Anda di halaman 1dari 30

LAPORAN

PERENCANAAN TRANSPORTASI

Disusun Oleh :

Kelompok 2

Andi Muh. Zabur Kiran P F231 17 056

Aulia Ramadhani F231 17 051

Suci Herdania F231 17 058

Fitria Ningsih F231 17 057

Nurlaila Arumdhani P F231 17 060

Umi Masyithah F231 17 064

Sitti Nurhaliza F231 17 063

Moh. Wahid F231 15 010

PROGRAM STUDI S1 TEKNIK PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA

JURUSAN TEKNIK ARSITEKTUR FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS TADULAKO

TAHUN 2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas limpahan rahmat dan
hidayahnya, sehingga kami masih diberi kesempatan untuk menyelesaikan makalah yang
berjudul “Analisis Lalu Lintas Terhadap Kapasitas Jalan di Perempatan Jalan I Gusti Ngurah
Rai” ini tepat pada waktunya. Makalah ini merupakan tugas mata kuliah perencanaan
transportasi. Makalah ini merupakan inovasi pembelajaran untuk memahami penelitian secara
mendalam, semoga makalah ini dapat berguna untuk mahasiswa pada umumnya. Tujuan
dalam penulisan makalah ini adalah untuk menambah pengetahuan dan diharapkan
bermanfaat bagi kita semua, adapun isi yang terkandung dalam makalah ini adalah uraian
tentang penjelasan mengenai analisis kondisi lalu lintas, kapasitas jalan dan analisis tingkat
pelayanan lalu lintas.

Kami mengucapkan terima kasih kepada dosen mata kuliah perencanaan transportasi,
atas bimbingan dan pengarahannya selama penyusunan makalah ini. Tidak lupa juga kami
mengucapkan terima kasih kepada teman-teman dan pihak-pihak yang telah membantu dalam
penyelesaian makalah ini.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kami
sangat membutuhkan kritik dan saran yang sifatnya membangun dan pada intinya
untuk memperbaiki kekurangan-kekurangan dimasa yang akan datang. Semoga makalah ini
dapat menjadi sebuah karya ilmiah yang bermanfaat bagi kita semua.

Palu, 22 Maret 2019

Penulis

2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR------------------------------------------------------------------------------------ii
DAFTAR ISI----------------------------------------------------------------------------------------------iii
BAB I PENDAHULUAN-------------------------------------------------------------------------------1
1.1. Latar Belakang------------------------------------------------------------------------------------1
1.2. Rumusan Masalah--------------------------------------------------------------------------------2
1.3. Tujuan----------------------------------------------------------------------------------------------2
1.4. Manfaat---------------------------------------------------------------------------------------------2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA------------------------------------------------------------------------3
2.1. Transportasi----------------------------------------------------------------------------------------3
2.2 Jalan------------------------------------------------------------------------------------------------3
2.1.1. Klasifikasi Jalan-----------------------------------------------------------------------------3
2.3. Lalu Lintas-----------------------------------------------------------------------------------------5
2.2.1. Unsur-Unsur Lalu Lintas-------------------------------------------------------------------5
2.2.2. Jalur Lalu Lintas-----------------------------------------------------------------------------6
2.4. Volume lalu lintas---------------------------------------------------------------------------------7
2.5. Hambatan samping-------------------------------------------------------------------------------7
2.6. Kapasitas-------------------------------------------------------------------------------------------8
2.7. Derajat Kejenuhan--------------------------------------------------------------------------------8
2.8. Kecepatan------------------------------------------------------------------------------------------9
BAB III METODE PENELITIAN--------------------------------------------------------------------10
3.1. Waktu dan Lokasi Pengamatan----------------------------------------------------------------10
3.2. Alat dan Bahan Pengamatan-------------------------------------------------------------------10
3.3. Metode Pengamatan-----------------------------------------------------------------------------11
3.4. Tabel Pengamatan-------------------------------------------------------------------------------11
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN-------------------------------------------------------------36
4.1. Analisis Kondisi Lalu Lintas-------------------------------------------------------------------36
4.2. Analisis Kapasitas Lalu Lintas----------------------------------------------------------------37
4.2.1. Volume Lalu Lintas------------------------------------------------------------------------37
4.2.2. Lintas Mingguan Rata-Rata---------------------------------------------------------------38
4.2.3. Lintas Harian Tahunan--------------------------------------------------------------------40
4.2.4. Hambatan Samping------------------------------------------------------------------------41
4.2.5. Kapasitas------------------------------------------------------------------------------------44

3
4.2.6. Derajat Kejenuhan-------------------------------------------------------------------------45
4.3. Analisisa Kondisi Lalu Lintas-----------------------------------------------------------------47
BAB V PENUTUP--------------------------------------------------------------------------------------48
5.1. Kesimpulan---------------------------------------------------------------------------------------48
5.2. Saran----------------------------------------------------------------------------------------------48
DAFTAR PUSTAKA-----------------------------------------------------------------------------------49

4
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Transportasi adalah perpindahan manusia atau barang dari satu tempat ke tempat
lainnya dengan menggunakan sebuah kendaraan yang digerakkan oleh manusia atau esin.
Transportasi digunakan untuk memudahkan manusia dalam melakjkan aktivitas sehari-hari.
Kebutuhan transportasi selalu berkembang seiring dengan berjalannya waktu. Peningkatan
kualitas transportasi yang dilihat dari kemampuan jarak jelajah kenyamanan, tingkat harga,
efisiensi waktu, dan standar keamanan dan keselamatan selalu menjadi hal yang diperhatikan
oleh pemerintah untuk mengembangkan sistem transportasi.

Adapun, fasilitas pendukung dari transportasi berupa lalu lintas. Berdasarkan Undang-
undang No. 22 tahun 2009, lalu lintas sebagai gerak Kendaraan dan orang di ruang lalu lintas
jalan. Adapun yang dimaksud dengan ruang lalu lintas jalan adalah prasarana yang
diperuntukkan bagi gerak pindah kendaraan, orang, atau barang yang berupa jalan dan
fasilitas pendukung.Jalan merupakan salah satu prasarana transportasi yang terpenting,
dikarenakan jalan merupakan penghubung yang menghubungkan tempat satu dengan tempat
lainnya. Adapun, transportasi berupa kendaraan, lalu lintas dan jalan memiliki keterkaitan
yang sangat erat dikarenakan ketiga hal tersebut memiliki kesinambungan antara satu dengan
lainnya. Ketika bertambah jumlah kendaraan, akan menyebabkan peningkatan jumlah arus
lalu lintas dengan kemampuan jalan yang terbatas dan tentunya akan menimbulkan yang
namannya permasalahan transportasi berupa kemacetan.

Kemacetan adalah situasi atau keadaan tersendatnya atau bahkan terhentinya lalu
lintas yang disebabkan oleh banyaknya jumlah kendaraan melebihi kapasitas jalan.
Kemacetan banyak terjadi di kota-kota besar, terutamanya yang tidak mempunyai transportasi
publik yang baik atau memadai ataupun juga tidak seimbangnya kebutuhan jalan dengan
kepadatan penduduk. Dengan bertambahnya jumlah penduduk terutama pengguna jalan yang
menggunakan jalan pada jam-jam tententu yang akan menuntut adanya peningkatan
pelayanan pada suatu jalan, untuk itu perlu adanya penelitianmengenai kapasitas jalan yang
ada sehingga dapat dievaluasi dan dianalisa untukmengantisipasi perkembangan jumlah
kendaraan dan perkembangan penduduk.

1
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah yang dapat dingakat yaitu
antara lain :

1. Bagaimana kondisi lalu lintas di perempatan I Gusti Ngurah Rai ?.


2. Bagaimana kapasitas lalu lintas jalan yang dimiliki di perempatan jalan I Gusti
Ngurah Rai ?.
3. Bagaimana analisa kondisi lalu lintas yang berada di perempatan jalan I Gusti Ngurah
Rai ?.

1.3. Tujuan
Berdasarkan rumusaln masalah di atas maka tujuan dari laporan ini, antara lain :

1. Untuk menganalisis kondisi lalu lintas yang berada di perempatan I Gusti Ngurah Rai.
2. Untuk menganalisis kapasitas lalu lintas yang meliputi volume lalu lintas, lintas
mingguan rata-rata, lintas harian tahunan, hambatan samping, kapasitas dan derajat
kejenuhan yang berada di perempatan jalan I Gusti Ngurah Rai.
3. Untuk menganalisisa kondisi lalu lintas yang berada di perempatam jalan I Gusti
Nguran Rai.

1.4. Manfaat
Manfaat dari pengamatan yang kami lakukan adalah untuk memberi pengetahuan
mengenai transportasi dan kondisi lalu lintas, kapasitas lalu lintas jalan berupa volume lalu
lintas, lintas mingguan rata-rata, lintas harian tahunan, hambatan samping, kapasitas dan
derajat kejenuhan. Selain itu juga untuk menginformasikan dan menganalisis tingkat
pelayanan dari kondisi lalu lintas jalan di perempatan jalan I Gusti Nngurah Rai.

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Transportasi
Menurut Salim (2000), transportasi adalah kegiatan pemindahan barang (muatan) dan
penumpang dari suatu tempat ke tempat lain. Dalam transportasi ada dua unsur yang
terpenting yaitu pemindahan atau pergerakan (movement) dan secara fisik mengubah tempat
dari barang (comoditi) dan penumpang ke tempat lain.

Menurut Miro (2005), transportasi dapat diartikan usaha memindahkan, mengerakkan,


mengangkut, atau mengalihkan suatu objek dari suatu tempat ke tempat lain, di mana di
tempat lain ini objek tersebut lebih bermanfaat atau dapat berguna untuk tujuan-tujuan
tertentu.

Menurut Papacostas (1987), transportasi didefinisikan sebagai suatu sistem yang terdiri
dari fasilitas tertentu beserta arus dan sistem kontrol yang memungkinkan orang atau barang
dapat berpindah dari suatu tempat ketempat lain secara efisien dalam setiap waktu untuk
mendukung aktifitas manusia.

2.2 Jalan
Menurut Undang-undang No. 38 tahun 2004 pasal 1 ayat 4, jalan adalah prasarana
transportasi darat yang meliputi segala bagian jalan, termasuk bangunan pelengkap dan
perlengkapannya yang diperuntukkan bagi lalu lintas yang berada pada permukaan tanah dan
atau air, serta di atas permukaan air, kecuali jalan kereta api, jalan lori, dan jalan kabel.

Jalan adalah lintasan yang di rencanakan dan di peruntukkan kepada pengguna


kendaraan bermotor dan tidak bermotor termasuk pejalan kaki. Jalan dalam lalu lintas adalah
yang digunakan untuk mengalirkan aliran lalu lintas dengan lancar, aman, dan mendukung
beban muatan kendaraan.

2.1.1. Klasifikasi Jalan


1. Klasifikasi Jalan sesuai fungsinya terbagi atas :
a. Jalan arteri : Jalan yang melayani angkutan utama dengan ciri perjalanan jarak
jauh, kecepatan rata – rata tinggi dan jumlah jalan masuk dibatasi secara efisien.

3
b. Jalan kolektor : Jalan yang melayani angkutan pengumpul atau pembagi dengan
ciri-ciri perjalanan jarak sedang, kecepatan rata-rata sedang dan jumlah jalan
masuk dibatasi.
c. Jalan lokal : Jalan yang melayani angkutan setempat dengan ciri-ciri perjalanan
jarak dekat, kecepatan rata-rata rendah dan jumlah jalan masuk tidak dibatasi.
2. Klasifikasi jalan sesuai peruntukannya.
a. Jalan umum (dikelompokkan lagi menurut fungsi, status, dan kelas).
b. Jalan khusus, bukan diperuntukan bagi lalulintas umum dalam rangka distribusi
barang dan jasa.
3. Klasifikasi jalan menurut jaringannya.
a. Jaringan jalan primer : Sistem jaringan jalan dengan peranan pelayanan distribusi
barang dan jasa untuk pengembangan semua wilayah di tingkat nasional, dengan
menghubungkan semua simpul jasa distribusi yang berwujud pusat-pusat
kegiatan.
b. Jaringan jalan sekunder : Sistem jaringan jalan dengan peranan pelayanan
distribusi barang dan jasa untuk masyarakat di dalam kawasan perkotaan.
4. Klasifikasi jalan menurut statusnya.
a. Jalan nasional merupakan jalan arteri dan jalan kolektor dalam sistem jaringan
jalan primer yang menghubungkan antar ibukota provinsi, dan jalan strategis
nasional, serta jalan tol.
b. Jalan provinsi merupakan jalan kolektor dalam sistem jaringan jalan primer yang
menghubungkan ibukota provinsi dengan ibukota kabupaten/kota, atau
antaribukota kabupaten/kota, dan jalan strategis provinsi.
c. Jalan kabupaten merupakan jalan lokal dalam sistem jaringan jalan primer yang
tidak termasuk jalan Nasional dan jalan Provinsi, yang menghubungkan ibukota
kabupaten dengan ibukota kecamatan, antar ibukota kecamatan, ibukota
kabupaten dengan pusat kegiatan lokal, antarpusat kegiatan lokal, serta jalan
umum dalam sistem jaringan jalan sekunder dalam wilayah kabupaten, dan jalan
strategis kabupaten.
d. Jalan kota merupakan jalan umum dalam sistem jaringan jalan sekunder yang
menghubungkan antarpusat pelayanan dalam kota, menghubungkan pusat
pelayanan dengan persil, menghubungkan antarpersil, serta menghubungkan
antarpusat permukiman yang berada di dalam kota.
e. Jalan desa merupakan jalan umum yang menghubungkan kawasan antar
permukiman di dalam desa, serta jalan lingkungan.

4
2.3. Lalu Lintas
Lalu lintas menurut Pasal 1 Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu
Lintas dan Angkutan Jalan didefinisikan sebagai gerak kendaraan dan orang di ruang lalu
lintas jalan, sebagai prasarana yang diperuntukkan bagi gerak pindah kendaraan, orang,
dan/atau barang yang berupa jalan dengan fasilitas pendukungnya.

Lalu lintas ialah setiap hal yang berhubungan dengan sarana jalan umum sebagai
sarana utama untuk tujuan yang ingin dicapai. Lalu lintas juga dapat diartikan sebagai
hubungan antara manusia dengan atau tanpa disertai alat penggerak dari suatu tempat ke
tempat lain dengan menggunakan jalan sebagai ruang geraknya.

2.2.1. Unsur-Unsur Lalu Lintas


Dalam Manual Kapasitas Jalan Indonesia (MKJI, 1997), yang disebut sebagai unsur lalu-
lintas adalah benda atau pejalan kaki yang menjadi bagian dari lalu-lintas. Sedangkan
kendaraan adalah unsur lalu lintas diatas roda. Sebagai unsur lalu-lintas yang paling
berpengaruh dalam analisis, kendaraan dikategorikan menjadi empat jenis, yaitu :

1. Kendaraan ringan (LV) adalah kendaraan beroda empat dengan jarak as 2,0 – 3,0 m
(termasuk mobil penumpang, mikrobus dan truk kecil).
2. Kendaraan Berat (HV) adalah kendaraan bermotor lebih dari empat roda atau dengan
jarak as lebih dari 3,5 m meliputi bus, truk 2 as, truk 3 as, dan truk kombinasi.
3. Sepeda Motor (MC) adalah kendaraan bermotor beroda dua atau tiga meliputi sepeda
motor dan kendaraan beroda tiga.
4. Kendaraan tidak bermotor (UM) adalah kendaraan dengan roda menggunakan tenaga
atau hewan meliputi sepeda, becak, kereta kuda, kereta dorong.

Adapun nilai ekivalen kendaraan berdasarkan standar perencanaan geometri untuk


jalan perkotaan dinamakan satuan mobil penumpang (smp). Faktor ekivalen tersebut adalah
seperti yang tercantum pada tabel di bawah ini :

Tabel 2.1 Standar nilai ekuivalen kendaraan

No Tipe Kendaraan Jenis Nilai Emp


1. Kendaraan Berat Bus, truk 1,30

5
2. Kendaraan Ringan Mobil, pick up, bus penumpang 1,00
3. Sepeda Motor Motor 0,5
4. Bukan Motor Sepeda, becak, kereta kuda, -
Sumber : MKJI, 1997

2.2.2. Jalur Lalu Lintas


Menurut (Gurusipil, 2017) jalur lalu lintas lalur lalu lintas adalah bagian dari jalan
yang dipergunakan untuk lalu lintas kendaraan yang secara fisik berupa perkerasan jalan.
Batas jalur lalu lintas dapat berupa :

1. Median
Pada arus lalu lintas yang tinggi seringkali dibutuhkan median guna memisahkan arus
lalu lintas yang berlawanan arah.Jadi median adalah jalur yang terletak ditengah jalan untuk
membagi jalan dalam masing-masing arah. Secara garis besar median berfungsi sebagai :
1) Menyediakan daerah netral yang cukup lebar dimana pengemudi masih dapat
mengontrol kendaraannya pada saat-saat darurat.
2) Menyediakan jarak yang cukup untuk membatasi atau mengurangi kesilauan terhadap
lampu besar dari kendaraan yang berlawanan arah.
3) Menambah rasa kelegahan, kenyamanan dan keindahan bagi setiap pengemudi.
4) Mengamankan kebebasan samping dari masing-masing arah arus lalu-lintas.

Untuk memenuhi keperluan-kperluan tersebut diatas, maka median serta batas-


batasnya harus nyata oleh setiap mata pengemudi baik pada siang hari maupun pada malam
hari serta segala cuaca dan keadaan. Lebar median berfariasi antara 1,0-12 meter. Median
dengan lebar sampai 5 meter sebaiknya ditinggikan dengan kereb atau dilengkapi dengan
pembatas agar tidak dilanggar kendaraan. Semakin lebar median semakin baik bagi lalu lintas
tetapi semakin mahal biaya yang dibutuhkan.Jadi biaya yang tersedia dan fungsi jalan sangat
menentukan lebar yang dipergunakan.

2. Bahu
Bahu jalan adalah jalur yang terletak berdampingan dengan jalur lalu lintas yang
berfunsi sebagai :
1) Ruangan untuk tempat berhenti sementara kendaraan yang mogok atau yang sekedar
berhenti karena mengemudi ingin berorientasi mengenai jurusan yang akan ditempuh,
atau untuk beristirahat.
2) Ruangan untuk menghindarkan diri dari saat-saat darurat, sehingga dapat mencegah
terjadinya kecelakaan.
3) Memberikan kelegaan pada pengemudi, dengan demikian dapat meningkatkan
kapasitas jalan yang bersangkutan.

6
4) Ruangan pembantu pada waktu mengadakan pekerjaan perbaikan atau pemeliharaan
jalan (untuk tempat penempatan alat-alat,dan penimbunan bahan matrial)
5) Memberikan sokongan pada konstruksi perkerasan jalan dari arah samping.
6) Ruangan untuk lintasan kendaraan-kendaraan patroli,ambulans, yang sangat
dibutuhkan pada keadaan darurat seperti terjadinya kecelakaan.
3. Trotoar (Jalur Pejalan Kaki / Side Walk)
Trotoar adalah jalur yang terletak berdampingan dengan jalur lalu lintas yang khusus
dipergunakan untuk pejalan kaki (pedestrian).Untuk keamanan pejalan kaki maka trotoar ini
harus dibuat terpisah dai jalur lalu lintas oleh struktur fisisk berupa Kereb. Perlu atau
tidaknya trotoar disediakan sangat tergantung dari volume pedestrian dan volume lalu lintas
pemakai jalan tersebut.

2.4. Volume lalu lintas


Menurut Sukirman (1997), volume lalu lintas adalah banyaknya kendaraan yang
melewati suatu titik atau garis tertentu pada suatu penampang melintang jalan.Data
pencacahan volume lalu lintas adalah informasi yang diperlukan untuk fase perencanaan,
desain, manajemen sampai pengoperasian jalan. Volume lalu lintas menunjukan jumlah
kendaraan yang melintasi satu titi pengamatan dalam satu satuan waktu (hari, jam, menit).
Sehubungan dengan penentuan jumlah dan lebar jalur, satuan volume lalu lintas yang umum
dipergunakan adalah lalu lintas harian rata-rata, volume jam perencanaan dan kapasitas.

2.5. Hambatan samping


Berdasarkan Manual Kapasitas Jalan Indonesia (MKJI, 1997) aktivitas samping jalan
yang dapat menimbulkan konflik dan berpengaruh terhadap pergerakan arus lalu lintas serta
menurunkan fungsi kinerja jalan. Adapun tipe hambatan samping terbagi menjadi pejalan
kaki dan penyeberang jalan (bobot 0,5), jumlah kendaraan berhenti dan parkir (bobot 1,0),
jumlah kendaraan yang masuk dan keluar dari lahan samping jalan (bobot 0,7) dan arus
kendaraan lambat ( bobot 0,4). Untuk menyederhanakan dalam prosedur perhitungan, tingkat
hambatan samping dikelompokkan dalam lima kelas yaitu sangat rendah, rendah, sedang,
tinggi dan sangat tinggi.

Hambatan samping adalah interaksi antara lalu lintas dan kegiatan di samping jalan yang
menyebabkan pengurangan terhadap arus jenuh dan berpengaruh terhadap kapasitas dan
kinerja lalu lintas.

a. Pejalan kaki
b. Angkutan umum dan kendaraan lain yang berhenti
c. Kendaraan lambat ( misalnya becak, kereta kuda)

7
d. Kendaraan masuk dan keluar dari lahan di samping jalan.

Tabel 2.2 Kelas hambatan jalan samping

Kelas Hambatan Jumlah Berbobot Kejadian/200


Kode Kondisi Khusus
Samping (SCF) m/jam (2 sisi)
Daerah pemukiman, jalan dengan jalan
Sangat rendah VL < 100
samping
Daerah pemukiman, beberapa kendaraan
Rendah L 100 - 299
umum
Daerah industri, beberapa took disisi
Sedang M 300 - 499
jalan
Daerah komersil, aktivitas sisi jalan
Tinggi H 500 - 899
tinggi.
Daerah komersil, dengan aktivitas pasar
Sangat tinggi VH
> 900 samping jalan
Sumber : MKJI, 1997

2.6. Kapasitas
Kapasitas didefinisikan sebagai arus maksimum melalui suatu titik di jalan yang dapat
dipertahankan per satuan jam pada kondisi tertentu. Untuk jalan dua lajur dua arah, kapasitas
ditentukan untuk arus dua arah (kombinasi dua arah), tetapi untuk jalan dengan banyak lajur,
arus dipisahkan per arah dan kapasitas di tentukan per lajur. Kapasitas suatu ruas jalan dalam
suatu sistem jalan adalah jumlah kendaraan maksimum yang memiliki kemungkinan yang
cukup untuk melewati ruas jalan tersebut (dalam satu maupun dua arah) dalam periode waktu
tertentu dan di bawah kondisi jalan dan lalu lintas yang umum.

2.7. Derajat Kejenuhan


Derajat kejenuhan (DS) didefinisikan sebagai rasio arus jalan terhadap kapasitas, yang
digunakan sebagai faktor utama dalam penentuan tingkat kinerja simpang dan segmen jalan.
Nilai DS menunjukkan apakah segmen jalan tersebut mempunyai masalah kapasitas atau
tidak dansebagai langkahuntuk menganalisis perilaku lalu lintas.

Menurut MKJI, derajat kejenuhan merupakan rasio arus lalu lintas terhadap kapasitas
pada bagian jalan tertentu, digunakan sebagai faktor utama dalam penentuan tingkat kinerja
simpang dan segmen jalan. Nilai derajat kejenuhan untuk ruas jalan adalah 0,75. Angka
tersebut menunjukkan apakah segmen jalan yang diteliti memenuhi kriteria kelayakan dengan
angka derajat kejenuhan dibawah 0,75 atau sebaliknya.

2.8. Kecepatan
Kecepatan adalah kemampuan bergerak secara bertueut-turut untuk menempuh suatu
jarak dalam satu selang waktu. Pada jarak tempuh yang sama, semakin singkat waktu

8
tempuh, kecepatan yang di hasilkan akan semakin baik. Kecepatan dapat diartikan secara
kompleks dan tidak bisa berdiri sendiri karena saling berkaitan antara variabel satu dan yang
lainnya. Sebagai contoh kendaraan melaju dengan kecepatan tinggi berarti volume lalu lintas
di jalan tersebut sepi sehingga kendaraan dapat melaju dengan kencang namun dalan ilmu
transportasi volume ramai atau sepi perlu di buktikan dengan angka.

Kecepatan dinyatakan sebagai laju dari suatu pergerakan kendaraan dihitung dalam
jarak persatuan waktu (km/jam). Pada umumnya kecepatan dibagi menjadi tiga jenis sebagai
berikut :

1. Kecepatan setempat (Spot Speed), yaitu kecepatan kendaraan pada suatu saat diukur
dari suatu tempat yang ditentukan.
2. Kecepatan bergerak (Running Speed), yaitu kecepatan kendaraan rata-rata pada suatu
jalur pada saat kendaraan bergerak dan didapat dengan membagi panjang jalur dibagi
dengan lama waktu kendaraan bergerak menempuh jalur tersebut.
3. Kecepatan perjalanan (Journey Speed), yaitu kecepatan efektif kendaraan yang sedang
dalam perjalanan antara dua tempat dan merupakan jarak antara dua tempat dibagi
dengan lama waktu kendaraan menyelesaikan perjalanan antara dua tempat tersebut.

BAB III
METODE PENELITIAN

3.1. Waktu dan Lokasi Pengamatan


a. Waktu penelitian
Penelitian dilakukan dengan metode pengamatan lokasi selama 3 hari yakni pada hari
selasa, sabtu, dan minggu, tanggal 19, 23 dan 24 Maret 2019.
b. Lokasi Penelitian

9
(Sumber : Citra Google Earth, 2019)

Pengamatan lokasi penelitian dilakukan pada jalan I Gusti Ngurah Rai, Jalan
Emisaelan, Jalan Touwa, dan Jalan Basuki Rahmat

3.2. Alat dan Bahan Pengamatan


Dalam melakukan pengamatan terdapat alat dan bahan yang diperlukan dalam rangka
untuk memperlancar dalam melakukan pengamatan lokasi dengan observasi langsung. Alat
dan bahan yang diperlukan antara lain :

a. Alat
1. Buku, digunakan untuk mencatat hasil perhitungan jumlah kendaraan.
2. Alat tulis, digunakan untuk menulis berupa pena, pensil, dll.
3. Roll meter, digunakan untuk mengukur lebar jalan.
4. Laptop, digunakan untuk mengerjakan laporan.
5. Handphone, digunakan dalam pelaksanaan survei.
6. Kamera dan tripod digunakan untuk merekam segala aktifitas pengguna jalan dan
dokumentasi selama survei.
b. Bahan
1. MultiCounter, berupa aplikasi yang digunakan untuk menghitung jumlah
kendaraan.

3.3. Metode Pengamatan


Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survei dan
sedangkan metode survei yang digunakan adalah metode sampling dimana data sampel yang
diambil pada saat survei meliputi volume kendaraan, pengukuran luas jalan efektif. Survei
perhitungan volume kendaraan dilakukan dengan menggunakan beberapa titik lokasi di area

10
masuk dan keluar ruas jalan. Adapun jalan yang diukur meliputi Jalan I Gusti Ngurah Rai,
Jalan Emmy Saelan, Jalan Basuki Rahmat dan Jalan Touwa.

Adapun perhitungan jumlah volume kendaraan dilakukan selama beberapa hari yaitu
hari selasa, sabtu dan kamis. Dimana setiap harinya terbagi menjadi 3 sesi yaitu pada sesi 1
pada pukul 07:00-08.00 pagi hari, sesi 2 pada pukul 12:00-13:00 siang hari dan sesi 3 pada
pukul 16:00-17:00 sore hari. Kemudian untuk setiap sesinya sendiri perhitungan jumlah
volume kendaraannya di hitung dengan interval waktu setiap 15 menit selama 1 jam.

Metode yang dilakukan dalam perhitungan jumlah volume kendaraan dibedakan atas
4 jenis kendaraan antara lain :

a. Kendaraan ringan meliputi kendaraan beroda empat seperti mobil, mobil pick up,
mikrobus dan truk kecil.
b. Kendaraan berat meliputi kendaraan lebih dari roda empat seperti bus, truk.
c. Kendaraan bermotor meliputi kendaraan beroda dua.
d. Kendaraan bukan motor meliputi sepeda, delman.

3.4. Tabel Pengamatan


Tabel pengamatan meliputi tabel hasil survei yang telah di lakukan selama 3 hari yang
terbagi menjadi 8 titik atau pos si perempatan jalan I Gusti Ngurah Rai.

11
1
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Analisis Kondisi Lalu Lintas


Berdasarkan hasil survei di persimpangan jalan I Gusti Ngurah Rai, yang
dilakasanakan selama 3 hari yaitu tanggal 19, 23 dan 24 Maret 2019 yang meliputi hari-hari
yang mewakili (selasa, sabtu dan minggu). Survei dilakukan selama 1 jam yang terbagi ke
dalam 3 sesi yaitu sesi pagi pukul 07:00 – 08:00, sesi siang pukul 12:00-13:00, dan sesi sore
pukul 16:00-17:00. Setiap sesinya sendiri terbagi lagi, jumlah volume kendaraannya di hitung
dengan interval waktu 15 menit selama 1 jam untuk setiap sesinya. Adapun hasil survei
mengenai kondisi jalan di persimpangan jalan I Gusti Ngurah Rai – Basuki Rahmat meliputi :

a. Lebar bahu jalan


Pos 1 : Memiliki rata-rata lebar bahu jalan 30 cm.
Pos 2 : Memiliki rata-rata lebar bahu jalan 32 cm.
Pos 3 : Memiliki rata-rata lebar bahu jalan 36 cm.
Pos 4 : Memiliki rata-rata lebar bahu jalan 38 cm.
Pos 5 : Memiliki rata-rata lebar bahu jalan 28 cm.
Pos 6 : Memiliki rata-rata lebar bahu jalan 30 cm.
Pos 7 : Memiliki rata-rata lebar bahu jalan 30 cm.
Pos 8 : Memiliki rata-rata lebar bahu jalan 32 cm.
b. Lebar jalur lalu lintas
Pos 1 : Memiliki rata-rata pelajur lalu lintas sebesar 6 M.
Pos 2 : Memiliki rata-rata pelajur lalu lintas sebesar 6 M.
Pos 3 : Memiliki rata-rata pelajur lalu lintas sebesar 8 M.
Pos 4 : Memiliki rata-rata pelajur lalu lintas sebesar 8 M.
Pos 5 : Memiliki rata-rata pelajur lalu lintas sebesar 5 M.
Pos 6 : Memiliki rata-rata pelajur lalu lintas sebesar 5 M.
Pos 7 : Memiliki rata-rata pelajur lalu lintas sebesar 7 M.
Pos 8 : Memiliki rata-rata pelajur lalu lintas sebesar 7 M.
c. Kecepatan kendaraan
Pos 1 : Memiliki kecepatan kendaraan sebesar 35 km/jam.
Pos 2 : Memiliki kecepatan kendaraan sebesar 30 km/jam.
Pos 3 : Memiliki kecepatan kendaraan sebesar 40 km/jam.
Pos 4 : Memiliki kecepatan kendaraan sebesar 35 km/jam.
Pos 5 : Memiliki kecepatan kendaraan sebesar 35 km/jam.
Pos 6 : Memiliki kecepatan kendaraan sebesar 40 km/jam.
Pos 7 : Memiliki kecepatan kendaraan sebesar 30 km/jam.
Pos 8 : Memiliki kecepatan kendaraan sebesar 40 km/jam.

36
4.2. Analisis Kapasitas Lalu Lintas

4.2.1. Volume Lalu Lintas


Volume lalu lintas pada pos 1 mengalami naik dan turun, dengan volume kendaraan
tertinggi sebanyak 7.289 kendaraan pada hari Sabtu dan terendah 4.616 kendaraan pada hari
Minggu. Pada pos 2, 3, hingga pos 8 mengalami tren yang sama pada pos 1 yaitu naik dan
turun, dengan tingkat terpadat pada hari Sabtu dan yang terendah pada hari Minggu. Pos 1
mempunyai kepadatan keluar yang banyak, begitupun dengan pos 2 memiliki kepadatan
masuk yang banyak. Dikarenakan kedua pos ini adalah jalan menuju/keluar permukiman
yang terletak pada jalan I Gusti Ngurah Rai begitupun dengan pos 5 dan 6 adalah arah
menuju/keluar dari permukiman pada jalan Towua. Sedangkan pos 3, 4 dan pos 7,8 berturut-
turut terletak pada jalan Emy Saelan dan Basuki Rahmat dimana kedua jalan ini menuju
kawasan jasa/perdagangan dan perkantoran. Oleh karena itu, pada hari kerja pos 3,4 dan pos
7,8 memiliki kepadatan yang tinggi berbeda dengan hari Sabtu dan Minggu karena kedua hari
ini jasa/perdagangan serta perkantoran kebanyakan tidak beraktifitas.

8000
7000
6000
5000
4000
3000
2000
1000
0
Selasa Sabtu Minggu
Pos 1 Pos 2 Pos 3 Pos 4 Pos 5 Pos 6 Pos 7 Pos 8
Grafik 4.1
Volume Lalu Lintas Setiap POS Menurut Hari

37
(Sumber : Hasil Analisis Kelompok, 2019)

Pada Gambar Tabel diatas, diketahui bahwa volume lalu lintas yang terjadi di
persimpangan jalan I Gusti Ngurah Rai, Emy Saelan, Towua dan Basuki Rahmat mempunyai
tingkat volume yang seragam. Volume kendaraan yang keluar terbanyak pada hari Sabtu
26.449 dan volume kendaraan yang masuk sebanyak 25.762. Sedangkan volume kendaraan
paling sedikit pada hari Minggu dengan kendaraan keluar sebanyak 18.269 dan volume
kendaraan yang keluar sebanyak 18.247.

4.2.2. Lintas Mingguan Rata-Rata


Menghitung Lalu Lintas Harian dam Mingguan di Jalan I Gusti Ngurah Rai, Emy
Saelan, Towua, dan Basuki Rahmat Dalam sama dengan menghitung LMR jalan I Gusti
Ngurah Rai, Emy Saelan, Towua, dan Basuki Rahmat. Adapun hasil perhitungan dapat dilihat
pada tabel-tabel di bawah ini.

Tabel 4.1 Perhitungan Lintas Mingguan Rata-Rata Hari Selasa

Kendaraan Kendaraan Kendaraan Kendaraan Faktor


Pos Total LRM
Ringan Berat Motor tidak bermotor Koreksi

1 1.468 73 3.843 1 5.385 100/90 5.983

2 2.032 61 4.414 5 6.512 100/90 7.236

3 2.626 27 4.490 22 7.165 100/90 7.961

4 1.770 47 4.101 2 5.920 100/90 6.578

5 1.044 72 3.506 10 4.632 100/90 5.147

6 1.487 62 3.268 0 4.817 100/90 5.352

7 1.886 18 3.468 0 5.372 100/90 5.969

8 1.707 10 3.526 2 5.245 100/90 5.828

(Sumber: Hasil Analisis Kelompok, 2019)

Tabel 4.1 menunjukkan bahwa Lalu Lintas Harian dalam Mingguan/Pos(smp/jam)


pada hari selasa Jalan I Gusti Ngurah Rai, Emy Saelan, Towua, dan Basuki Rahmat tertinggi
terjadi pada Pos 3 sebesar 7.961 smp/jam, sedangkan Lalu Lintas Harian dalam
Mingguan/Pos terendah terjadi pada Pos 5 sebesar 5.147 smp/jam.

38
Tabel 4.2 Perhitungan Lintas Mingguan Rata-Rata Hari Sabtu

Kendaraan Kendaraan Kendaraan Kendaraan Faktor


Pos Total LRM
Ringan Berat Motor Tidak Bermotor Koreksi

1 1.954 105 5.223 8 7.290 100/90 8.100

2 2.319 121 4.822 6 7.268 100/90 8.076

3 2.482 77 4.637 10 7.206 100/90 8.007

4 1.984 109 5.028 6 7.127 100/90 7.919

5 1.266 127 3.934 2 5.329 100/90 5.921

6 1.556 101 3.923 3 5.583 100/90 6.203

7 1.869 38 4.716 2 6.625 100/90 7.361

8 1.675 36 3.978 5 5.694 100/90 6.327

(Sumber : Hasil Analisis Kelompok, 2019)

Tabel 4.2 menunjukkan bahwa Lalu Lintas Harian dalam Mingguan/Pos(smp/jam)


pada hari sabtu Jalan I Gusti Ngurah Rai, Emy Saelan, Towua, dan Basuki Rahmat tertinggi
terjadi pada Pos 1 sebesar 8.100 smp/jam, sedangkan Lalu Lintas Harian dalam
Mingguan/Pos terendah terjadi pada Pos 5 sebesar 5.921 smp/jam.

Tabel 4.3 Perhitungan Lintas Mingguan Rata-Rata Hari Minggu

Kendaraan Kendaraan Kendaraan Kendaraan Tidak Faktor


Pos Total LRM
Ringan Berat Motor Bermotor Koreksi

1 1.553 105 5.223 8 6.889 100/90 7.654

2 1.444 25 2.836 9 4.314 100/90 4.793

3 1.553 30 3.055 8 4.646 100/90 5.162

4 1.524 14 3.902 12 5.452 100/90 6.058

5 1.151 29 2.879 8 4.067 100/90 4.519

6 998 20 2.607 2 3.627 100/90 4.030

7 1.261 1 3.675 3 4.940 100/90 5.489

8 1.523 14 3.259 8 4.804 100/90 5.338

(Sumber : Hasil Analisis Kelompok, 2019)

39
Tabel 4.3 menunjukkan bahwa Lalu Lintas Harian dalam Mingguan/Pos(smp/jam)
pada hari minggu Jalan I Gusti Ngurah Rai, Emy Saelan, Towua, dan Basuki Rahmat
tertinggi terjadi pada Pos 1 sebesar 7.654 smp/jam, sedangkan Lalu Lintas Harian dalam
Mingguan/Pos terendah terjadi pada Pos 6 sebesar 4.030 smp/jam.

4.2.3. Lintas Harian Tahunan


Lintas Harian Tahunan Rata-Rata (LTR). Apabila LBR suatu kawasan atau area tidak
diketahui, maka dapat digunakan data LBR sebagai persentase lalu lintas bulanan setahun
yang ditunjukkan pada tabel di bawah ini :

Tabel 4.4 Perhitungan Lintas Harian Tahunan Hari Selasa

Kendaraa Kendaraa Kendaraa Kendaraan


Pos Total LRM LBR LTR
n Ringan n Berat n Motor Tidak Bermotor

1 1.468 73 3.843 1 5.385 5.983 100/89 6.723

2 2.032 61 4.414 5 6.512 7.236 100/89 8.130

3 2.626 27 4.490 22 7.165 7.961 100/89 8.945

4 1.770 47 4.101 2 5.920 6.578 100/89 7.391

5 1.044 72 3.506 10 4.632 5.147 100/89 5.783

6 1.487 62 3.268 0 4.817 5.352 100/89 6.014

7 1.886 18 3.468 0 5.372 5.969 100/89 6.707

8 1.707 10 3.526 2 5.245 5.828 100/89 6.548

(Sumber : Hasil Analisis Kelompok, 2019)

Tabel 4.4 menunjukkan bahwa Lalu Lintas Harian dalam Tahunan/Pos(smp/jam) pada
hari selasa Jalan I Gusti Ngurah Rai, Emy Saelan, Towua, dan Basuki Rahmat tertinggi
terjadi pada Pos 3 sebesar 8.945 smp/jam, sedangkan Lalu Lintas Harian dalam Tahunan/Pos
terendah terjadi pada Pos 5 sebesar 5.783 smp/jam.

Tabel 4.5 Perhitungan Lintas Harian Tahunan Hari Sabtu

Kendaraan Kendaraan Kendaraan Kendaraan


Pos Total LRM LBR LTR
Ringan Berat Motor Tidak Bermotor

1 1.954 105 5.223 8 7.290 8.100 100/89 9.101

2 2.319 121 4.822 6 7.268 8.076 100/89 9.074

3 2.482 77 4.637 10 7.206 8.007 100/89 8.996

4 1.984 109 5.028 6 7.127 7.919 100/89 8.898

40
5 1.266 127 3.934 2 5.329 5.921 100/89 6.653

6 1.556 101 3.923 3 5.583 6.203 100/89 6.970

7 1.869 38 4.716 2 6.625 7.361 100/89 8.271

8 1.675 36 3.978 5 5.694 6.327 100/89 7.109

(Sumber : Hasil Analisis Kelompok, 2019)

Tabel 4.5 menunjukkan bahwa Lalu Lintas Harian dalam Tahunan/Pos (smp/jam)
pada hari sabtu Jalan I Gusti Ngurah Rai, Emy Saelan, Towua, dan Basuki Rahmat tertinggi
terjadi pada Pos 1 sebesar 9.101 smp/jam, sedangkan Lalu Lintas Harian dalam Tahunan/Pos
terendah terjadi pada Pos 5 sebesar 6.653 smp/jam.

Tabel 4.6 Perhitungan Lintas Harian Tahunan Hari Minggu

Kendaraan
Kendaraan Kendaraan Kendaraan
Pos Tidak Total LRM LBR LTR
Ringan Berat Motor
Bermotor

1 1.553 105 5.223 8 6.889 7.654 100/89 8.600

2 1.444 25 2.836 9 4.314 4.793 100/89 5.386

3 1.553 30 3.055 8 4.646 5.162 100/89 5.800

4 1.524 14 3.902 12 5.452 6.058 100/89 6.806

5 1.151 29 2.879 8 4.067 4.519 100/89 5.077

6 998 20 2.607 2 3.627 4.030 100/89 4.528

7 1.261 1 3.675 3 4.940 5.489 100/89 6.167

8 1.523 14 3.259 8 4.804 5.338 100/89 5.998

(Sumber : Hasil Analisis Kelompok, 2019)

Tabel 4.6 menunjukkan bahwa Lalu Lintas Harian dalam Tahunan/Pos (smp/jam)
pada hari sabtu Jalan I Gusti Ngurah Rai, Emy Saelan, Towua, dan Basuki Rahmat tertinggi
terjadi pada Pos 1 sebesar 8.600 smp/jam, sedangkan Lalu Lintas Harian dalam Tahunan/Pos
terendah terjadi pada Pos 6 sebesar 4.528 smp/jam.

4.2.4. Hambatan Samping


Tingkat hambatan samping dikelompokkan ke dalam lima kelas dari kelas sangat
rendah sampai sangat tinggi. Menghitung besar hambatan samping dengan mengalikan besar
bobot masingmasing jenis hambatan samping dengan hasi survei di lapangan. Bobot
hambatan samping tersebut adalah sebagai berikut:

41
1. Pejalan kaki : 0.5
2. Kendaraan umum yang berhenti : 1.0
3. Kendaraan masuk/keluar sisi jalan : 0.7
4. Kendaraan lambat : 0.4

Rumus Hambatan Samping :


Hambatan Samping = Total (Frekuensi x Bobot)

Adapun perhitungan banyaknya hambatan samping di hari sabtu, selasa dan minggu
terdapat pada tabel dibawah ini

Tabel 4.7 Perhitungan Banyaknya Hambatan Samping Hari Selasa

Ruas Jalan Pejalan Kendaraan Kendaraan Kendaraan


Pos Kaki Berhenti Masuk/Keluar Lambat
Pos 1 23 0 28 26
Pos 2 23 0 28 10
Pos 3 6 0 0 7
Pos 4 6 2 0 7
Pos 5 5 2 16 0
Pos 6 5 1 16 0
Pos 7 12 0 9 5
Pos 8 12 0 9 8
1. Ruas jalan pos 1
HS = (23×0,5) + (28×0,7) + (26×0,4) = 41
2. Ruas jalan pos 2
HS = (23×0,5) + (28×0,7) + (10×0,4) = 35
3. Ruas jalan pos 3
HS = (6×0,5) + (7×0,4) = 6
4. Ruas jalan pos 4
HS = (6×0,5) + (2×1,0) + (7×0,4) = 8

5. Ruas jalan pos 5

HS = (5×0,5) + (2×1,0) + (7×0,4) = 7

6. Ruas jalan pos 6

HS = (5×0,5) + (1×1,0) + (16×0,7) = 15

7. Ruas jalan pos 7

HS = (12×0,5) + (9×0,7) + (5×0,4) = 8

42
8. Ruas jalan pos 8

HS = (12×0,5) + (9×0,7) + (8×0,4) = 9

Tabel 4.8 Perhitungan Banyaknya Hambatan Samping Hari Sabtu

Ruas Jalan Pejalan Kendaraan Kendaraan Kendaraan


Pos Kaki Berhenti Masuk/keluar Lambat
Pos 1 25 2 20 5
Pos 2 25 6 20 6
Pos 3 8 0 2 3
Pos 4 8 1 2 0
Pos 5 8 0 11 0
Pos 6 8 0 11 0
Pos 7 15 0 11 2
Pos 8 15 0 11 0
1. Ruas jalan pos 1
HS = (25×0,5) + (2×1,0) + (20×0,7) + (5×0,4) = 30
2. Ruas jala pos 2
HS = (25×0,5) + (6×1,0) + (20×0,7) + (6×0,4) =35
3. Ruas jalan pos 3
HS = (8×0,5) + (2×0,7) + (3×0,4) = 7
4. Ruas jalan pos 4
HS = (8×0,5) + (1×1,0) + (2×0,7) = 6
5. Ruas jalan pos 5
HS = (8×0,5) + (11×0,7) = 12
6. Ruas jalan pos 6
HS = (8×0,5) + (11×0,7) = 12
7. Ruas jalan pos 7
HS = (15×0,5) + (11×0,7) + (2×0,4) = 8
8. Ruas jalan pos 8
HS = (15×0,5) + (11×0,7) = 15

Tabel 4.9 Perhitungan Banyaknya Hambatan Samping Hari Minggu

Ruas Jalan Pejalan Kendaran Kendaraan Kendaraan


Pos Kaki Berhenti Masuk/keluar Lambat
Pos 1 35 0 32 26
Pos 2 35 0 32 8
Pos 3 12 0 0 5
Pos 4 12 1 0 5
Pos 5 8 1 12 0
Pos 6 8 0 12 0
Pos 7 10 0 8 6

43
Ruas Jalan Pejalan Kendaran Kendaraan Kendaraan
Pos Kaki Berhenti Masuk/keluar Lambat
Pos 8 10 0 8 2
1. Ruas jalan pos 1
HS = (35×0,5) + (32×0,7) + (26×0,4) = 50
2. Ruas jalan pos 2
HS = (35×0,5) + (32×0,7) + (8×0,4) = 43
3. Ruas jalan pos 3
HS = (12×0,5) + (5×0,4) = 8
4. Ruas jalan pos 4
HS = (12×0,5) + (1×1,0) + (5×0,4) = 9
5. Ruas jalan pos 5
HS = (8×0,5) + (1×1,0) + (12×0,7) = 12
6. Ruas jalan pos 6
HS = (8×0,5) + (12×0,7) = 12
7. Ruas jalan pos 7
HS = (10×0,5) + (8×0,7) + (6×0,4) = 13
8. Ruas jalan pos 8
HS = (10×0,5) + (8×0,7) + (2×0,4) = 11

4.2.5. Kapasitas
Kapasitas adalah besarnya nilai kapasitas dan nilai derajat kejenuhan di setiap
persimpangan, pada pengamatan kali ini dilakukan di persimpangan jalan I Gusti Ngurah Rai.
1. POS 1 dan 2 (Jalan I Gusti Ngurah Rai)
C=C o × FC w × FC sp × FC sf × FC cs
C=2900 ×0,87 × 0,94 ×0,90 ×0,90
C = 1.921,01 (spm/jam)
2. POS 3 dan 4 (Jalan Emmy Saelan)
C=C o × FC w × FC sp × FC sf × FC cs
C=2900 ×1,14 ×1,00 × 0,90× 0,90
C = 2.677,86 (spm/jam)
3. POS 5 dan 6 (Jalan Touwa)
C=C o × FC w × FC sp × FC sf × FC cs
C=2900 ×0,56 ×1,00 × 0,89× 0,90
C = 1.300,82 (spm/jam)

4. POS 7 dan 8 (Jalan Basuki Rahmat)


C=C o × FC w × FC sp × FC sf × FC cs
C=2900 ×1,00 ×1,00 ×1,00 ×0,90
C = 2.349 (spm/jam)

44
4.2.6. Derajat Kejenuhan
Untuk menentukan besarnya derajat kejenuhan, dengan data nilai Q (arus lalu lintas).
Adapun, rumus menghitung derajat kejenuhan yaitu :

DS = Q : C

Keterangan :

DS : Derajat kejenuhan

Q : Volume Kendaraan

C : Kapasitas

Untuk volume kendaraan (Q) di dapat dari jumlah seluruh kendaraan pada 1 jam, dan
di cari angka tertingginya. Adapun, untuk kapasitasnya di dapat dari perhitungan kapasitas
pada setiap ruang jalan. Apabila hasil perhitungan derajat kejenuhannya lebih dari 0,8 berarti
jenuh. Sedangkan, apabila hasilnya kurang dari 0,8 berarti tidak jenuh.

Contoh perhitungan derajat kejenuhan untuk Pos 1 hari Sabtu, 23 Maret 2019 pada
jam 07:00-08:00 yaitu :

DS = Q/C

DS = 1465/1921

DS = 0.9 (artinya jenuh)

Tabel 4.9 Pehitungan Derajat Kejenuhan Hari Selasa, 19 Maret 2019


Waktu
Derajat
Pagi Siang Sore
Kejenuhan
07:00 - 08:00 12:00 - 13:00 16:00 - 17:00
Pos 1 0.6 0.7 0.6
Pos 2 0.6 0.8 0.9
Pos 3 0.5 0.5 0.7
Pos 4 0.5 0.5 0.6
Pos 5 1.0 0.5 1.2
Pos 6 0.7 0.9 0.9
Pos 7 0.5 0.5 0.5
Pos 8 0.6 0.4 0.6
Sumber : Hasil Analisis Kelompok, 2019

45
Dari tabel 4.9 maka dapat di ketahui derajat kejenuhan tertinggi pada hari selasa
terjadi pada sore hari yakni pada jam 16:00-17:00 yang terjadi pada pos 5 yaitu di Jalan
Touwa dimana memiliki derajat kejenuhan sebesar 1.2. adapun derajat kejenuhan terendah
terdapat pada siang hari yakni pada jam 12:00-13:00 yang terjadi pada pos 8 yaitu di Jalan
Basuki Rahmat dimana memiliki derajat kejenuhan sebesar 0.4.

Tabel 4.10 Pehitungan Derajat Kejenuhan Hari Sabtu, 20 Maret 2019

Derajat Waktu
Kejenuha Pagi Siang Sore
n 07:00 - 08:00 12:00 - 13:00 16:00 - 17:00
Pos 1 0.9 0.7 1.0
Pos 2 0.8 0.8 0,9
Pos 3 0.4 0.8 0,7
Pos 4 0.6 0.5 0.8
Pos 5 1.1 0.8 1.1
Pos 6 0.9 0.9 1.2
Pos 7 0.8 0.5 0.7
Pos 8 0.5 0.5 0.7
Sumber : Hasil Analisis Kelompok, 2019

Dari tabel 4.10 maka dapat di ketahui derajat kejenuhan tertinggi pada hari sabtu
terjadi pada sore hari yakni pada jam 16:00-17:00 yang terjadi pada pos 6 yaitu menuju ke
Jalan Touwa dimana memiliki derajat kejenuhan sebesar 1.2. Adapun derajat kejenuhan
terendah terdapat pada pagi hari yakni pada jam 07:00-08:00 yang terjadi pada pos 3 yaitu di
Jalan Emmy Saelan dimana memiliki derajat kejenuhan sebesar 0.4.

Tabel 4.11 Pehitungan Derajat Kejenuhan Hari Minggu, 24 Maret 2019


Waktu
Derajat
Pagi Siang Sore
Kejenuhan
07:00 - 08:00 12:00 - 13:00 16:00 - 17:00
Pos 1 0.5 0.5 0.6
Pos 2 0.5 0.5 0.6
Pos 3 0.4 0.4 0.4
Pos 4 0.5 0.5 0.5
Pos 5 0.7 0.7 0.8
Pos 6 0.6 0.7 0.7
Pos 7 0.5 0.5 0.6
Pos 8 0.5 0.5 0.5
Sumber : Hasil Analisis Kelompok, 2019

Dari tabel 4.11 maka dapat di ketahui derajat kejenuhan tertinggi pada hari minggu
terjadi pada sore hari yakni pada jam 16:00-17:00 yang terjadi pada pos 5 yaitu di Jalan

46
Touwa dimana memiliki derajat kejenuhan sebesar 0.8. Adapun derajat kejenuhan terendah
terdapat pada pagi hari yakni pada jam 07:00-08:00 yang terjadi pada pos 3 yaitu di Jalan
Emmy Saelan dimana memiliki derajat kejenuhan sebesar 0.4.

4.3. Analisisa Kondisi Lalu Lintas


Adapun rumus yang digunakan dalam memproyeksikan jumlah kendaraan yaitu
sebagai berikut :

Rumus :

Jumlah total kendaraan pada tahun n = jumlah kendaraan pada tahun awal × (1+0,03142) n

Tabel 4.12 Proyeksi Jumlah Kendaraan Untuk 5 Tahun Kedepan dari Tahun 2019

Jumlah Pertumbuhan
No. Tahun
Kendaraan (%)
0 2019 133.825
1 2020 137.825
2 2021 141.644
31,42
3 2022 145.652
4 2023 150.997
5 2024 156.342

Dari tabel di atas dapat dilihat pertumbuhan jumlah kendaraan meningkat sebanyak
31,42% berturut – turut selama 5 tahun dari tahun 2020 hingga 2024. Pada tahun 2020 jumlah
kendaraan meningkat menjadi 137.825 kendaraan, kemudian mengalami kenaikan hingga
31,42 % per tahunnya. Hingga pada 5 tahun selanjutnya, atau lebih tepatnya pada tahun 2024
kendaraan meningkat dengan jumlah sebesar 156.342 kendaraan.

47
BAB V
PENUTUP

5.1. Kesimpulan
Berdasarkan pengamatan serta survei lapangan yang kami lakukan, maka dapat di
tarik kesimpulan sebagai berikut :

1. Berdasarkan hasil survei di persimpangan jalan I Gusti Ngurah Rai, yang


dilakasanakan selama 3 hari yaitu pada tanggal 19, 23 dan 24 Maret 2019 yang
meliputi hari-hari yang mewakili (selasa, sabtu dan minggu). Survei dilakukan selama
1 jam yang terbagi ke dalam 3 sesi yaitu sesi pagi pukul 07:00 – 08:00, sesi siang
pukul 12:00-13:00, dan sesi sore pukul 16:00-17:00. Setiap sesinya sendiri terbagi
lagi, jumlah volume kendaraannya di hitung dengan interval waktu 15 menit selama 1
jam untuk setiap sesinya.
2. Pengamatan di persimpangan jalan I Gusti Ngurah Rai kami menggunakan beberapa
analisis diantaranya yaitu analisis kondisi lalu lintas, kapasitas lalu lintas, volume lalu
lintas, lintas mingguan rata-rata, lintas harian tahunan, hambatan samping, kapasitas,
dan derajat kejenuhan.
3. Adapun analisisa kondisi lalu lintas yaitu berupa memproyeksikan pertumbuhan
jumlah kendaraan untuk 5 tahun kedepan sebesar 31,42% dari tahunn 2020 hingga
tahun 2024.

5.2. Saran
Saran kami untuk pembaca yaitu bahwa kami menyadari bahwa makalah ini masih
jauh dari kata sempurna, oleh karena itu kami sangat membutuhkan kritik dan saran yang
sifatnya membangun dan pada intinya untuk memperbaiki kekurangan-kekurangan dimasa
yang akan datang. Pengamatan ini dapat dikembangkan dengan menambahkan informasi
yang lebih akurat terkait dengan penambahan info mengenai kelengkapan data dalam
melakukan seurvei serta menyusun laporan ini. Agar kedepannya dapat menjadi acuan dalam
melakukan penelitian lebih lanjut.

48
DAFTAR PUSTAKA

Manual Kapasitas Jalan Indonesia, 1997.

Alhani, Komala Erwan dan Eti Sulandara. Analisa Lalu Lintas Terhadap Kapasitas Jalan Di
Pinggiran Kota Pontianak (Kasus Jalan Sungai Raya Dalam).
https://media.neliti.com/media/publications/207256-analisa-lalu-lintas-terhadap-
kapasitas-j.pdf. (diakses pada tanggal 23 Maret 2019 pukul 10:36 wita).

Anonim. Pelanggaran Lalu Lintas.


http://repository.umy.ac.id/bitstream/handle/123456789/23174/BAB%20II.pdf?
sequence=3&isAllowed=y. (diakses pada tanggal 24 Maret 2019 pukul 10:52 wita).

Anonim. BAB V Analisis dan Pembahasan Studi Kasus Lalu Lintas di Jalan Ngasem,
Yogyakarta. http://e-journal.uajy.ac.id/10527/6/5TS09604.pdf. (diakses pada tanggal
23 Maret 2019 pukul 10:52 wita).

Elhavidz. 2015. Definisi Transportasi Menurut Para Ahli.


http://elhavidz.blogspot.com/2015/03/definisi-hukum-pengangkutan.html. (diakses
pada tanggal 23 Maret 2019 pukul 10:13 wita).

Guru Sipil. 2017. Definisi Jalur Lalu Lintas. https://www.gurusipil.com/jalur-lalu-lintas/.


(diakses pada tanggal 23 Maret 2019 pukul 11:15 wita).

Randy Syaputra, Syukur Sebayang dan Dwi Herianto. Pengaruh Hambatan Samping
Terhadap Kinerja Lalu Lintas Jalan Nasional (Studi Kasus Jalan Proklamator Raya-
Pasar Bandarjaya Plaza). file:///C:/Users/ASUS/Downloads/475-920-1-PB
%20(1).pdf. (diakses pada tanggal 23 Maret 2019 pukul 10:29 wita).

Rhois, Ridwan Ali. 2014. Kecepatan Dalam Ilmu Transportasi.


https://ridwanalirhois.wordpress.com/2014/10/25/kecepatan-dalam-ilmu-transportasi/.
(diakses pada tanggal 24 Maret 2019 pukul 09:56 wita).

Sukma, Argya. Lalu Lintas. http://repository.ump.ac.id/1734/3/ARGYA%20SUKMA


%20BAB%20II.pdf. (diakses pada tanggal 23 Maret 2019 pukul 11:23 wita).

49

Anda mungkin juga menyukai