Askep KKP
Askep KKP
PENDAHULUAN
Di Indonesia masalah malnutrisi atau gizi buruk masih menjadi salah satu
masalah kesehatan masyarakat yang utama. Menurut Riskesdas tahun 2013
tercatat sekitar 4,6 juta diantara 23 juta anak di Indonesia mengalami gizi
buruk dan kurang (Riskesdas, 2013).
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian dari KKP
2. Untuk mengetahui klasifikasi KKP
3. Untuk mengetahui patofisiologi kwashiorkor dan marasmus
4. Untuk mengetahui manifestasi klinis pada kwashiorkor dan marasmus
5. Untuk mengetahui komplikasi yang bisa terjadi pada kwashiorkor dan
marasmus
6. Untuk mengetahui pemeriksaan penunjang yang bisa dilakukan
7. Untuk mengetahui bagaimana asuhan keperawatan pada anak dengan KKP
1
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian
Kekurangan kalori protein adalah defisiensi gizi terjadi pada anak yang
kurang mendapat masukan makanan yang cukup bergizi, atau asupan kalori
dan protein kurang dalam waktu yang cukup lama.
2.2 Klasifikasi
a. KKP ringan :
KKP ringan/sedang disebut juga sebagai gizi kurang (undernutrition)
ditandai oleh adanya hambatan pertumbuhan.
b. KKP berat
1. Kwashiorkor
Kwashiorkor adalah bentuk kekurangan kalori protein yang berat,
yang amat sering terjadi pada anak kecil umur 1 dan 3 tahun. Kwashiorkor
adalah suatu sindroma klinik yang timbul sebagai suatu akibat adanya
kekurangan protein.
2. Marasmus
Marasmus adalah salah satu bentuk kekurangan gizi yang buruk
paling sering ditemui pada balita penyebabnya antara lain karena masukan
makanan yang sangat kurang, pembawaan lahir, prematuritas. Marasmus
sering dijumpai pada anak pada umur 0-2 tahun.
2.3 Patofisiologi
Terjadinya kwashiorkor dapat diawali oleh faktor makanan yang kadar
proteinnya kurang dari kebutuhan tubuh sehingga akan kekurangan asam
amino esensial dalam serum yang diperlukan dalam pertumbuhan dan
perbaikan sel. Kemudian produksi albumin dalam hati pun berkurang,
2
sehingga berbagai kemungkinan terjadi hipoproteinemia yang dapat
menyebabkan edema dan akhirnya menyebabkan asites, gangguan mata, kulit,
dan lain-lain.
Sedangkan terjadinya marasmus juga dapat disebabkan faktor makanan
dengan kadar kalori dan protein yang kurang dari kebutuhan tubuh, sehingga
dapat terjadi atropi jaringan khususnya pada lapisan subkutan dan badan
tampak kurus seperti orang tua.
a. Kwashiorkor
1. Muka sembab
2. Letarghi
3. Edema
4. Jaringan otot mengecil
5. Jaringan subkutan tipis dan lembut
6. Warna rambut pirang atau seperti rambut jagung
7. Kulit kering dan bersisik
8. Alopecia
9. Anorexia
10. Gagal dalam tumbuh kembang
11. Tampak anemia
b. Marasmus
3
10. Apatis
11. Kelaparan
2.5 Komplikasi
a. Kwashiorkor : diare, infeksi, anemia, gangguan tumbuh kembang,
hipokalemi dan hiponatremi
b. Marasmus : infeksi, tuberculosis, parasitosis, disentri, malnutrisi kronik,
gangguan tumbuh kembang.
a. Pemeriksaan fisik
b. Pemeriksaan laboratorium meliputi: albumin, kreatinin, nitrogen,
elektrolit, hb, ht, dan transferin.
c. Pemeriksaan radiologis
4
nutrisi atau gizi pasien
Pada kwashiorkor : apakah ada edema, rambut rontok, BB menurun
Pada marasmus : badan kurus, atrofi otot, rambut kemerahan dan
kusam, tampak siannosis
2) Palpasi
Pada marasmus terdapat tugor kulit yang jelek.
Pada kwashiorkor terdapat pembesaran hati.
9. Monitor hasil laboratorium
B. Diagnosa Keperawatan
1. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan tidak
adekuatnya intake nutrisi
2. Kurangnya volume cairan dan konstipasi berhubungan dengan kurangnya
intake cairan
3. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan tidak adanya kandungan
makanan yang cukup
4. Risiko infeksi berhubungan dengan gangguan respon imun sekunder dari
malnutrisi
5. Kurangnya pengetahuan berhubungan dengan tidak tahu memberikan
intake nutrisi pada anak
C. Intervensi
1. Anak akan memperlihatkan pemenuhan kebutuhan nutrisi secara adekuat
yang ditandai dengan berat badan normal sesuai dengan usia, nafsu makan
meningkat, dan tidak ditemukan manifestasi malnutrisi
2. Anak tidak menunjukkan tanda-tanda dehidrasi yang ditandai dengan
ubun-ubun tidak cekung, turgor kulit normal, membran mukosa lembab,
output urine sesuai, berat jenis urine normal
3. Anak menunjukkan keutuhan integritas kulit yang ditandai dengan kulit
tidak bersisik, tidak kering, dan elastisitas kulit normal
4. Anak akan terbebas dari infeksi yang ditandai dengan suhu tubuh normal
dan leukosit dalam batas normal
5
5. Orang tua memahami pemenuhan kebutuhan nutrisi pada anak
D. Implementasi
1. Meningkatkan pemenuhan kebutuhan status nutrisi
a. Kaji antropometri
b. Kaji pola makan
c. Berikan intake makanan tinggi kalori, protein, mineral, dan vitamin
d. Frekuensi makan dapat ditingkatkan setiap 3-4 jam dan selingi
dengan makanan kecil yang tinggi kalori dan protein
e. Timbang berat badan setiap hari
f. Tingkatkan pemberian ASI dengan pemasukan intake nutrisi yang
adekuat pada orang tua (ibu)
2. Meningkatkan hidrasi dan mencegah konstipasi
a. Berikan cairan yang adekuat sesuai kondisi
b. Berikan cairan per oral
c. Berikan cairan atau nutrisi parenteral; pantau kepatenan infus
d. Ukur intake dan output
e. Ukur berat jenis urine
f. Auskultasi bising usus
g. Kaji tanda-tanda dehidrasi
h. Pantau adanya overload cairan
3. Meningkatkan integritas kulit
a. Pertahankan agar kulit tetap bersih dan kering
b. Lakukan penggatian posisi tidur setiap 2-3 jam dan lakukan
pembersihan pada daerah yang tertekan dengan air hangat
c. Gunakan alas tidur yang lembut
d. Berikan krim kulit
e. Berikan suplemen vitamin
f. Hindari penggunaan sabun yang dapat mengiritasi kulit
g. Monitor keutuhan kulit setiap 6-8 jam
4. Mencegah terjadinya infeksi
a. Kaji tanda-tanda infeksi; ukur suhu setiap 4 jam
6
b. Gunakan standar pencegahan universal; menjaga kebersihan,
mencuci tangan yang benar sebelum kontak dengan anak,
menghindarkan anak dari penyakit infeksi
c. Berikan imunisasi bagi anak yang belum imunisasi
5. Meningkatkan pengetahuan orang tua
a. Ajarkan pada keluarga tentang cara pemenuhan kebutuhan nutrisi
dengan gizi yang seimbang dengan mendemonstrasikan atau
memberikan contoh bahan makanan
b. Jelaskan komplikasi yang terjadi akibat malnutrisi
c. Anjurkan untuk aktif dalam kegiatan posyandu agar pemantauan
status gizi dan pemberian makanan dapat diatasi
7
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
Untuk klien diharapkan setelah diberikan pendidikan kesehatan, klien
dapat mengerti dan memahami pengertian perawatan dan pencegahan KKP
sehingga dapat terhindar dari KKP.
Untuk perawat hendaknya para perawat dapat lebih meningkatkan kinerja
dengan mengacu kepada standar operasional prosedur yang ditetapkan oleh
rumah sakit. Serta perawat juga hendaknya setiap klien yang baru
masuk rumah sakit segera diberikan pendidikan kesehatan tentang penyakit
yang diderita agar klien dan keluarga tidak cemas terhadap penyakitnya dan
menambah pengetahuan.
8
DAFTAR PUSTAKA