Anda di halaman 1dari 8

Kelompok Suku Dayak Benuaq Tunjung

Nama Anggota :

Ahmed Aprima Egbar

Anastasia Tiara

Christy Alma Dewanti

Claudia Ariska Rebika

Della Rahayu

Faradhiba Virgina

Desti Natalia Lantika T

Eunike Tasya Febrianti

Hana Oktaviya

Inesta Adenia

Jenly Adinata

Sanya Aliya Ananda

Lois Sanjaya

Maitayanti

Margaretha Erisa Natalia

Viola Apristarani
Suku Dayak Benuaq

Suku Dayak Benuaq banyak mendiami di wilayah sungai Kedang Pahu yang terletak di
pedalaman Kalimantan Timur dan di daerah Danau Jempang, sedangkan Suku Dayak Benuaq
yang mayoritas terdapat di Kutai Barat, Kalimtan Timur. Jumlah mereka hampir 60%
masyarakat Kutai Barat.

Kata Benuaq berasal dari kata benua, yang memiliki arti suatu daerah atau daerah territorial,
seperti sebuah Negara. Namun secara sempit benua ialah daerah atau wilayah yang didiami
sebuah kelompok atau komunitas. Kata benuaq ialah sebutan orang Kutai untuk kelompok Suku
Dayak yang hidup menetap di suatu daerah.

Suku Dayak Benuaq menganut kepercayaan Animisme dan Dinamisme. Mereka berpendapat
bahwa alam semesta dan semua mahluk hidup mempunyai roh dan perasaan yang sama seperti
manusia. Menurut mereka hanya akal yang membedakan antara manusia dan mahluk lain.

Suku Daya Benuaq sangat peduli terhadap alam dan lingkungan sekitar, mereka sangat
memperhatikan betuk kehidupan alam sekitar, hal itu dikarenakan suku ini memiliki pendapat
bahwa “segenap alam semesta termasuk tumbuh-tumbuhan dan hewan harus diperlakukan
sebaik-baiknya. Dan mereka meyakini bahwa perbuatan semena-mena dan tidak terpuji akan
menimbulkan malapetaka. Oleh sebab itu merek amengelola alam semesta dengan penuh
perhatian.

Suku Dayak Denuaq sangat patuh pada apa yang diyakininya, mereka sangat patuh terhadap
aturan-aturan adat yang ada. Mereka percaya apabila pemangku adat melakukan perbuatan yang
menyimpang baik itu disengaja atau tidak akan mendapat kutukan dari Nayuq.

Perwujudan kutukan berupa kematian mendadak atau perlahan-lahan, atau kutukan lain seperti
susah mendapat rezeki.
Suku Dayak Benuaq memiliki seni kerajinan kain yang khas yang bernama Ulap Doyo, selain itu
adat istiadat masyarakat Dayak Benuaq masih terlihat pada upacara prosesi kematian.
Suku Benuaq/Dayak Benuaq
• Berdasarkan beberapa ahli suku dayak benuaq di percaya berasal dari dayak lawangan
sub suku ot Danum dari kalimantan tengah. Lewangan juga merupakan induk dari suku
Tunjung di kalimantan timur.

• Kata benuaq berasal dari kata luas yang berarti suatu wilayah atau daerah teritori tertentu
seperti, sebuah negara/negeri.

• Pengertian secara sempit berarti wilayah/daerah tempat tinggal sebuah


komunitas/kelompok.

• Menurut leluhur orang benuaq dan berdasarkan kelompok dialeq bahasa dalam bahasa
benuaq, yakni Menurut leluhur orang Benuaq dan berdasarkan kelompok dialek bahasa
dalam Bahasa Benuaq, diyakini oleh bahwa Orang Benuaq justru tidak berasal dari
Kalimantan Tengah, kecuali dari kelompok Seniang Jatu. Masing-masing mempunyai
cerita/sejarah bahwa leluhur keberadaan mereka di bumi langsung di tempat mereka
sekarang. Tidak pernah bermigrasi seperti pendapat para ahli.

• Suku dayak khususnya dayak Tunjung (Tonyooi) dan Benuaq (Benuaq) ini memang
komunitasnya menyebar di seluruh pulau Kalimantan (Borneo). Tetapi secara umum
suku Tonyooi_Benuaq ini lebih dominan mendiami Kabupaten Kutai Barat, Kalimantan
Timur. suku Tonyooi_Benuaq ini juga sama seperti suku-suku dayak lainnya yang
memiliki Rumah Adat yang bernama "Lamin" (rumah panjang).

• rumah Lamin ini dapat dihuni lebih dari 100 kepala keluarga. namun pada saat ini
semenjak masuknya era-globalisasi dan teknologi modern, jumlah keluarga yang
mendiami lamin ini semakin menurun, karena masyarakatnya lebih suka untuk tinggal
dirumah masing-masing secara terpisah, tujuannya adalah untuk mendapatkan suatu
privasi yang lebih dalam hal berumah tangga.

• pada dasarnya suku dayak tunjung)_benuaq ini memiliki sistem kebudayaan dan nilai-
nilai moral yang sangat luarbiasa. Dengan demikian suku ini juga memberikan kebebasan
bagi para pendatang yang sangat ingin mengetahui sistem kebudayaannya ( cultural
openness ). Suku dayak tonyooi_benuaq ini termasuk suku yang sangat terbuka bagi para
pendatang, terutama bagi pendatang yang sangat menghargai adat dan istiadat suku
budaya setempat (anda sopan kamipun segan) begitulah santunan yang dapat di ucapkan.

• Dalam kegiatan budaya suku tonyooi_benuaq ini terdapat beberapa adat yang sangat
meriah, yakni :
• - kegiatan adat kuwangkai : adat ini sebagai rasa hormat anak cucu terhadap leluhur atau
keluarga yang telah lebih dahulu meninggal dunia.
• - kegiatan adat penyembuhan : belian bawo(beliatn bawo), sentiyu, kenyong, pakatn
talutn, dan beliatn luangan.

• suku tonyooi_benuaq ini juga memiliki tarian_tarian adat, seperti tarian Gantar dari Suku
Dayak Benuaq, Ngeleway dari Suku Benuaq, Tarian Ngerangkaw dari Suku Dayak
Benuaq.

• suku dayak benuaq mendiami daerah-daerah kampung, seperti Mencimai, Benung,
Eheng, Engkuni Pasek, Keay, Pegalaq, Jingendanum, Damai, Lambing, Nyuatan, Besiq,
Bentian, Jempang dan masih banyak lagi tersebar di beberapa daerah perkampungan
lainnya. sedangkan suku tunjung mendiami daerah, Barong Tongkok, Asa, Busur, Ombau
Asa, Ongko Asa, Baloq, Bigung, Melapeh, Tutung, Sumber Sari, Sekolaq Darat, Sekolaq
Joleq, Bunyut, Ngenyan, empas dan masih di beberapa daerah dan kampung lainnya lagi.

• Terjadi kesalahan anggapan termasuk para ahli, bahwa Suku Dayak membuat patung
untuk mereka sembah sebagai symbol sesembahan masyarakat Dayak Benuaq. Oleh
karena kesalahan persepsi ini, seringkali masyarakat Dayak Benuaq dianggap suku
penyembah berhala.

• Banyak jenis patung yang dibuat Suku Dayak Benuaq bukan untuk disembah atau dipuja,
tetapi justru harus diludahi setiap orang yang melewatinya. Ada juga patung yang dibuat
untuk mengelabui roh jahat atau makhluk halus agar tidak menggangu manusia. Jadi
patung lebih daripada wujud/tanda peringatan baik untuk berbuat baik atau larangan
terhadap perbuatan jahat.

• Masyarakat Suku Dayak Benuaq menganut system matrilineal.

• Dalam rangka pengelolaan alam semesta termasuk hubungan antar mahluk hidup dan
kematiannya serta hubungan dengan kosmos, haruslah sesuai dengan adat istiadat dan
tata karma yang telah diwariskan oleh nenek moyang orang Benuaq. Adat istiadat dan
tata karma diwariskan sama tuanya dengan keberadaan Suku Dayak Benuaq di Bumi.
Orang Suku Dayak Benuaq percaya bahwa Sistem Adat yang ada bukanlah hasil budaya,
tetapi mereka mendapatkan dari petunjuk langsung dari Letalla melalui para Seniang
maupun melalui mimpi.

• Orang Dayak Benuaq, percaya bahwa system adatnya telah ada sebelum negara ini lahir.
Itu sebabnya mereka tidak menerima begitu saja, pendapat yang mengatakan bahwa
dengan lahir Negara dan aturan dapat menghilangkan aturan Adat Istiadat Suku Dayak
Benuaq.

• Paling tidak ada 5 pilar/tiang adat Suku Dayak Benuaq :

• Adet
• Purus

• Timekng

• Suket

• Terasi

• Kelimanya harus dijalankan / menjadi pegangan dalam melaksanakan adat istiadat di


Bumi, jika tidak akan terjadi ketidak adilan dan kekacauan di masyarakat. Selain itu
penyimpangan baik sengaja maupun tidak sengaja oleh pemangku adat akan mendapat
kutukan dari Nayuk Seniang. Perwujudan dari kutukan ini bias berbentuk kematian baik
mendadak maupun perlahan-lahan, juga bias berbentuk kehidupan selalu mendapat
bencana/malapetaka serta susah mendapatkan rejeki.

• Lou (dibaca: lo-uu ; Lamin)[sunting | sunting sumber]

• Sebagaimana masyarakat Dayak umummya, Dayak Benuaq juga mempunyai tradisi


rumah panjang. Dalam masyarakat Dayak Benuaq, tidak semua rumah panjang dapat
disebut Lou (Lamin).

• Rumah panjang dapat disebut lou (lamin) jika mempunyai minimal 8 olakng. Olakng
merupakan bagian/unit lou. Dalam satu olakng terdapat beberapa bilik dan dapur. Jadi
olakng bukan bilik/kamar sebagaimana rumah besar, tetapi olakng merupakan
sambungan bagian dari lou.

• Banyaknya olakng dalam rumah panjang bagi Suku Dayak Benuaq dapat menunjukkan
level/bentuk kepemimpinannya. Itu sebabnya rumah panjang yang besar (lou) sering
disebut kampong besar atau benua. Berdasarkan pengertian ini lou seringkali berkonotasi
dengan kampong atau benua.

• Berdasarkan ukuran dan system kepemimpinan rumah panjang, masyarakat adapt Dayak
Benuaq membedakan rumah panjang sekaligus model pemukiman masyarakat sebagai:

• Lou (lamin)

• Puncutn Lou / Puncutn Benua

• Puncutn Kutaq

• Tompokng

• Umaq (Huma / Ladang).

• Tanaa Adeut (Tanah Ulayat - Tanah Adat)[sunting | sunting sumber]


• Hutan dan segala isinya bagi Suku Dayak Benuaq merupakan benda/barang adat. Itu
sebabnya pengelolaannya harus berdasarkan system adat istiadat. Pada zaman Orde Baru
Suku Dayak Benuaq mengalami zaman yang paling buruk. Hutan sebagai ibu pertiwi
mereka disingkirkan dari orang Benuaq dengan berdalih pada Undang-Undang terutama
pada Undang-Undang Agraria. Sehingga rejim Orba dengan mudah memisahkan Suku
Dayak Benuaq dengan sumber satu-satu penghidupan mereka saat itu, ditambah lagi
dengan disebarnya aparat keamanan dan pertahanan untuk menjadi tameng perusahaan-
perusahaan HPH. Namun menjadi keanehan bahwa Orang Dayak (Benuaq)lah yang
menyebabkan degradasi hutan besar-besaran sebagai dampak system perladangan
bergulir, yang disebut-sebut sebagai perladangan berpindah.

• Berdasarkan ciri/status hutan dapat dibedakan atas :

• Urat Batekng

• Simpukng Munan (Lembo)

• Kebon Dukuh

• Ewei Tuweletn

• Lati Rempuuq

• Lati Lajah

• Berdasarkan suksesi hutan dapat dibedakan atas:

• Bengkar Bengkalutn – Bengkaar Tuhaaq (Hutan Primer)

• Bengkaar Uraaq (Hutan Sekunder Tua; 15-35 tahun)

• Urat Batekng / Batekng (Hutan Sekunder Muda ; 10-15 tahun)

• Balikng Batakng (7-10 tahun)

• Kelewako (2-3 tahun)

• Baber (1-2 tahun)

• Umaaq (huma/ladang) 0 – 1 tahun

• Prosesi Adat Kematian[sunting | sunting sumber]

• Prosesi adat kematian Dayak Benuaq dilaksanakan secara berjenjang. Jenjang ini
menunjukkan makin membaiknya kehidupan roh orang yang meninggal di alam baka.
Orang Dayak Benuaq percaya bahwa alam baqa memiliki tingkat kehidupan yang
berbeda sesuai dengan tingkat upacara yang dilaksanakan orang yang masih hidup
(keluarga dan kerabat).

• Alam baka dalam bahasa Benuaq disebut secara umum adalah Lumut. Di dalam Lumut
terdapat tingkat (kualitas) kehidupan alam baqa. Kepercayaan Orang Dayak Benuaq tidak
mengenal Nereka. Perbuatan-perbuatan jahat yang dilakukan Orang Dayak Benuaq telah
mendapat ganjaran selama mereka hidup, baik berupa tulah, kutukan,
bencana/malapetaka, penderitaan dll. Itu sebabnya Orang Dayak Benuaq meyakini jika
terjadi yang tidak baik dalam kehidupan berarti telah terjadi pelanggaran adat dan
perbuatan yang tidak baik. Untuk menghindari kehidupan yang penuh bencana, maka
orang Dayak Benuaq berusaha menjalankan adat dengan sempurna dan menjalankan
kehidupan dengan sebaik-baiknya.

• Secara garis besar terdapat 3 tingkatan acara Adat kematian :

• Parepm Api

• Kenyauw

• Kwangkay

Anda mungkin juga menyukai