Pendahuluan
Fotosensitivitas dapat disebabkan oleh agen eksogen dan agen endogen. Kondisi ini
terjadi ketika ikatan rangkap tak jenuh dalam cincin karbon 6 menyerap energi radiasi
dalam spektrum aksinya. Fotosensitisizer eksogen agen yang diberikan secara sistemik
dan topikal. Sementara pada bab ini berfokus pada fotosensitivitas yang diinduksi oleh
agen eksogen yaitu fototoksisitas dan fotoalergi.
Fototoksisitas merupakan kondisi yang terjadi akibat dari cidera jaringan langsung
yang disebabkan agen fototoksik dan radiasi. Sedangkan fotoalergi merupakan respon
hipersensitivitas tipe IV terhadap molekul yang telah dimodifikasi oleh penyerapan foton.
Prevalensi
1
Kecuali pada fototoksisitas yang diinduksi psoralen dimana respon muncul setelah 24 jam dan
memuncak pada 48-72 jam setelahnya. Sehingga dapat diberikan perawatan fotokemoterapi
psoralen + UVA (PUVA) 48-72 jam terpisah.
Fotoonikolisis
Terlepasnya kuku bagian distal dari dasar kuku dapat muncul tanpa gejala yang
merupakan manifestasi dari fototoksisitas akut. Dapat terjadi pada penggunaan doksisiklin,
dan tetrasiklin, fluorokuinolon, psoralen, dll.
Reaksi kimia dimana butiran perak tersimpan dalam dermis menyebabkan perubahan
pigmentasi.
Pseudoporfiria
Terjadi perubahan warna kulit seperti porfiria kutaneus yaitu kerapuhan kulit, vesikel,
bula, supepidermal, yg diikaitkan dgn beberapa agen fototoksik. Naproksen merupakan
agen penyebab yang paling sering dilaporkan. Bat-obatan lain yang dicurigai dapat
memicu kondisi ini seperti amiodaron, antibiotik beta lactam, selecocsib, siprofloxacin,
siklosporin, disflunisal, etretinal, furosemide, imatinib, nabumeton, asam nalidiksik, UVB
gelombang pendek, kontrasepsi oral, oksaprozin, ketoprofen, asam mefenamat,
tetrasiklin, asam tiaprofenik, torsemide, dan vorikonazol.
Pada pasien dengan imunosupresi yang mendapat vorikonazol selama lebih dari 12
minggu dapat mengalami fotosensitivitas, pseudoporfiria, penuaan akibat sinar matahari,
lentigo, atau dermatoheliosis prematur. Selain itu dapat juga ditemukan karsinomal sel
skuamosa dan melanoma.
Erupsi Fotosensitif Likenoid Terjadi akibat penggunaan doksisiklin, kapesitabin, dan agen
lainnya.
Efek Kronis Penuaan disni pada kulit, kassinoma sel skuamosa, karsinoma sel basal, dan
melanoma terjadi pada fotokemoterapi PUVA jangka Panjang.
2
Agen Fototoksi
Patofisiologi
2. Terbentuknya photoproduk
Dimana photoproduk stabil disebabkan
oleh paparan radiasi dapat
menyebabkan cidera ringan.
3. Peningkatan terhadao substrat
Yaitu peningkatan kovalen metoksipsoralen-8 ke basis pirimidin dari molekul DNA
setelah paparan UVA yang menghasilkan pembentukan ikatan silang antara untai
DNA.
4. Mediator-mediator inflamasi
Mediator-mediator inflamasi terlibat dalam cidera jaringan fototoksik. Produk yang
aktif dari aktivasi komplemen, mediator turunan sel mast, eicosanoid, protease, dan
leukosit poli morfonuklear berkontribusi pada terbentuknya fototoksisitas yang
diinduksi oleh porfirin, demeklosiklin, dan klorpromazin
3
5. Apoptosis Terapi fotodinamik juga merupakan penginduksi kuat terjadinya
apoptosis
Histopatologi
Menajemen
Agenfotoalergen
Histopatologi
Gambaran histologinya serupa dengan
dermatitits kontak alergi. Terdapat
spongiosis epidermal yang terkait dengan
infiltrate sel mononuclear dalam dermis.
Patofisiologi
4
Selain itu fotoalergen dapat membentuk fotoproduk yang stabil pada paparan radiasi, yang
akhirnya dapat berkonjugasi dengan protein pembawa untuk membentuk antigen komplit.
Selain antigen komplit terbentuk, mekanisme fotoalergi identic dengan kontak alergi. Antigen
diambil dan diproses oleh sel-sel Langerhans epidermal kemudian berimigrasi ke kelenjar
getah bening regional untuk membawa antigen ke limposit T kemudian mengaktifasi limfosit
T bersirkulasi ke tempat terpapar sehingga terjadi respon inflamasi.