Anda di halaman 1dari 10

PERSIAPAN PEMERIKSAAN TERAPI HIPERBARIK OKSIGEN

(HBO)

Disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Matra III

Dosen Pengampu: Desak Nyoman Sithi, Skp, MARS

Disusun Oleh:

Sinta 1610711054

Endang Dwi S. 1610711055

Ismi Zakiah 1610711056

Fina Alfya Syahri 1610711058

Erliana Mandasari 1610711074

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL VETERAN
JAKARTA
2019
A. Definisi Terapi Hiperbarik Oksgen

Terapi oksigen hiperbarik atau TOHB didefinisikan sebagai suatu metode


pengobatan dengan jalan memberikan oksigen murni (100 %) pada tekanan
diatas permukaan laut (1 atmosfer absolut) (Mehta V, 2009). Kondisi
lingkungan dalam HBO bertekanan udara yang lebih besar dibandingkan
dengan tekanan di dalam jaringan tubuh (1 ATA). Keadaan ini dapat dialami
oleh seseorang pada waktu menyelam atau di dalam ruang udara yang
bertekanan tinggi (RUBT) yang dirancang baik untuk kasus penyelaman
maupun pengobatan penyakit klinis. Teori Toricelli yang mendasari terapi
digunakan untuk menentukan tekanan 1 atm adalah 760 mmHg. Dalam
tekanan udara tersebut komposisi unsurunsur udara yang terkandung di
dalamnya mengandung Nitrogen (N2) 79% dan Oksigen (O2) 21%. Pada
THBO, ruangan yang disediakan mengandung Oksigen 100 % (Mathieu,
2006).

B. Manfaat Terapi Hiperbarik Oksgen

HBO memiliki efek yang baik terhadap terhadap vaskularisasi dan perfusi
perifer serta kelangsungan hidup jaringan yang iskemik. Penggunaan oksigen
hiperbarik dalam klinik meningkat dengan cepat dimana perbaikan
vaskularisasi, perbaikan jaringan yang hipoksia dan pengurangan
pembengkakan merupakan faktor utama dalam mekanismenya (Hanabe,
2004). HBO secara khusus bermanfaat dalam situasi dimana terdapat
kompresi pada oksigenasi jaringan di tingkat mikrosirkulasi. Oksigen
memperbaiki gradient oksigen untuk difusi dari pembuluh darah kapiler ke
dalam sel dimana terdapat tahanan partial seperti edema, jaringan nekrotik,
jaringan ikat, benda asing dan darah yang tiak mengalir.

C. Persiapan Pemeriksaan Terapi Hiperbarik Oksigen

Adapun persiapan pemeriksaan Terapi Hiperbarik Oksigen adalah sebagai


berikut (Lakesla, 2009) :

1) Sebelum Terapi Hiperbarik Oksigen

Dokter jaga HBO dan perawat melaksanakan :


a. Anamnesis atau melakukan pengkajian pada pasien, meliputi identitas
(nama, alamat, lahir, pekerjaan, pendidikan, dan sebagainya), keluhan
utama (misal DCS, klinis, atau kebugaran), riwayat penyakit sekarang
(misal DCS: penyelaman dilakukan dimana, di kedalaman berapa,
pasien menunjukkan gejala pada kedalaman berapa, berapa lama
waktu pingsan, penyelaman menggunakan apa, dan pertolongan apa
yang sudah dilakukan; Klinis: riwayat penyakit s.d dilakukan terapi
HBO), riwayat penyakit dahulu, kontra indikasi absolut dan relatif
untuk terapi HBO.

Indikasi HBO diantaranya : penyakit dekompresi, emboli udara,


keracunan gas CO, HCN, H2S, infeksi seperti gas gangren,
osteomyelitis, lepra, mikosis, pada bedah plastik dan rekonstruksi
seperti luka yang sulit sembuh, luka bakar, operasi reimplantasi dan
operasi cangkok jaringan. Keadaan trauma seperti crush injury,
compartment syndrome, dan cidera olahraga. Gangguan pembuluh
darah tepi berupa shock, MCI, ops. Bypass jantung, dan nyeri tungkai
istemik, bedah ortopedi seperti Fracture non-union, cangkok tulangg,
osteoradionekrosis. Keadaan neurologik seperti stroke, multiple
sclerosis, migrain, edema serebri, multi infark demensia, cedera
medula spinalis, abses otak dan neuropati perifer. Penyakit diabetes,
asfiksia seperti tenggelam, inhalasi asap, keadaan hampir tercekik.
Kondisi masa rehabilitasi seperti hemiplegi spastik stroke, paraplegi,
miokard insufisiensi kronik dan penyakit pembuluh darah tepi.

Adapun kontra indikasi absolut yaitu penyakit pneumotoraks yang


belum ditangani, serta pasien yang mendapatkan obat kemoterapi
(Doxorubicin (Adriamycin TM) atau Cisplatin (Platinol)) untuk
kanker. Kontra indikasi relatif yaitu meliputi keadaan umum lemah,
tekanan darah siistolik >170 mmHg atau <90 mmHg. Diastol >110
mmHg atau <60 mmHg. Demam tinggi >38 derajat Celcius, ISPA,
sinusitis. Claustrophobia (takut pada ruangan tertutup), penyakit asma,
emfisema, dan retensi CO2, infeksi virus, infeksi aerob seperti TBC,
lepra, riwayat kejang, riwayat neuritis optik, riwayat operasi toraks
dan telinga, wanita hamil dan penderita sedang kemoterapi seperti
terapi Adriamycin, atau bleomycin.

b. Pemeriksaan fisik lengkap (Head to Toe), mencakup observasi Tanda-


Tanda Vital seperi suhu, denyut jantung, tekanan darah, suara paru dan
laju pernapasan, uji otoscopic, serta tes gula darah pada semua
penderita IDDM; pemeriksaan kepala, mata, telinga, hidung, dan
tenggorokan; neurologis; pernapasan; kardiovaskuler; pencernaan;
perkemihan; muskuloskeletal; serta integumen.

c. Foto rontgen thoraks PA

d. Pemeriksaan tambahan bila dianggap perlu, yaitu :

1. EKG

2. Bubble detector untuk kasus penyelaman

3. Perfusi dan PO2 transcutaneus

4. Laboratorium darah

5. Konsultasi dokter spesialis

e. Menerangkan manfaat, efek samping, proses dan program terapi HBO,


yaitu :

1. Terapi dilaksanakan di dalam Ruang Udara Bertekanan Tinggi

2. Cara adaptasi terhadap perubahan tekanan : Manuver


Valsava/Equalisasi

3. Bernapas menghirup O2 100 % melalui masker selama 3x30 menit


untuk tabel terapi Kindwall atau sesuai tabel terapi kasus penyelaman

4. Efek samping : barotrauma, intoksikasi oksigen

5. Selama terapi didampingi oleh seorang perawat

6. Menandatangani Inform Concent


2) Selama Terapi Hiperbarik Oksigen

a. Selama proses dekompresi, perawat membantu pasien dalam


beradaptasi dengan terapi HBO terhadap pengurangan tekanan
lingkungan dengan Valsava Manuver, menelan ludah, atau minum air
putih.

b. Selama proses menghirup O2 100%, perlu memerhatikan hal berikut :

1. Observasi tanda-tanda intoksikasi oksigen seperti pucat, keringat


dingin, twitching, mual, muntah, dan kejang. Apabila terjadi hal
demikian, maka perawat harus memberitahukan kepada petugas
yang berjaga bahwa terapi dihentikan sementara sampai kondisi
pasien membaik dan cukup adekuat untuk melanjutkan perawatan.

2. Observasi tanda-tanda vital dan keluhan pasien

3. Dalam kasus penyelaman, observasi keadaan pasien dan keluhannya


seperti gangguan motorik dan sensorik, atau rasa nyeri.

4. Untuk mencegah barotrauma GI, ajarkan pasien bernapas


normal/spontan dan tidak menelan udara serta menghindari
makan/minum banyak atau terlalu banyak kandungan gas sebelum
perawatan.

5. Segera periksa gula darah jika terdapat tanda-tanda hipoglikemia.

3) Setelah/Pasca Terapi Hiperbarik Oksigen

Dokter dan perawat jaga HBO melaksanakan anamnesis setelah


dikaukan terapi, evaluasi penyakit, evaluasi terjadinya efek samping.
Apabila kondisi pasien baik, maka akan dikembalikan ke ruang
perawatan. Ada beberapa hal yang harus diperhatikan pasca THBO
diantaranya :

a. Untuk pasien dengan tanda-tanda barotrauma, uji ontologis harus


dilakukan.

b. Tes gula darah pada pasien IDDM


c. Pasien dengan iskemia trauma akut, sindrom kompartemen, nekrosis
dan pasca implantasi harus dilakukan penilaian status neurovaskular
dan luka.

d. Pasien dengan keracunan CO mungkin memerlukan tes psikometri


atau tingkat carboxyhemoglobin

e. Pasien dengan insufisiensi arteri akut retina memerlukan hasil


pemeriksaan pandangan yang luas.

f. Lakukan pendokumentasian pasien pasca HBOT.

D. Alur Pelaksanaan Terapi Hiperbarik Oksigen


Adapun Alur Pelaksanaan Terapi Hiperbarik Oksigen yaitu :
1) Setiap pasien harus mendaftar di loket registrasi.
2) Dokter Terapi Hiperbarik Oksigen (THBO) memberikan penjelasan
terkait rencana tindakan THBO, mancakup tujuan tindakan, manfaat,
risiko dan efek samping THBO
3) Bila pasien setuju maka pasien menandatangani persetujuan pada format
informed consent yang sudah disediakan.
4) Dokter THBO melakukan pengkajian kepada pasien, mencakup :
a. Anamnesis pasien.
b. Pemeriksaan fisik, berupa keadaan umum, tanda vital, status generalis,
status neurologi dan status lokalis.
c. Pemeriksaan lain terkait indikasi untuk mengetahui ada / tidaknya
kontraindikasi terapi dengan Ruang Udara Bertekanan Tinggi (RUBT),
yaitu dengan pemeriksaan :
1) EKG
2) Thorax foto
3) Laboratorium (sesuai dengan kondisi pasien)
4)Pemeriksaan lainnya disesuaikan dengan kasus yang
bersangkutan (audiogram, foto fundus, angiografi, tonometri)
d.Penderita Caison Disease/ Arterial Gas Emboli (AGE) yang tidak sadar
(status emergensi) perlu tindakan miringotomi (menggunakan kateter IV
sesuai kebutuhan).
e. Dokter merujuk dan mengkonsultasikan ke fasilitas pelayanan
hiperbarik yang lebih mampu jika diperlukan.
5) Perawat TOHB mengarahkan pasien melakukan ekualisasi yaitu upaya
menyamakan tekanan antara telinga bagian tengah dengan tekanan udara
di luar. Ekualisasi dapat dilakukan dengan 2 cara, antara lain :
a) Menutup hidung dan mulut lalu menghembuskan udara sehingga
udara keluar melalui kedua lubang telinga.
b) Menelan atau minum air beberapa kali.
6) Perawat HBO harus mendampingi pasien selama tindakan terapi
hiperbarik dalam ruang Ruang Udara Bertekanan Tinggi.
7) Hal-hal yang perlu diperhatikan :
a. Selama prosedur HBO berlangsung, komunikasi perawat pendamping,
pasien, dengan operator chamber harus intensif, khususnya pada saat
proses kompresi.
b. Apabila dalam prosedur HBO terjadi efek samping/ keluhan pasien/
perawat pendamping yang bersifat urgen, masker oksigen dilepas dan
prosedur HBO harus dihentikan (dikeluarkan).
c. Selama prosedur HBO berlangsung, perawat pendamping harus
senantiasa memantau/ menayakan apakah pasien ada keluhan atau tidak.
d. Apabila prosedur HBO sementara berlangsung dan pasien
membutuhkan suplai obat/ makanan/ minuman dari luar, masukkan
melalui medical lock.
e. Selama periode isap oksigen, sebaiknya pasien tidak tidur.
f. Selama periode istirahat, pasien boleh makan / minum.
g. Pasien infeksius dan luka yang berbau harus dikondisikan dengan
jadwal pasien lain.
h. Pasien yang akan melakukan penerbangan, dilakukan dalam jangka
waktu 4-6 jam setelah prosedur.
8) Tabel terapi yang digunakan tergantung indikasi pasien, ada tabel klinis
dan tabel kompresi.
Gambar Tabel terapi klinis yang digunakan di KKP

Gambar Tabel Kompresi


Gambar Tabel Kompresi
DAFTAR PUSTAKA

Mehta V, De A, Balachandran C. Hyperbaric Oxygen Therapy. JPAD. 2009 ;


19:164-7

Nur Huda. 2010. Pengaruh Hiperbarik Oksigen (HBO) Terhadap Perfusi Perifer
Luka Gangren Pada Penderita DM di RSAL Dr. Ramelan Surabaya (Tesis).
Depok : UI

Anda mungkin juga menyukai