Anda di halaman 1dari 6

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Berdasarkan Pemerintahan Republik Indonesia mengenai kebijakan Sehat 2025.


Harapan pemerintah mengenai kebijakan ini salah satunya yaitu, kemampuan
untuk menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu dan juga memperoleh
jaminan kesehatan, yaitu masyarakat mendapatkan perlindungan dalam
memenuhi kebutuhan dasar kesehatannya. Tujuan dari program ini adalah untuk
memelihara dan meningkatkan kesehatan, mencegah risiko terjadinya penyakit,
melindungi diri dari ancaman penyakit dan masalah kesehatan lainnya, sadar
hukum, serta berpartisipasi aktif dalam dengan kesehatan masyarakat, termasuk
menyelenggarakan masyarakat sehat dan aman. Dengan terwujudnya lingkungan
dan perilaku hidup sehat, serta meningkatnya kemampuan masyarakat dalam
memperoleh pelayanan kesehatan yang bermutu, maka diharapkan derajat
kesehatan individu, keluarga, dan masyarakat yang setinggi tingginya bisa
terwujud ( Depkes RI, 2009).

Adapun Pencegahan dan pengobatan penyakit menular seperti infeksi cacingan


ini pemerintah telah membuat program pemberantasan infeksi cacingan terutama
pada anak usia sekolah dasar, program tersebut meliputi Upaya pengendalian
kecacingan dengan strategi pemberian obat cacing massal dilakukan secara
terintegrasi dengan program Gizi melalui pemberian vitamin A pada anak usia
dini dan melalui program UKS ( Usaha Kesehatan Sekolah) untuk anak usia
sekolah.

Meskipun dengan adanya program tersebut namun ada beberapa faktor yang
mempengaruhi meningkatnya penyakit caingan pada anak sekolah dasar.
Meliputi perilaku kebersihan anak, dipengaruhi oleh lingkungan sekitar, orang
tua dan pola asuh anak yang menjaga perilaku kebersihan anak, pengetahuan
anak mengenai penyakit cacingan dan perilaku hidup sehat untuk menjaga agar
tidak terkena penyakit cacingan. Contohnya, kebiasaan mencuci tangan sebelum
dan sesudah makan, kebiasaan memakai alas kaki pada saat keluar rumah,
kebiasaan memotong kuku, dan kebiasaan BAB pada tempatnya. ( Marlina dan
Jumud, 2012, ; dalam kKumala Ratna, 2016 ).

Penyakit kecacingan atau dengan bahasa medis disebut dengan Ascariasis


merupakan salah satu cacing dari sekian cacing parasit usus yang terdiri dari
golongan nematoda usus. ( WHO, 2016). Indonesia merupakan salah satu negara
yang berkembang dan mempunyai iklim yang tropis yang dimana pada
umumunya negara yang mempunyai iklim tropis itu angka penyakit cacingan
nya masih dikatakan tinggi terutrama pada golongan, masyarakat, dan penduduk
yang ekonominya kurang atau dengan lingkungan yang buruk. ( Kemenkes RI,
2012).

Salah satu nya negara indonesia yang memiliki iklim tropis dan pada umumnya
banyak sekali ditemukan angaka penyakit cacingan yang masih tinggi adapun
beberapa cacing usus yang telah ditemukan di indonesia diantaranya cacing
gelang (ascari lumbricoides). (Kemekes RI 2012). Ascaris atau penyakit
cacingan ini merupakan infeksi yang dapat dijumpai pada usia mulai dari mulai
bayi, balita, anak pre school, anak usia sekolah, remaja dan orang dewasa.
Namun paling sering dijumpai pada anak sekolah dibandingkan dengan
golongan atau umur lainnya. karena mereka sangat rentan terkena karena
perilaku kebersihannya.( Kemenkes RI, 2012). Ascariasis atau penyakit cacingan
ini banyak sekali atau sudah banyak tersebar di negara negara yang berkembang
dan memiliki iklim tropis contohnya indonesia. Dikatakan iklim tropis dimana
lingkungan yang buruk. ( Prasetyo, 2013, ; Kumala Ratna, 2016 ).

Adapun Kerugian Dampak akibat dari penyakit cacingan ini sangat besar
pengaruhnya pada kesehatan, gizi, dan secara ekonomi juga akan banyak
menimbulkan kerugian, karena cacing yang ada dalam tubuh kita menghisap
makanan yang berada di dalam tubuh manusia berupa karbohidrat dan protein,
sehingga akan mengalami penurunan kualitas sumber daya manusia. Dan yang
perlu di ingat bahwa satu ekor cacing akan dapat menghisap darah, karbohidrat,
dan protein yang ada dalam tubuh manusia.( Irianto, 2009, ; Afriyadi Slamet,
2016 ).

Berdasarkan data World Health Organization (WHO) Pada tahun 2015


memperkirakan jumlah kasus diseluruh dunia mencapai lebih dari 1,5 miliar
orang atau 24% dari populasi di dunia terinfeksi oleh cacing yang ditularkan
melalui tanah. Di indonesia masih memiliki prevalensi penyakit kecacingan
masih tinggi, yaitu 45-65%. Prevalensi kecacingan di Indonesia pada umumnya
masih sangat tinggi yaitu sebesar 60%-80%. Hasil survei kecacingan pada tahun
2009 di 10 provinsi oleh Ditjen P2PL menunjukan bahwa 31,8% siswa sekolah
dasar menderita kecacingan dengan prevalensi Ascariasi lumbricoides 30,4%.
Dan pada tahun 2013 hasil survei kecacingan pada anak siswa sekolah dasar di
indonesia sekitar 175 kabupaten/kota menujukan bahwa angka kecacingan 0-
85,9% dengan rata rata prevalansi 28,12%. (WHO, 2013). Menurut data riset
keperawatan dasar tahun 2013 di jawa barat kasus ascariasis sebanyak 90% yang
disebabkan oleh sanitasi lingkungan dan lingkungan yang padat penduduk.

Berdasarkan data puskesmas rengasdengklok kecamatan rengas dengklok


selatan ascariasis merupakan penyakit infeksi yang paling sering di derita oleh
masyarakat khususnya anak anak. Berdasarkan data wilayah puskesmas
rengasdeengklok selatan angka kejadian ascariasis mencapai 500 orang di tahun
2018 dari bulan januari sampai bulan oktober. ( puskesmas Rengasdengklok,
2018).

Penelitian yanng dilakukan oleh ( Fitri, dkk, 2012, ; dalam Kumala Ratna, 2016)
menunjukan bahwa kebersihan kuku adalah salah satu faktor yang menyebabkan
anak mengalami atau terinfeksi penyakit kecacingan pada murid sekolah dasar di
kecamatan Angkola Timur kabupaten Tapanuli Selatan tahun 2012.
Penelitian yang dilakukan olehh Muchlas, dkk pada tahun 2014 di Makassar
menyatakan bahwa faktor kebiasaan mencuci tangan memiliki kuat hubungan
yang sangat lemah dengan kejadian cacingan dapat disebabkan karenha sebagian
besar responden memiliki kebiasaan mencuci tangan yang kurang baik. Dimana
16,7% diantaranya positif ditemukan telur cacing.

Berdasarkan data kunjungan dari bulan september 2019 di puskesmas


rengasdengklok diantaranya penyakit cacingan sebanyak 500 orang, dari hasil
studi pendahuluan yang dilakukan pada tanggal 30 september 2019, terdapat 30
orang atau anak di SDN RDK SEL V dengan penyakit cacingan. Dari 30 orang
anak didapatkan informasi dengan jenis kelamin laki laki sebanyak 60%, jenis
kelamin perempuan sebanyak 40%. Berdasarkan hasil studi penelitian melalui
observasi, dan kuesioner pada murid di SDN RDK SEL V tahun ajaran 2019
sample penelitian diambil sebesar 30 orang yang terdiri dari 30 orang murid
yang memenuhi kriteria. menyatakan bahwa infeksi cacingan disebabkan tidak
mencuci tangan sebelum makan 10 0rang atau sekitar 66,6%, tidak memakai
alas kaki pada saat bermain 8 orang atau sekitar 73,3%, dan kebiasaan
memotong kuku 7 orang atau sekitar 76,7%, dan murid yang memiliki
pengetahuan yang cukup mengenai masalah cacingan pada anak sekitar 5 orang
atau sekitar 83,3% .

Berdasarkan latar belakang diatas maka peneliti ingin meneliti mengenai faktor
faktor yang berhubungan dengan meningkatnya angka penyakit cacingan pada
anak usia sekolah dasar di Desa Rengasjaya 1. Hal ini menjadi penting untuk
diketahui, terlebih karena hingga saat ini belum ada penelitian terkait hal
tersebut di SDN RDK SEL V. Oleh karena itu penulis tertarik untuk mengajukan
penelitian yang berjudul “ faktor faktor yang berhubungan dengan meningkatnya
angka penyakit cacingan pada anak usia sekolah dasar di Desa Rengasjaya 1”.
B. Rumusan masalah
Berdasarkan uraian masalah latar belakang diatas, dapat dirumuskan masalah
penelitian yaitu “ faktor faktor yang berhubungan dengan meningkatnya angka
penyakit cacingan pada anak usia sekolah dasar di Desa Rengasjaya 1 ”.

C. Tujuan penelitian
1. Tujuan umum
Untuk mengetahui faktor faktor yang berhubungan dengan meningkatnya
angka penyakit cacingan pada anak usia sekolah dasar di Desa Rengasjaya 1

2. Tujuan khusus
a. Untuk mengetahui anatara pengetahuan ibu mengenai faktor faktor yang
menyebabkan ascariasis atau penyakit cacingan.
b. Untuk mengetahui cara penularan ascariasis atau penyakit cacingan.
c. Untuk mengetahui tentang pengetahuan anak sekolah dasar mengenai
faktor faktor yang menyebabkan ascariasis atau penyakit cacingan.

D. Manfaat penelitian
a. Bagi peneliti
Dapat memperluas wawasan dan ilmu pengetahuan mengenai faktor faktor
yang berhubungan dengan meningkatnya angka penyakit cacingan pada
anak.
b. Bagi pendidik
Sebagai informasi bagi pengajar di sekolah SDN RDK SEL V agar dapat
memberikan pengarahan tentang pencegahan penyakit kecacingan.
c. Bagi perawat
Sebagai pengetahuan tambahan bagi teman sejawat dan dapat
mengaplikasikan di tempat bekerja.
d. Penelitian selanjutnya
Sebagai bahan perbandingan untuk peneliti selanjutnya tentang hal yang
belum terungkap.

Anda mungkin juga menyukai