Anda di halaman 1dari 2

Kalah dan Menang, adalah sebuah novel berlatar belakang sejarah yang sangat menarik untuk dibaca,

terutama bagi mereka yang merupakan penggemar roman sejarah. Novel yang pertama kali diterbitkan
pada tahun 1978 ini memiliki jalan cerita yang kuat, sangat jelas mendeskripsikan berbagai macam
perasaan tokoh-tokoh ketika mereka harus menghadapi berbagai macam perubahan sosial yang terjadi
pada masa pendudukan Jepang di Indonesia (1942-1945).

Secara umumnya, novel ini memusatkan ceritanya kepada berbagai macam tokoh yang harus
terlibat dalam suatu perubahan psikologis sosial yang terjadi secara tiba-tiba ketika pasukan Jepang
berhasil mengusir Belanda di Indonesia, dan menduduki negeri ini selama kurang lebih 3 setengah tahun
semasa Perang Dunia II.

Tokoh-tokoh yang diceritakan oleh STA termasuk banyak, dan percakapan yang terjadi diantara
tokoh-tokohnya memberikan penjelasan mengenai berbagai macam hal yang menjadi inti dari cerita
novel ini. Selain itu, STA seakan-akan ingin memecah-mecah cerita tersebut menjadi banyak kepingan
cerita, namun pada akhirnya tetap berhubungan satu sama lainnya. Sehingga kita seakan-akan dibawa
untuk menyusun puzzle yang berserakan, dimana tiap karakter masing-masing menyimpang kepingan
tersebut dan akhirnya bertemu pada satu benang merah yang sama. Beberapa tokoh tersebut
diantaranya adalah Elizabeth, nyonya dari Swiss yang harus menampung seorang opsir muda bernama
Katsuhiko di rumahnya. Ada pula Hidayat, seorang pemuda Indonesia yang telah terkontaminasi oleh
Westernisasi dan harus masuk penjara akibat tindakannya menentang pendudukan Jepang. Kemudian,

ada pula seorang Lien, seorang janda Indo-Eropa, yang memiliki hubungan romantik dengan seorang
pedagang Jepang. Selain itu masih ada pula tokoh-tokoh lainnya, yang meskipun tidak menjadi sosok
yang vital dalam alur cerita, namun memberikan kepingan-kepingannya tersendiri bagi keseluruhan
cerita novel ini.

Hal yang sangat menarik untuk diketahui dari novel ini adalah begitu dominannya percakapan-
percakapan panjang diantara para tokoh-tokohnya, yang merupakan ciri khas dari keseluruhan novel STA
selama ini. Misalnya saja, percakapan yang terjadi antara Elizabeth dan Katsuhiko seputar perbedaan
pandangan mengenai jalan hidup Jepang dan orang-orang Barat. percakapan Hidayat dengan para
kompatriotnya dalam memandang pendudukan Jepang dan akibatnya bagi masa depan Indonesia, dan
masih banyak lainnya. Dari percakapan-percakapan tersebut kita pada akhirnya menjadi tahu mengenai
karakteristik tokoh-tokohnya yang memang menjadi pusat cerita dari novel ini, dengan tidak mengecilkan
alur cerita secara keseluruhan. Dengan begitu, kita bisa mengetahui berbagai macam hal yang menjadi
alasan mengapa Jepang memulai Perang Dunia II dan memberangus koloni-koloni Eropa di Asia Tenggara
melalui penuturan tokoh-tokohnya.
Sebenarnya yang menarik hati dalam buku STA ini ialah permainan perasaan pengarangnya yang
mengambarkan dengan jelas idealisme-idealisme dari tiap tokohnya disangkutkan dengan suasana
pendudukan Jepang di Indonesia.

Buku ini dibuat dalam rangka sumbangan untuk renungan pada peringatan Lima Puluh Tahun Sumpah
Pemuda, 28 Oktober 1978.

Propaganda semangat Sumpah Pemuda sekarang ini telah makin melentur di kalangan muda. Semangat
muda sebagaimana isi Sumpah Pemuda bukan lagi menjadi sebuah isme yang melekat erat di hati anak-
anak muda-mudi bangsa ini. Apakah ini dapat disebut sebuah kemunduran semangat berbangsa?

Dalam bukunya ini STA mengajak kita menengok kembali idealisme apa yang sekarang ini kita pegang?
Apakah semangat kebebasan dan kemerdekaan barat dapat di sinergikan dengan semangat budaya timur
yang lebih meyakini akan akar agama yang tertanam sejak kecil yang meyakini hal-hal di luar nalar ?
Seperti ketika Sukarno, Hatta, Syahrir dan lain-lainnya memulai gerakan kebangsaan tersebut ?! Atau
zaman sekarang ini perlu pemaknaan baru yang sesuai dengan perkembangan zaman?

Anda mungkin juga menyukai