ABSTRAK
Kerupuk merupakan salah satu jenis makanan kering yang terbuat dari bahan-bahan yang mengandung
pati cukup tinggi dan merupakan jenis makanan kecil yang mengalami pengembangan volume dan mempunyai
densitas rendah selama proses penggorengan. Tujuan penelitian adalah untuk menentukan komposisi terbaik
antara daging ikan lele dengan tepung talas dalam pembuatan kerupuk dan menentukan kandungan fisik dan
kimia. Uji yang dilakukan pada penelitian ini adalah uji kadar air, kadar abu, uji kemekaran, dan uji organoleptik.
Pada perhitungan ini menggunakan perbandiangan daging ikan lele, tepung talas dan tapioka, dengan 3 perlakuan
yaitu A1 (100 g ikan lele : 0 g tepung talas : 300 g tapioka), A2 (75 g ikan lele : 25 g tepung talas : 300 g tapioka),
A3 (50 g ikan lele : 50 g tepung talas : 300 g tapioka). Hasil penelitian menunjukan bahwa perlakuan yang paling
disukai oleh panelis adalah perlakuan A1. Perlakuan pada pembuatan kerupuk ikan lele dengan subtitusi tepung
talas memiliki nilai rata-rata kadar air dan kadar abu adalah 3.29% dan 1.72%. Uji kemekaran pada perlakuan A1
memiliki tingkat kemekaran paling tinggi (328,31) dibandingkan pada perlakuan A2 dan A3.
ABSTRACT
Crackers is one type of dry food made from ingredients that contain high starch and is a type of snack
that experienced volume development and has a low density during the frying process. The objective of the study
was to determine the best composition between snakehead fish meat with taro flour in making crackers and to
determine the physical and chemical content. The test conducted in this research was water content, ash content,
bloom test, and organoleptic tests. In this calculation using the bait of snakehead fish, taro and tapioca flour, with
3 treatments that was A1 (snakehead fish of 100 g: taro flour of 0 g: tapioca of 300 g), A2 (snakehead fish of 75
g: taro flour of 25 g: tapioca of 300 g), A3 (snakehead fish of 50 g: taro flour of 50 g: tapioca of 300 g). The results
showed that the most preferred treatment by panelists was treatment of A1. Treatment on snakehead fish cracker
manufacturing with substitution of taro flour had the average value of water content and ash content was 3.29%
and 1.72% respectively. The blooming test at treatment of A1 had the highest bloom rate (328.31) compared to
A2 and A3 treatments.
lele memiliki keunggulan dibandingkan dengan digunakan untuk minuman. Akar rimpangnya jika
produk hewan lainnya karena ikan lele kaya akan difermentasikan dan ditambah gula serta semacam
leusin dan lisin. Leusin (C6H13NO2) berguna untuk jagung (kaffir corn) dan air akan menjadi sejenis bir.
perombakan dan protein otot. Sedangkan lisin Penambahan tepung talas pada pembuatan kerupuk
merupakan salah satu dari 9 asam amino esensial ikan lele diharapkan mampu menambah nilai gizi
yang dibutuhkan untuk pertumbuhan dan perbaikan dan mutu dari kerupuk ikan lele.
jaringan. Lisin termasuk asam amino yang sangat Pembuatan kerupuk ikan lele ini
penting dan dibutuhkan dalam pertumbuhan dan mengunakan bahan dasar ikan lele dan tepung
perkembangan anak (Zaki, 2009). Salah satu cara tapioka serba bumbu-bumbu tambahan lainnya.
untuk memanfaatkan daging ikan lele adalah dengan Penggunan tepung talas pada pembuatan kerupuk
mengolahnya menjadi produk olahan pangan yang ikan lele dimaksudkan untuk menghasilkan kerupuk
di sukai masyarakat misalnya naget ikan lele, abon yang memiliki tingkat kemekaran yang baik karena
ikan lele maupun kerupuk ikan lele. tepung talas memiliki zat gizi yang banyak dan baik
Talas (Colocasia esculenta L) merupakan untuk kebutuhan gizi manusia. Tepung talas juga
salah satu tanaman pangan jenis herba menahun. memiliki harga lebih murah dibandingkan harga
Talas memiliki nama umum di dunia yaitu, Taro, terigu. Oleh sebab itu penelitian ini dilakukan
Old cocoyam, Abalong, Taioba, Arvi, Keladi, dengan menambahkan tepung talas dalam
Satoimo, Tayoba dan Yutao. Tanaman talas pembuatan kerupuk.
memiliki banyak fungsi sebagai penghasil
2. METODE PENELITIAN
karbohidrat bagi bahan pangan dan bahan baku
industri serta dapat digunakan untuk pakan ternak 2.1. Alat dan Bahan
(Yuliatmoko dan Satyatama, 2012). Nilai ekonomi Alat yang digunakan dalam pembuatan
tanaman talas tinggi karena hampir sebagian besar kerupuk dari ikan lele dengan subtitusi tepung talas
bagian tanaman dapat dimanfaatkan untuk : timbangan, wadah, panci, kompor, pengaduk,
dikonsumsi manusia. Talas merupakan tanaman penyaring, blender, pisau, talenan, sendok dan oven.
yang mudah dibudidayakan sehingga memiliki Alat analisis oven, cawan, timbangan, labu takar,
potensi yang besar untuk dikembangkan. pipet, desikator, erlenmeyer, destilasi, labu kjeldahl,
Zat gizi dalam umbi talas cukup tinggi labu destilasi, pipet volume.
sehingga memiliki beberapa manfaat seperti Bahan yang digunakan dalam pembuatan
melancarkan pencernaan, menstabilkan peredaran kerupuk dari ikan lele dengan subtitusi tepung talas
darah, dan masih banyak lagi. Adapun manfaat umbi : ikan lele, talas, tepung tapioka, garam, air,
talas adalah sebagai bahan pangan sumber pewarna. Bahan analisis aquades, H2SO4, NHCI,
karbohitrat (Hartati dan Prana 2003). Bagian asam borat, indikator, selenium, batu didih.
tanaman ini yang dapat dimakan yaitu umbi, tunas 2.2. Prosedur Kerja
muda, dan batang daun. Selain itu umbi dan pelepah 1. Campuran ikan lele dan tepung talas sesuai
dan daun talas dapat dimanfaatkan sebagai bahan perlakuan :
pangan obat, maupun pembungkus makanan, 2. A1 = Ikan lele 100 g : 0 g tepung talas: 300 g
sedangkan daun kulit dan ampas umbinya dapat tepung tapioka
dimanfaat sebagai makanan ternak. Selai dapat 3. A2 = Ikan lele 75 g :25 g tepung talas: 300 g
digunakan sebagai bahan pangan talas juga tepung tapioka
Umbi
talas
Didinginkan
Di rendaman 1 jam
dengan NaCl 10% Digoreng
Kerupuk
Dikeringan 50-60 ᵒc dengan
cabinet driver selama 6-12
jam
Gambar 2. Diagram alir pembuatan
kerupuk ikan lele. Modifikasi Tababaka (2004)
Digilingan
Gambar 1. Diagram alir pembuatan tepung A1 = Ikan lele 100 g : 0 g tepung talas :
talas
300 g tepung tapioka
A2 = Ikan lele 75 g : 25 g tepung talas :
300 g tepung tapioka
A3 = Ikan lele 50 g : 50 g tepung talas :
300 g tepung tapioca
sampel yang diamati sebanyak 9 sampel. Metode b. Kadar Air (Andarwulan dkk., 2011)
yang digunakan untuk mengolah data yaitu metode Cawan kosong dikeringkan dalam oven
RAL (Rancangan Acak Lengkap). Data yang selama 15 menit dan didinginkan
dihasilkan kemudian diolah menggunakan uji dalam desikator, kemudian timbang sekitar 5 gram
sample yang sudah
analisis sidik ragam untuk melihat pengaruh
dihomogenkan dalam cawan. Tempatkan cawan
perlakuan
beserta isi di dalam oven pada suhu 100-102 °C
2.4. Jenis Dan Sumber Data (Andarwulan selama 6 jam. Hilangkan kontak antara cawan
dkk.,2011)
dengan dinding oven. Pindahkan cawan ke
Penulisan tugas akhir ini dilakukan dengan
desikator, lalu dinginkan. Setelah dingin timbang
menelusuri pustaka literatur yang berhubungan kembali. Keringkan kembali didalam oven
dengan penulisan proposal tugas akhir yang berupa (dilakukan pengulangan beberapa kali dengan waktu
data primer dan sekunder. Sumber data sekunder dari setiap pengeringan adalah 1 jam) sampai
berupa jurnal sedangkan primer berasal dari hasil memperolah bobot yang tetap.
pengujian organoleptik dan analisis sifat kimia Kadar air dalam bahan dihitung dengan
kerupuk ikan lele dengan penambahan tepung talas. rumus berikut :
2.5. Parameter yang Diamati b-(c-a)
% kadar air = x 100%
b
Parameter yang akan diamati, yaitu uji
Keterangan :
organoleptik yang meliputi rasa, aroma, warna, dan
a = berat cawan kering yang sudah konstan
tekstur, sedangkan analisis kimia berupa, kadar air,
b = berat sampel awal
kadar abu, kemekaran.
c = berat cawan dan sampel kering yang
a. Organoleptik
sudah konstan
Organoleptik merupakan pengujian
c. Kadar Abu (Andarwulan dkk., 2011)
terhadap bahan makanan berdasarkan kesukaan dan
Sebanyak 5-10 g sampel ditimbang di
kemauan untuk mempergunakan suatu produk. Uji
dalam cawan, kemudian dimasukkan ke dalam tanur
Organoleptik atau uji indera atau uji sensoris sendiri
dan dipanaskan p ada suhu 300 oC, kemudian suhu
merupakan cara pengujian dengan menggunakan
dinaikkan menjadi 420-550 oC dengan waktu sesuai
indera manusia sebagai alat utama untuk
pengukuran daya peneriman terhadap produk. karakteristik bahan (umumnya 5-7 jam). Jika
Uji organoleptik ini dilakukan dengan diperkirakan semua karbon belum teroksidasi,
menggunakaan metode hedonik pada 30 orang cawan diambil dari dalam tanur, lalu didinginkan ke
panelis. Parameter yang akan diuji meliputi rasa, dalam desikator dapat ditambahkan 1-2 mL HNO3
aroma, tekstur, dan warna. pekat. Sampel diuapkan sampai kering dan
dimasukkan kembali ke dalam tanur sampai
Para panelis disajikan sampel satu persatu,
pengabuan dianggap selesai. Selanjutnya tanur
kemudian panelis diminta menilai sampel tersebut
dimatikan dan dapat dibuka setelah suhunya
berdasarkan tingkat kesukaan terhadap rasa, aroma,
o
dan tekstur sampel. Dengan memberikan standar mencapai 250 C atau kurang. Cawan diambil
nilai yang telah tersedia. Adapun skala nilai yang dengan hati-hati dari dalam tanur kemudian
digunakan adalah sangat suka (skor 5), suka (skor ditimbang.
4), sedang (skor 3), tidak suka (skor 2), sangat tidak Kadarabu dalam sampel dapat dihitung
suka (skor 1). dengan rumus sebagai berikut:
W2- W0
% kadar abu= x 100%
W1- W0
W2 = Berat cawan + sampel setelah empat cicipan utama yaitu asin, asam, manis, pahit.
W0 = Berat cawan kosong (g) rasa kerupuk ikan lele dengan subtitusi tepung talas
ketiga perlakuan dapat di lihat pada Gambar 3 di
W1 = Berat cawan + sampel sebelum
bawah ini
pengabuan (g)
d. Uji Kemekaran (Koesbandi, 1974) 3.9 3.87
A3 (Ikan lele 50
3.85 gram : Tepung
Kemekaran Kerupuk ditetapkan dengan
3.8 3.77 talas 50 gram :
melihat perubahan luasan kerupuk sebelum dan
300 gram Tepung
Rasa (skor)
sesudah di goring, pengukuran panjang dan lebar 3.75
tapioka)
irisan kerupuk menggunakan jangka sorong. 3.7 A2 (Ikan lele 75
3.63
3.65 gram : Tepung
Persentase kemekarana dihitung dengan rumus :
talas 25 gram :
3.6 300 gram Tepung
Li
Kemekaran (%) = x 100% 3.55 tapioka)
Lo
A1 (Ikan lele 100
Keterangan: 3.5 gram : Tepung
A1 A2 A3 tapioka 300
Lo = Luas kerupuk mentah (panjang x
lebar) gram)
Ll = Luas kerupuk matang (panjang x Perlakuan
lebar)
harum, asam, tengik, dan hagus. Hasil uji A1 memiliki aroma ikan lele yang cukup
menyengat. Sedangkan perlakuan A2 dan A3 sama-
organoleptik terhadap parameter aroma dapat dilihat
sama tingkat kesukaan panelisnya karena
pada Gambar 4
perpaduan ikan lele dan tepung talasnya.
3.1.3. Tekstur
Menurut (Kartika dkk, 1998) tekstur
3.88 3.87 merupakan sensasi tekanan yang dapat diamati
A3 (Ikan lele 50
gram : Tepung dengan mulut (pada waktu digigit, dikunyah dan
3.86 talas 50 gram : ditelan) adapun perubahan dengan jari. Setiap
300 gram
bentuk makanan mempunyai sifat tekstur tersendiri
3.84 Tepung tapioka)
tergantung pada keadaan fisik dan ukuran, penilaian
tekstur dapat berupa kekerasan elastisitas ataupun
3.82 A2 (Ikan lele 75
Aroma (skor)
tapioka)
3.9
3.72 A2 (Ikan lele 75
3.8 3.73
A1 A2 A3 gram : Tepung
3.67 talas 25 gram :
3.7
Perlakuan 300 gram Tepung
Gambar 4. Hasil organoleptik aroma kerupuk ikan lele subtitusi 3.6 tapioka)
tepung talas
3.5 A1 (Ikan lele 100
gram : Tepung
Berdasarkan hasil uji organoleptik aroma kerupuk 3.4 tapioka 300 gram)
A1 A2 A3
ikan lele dengan subtitusi tepung talas tingkat
penerimaan panalis terhadap parameter aroma Perlakuan
kerupuk ikan lele dengan subtitusi tepung talas pada
perlakuan A1 (ikan lele,,tapioka: 100 : 300) Gambar 5. hasil uji organoleptik tekstur kerupuk ikan lele
Warna (skor)
Tepung tapioka)
3
menujukan kerupuk ikan lele dengan subtitusi A2 (Ikan lele 75
2.5 gram : Tepung
tepung talas panelis lebih menyukai tekstur pada
2 talas 25 gram :
perlakuan A1 (4.2) sedangkan perlakuan A2 (3.73) 300 gram
dan A3 (3.63). 1.5 Tepung tapioka)
3.1.4. Warna 1 A1 (Ikan lele
0.5 100 gram :
Menurut Winarno (2008) secara visual
Tepung tapioka
faktor tampilan lebih dahulu dan kadang- kadang 0 300 gram)
A1 A2 A3
sangat menentukan dalam penerimaan konsumen.
Warna juga merupakan salah satu parameter yang Perlakuan
digunakan konsumen dalam memilih produk. Nilai
sensori tingkat kesukaan warna dari kerupuk ikan
Gambar 6. Hasil organoleptik warna kerupuk ikan lele subtitusi
lele dengan subtitusi tepung talas pada Gambar 6
tepung talas
berikut.
Berdasarkan hasil uji organoleptik tapioka lebih banyak dibandingkan dengan
terhadap warna kerupuk ikan lele dengan subtitusi perlakuan lainnya sehingga warna yang dihasilkan
tepung talas menunjukan bahwa tingkat penerimaan pada perlakuan lebih warna putih (Winarno, 2002)
panelis terhadap parameter warna kerupuk ikan lele 3.1.5. Kadar Air
dengan sutitusi tepung talas pada perlakuan A1 lebih Hasil analisis rata-rata kadar air pada
tinggi dibandingkan dengan perlakuan A2, begitu kerupuk ikan lele dengan subtitusi tepung talas
juga perlakuan A1 lebih disukai panelis dari pada dengan tiga kali pengulangan analisa dengan hasil
A3. Tingkat kesukaan panelis terhadap perlakuan ditunjukan oleh Tabel 1 dan Gambar 7 di bawah ini.
A1 sebesar 4.63 sementara pada perlakuan A2 3.87
Perlakuan Rata-rata (%)
dan A3 3.67. Nilai yang diberikan para panelis
A1 3,29
terhadap ketiga perlakuan biskuit ikan lele pada
A2 3,98
tingkat suka sampai netral.
A3 4,21
Hasil uji organoleptik terhadap warna
kerupuk ikan lele dengan suptitusi tepung talas
Tabel 1. Nilai rata-rata kadar air kerupuk
menujukan bahwa tiga perlakuan yang dilakuan ikan lele dengan subtitusi tepung talas
panelis berpendapat secara keseluruhan bahwa
warna yang dihasilkan oleh ketiga perlakuan dalam
taraf biasa/netral sampai suka. Dari semua perlakuan
panelis lebih menyukai warna kerupuk ikan lele
dengan subtitusi tepung talas pada perlakuan A1,
karena pada perlakuan ini penambahan tepung
tinggi dan kandungan abu kerupuk ikan lele dengan subtitusi tepung talas F hitung (11.00) lebih besar dari
subtitusi tepung talas pada perlakuan A1 dan A2 F tabel (0.05) yaitu (5.14) dan F tabel (0.01) yaitu 10.92.
cukup rendah. Hal ini sesuai dengan pendapat Hasil analisis sidik ragam ini menunjukan bahwa
Wiriano (1984) yang menyatakan bahwa semakin kerupuk ikan lele dengan subtitusi tepung talas
tinggi kadar abu pada suatu prodak maka semakin berbeda nyata terhadap kadar air pada ketiga
tinggi pula kandungan mineral pada produk tersebut perlakuan tersebut, sehingga dilakukan uji BNT
sedangkan semakin rendah kadar abu pada suatu lagi.
prodak maka semakin rendah kandungan mineral Dilihat dari tabel di atas, nilai rata-rata uji
pada prodak tersebut, dan dengan tingginya mineral kemekaran yang terbaik dimiliki oleh perlakuan A1
dalam bahan pangan hal tersebut tidak yaitu 328.31%, semakin mekar kerupuknya maka
dapat mempengaruhi nilai gizi pada produk tersebut. semakin baik produk tersebut, sedangkan nilai rata-
3.1.7. Uji Kemekaran rata kadar air yang tertinggi dimiliki oleh perlakuan
Hasil analisis rata-rata uji kemekaran pada A3 yaitu 147.69%. Hal ini disebabkan semakin
kerupuk ikan lele pada subtitusi tepung talas dengan banyak penambahan tepung talas pada setiap
tiga kali pengulangan analisa dengan hasil perlakuan akan berpengaruh pada nilai rata-rata. Hal
ditunjukan oleh Tabel 5 dan gambar 8 di bawah ini. ini sesuai dengan pernyatan Tahir (1985), bahwa
Perlakuan Rata-rata (%) kandungan amilopektin yang lebih tinggi dari bahan
a
A1 328,31 akan memberikan kecenderuangan pengembagan
b
A2 275,89 kerupuk yang lebih besar dibandingkan dengan
A3 147,69bc
amilosa yang tertinggi, amilosa cenderung memicu
Tabel 3. Nilai rata-rata kadar abu pada
kerupuk ikan lele tingkat kemekaran kerupuk, sedangkan amilopektin
berfungsi sebaliknya mengarah pada pembentukan
328.31 A3 (Ikan lele 50 tekstur yang lebih ringan yang berhubungan
350
gram : Tepung langsung dengan kemekaran kerupuk, dan pada
275.89 talas 50 gram :
300 300 gram tepung talas banyak mengandung amilopektin
Uji kemekaran (skor)
Tepung tapioka)
250 dibandingkan dengan amilosanya sehingga dapat
menpercepaat proses pengembangan kerupuk dan
A2 (Ikan lele 75
200 gram : Tepung
147.69 bembentuk teksrut ysng lebih ringan dan lebih
talas 25 gram :
150 300 gram renyaah.
Tepung tapioka)
KESIMPULAN
100
Kesimpulan penelitian adalah hasil uji
A1 (Ikan lele 100
50 gram : Tepung organoleptik pada pembuatan kerupuk ikan lele
tapioka 300
gram) yang paling disukai oleh panelis adalah perlakuan
0
A1 A2 A3 A1 (dari segi rasa, warna, aroma, tekstur). Perlakuan
pada pembuatan kerupuk ikan lele dengan subtitusi
Perlakuan tepung tepung talas memiliki nilai rata-rata kadar air
dan kadar abu adalah 3.29% dan 1.72%.
Gambar 9. Nilai rata – rata uji kemekaran kerupuk ikan lele
DAFTAR PUSTAKA
Berdasarkan gambar 9 di atas, nilai rata- Ade. 1994. Mencari primadona baru ikan air tawar.
rata uji kemekaran pada kerupuk ikan lele dengan Majalah Agrobisnis. Surabaya.