelompok dengan balai
1. Posyandu 1.250 36 60 0,048 500 tetangga tidak warga atau
menyeberang sarana
jalan raya. hunian/rumah
Di tengah
Balai kelompok Dapat bergabung
2. pengobatan 2.500 150 300 0,12 1.000 tetangga tidak dalam lokasi
warga menyeberang balai warga
jalan raya.
Dapat
BKIA / dijangkau Dapat bergbung
3. klinik 30.000 1.5 3.000 0,1 4.000 dengan dalam lokasi
bersalin kendaraan kantor kelurahan
umum
Puskesmas
pembantu
4. dan balai 30.000 150 300 0,006 1.500 - -
pengobatan
lingkungan
Di tengah
kelompok Dapat
Puskesmas
warga tidak bergabung dalam
5. dan balai 120.000 420 1.000 0,008 3.000
menyeberang lokasi kantor
pengobatan
jalan kecamatan
lingkungan.
Tempat Dapat bersatu
6. praktek 5.000 18 - - 1.500 - dengan rumah
dokter tinggal/tempat
7. Apotik 30.000 120 250 0,025 1.500 - usaha/apotik
Sumber : Badan Standar Nasional, SNI 03-1733-2004

4. Standar kebutuhan sarana peribadatan


Sarana peribadatan merupakan sarana kehidupan untuk mengisi kebutuhan rohani yang
perlu disediakan di lingkungan perumahan yang direncanakan selain peraturan yang ditetapkan,
juga sesuai dengan keputusan masyarakat yang bersangkutan. Oleh karena itu berbagai macam
agama dan kepercayaan yang dianut oleh masyarakat penghuni yang bersangkutan, maka
kepastian tentang jenis dan jumlah fasilitas peribadatan yang akan dibangun baru dapat
dipastikan setelah lingkungan perumahan dihuni selama beberapa waktu.

20
Tabel II. 8 Kebutuhan Sarana Peribadatan

Kebutuhan Per satuan


Jumlah Kriteria
Sarana
Jenis Penduduk Standard
No.
Sarana Pendukung (m²/jiwa)
(jiwa) Luas Luas Radius
Lokasi dan
Lantai Lahan Pencapaian
Penyelesaian
Min. (m²) Min. (m²) (m²)
Di tengah
100 bila kelompok
Mushola
1. 250 45 bangunan 0,36 100 tetangga. Dapat
atau langgar
tersendiri merupakan bagian
dari bangunan lain
Di tengah
kelompok
tetangga tidak
Masjid menyeberang
2. 2.500 300 300 0,24 1.000
warga jalan raya. Dapat
bergabung dalam
lokasi balai
warga.
Masjid Dapat dijangkau
3. lingkungan 30.000 1.800 3.600 0,12 4.000 dengan kendaraan
(Kelurahan) umum
Berdekatan
dengan pusat
lingkungan atau
Mesjid
4. 120.000 3.600 5.400 0,03 - kelurahan.
kecamatan
Sebagian sarana
berlantai 2, KDB
40%
Tergantung
Sarana Tergantung Tergantung
sistem
5. ibadah kebiasaan kebiasaan - - -
kekerabatan/hi
agama lain setempat setempat
rarki lembaga
Sumber : Badan Standar Nasional, SNI 03-1733-2004
5. Standar kebutuhan sarana kebudayaan dan rekreasi
Sarana kebudayaan dan rekreasi merupakan bangunan yang dipergunakan untuk
mewadahi berbagai kegiatan kebudayaan dan atau rekreasi, seperti gedung pertemuan, gedung
serba guna, bioskop, gedung kesenian, dan lain-lain. Bangunan dapat sekaligus berfungsi sebagai
bangunan sarana pemerintahan dan pelayanan umum, sehingga penggunaan dan pengelolaan
bangunan ini dapat berintegrasi menurut kepentingannya pada waktu-waktu yang berbeda.

21
Tabel II. 9 Kebutuhan Sarana Kebudayaan dan Rekreasi
Kebutuhan Per
Kriteria
Jumlah satuan Sarana
Penduduk Luas Luas Standar
No. Jenis Sarana Radius
Pendukung Lantai Lahan (m²/jiwa) Lokasi dan
Pencapaian
(jiwa) Min. Min Penyelesaian
(m²)
(m²) (m²)
Di tengah kelompok
Balai warga /
tetangga. Dapat
1. balai 2.500 150 300 0,12 100
merupakan bagian dari
pertemuan
bangunan lain
Balai
2. 30.000 250 500 0,017 100 Di pusat lingkungan.
serbaguna
Gedung Dapat dijangkau dengan
3. 120.000 1.500 3.000 0,025 100
serbaguna kendaraan umum
Terletak di jalan utama.
Gedung
4. 120.000 1.000 2.000 0,017 100 Dapat merupakan bagian
bioskop
dari pusat perbelanjaan
Sumber : Badan Standar Nasional, SNI 03-1733-2004

6. Standar kebutuhan sarana ruang terbuka


Ruang terbuka merupakan komponen berwawasan lingkungan, yang mempunyai arti
sebagai satu landscape, handscape, taman atau ruang rekreasi dalam lingkup urban. Populasi
ruang terbuka didominasi oleh penghijauan baik secara alamiah atau budidaya tanaman, dalam
pemanfaatan dan fungsinya sebagai areal berlangsungnya fungsi ekologis dan penyangga
kehidupan wilayah perkotaan.
Tabel II. 10 Kebutuhan Sarana Ruang Terbuka Hijau
Jumlah Kebutuhan
Penduduk Luas Standard Radius Kriteria
No. Jenis Sarana
Pendukung Lahan Min. (m²/jiwa) pencapaian Lokasi dan Penyelesaian
(jiwa) (m²)
Taman
1. 250 250 1 100 m Di tengah kelompok tetangga.
/tempat main
Taman/
2. 2.500 1.250 0,5 1.000 m Di pusat kegiatan lingkungan.
tempat main
Taman dan Sedapat mungkin
3. lapangan 30.000 9.000 0,3 - berkelompok dengan sarana
olahraga pendidikan.
Terletak di jalan utama.
Taman dan
Sedapat mungkin
4. lapangan 120.000 24.000 0,2 -
berkelompok dengan sarana
olahraga
pendidikan.
5. Jalur hijau - - 15 m - Terletak menyebar.
Mempertimbangkan radius
6. Kuburan 120.000 - - - pencapaian dan area yang
dilayani.
Sumber : Badan Standar Nasional, SNI 03 – 1733 – 2004

22
6. Standar kebutuhan sarana perdagangan dan jasa
Sarana perdagangan dan jasa berfungsi melayani dan menyediakan kebutuhan sehari-hari
penduduk yang dilengkapi dengan fasilitas-fasilitas pendukung yang dibutuhkan. Sarana
perdagangan dan jasa akan selalu dibutuhkan penduduk karena menyangkut pemenuhan
kebutuhan sehari-hari. Dasar penyediaan selain berdasarkan jumlah penduduk yang akan
dilayaninya, juga mempertimbangkan jangkauan radius area layanan terkait dengan kebutuhan
dasar sarana yang harus dipenuhi untuk melayani pada area tertentu.
Tabel II. 11 Jenis Sarana Perdagangan dan Jasa
Kebutuhan Per
Jumlah Kriteria
Satuan Sarana
Jenis Penduduk Standard
No. Luas Luas Radius
Sarana Pendukung (m²/jiwa) Lokasi dan
Lantai Lahan Pencapaian
(jiwa) Penyelesaian
min. (m²) max. (m²) (m)
Di tengah kelompok
50 100 (bila
tetangga. Dapat
1. Toko/warung 250 (termasuk berdiri 0,3 300
merupakan bagian
gudang) sendiri)
dari sarana lain.
Di pusat kegiatan
sub lingkungan.
2. Pertokoan 6.000 1.200 3.000 1 2.000
KDB 40% Dapat
berbentuk P&D.
Pertokoan + Dapat dijangkau
3. pasar 30.000 13.500 10.000 0,33 - dengan kendaraan
lingkungan umum.
Pusat
perbelanjaan Terletak di jalan
dan niaga utama. Termasuk
4. 120.000 36.000 36.000 0,3 -
(toko + pasar sarana parkir sesuai
+ bank + ketentuan setempat.
kantor)
Sumber : Badan Standar Nasional, SNI 03 – 1733 – 2004
8. Standar kebutuhan prasarana persampahan
Prasarana persampahan merupakan tempat untuk mengangkut sampah-sampah
masyarakat yang ada di daerah tersebut dari TPS menuju TPA. Pertambahan jumlah penduduk,
perubahan pola konsumsi, dan gaya hidup masyarakat telah meningkatkan jumlah timbulan
sampah, jenis, dan keberagaman karakteristik sampah yang dapat menimbulkan dampak negatif
terhadap. Jenis-jenis elemen perencanaan yang harus disediakan adalah gerobak sampah, bak
sampah, TPS dan TPA). Distribusi dimulai pada lingkup terkecil RW, kelurahan, kecamatan
hingga lingkup kota.

23
Tabel II. 12 Kebutuhan Prasarana Persampahan
Lingkup Prasarana
No. Keterangan
Prasarana Sarana Pelengkap Status Dimensi
1. Rumah (5 jiwa) Tong sampah Pribadi - -
Gerobak sampah 2 m³
2. RW (2.500 jiwa) TPS Jarak bebas
Bak sampah kecil 6 m³ Gerobak
TPS
Mengangkut
Kelurahan (30.000 Gerobak sampah 2 m³ dengan
3. TPS 3x seminggu
jiwa) Bak sampah besar 12 m³ lingkungan
hunian
Mobil sampah minimal Mobil
Kecamatan TPS/TPA
4. 25 m³ 30m Mengangkut
(120.000 jiwa) Bak sampah besar lokal
3x seminggu
Kota (>480.000 Bak sampah akhir
5. TPA - -
jiwa) Tempat daur ulang sampah
Sumber : Badan Standar Nasional, SNI 03 – 1733 – 2004
2.3. Arahan dan Kebijakan Pemerintah
Arahan dan Kebijakan berdasarkan pada rencana tata ruang wilayah Kabupaten Parigi
Moutong tahun 2010 – 2030.
2.3.1. Rencana Struktur Ruang
Rencana struktur ruang wilayah kabupaten terdiri atas :
a) Rencana pengembangan sistem perkotaan wilayah.
b) Rencana pengembangan jaringan prasarana utama dan pengembangan sistem prasarana
wilayah lainnya.
2.3.1.1. Rencana Pengembangan Sistem Perkotaan Wilayah Kabupaten
Berdasarkan RTRW Kabupaten Parigi Moutong, pada pasal 14 tentang Rencana
Pengembangan Sistem Perkotaan Wilayah Kabupaten terdiri atas :
a) Pusat Kegiatan Wilayah Promosi (PKWp) berada di Parigi.
b) Pusat Kegiatan Lokal Promosi (PKLp) berada di Ampibabo, Sausu.
c) Pusat Pelayanan Kawasan (PPK) berada di Torue.
d) Pusat Pelayanan Lingkungan (PPL) berada di Balinggi, Siniu, Kasimbar, Toribulu,
Binangga.
e) Rencana Pengembangan Sistem Jaringan Transportasi.
2.3.1.2. Rencana Pengembangan Sistem Jaringan Transportasi
Berdasarkan RTRW Kabupaten Parigi Moutong, pada pasal 16 tentang Sistem Jaringan
Transportasi Nasional dan Provinsi yang terkait dengan wilayah Kabupaten, terdiri atas :

24
a) Jaringan jalan nasional dan provinsi yang terdiri atas jaringan jalan arteri primer (batas
Kabupaten Poso)- Sausu, Sausu - Tolai, Tolai - Parigi, Parigi - Toboli, Toboli -
Ampibabo, Ampibabo - Kasimbar, Kasimbar – Tinombo, Tinombo - Mepanga, Mepanga
– Bolano Lambunu dan Lambunu - Sejoli/batas Provinsi Gorontalo, batas timur Kota
Palu – Kebon Kopi dan ruas Kebon Kopi – Toboli).
b) Pengembangan jalan penghubung ke kabupaten tetangga sebagai bagian dari jalan
nasional atau jalan provinsi yaitu ke Kabupaten Poso Pesisir (ruas Sausu – batas
Kabupaten Poso), ke Kabupaten Donggala (ruas Kasimbar – batas Kabupaten Donggala),
ke Kabupaten Tolitoli (ruas Mepanga – batas Kabupaten Tolitoli ), ke Kota Palu (ruas
Parigimpu’u – batas Kota Palu).
c) Terminal tipe B di Toboli Kecamatan Parigi Utara.
d) Sistem jaringan jalur kereta api pada lintas tengah Sulawesi.
e) Pelabuhan Laut yaitu pelabuhan pengumpan Parigi dan pelabuhan pengumpul Moutong.
Berdasarkan RTRW Kabupaten Parigi Moutong, pada pasal 17 tentang Pengembangan
Terminal Penumpang Dan Barang Kabupaten merupakan pengembangan terminal tipe C yang
tersebar pada Kabupaten, terdiri atas :
a) Terminal Parigi di Kecamatan Parigi.
b) Terminal Lambunu di Kecamatan Bolano Lambunu.
c) Terminal Tinombo di Kecamatan Tinombo.
d) Terminal Kasimbar di Kecamatan Kasimbar.
e) Terminal Sausu di kecamatan Sausu.
Berdasarkan RTRW Kabupaten Parigi Moutong, pada pasal 22 tentang rencana
pengembangan sistem jaringan sumber daya air terdiri atas :
1. Bendung terdiri atas :
a) Bendung kewenangan pemerintah pusat terdiri dari bendung Lambunu dan bendung
Sausu Atas.
b) Bendung kewenangan pemerintah provinsi di Kasimbar, Torue dan parigi.
2. Jaringan irigasi terdiri atas :
a) Jaringan irigasi kewenangan pemerintah pusat yang berada di Sausu.
b) Jaringan irigasi kewenangan pemerintah provinsi yang berada di Kasimbar, parigi dan
Torue.

25
c) Jaringan irigasi kewenangan pemerintah kabupaten yang berada di sausu, Ampibabo,
dan Toribulu.
3. Sistem pengelolaan rawa pemeliharaan dan mempertahankan luas kawasan rawa di
Kecamatan Ampibabo, Balinggi, Kasimbar, Parigi Selatan, Sausu. Perencanaan dan
Pengembangan TPA lokal yang berada di kecamatan Ampibabo, Balinggi, Kasimbar, Sausu,
Siniu, dan kecamatan Torue.

2.3.2. Rencana Pola Ruang Wilayah Kabupaten Terdiri Atas


Rencana struktur ruang wilayah kabupaten terdiri atas :
a) Rencana pengembangan kawasan lindung.
b) Rencana pengembangan kawasan budidaya wilayah kabupaten.
c) Rencana pengelolaan kawasan lainnya.
Berdasarkan RTRW Kabupaten Parigi Moutong, pada pasal 27 tentang Rencana Kawasan
Lindung Kabupaten terdiri atas :
1. Kawasan hutan lindung seluas kurang lebih 148.690 Ha yang tersebar pada wilayah
Kecamatan,Torue, Parigi Selatan, Parigi Barat, Parigi Tengah, Parigi Utara, Siniu,
Ampibabo, Kasimbar, Toribulu.
2. Kawasan yang memberikan perlindungan terhadap kawasan dibawahnya berupa kawasan
resapan air yang tersebar di Kecamatan Sausu, Balinggi, Torue, Parigi Selatan, Parigi Barat,
Parigi Tengah, Parigi Utara, Ampibabo, Kasimbar.
3. Sungai - sungai yang berada di wilayah selatan parigi tersebar di Kecamatan Sausu,
Kecamatan Balinggi, Kecamatan Torue, kecamatan Parigi Selatan, Kecamatan Parigi,
Kecamatan Parigi Barat, Kecamatan Parigi Utara, Kecamatan Parigi Tengah, Kecamatan
Ampibabo, Kecamatan Siniu, Kecamatan Toribulu, Kecamatan Kasimbar.
4. Kawasan pantai berhutan bakau seluas kurang lebih 7.043 Ha tersebar di Kecamatan Sausu,
Balinggi, Torue, Parigi Selatan, Parigi, Ampibabo, Kasimbar, Toribulu.
5. Kawasan suaka alam, pelestarian alam dan cagar budaya, terdiri atas cagar alam Pangi
Binangga dikecamatan Parigi Barat, Parigi Tengah dan Parigi Utara.
6. Kawasan pantai berhutan bakau seluas kurang lebih 7.043 Ha tersebar di Kecamatan Sausu,
Balinggi, Torue, Parigi Selatan, Parigi, Ampibabo, Kasimbar.
7. Kawasan rawan bencana alam, terdiri atas kawasan rawan tanah longsor pada Kecamatan
Parigi Tengah, Kecamatan Parigi Utara,dan Kecamatan Ampibabo;
26
8. Kawasan rawan banjir yaitu pada Sungai Sausudi Kecamatan Sausu, Sungai Torue di
Kecamatan Torue, Sungai Dolago di Kecamatan Parigi Selatan, Sungai Burangga di
Kecamatan Ampibabo, Sungai Kasimbar, Sungai Posona di Kecamatan Kasimbar.
9. Kawasan abrasi pantai pada Kecamatan Parigi, Kecamatan Siniu, Kecamatan Kasimbar,
Kecamatan Torue.
10. Kawasan rawan tsunami pada seluruh kecamatan pesisir di Kabupaten Parigi Moutong dan
perencanaan jalur evakuasi pada kawasan rawan bencana alam.
11. Kawasan hutan produksi, yang meliputi :
a) Hutan produksi terbatas seluas kurang lebih 110.008 ha tersebar di kecamatan sausu,
balinggi, torue, parigi selatan, parigi barat, parigi utara, siniu, ampibabo, toribulu,
kasimbar.
b) Hutan produksi tetap seluas kurang lebih 21.805 ha yang tersebar di kecamatan sausu,
balinggi,torue, parigi selatan, siniu.
c) Kawasan hutan produksi yang dapat dikonversi seluas kurang lebih 16.056 ha
tersebar di kecamatan sausu, siniu dan ampibabo.
12. Kawasan peruntukan pertanian, meliputi :
a) Kawasan pertanian lahan basah seluas kurang lebih 52.048 ha di Kecamatan Sausu,
Balinggi, Torue, Parigi Selatan, Parigi Barat, Parigi, Siniu, Ampibabo, Kasimbar,
Toribulu.
b) Kawasan pertanian lahan kering seluas kurang lebih 87.172 ha tersebar pada semua
kecamatan di kabupaten.
13. Kawasan peruntukan perkebunan, meliputi :
a) Kawasan pengembangan kakao mencapai kurang lebih 65.439 ha tersebar pada
wilayah Kecamatan Sausu, Balinggi, Torue, Parigi Selatan, Parigi Utara, Parigi Barat,
Parigi Tengah, Siniu, Ampibabo, Toribulu, Kasimbar.
b) Kawasan pengembangan tanaman kelapa seluas kurang lebih 27.328 ha, tersebar pada
wilayah Kecamatan Sausu, Balinggi, Torue, Parigi Selatan, Parigi Utara, Parigi Barat,
Parigi, Parigi Tengah, Siniu, Ampibabo, Toribulu, Kasimbar.
c) Kawasan pengembangan tanaman cengkeh seluas kurang lebih 3.331 ha, tersebar
pada wilayah kecamatan Ampibabo, Parigi Utara, Parigi Selatan, Kasimbar.

27
d) Kawasan pengembangan tanaman perkebunan lainnya seluas kurang lebih 2.117 ha,
yang tersebar di seluruh kecamatan.
14. Kawasan peruntukan perikanan di sepanjang pesisir pantai Teluk Tomini, wilayah perairan
Teluk Tomini serta wilayah daratan untuk perikanan darat terutama pada wilayah
Kecamatan Sausu, Torue, Parigi Selatan, Kecamatan Ampibabo, Kasimbar.
15. Kawasan peruntukan pertambangan, terdiri atas :
a) Emas dan mineral pengikut, dengan luas kurang lebih 97.091 ha diarahkan di
Kecamatan Ampibabo, Sausu, Parigi Barat, Toribulu, Kasimbar.
b) Biji besi dengan luas lahan kurang lebih 41.247 ha di Kecamatan Lambunu, Toribulu
dan Sausu.
c) Timah hitam/galena dengan luas kurang lebih 20.116 ha yang tersebar di Kecamatan
Ampibabo dan Toribulu.
d) Luas lahan pencadangan mineral logam sebesar kurang lebih kurang lebih 40.000 ha
yang tersebar hampir di seluruh kecamatan yang ada.
16. Kawasan peruntukan pariwisata, terdiri atas :
a) Kawasan pariwisata alam, meliputi: Pulau Rosita Kecamatan Sausu, Pantai Tumpapa
Kecamatan Balinggi, Pantai Nalera Uwevolo Kecamatan Siniu, Pantai Nadoli Silanga
Kecamatan Siniu, Pasir Putih Sidoan, Pasir Putih Ongka Kecamatan Bolano
Lambunu, dan Pantai Moian Palapi.
b) Kawasan pariwisata buatan, meliputi : Bambalemo Beach Kecamatan Parigi, kawasan
pariwisata hortikultura Kecamatan Torue.
17. Kawasan peruntukan permukiman, terdiri atas :
a) Kawasan permukiman perkotaan, meliputi Parigi sebagai ibukota kabupaten dan
semua ibukota kecamatan.
b) Kawasan permukiman perdesaan, meliputi seluruh desa di seluruh kecamatan yang
ada pada Kabupaten, kecuali pada Kecamatan Parigi.
18. Kawasan peruntukan lainnya, terdiri atas :
a) Kawasan olah raga kabupaten yang berada pada Kecamatan Parigi Barat.
b) Kawasan olah raga terbuka lainnya yang tersebar pada seluruh kecamatan yang
diarahkan pada ruang-ruang terbuka hijau.

28
c) Kawasan Ruang Terbuka Hijau (RTH) tersebar pada seluruh kecamatan, dengan luas
minimal 30% dari luas kecamatan tersebut.
d) Kawasan Tempat Pemakaman Umum (TPU) sebagai pendukung fungsi permukiman
yang berada pada setiap kecamatan.
e) Kawasan Militer yang berada di desa Posona kecamatan Kasimbar.
f) Kawasan ternak kabupaten meliputi kawasan ternak sapi, kerbau, kuda, kambing dan
ayam diarahkan pada semua kecamatan di kabupaten dan kawasan ternak babi
diarahkan di Kecamatan Sausu, Balinggi, Torue.
2.3.3. Penetapan Kawasan Strategis Kabupaten
Berdasarkan RTRW pada pasal 31 tentang penetapan kawasan strategis kabupaten yang
berada di wilayah selatan parigi yaitu meliputi kawasan :
1. KSP – kawasan angrotourisme berada di Kecamatan Sausu.
2. KSP – kawasan cepat tumbuh berada di Kecamatan Parigi dan Ampibabo.
3. KSP – kawasan kritis lingkungan berada di Kecamatan Parigi.
4. KSK – kawasan minapolitan berada di Kecamatan Kasimbar.
5. KSK – kawasan agropolitan berada di Kecamatan Parigi Selatan.
6. KSK – perlindungan kawasan cagar alam dan suaka margasatwa berada di Kecamatan
Parigi Tengah dan Parigi Utara.

2.4. Konsep Lingkungan BTS


Konsep Lingkungan BTS (Bersih, Tangguh dan Bersinambungan) mengambil dasar
rancangan berdasarkan kondisi nyata atau eksisting lapangan yang ada dan berlaku. Melihat
kondisi geografi dari Kabupaten Parigi Moutong dilalui oleh sesar utama Sulawesi Tengah yaitu
Sesar Palu-Koro dan Sesar Sorong yang mengakibatkan daerah Parigi Moutong rawan akan
bencana alam gempa bumi. Selain masalah gempa, peristiwa yang sering dan rawan terjadi
adalah peristiwa pergerakan tanah yang awal mula berasal dari struktur litologi yang tidak kokoh
dan dampaknya berupa tanah longsor. Adapun keadaan sungai yang banyak dan tersebar hampir
ditiap daerah Parigi Moutong yang akan menyebabkan potensi banjir bila hujan deras
berlangsung serta didukung dengan terjadinya pencemaran lingkungan seperti pembuangan
sampah sembarang sehingga membuat drainsae tersumbat atau sungai meluap.
Maka berdasarkan kondisi diatas, perlu adanya bentuk upaya yang harus dilakukan oleh
pihak masyarakat dan pihak pemerintah. Konsep lingkungan BTS beracuan kepada sistem
29
kebersihan, ketangguhan wilayah menghadapi bencana dan berkelanjutan untuk masa yang akan
dating. Kebersihan mengambil peran kepada pemerintah untuk selalu melakukan pengendalian
terhadap masyarakatnya, hal ini berupa: sosialiasi, pemantauan, dan evaluasi. Dengan melakukan
kegiatan ini dapat menciptakan hubungan yang baik antara pemerintah dan masyarakat. Terkait
tangguh menghadapi bencana akan dijelaskan serta didemonstrasikan didalam kegiatan
sosialisasi agar masyarakat memiliki kesiapan serta arahan apabila terjadi suatu bencana.
Terakhir menjaga selalu agar rencana ini diterapkan seiring berjalannya pemerintahan agar
ketersediaan diri dan mental menjadi pegangan yang kuat untuk menghadapi dan memitigasi
bencana yang akan terjadi baik sekarang maupun yang akan dating.

30
BAB III
KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI PARIGI SELATAN

3.1. Gambaran Umum Wilayah Studi


3.1.1. Demografi
Wilayah Selatan Parigi (Kasimbar-Sausu) dibentuk berdasarkan Undang-Undang Nomor 10
Tahun 2002. Memiliki luas wilayah 6.231,85 Ha, panjang Garis Pantai ± 472 Km, Letak
Geografis Wilayah Selatan Parigi (Kasimbar-Sausu) adalah 0.75 º LU - 1º LS dan 120º - 121,5º
BT pada bagian Parigi bagian selatan terbentang dari Kecamatan Kasimbar dengan batas wilayah
sebelah selatan berbatasan dengan Kecamatan Toribulu, Kecamatan Ampibabo dan Kecamatan
Siniu, Kecamatan Parigi Utara dengan batas wilayah sebelah tenggara berbatasan dengan
Kecamtan Parigi Tengah dan Kecamatan Parigi, Kecamatan Parigi Barat, Kecamatan Parigi
Selatan, batas wilayah sebelah timur berbatasan dengan Kecamatan Torue, Kecamatan Balinggi
dan Kecamatan Sausu. Adapun batas-batas administrasi setiap kecamatan antara lain :
1. Pada Kecamatan Kasimbar, batas wilayah yang dimana pada bagian utara berbatasan
dengan tinombo selatan, bagian timur berbatasan dengan Teluk Tomini, bagian Selatan
berbatasan dengan Toribulu, bagian barat berbatasan dengan Kab. Donggala.
2. Pada Kecamatan Ampibabo, batas wialayah yang dimana pada bagian utara berbatasan
dengan kecamatan toribulu, bagian timur berbatasan dengan teluk tomini, bagian selatan
berbatasan dengan kecamatan sinui dan bagian barat berbatasan dengan kebupaten
donggala.
3. Pada Kecamatan balinggi, batas wilayah pada bagian utara berbatasan dengan teluk
tomini, bagian timur berbatasan dengan Kecamatan Sausu, bagian selatan berbataan
dengan Kab. Sigi dan Kab. Poso dan bagian barat berbatasan dengan Kecamatan Torue.
4. Pada Kecamatan parigi Barat, batas wilayah pada bagian utara berbatasan dengan
Kecamatan Parigi tengah, bagian timur berbtasan dengan Kecamatan Parigi, bagian
selatan berbatasan dengan Kecamatan Parigi selatan, bagian barat berbatasan dengan kab.
Donggala.

31
5. Pada Kecaatan Parigi, batas wialayah bagian utara berbatasan dengan Teluk Tomini,
bagian timur berbatasan dengan Teluk Tomini, bagian selatan Kecamatan Parigi Selatan,
bagian barat berbatasan dengan Kecamatan Parigi Barat dan Kecamatan Parigi Tengah.
6. Pada bagian Kecamatan Parigi Selatan, batas wialayah pada bagian utara berbatasan
dengan Kecamatan Parigi dan Kecamatan Parigi Barat, bagian Timur berbatasan dengan
Kecamatan Torue dan Teluk Tomini, bagian Selatan berbatasan dengan Kecamatan
Torue dan Kab. Sigi, bagian Barat berbatasan dengan Kab. Sigi.
7. Pada bagian Kecamatan Parigi tengah, batas wialayah bagian utara berbatasan dengan
Kecamatan Sinui, bagian Timur berbatasan dengan Teluk Tomini, bagian selatan
berbatasan dengan Kecamatan Parigi Tengah, bagian barat berbatasan dengan Kab
Donggala.
8. Pada bagian Kecamatan Parigi Utara, batas wialayah bagian utara berbatasan dengan
Kecamatan Sinui, bagian Timur berbatasan dengan Teluk Tomini, bagian selatan
berbatsan dengan Kecamatan Parigi Tengah, bagian barat berbatasan dengan Kab.
Donggala.
9. Pada Wilayah bagian selatan (Kasimbar - Sausu), batas wilayah pada bagian utara
berbatasan dengan Teluk Tomini, bagian timur berbatasan dengan Teluk Tomini, bagian
selatan berbatasan dengan Kab. Poso, bagian barat berbatasan dengan Kab. Balinggi.
10. Pada Kecamatan Sinui, batas wilayah pada bagian utara berbatasan dengan Kecamatan
Ampibabo, bagian timur berbatasan dengan Teluk Tomini, bagian selatan berbatasan
dengan Kecamatan Parigi Utara, bagian Barat berbatasan dengan Kab. Donggala.
11. Pada Kecamatan Toribulu, batas wilayah pada bagian utara berbatasan dengan
Kecamatan Kasimbar, bagian timur berbatasan dengan Teluk Tomini, bagian Selatan
berbatasan dengan Kecamatan Ampibabo, bagian barat berbatasan dengan Kab.
Donggala.
12. Pada Kecamatan Torue, batas wilayah yang dimana bagian utara berbatasan dengan
Teluk Tomini, bagian timur berbatasan dengan Kecamatan Sausu, bagian selatan
berbatasan dengan Kab. Sigi, bagian barat berbatasan dengan Kecamatan Parigi.

32
3.1.2. Topografi
Wilayah Selatan Parigi (Kasimbar-Sausu) merupakan daerah yang berbukit dan
bergunung terutama pada bagian barat dan bagian utara. Dataran rendah dan landai banyak
ditemukan di bagian tengah hingga timur, berbatasan dengan laut.
Berdasarkan ketinggian lahan, Wilayah Selatan Parigi (Kasimbar-Sausu) pada umumnya
berada pada ketinggian antara 0 – 2900 m dpl dan garis pantai yang memiliki bibir pantai
sepanjang 472 km di Teluk Tomini, membentang dari ujung Kecamatan Sausu di bagian selatan
hingga Kecamatan Kasimbar yang berbatasan dengan Kecamatan Tinombo Selatan di sisi utara.
Titik terendah pada daerah pinggiran pantai yang berbatasan dengan permukaan air laut dan titik
tertinggi pada Gunung Malino di Kecamatan Moutong.
Bentuk permukaan tanah di Wilayah Selatan Parigi (Kasimbar-Sausu) bervariasi dari
dataran sampai bergunung. Daerah yang mempunyai dataran cukup luas adalah Kecamatan
Sausu dan Kecamatan Torue. Keadaan topografi di Wilayah Selatan Parigi (Kasimbar-Sausu)
(luas kemiringan lahan rata-rata) yaitu :
1. Datar (0 – 8)% = 146.134 Ha.
2. Bergelombang (8 – 15)% = 60.443 Ha.
3. Curam (15 – 45)%=142.186 Ha.
4. Sangat curam ( >45)% = 1.97 Ha.
Landform wilayah Wilayah Selatan Parigi (Kasimbar-Sausu) terdiri dari dataran rendah
dan perbukitan serta pegunungan yang membentang sepanjang pantai dari utara sampai selatan
dengan ketinggian rata-rata di atas permukaan laut (15 -375 m).
3.1.3. Klimatologi
Curah hujan tertinggi menurut tabel diatas terdapat pada dua kecamatan yaitu Kecamatan
Parigi dan Kecamatan Parigi Tengah dengan hari hujan berjumlah sama yaitu 177 terhitung dari
bulan Januari-Desember, hal ini sangat bagus untuk pertumbuhan pertanian di daerah tersebut.
Sedangkan untuk Kecamatan Ampibabo, Kecamatan Kasimbar dan Kecamatan Sausu untuk
tahun 2017 tidak terjadi musim hujan, sangat disayangkan karena di Kecamatan Sausu memiliki
pertanian yang berlimpah.

33
Tabel III.1 Hari Hujan dan Curah Hujan di Parigi Bagian Selatan (Kasimbar-Sausu)
Pada Tahun 2017

Hari Hujan Curah Hujan


No. Kecamatan
(Jan-Des) (Milimeter)
1. Kasimbar - -
2. Toribulu 152 1460,0
3. Ampibabo - -
4. Siniu 152 1460
5. Parigi Utara 175 1962
6. Parigi Tengah 175 1961
7. Parigi 177 2412
8. Parigi Barat 175 1962
9. Parigi Selatan 177 2412
10. Torue 140 1895
11. Balinggi 121 2225
12. Sausu - -
Sumber: BPS dalam Angka 2018

3.1.4. Jenis Tanah


Kedalaman efektif tanah di Wilayah Selatan Parigi (Kasimbar-Sausu) berkisar 61-90 cm,
dan lebih dari 90 cm. Kedalaman efektif tanah sangat penting bagi pertumbuhan akar tanaman.
Untuk daerah-daerah yang topografinya terjal, tanahnya relatif dangkal. Sedangkan daerah pantai
yang dipengaruhi pasang surut air laut, tanah mempunyai ketebalan lebih kurang 50 cm, tanah
seperti ini menunjukkan tingkat perkembangan masih lemah atau belum berkembang. Jenis tanah
di Wilayah Selatan Parigi (Kasimbar-Sausu) meliputi :
1. Jenis tanah pedsolik merah kuning, 49.93 % (3.111, 87 km2)
2. Jenis tanah pedsolik merah kelabu, 8,49 % (529.32 km2)
3. Jenis tanah latosol, 38,49 (2.398,64 km2)
4. Jenis tanah aluvial, 3.08 % (192,02 km2)
Tanah penyusun berupa latosol umumnya berasal dari bahan induk berupa batu tuvolkan
intermediate. Jenis tanah pedsolik banyak dijumpai di daerah bergunung, jenis tanah aluvial yang
merupakan unsur endapan tanah yang mengandung materi gunung berapi yang memiliki tingkat
kemampuan tinggi untuk menyuburkan lapisan tanah, dijumpai di bantaran sungai.

34
3.1.5. Rawan Bencana
Pulau Sulawesi mempunyai banyak potensi terjadinya bencana gempa bumi, tsunami dan
banjir. Secara tektonik, pulau ini memiliki banyak patahan (sesar) yang merupakan sumber
terjadinya gempa bumi. Sesar tersebut sudah terdefinisikan dan dipetakan oleh para peneliti
yang tergabung dalam Pusat Studi Gempa Nasional 2017. Sesar-sesar tersebut adalah Sesar
Palu-Koro, Sesar Tarakan, Sesar Megarthrust Sulawesi Utara, Sesar Tzomini, Sesar
Gorontalo, Sesar Tondano, Sesar Selat Makassar, Sesar Loa, Sesar Matano, Sesar Sausu, Sesar
Tokararu, Sesar Poso, Sesar Weluki, Sesar Soroako, Sesar Geressa, Sesar Batui, Sesar
Peleng, Sesar Balantak, Sesar Lawanopo, Sesar Buton, Sesar Tolo, Sesar Walanae, Sesar
Peleng dan Ambelang.
Potensi bencana tersebut juga dapat dilihat pada wilayah Parigi bagian Selatan yang
memiliki 12 kecamatan. Dimana diwilayah tersebut memiliki potensi banjir pada Kecamatan
Kasimbar, Kecamatan Ampibabo, Kecamatan Parigi Selatan, Kecamatan Torue dan Kecamatan
Sausu. Potensi banjir ini tentunya tidak bisa terelakkan lagi, karena setiap musim penghujan
selalu terjadi banjir dan tentunya perlu perhatian khusus baik dari pemerintah maupun
masyarakat setempat. Seperti banjir yang terjadi di Kecamatan Ampibabo bencana banjir yang
pernah terjadi pada tahun 2018 yang diakibatkan oleh hujan deras sehingga air dari sungai
Buranga meluap dan menghantam Jembatan Buranga yang saat itu masih dalam proses
pembangunan dan akhir pihak berwenang mencoba mencari alternatif jalan lain untuk bisa
melewati lokasi bencana. Banjir ini memberikan dampak kepada masyarakat, seperti ada
kendaraan yang hanyut terbawa arus deras dan harus menggunakan alat berat untuk
mengangkutnya kembali. Untuk Kecamatan yang lainnya memiliki potensi gempa bumi. Hal ini
dapat dilihat pada RTRW Kabupaten Parigi Moutong. Untuk potensi bencana banjir pada
wilayah Parigi Bagian Selatan dapat dilihat pada gambar.

35
Gambar 3. 1 Peta Batas Administrasi Kabupaten Selatan Parigi
Sumber : Hasil Analisis Kelompok, 2019

36
Gambar 3.2 Peta Topografi Kabupaten Selatan Parigi
Sumber : Hasil Analisis Kelompok, 2019

37
Gambar 3.3 Peta Jenis Tanah Kabupaten Selatan Parigi
Sumber : Hasil Analisis Kelompok, 2019

38
Gambar 3.4 Peta Curah Hujan Kabupaten Selatan Parigi
Sumber : Hasil Analisis Kelompok, 2019

39
Gambar 3.5 Peta Resiko Bencana Banjir Kabupaten Selatan Parigi
Sumber : Hasil Analisis Kelompok, 2019

40
3.1.6. Pemanfaatan Lahan
Berdasarkan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) Parigi Moutong,
penggunaan lahan di Wilayah Selatan Parigi (Kasimbar-Sausu) tahun 2007 didominasi oleh
penggunaan lahan untuk hutan, yaitu sebesar 603.538 ha, terdiri dari :
1. Hutan lindung seluas 146.011 ha.
2. Hutan cagar alam seluas 56.432 ha.
3. Hutan produksi terbatas seluas 112 ha.
4. Hutan produksi tetap seluas 23.555 ha.
5. Hutan produksi yang dapat dikonversi seluas 14.306 ha.
6. Area penggunaan lain, seluas 250.544,34 ha.
Pemanfaatan lahan yang efektif untuk pertanian di Wilayah Selatan Parigi (Kasimbar-
Sausu) pada tahun 2007 sebesar 56.770 ha, dengan distribusi komoditas dan luas lahan sebagai
berikut :
1. Padi, seluas 51.107 ha.
2. Jagung, seluas 2.593 ha.
3. Kedelai, seluas 187 ha.
4. Kacang Tanah, seluas 514 ha.
5. Kacang Hijau, seluas 200 ha.
6. Ubi Kayu, seluas 293 ha.
7. Ubi, seluas 234 ha.
8. Sayuran, seluas 1.645 ha.
Pemanfaatan lahan untuk kegiatan perkebunan sebesar 96.710 ha, dengan distribusi
penggunaan lahan sebagai berikut :
1. Tanaman coklat, seluas 61.780 ha.
2. Kelapa, seluas 27.517 ha.
3. Cengkeh, seluas 2.834 ha.
4. Tanaman lainnya: Jambu mete, Lada, Pala, Kemiri, dan Kapuk, dengan luas di bawah
300 ha.
Secara umum urutan pemanfaatan lahan adalah sebagai berikut :
1. Hutan (70.60 %).
2. Perkebunan (18,56 %).

41
3. Sawah (5 %).
4. Pemukiman (2.31 %).
5. Pemanfataan lainnya, seperti: rawa, kolam, dan danau.
3.1.7. Perekonomian
Pembangunan ekonomi diarahkan untuk peningkatan taraf hidup dan kesejahteraan
masyarakat, biasanya dilakukan dengan memperluas lapangan kerja, membuka kesempatan kerja
seluas-luasnya, memperbaiki distribusi pendapatan masyarakat, dan meningkatkan kegiatan
ekonomi regional. Perkembangan ekonomi daerah dapat diukur dengan perkembangan Produk
Domestik Regional Bruto (PDRB), serta tingkat pendapatan perkapita masyarakat. Angka PDRB
menjelaskan besarnya aktivitas ekonomi yang dilakukan oleh masyarakat dalam memproduksi
barang dan jasa selama satu tahun.
PDRB Wilayah Selatan Parigi berdasarkan harga yang berlaku mengalami peningkatan
dari 3.462.584 rupiah pada tahun 2006, menjadi 4.025.022 rupiah pada tahun 2007. Berdasarkan
harga konstan nilai PDRB (barang dan jasa) juga mengalami peningkatan dari 2.078.353 rupiah
pada tahun 2006 menjadi 2.417.053 juta rupiah pada tahun 2007. Indikasi tersebut menunjukkan
kemajuan cukup signifikan dalam pertumbuhan ekonomi daerah, yang diharapkan mampu
menjadi stimulus dalam perputaran roda perekonomian Wilayah Selatan Parigi di masa yang
akan datang. Proses tersebut diharapkan dapat memperluas kesempatan kerja dan meningkatkan
kesejahteraan masyarakat. Laju pertumbuhan PDRB Wilayah Selatan Parigi pada tahun 2007
meningkat dibandingkan tahun 2006, yaitu dari 7.40 persen menjadi 7.80 persen. Urutan laju
pertumbuhan PDRB di Wilayah Selatan Parigi tahun 2007 adalah :
1. Sektor bangunan 13,45 %.
2. Diikuti oleh sektor perdagangan, hotel dan restoran 11.34 %.
3. Sektor industri pengolahan 9.98 %.
4. Sektor penggalian 9.85 %.
5. Keuangan, persewaan dan jasa perusahaan dengan pertumbuhan 8.76 %.
6. Sektor angkutan dan komunikasi 8.24 %.
7. Sektor jasa-jasa 8.23 %.
8. Sektor pertanian 6.22 %.
9. Sektor listrik dan air bersih 6.14 %.
Pertumbuhan positif terjadi pada tujuh sektor, yaitu :

42
1. Sektor bangunan 1.36 %.
2. Sektor perdagangan, hotel, dan restoran 8.90 %.
3. Sektor angkutan dan komunikasi 4.68 %.
4. Sektor keuangan, persewaan, dan jasa perusahaan 9.60 %.
5. Sektor penggalian 9.02 persen; (6) sektor jasa-jasa 7.93 %.
6. Sektor industri pengolahan 7.51 %.
Dua sektor yang mengalami pertumbuhan negatif pada tahun 2007 dibandingkan tahun
sebelumnya adalah :
1. Sektor listrik dan air bersih.
2. Sektor pertanian.
3.1.8. Sosial Budaya
Berdasarkan pada tabel dibawah bahwa kepadatan penduduk yang terbesar terdapat di
wilayah Parigi sebesar 1.471 dan memiliki jumlah penduduk sebesar 34.569 jiwa seangkan
wilayah di Parigi bagian Selatan yang memiliki tingkat kepedatan penduduk terkecil terdapat di
wilayah Parigi Selatan dengan jumlah penduduk sebesar 23.958 jiwa.
Tabel III.2 Kepadatan Jumlah Penduduk dan Kepadatan Penduduk di Wilayah Parigi Bagian
Selatan (Kasimbar-Sausu) Pada Tahun 2017

No. Kecamatan Jumlah Penduduk Kepadatan Penduduk


1. Kasimbar 23.896 -
2. Toribulu 19.588 92
3. Ampibabo 23.427 122
4. Siniu 9.423 79
5. Parigi Utara 6.259 63
6. Parigi Tengah 8.822 117
7. Parigi 34.569 1471
8. Parigi Barat 8.221 70
9. Parigi Selatan 23.958 60
10. Torue 20.596 75
11. Balinggi 17.728 79
12. Sausu 25.372 62
Sumber: BPS dalam Angka 2018

Tabel III.3 Jumlah Penduduk di Kabupaten Selatan Parigi (Kasimbar-Sausu)

No Kecamatan Jumlah Penduduk


1 Kasimbar 23 896
2 Toribulu 19 588
3 Ampibabo 23 427
4 Siniu 9 423
5 Parigi utara 6 259
6 Parigi tengah 8 882

43
No Kecamatan Jumlah Penduduk
7 Parigi 34 569
8 Parigi barat 8 221
9 Parigi selatan 23 958
10 Torue 20 596
11 Balinggi 17 728
12 Sausu 25 372
Sumber: BPS dalam Angka 2018

Berdasarkan tabel kependudukan di atas penduduk paling banyak terdapat di kecamatan


Parigi berjumlah 34 569 penduduk sedangkan penduduk dengan jumlah paling sedikit terdapat di
kecamatan Parigi utara dengan jumlah penduduk 6 259 jiwa.

Tabel III.4 Jumlah Penduduk Menurut Kelompok Umur di Kabupaten Selatan Parigi

Laki-laki Perempuan
No Kecamatan
(Male) (Female)
1 Kasimbar 12 331 11 447
2 Toribulu 10 118 9470
3 Ampibabo 11980 11447
4 Siniu 4838 4585
5 Parigi utara 3238 3021
6 Parigi tengah 4452 4370
7 Parigi 17503 17066
8 Parigi barat 4252 3969
9 Parigi selatan 12254 11704
10 Torue 10543 10053
11 Balinggi 9054 8674
12 Sausu 13175 12197
Sumber: BPS dalam Angka 2018

Berdasarkan tabel Jumlah Penduduk Menurut Kelompok Umur di atas penduduk Laki-
laki paling banyak terdapat di kecamatan Parigi berjumlah 17 503 penduduk. sedangkan
penduduk perempuan terbanyak terdapat di kecamatan Parigi dengan jumlah 17 066 penduduk

Tabel III.5 Jumlah Luas Daerah dan Kepadatan Penduduk di Kabupaten Selatan Parigi

Luas Daerah
No Kecamatan Penduduk
(Km2)
1 Kasimbar 280,78 23 896
2 Toribulu 212,38 19 588
3 Ampibabo 191,44 23 427
4 Siniu 118,96 9 423
5 Parigi utara 98,63 6 259
6 Parigi tengah 75,10 8 882
7 Parigi 23,5 34 569
8 Parigi barat 118,29 8 221
9 Parigi selatan 396,42 23 958

44
Luas Daerah
No Kecamatan Penduduk
(Km2)
10 Torue 275,86 20 596
11 Balinggi 223,88 17 728
12 Sausu 410,32 25 372
Sumber: BPS dalam Angka 2018

Berdasarkan tabel di atas Kecamatan paling luas terletak di kecamatan Sausu dengan
Luas Daerah 410,32Km2 dengan jumlah penduduk 25 372 jiwa.

Tabel III.6 Jumlah Penduduk Menurut Kelompok Umur di Kabupaten Selatan Parigi

Kelompok umur Laki-Laki Perempuan


0-4 11 628 12 104
5-9 11 240 10 842
10-14 10 542 9 876
15-19 9 361 8903
20-24 8 353 7327
25-29 7 741 8563
30-34 8 139 7933
40-44 6 751 8830
45-49 5 782 7072
50-54 4 708 6051
55-59 3 597 4718
60-64 2 923 3592
65-69 2 043 2843
70-74 1 300 2145
75+ 1 309 1366
Sumber: BPS dalam Angka 2018

Menurut tabel di atas Penduduk Menurut Kelompok Umur terbanyak terdapat pada umur 0-
4 laki-laki paling banyak berjumlah 11 628 dan perempuan 12 104,sedangkan kelompok umur
paling sedikit 75+ laki-lakinya berjumlah 1 309 dan perempuan 1 366 jiwa.

3.2. Gambaran Umum Perumahan dan Permukiman


Menurut UU Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan
Permukiman, perumahan adalah kumpulan rumah sebagai bagian dari permukiman, baik
perkotaan maupun perdesaan, yang dilengkapi dengan prasarana, sarana, dan utilitas umum
sebagai hasil upaya pemenuhan rumah yang layak huni. Sedangkan Permukiman adalah bagian
dari lingkungan hunian yang terdiri atas lebih dari satu satuan perumahan yang mempunyai
prasarana, sarana, utilitas umum, serta mempunyai penunjang kegiatan fungsi lain di kawasan
perkotaan atau kawasan perdesaan.

45
Menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2016 tentang
Penyelenggaraan Perumahan dan Kawasan Permukiman, Peraturan Menteri Perumahan Rakyat
Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 2014 tentang Pedoman Penyusunan Rencana
Pembangunan dan Pengembangan Perumahan dan Kawasan Permukiman Daerah Provinsi dan
Daerah Kabupaten/Kota dan Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 2011 tentang Pedoman
Bantuan Prasarana, Sarana dan Utilitas umum (PSU) meliputi :
a) Jumlah Rumah
1. Perumahan dengan jumlah rumah sekurang-kurangnya 15 s/d 1.000 rumah.
2. Permukiman dengan jumlah rumah sekurang-kurangnya 1.000 s/d 3.000 rumah.
3. Lingkungan hunian dengan jumlah sekurang-kurangnya 3.000 s/d 10.000 rumah.
4. Kawasan permukiman dengan jumlah rumah > 10.000 rumah.
Perumahan dan permukiman pada wilayah studi memiliki lingkungan dengan sarana dan
prasarana yang bisa di bilang memadai serta kawasan perdesaan.
1. Kondisi dan bentuk rumah serta keterikatan antar bangunan, seperti :
a. Rumah tunggal
b. Rumah deret
c. Rumah susun
2. Adapun jenis rumah meliputi :
a. Rumah komersial
b. Rumah umum
c. Rumah swadaya
d. Rumah khusus
e. Rumah negara
Tabel III.7 Jumlah Rumah Perkawasan
No. Kawasan Jumlah Rumah Perkawasan
1. Perumahan 15 s/d 1.000 rumah
2. Permukiman 1.000 s/d 3.000 rumah
3. Lingkungan hunian 3.000 s/d 10.000 rumah
4. Kawasan permukiman > 10.000 rumah
Sumber : Peraturan Menteri No. 20 Tahun 2011

46
Tabel III.8 Jumlah Rumah Tangga Dan Jumlah Rumah di Wilayah Selatan
Parigi (Kasimbar-Sausu)

Jumlah Rumah
No. Kecamatan Jumlah Rumah
tangga/KK
1. Kasimbar 7977 5314
2. Toribulu 5492 4088
3. Ampibabo 6410 5090
4. Siniu 3206 2210
5. Parigi Utara 1992 1407
6. Parigi Tengah 2679 1802
7. Parigi 9051 7118
8. Parigi Barat 2537 1839
9. Parigi Selatan 7425 5682
10. Torue 5305 4405
11. Balinggi 5323 4256
12. Sausu 6614 5893
Sumber: Dinas Perumahan dan Permukiman Kabupaten Parigi Moutong

3.3. Gambaran Umum Sarana, Prasarana dan Utilitas


3.3.1. Sarana Pendidikan
Berdasarkan BPS di wilayah kecamatan selatan parigi dapat dilihat jumlah sarana
pendidikan terbanyak di wilayah selatan parigi (kasimbar-sausu) terdapat di kecamatan Kasimbar
dengan jumlah sebanyak 76 unit sarana pendidikan sedangkan yang paling sedikit terdapat di
Kecamatan Parigi Barat dengan jumlah sebanyak 11 unit sarana pendidikan.
Tabel III.9 Sarana Pendidikan di Wilayah Selatan Parigi (Kasimbar-Sausu)

Sarana Pendidikan
No. Kecamatan Perguruan Pondok
TK/PAUD SD/MI SMP/MTS SMA/SMK Total
Tinggi Pesantren
1. Kasimbar 35 28 8 5 0 0 76
2. Toribulu 0 22 6 2 0 0 58
3. Ampibabo 0 29 7 3 0 0 39
4. Siniu 16 10 4 2 0 0 32
5. Parigi Utara 0 9 2 1 0 0 12
6. Parigi Tengah 0 8 4 3 0 0 15
7. Parigi 0 30 10 11 2 0 41
8. Parigi Barat 0 8 2 1 0 0 11
9. Parigi Selatan 0 21 11 3 0 0 35
10. Torue 0 12 5 3 0 1 21
11. Balinggi 0 14 4 1 0 0 19
12. Sausu 0 18 9 3 0 0 30
Sumber : BPS Kecamatan dalam Angka 2018

47
Tabel III.10 Jumlah Rasio Murid-Guru di Kabupaten Selatan Parigi (kasimbar-Sausu)

Data Rasio Murid-Guru

No Kecamatan
SD/MI SMP/MTS SMA/SMK/MA

1 Kasimbar 13 13 18
2 Toribulu 37 40 33
3 Ampibabo 33 34 57
4 Siniu 41 37 31
5 Parigi Utara 20 33 18
6 Parigi Tengah 43 29 24
7 Parigi 37 35 24
8 Parigi Barat 20 14 13
9 Parigi Selatan 22 24 24
10 Torue 50 37 36
11 Balinggi 26 27 30
12 Sausu 13 14 22
Sumber : BPS Kecamatan dalam Angka 2018

Tabel III.11 Jumlah Banyaknya Murid di Kabupaten Selatan Parigi (Kasimbar-Sausu)

Data Banyaknya Murid

No Kecamatan
SD/MI SMP/MTS SMA/SMK/MA

1 Kasimbar 3247 1417 1011


2 Toribulu 2472 827 449
3 Ampibabo 3452 1423 1332
4 Siniu 1201 612 387
5 Parigi Utara 819 386 235
6 Parigi Tengah 1124 440 363
7 Parigi 3737 2185 2460
8 Parigi Barat 891 181 67
9 Parigi Selatan 2724 1146 552
10 Torue 2154 988 1248
11 Balinggi 1780 1005 444
12 Sausu 0 1166 617
Sumber : BPS Kecamatan dalam Angka 2018

48
3.3.2. Sarana Kesehatan
Berdasarkan data BPS di wilayah kecamatan selatan parigi dapat dilihat pada tabel
dibawah jumlah sarana kesehatan terbanyak di wilayah selatan parigi (kasimbar-sausu) terdapat
di Kecamatan Kasimbar dengan jumlah sebanyak 57unit sarana kesehatan sedangkan jumlah
sarana kesehatan paling sedikit terdapat di Kecamatan Toribulu dengan jumlah 0 unit sarana
kesehatan.
Tabel III.12 Sarana Pendidikan di Wilayah Selatan Parigi (Kasimbar-Sausu)
Sarana Kesehatan
No. Kelurahan Puskesmas Poliklinik Pos
Puskesmas Poslindes Posyandu Apotik Posbindu Total
pembantu Swasta KB
1. Kasimbar 1 6 21 28 1 0 0 0 57
2. Toribulu 0 0 0 0 0 0 0 0 0
3. Ampibabo 1 2 12 21 2 1 0 0 39
4. Siniu 1 2 9 11 0 0 0 0 23
5. Parigi Utara 1 1 4 7 0 0 0 5 18
6. Parigi Tengah 0 1 5 9 0 4 0 6 25
7. Parigi 1 5 9 9 13 3 0 11 51
8. Parigi Barat 1 2 4 10 0 0 0 6 33
9. Parigi Selatan 1 5 3 0 0 1 0 1 11
10. Torue 0 12 5 3 0 0 0 0 20
11. Balinggi 1 5 9 14 1 0 16 0 46
12. Sausu 0 18 9 3 0 0 0 0 30
Sumber : BPS Kecamatan dalam Angka 2018

Tabel III.13 Jumlah Tenaga Kesehatan di Kabupaten Selatan Parigi (Kasimbar-Sausu)

Data Tenaga Kesehatan


No Kecamatan Dokter Dokter Dokter
Spesialis Umum Gigi
1 Kasimbar 0 1 1
2 Toribulu 0 1 1
3 Ampibabo 0 1 1
4 Siniu 0 1 1
5 Parigi Utara 0 1 1
6 Parigi Tengah 0 0 0
7 Parigi 15 5 4
8 Parigi Barat 0 1 1
9 Parigi Selatan 0 1 1
10 Torue 0 5 3
11 Balinggi 0 1 1
12 Sausu 0 1 1
Sumber : BPS Kecamatan dalam Angka 2018

49
3.3.3. Sarana Peribadatan
Berdasarkan tabel dibawah dapat dilihat jumlah sarana peribadatan yang berada di
wilayah selatan parigi (kasimbar-sausu), sarana peribadatan terbanyak terdapat di kecamatan
sausu dengan jumlah sebanyak 90 unit sedangkan jumlah sarana peribadatan paling sedikit
terdapat di kecamatan kasimbar dengan jumlah sebanyak 0 unit.
Tabel III.14 Sarana Peribadatan di Wilayah Selatan Parigi (Kasimbar-Sausu)

Sarana Peribadatan
No. Kelurahan
Masjid Mushola Gereja Pura Wihara Total
1. Kasimbar 0 0 0 0 0 0
2. Toribulu 24 9 4 1 0 38
3. Ampibabo 28 2 5 2 0 37
4. Siniu 16 6 0 0 0 22
5. Parigi Utara 14 1 0 0 0 15
6. Parigi Tengah 11 0 0 0 0 11
7. Parigi 10 0 2 0 0 12
8. Parigi Barat 15 7 4 0 0 26
9. Parigi Selatan 5 2 3 0 0 10
10. Torue 0 12 5 3 0 20
11. Balinggi 5 4 8 34 0 51
12. Sausu 25 21 27 17 0 90
Sumber : BPS Kecamatan dalam Angka 201

50
3.3.4. Sarana Perdagangan
Berdasarkan dilihat dari tabel di bawah adalah tabel jumlah sarana perdagangan dan jasa yang berada di wilayah selatan parigi
(kasimbar-sausu). jumlah sarana perdagangan dan jasa terbanyak terdapat di kecamatan parigi dengan jumlah total sebanyak 3192 unit
sedangkan untuk jumlah sarana perdagangan dan jasa paling sedikit terdapat di kecamatan Parigi Barat dengan jumlah sebanyak
113unit.
Tabel III.15 Sarana Perdagangan dan Jasa di Wilayah Selatan Parigi (Kasimbar-Sausu)

Sarana Perdagangan dan Jasa


No. Kelurahan Rumah Foto Pengetikan Hotel/
Pasar Toko Kios Warung Sablon Percetakan Total
Makan Copy Komputer penginapan
1. Kasimbar 1 231 100 22 12 6 2 0 2 1 376
2. Toribulu 2 17 264 44 2 4 4 0 0 2 339
3. Ampibabo 2 47 237 198 14 6 5 0 0 0 509
4. Siniu 3 7 137 67 2 2 4 1 0 4 224
5. Parigi Utara 2 6 108 62 18 3 0 0 0 0 137
6. Parigi Tengah 2 6 109 7 1 3 2 0 0 1 131
7. Parigi 2 942 1300 759 117 23 19 7 0 23 3192
8. Parigi Barat 5 0 106 58 0 2 0 0 0 0 113
9. Parigi Selatan 7 25 296 104 6 7 1 0 0 0 446
10. Torue 2 157 241 220 2 7 3 2 0 1 635
11. Balinggi 37 276 65 1 0 7 0 0 0 0 386
12. Sausu 3 41 324 64 12 6 3 0 4 0 457
Sumber : BPS Kecamatan dalam Angka 2018

51
3.3.5. Sarana Pemerintahan
Dapat dilihat pada tabel dibawah terdapat jumlah sarana pemerintahan di wilayah
selatan parigi (kasimbar-sausu) jumlah sarana pemerintahan terbanyak terdapat di kecamatan
ampibabo dengan jumlah sebanyak 19 unit sedangkan untuk sarana pemerintahan paling
sedikit terdapat di kecamatan parigi utara dengan jumlah sebanyak 5 unit.
Tabel III.16 Sarana Pemerintahan di Wilayah Selatan Parigi (Kasimbar-Sausu)

Sarana Pemerintahan
No. Kecamatan
Jumlah Kelurahan Jumlah Dusun Total
1. Kasimbar 0 18 18
2. Toribulu 0 9 9
3. Ampibabo 0 19 19
4. Siniu 0 9 9
5. Parigi Utara 0 5 5
6. Parigi Tengah 0 6 6
7. Parigi 5 5 10
8. Parigi Barat 0 6 6
9. Parigi Selatan 0 10 10
10. Torue 0 7 7
11. Balinggi 0 9 9
12. Sausu 0 10 10
Sumber : BPS Kecamatan dalam Angka 2018
3.3.6. Ruang Terbuka

3.3.7. Jaringan Jalan


Jaringan jalan dalam suatu wilayah berfungsi sebagai penghubung antara satu wilayah
dengan wilayah lain untuk mempermudah mobilisasi atau pergerakan dalam wilayah tersebut.
Dengan adanya jalan tersebut, segala aktivitas dalam suatu wilayah akan berjalan dengan
lebih baik.
Tabel III.17 Jenis Jalan di Wilayah Selatan Parigi (Kasimbar-Sausu)

No. Jenis Jalan Nama Ruas Panjang (km)


1. Jalan Arteri Primer Kasimbar - Ampibabo 57,00
2. Jalan Arteri Primer Parigi - Tolai 30,00
3. Jalan Arteri Primer Tolai - Sausu 29,00
4. Jalan Lokal Primer Tolai - Balinggi 7,80
Sumber : RTRW Wilayah Selatan Parigi (Kasimbar-Sausu) 2010-2030

3.3.8. Jaringan Air Bersih


Jaringan air bersih di wilayah selatan parigi sebagian besar bersumber dari PDAM
yang didistribusikan melalui pipa-pipa ke setiap rumah tangga. Adapun komponen
pengolahan dan distribusi mencakup bangunan pengambil air baku, saluran atau pipa
transmisi, instalasi transmisi, instalasi produksi, bak penampungan, serta pipa distribusi yang
meliputi pipa distribusi utama (primer) maupun sekunder adapun sumber air berasal dari air
permukaan seperti sungai pondo, sementara permukiman-permukiman penduduk yang tidak

52
menggunakan layanan PDAM lebih memanfaatkan air permukaan melalui pemanfaatan
mesin air. Dan untuk jaringan pipa air minum terdapat di seluruh kecamatan di wilayah
Wilayah Selatan Parigi (Kasimbar-Sausu) dengan panjang 240km dengan debit 200Vdt.

3.3.9. Jaringan Listrik


Utilitas kota berupa kebutuhan listrik yang tersedia pada wilayah selatan parigi
berasal dari aliran Listrik PLN. Keberadaan tenaga listrik sebagai sarana penerangan
merupakan kebutuhan yang sangat penting bagi masyarakat. Seluruh rumah yang ada di
wilayah selatan parigi telah terlayani dengan jaringan listrik dapat dilihat disepanjang jalan
raya utama.
Tabel III.18 Jenis Pembangkit Listrik Tenaga Diesel (PLTD) di
Wilayah Selatan Parigi (Kasimbar-Sausu)

No. Kecamatan Kapasitas (MW)


1. Parigi 4,972
2. Kasimbar 1,850
Sumber : RTRW Wilayah Selatan Parigi (Kasimbar-Sausu) 2010-2030

Untuk pemmbangkit listrik tenaga diesel (PLTD) terdapat di Kecamatan Parigi


dengan kapasitas sebebar 4,972 MW dan di Kecamatan Kasimbar dengan kapasitas sebesar
1,85 MW.
Tabel III.19 Jenis Pembangkit Listrik Tenaga Mikrohido (PLTM)
di Wilayah Selatan Parigi (Kasimbar-Sausu)

No. Nama PLTM Kecamatan Kapasitas (MW)


1. Tindaki Parigi Selatan 1
2. Parigi Parigi 2
Sumber : RTRW Wilayah Selatan Parigi (Kasimbar-Sausu) 2010-2030

Untuk pembangkit listrik tenaga mikrohido (PLTM) terdapat di Kecamatan Parigi


Selatan dengan kapasitas sebesar 1 MW dan di Kecamatan Parigi dengan kapasitas sebesar 2
MW.
Jumlah jaringan listrik di wilayah selatan parigi (Kasimbar-sausu)
pelanggan Listrik
No Kecamatan Non Listrik Total
PLN Non PLN
1 kasimbar 2888 123 63 3074
2 toribulu 2018 77 150 2245
3 ampibabo 2667 47 0 2714
4 siniu 2054 2 306 2362
5 parigi utara 1502 10 40 1552
6 parigi tengah 2315 0 86 2401
7 parigi 10252 0 0 10252
8 parigi barat 2275 0 58 2333

53
9 parigi selatan 5851 11 10 5872
10 torue 5147 39 7 5193
11 balinggi 4548 22 149 4719
12 sausu 3875 126 100 4101
Sumber : BPS kecamatan dalam angka 2019
3.3.10. Jaringan Persampahan
Permasalahan sampah timbul karena disebabkan oleh beberapa faktor yaitu
pertumbuhan penduduk, pertumbuhan ekonomi, kesejahteraan penduduk, pola konsumsi
masyarakat, aktivitas fungsi kota, kepadatan penduduk, serta kompleksitas masalah
transportasi. Dari faktor tersebut akan memberikan pengaruh terhadap jumlah timbunan
sampah dan komposisi sampah. Sumber utama timbulnya sampah yaitu sampah domestik
(rumah tangga) dan sampah non domestik (sekolah, kantor dan lain-lain), sampah komersial
(pasar, toko, dll). Persampahan yang ada di Kecamatan Sausu sebagian besar penduduk
melakukanya dengan cara dibakar dan ada juga yang sudah menyediakan tempat sampah.

Berdasarkan buku sanitasi Kabupaten Parigi Pengelolaan sampah dibagi ke dalam dua
aktivitas utama yaitu pengumpulan dan pemrosesan akhir. Berdasarkan Undang-Undang No.
18 tahun 2008 tentang pengelolaan sampah, untuk pemrosesan akhir digunakan sistem
controlled dan sanitary landfill. Sedangkan untuk sistem open dumping sudah tidak
diperkenankan lagi. Pengumpulan sampah dibedakan menjadi pengumpulan langsung atau
perorangan (dari pintu ke pintu) dan tidak langsung atau komunal (ditimbun pada TPS atau
kontainer).
3.3.11. Jaringan Drainase
Terdapat beberapa prasarana drainase yang secara kuantitas sudah memadai tapi di
beberapa kecamatan di wilayah selatan parigi yang masih sering tersumbat, tetapi untuk
kecamatan lain sudah cukup memadai yang ditandai dengan dilengkapinya saluran drainase
dikanan dan kiri jalan. Permasalahan utama yang dihadapi adalah lemahnya pemeliharaan,
sehingga hampir semua saluran mengalami sedimentasi akibat tertimbun sampah.
Drainase di wilayah selatan parigi di bagi menjadi dua berdasarkan buku sanitasi
Kabupaten Parigi.
a. Drainase makro yang terdiri dari drainase primer dan sekunder yang umumnya di
operasikan oleh provinsi atau balai. Drainase ini berupa sungai, drainase atau saluran
primer dan sekunder.
b. Drainase tersier atau mikro yang umumnya direncanakan, dibangun dan dirawat oleh
pemerintah kota dan bahkan sering pula melibatkan masyarakat. Fungsi ganda pada

54
drainase tersier yaitu sebagi tempat pembuangan dan pengaliran grey water dan juga
black water sepanjang tahun dan sebagai penyalur air hujan atau limpasan saat musim
hujan tiba.
Adapun beberapa drainase yang meliputi drainase terbuka. Drainase terbuka yaitu
berupa saluran terbuka untuk mengalirkan air buangan yang relatif tidak berbau, seperti air
hujan maupun air permukaan sedangkan untuk drainase tertutup yaitu berupa saluran tertutup
untuk mengalirkan air pembuangan dari kamar mandi, WC, dapur, dan cucian.
3.3.12. Jaringan Air Limbah
Sistem pengelolaan air limbah di Wilayah Selatan Parigi di bagi menjadi 3
berdasarkan buku sanitasi Wilayah Selatan Parigi.
a. Sistem setempat air limbah (blak and grey water) langsung diolah setempat. Sistem
setempat bisa kering atau basah. Sistem kering tidak memakai air untuk
membersihkan kotoran. Sedangkan sistem basah menggunakan air untuk
membersihkan kotoran dan sistem basah ini yang umum digunakan di Indonesia. Pada
sistem setempat yang memadai dibutuhkan ceruk atau tangki untuk menampug
endapan tinja dan tergantung pada permeabilitas tanah ntk menapis air limbah ke
dalam tanah. Tangki septik memerlukan pembuangan endapan tinja secara berkala (2-
4 tahun). Endapan tinja yang terkumpul harus diangkut dan diolah di instalasi
pengolahan yang dirancang untuk ini (instalasi pengolahan lumpur tinja atau IPLT).
b. Sistem terpusat, sistem ini biasanya dikelola oleh pemerintah daerah atau badan milik
swasta resmi yang mengalirkan black dan grey water secara bersamaan. Sistem ini
umumnya menyertakan WC gelontor yang tersambung ke saluran limbah.
c. Sistem sanitasi hibrida, sistem ini masih menahan solid di dalam bak
penampungannya, tetapi mengalirkan limbah cairnya ke sistem
pengumpulan/koleksinya. Sistem hibrida bisa dikoneksikan ke kloset sistem simbur
ataupun sentor yang dialirkan lebih dulu ke interseptor sebelum dihubungkan dengan
jaringan pipa air limbah. Sebagaimana tangki septik biasa, lumpur dalam bak
penampung tetap harus dikuras ke IPLT.
3.3.13. Jaringan Telekomunikasi
Jaringan telepon yang ada di Wilayah Selatan Parigi berupa jaringan kabel. Sementara
telekomunikasi nirkabel (handphone) jaringan sinyalnya sudah dapat menjangkau seluruh
tempat yang ada di Wilayah Selatan Parigi. Di Wilayah Selatan Parigi sudah terdapat
beberapa tower telekomunikasi yang ada di lingkungan permukiman penduduk.

55
3.4 Deliniasi Kawasan
Berdasarkan RTRW, pada pasal 14 tentang rencana pengembangan sistem perkotaan
wilayah kabupaten sebagaimana dimaksud dalam pasal 13 bahwa peruntukan untuk Pusat
Kegiatan Wilayah Promosi (PKWp), Pusat Kegiatan Lokal Promosi (PKLp), Pusat Pelayanan
Kawasan (PPK), Dan Pusat Pelayanan Lingkungan (PPL) berdasarkan RTRW Kabupaten
Parigi Moutong.
Berdasarkan RTRW, pada pasal 16 tentang rencana pengembangan sistem jaringan
transportasi berupa sistem jaringan transportasi nasional dan provinsi terutama yang berada di
Wilayah Selatan Parigi terdiri atas :
1. Jaringan jalan nasional dan provinsi berupa jaringan jalan arteri primer.
2. Pengembangan jalan penghubung.
3. Terminal tipe B.
4. Pelabuhan laut berupa pelabuhan pengumpan dan pelabuhan pengumpul.
5. Pengembangan terminal C yaitu terminal penumpang dan barang.

Berdasarkan RTRW, pada pasal 19 tentang rencana pengembangan sistem jaringan


energi dan kelistrikan terutama yang tersebar di Wilayah Selatan Parigi terdiri atas
Pembangkit Listrik Tenaga Diesel (PLTD), Pembangkit Listrik Tenaga Mikrohido (PLTM),
dan pengembangan Depo BBM.
Berdasarkan RTRW pada pasal 22 tentang rencana pengembangan sistem jaringan
sumber daya air terutama yang berada di Wilayah Selatan parigi yang meliputi :
1. Wilayah sungai (WS).
2. Bendungan.
3. Jaringan irigasi.
4. Sistem instalasi air bersih.
5. Sistem pengelolaan rawa.
Berdasaarkan RTRW pada pasal 24 tentang rencana pengembangan sistem jaringan
prasarana persampahan yang berada di wilayah selatan parigi yang meliputi perencanaan dan
pengembangan TPA lokal.
Berdasarkan RTRW, pada pasal 27 tentang rencana pengembangan Kawasan Lindung
yang tersebar di wilayah selatan parigi di peruntukan untuk di wilayah :
1. Kawasan Hutan Lindung seluas kurang lebih 148.690 Ha.
2. Kawasan yang memberikan perlindungan terhadap kawasan dibawahnya berupa
kawasan resapan air.

56
3. Kawasan Perlindungan Setempat termasuk Kawasan sekitar danau dan sekitar mata
air.
4. Kawasan suaka alam, pelestarian alam dan cagar budaya yang terdiri atas :
a) Kawasan Suaka Alam cagar alam.
b) Taman Wisata Alam dan Taman Wisata Alam Laut.
c) Kawasan pantai berhutan bakau seluas kurang lebih 7.043 Ha.
d) Kawasan cagar budaya dan ilmu pengetahuan.
5. Kawasan khusus berupa Penangkaran Penyu Hijau .
6. Kawasan Rawan Bencana Alam :
a) Kawasan rawan tanah longsor.
b) Kawasan rawan banjir.
c) Kawasan abrasi pantai.
7. Kawasan rawan tsunami.
8. Kawasan lindung wilayah pesisir dan laut.

Berdasarkan RTRW, pada pasal 28 tentang rencana pengembangan Kawasan


Budidaya yang tersebar di wilayah selatan parigi di peruntukan untuk di wilayah :
a. Kawasan Hutan Produksi
1. Hutan produksi terbatas seluas kurang lebih 110.008 Ha.
2. Hutan produksi tetap seluas kurang lebih 21.805 Ha.
3. Kawasan hutan produksi yang dapat dikonversi seluas kurang lebih 16.056 Ha.
b. Kawasan Peruntukkan Pertanian :
1. Kawasan pertanian lahan basah seluas kurang lebih 52.048 Ha.
2. Kawasan pertanian lahan kering seluas kurang lebih 87.172 Ha.
c. Kawasan Peruntukkan Perkebunan :
1. Kawasan pengembangan kakao mencapai kurang lebih 65.439 Ha.
2. Kawasan pengembangan tanaman kelapa seluas kurang lebih 27.328 Ha.
3. Kawasan pengembangan tanaman cengkeh seluas kurang lebih 3.331 Ha.
4. Kawasan pengembangan tanaman perkebunan lainnya seluas kurang lebih
2.117 Ha.
d. Kawasan peruntukan perikanan di sepanjang pesisir pantai Teluk Tomini.
e. Kawasan peruntukan industri, meliputi :
1. Kawasan peruntukan industri besar seluas kurang lebih 98 Ha.
2. Kawasan peruntukan industri kecil dan agro industri.

57
f. Kawasan Peruntukkan Pertambangan, meliputi :
1. Mineral logam, meliputi:
a) Emas dan mineral pengikut, dengan luas kurang lebih 97.091 Ha.
b) Biji besi dengan luas lahan kurang lebih 41.247 Ha.
c) Timah hitam/galena dengan luas kurang lebih 20.116 Ha.
d) Luas lahan pencadangan mineral logam sebesar kurang lebih kurang lebih
40.000 Ha.
2. Mineral non logam dengan luas lahan pencadangan sebesar kurang lebih 5.000
Ha.
3. Batuan, meliputi :
a) Pasir batu kerikil (sirtukil) seluas 42 Ha.
b) Luas lahan pencadangan wilayah sebesar kurang lebih 250 Ha.
g. Kawasan Peruntukkan Pariwisata:
1. Kawasan pariwisata alam.
2. Kawasan pariwisata buatan.
h. Kawasan Peruntukkan Permukiman :
1. Kawasan permukiman perkotaan.
2. Kawasan permukiman perdesaan.
i. Kawasan Peruntukkan Lainnya :
1. Kawasan olah raga kabupaten.
2. Kawasan olah raga terbuka lainnya.
3. Kawasan Ruang Terbuka Hijau (RTH) dengan luas minimal 30 %.
4. Kawasan Tempat Pemakaman Umum (TPU) sebagai pendukung fungsi
permukiman.
5. Kawasan Militer.
6. Kawasan ternak kabupaten berupa Kawasan ternak sapi, babi, kerbau, kuda,
kambing dan ayam.
Berdasarkan RTRW pada pasal 31 tentang penetapan kawasan strategis kabupaten
yang berada di wilayah selatan parigi yaitu meliputi kawasan :
1. KSP – kawasan angrotourisme.
2. KSP – kawasan cepat tumbuh.
3. KSP – kawasan kritis lingkungan.
4. KSK – kawasan minapolitan.

58
5. KSK – kawasan agropolitan.
6. KSK – perlindungan kawasan cagar alam dan suaka margasatwa.

BAB IV
DESAIN SURVEI

Dalam mendukung identifikasi krakteristik wilayah yang akan dijadikan lokasi


penelitian, maka diperlukan data-data pendukung, baik data sekunder maupun data primer.
Data serta data pendukung lainnya, sehingga perlunya dilakukan pengumpulan data. Pada bab
ini dijelaskan mengenai berbagai kebutuhan data dan proses pemenuhannya melalui survei-
survei yang dirancang baik untuk survei di beberapa instansi terkait maupun survei langsung
di wilayah studi. Bab ini juga menyajikan rencana pengolahan data beserta penyajiannya
supaya lebih mudah digunakan dan dipahami.
4.1. Tahapan Survei Awal
Pada tahapan ini didominasi dengan kegiatan untuk mendapatkan data-data sekunder
dan literatur-literatur yang relevan yang dapat digunakan untuk mendukung penyusunan
identifikasi permasalahan dan potensi wilayah studi serta penyusunan konsep awal
perancangan. Adapun tahapan-tahapan yang dilakukan adalah sebagai berikut :
1. Literatur review, tahapan ini merupakan tahapan paling awal dalam rangkaian dalam
tindakan identifikasi karakteristik wilayah.
2. Identifikasi isu dan lokasi studi, tahapan ini dilakukan untuk mengetahui secara jelas
mengenai asal mula atau latar belakang timbulnya permasalahan sehingga dalam
tahapan selanjutnya lebih mudah dan tepat pemecahannya.
3. Pemilihan kerangka konseptual untuk masalah yang terkait dengan rekomendasi
strategi dalam lokasi.
4. Perumusan masalah, tujuan dan sasaran, didasarkan atas kegiatan pengamatan dan
permasalahannya lebih bersifat keruangan (spasial).

59
5. Penyusunan rancangan studi lapangan (survei), termasuk penyusunan kebutuhan data,
dan penyusunan daftar pertanyaan untuk kuesioner dan wawancara.
6. Survei pendahuluan (preliminary survei) dilakukan untuk mengetahui gambaran
umum wilayah makro dan gambaran objek wilayah studi. Hal ini berguna untuk
mengetahui karakteristik wilayah studi, dimana tahap ini sebagai dasar dari penentuan
proses pengumpulan data yang meliputi :
a. Penentuan lokasi yang akan disurvei.
b. Menentukan objek survei.
c. Penyusunan teknik survei yang digunakan.
d. Proses perijinan yang ditujukan pada instansi yang terkait dan berwenang, antara
lain kantor Bappeda, kantor Pekerjaan Umum (PU), kantor Penataan ruang, kantor
kecamatan, dan kantor lurah.
4.2. Tahapan Survei Lapangan
Tahap ini didominasi dengan pengumpulan data primer. Tahapan ini merupakan
tahapan kunci dalam rangkaian proses pengambilan data yang terkait dengan rekomendasi
strategi dalam studio proses perencanaan ini. Data yang baik adalah data yang valid, reliabel,
dan objektif. Validitas adalah derajat ketepatan antara data yang terdapat di lapangan dan data
yang dilaporkan oleh peneliti. Oleh karena itu, diperlukan perencanaan survei yang sistematis
dan matang. Pada tahapan ini dilakukan sesuai dengan objek dan teknik survei yang telah
disusun pada tahap survei awal di atas. Adapun secara garis besar survei lapangan dilakukan
dengan cara :
4.2.1. Pengumpulan Data Primer
1. Observasi langsung
Observasi langsung yaitu metode pengumpulan data melalui pengamatan langsung
atau peninjauan secara cermat dan langsung di Wilayah Selatan Parigi (Kasimbar - Sausu).
Observasi dalam penelitian ini dilakukan dengan cara melihat atau mengamati secara
langsung kondisi eksisting fisiografi, sarana dan prasarana, ultilitas, kondisi ekonomi, sosial
budaya, serta penggunaan lahan yang ada di lapangan atau di lokasi penelitian. Kegiatan
observasi menggunakan instrumen-instrumen tertentu. Instrumen yang digunakan dalam
observasi langsung yaitu :
a. Peta Sampling untuk mengetahui titik pengamatan.
b. Check list aspek-aspek yang akan diamati.
c. Tabel mobilitas untuk mengoptimalkan waktu.

60
d. Kamera, alat tulis, kendaraan dan perekam video.
2. Wawancara
Wawancara merupakan metode pengumpulan data dengan jalan tanya jawab sepihak
yang dilakukan secara sistematis dan berlandaskan kepada tujuan penelitian. Tanya jawab
sepihak berarti bahwa pengumpul data yang aktif bertanya, sermentara pihak yang ditanya
aktif memberikan jawaban atau tanggapan. Pada penelitian, wawancara dapat berfungsi
sebagai metode primer, pelengkap atau sebagai kriterium. Wawancara digunakan untuk
menguji kebenaran dan kemantapan data yang diperoleh dengan metode lain.
Dalam survei ini teknik wawancara yang digunakan adalah teknik wawancara
pertanyaan terbuka (open-ended) dimana pertanyaan yang telah dipersiapkan bersifat terbuka
artinya menggambarkan pilihan bagi orang yang diwawancarai untuk merespon. Mereka
terbuka dan bebas merespon pertanyaan. Respon dapat berupa dua kata atau bahkan dua
paragraf. Wawancara yang akan kami lakukan di Wilayah Selatan Parigi (Kasimbar - Sausu)
terkait dengan aktivitas sosial masyarakat setempat, kodisi tata guna lahannya, persebaran
sarana dan prasarana serta ulitas yang belum memenuhi standar. Dalam survei ini responden
yang akan diwawancarai antara lain :
1. Instansi Pemerintah, meliputi :
a. Kepala Camat Wilayah Selatan Parigi (Kasimbar - Sausu).
b. Lurah Wilayah Selatan Parigi (Kasimbar - Sausu).
c. Kepala Dusun.
2. Tokoh dan masyarakat setempat.
3. Swasta meliputi pelaku usaha berupa warung, kios, penginapan, restoran, rumah
makan.
4. LSM dan komunitas yang bergerak dibidang, lingkungan dan budaya.
4.2.2. Pengumpulan Data Sekunder
1. Studi Literatur
Studi literatur adalah cara yang dipakai untuk menghimpun data-data atau sumber-
sumber yang berhubungan dengan topik yang diangkat dalam suatu penelitian. Studi literatur
bisa didapat dari berbagai sumber, jurnal, buku dokumentasi, internet dan pustaka. Dalam
studi literatur Wilayah Selatan Parigi (Kasimbar - Sausu) untuk mendapatkan data secara
langsung kondisi eksisting fisiografi, sarana dan prasarana serta utilitas, kondisi ekonomi,
sosial budaya dan tata guna lahan. Adapun studi literatur yang kami gunakan yaitu BPS

61
Kabupaten Parigi dan BPS Wilayah Selatan Parigi (Kasimbar - Sausu) serta jurnal dan
referensi dari internet.
2. Telaah dokumen
Telaah dokumen adalah salah satu penjaringan informasi data sekunder yang
digunakan sebagai data pendukung. Data atau dokumen terebut berupa data statistik
Kabupaten Parigi dan Wilayah Selatan Parigi (Kasimbar - Sausu) dan dokumen program
pembangunan permukiman kota. Dokumen lainnya berbentuk peta digital digunakan untuk
mengetahui penggunaan lahan, sebaran sarana prasarana pada wilayah studi. Pada studio
proses perencanaan ini, dokumen yang akan di telaah yaitu berupa Peraturan Daerah
Kabupaten Parimo No. 2 tahun 2011 yang berisi RTRW Kabupaten Parigi 2010-2030,
Peraturan Mentri No. 20 Tahun 2017, SNI-03-1733-2004 yang berisi tata cara perencanaan
lingkungan, Undang-Undang No. 1 tahun 2011 tentang perumahan dan pemukiman, Undang-
Undang No. 23 tahun 2014 tentang pemerintahan daerah, Undang-Undang No. 26 tahun
2007 tentang penataan ruang dan Peraturan Menteri Agraria dan Tata Ruang No. 1 Tahun
2018 tentang Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi, Kabupaten Dan
Kota
3. Peta
Peta merupakan salah satu media yang digunakan menyampaikan suatu informasi
berupa lokasi, kependudukan lintang bujur suatu tempat, ukuran wilayah, kondisi sosiografis
(misalnya kepadatan penduduk) dan fisiografis (misalnya topografi) suatu wilayah dan kota
dalam wilayah studi yang kami teliti jenis peta yang kami gunakan dapat digunakan pada
tabel IV.1.
Tabel IV.1 Jenis Peta Beserta Kegunaannya

No. Jenis Peta


1. Batas Wilayah Administrasi
2. Topografi
3. Kemampuan Tanah
4. Kelautan
5. Kawasan Hutan
6. Kawasan Konservasi Alam
7. Kawasan Lahan Pertanian
8. Kawasan Pertambangan
9. Kawasan Pariwisata
10. Kawasan Risiko Bencana
11. Kawasan Perikanan
12. Kawaan Objek Vital Nasional
Wilayah Sungai dan Daerah
13.
Aliran Sungai (DAS)

62
14. Klimatologi
15. Jaringan Infrastruktur
Sumber Air dan Prasarana
16.
Sumber Daya Air
Potensi Pengembangan Sumber
17.
Daya Air
18. Kawasan Industri
19. Sebaran Lahan Gambut
Sumber : Hasil Analisis Kelompok, 2019
4.3. Alat dan Kelengkapan Survei
Kegiatan survei yang memakan waktu beberapa hari mengharuskan kelengkapan alat-
alat pendukung survei dipersiapkan sebaik mungkin sehingga tidak menghambat proses
pelaksanaan survei. Beberapa data yang dibutuhkan tidak selalu tersaji dalam bentuk tertulis
yang bisa dengan mudah didapat dan tersedia di berbagai sumber. Oleh karena itu dibutuhkan
beberapa alat lain yang bisa mengabadikan data-data yang bersifat nyata dan hanya ada di
wilayah studi. Beberapa peralatan yang dibutuhkan untuk mendukung pengumpulan dan
pengolahan data-data tersebut adalah sebagai berikut :
1. Peta
Peta merupakan pedoman utama yang digunakan sebagai dasar penentuan lokasi
survei, karena dari peta itulah dapat diketahui di mana letak lokasi wilayah studi
berada dan bagaimana kondisi umum fisik alamnya. Peta yang akan dilakukan pada
survei ini yaitu peta administrisi, peta kemiringan lereng, peta klimatologi dan peta
jenis tanah.
2. Kamera digital
Kamera digunakan sebagai alat perekam visual keadaan eksisiting di wilayah studi.
Dengan adanya data visual berupa foto-foto wilayah studi, beberapa hal penting yang
tidak terdata dapat terdokumentasi sebagai acuan dalam proses pengenalan
karakteristik wilayah.
3. Komputer atau laptop
Komputer atau laptop digunakan sebagai alat pengolah seluruh data yang telah
diperoleh selama dan sebelum observasi lapangan. Selain itu juga digunakan sebagi
sarana penyusunan laporan studio proses perencanaan.
4. Alat tulis
Merupakan peralatan yang paling mudah digunakan dalam proses pengumpulan data-
data di instansi-instansi yang membutuhkan penyalinan data-data tertulis.
5. Kendaraan

63
Selama pelaksanaan observasi lapangan dan survei ke berbagai tempat mobilitas
kelompok sangat tinggi. Sehingga untuk mempermudah dan mempercepat pergerakan
kelompok kendaraan sangat dibutuhkan.
6. Form pengamatan atau wawancara
Dalam melakukan penelitian di Wilayah Selatan Parigi (Kasimbar - Sausu) kita harus
menyiapkan daftar pertanyaan pada saat mewawancarai narasumber. Berikut
merupakan form wawancara yang akan terlampir pada lampiran.
4.4. Kebutuhan Data
Berdasarkan tema perancangan yang telah ditentukan maka dapat diidentifikasi
kebutuhan data yang dapat dilihat pada tabel IV.2.

64
Tabel IV.2 Kebutuhan Data Berdasarkan Instansi Terkait

No Aspek Kebutuhan Data Bentuk Data Sumber Instansi Manfaat Tahun


NON FISIK
RTRW terdiri atas dokumen Fakta dan Analisa, Badan Perencanaan
dokumen rencana RTRW, peta GIS Rencana Peta, tabel, deskripsi Pembangunan Daerah Kabupaten 2018
RTRW dan Perda RTRW Parigi
Badan Perencanaan
RPJP meliputi RPJP dan Perda RPJP Peta, tabel, deskripsi Pembangunan Daerah Kabupaten 2018
Parigi
Badan Perencanaan Sebagai acuan dalam
RPJMD meliputi dokumen RPJMD dan
Peta, tabel, deskripsi Pembangunan Daerah Kabupaten melakukan proses 2018
Peraturan daerah RPKMD
Arahan Dan Parigi perencanaan dan
1.
Kebijakan Badan Perencanaan perancangan
RPJPM meliputi rencana makro kabupaten dan
Peta, tabel, deskripsi Pembangunan Daerah Kabupaten kawasan di wilayah 2018
Kecamatan
Parigi studi
RDTRK meliputi dokumen fakta dan analisa, Badan Perencanaan
dokumen RDTRK, Peta Gis rencana RTDRK Peta, tabel, deskripsi Pembangunan Daerah Kabupaten 2018
dan Perda RTDRK Parigi
Badan Perencanaan
Ringkasan APBD Peta, tabel, deskripsi Pembangunan Daerah Kabupaten 2018
Parigi
Data tingkat migrasi permanen dan temporer Dokumen BPS 2018
Data pendapatan penduduk dan kualitas
Dokumen BPS 2018
penduduk (kesehatan, IPM, pendidikan)
Data partisipasi pendidikan penduduk Dokumen BPS 2018
Data Rasio Jumlah Guru per 10.000 penduduk Dokumen BPS 2018
Data Rasio murid-kelas Dokumen BPS Sebagai acuan 2018
Data tingkat melek huruf Dokumen BPS, Dinas Kesehatan dalam melakukan 2018
Data penduduk yang buta huruf Dokumen BPS, Dinas Kesehatan proses perencanaan 2018
2. Sosial Budaya
Data pendidikan yang ditamatkan Dokumen BPS dan perancangan 2018
Data penduduk yang bekerja Dokumen BPS kawasan di wilayah 2018
Data penduduk yang mencari pekerjaan Dokumen BPS studi 2018
Data penduduk bukan angkatan kerja Dokumen BPS 2018
Data tingkat partisipasi angkatan kerja Dokumen BPS 2018
Data angka bebas tanggungan angkatan kerja Dokumen BPS 2018
Data status lapangan pekerjaan Dokumen BPS 2018
Data angka kematian bayi dan balita Dokumen BPS, Dinas Kesehatan 2018

65
No Aspek Kebutuhan Data Bentuk Data Sumber Instansi Manfaat Tahun
Data angka harapan hidup Dokumen BPS, Dinas Kesehatan 2018
Data banyaknya rumah sakit, tempat tidur, Dokumen, Dokumentasi
BPS, Dinas Kesehatan 2018
puskesmas dan apotek Lapangan
Data banyaknya jenis tenaga kerja kesehatan Dokumen BPS 2018
Dokumen, Dokumentasi Dinas Perumahan &
Data jenis dan sumber penerangan 2018
Lapangan Permukiman
Dinas Perumahan &
Data sumber dan fasilitas air minum Dokumen 2018
Permukiman
Dinas Perumahan &
Data tempat buang air besar Dokumen 2018
Permukiman
Dinas Perumahan &
Data jenis bahan bakar untuk memasak Dokumen 2018
Permukiman
Data luas lantai, jenis dinding, jenis atap dan Dinas Perumahan &
Dokumen 2018
lantai terluas Permukiman
Sebagai acuan
Data presentase penduduk berumur 10 tahun ke
dalam melakukan
atas yang mendengarkan radio, menonton Dokumen BPS 2018
proses perencanaan
2. Sosial Budaya televisi, membaca surat kabar
dan perancangan
Data presentase penduduk yang menjadi korban Dokumen BPS 2018
kawasan di wilayah
Data Pengangguran Dokumen Badan Pusat Statistik studi 2018
Perdagangan (toko, kios dan warung) dan jasa
Dokumen Badan Pusat Statistik 2018
(penginapan, kos)
Distribusi kwantil pendapatan rumah tangga Dokumen Badan Pusat Statistik 2018
Jumlah Penduduk berdasarkan partisipasi
Dokumen Badan Pusat Statistik 2018
sekolah
Jumlah penduduk yang berkerja, mecari
Dokumen Badan Pusat Statistik 2018
pekerjaan dan bukan angkatan kerja
Pekerja Umum & Penataan
Luas permukiman Peta , Dokumen Ruang, Dinas perumahan dan 2018
permukiman
Data komposisi penduduk berdasarkan Badan pusat statistik, Dinas
Dokumen 2018
pendidikan Perumahan & Permukiman
Data keberagaman, seni , budaya dan kondisi Dokumen Dinas pendidikan dan
2018
adat istiadat Dokumentasi lapangan Kebudayaan
BPS, Dinas pendidikan dan Sebagai acuan
Jumlah suku, etnis dan situs bersejarah Dokumen 2018
kebudayaan dalam melakukan
3. Ekonomi
APBD, Biaya pembangunan atau pengeluaran proses perencanaan
Dokumen BKD (Badan Keuangan Daerah) 2018
daerah dan perancangan

66
No Aspek Kebutuhan Data Bentuk Data Sumber Instansi Manfaat Tahun
kawasan di wilayah
Penghasilan tenaga kerja disetiap sektor Dokuemn BKD (Badan Keuangan Daerah) 2018
studi
BKD (Badan Keuangan Daerah),
Data kegiatan perekonomian Dokumen 2018
BPS
BKD (Badan Keuangan Daerah),
Data pertumbuhan ekonomi ekspor impor Dokumen 2018
BPS
Laju Pertumbuhan ekonomi Dokumen BKD (Badan Keuangan Daerah) Sebagai acuan 2018
dalam melakukan
Luas Setiap jenis penggunaan lahan Dokumen BPN 2018
proses perencanaan
3. Ekonomi Produksi hasil hutan Dokumen Dinas Kehutanan 2018
dan perancangan
Produksi sumber daya laut Dokumen Dinas kelautan dan perikanan 2018
kawasan di wilayah
Produksi sumber daya pertambangan Dokumen ESDM studi 2018
Jumlah pedagang besar, pedagang menengah
Dokumen BPS 2018
dan pedagang kecil
Populasi ternak Dokumen BPS 2018
Data perkembangan industri Dokumen BPS 2018
FISIK
Data Jaringan persamapahan, Data Jumlah TPA
Dokumen Dinas Lingkungan 2018
& TPS serta sistem persampahan
Data jumlah & Persebaran sarana pemerintahan,
Pekerja Umum & Penataan
pendidikan, peribadatan, kesehatan serta Dokumen 2018
Ruang
perdagangan dan jasa
Persebaran Sarana kebudayaan & Rekreasi
Pekerja Umum & Penataan
(Balai pertemuan atau gedung serbaguna) serta Dokumen 2018
Ruang Sebagai acuan
persebaran ruang terbuka hijau
PSU dalam melakukan
Data dan Persebaran air limbah, drainase dan air Pekerja Umum & Penataan
(Prasarana, Dokumen proses perencanaan 2018
4. kotor Ruang
Sarana dan dan perancangan
PDAM, Pekerja Umum &
Utilitas) Data dan persebaran air bersih, ketersediaan air Dokumen kawasan di wilayah 2018
Penataan Ruang
studi
Pekerja Umum & Penataan
Data dan persebaran jalan dan kondisi jalan Peta dan Dokumen 2018
Ruang
Penilaian potensi pengembangan dari kondisi Pekerja Umum & Penataan
Peta dan Dokumen 2018
jaringan jalan Ruang
Pekerja Umum & Penataan
Data dan persebaran Jaringan telekomunikasi Dokumen Ruang, Dinas Komunikasi dan 2018
informasi

67
No Aspek Kebutuhan Data Bentuk Data Sumber Instansi Manfaat Tahun
Kondisi Geografis (batas administartif
Peta BPN 2018
kelurahan)
Kondisi Klimatologi Peta BMKG 2018
Kondosi Morfologi Peta BPN 2018
Kondisi Geologi (jenis batuan) Peta BPN 2018
Kondisi Hidrologi (Debit air & Aliran Sungai) Peta, Dokumen BPN 2018
Air Tanah dangkal Peta BPN 2018
Sumber Daya Mineral, Potensi bahan galian C Peta, Dokumen ESDM 2018
Data hari hujan, intensitas hujan, kelembapan,
kecepatan arah angin, temperature pancaran Dokumen BMKG 2018
matahari.
Pekerja Umum & Penataan
Kawasan Konservasi Alam Peta 2018
Ruang
Pekerja Umum & Penataan
Kawasan Lahan Pertanian Peta 2018
Ruang
Pekerja Umum & Penataan Sebagai acuan
Kawasan Pertambangan Peta 2018
Ruang dalam melakukan
Pekerja Umum & Penataan proses perencanaan
5. Fisiografi Kawasan Pariwisata Peta 2018
Ruang dan perancangan
Pekerja Umum & Penataan kawasan di wilayah
Kawasan Risiko Bencana Peta studi 2018
Ruang

Kawasan Perikanan Peta Pekerja Umum & Penataan 2018


Ruang
Pekerja Umum & Penataan
Kawaan Objek Vital Nasional Peta 2018
Ruang
Wilayah Sungai dan Daerah Aliran Sungai Pekerja Umum & Penataan
Peta 2018
(DAS) Ruang
Pekerja Umum & Penataan
Klimatologi Peta 2018
Ruang
Pekerja Umum & Penataan
Jaringan Infrastruktur Peta 2018
Ruang
Pekerja Umum & Penataan
Sumber Air dan Prasarana Sumber Daya Air Peta 2018
Ruang
Pekerja Umum & Penataan
Potensi Pengembangan Sumber Daya Air Peta 2018
Ruang

68
No Aspek Kebutuhan Data Bentuk Data Sumber Instansi Manfaat Tahun
Pekerja Umum & Penataan Sebagai acuan
Kawasan Industri Peta 2018
Ruang dalam melakukan
proses perencanaan
5. Fisiografi
Pekerja Umum & Penataan dan perancangan
Sebaran Lahan Gambut Peta 2018
Ruang kawasan di wilayah
studi
Kondisi tata guna lahan (eksisting penggunaan
Dokumen BPN 2018
lahan, kepemilikan lahan)
Kondisi permukiman (pola permukiman, Sebagai acuan
BPN, Dinas Perumahan
kondisi fisik rumah, status kepemilikan Dokumen dalam melakukan 2018
Permukiman
Penggunaan kepadatan bangunan) proses perencanaan
6.
lahan Dokumen, dan perancangan
Jumlah rumah permanen dan semi permanen Dinas perumahan permukiman 2018
Dokumentasi Lapangan kawasan di wilayah
Luas permukiman, Luas industri, Luas sawah, studi
Luas kebun, Luas hutan, Luas rawa dan Luas Peta dan Dokumen BPN 2018
danau, sungai, kolam
Sebagai acuan
Rawan Bencana ( Gempa bumi dan Longsor ) Peta, Dokumen BPBD dalam melakukan 2018
Rawan proses perencanaan
7.
Bencana dan perancangan
Jalur evakuasi Peta, Dokumen BPBD kawasan di wilayah 2018
studi
Sumber : Hasil Analisis Kelompok, 2019

69
4.5. Tahapan Komplikasi Data
Setelah tahap pengumpulan data melalui beberapa sumber, data-data yang dibutuhkan
sudah didapatkan, tahap selanjutnya adalah kompilasi data. Kompilasi data atau rekapitulasi data
ini bertujuan memilah-milah dan mengumpulkan data sesuai dengan bahasan atau aspek-aspek
yang sama. Data yang akan kami kompilasi berdasarkan :
1. Kondisi fisik dasar Wilayah Selatan Parigi (Kasimbar - Sausu).
2. Kondisi perumahan dan permukiman Wilayah Selatan Parigi (Kasimbar - Sausu).
3. Kondisi sarana prasarana dan ultilitas.
4. Kondisi perekonomian Wilayah Selatan Parigi (Kasimbar - Sausu).
5. Kondisi sosial budaya.
6. Kondisi kebencanaan Wilayah Selatan Parigi (Kasimbar - Sausu).
4.6. Metode Analisis Data
Proses analisis data dimulai dengan menelaah seluruh data yang tersedia dari berbagai
sumber, yaitu wawancara, pengamatan, yang sudah ditulis dalam catatan lapangan, dokumen
pribadi, dokumen resmi, gambar foto, dan sebagainya. Analisis data ini perlu dilakukan karena
untuk mereduksi data menjadi perwujudan yang lebih dapat dipahami dan diinterpretasikan
dengan cara tertentu sehingga hubungan dari masalah penelitian dapat ditelaah serta diuji
(Silalahi, 2006:304). Metode analisis di gunakan untuk mengidentifikasi masalah dan potensi
yang ada di wilayah studi.untuk metode analisis wilayah studi yang kami teliti kami menganalisi
berdasarkan aspek fisik dan non fisik, Adapun analisis data yang digunakan dalam studio
perencanaan ini adalah sebagai berikut :
4.6.1. Analisis Kebijakan Spasial Dan Sektoral
Analisis kebijakan spasial dan sektoral untuk wilayah Parigi Bagian Selatan (Sausu-
Kasimbar) di lakukan untuk mengetahui apakah Arahan dan kebijakan untuk Parigi Bagian
Selatan (Sausu-Kasimbar) berjalan dengan semestinya dan melihat apakah peruntukan
pengembangan kawasan budidaya dan kawasan strategis di peruntukkan sesuai dengan RTRW
Kabupaten Parigi Moutong dan RPJPD Kabupaten Parigi Moutong.
4.6.2. Analisis Kependudukan
Dalam analisis kependudukan pada setiap kota terdapat beberapa aspek yang harus dianalisis
yakni analisis proyeksi jumlah penduduk, distribusi penduduk dan kepadatan penduduk, kualitas
sumber daya manusia seperti tingkat pendidikan, kesehatan, ketenagakerjaan dan kesejahteraan

70
dan analisis kondisi sosial budaya (kebiasaan/adat istiadat, kearifan lokal dan
keagamaan).Penjelasan dari tiap analisis seperti di bawah ini :
4.6.2.1. Analisis Proyeksi Penduduk
Dalam menganalisis proyeksi penduduk pada suatu tempat dapat dilakukan dengan
menggunakan metode linear yang digunakan sebagai asumsi pertumbuhan penduduk yang
jumlahnya selalu konstan dari tahun ke tahun. Analisis proyeksi penduduk yang akan
diproyeksikan yakni pertambahan penduduk 5 tahun yang akan datang pada wilayah studi.
Adapun rumus metode linear tersebut sebagai berikut :

P(t+q) = Pt + b (q)

Keterangan :
P(t+q) : Jumlah penduduk pada tahun proyeksi
Pt : Jumlah penduduk pada tahun dasar
B : Pertambahan penduduk rata-rata per tahun
q : Selisih tahun proyeksi dan tahun dasar

4.6.2.2. Analisis Distribusi Penduduk dan Kepadatan Penduduk


Dalam menganalisis distribusi penduduk dapat dilakukan dengan menggunakan analisis
kuantitatif dan analisis kualitatif dimana rumus distribusi penduduk dapat didapatkan dengan
mencari presentase penduduk eksisting dengan membagi jumlah penduduk tahun awal setiap
kecamatan dengan jumlah total penduduk Kabupaten Parigi Moutong pada tahun 2017 kemudian
hasilnya dikalikan dengan hasil proyeksi penduduk 5 tahun yang akan datang yakni pada tahun
2022.

Presentase Penduduk eksisting (%) = Jumlah Penduduk Tahun Dasar / Jumlah


Penduduk Total Tahun Dasar

Setelah mendapatkan hasil perhitungan presentase penduduk eksisting kemudian dilanjutkan


dengan mencari rumus distribusi penduduk.

Distribusi Penduduk = Presentase Penduduk eksisting t (%) × hasil proyeksi

71
4.6.3. Analisis Sumber Daya Manusia yang Meliputi Pendidikan, Kesehatan,
Ketenagakerjaan dan Kesejahteraan
Dalam menganalisis sumber daya manusia yang meliputi pendidikan, kesehatan,
ketenagakerjaan dan kesejahteraan meliputi analisis tingkat pendidikan, analisis ketenagakerjaan,
analisis kesehatan, analisis kesejahteraan dan analisis sosial budaya.
4.6.3.1. Analisis Tingkat Pendidikan
Indikator pendidikan menjadi salah satu indikator penting dalam analisis sosial budaya,
karena indikator ini menggambarkan potensi sumberdaya manusia. Dengan mengetahui kondisi
pendidikan inilah, indeks pembangunan di wilayah Parigi bagian Selatan bisa dilihat. Apabila
pembangunan pendidikan di wilayah tersebut berjalan dengan baik sehingga mampu
menyejahterakan kehidupan masyarakat.
4.6.3.2. Analisis Ketenagakerjaan
Ketenagakerjaan merupakan indikator yang mendasar bagi kebutuhan masyarakat karena
mencakup dua aspek, yaitu aspek ekonomi dan sosial. Aspek ekonomi menjelaskan kebutuhan
manusia akan pekerjaan berkaitan dengan pemenuhan kebutuhan hidup sehari-hari. Sedangkan
aspek sosial berkaitan dengan pengakuan masyarakat terhadap kemampuan individu. Oleh
karena itu analsis ketenagakerjaan untuk wilayah studi melihat pekerjaan yang dominan dan
menganalisis apakah pendapatan mampu untuk kehidupan sehari-hari masyarakat.
4.6.3.3. Analisis Kesehatan
Salah satu faktor penunjang terciptanya peningkatan kualitas Sumber Daya Manusia
(SDM) adalah tercapainya derajat kesehatan masyarakat yang memadai. Secara umum dapat
dikatakan bahwa masyarakat yang sehat akan berperan dalam menciptakan SDM yang
berkualitas dan selanjutnya akan sangat berpengaruh terhadap keberhasilan perencanaan
pembangunan. Analisis kesehatan pada wilayah srudi di lalukan untuk melihat apakah
persebaran pelayanan kesehatan sudah memadai dan mampu melayani masyarakat secara
maksimal.
4.6.3.4. Analisis Kesejahteraan

4.6.3.5. Analisis sosial budaya


Indikator sosial budaya sebenarnya tidak bisa diukur hanya dengan melihat sarana
telekomunikasi yang dipakai atau aksesibilitas masyarakat terhadap informasi. Sosial budaya
dalam kehidupan masyarakat melingkupi pranata sosial/kelembagaan masyarakat, adat istiadat,

72
warisan budaya, dan kondisi gender. Untuk analisis sosial budaya pada wilayah studi di lakukan
untuk melihat kebiasan dan adat yang sering di lakukan masyarakat.
4.6.4. Analisis Ekonomi
Dalam menganalisis perekonomian suatu wilayah perlu mengenali potensi lokasi, potensi
sumber daya alam, sumber daya manusia, dan sumber daya buatan. Analisis perekonomian di
wilayah studi di lakukan untuk mengetahui permasalahan maupun cara pengelolaan
pertumbuhan perekenomian di wilayah tersebut dan untuk mengetahui sektor-sektor yang unggul
dan mendukung pertumbuhan perekonomian sehingga dapat meningkatkan pertumbuhan
perekonomian di wilayah tersebut. Dalam Analisis perekonomian ini membahas sector basis dan
pergeseran ekonomi.
4.6.4.1. Sektor Basis
Sektor basis, untuk mengetahui sektor basis dapat dilakukan dengan beberapa cara, antara
lain :

1. Gunakan Tabel PDRB berdasarkan harga konstan.


2. Untuk menetapkan sektor basis dapat digunakan metode Location Quotient (LQ).
Location quotient dapat dipergunakan sebagai alat ukur untuk mengukur spesialisasi
relatif suatu daerah/kabupaten pada sektor-sektor tertentu. LQ ini mempunyai
penggunaan yang luas sehingga satuan pengukuran apa saja dapat dipergunakan untuk
menghitungnya. Rumus umum yang biasa dipakai adalah sebagai berikut :
𝑵
LQ = Si × ×S
𝑵𝒊

Keterangan :
Si : Jumlah komoditas wilayah perencanaan
Ni : Jumlah komoditas di wilayah yang lebih luas
S : Jumlah komoditas total di wilayah dan/atau kawasan
N : Jumlah komoditas total di wilayah yang lebih luas
Besarnya nilai LQ dapat diinterpretasikan sebagai berikut :

1. LQ > 1 berarti wilayah perencanaan mempunyai spesialisasi dalam sektor tertentu


dibandingkan wilayah yang lebih luas.
2. LQ = 1 berarti tingkat spesialisasi wilayah perencanaan dalam sektor tertentu sama
dengan wilayah yang lebih luas.

73
3. LQ < 1 berarti dalam sektor tertentu, tingkat spesialisasi wilayah berada di bawah
wilayah yang lebih luas.
4.6.4.2. Pertumbuhan Penduduk
Untuk menghitung pertumbuhan ekonomi wilayah dapat menggunakan teknik
perhitungan antara lain cara tahunan, rata-rata tiap tahun, compounding factor dan/atau metode
analisis lainnya.
4.6.4.3. Struktur Ekonomi dan Pergeserannya
Struktur ekonomi dan pegeserannya dapat dilihat dan dihitung dengan beberapa cara, antara
lain :
1. Tabel PDRB yang digunakan adalah berdasarkan harga konstan.
2. Untuk menganalisis pergeseran struktur ekonomi kawasan dapat digunakan beberapa
metode, seperti :
a) Metode Shift-Share
b) Menggunakan data series atau tidak membatasi struktur ekonomi pada periode
tertentu saja sehingga terlihat perubahanstruktur ekonominya.
c) Cara ini lebih sederhana, namun output yang dihasilkan terbataspada proses
pergeserannya saja, tidak dapat dinilai kinerja ekonomidan sektor unggulannya.

4.6.5. Analisis Sebaran Ketersediaan dan Kebutuhan Sarana dan Prasarana Wilayah
Dalam analisis sebaran ketersediaan dan kebutuhan sarana dan prasarana wilayah
mencakup analisis ketersediaan sarana dan prasarana.
4.6.5.1. Analisis Ketersediaan Sarana dan Prasarana
Menganalisis Sarana dan Prasarana yang ada di wilayah studi menggunakan metode
analisis kuantitatif dan kualitatif, metode analisis kualitatif yaitu melihat secara langsung kondisi
sarana dan prasarana pada lokasi studi, sedangkan metode kuantitaif digunakan untuk mengolah
data angka dengan menggunakan operasi matematik. Tujuan menggunakan analisis kuantitatif
adalah untuk menganalis data yang didapatkan dari pengumpulan data sekunder sehingga
menghasilkan output berupa angka. Metode analisis kuantitatif berfungsi untuk menghitung
pertumbuhan penduduk di wilayah studi dan untuk mengetahui kebutuhan sarana prasarana yang
butuhkan. Terkait dengan analisis kebutuhan sarana dan prasarana dalam proyeksinya hingga di
tahun 2022 maka analisis yang digunakan disini menggunakan metode linier atau polinomial
sebab pertambahan penduduk relatif stabil sehingga metode inilah yang dianggap sesuai untuk

74
digunakan. Metode linier atau polinomial digunakan dengan asumsi pertumbuhan penduduk
jumlahnya selalu konstan dari tahun ke tahun. Bentuk matematis metode linier adalah :
P(t+q) = Pt + b
(q)
Keterangan :
P(t+q) : Jumlah penduduk pada tahun proyeksi
Pt : Jumlah penduduk pada tahun dasar
B : Pertambahan penduduk rata-rata per tahun
q : Selisih tahun proyeksi dan tahun dasar
Setelah mendapatkan hasil jumlah proyeksi penduduk pada beberapa tahun yang akan
datang, kemudian hasil jumlah penduduk tersebut di input lagi kedalam rumus untuk mengetahui
kebutuhan jenis-jenis sarana dan prasarana.
Adapun rumus kebutuhan sarana dan prasarana
Rumus Proyeksi : P(t+q) / Standar SNI

P(t+q) : Proyeksi penduduk pada tahun tertentu


Standar SNI : Standar pendirian atau pembagunan sesuai SNI

4.6.6. Analisis Sistem Pusat-Pusat Permukiman (Sistem Perkotaan)


Analisis sistem pusat-pusat permukiman (sistem perkotaan) yang didasarkan pada hasil
identifikasi sebaran daerah fungsional perkotaan1 (functional urban area) yang ada di wilayah
provinsi. Analisis ini juga dilengkapi dengan analisis interaksi antar pusatpusat permukiman
atau jangkauan pelayanan yang ada di wilayah seperti analisis skalogram. Tahapan analisis
skalogram sebagai berikut :
1. Membuat Tabel jumlah dan jenis ketersediaan sarana yang ada pada lokasi studi dalam
lingkup kecamatan, kelurahan maupun pedesaan.
2. Melakukan pengklasifikasian atau pengurutan dari jumlah sarana perwilayah dari yang
terbesar hingga yang terkecil.
3. Melakukan permisalan pada Tabel pengurutan ketersediaan sarana yaitu dengan
menggunakan tanda (1) pada sel yang menyatakan keberadaan suatu sarana pada suatu
wilayah dan tanda (0) pada sel yang tidak memiliki sarana.

75
4. Menentukan kesalahan pada setiap sarana perwilayah yakni dengan memberi tanda pada
setiap sarana yang memiliki tanda (0) pada setiap yang memiliki maksud yakni bahwa
pada sel tersebut tidak terdapatnya sarana.
5. Melakukan perhitungan range yakni dengan mengurangi jumlah bilangan dengan
kesalahan yang paling besar dengan kesalahan yang terkecil.
6. Melakukan perhitungan orde dengan menggunakan rumus orde = 1+ 3,3 log n, dimana n
merupakan jumlah kecamatan, kelurahan atau desa. Hasil dari perhitungan orde yang
merupakan jumlah kelas atau hirarki pada analisis skalogram.
7. Melakukan perhitungan interval denga rumus range/orde, interval disini merupakan
panjang kelas nantinya.
8. Membuat Tabel klasifikasi orde berdasarkan perhitungan range, orde dan interval tadi.
9. Mengidentifikasi peringkat atau hirarki kota yang dapat diinterpretasikan berdasarkan
nilai keberadaan fasilitas pada suatu wilayah. Semakin tinggi nilainya maka hirarki kota
tersebut semakin tinggi.
10. Membuat Tabel pengelompokkan hirarki kelas yang sama.
11. Langkah terakhir menganalisis dan mendeskripsikan pengelompokkan hirarki pada setiap
kecamatan/keluraha/desa dimana hirarki tertinggi termasuk kedalam wilayah dengan
jumlah sarana yang lengkap, begitupun sebaliknya.
4.7. Tahapan Penyajian Data
Teknik penyajian data merupakan cara bagaimana seorang peneliti dapat menyajikan
data dengan baik agar dapat dibaca dan mudah dipahami oleh pembaca. Data yang disajikan
diperoleh dari pengamatan dan wawancara tentang hal yang terjadi serta dapat berupa deskripsi
informasi lainnya (seperti dari dokumen, foto, rekaman video dan hasil pengukuran). Dalam
penyajian data hasil penelitian dapat dijadikan dalam tiga cara, yaitu penyajian secara verbal,
penyajian secara visual, dan penyajian secara matematis.
Dalam hal ini penyajian data dilakukan secara visual menggunakan grafik, peta, gambar,
dan laporan. Foto-foto dan video yang berhasil didapatkan akan disajikan sebagai pendukung
laporan tertulis yang nantinya akan menjadi dasar dari proses perancangan yang dilakukan.
Penyajian hasil analisis data-data memegang peranan penting agar pembaca atau pengguna
memiliki pemahaman yang jelas, baik dan utuh tentang hasil analisis. Oleh karena itu, akan

76
disampaikan dengan terstruktur, mudah dipahami, dan sesuai dengan kaidah yang telah
ditentukan.
Adapun penyajian data yang kami lakukan secara visual menggunakan peta dan gambar
yaitu :
1. Peta
Dalam penyajian data berupa peta yang ditampilkan dalam laporan meliputi peta citra,
peta batas administrasi, peta kelerengan, peta jenis tanah, peta kelautan, peta batas kawasan
hutan, peta kawasan lahan pertanian, peta kawasan pertambangan, peta pariwisata, peta resiko
bencana, peta kawasan perikanan, peta wilayah sungai dan Daerah Aliran Sungai (DAS), peta
jaringan infrastruktur, peta sumber air dan prasarana sumber daya air, peta potensi
pengembangan sumber daya air, peta kawasan industri dan peta sebaran lahan gambut.
2. Gambar
Dalam penyajian data berupa gambar yang ditampilkan pada laporan meliputi gambar
persebaran prasana, sarana dan utilitas, gambar peta-peta berupa peta citra, peta batas
administrasi, peta kelerengan, peta jenis tanah, peta kelautan, peta batas kawasan hutan, peta
kawasan lahan pertanian, peta kawasan pertambangan, peta pariwisata, peta resiko bencana, peta
kawasan perikanan, peta wilayah sungai dan Daerah Aliran Sungai (DAS), peta jaringan
infrastruktur, peta sumber air dan prasarana sumber daya air, peta potensi pengembangan sumber
daya air, peta kawasan industri dan peta sebaran lahan gambut.
4.8. Tahapan Penyajian Hasil Analisis
Teknik penyajian data merupakan cara bagaimana seorang peneliti dapat menyajikan data
dengan baik agar dapat dengan mudah dibaca orang lain dan mudah untuk dipahami oleh
pembaca. Data yang disajikan diperoleh dari pengamatan (apa yang terjadi) dan hasil wawancara
(apa yang dikatakan) serta bisa berupa deskripsi informasi lainnya (misalnya dari dokumen, foto,
rekaman video) dan hasil pengukuran. Dalam penyajian data hasil penelitian dapat disajikan
dalam tiga cara, yaitu penyajian secara verbal, penyajian secara visual, dan penyajian secara
matematis.
Dalam hal ini penyajian data dilakukan secara visual menggunakan grafik, peta, dan
gambar, dan laporan. Foto-foto dan video yang berhasil didapatkan akan disajikan sebagai
pendukung laporan tertulis yang nantinya akan menjadi dasar dari proses perancangan yang
dilakukan. Penyajian hasil analisis data-data memegang peranan penting agar pembaca atau

77
pengguna memiliki pemahaman yang jelas, baik dan utuh tentang hasil analisis. Oleh karena itu,
akan disampaikan dengan terstruktur, mudah dipahami, dan sesuai dengan kaidah yang telah
ditentukan.

78
BAB V
MANAJEMEN PELAKSANAAN KERJA
5.1. Jadwal Kegiatan Kerja
Bulan Agustus September Oktober November Desember Target
Kegiatan
Minggu IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV Pencapaian
PRA SURVEI
Pendalaman materi
Pendalaaman materi
mengenai proposal teknis
dan pembagian kelompok
Pengerjaan proposal
teknis

SURVEI

PRA SURVEI

Sumber : Hasil Analisis Kelompok, 2019

79
5.2. Struktur Organisasi
Struktur organisasi kelompok dilakukan untuk memudahkan pelaksanaan seluruh kegiatan
studio perencanaan, baik dalam kegiatan lapangan ataupun pelaksanaan tugas. Berikut adalah
tabel struktur organisasi kelompok :
Tabel V.1 Struktur Organisasi Kelompok

Jabatan Nama NIM


Ketua Muh. Abrar Thariq F 231 17 049
Sekretaris Yuni Rizki Awwaliin F 231 17 065
Bendahara Aulia Ramadhani F 231 17 051
Moh. Wahid F 231 15 010
Oksha Artha Abrianto F 231 15 056
Muh. Ditya Mahendra F 231 16 140
Putri Kartika Mendi F 231 17 052
Anggota
Muh. Candra Putra M. F 231 17 087
Nurlaila Arumdhani P. F 231 17 060
Ainun Amalia F 231 17 076
Indra Darmawan F 231 17 081

Tabel V.2 Pembagian Penanggung Jawab Laporan Hingga Survei

Penanggung Jawab Nama


Muh. Abrar Thariq
Muh. Candra Putra M.
Peta
Indra Darmawan
Moh. Wahid
Muh. Ditya Mahendra
Survei
Oksha Artha Abrianto
Aulia Ramadhani
Yuni Rizki Awwaliin
Dokumen Nurlaila Arumdhani P
Puri KartikaMendi
Ainun Amalia

5.3. Organisasi Tim


Penyusunan organisasi tim dilakukan agar setiap anggota memiiliki tanggung jawab atas
pembagian tugas yang telah di setujui. Dengan adanya organisasi tim dalam kelompok
diharapkan agar semua tugas yang ada dapat di lakukan dengan baik dan benar. Pembagian
kelompok pada Kecamatan Sasusu, Kabupaten Parigi Moutong telah dilakukan dengan adil,
dimana semua anggota memiliki proporsi yang sama dalam pengerjaan tugas. Adapun
pembagian penyusunan proposal teknis di Wilayah Selatan Parigi (Kasimbar – Sausu) dapat
dilihat pada Tabel V.3.

80
Tabel V.3 Organisai Tim Penyusunan Proposal Teknis di Wilayah Selatan Parigi (Kasimbar -
Sausu)

Pembagian JOB Nama


Muh. Abrar Thariq
Bab I Pendahuluan Indra Darmawan
Moh. Wahid
Muh. Ditya Mahendra
Bab II Kajian Teori
Muh. Canra Putra M.
Nurlaila Arumdhani P
Bab III Karakteristik Wilayah Studi Putri Kartika Mendi
Ainun Amalia
Yuni Rizki Awwaliin
Bab IV Desain Survei
Aulia Ramadhani
Bab V Manajemen Pelaksanaan Kerja Oksha Artha Abrianto

5.4. Rencana Anggaran


Rencana anggaran dibuat sebagai acuan dalam rincian penggunaan uang selama seluruh
kegiatan studio perencanaan berlangsung. Berikut adalah rencana anggaran dana kelompok
sebagai berikut :
Tabel V.4 Rencana Anggaran Biaya MK Studio proses di Wilayah Selatan Parigi (Kasimbar -
Sausu)

Harga
Jumlah
No. Kebutuhan Satuan Nilai Satuan Sub Total
Unit
(Rp)
Rp. 250.000/hari x 7
1. Sewa penginapan 2 Kamar Rp. 1.750.000
hari
2. Biaya Transportasi Rp. 500.000
4. Obat-Obatan Rp. 50.000
5. Kertas A4 3 Rim Rp. 50.000 Rp. 150.000
6. Jilid Rp. 30.000
7. CD + Tempat CD Rp. 15.000
8. Biaya tidak terduga Rp. 500.000
TOTAL Rp. 3.095.000

81
DAFTAR PUSTAKA

Bachmid, Fatimah. 2018. Buku Kabupaten Parigi Moutong Dalam Angka 2018. Badan Pusat
Statistik Kabupaten Parigi Moutong. Kabupaten Parigi Moutong, Sulawesi Tengah.

Bachmid, Fatimah. 2018. Buku Kecamatan Kasimbar Dalam Angka 2018. Badan Pusat Statistik
Kecamatan Kasimbar. Kecamatan Kasimbar, Kabupaten Parigi Moutong.

Bachmid, Fatimah. 2018. Buku Kecamatan Toribulu Dalam Angka 2018. Badan Pusat Statistik
Kecamatan Toribulu. Kecamatan Toribulu, Kabupaten Parigi Moutong.

Bachmid, Fatimah. 2018. Buku Kecamatan Ampibabo Dalam Angka 2018. Badan Pusat Statistik
Kecamatan Ampibabo. Kecamatan Ampibabo, Kabupaten Parigi Moutong.

Bachmid, Fatimah. 2018. Buku Kecamatan Siniu Dalam Angka 2018. Badan Pusat Statistik
Kecamatan Siniu. Kecamatan Siniu, Kabupaten Parigi Moutong.

Bachmid, Fatimah. 2018. Buku Kecamatan Parigi Utara Dalam Angka 2018. Badan Pusat
Statistik Kecamatan Parigi Utara. Kecamatan Parigi Utara, Kabupaten Parigi Moutong.

Bachmid, Fatimah. 2018. Buku Kecamatan Parigi Tengah Dalam Angka 2018. Badan Pusat
Statistik Kecamatan Parigi Tengah. Kecamatan Parigi Tengah, Kabupaten Parigi
Moutong.

Bachmid, Fatimah. 2018. Buku Kecamatan Parigi Dalam Angka 2018. Badan Pusat Statistik
Kecamatan Parigi. Kecamatan Parigi, Kabupaten Parigi Moutong.

Bachmid, Fatimah. 2018. Buku Kecamatan Parigi Barat Dalam Angka 2018. Badan Pusat
Statistik Kecamatan Parigi Barat. Kecamatan Parigi Barat, Kabupaten Parigi Moutong.

Bachmid, Fatimah. 2018. Buku Kecamatan Parigi Selatan Dalam Angka 2018. Badan Pusat
Statistik Kecamatan Parigi Selatan. Kecamatan Parigi Selatan, Kabupaten Parigi
Moutong.

Bachmid, Fatimah. 2018. Buku Kecamatan Torue Dalam Angka 2018. Badan Pusat Statistik
Kecamatan Torue. Kecamatan Torue , Kabupaten Parigi Moutong.

82
Bachmid, Fatimah. 2018. Buku Kecamatan Balinggi Dalam Angka 2018. Badan Pusat Statistik
Kecamatan Balinggi. Kecamatan Balinggi, Kabupaten Parigi Moutong.

Bachmid, Fatimah. 2018. Buku Wilayah bagian selatan (Kasimbar - Sausu) Dalam Angka 2018.
Badan Pusat Statistik Wilayah bagian selatan (Kasimbar - Sausu). Wilayah bagian
selatan (Kasimbar - Sausu), Kabupaten Parigi Moutong.

Badan Standar Nasional, SNI 03-1733-2004.

Peraturan Daerah No. 9 Tahun 2011 Tentang Penyediaan Sarana, Prasarana dan Utilitas.

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2016 Tentang Penyelenggaraan


Kawasan Permukiman.

Peraturan Menteri Perumahan Rakyat Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 2014 Tentang
Pedoman Penyusun Rencana Pembangunan dan Pengembangan Perumahan dan Kawasan
Permukiman Daerah Provinsi dan Daerah Kabupaten.

Peraturan Menteri Perumahan Rakyat Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2011 Tentang
Pedoman Bantuan Prasarana, Sarana dan Utilitas Umum (PSU) Perumahan dan Kawasan
Permukiman.

Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Parigi Moutong Tahun 2010-2030.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2011 Tentang Perumahan dan Kawasan
Permukiman.

Peraturan Menteri Agraria dan Tata Ruang No. 1 Tahun 2018 Tentang Pedoman Penyusunan
Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi, Kabupaten dan Kota.

83
PROGRES PENYUSUNAN PROPTEK

1. Sudah tersusun kerangka pikir


2. Tersedia peta dasar
3. Tersedia data informasi mengenai sarana dan prasarana
4. Penyusunan metode analisis
5. Penyusunan konsep

84

Anda mungkin juga menyukai