Anda di halaman 1dari 13

ASUHAN KEPERAWATAN KRITIS PADA PASIEN DENGUE SHOCK

SINDROME

Disusun oleh:

1. Adinda Safitri P (1603003)


2. Ega Jordan A. (1603025)
3. Hendri Dwi K. (1603033)
4. Kristian Dwi K. (1603045)
5. Umi Laelatul F. ( 1603077)
6. Zulfatun Nadhifah (1603087)

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KARYA HUSADA


SEMARANG

2019
A. KonsepDasar
1. Pengertian
Dengue shock syndrome ( DSS ) adalah sindromo syok yang terjadi pada
penderita dengue hemorrhagic fever (DHF) atau demam berdarah dengue ( dr. T.H
Rampengan, DSAK dan dr. I.R Laurentz, DSA, Penyakit Infeksi Tropik pada Anak,
1993)
2. Etiologi
 Trombositopenia hebat, dimana trombosit mulai menurun pada masa demam dan
mencapai nilai terendah pada masa renjatan.
 Gangguan fungsi trombosit
 Lelainan sistem koaguiasi, masa tromboplastin partial, masa protrombin
memanjang sedangkan sebagian besar penderita didapatkan masa trombin normal.
Beberapa faktor pembekuan menurun, termaksuk faktor II, V, VII, IX, X dan
fibrinogen
 Pembekuan intra vaskuler yang meluas ( disseminated intravasculer coagulation
=DIC )
3. Tanda dan Gejala
a. Merupakan demam berdarah dengue derajat III dan IV atau demam berdarah
dengue dengan tanda-tanda kegagalan sirkulasi sampai tingkat renjatan.
b. Terjadinya renjatan pada DBD biasanya terjadinya pada saat atau setelah demam
memurun diantaranya hari ke-3, dan ke-7 bahkan renjatan dapat terjadi pada hari
ke-10.
c. Menurut Wong : renjatan terjadi pada hari ke-5 adalah 39%, hari ke-4 (23,5%).
Menurut Surmarmo : renjatan terjadi pada hari ke-5 adalah 39,2 %dan pada ke-4
adalah 25 %.
d. Renjatan yang terjadi pada saat demam mulai turun dapat diterangkan dengan
hipotese meningkatnya reaksi imunologis ( The Immunological Enhancedment
Hypothesis).
Manifestasi klinik renjatan pada anak terdiri atas:
a) Kulit pucat, dingin, dan lembab terutama pada ujung jari kaki, tangan dan
hidung.
b) Anak semula rewel, cengeng, dan gelisah lambat- laun kesadarannya
menurun menjadi apatis, spoor dan koma.
c) Perubahan nadi baik frekuensi maupun amplitudonya
d) Tekanan nadi menurun menjadi 20 mmHg atau kurang
e) Tekanan sistolik menurun menjadi 80 mmHg atau kurang
f) Oliguria sampai anuria
g) Panas
h. Hepatomegali
i. Perdarahan
j. Nyeri perut
k. Anorexia
l. Muntah-muntah
m. Diare / obstipasi
n. Kejang-kejang
4. Patofisiologis
Patofisiologi yang terutama pada dengue shock syndrome ialah terjadinya
peninggian permeabilitas dinding pembuluh darah yang mendadak dengan akibat
terjadinya perembasan plasma dan elektroit melalui endotel dinding pembuluh darah
dan masuk kedalam ruang interstial, sehingga menyebabkan hipotensi,
hemokonsentrasi, hipopeoteinemia dan efusicairan ke rongga serosa. Pada penderita
dengan renjatan berat maka volume plasma dapat berkurang sampai kurang lebih
30% dapat berlangsung selama 24-28 jam. Renjatan hipovolemi ini bila tidak segera
di atasi maka dapat mengakibatkan anoksia jaringan, asidosis metabolic sehingga
terjadi pergeseran ion kalium intraselulrer ke ekstraseluler. Mekanisme ini di ikuti
pula dengan penurunan kontraksi otot jantung dan venous pooling sehingga lebih
lanjut akan memperberat renjatan. Sebab lain kematian penderita DSS ialah
pendarahan hebat saluran pencernaan yang biasa timbul setelah renjatan berlangsung
lama dan tidak diatasi adekuat.
Pada masa dini DBD, peranan tidak menonjol dibandingkan perembasan plasma.
Namun apabila penyakit memburuk sehingga terjadi renjatan dan metabolic asidosis,
maka renjatan akan mempercepat di sehingga peranannya menonjol. Renjatan dan
DIC akan saling mempengaruhi sehingga akan terjadi renjatan yang ireversibal
disertai pendarahan hebat pada organ-organ vital dan berakhir dengan kematian.

Patway

5. Penatalaksanaan Medis
Penanganan renjatan pada penderita DBD merupakan suatu masalah yang sangat
penting diperhatikan, oleh karena angka kematian akan meninggi bila renjatan tidak
ditanggulangi secara dini dan adekuat.
Dasar penanggulangan renjatan pada DBD ialah volume replacement atau
penggantian cairan intravasculer yang hilang, sebagai akibat dari kerusakan dinding
kapiler yang menimbulkan peninggian permeabilitas sehingga mengakibatkan plasma
leakage.

Prinsip pengobatan dengue shock syndrome :


 Atasi segera hipovolemianya
 Lanjutkan penggantian cairan yang masih terus keluar dari pembuluh
darah selama 12-24 jam, atau paling lama 48 jam.
 Koreksi keseimbangan asam basa
 Beri darah segar bila bila ada pendarahan hebat
Mengatasi Renjatan ( Volume Replacement )
a. Jenis cairan
Sebaiknya diberikan cairan kristaloid yang isotonis atau sedikit hipertenis. Jenis
cairan yang dapat dipakai ialah :
 Ringers Lactat
 Glukose 5% dalam half strength NaCL 0,9%
 RL – D5 : dapat dibuat dengan jalan mengeluarkan 62,5 cc cairan RL
kemudian ditambahkan D40% sebanyak 62,5 cc.
 NaCL 0,9%: D10, ditambahkan Natrium Bikarbonat 7,5% sebanyak 2 cc/
kg.bb
b. Dosis / kecepatan pemberian cairan :
Dosis yang biasanya di berikan ialah 20-40 ml/kg.bb, diberikan secepat mungkin
dalam waktu 1-2 jam.
c. Pemberian obat-obatan
1) Antibiotik
Di berikan bila :
prolonged shock,
adanya infeksi sekunder,
profilaksis
Dapat digunakan : Ampisilin 400-800 mg/kg.bb/hari, iv.
Gentamisin 2x5 mg/kg.bb/hari iv.
2) Antivirus

Seperti isoprinosis. Pemberian obat ini masih terdapat banyak


controversial. Mungkinkah obat ini bermanfat pada stadium dini.
Dosis : 4x50mg/kg.bb/hari selama 8 hari

3) Heparin

Kho dkk (1979) memberikan heparin pada penderita prolonged shock,


dimana diduga DIC sebagai penyebab terjadinya pendarahan ( penurunan
trombosit < 75.000/mm3 dan fibrinogen < 100 mg% ), dosis yang
diberikan 0,5 mg/kg.bb, iv setiap 4-6 sedang menurut pengalamam
sumarmo (1981) ternyata pemakaian heparin kurang mengesankan.

4) Dipyridamol dan asetosal

Maksud pemberian ini ialah

 Untuk mencegah adhesi dan agregasi trombosit dalam kapiler.


 Mencegah permulaan terjadinya DIC.
 Sumarmo (1983) tidak menganjurkan pemakaian asetosal pada
penderitaan dengan kecendrungan pendarahan

5) Dopamin

Dipertimbangkan pemakaiannya pada penderita DSS dengan renjatan


yang belum dapat teratasi, walaupun telah diberikan cairan yang adekuat.

Dosis yang diberikan : 5-10 mcg/kg.bb/menit iv setiap 4-6 jam


B. Asuhan Keperawatan
1. Kasus trigger
Anak RZ usia 11 tahun dengan berat badan 42 kg datang dengan keluhan
utama demam tinggi sejak empat hari SMRS. Demam dirasakan timbul
mendadak dan terus menerus. Menggigil (+), Kejang (-). Batuk (-). Mencret, (-
) sesak (-), Mual (+), muntah (+). Sakit kepala (+), sakit perut (+), pegal (+).
Riwayat perdarahan dari hidung, gusi, saluran cerna, dan tempat lain
disangkal. Kaki dan tangan dingin (+), Buang air kecil pasien masih seperti
biasanya kemudian menjadi semakin sedikit. Selama empat hari pasien belum
buang air besar. Riwayat ke luar kota sebelumnya (-). Pada pemeriksaan fisik
didapatkan pasien tampak sakit sedang, tanda vital didapatkan : Tekanan darah
98/76 mmHg, Frekuensi nadi 120x/menit, regular, isi kurang, teraba lemah,
Frekuensi nafas 24x/menit, Suhu tubuh 38,9 ̊C, hepatomegali, nyeri tekan
epigastrium (+), pulsasi arteri perifer teraba lemah dan hasil uji rumple leed
(+). Status gizi baik. Pada pemeriksaan penunjang didapatkan peningkatan Hb,
Ht dan terdapat trombositopenia.

2. Pengkajian keperawatan
I. Identitas pasien
 Nama pasien : Anak RZ
 Umur : 11 tahun
 Berat badan : 42 kg
 Tinggi badan :
 Agama : Islam
3. Riwayat Kesehatan
 Keluhan Utama : Pasien mengeluh sakit perut, demam tinggi
 Riwayat Kesehatan Sekarang : Pasien datang dengan keluhan utama
demam tinggi sejak empat hari SMRS.
 Riwayat Kesehatan Dahulu : Keluarga pasien tidak mengatakan apa apa
tentang riwayat keshatan.
 Riwayat Kesehatan Keluarga : Pasien mengatakan dahulu orang tua tidak
ada yang di opname karena sakit
4. Pengkajian Primer
1. Airway
Tidak terdapat sumbatan di jalan nafas
2. Breathing
Todak ada masalah di sisitem pernafasan reguler, frekuensi nafas normal
24x/menit
4. Circulation
Tekanan darah 98/76 mmHg, frekuensi nadi 120x/menit, denyut nadi lemah,
suhu tubuh 38,9 ºC
4. Disability
Kesadaran pasien composmetis, nilai GCS E4M5V6
5. Exposure
Suhu tubuh 38,9 ºC kebiruan di ujung jari Capillary Refil lebih dari 2 detik.

6. DiagnosaKeperawatan
 Hypertermi yang berhubungandengan proses infeksi virus dengue.
 Resiko tinggi terjadinya syok hipovolemik yang berhubungan dengan
perdarahan hebat
7. RencanaTindakanKeperawatan

DP I. Hypertermi yang berhubungan dengan proses infeksi virus dengue.

Tujuan : Suhu tubuh kembali normal

Sasaran :

 Tidak terjadi peningkatan suhu tubuh


 TTV dalam batas normal ( suhu 36-370 C )
 Tampak tidak gelisah
 Badan teraba tidak panas
Intervensi :

1) Observasi suhu setiap 4 jam

R / : Suhu 38,9oC – 41oC menunjukkan proses penyakit infeksi akut

2) Berikan kompres hangat

R / : Dapat membantu mengurangi panas

3) Berikan pasien minum yang banyak, 2-2,5 L/hari.

R / : Untuk mencegah terjadinya dehidrasi.

4) Anjurkan pasien untuk bedrest total dan kurangi aktivitas.

R / : Istirahat untuk mengurangi metabolisme tubuh sehingga


mencegah peningkatan suhu tubuh.

5) Kolaborasi dengan dokter tentang pemberian antipiretik dan antibiotik

R / : Untuk mengurangi demam dengan aksi sentralnya pada


hipotalamus.
.

DP II. Resiko tinggi terjadinya syok hipovolemik yang berhubungan dengan


perdarahan hebat.

Tujuan : syok hipovolemik tidak terjadi.

Sasaran :

– Tanda-tanda vital dalam batas nomal.


– Keadaan umum baik, keasadaran compos mentis.

Intervensi :
1. Monitor keadaan umum dan tanda-tanda vital pasien setiap 2-4 jam.

R / : Penurunan tekanan darah dan nadi dapat menunjukkan hipovolumia,


peningkatan pernapasan menunjukkan hipoxia jairngan.

2. Monitor tanda-tanda perdarahan (pethekie, ekimosis, melena, epitaksis, hematemesis,


hematuri.

R / : Perdarahan yang cepat diketahui dapat segera diatasi sehingga pasien tidak
sampai ke tahap syok.

3. Cek dan monitor Hb, dan Ht, trombosit tiap hari.

R / : Untuk mengetahui tingkat kebocoran pembuluh darah.

4. Segera puasakan jika pasien mengalami perdarahan saluran cerna.

R / : Membantu mengistirahatkan saluran cerna selama perdarahan.

5. Beri O2 dan cairan intra vena sesuai program medik dan kebutuhan.

R / : Membantu oksigenisasi jaringan dan mengatasi kehilangan cairan tubuh.

6. Kolaborasi dengan tim medik untuk pemberian tranfusi darah.

R / : Untuk mengganti volume darah yang hilang.

7. Kolaborasi dalam pemberian terapi anti perdarahan.

R / : Membantu mengatasi perdarahan


EVALUASI

No Tgl Jam Evaluasi ttd


DP
I 11/5/19 13.00 S:

- Orangtua pasien mengalakan badan anaknya


teraba panas pada tanggal 11/05/19 pukul 12.00
Wib

- pasien mengeluh badan terasa panas

O:

- Observasi TTV : S = 38,9oC

- Badan pasien terasa hangat

- Kulit pasien tampak kemerahan

- Bibir pasien tampak merah

A: Masalah hipertermi belum teratasi

P: Rencana tindakan keperawatan dilanjutkan

II 11/5/19 13.00 S:

 Pasien mengeluh lemah


 Pasien tampak gelisah

O:

 Terdapat bintik-bintik merah dikedua lengan


dan kaki( petechiae )
 KU: tampak sakit berat, kesadaran compos
mentis

A:

 Masalah resiko terjadinya syock hipovolemi


belum Teratasi
P: Rencana tindakan keperawatan dilanjutkan
I 12/5/19 13.00 S:

- Orang tua pasien mengatakan badan anaknya


sudah

tidak panas lagi

O:

- Observasi TTV: S= 36,4oC

- Badan pasien tidak teraba panas

- Pasien tidak mengeluh batuk

- Hasil Lab: PLT= 60 L

A: Masalah hipertermi teratasi

P: Rencana tindakan keperawatan di STOP


II 12/5/19 13.00 S:

- Pasien mengeluh lemah

- Pasien masih mengeluh gelisah

O:

- Terdapat bintik-bintik merah pada kedua lengan


dan

kaki ( petechiae )

- KU: tampak sakit sedang, kesadaran compos


mentis

A: Masalah resiko terjadinya syock hipovolemik


belum teratasi

P: Rencana tindakan keperawatan dilanjutkan

Anda mungkin juga menyukai