Anda di halaman 1dari 4

Nama : Bagus Putra Pamungkas

NIM : 1403618062

Review buku Engineers of the Happy Land

I. Identitas Buku :
Judul : Engineers of Happy Land – Perkembangan Teknologi dan Nasionalisme di sebuah Koloni /
Rudolf Mrazek

Pengantar: Bre Redana

Penerbit: Yayasan Pustaka Obor Indonesia

Tahun Terbit: 2006

Tebal: 464 halaman

II. ISI
A. Pendahuluan
Buku Engineers of Happyland yang terdiri dari 6 bab ini menyajikan banyak sekali bahasan yang
terjadi pada masa kolonial Belanda. Bermula dari pembangunan jalur kereta api yang penuh
dengan perjuangan kaum pribumi, kesadaran akan pembangunan perumahan yang bertujuan
mengatasi masalah urbanisasi, ilmu pengetahuan yang kompleks mulai dari ledakan gunung
merapi yang dahsyat, teleskop, teropong, sampai alat optik. Perkembangan dalam hal Pakaian
yang menjadi pembeda antara kaum Belanda dengan pribumi yang memakai baju pas-pasan.
Kepopuleran radio yang menjadi alat komunikasi yang menghibur kaum pribumi. sampai pada
perjalanan Pramoedya Ananta Toer sang penulis buku terkenal.

Buku ini cocok untuk orang-orangan yang ingin tahu tentang sejarah perkembangan teknologi
dan akar historis nasional di Indonesia.

B. Pembahasan
Bab 1 Bahasa Sebagai Aspal

Berawal dari pembangunan jalan raya Anyer-Panarukan yang di gagas oleh Deandles.
Pembangunan transportasi kereta api merupakan fokus utama dalam bab ini. Dalam proses
pembangunan rel kereta itu dikeluarkan biaya lebih dari 11 jjta gulden. Para pekerja pribumi
yang bekerja sangat keras hanya dibayar dengan beras dan garam. Sampai terjadi pemogokan
besar besaran dalam proses pembangunannya. Setelah selesai dengan pembangunan rel kereta,
perkembangan Bahasa Indonesia meningkat pesat. Didirikan dengan dibuatnya macam macam
majalah, seperti majalah sopir yang memuat tentang aspirasi para sopir di masa itu.

Bab 2 Menara Menara

Berawal dari meledaknya kepadatan penduduk di zaman kolonial belanda, yang merupakan
masalah besar pada masa itu. Diakibatkan karena besarnya tingkat urbanisasi pada masa itu.
Dampaknya yaitu kurangnya lahan pemukiman, dan krisis air. Walaupun sudah ada solusi
denfan membuat sistem pengairan air bersih agar bisa dibagi rata, rakyat pribumi tidak
mendapatkan air bersih, bahkan tidak bisa menggunakan WC dengan layak. Akibatnya, timbul
berbagai macam penyakit yang menimpa pribumi. Solusi yang dibuat oleh Belanda adalah
mereka membuat inovasi tentang tempat tinggal yang bisa muat banyak orang, yaitu dengan
mendirikan vila-vila, hotel, dan juga asrama.

Bab 3 Dari Gelap Menuju Terang

Bab ini menekankan pada ilmu pengetahuan. Diawali dari empat buku yang terbit saat zaman
kolonial, diantaranya buku tentang sejarah letusan gunung krakatau, pembunuhan, sampai buku
karya R.A. Martini, Habis Gelap Terbitlah Terang.

Berlanjut ke bidang seni, terdapat sebuah pameran karya seni pada tahun 1883. Memamerkan
peta-peta, lukisan, foto-foto, grafik, koleksi dan serangga yang ditaruh di dalam botol kaca.
Kemudian berlanjut ke dunia film beserta pendirian bioskop pertama. Diakhiri dengan
penyempurnaan peralatan optik seperti cctv, teropong, kacamata, dan proyektor.

Bab 4 Para Pesolek Indonesia

Bermula dari pembuatan boneka-boneka, orang-orang belanda yang tinggal di wilayah kolonial
yang membuat boneka yang terinspirasi dari warga pribumi, seperti para haji, pegawai-pegawai,
dan lain-lain. Boneka-boneka tersebut dipersembahkan kepada ratu Belanda untuk
menggambarkan adanya kelompok etnik dan lapisan sosial di masa itu. Beralih ke mode
pakaian, para orang belanda yang ingin membedakan diri mereka dengan kaum pribumi
memakai pakaian yang stylish pada masa itu. Kaum pribumi yang berpenampilan di bawah
standar sangat di hina-hina oleh orang-orangan belanda. karena masalah itu, banyak kaum
pribumi yang rela menyewa jas mahal hanya untuk bisa di sebanding kan dengan bangsa
kolonial pada masa itu. Dengan begitu, mereka bisa menghindari cemoohan dari kaum belanda.
Tokoh-tokoh nasionalis Indonesia juga tidak mau ketinggalan dalam hal berbusana Seperti ir.
Soekarno, Mas Marco dan Syahrir. Soekarno membuat mode pakaiannya sendiri yang dianggap
nya sebagai simbol nasionalisme seperti peci hitam, dan pakaian yang seba putih.
Bab 5 Mari Menjadi Mekanik Radio

Berlanjut ke perkembangan di bidang komunikasi, tidak seperti surat dan telepon, radio menjadi
yang utama karena bisa berkomunikasi dengan banyak orang sekaligus. Sebelum radio populer,
koran-koran yang dikirim dengan kereta menuju Batavia memerlukan waktu satu hari untuk
sampai. Pada akhirnya Hal ini berdampak pada keterlambatan atau perbedaan rumor berita
antar tiap daerah. Dengan didirikannya asosiasi radio Batavia, dan juga radio mudah di dapatkan
di toko musik, radio menjadi alat komunikasi utama pada masa itu. Melalui radio juga alat musik
keroncong menjadi populer di lingkungan pribumi.

Bab 6 Hanya si Tuli yang Bisa Mendengar Jernih

Di bab terakhir ini memfokuskan pada seorang penulis buku terkenal yaitu Pramoedya Ananta
Toer. Ternyata ia memiliki kisah yang luarbiasa dalam hidupnya. Seseorang yang menjadi
inspirasi ia dalan menulis adalah Syahrir karena memiliki kemiripan menulis dalam masa
pengasingannya. Dikarenakan keterlibatannya dalam pasukan perjuangan, Pram dimasukan ke
dalam penjara. Dalam penjara, pram mendapatkan hal-hal aneh selama penahanannya. Seperti
adanya budaya telinga yang ada di penjara. yaitu budaya dimana para tahanan meng iya kan apa
yang dikatakan aparat dan melaksanakannya. Pramoedya pun termasuk budaya Kuping itu
sendiri. Setelah beberapa tahun dipenjara, akhirnya pram dibebaskan pada akhir tahun 1979.

C. KESIMPULAN

Berbagai ide dan pengetahuan yang ada di buku ini merupakan hasil penelitian Rudolf Mrazek
saat ia meneliti perkembangan teknologi di Indonesia. Dalam buku Engineers of happy Land
yang ditulis oleh Rudolf Mrazek memberikan informasi yang mengagumkan tentang
perkembangan teknologi dan kemajuannya di Indonesia. Seluruh isi dari buku ini memberikan
gambaran tentang betapa beragamnya teknologi mulai dari pembangunan kereta api, gedung
gedung rumah tinggal, buku R.A. Kartini, perkembangan mode pakaian, kepopuleran radio, dan
lain-lain.

III. DAFTAR PUSTAKA

Mrázek, Rudolf. 2006. Engineers of Happy Land: Perkembangan Teknologi dan


Nasionalisme di Sebuah Koloni. Terjemahan oleh Hermojo. Jakarta: Yayasan Obor
Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai