Anda di halaman 1dari 40

JURNAL INKUIRI

ISSN: 2252-7893, Vol 5, No. 3, 2016 (hal 66-76)


http://jurnal.fkip.uns.ac.id/index.php/sains

PENGEMBANGAN MODUL BIOLOGI BERBASIS INQUIRY REAL


WORLD APPLICATION PADA MATERI BIOTEKNOLOGI
DI SMA NEGERI 1 MAGELANG
Dwi Lis Wahyuni1, Sajidan2, Suciati3
1 Magister Pendidikan Sains, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret
Surakarta, 57126, Indonesia
dwiliswahyuni@yahoo.co.id

2 Magister Pendidikan Sains, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret
Surakarta, 57126, Indonesia
sajidan_fkip@staff.uns.ac.id
3 Magister Pendidikan Sains, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret
Surakarta, 57126, Indonesia
suciati.sudarisman@yahoo.com

Abstrak

Penelitian dan pengembangan modul ini bertujuan untuk mengetahui: 1) karakteristik produk modul biologi
berbasis inquiry real world application pada materi bioteknologi; 2) kelayakan prototype modul biologi berbasis
inquiry real world application pada materi bioteknologi; 3) keefektifan modul biologi berbasis inquiry real
world application pada materi bioteknologi. Penelitian dan pengembangan ini menggunakan metode Borg dan
Gall (1983) yang telah dimodifikasi menjadi sembilan tahapan: 1) penelitian pendahuluan; 2) perencanaan; 3)
pengembangan prototype produk; 4) validasi prototype produk; 5) revisi prototype produk; 6) uji keterbacaan; 7)
revisi produk; 8) uji coba produk; 9) revisi produk akhir. Model pengembangan modul menggunakan desain
ADDIE (Branch, 2009). Instrumen yang digunakan meliputi: angket, lembar observasi dan tes. Analisis data
yang digunakan selama penelitian dan pengembangan adalah analisis deskriptif, teknik persentase dan uji
independent sample t-test. Hasil penelitian dan pengembangan menunjukkan: 1) karakteristik modul berbasis
inquiry real world application dikembangkan berdasarkan sintaks inquiry real world application, meliputi:
observation, manipulation, generalization, verification dan application; 2) kelayakan prototype modul berbasis
inquiry real world application menurut para ahli berkualifikasi “sangat baik”. Hasil uji keterbacaan modul untuk
guru oleh praktisi pendidikan berkategori “sangat baik”. Hasil uji keterbacaan modul siswa berkategori “baik”;
3) modul biologi berbasis inquiry real world application efektif meningkatkan hasil belajar siswa pada materi
bioteknologi aspek spiritual, aspek sikap sosial, aspek keterampilan, dan aspek pengetahuan.
Kata Kunci: bioteknologi, inquiry real world application, hasil belajar siswa

Pendahuluan kesimpulan dan mengkomunikasikan konsep,


hukum atau prinsip yang ditemukan
Pendekatan saintifik sebagaimana (Permendikbud No. 65 Tahun 2013).
diamanatkan dalam Kurikulum 2013 Pembelajaran berpendekatan saintifik memberi
didasarkan pada pandangan bahwa kesempatan bagi siswa untuk menguasai
pengetahuan tidak dapat dipindahkan begitu konsep-konsep biologi secara utuh meliputi:
saja dari guru ke siswa. Pendekatan saintifik proses, produk, dan sikap sesuai dengan
adalah proses pembelajaran yang dirancang hakikat sains. Indikasi penguasaan sains secara
sedemikian rupa agar siswa secara aktif utuh dapat dilihat pada hasil belajar siswa yang
mengkonstruk konsep, hukum atau prinsip baik pada aspek pengetahuan, sikap dan
melalui tahapan mengamati, merumuskan keterampilan (Thoharudin et al., 2011).
masalah, mengajukan atau merumuskan Penguasaan sains siswa SMA masih
hipotesis, mengumpulkan data dengan rendah dilihat dari hasil belajar. Hasil analisis
berbagai teknik, menganalisis data, menarik daya serap Ujian Nasional (UN) Tahun

66
JURNAL INKUIRI
ISSN: 2252-7893, Vol 5, No. 3, 2016 (hal 66-76)
http://jurnal.fkip.uns.ac.id/index.php/sains

Pelajaran 2009/2010, 2010/2011, dan 2013. Ketidaksesesuaian ada pada aspek


2012/2013 SMA Negeri 1 Magelang perencanaan pembelajaran, uraian materi,
menunjukkan bahwa tingkat ketuntasan siswa dan penilaian hasil belajar. Ketidaksesuaian
pada materi bioteknologi masih di bawah rata- perencanaan pembelajaran ada pada urutan
rata. Hal tersebut mengindikasikan bahwa sub topik dengan Kompetensi Dasar yang
terdapat kekurangan dalam proses akan dicapai. Ketidaksesuaian pada aspek
pembelajaran materi bioteknologi sehingga uraian materi ada pada kegiatan siswa.
siswa belum memahami materi dengan baik. Kegiatan siswa pada buku ajar berupa
Hasil analisis Ulangan Harian (UH) kegiatan percobaan yang sudah dilengkapi
materi bioteknologi Tahun Pelajaran dengan rancangan percobaannya secara
2013/2014 menunjukkan bahwa jumlah siswa terperinci. Kegiatan saintifik siswa berupa
tuntas hanya sedikit. Nilai rata-rata yang merumuskan masalah, menyusun hipotesis,
dicapai siswa rendah. memilih dan merangkai alat, serta
Analisis hasil belajar siswa pada aspek menyusun langkah kerja belum terfasilitasi.
keterampilan dan sikap menunjukkan bahwa Ketidaksesuaian pada aspek penilaian hasil
aspek keterampilan kurang dilatihkan. Proses belajar ada pada penilaian aspek
pembelajaran lebih banyak dilaksanakan di keterampilan dan sikap.
kelas. Penggunaan laboratorium untuk Hasil analisis buku guru yang
praktikum siswa masih jarang. Siswa kurang tersedia belum menunjukkan adanya
dilatih untuk berkegiatan dalam kelompok. perencanaan pembelajaran ideal untuk
Rendahnya hasil belajar siswa dilaksanakan guru di dalam kelas.
berkaitan dengan kualitas proses pembelajaran. Pendekatan, model, strategi, metode dan
Berdasarkan hasil analisis pelaksanaan delapan deskripsi langkah-langkah pembelajaran
Standar Nasional Pendidikan (SNP) yang menjadi panduan guru dalam
menunjukkan bahwa pengelolaan melaksanakan proses pembelajaran sesuai
pembelajaran di SMA Negeri 1 Magelang dengan Kurikulum 2013 belum tersedia.
masih kurang optimal. Terdapat kesenjangan Aspek penilaian hasil belajar sangat kurang
antara nilai ideal dengan nilai implementasi. sekali dikembangkan. Penilaian pada buku
Kesenjangan cukup besar terdapat pada guru yang tersedia mencantumkan penilaian
implementasi Standar Proses. Rendahnya aspek pengetahuan saja. Penilaian aspek
implementasi Standar Proses menunjukkan keterampilan dan sikap belum tersedia.
kekurangan dalam proses pembelajaran di Hasil analisis menunjukkan bahwa
kelas. model dan buku ajar yang tersedia kurang
Salah satu faktor yang optimal dalam mendukung pelaksanaan
mempengaruhi kualitas proses proses pembelajaran yang berkualitas pada
pembelajaran adalah model pembelajaran. materi bioteknologi. Kurang optimalnya
Hasil observasi di SMA Negeri 1 Magelang model dan buku ajar diprediksi
menunjukkan bahwa model pembelajaran mempengaruhi pencapaian hasil belajar.
yang dilaksanakan oleh guru kurang Oleh karena itu, perlu dilakukan upaya
bervariatif dan cenderung berpusat pada pengembangan buku ajar yang memuat
guru. Siswa kurang difasilitasi untuk aktif model pembelajaran untuk meningkatkan
dalam proses pembelajaran. Proses penilaian kualitas pembelajaran.
masih mengedepankan aspek pengetahuan Proses pembelajaran mata pelajaran
saja, akibatnya aspek keterampilan dan sosial biologi idealnya dilaksanakan melalui
siswa kurang terlatih. model inkuiri (Sund dan Trowbridge, 1973).
Faktor lain yang mempengaruhi Wenning (2012), mengklasifikasikan levels of
kualitas pembelajaran adalah buku ajar. inquiry berdasarkan kecerdasan intelektual dan
Hasil analisis terhadap buku yang pihak pengontrol. Urutan levels of inquiry
digunakan siswa menunjukkan buku yang dimulai dari yang dasar menurut Wenning
digunakan belum sesuai dengan Kurikulum (2012) adalah discovery learning, interactive

67
JURNAL INKUIRI
ISSN: 2252-7893, Vol 5, No. 3, 2016 (hal 66-76)
http://jurnal.fkip.uns.ac.id/index.php/sains

demonstrasi, inquiry lesson, inquiry perencanaan; 3) pengembangan prototype


laboratory, real work application, dan yang produk; 4) validasi prototype produk; 5) revisi
paling tinggi adalah hypothetical inquiry. prototype produk; 6) uji keterbacaan; 7) revisi
Semakin tinggi kecerdasan intelektual siswa produk; 8) uji coba produk; 9) revisi produk
dan semakin besar peran siswa dalam proses akhir; 10) implementasi produk. Prosedur
pembelajaran, maka semakin tinggi tingkatan pengembangan dilakukan dengan
levels of inquirynya. Sadeh dan Zion (2012) memodifikasi tahapan menjadi sembilan
menyatakan bahwa siswa SMA kelas XII langkah dengan tidak melakukan langkah
lebih sesuai dengan model inkuiri terbuka kesepuluh karena pertimbangan waktu dan
yang disertai dengan panduan terbatas dari biaya. Model pengembangan modul yang
guru atau modul. Berdasarkan hal tersebut, digunakan diadaptasi dari model ADDIE
levels of inquiry yang sesuai bagi siswa (Analyze, Design, Develope, Implement,
SMA kelas XII adalah inquiry real world Evaluate) (Branch, 2009).
application. Model pembelajaran inquiry real Subyek uji coba produk adalah 2 kelas
world application memungkinkan siswa untuk dari 6 kelas XII IA SMA Negeri 1 Magelang.
berinkuiri secara terbuka namun terarah Siswa kelas XII IA 1 berjumlah 26 menjadi
dengan adanya panduan. kelas modul sedangkan siswa kelas XII IA 4
Panduan dalam berinkuiri dapat berjumlah 24 menjadi exsisting class.
dituangkan dalam modul (Trowndrow, Data analisis kebutuhaan diperoleh
2010). Modul dengan basis pembelajaran dari hasil angket dan observasi terhadap siswa
tertentu dapat membantu mengatasi dan guru di kelas, data hasil UN dari
permasalahan hasil belajar siswa (Suardana Kemendiknas, dan data ketercapaian 8 SNP di
et al., 2010). SMAN 1 Magelang diperoleh dari hasil obser-
Oleh karena itu, perlu vasi. Data hasil validasi ahli diperoleh melalui
dikembangkan suatu modul yang angket kelayakan modul. Data hasil uji
terintegrasi dengan model pembelajaran keterbacaan berupa data kualitatif yang
inquiry real world application di SMA diperoleh melalui angket kelayakan modul
Negeri 1 Magelang. Proses pembelajaran oleh praktisi pendidikan dan siswa. Instrumen
dalam modul berbasis inquiry real world pengumpulan data berupa lembar observasi
application dikelola agar dapat untuk mengetahui hasil belajar aspek spiritual,
memfasilitasi siswa berproses sains untuk aspek sosial dan aspek keterampilan, tes
memecahkan masalah melalui kegiatan berupa soal pilihan ganda untuk mengetahui
mengamati, menanya, mengumpulkan data, hasil belajar aspek pengetahuan, angket
mengasosiasi, dan mengkomunikasikan. penilaian diri sendiri, angket penilaian antar
Proses sains yang dilakukan siswa teman, dan jurnal guru.
melatihkan keterampilan-keterampilan Analisis deskriptif kualitatif digunakan
sains untuk mengkonstruk pengetahuan. untuk menganalisis data validasi dari validator
Konsep yang dibangun secara mandiri oleh ahli, praktisi pendidikan dan siswa yang
siswa memiliki retensi yang lebih kuat berupa masukan, tanggapan, saran, dan kritik.
sehingga mengoptimalkan hasil belajar Analisis deskriptif kuantitatif digunakan untuk
(Trowbridge dan Bybee, 1996). Proses menganalisis data yang berbentuk persentase.
pembelajaran juga dikelola untuk Teknik persentase digunakan untuk
melatihkan aspek sosial siswa melalui menyajikan data frekuensi atas tanggapan
kegiatan kelompok. subyek uji coba terhadap produk penge-
bangan berbasis inquiry real world
application.
METODE PENELITIAN Data hasil belajar aspek pengetahuan
dianalisis menggunakan uji Independent
Prosedur pengembangan menurut Borg
Sample t-Test menggunakan bantuan SPSS 18.
dan Gall (1983) terdiri dari sepuluh langkah
Uji digunakan untuk menentukan perbedaan
yaitu: 1) penelitian pendahuluan; 2)

68
JURNAL INKUIRI
ISSN: 2252-7893, Vol 5, No. 3, 2016 (hal 66-76)
http://jurnal.fkip.uns.ac.id/index.php/sains

yang signifikan rata-rata dari dua kelompok kategori sangat baik, dan ahli bahasa sebesar
yang diamati. 100% kategori sangat baik.
3. Uji Keterbacaan
Uji keterbacaan bertujuan untuk
HASIL DAN PEMBAHASAN memperoleh evaluasi dari pengguna lapangan
atas prototype produk modul yang telah
Hasil Penelitian direvisi. Uji keterbacaan dilakukan oleh
1. Penelitian Pendahuluan
praktisi pendidikan sejumlah 3 orang dan uji
Hasil penelitian dan pengembangan
keterbacaan siswa sejumlah 12 dengan
modul biologi berbasis inquiry real world
instrumen berupa angket. Hasil uji keterbacaan
application pada materi bioteknologi kelas XII
disajikan pada Gambar 2.
SMA Negeri 1 Magelang diawali dengan
mengidentifikasi potensi dan masalah yang
akan dijadikan obyek penelitian yaitu analisis
kebutuhan dan analisis produk yang akan
dikembangkan.
Kegiatan awal yang dilakukan adalah
analisis pemenuhan 8 SNP, analisis hasil UN
Tahun Pelajaran 2009/2010, 2010/2011 dan
2012/2013, analisis hasil belajar aspek
pengetahuan, sikap, dan keterampilan, analisis Gambar 2. Histogram Hasil Uji Keterbacaan
buku ajar yang digunakan guru dan siswa serta
hasil angket tanggapan guru dan siswa Gambar 2 menunjukkan bahwa hasil uji
mengenai bahan ajar. keterbacaan oleh praktisi pendidikan
memperoleh nilai rata-rata 94% dengan
2. Validasi Protoype Produk kategori sangat baik, sedangkan hasil uji
Validasi prototype produk digunakan keterbacaan modul oleh siswa memperoleh
untuk memperoleh evaluasi kualitatif awal dari nilai rata-rata 78% dengan kategori baik.
prototype produk yang telah dibuat. Validasi
dilakukan oleh validator ahli materi, ahli Hasil Uji Coba Produk
perangkat pembelajaran, ahli pengembangan 1. Data Hasil Belajar Aspek Pengetahuan
modul, serta ahli bahasa. Hasil validasi oleh Hasil belajar aspek pengetahuan
para validator ahli disajikan pada Gambar 1. diperoleh dari nilai tes yang diberikan pada
akhir pembelajaran. Data hasil belajar aspek
pengetahuan disajikan pada Gambar 3.

Gambar 1. Histogram Hasil Validasi

Gambar 1 menunjukkan bahwa hasil


validasi dari para validator ahli berkategori Gambar 3. Histogram Hasil Belajar Aspek Pengetahuan
sangat baik. Rata-rata persentase nilai dari ahli
materi 98,8% kategori sangat baik, ahli Gambar 3 menunjukkan bahwa rata-rata
perangkat pembelajaran 100% kategori sangat nilai tes kelas modul sebesar 84,10 dengan
baik, ahli pengembangan modul 94,64% nilai maksimum 100 dan nilai minimum 73,33.
Rata-rata nilai tes existing class sebesar 79,80
dengan nilai maksimum 93,00 dan nilai

69
JURNAL INKUIRI
ISSN: 2252-7893, Vol 5, No. 3, 2016 (hal 66-76)
http://jurnal.fkip.uns.ac.id/index.php/sains

minimum 66,60. Berdasarkan nilai KKM SMA 2. Data Hasil Belajar Aspek Sikap Spiritual
Negeri 1 Magelang sebesar 79, maka terdapat Penilaian hasil belajar aspek sikap
2 siswa yang tidak tuntas pada kelas modul spiritual siswa dilakukan dengan menggunakan
dan 11 siswa yang tidak tuntas pada existing instrumen lembar observasi yang dilakukan
class. Rata-rata nilai tes kelas existing class oleh dua orang pengamat. Data hasil belajar
lebih rendah dibanding dengan rata-rata tes aspek sikap spiritual disajikan pada Gambar 4.
kelas modul dengan selisih nilai 4,30. Data
hasil tes dianalisis menggunakan Independent
Sample t-Test untuk mengetahui keefektifan
modul. Hasil analisis data tahap pemakaian
produk dijabarkan pada Tabel 1.

Tabel 1. Hasil Analisis Belajar Aspek Pengetahuan


N Pengujian Hasil Keputusan Simpulan
1 Normali- Sig. Postest = Ho Data
tas 0,349 (kelas diterima normal
modul)
Sig. Postest = Gambar 4. Histogram Hasil Belajar Aspek Sikap
0,737 (existing Spiritual
class)
2 Homogen Sig.postest = Ho Data
itas 0,958 diterima homogen
Gambar 4 menunjukkan bahwa rata-rata
3 Hasil Thitung 0,042 Ho ditolak Hasil tidak nilai spiritual sebesar 79,81% untuk kelas
postest sama (ada modul dan 78,13% untuk existing class.
perbedaan)

3. Data Hasil Belajar Aspek Sikap Sosial


Tabel 1 menunjukkan bahwa hasil Penilaian hasil belajar aspek sikap sosial
analisis normalitas dengan menggunakan siswa dilakukan dengan menggunakan
Kolmogorov-Smirnov test, diperoleh signifikan instrumen lembar observasi yang diisi oleh dua
tes hasil belajar aspek pengetahuan kelas orang pengamat. Data hasil belajar aspek sikap
modul dan existing class yaitu 0,349>0,05, dan sosial disajikan pada Gambar 5.
0,737>0,05, maka disimpulkan menerima H0.
Hal tersebut berarti sampel berdistribusi
normal. Homogenitas data postest yang diuji
dengan Lavene’s test menghasilkan nilai taraf
signifikan sebesar 0,958. Taraf signifikan
tersebut menunjukkan bahwa Ho diterima
karena besar taraf signifikannya lebih besar
dari α = 0,05 (sig>0.05) sehingga dapat
disimpulkan data tes berasal dari populasi yang
homogen atau variasi tiap sampel sama.
Data nilai hasil belajar aspek Gambar 5. Histogram Hasil Belajar Aspek Sikap Sosial
pengetahuan selanjutnya dianalisis
menggunakan Independent Sample t-Test Gambar 5 menunjukkan bahwa
untuk mengetahui keefektifan modul. persentase penilaian aspek sikap sosial kelas
Berdasarkan data hasil analisis tersebut modul pada pertemuan I sebesar 86,42%,
diperoleh signifikan 0,042, perolehan taraf pertemuan II sebesar 88,46% dan pertemuan
signifikan tersebut menunjukan bahwa Ho III sebesar 92,31%. Secara keseluruhan hasil
ditolak (0,042<0,05), sehingga dapat aspek sikap sosial siswa selama tiga kali
disimpulkan terdapat perbedaan signifikan pertemuan sebesar 89,06%. Persentase
hasil belajar antara kelas modul dengan penilaian aspek sikap sosial existing class pada
existing class. pertemuan I sebesar 70,07%, pertemuan II
sebesar 73,57% dan pertemuan III sebesar

70
JURNAL INKUIRI
ISSN: 2252-7893, Vol 5, No. 3, 2016 (hal 66-76)
http://jurnal.fkip.uns.ac.id/index.php/sains

75,78%. Secara keseluruhan hasil aspek sikap


siswa selama tiga kali pertemuan sebesar
sebesar 73,13%.

4. Data Hasil Belajar Aspek Keterampilan


Penilaian hasil belajar aspek
keterampilan siswa dilakukan dengan
menggunakan instrumen lembar observasi
yang diisi oleh dua orang pengamat. Data hasil
belajar aspek sikap keterampilan disajikan
pada Gambar 6.

Gambar 7. Histog ram Hasil Penilaian Diri, Penilaian


antar Teman dan Jurnal Guru

Gambar 7 menunjukkan bahwa untuk


penilaian diri siswa kelas modul diperoleh
rata-rata 87,68, sedangkan existing class
diperoleh rata-rata 83,8. Hasil penilaian antar
teman untuk kelas modul diperoleh rata-rata
88,89, sedangkan existing class diperoleh rata-
Gambar 6. Histogram Hasil Belajar Aspek Keterampilan rata 87,96. Hasil penilaian antar teman untuk
kelas modul diperoleh rata-rata 90,13,
Gambar 6 menunjukkan bahwa sedangkan existing class diperoleh rata-rata
persentase penilaian aspek keterampilan kelas 87,96.
modul pada pertemuan I sebesar 88,14%,
pertemuan II sebesar 92,31% dan pertemuan II PEMBAHASAN
sebesar 94,95%. Secara keseluruhan hasil 1. Karakteristik Modul Biologi Berbasis
aspek keterampilan siswa selama tiga kali Inquiry Real World Application
pertemuan sebesar sebesar 92,1%. Persentase Modul dikembangkan dengan basis
penilaian aspek sikap sosial pada existing class inquiry real world application yang
pertemuan I sebesar 42,53%, pertemuan II merupakan bagian dari model inkuiri.
sebesar 25% dan pertemuan III sebesar 25%. Komponen utama modul disesuaikan dengan
Secara keseluruhan hasil aspek sikap siswa sintaks model pembelajaran inquiry real world
selama tiga kali pertemuan sebesar sebesar application disertai dengan komponen
30,84%. penunjang yang lain. Komponen utama modul
yaitu observasi, manipulasi, generalisasi,
5. Data Penilaian Diri, Penilaian Antar Teman verifikasi, dan aplikasi. Komponen penunjang
dan Jurnal Guru modul sampul, kata pengantar, informasi KI,
Selain penilaian mengunakan lembar KD, dan indikator yang akan dicapai, petunjuk
observasi yang telah dilakukan diatas, peneliti penggunaan modul, peta isi modul, konfirmasi
juga menggunakan lembar penilain diri siswa, modul, soal latihan, uji kompetensi, kunci
penilaian antar teman dan jurnal guru. Data jawaban dari soal latihan serta uji kompetensi,
penilaian diri, penilaian antar teman dan jurnal glosarium, dan daftar pustaka.
guru disajikan pada Gambar 7. Modul berbasis inquiry real world
application melatihkan kemampuan siswa
dalam memecahkan masalah sehari-hari
melalui kerja individu maupun kelompok
melalui pendekatan berbasis masalah atau
proyek (Wenning, 2011). Komponen utama

71
JURNAL INKUIRI
ISSN: 2252-7893, Vol 5, No. 3, 2016 (hal 66-76)
http://jurnal.fkip.uns.ac.id/index.php/sains

modul diawali dengan bagian observasi yang siswa mengkomunikasikan hasil percobaan
berisi permasalahan nyata sehari-hari. Proses dan analisis data. Komunikasi dapat dilakukan
pembelajaran yang diawali dengan secara lisan maupun tertulis. Komunikasi
permasalahan nyata sehari-hari meningkatkan secara tertulis difasilitasi langsung dalam
motivasi belajar siswa (Siska et al., 2013). modul. Trowndow et al. (2010)
Permasalahan dihadirkan dalam bentuk mengungkapkan bahwa proses inkuiri siswa
wacana dan gambar yang menarik. Wacana dapat diberdayakan melalui jurnal tertulis.
yang dihadirkan bersifat terbuka sehingga Tahap aplikasi merupakan kegiatan siswa
siswa dapat mengidentifikasi beberapa mengevaluasi dan mengaplikasikan
rumusan masalah. Tahap observasi berupa pengetahuan yang sudah diperoleh dalam
kegiatan mengamati dan menanya. Kegiatan konteks kehidupan nyata. Morrison dan Estes
siswa dalam mengamati wacana dan gambar (2010) menyatakan bahwa aplikasi skenario
menjadi dasar dalam kegiatan menanya. dunia nyata merupakan strategi yang efektif
Kegiatan menanya dilakukan siswa dengan untuk mengajarkan sains sebagai proses.
merumuskan permasalahan. Permasalahan
yang dirumuskan sendiri oleh siswa 2. Kelayakan Prototype Modul Biologi
berpengaruh positif terhadap pencapaian Berbasis Inquiry Real World Application
akademik, perkembangan konsep dan sikap pada Materi Bioteknologi
ilmiah siswa (Etherington, 2011). Tahap Kelayakan prototype modul berbasis
manipulasi berupa kegiatan merancang inquiry real world application pada materi
percobaan. Rancangan percobaan berupa daftar bioteknologi dinilai dari hasil validasi oleh
alat dan bahan yang diperlukan serta urutan validator ahli dan uji keterbacaan. Validasi ahli
cara kerja. Penelitian Wulandari et al. (2013) meliputi validator ahli materi, ahli perangkat
menyatakan bahwa keterampilan merancang pembelajaran, ahli pengembangan modul, dan
percobaan merupakan keterampilan yang ahli bahasa. Uji keterbacaan meliputi validasi
kurang dikuasai oleh siswa. Oleh karena itu oleh praktisi pendidikan dan siswa.
perlu adanya panduan dalam merancang Hasil validasi oleh para ahli menyatakan
percobaan. Panduan merancang percobaan bahwa prototype modul yag dikembangkan
dalam modul berupa sketsa gambar alat serta berkategori sangat baik. Hasil ini sejalan
alur cara kerja. Tahap generalisasi merupakan dengan hasil penelitian Muruganantham
kegiatan siswa mengaplikasikan rancangan (2015) dan Hogan & Garling (2010) yang
percobaan yang telah disusun. Siswa menyatakan bahwa modul yang dikembangkan
melakukan percobaan, mengendalikan melalui prosedur ADDIE layak digunakan
variabel, mengumpulkan data, menganalisis, dalam usaha meningkatkan kualitas berbagai
dan mengasosiasi data yang diperoleh dalam sarana pendidikan dan pelatihan Modul
tahap generalisasi. Kegiatan mengumpulkan berdasarkan model ADDIE juga lebih diterima
data termasuk kegiatan yang biasa dilakukan oleh siswa dalam proses pembelajaran sains
saat praktikum, namun keterampilan siswa (Naval, 2014). Prosedur ADDIE menghasilkan
masih kurang dilatih. Pengumpulan data dalam modul yang valid dan efektif digunakan dalam
modul difasilitasi dengan tabel data. Adanya proses pembelajaran (Singh, 2010).
tabel data membantu siswa mengumpulkan dan Hasil uji keterbacaan berupa validasi
menyajikan data dalam bentuk yang mudah dari praktisi pendidikan menyatakan bahwa
dibaca dan bermakna (Wulandari et al., 2013). modul yang dikembangkan berkategori sangat
Analisis data berperan penting dalam baik. Hasil ini sejalan dengan penelitian Alias
mengkonstruk pengetahuan siswa. Elvinawati et al. (2014), yang menyatakan bahwa guru
(2011) mengungkapkan bahwa analisis data berpendapat positif terhadap penggunaan
berperan mengkonstruk pengetahuan serta modul di kelas. Pendapat guru anatara laian:
membuat kaitan antara konsep-konsep yang modul menyediakan kesempatan bagi siswa
dipelajari serta meningkatkan penguasaan untuk menguasai konsep-konsep biologi,
materi. Tahap verifikasi merupakan kegiatan penggunaan modul dalam proses pembelajaran

72
JURNAL INKUIRI
ISSN: 2252-7893, Vol 5, No. 3, 2016 (hal 66-76)
http://jurnal.fkip.uns.ac.id/index.php/sains

meningkatkan ketertarikan siswa dalam belajar 3. Keefektifan Modul Biologi Berbasis


biologi sesuai dengan gaya belajar, modul Inquiry Lesson pada Materi Bioteknologi
memberikan kesempatan bagi siswa untuk dalam Meningkatkan Hasil Belajar
belajar sesuai gaya belajar masing-masing, Keefektifan modul biologi berbasis
modul membantu guru dalam mengajar inquiry real world application didasarkan pada
terutama dalam mengakomodasi perbedaan ada tidaknya perbedaan positif pada hasil
individual siswa, penggunaan modul dalam belajar kelas modul dibandingkan dengan
proses pembelajaran membantu siswa dalam existing class. Hasil belajar siswa meliputi 3
menguasai konsep-konsep biologi yang aspek, yaitu: aspek pengetahuan, aspek sikap
abstrak. (spritual dan sosial) dan aspek keterampilan.
Hasil uji keterbacaan siswa yang Aspek pengetahuan kelas modul memperoleh
melibatkan 12 siswa kelas XII SMA nilai rata-rata sebesar 84,1, sedangkan existing
menyatakan bahwa modul yang dikembangkan class diperoleh rata-rata sebesar 79,80. Hasil
berkategori baik. Hal ini menunjukkan bahwa uji statistik menggunakan uji Independent
modul sesuai digunakan untuk siswa kelas XII Sample t-Test diperoleh signifikan 0,042,
SMA. Kedalaman dan keluasan materi perolehan taraf signifikan tersebut menunjukan
bioteknologi yang termuat dalam modul bahwa Ho ditolak (0,013<0,05), sehingga
mempertimbangkan muatan kurikulum, dapat disimpulkan terdapat perbedaan
perkembangan kognitif siswa, dan sarana signifikan hasil belajar antara kelas modul
laboratorium sekolah. dengan existing class.
Siswa kelas XII SMA merupakan Inkuiri merupakan model
remaja dengan usia 16-18 tahun yang sudah pembelajaran berpendekatan saintifik.
memasuki tahap perkembangan kognitif Pendekatan saintifik mensyaratkan kegiatan
operasional formal (Dahar, 2011). Siswa pada siswa berupa mengamati, menanya, mencoba,
tahap operasional formal mampu berpikir logis mengasosiasi, mengkomunikasikan dan
tanpa kehadiran benda-benda konkret, dengan mengevaluasi. Modul biologi berbasis inquiry
kata lain sudah mampu melakukan abstraksi. real world application mengintegrasikan
Hal tersebut berguna ketika mempelajari sintaks pembelajaran inkuiri dengan kegiatan
materi bioteknologi terutama pada sub konsep siswa pada pendekatan saintifik.
bioteknologi modern dan dampak Pengintegrasian tersebut memfasilitasi siswa
bioteknologi. Lu et al. (2010) menunjukkan dalam mengkonstruksi pengetahuan secara
bahwa proses pembelajaran biologi yang mandiri sekaligus melatihkan keterampilan
memperhatikan perkembangan kognitif pada pemecahan masalah. Konstruksi pengetahuan
siswa kelas XII SMA meningkatkan daya yang dibangun secara mandiri oleh siswa
penalaran dan kemampuan sosial siswa. memiliki retensi yang kuat sehingga
Kegiatan laboratorium dalam modul memaksimalkan hasil belajar aspek
disusun sesuai dengan permasalahan sehari- pengetahuan (Trowbridge dan Bybee, 1996).
hari dan dapat dilakukan oleh siswa SMA serta Pembelajaran dengan model inkuiri
mampu difasilitasi oleh peralatan laboratorium meningkatkan penguasaan siswa terhadap
sekolah. Kegiatan laboratorium yang relevan materi pembelajaran (Veloo et al., 2013;
dan menarik memberikan pengalaman belajar Sugiyanto et al., 2013; Kolloffel dan Jong,
yang menyenangkan bagi siswa (Yeung et al., 2013). Panduan penerapan model inquiry real
2011). Kegiatan laboratorium memaksimalkan world application dalam bentuk modul juga
pemahaman konsep siswa (Domin, 2010). berperan dalam meningkatkan hasil belajar
Berdasarkan uji kelayakan di atas maka maka siswa (Towndrow et al., 2010).
modul biologi berbasis inquiry real world Pembelajaran dengan modul biologi
application layak untuk digunakan dalam uji berbasis inquiry real world application mampu
coba produk. meningkatkan hasil belajar siswa aspek sikap.
Model pembelajaran inkuiri membimbing
siswa bersikap seperti ilmuwan dalam

73
JURNAL INKUIRI
ISSN: 2252-7893, Vol 5, No. 3, 2016 (hal 66-76)
http://jurnal.fkip.uns.ac.id/index.php/sains

melakukan penyelidikan. Penyelidikan ilmiah glosarium, dan daftar pustaka; 2) kelayakan


dilakukan dengan keterampilan proses sains. prototype modul biologi berbasis inquiry real
Keterampilan proses sains yang dilatihkan world application ditunjukkan melalui hasil
dalam modul biologi berbasis inquiry real validasi dan uji keterbacaan. Hasil validasi
world application antara lain: 1) keterampilan pada aspek materi berkategori ’sangat baik’,
melakukan pengamatan saat tahap observasi; aspek perangkat pembelajaran berkategori
2) keterampilan mencatat data, melakukan ’sangat baik’, aspek pengembangan modul
pengukuran, mengimple- mentasikan prosedur, berkategori ’sangat baik’, serta aspek bahasa
mengikuti instruksi dan menginferensi data berkategori ’sangat baik’. Uji keterbacaan
saat tahap generalisasi; dan 3) keterampilan modul guru oleh praktisi pendidikan
melaporkan hasil investigasi saat tahap berkategori ‘sangat baik’. Hasil uji keterbacaan
verifikasi. Keterampilan proses sains yang modul siswa berkategori ‘baik’; 3) modul
dilatihkan secara kontinyu akan menjadikan biologi berbasis inquiry real world application
siswa memiliki sikap ilmiah yang baik (Veloo efektif meningkatkan hasil belajar siswa. Hasil
et al., 2013, Gautreau & Binns, 2012). belajar siswa kelas modul pada aspek
Sikap sosial siswa juga diberdayakan pengetahuan, sikap spiritual, sikap sosial, dan
melalui modul biologi berbasis inquiry real keterampilan yang lebih baik daripada hasil
world application. Sikap sosial siswa yang belajar siswa existing class. Hasil belajar siswa
diberdayakan antara lain saling bekerjasama kelas modul pada aspek pengetahuan rata-rata
dan menghargai dengan teman sejawat. sebesar 84,1, aspek sikap spiritual
Kerjasama dan saling menghargai dilatihkan mendapatkan hasil rata-rata sebesar 79,81%,
melalui kegiatan-kegiatan siswa secara aspek sikap sosial sebesar 89,06% serta aspek
berkelompok pada tahap generalisasi dan keterampilan sebesar 92,1%.
verifikasi. Kegiatan siswa secara berkelompok
memberikan peluang terjadinya interaksi antar Rekomendasi
siswa sehingga menumbuhkan sikap saling Berdasarkan kesimpulan, perlu dilaku-
bekerjasama dan saling menghargai. Proses kan perbaikan dan saran dalam pemanfaatan
pembelajaran dalam kelompok-kelompok kecil produk lebih lanjut antara lain: 1) modul dapat
berpengaruh positif terhadap hasil belajar dijadikan sebagai salah satu rujukan dalam
siswa aspek sikap sosial (Primarinda et al., pengembangan buku ajar oleh guru; 2)
2012). penggunaan modul berbasis inquiry real world
application memerlukan sarana dan prasarana
yang menunjang kegiatan praktikum; 3)
SIMPULAN DAN REKOMENDASI penerapan modul berbasis inquiry real world
application hanya terbatas pada satu sekolah
Simpulan
yaitu SMA Negeri 1 Magelang. Oleh
Berdasarkan hasil penelitian dan
karenanya, perlu adanya penelitian lebih luas
pengembangan menunjukkan bahwa: 1)
mengenai hal tersebut; 4) modul biologi
karakteristik modul biologi yang
berbasis inquiry real world application pada
dikembangkan adalah modul diintegrasikan
materi bioteknologi memerlukan pengujian
dengan sintaks inquiry real world application
lebih luas (desiminasi dan implementasi) untuk
yaitu observation, manipulation, generali-
menyempurnaan tahap penelitian
zation, verification dan application.
pengembangan yang dilakukan; 5) modul
Komponen utama modul meliputi observasi,
biologi berbasis inquiry real world application
manipulasi, generalisasi, verifikasi, dan
mungkin dapat dikembangkan untuk materi
aplikasi. Komponen penunjang modul sampul,
lain yang sesuai.
kata pengantar, informasi KI, KD, dan
indikator yang akan dicapai, petunjuk
penggunaan modul, peta isi modul, konfirmasi
modul, soal latihan, uji kompetensi, kunci
jawaban dari soal latihan serta uji kompetensi,

74
JURNAL INKUIRI
ISSN: 2252-7893, Vol 5, No. 3, 2016 (hal 66-76)
http://jurnal.fkip.uns.ac.id/index.php/sains

DAFTAR PUSTAKA Lu, Tan Ni, Bronwoe Cowie, & Allister Jones.
2010. Senior High School Student
Alias, Norlidah, Dorothy De Witt, Mohd Nazri Biology Learning in Interactive
Abdul Rahman, Rashidah Begum Teaching. Research in Science
Gelamdin, Rose Amnah, Abd Rauf, & Education. March 2010, Volume 40,
Saedah Siraj. 2014. Effectiveness of the Issue 2, pp 267-289
Biology PTechLS Module in a Felda Morrison, J. A. & Estes, J. (2010). Using scientists
Science Centre. Malaysian Online and real-world scenarios in professional
Journal of Educational Technology. development for middle school science
Volume 2, Issue 4. 31-36and Social teachers. Journal of Science Teacher
Science, vol. 1, No. 19, hlm. 269-276. Education, 18(2), 165-184
Borg, Walter R & Gall, Meredith D. 1983. Muruganantham, G. 2015. Developing of E-content
Education research. An introduction. package by using ADDIE Model.
Longman. New York & London. International Journal of Applied
Branch, Robert Maribe. 2009. Instructional Design: Research 2015; 1(3): 52-54. ISSN Print:
The ADDIE Approach. New York: 2394-7500 ISSN Online: 2394-5869
Springer Naval, D. J. 2014. Development and Validation of
Dahar, Ratna Wilis. 2011. Teori-teori Belajar dan Tenth Grade Physics Modules Based on
Pembelajaran. Jakarta: Erlangga Selected Least Mastered Competencies.
Domin, Daniel S. 2010. Students’ perceptions of International Journal of Education and
when conceptual development occurs Research. Vol. 2 No. 12. December 2014:
during laboratory instruction. Chemistry 145. ISSN: 2201-6333 (Print) ISSN: 2201-
Education Research and Practice. 2007, 6740 (Online)
8(2), 140-152 Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan
Elvinawati. 2011. Optimalisasi Pembelajaran Kimia Republik Indonesia Nomor 65 Tahun
Pemisahan Melalui Penerapan 2013 tentang Standar Proses Pendidikan
Pendekatan Konstruktivis dan Model Dasar dan Menengah
Peta Konsep. Jurnal Exacta. Vol. IX. Primarinda, Ikha, Maridi & Marjono. 2012.
No. 1 Juni 2011. ISSN: 1412-3617 Pengaruh Model Pembelajaran
Etherington, Matthew. 2011. Investigative Primary Cooperative Learning Tipe Group
Science: A Problem based Learning Investigation Terhadap Keterampilan
Approach. Australian Journal of Teacher Proses Sains dan Hasil Belajar Biologi
Education. Vol 36. No. 9. 53-74 Siswa Kelas X SMA Negeri 4 Surakarta
Gautreau, Brian T. & Ian C. Binns. 2012. Tahun Pelajaran 2011/2012. Jurnal
Investigating Student Attitudes and Pendidikan Biologi. Vol 4. No. 2. Hal 60-
Achievements in an Environmental Place- 71.
Based Inquiry In Secondary Class Rooms. Sadeh, Irit, & Michal Zion. 2012. Which Type of
International Journal of Environmental & Inquiry Project Do High School Biology
Science Education. Vol. 7, No.2, April Students Prefer: Open or Guided?.
2012 167-195 Research Science Education (2012) 42:
Hogan, Lance & Natalie Garling. 2010. Bortz’s 831-848
Learning Module: An Alternative Singh, Oma B. 2010. Development and Validation
Approach to Training Program Curriculum of A Web-Based Module To Teach
Development. The Journal of Human Metacognitive Learning Strategies To
Resource and Adult Learning. Vol. 4, Students In Higher Education. Graduate
Num. 2, December 2010 Thesis and Dissertation. University of
Kolloffel, Bas & Tan de Jong. 2013. Conceptual South Florida
Understanding of Electrical Circuits in Siska, Meli, Kurnia & Yayan Sunarya. 2013.
Secondary Vocational Engineering Peningkatan Keterampilan Sains Siswa
Education: Combining Traditional SMA Melalui Pembelajaran Parktikum
Instruction with Inquiry Learning in a Berbasis Inkuiri Pada Materi Laju Reaksi.
Virtual Lab. Journal of Engineering Jurnal Riset dan Pendidikan Kimia. Vol.
Education. Volume 102, Issue 3, pages 1. No. 1. ISSN: 2301-721X
375–393, July 2013

75
JURNAL INKUIRI
ISSN: 2252-7893, Vol 5, No. 3, 2016 (hal 66-76)
http://jurnal.fkip.uns.ac.id/index.php/sains

Suardana, I Nyoman. 2010. Penerapan Strategi Technology Education.Vol 4 (3). Hal 279-
Pembelajaran Berbasis Masalah Dengan 183
Pendekatan Kooperatif Berbantuan Modul Veloo, A., Perumal, S., & Vikneswary, R., 2013.
Untuk Meningkatkan Kualitas Proses dan Inquiry-based Instruction,
Hasil Belajar Mahasiswa Pada Students’Attitudes and Teachers’support
Perkuliahan Kimia Fisika 1. J. Pendidikan Towards Science Achievement in Rural
dan Pengajaran IKIP Negeri Singaraja No. Primary Schools. Procedia-Social and
4 Th. XXXIX Oktober 2010. ISSN 0215- Behavioral Sciences. Vol 93. Hal 65-69
8250:751-768 Wenning, C. J. 2011. Levels of Inquiry Model of
Sugiyanto, Widha Sunarno & Baskoro Adi Science Teaching: Learning Sequences to
Prayitno. 2013. Pengembangan Modul Lesson Plans. Journal of Phisics Theacher
Berbasis Inkuiri Terbimbing Disertai Education Online, 6(2), 17-20
Multimedia pada Materi Keanekaragaman . 2012. Levels of Inquiry: Using
Makhluk Hidup di SMPN 1 Kendal Inquiry Spectrum Learning Sequences to
Kaupaten Ngawi. Bioedukasi. Vol 6. No. Teach Science. Journal of Phisics
1. Hal 22-23 Theacher Education Online, 5(3), 11-20
Sund, Robert B. & Leslie W. Trowbridge. 1973. Wulandari, Ade Dewi, Kurnia & Yayan Sunarya.
Teaching Science by Inquiry in the 2013. Pembelajaran Praktikum Berbasis
Secondary School. Ohio: Charles E. Inkuiri Terbimbing Untuk Meningkatkan
Merill Keterampilan Berpikir Kritis Siswa SMA
Thoharudin, U., Hendrawati, S., & Rustaman, A. Pada Materi Laju Reaksi. Jurnal Riset dan
2011. Membangun Literasi Sains Peserta Pendidikan Kimia. Vol. 1. No. 1. ISSN:
Didik. Bandung: Humaniora 2301-721X
Trowbridge, Leslie & Rodger Bybee. 1996. Yeung, Alexandra, Simon M. Pyke, Manjula D.
Becoming a Secondary School Science Sharma, Simon C. Barrie, Mark A.
Teacher. New Jersey: Prentice Hall Buntine, Karen Burke Da Silva, Scott H.
Trowbridge, Leslie dan Rodger Bybee. 1996. Kable, Kieran F. Lim, 2011. The
Becoming a Secondary School Science Advancing Science by Enhancing
Teacher. New Jersey: Prentice Hall Learning in the Laboratory (ASELL)
Trowndow, P. A., Ling, T. A. & Venthan, A. M. Project: The first Australian
2010. Promoting Inquiry Through Science multidisciplinary workshop. International
Reflective Journal Writing. Eurasia Journal of Innovation in Science and
Journal of Mathematics, Science & Mathematics Education, 19 (2),51-72,
2011. 51

76
Jurnal Kreatif Tadulako Online Vol. 3 No. 2
ISSN 2354-614X

Penerapan Metode Inkuiri Untuk Meningkatkan Hasil Belajar IPA


Siswa Kelas IV SD Inpres Bajawali Kecamatan Lariang
Kabupaten Mamuju Utara

Risa Umami, Marungkil Pasaribu, dan Amran Rede

Mahasiswa Program Guru Dalam Jabatan


Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Tadulako

ABSTRAK

Penelitian tindakan kelas ini bertujuan untuk meningkatkan hasilbelajar IPA


siswa Kelas IV SD Inpres Bajawali Kecamatan Lariang Kabupaten Mamuju Utara.
Masalah yang diselidiki adalah rendahnya hasil belajar siswa pada mata pelajaran
IPA. Alternatif pemecahan masalah adalah melalui Penerapan Metode Inkuiri.
Penelitian inidilakukan pada siswa Kelas IV SD Inpres Bajawali Kecamatan Lariang
Kabupaten Mamuju Utara, dengan jumlah siswa 22 orang. Jenis data yang diperoleh
adalah data kualitatif dan kuantitatif. Untuk hasil belajarnya terjadi peningkatan
seiring dengan diterapkannya tindakan pembelajaran melalui Penerapan
MetodeInkuiri dari siklus I menuju siklus II. Hasil siklus I diperoleh ketuntasan dasar
klasikal 73%, aktivitas guru sebesar 88% berada pada kategori baik dan aktivitas
siswa sebesar 71% berada pada kategori cukup. Selanjutnya pada siklus II diperoleh
ketuntasan belajar klasikal sebesar 87%, aktivitas guru berada pada kategori sangat
baik yaitu 96% dan aktivitas siswa berada pada kategori baik yaitu 84%.
Berdasarkan indikator penelitian maka dapat disimpulkan bahwa penerapan metode
pembelajaran kooperatif tipe Inkuiri dapat meningkatkan hasil belajar IPA siswa
kelas IV SDN Inpres Bajawali Kecamatan Lariang Kabupaten Mamuju Utara.
Kata Kunci: Pembelajaran kooperatif tipe Inkuiri, Hasil Belajar IPA

I. PENDAHULUAN
1. Latar Belakang Masalah
Pendidikan adalah proses pengembangan daya nalar, keterampilan, dan
moralitas sebagai pengembangan potensi yang dimiliki oleh setiap manusia.
Pendidikan dikatakan bermutu apabila proses pendidikan berlangsung secara efektif,
manusia memperoleh pengalaman yang bermakna bagi dirinya dan produk
pendidikan merupakan individu-individu yang bermanfaat bagi masyarakat dan
pembangunan bangsa.
Pendidikan memberikan kontribusi yang sangat besar terhadap kemajuan
suatu bangsa. Melalui pendidikan, bangsa Indonesia dapat membebaskan diri dari
kebodohan, keterbelakangan, dan dapat mengembangkan sumber daya manusia
sehingga dapat memiliki rasa percaya diri untuk berdampingan dan bersaing dengan

157
Jurnal Kreatif Tadulako Online Vol. 3 No. 2
ISSN 2354-614X

bangsa-bangsa lain di dunia. Pendidikan yang dikembangkan adalah pendidikan yang


dapat mengembangkan potensi masyarakat, mampu menumbuhkan kemauan serta
membangkitkan motivasi generasi bangsa untuk menggali berbagai potensi, dan
mengembangkannya secara optimal bagi kepentingan pembangunan masyarakat
secara utuh dan menyeluruh.
Upaya peningkatan mutu pendidikan haruslah dilakukan dengan
menggerakkan seluruh komponen yang menjadi subsistem dalam suatu sistem mutu
pendidikan. Subsistem yang pertama dan utama dalam peningkatan mutu pendidikan
adalah faktor guru. Di tangan gurulah hasil pembelajaran yang merupakan salah satu
indikator mutu pendidikan lebih banyak ditentukan (dalam Kunandar 2010:48).
Karenanya dalam proses pembelajaran di kelas, guru tidak cukup hanya berbekal
pengetahuan berkenaan dengan bidang studi yang diajarkan, akan tetapi perlu
memperhatikan aspek-aspek pembelajaran secara holistik yang mendukung
terwujudnya pengembangan potensi-potensi peserta didik.
Hal yang esensial bagi guru adalah memahami cara-cara siswa memperoleh
pengetahuan dari kegiatan belajarnya. Siswa harus mempelajari berbagai materi
pelajaran melalui pemahaman dan aktif membangun pengetahuan baru dari
pengalaman dan pengetahuan yang dimiliki sebelumnya. Pembelajaran IPA
berlangsung dengan melibatkan siswa secara penuh, dalam artian pembelajaran yang
berlangsung dapat berjalan efektif dan menyenangkan. Jika guru dapat memahami
proses pemerolehan pengetahuan, maka ia dapat menentukan strategi pembelajaran
yang tepat bagi siswa. Hal ini merupakan suatu tantangan bagi guru IPA untuk
senantiasa berpikir dan bertindak kreatif.
Metode inkuiri adalah suatu metode pembelajaran yang menekankan pada
proses berpikir secara kritis dan analitis untuk mencari dan menemukan sendiri
jawaban dari suatu permasalahan yang dipertanyakan. Model pembelajaran ini perlu
diteliti untuk mencari model pembelajaran alternatif yang tepat dan mengacu pada
pengembangan model-model pembelajaran yang dapat mengaktifkan peserta didik
dan melibatkan guru secara langsung sebagai mitra kerja dalam proses pembelajaran.
Berdasarkan uraian di atas, agar pengajaran dapat mencapai hasil sesuai
dengan tujuan yang direncanakan, guru perlu mempertimbangkan strategi belajar
mengajar yang efektif. Oleh karena itu dirasa perlu diadakan penelitian tentang

158
Jurnal Kreatif Tadulako Online Vol. 3 No. 2
ISSN 2354-614X

“apakah penerapan pembelajaran dengan metode inkuiri dapat meningkatkan hasil


belajar IPA siswa kelas IV SDN Inpres Bajawali Kecamatan Lariang Kabupaten
Mamuju Utara Sulawesi Barat”.
Permasalahan dalam proses belajar mengajar terjadi di kelas IV SDN Inpres
Bajawali bahwa penguasaan siswa terhadap pembelajaran IPA masih tergolong
rendah. Hal ini dapat dilihat dari hasil nilai rata-rata siswa SD Inpres Bajawali
selama 3 tahun terakhir pada tabel 1.
Tahun Ajaran Nilai Rata-Rata
2009/2010 66,7
2010/2011 65,6
2011/2012 68,9
Sumber: SD Inpres Bajawali
Penelitian ini mencoba menerapkan metode inkuiri untuk mengantisipasi
sekaligus solusi dalam mengatasi masalah tersebut, dan sekaligus mengurangi cara
belajar konvensional yang sering digunakan dalam pembelajaran IPA.
2. Hasil Belajar
Hasil belajar adalah kemampuan yang dimiliki oleh siswa setelah menjalani
proses pembelajaran. Hasil belajar yang dicapai siswa dipengaruhi oleh dua faktor
utama yaitu faktor dari dalam diri siswa dan faktor yang datang dari luar diri siswa.
Oleh karena itu apabila siswa mempelajari pengetahuan tentang konsep, maka
kemampuan yang diperoleh adalah berupa penguasaan konsep.
Proses belajar yang dialami oleh siswa menghasilkan perubahan-perubahan
dalam bidang pengetahuan, dalam bidang keterampilan, dalam bidang nilai dan
sikap. Adanya perubahan itu tampak dalam hasil belajar yang dihasilkan oleh siswa
terhadap pertanyaan atau persoalan tugas yang diberikan oleh guru. Hasil ini berbeda
sifatnya, tergantung di dalamnya siswa memberikan prestasi misalnya dalam bidang
pemahaman atau pengetahuan yang merupakan unsur kognitif. Seperti kita ketahui
bersama bahwa pendidikan mengandung 3 unsur yaitu unsur afektif, kognitif, dan
psikomotorik. Namun tidak semua perubahan merupakan hasil belajar.
Perubahan itu akan merupakan hasil belajar bila memiliki ciri-ciri berikut:
a. Perubahan terjadi secara sadar, artinya seseorang yang belajar akan menyadari
adanya suatu perubahan.

159
Jurnal Kreatif Tadulako Online Vol. 3 No. 2
ISSN 2354-614X

b. Perubahan bersifat berkesinambungan dan fungsional.


c. Perubahan bersifat positif dan aktif.
d. Perubahan yang terjadi bukan bersifat sementara.
e. Perubahan dalam belajar mempunyai tujuan dan arah tertentu.
Pada prinsipnya belajar adalah kegiatan yang dilakukan secara sadar oleh
seseorang yang menghasilkan perubahan tingkah laku pada dirinya, baik dalam
bentuk sikap dan nilai yang positif maupun pengetahuan yang baru.
Hasil belajar yang dimaksud dalam penelitian ini adalah hasil belajar
pelajaran IPA pada aspek pemahaman konsep, penalaran dan komunikasi, dan
pemecahan masalah.
3. Pengertian Metode Inkuiri
Kata inkuiri sering juga dinamakan heuriskin yang berasal dari bahasa
yunani, yang memiliki arti saya menemukan. Metode inkuiri berkaitan dengan
aktivitas pencarian pengetahuan atau pemahaman untuk memuaskan rasa ingin tahu
sehingga siswa akan menjadi pemikir kreatif yang mampu memecahkan masalah.
Hal ini sejalan dengan pendapat Sanjaya (2006) bahwa “Metode inkuiri adalah suatu
metode pembelajaran yang menekankan pada proses berpikir secara kritis dan
analitis untuk mencari dan menemukan sendiri jawaban dari suatu permasalahan
yang dipertanyakan”.
Sementara itu menurut Sagala (2004) yang mendefenisikan metode inkuiri
sebagai berikut: Metode inkuiri merupakan metode pembelajaran yang berupaya
menanamkan dasar-dasar berfikir ilmiah pada diri siswa yang berperan sebagai
subjek belajar, sehingga dalam proses pembelajaran ini siswa lebih banyak belajar
sendiri, mengembangkan kreativitas dalam memecahkan masalah.
Sedangkan Piaget (Mulyasa, 2006) mendefenisikan metode inkuiri sebagai
berikut: Metode inkuiri adalah metode yang mempersiapkan siswa pada situasi untuk
melakukan eksperimen sendiri secara luas agar melihat apa yang terjadi, ingin
melakukan sesuatu, mengajukan pertanyaan-pertanyaan, dan mencari jawabannya
sendiri, serta menghubungkan penemuan yang satu dengan penemuan yang lain,
membandingkan apa yang ditemukannya dengan yang ditemukan peserta didik lain.
Sedangkan menurut (Aziz, 2007) memiliki defenisi lain mengenai pengertian
metode inkuiri sebagaimana yang tertulis sebagai berikut: Metode inkuiri adalah

160
Jurnal Kreatif Tadulako Online Vol. 3 No. 2
ISSN 2354-614X

metode yang menempatkan dan menuntut guru untuk membantu siswa menemukan
sendiri data, fakta dan informasi tersebut dari berbagai sumber agar dengan kegiatan
itu dapat memberikan pengalaman kepada siswa. Pengalaman ini akan berguna
dalam menghadapi dan memecahkan masalah-masalah dalam kehidupannya.
Berdasarkan beberapa pendapat para ahli yang telah dikemukakan sebelumnya, maka
dapat diambil kesimpulan bahwa metode inkuiri adalah metode yang memberi
kesempatan kepada siswa untuk terlibat secara aktif dalam proses pembelajaran
melalui percobaan maupun eksperimen sehingga melatih siswa berkreativitas dan
berpikir kritis untuk menemukan sendiri suatu pengetahuan yang pada akhirnya
mampu menggunakan pengetahuannya tersebut dalam memecahkan masalah yang
dihadapi. Dalam penerapannya di bidang pendidikan, ada beberapa jenis metode
inkuiri. Sebagaimana yang dikemukakan oleh Sund and Trowbridge (Mulyasa, 2006)
bahwa
Jenis-jenis metode inkuiri adalah sebagai berikut:
1. Inkuiri terpimpin (Guide inquiry)
Inkuiri terpimpin digunakan terutama bagi siswa yang belum mempunyai
pengalaman belajar dengan metode inkuiri. Dalam hal ini guru memberikan
bimbingan dan pengarahan yang cukup luas. Dalam pelaksanaannya, sebagian
besar perencanaan dibuat oleh guru dan para siswa tidak merumuskan
permasalahan.
2. Inkuiri bebas (Free inkuiry).
Pada inkuiri bebas siswa melakukan penelitian sendiri bagaikan seorang
ilmuwan. Pada pengajaran ini, siswa harus dapat mengidentifikasikan dan
merumuskan berbagai topik permasalahan yang hendak diselidiki.
Metodenyaadalah inquiry role approach yang melibatkan siswa dalam kelompok
tertentu, setiap anggota kelmpok tugas memiliki tugas sebagai, misalnya
koordinator kelompok, pembimbing teknis, pencatatan data, dan pengevaluasi
proses.
3. Inkuiri bebas yang dimodifikasi (Modified free inquiry)
Pada inkuiri ini guru memberikan permasalahan atau problem dan kemudian
siswa diminta untuk memecahkan permasalahan tersebut melalui pengamatan,
eksplorasi, dan prosedur penelitian.

161
Jurnal Kreatif Tadulako Online Vol. 3 No. 2
ISSN 2354-614X

II. METODELOGI PENELITIAN


Jenis penelitian ini adalah tindakan kelas dengan alur kerja meliputi 4 tahap
yaitu: perencanaan, tindakan, pengamatan (observasi), dan refleksi. Adapun alur
penelitian ini mengacu pada modifikasi diagram oleh Kemmis dan Mc. Tanggart
(Depdiknas, 2003:19) sebagai berikut:

Gambar 3.1 Diagram penelitian dari Model Kemmis dan Mc Taggart dalam
Arikunto. S. (2002:84)

Penelitian ini dilaksanakan di SDN Inpres Bajawali, Jl. UripSumoharjo.


Subyek penelitian ini adalah siswa Kelas IVSDN Inpres Bajawali pada tahun ajaran
2013/2014 dengan jumlah siswa 22 orang, 10 orang laki-laki dan 12 orang
perempuan. Pelaksanaan setiap siklus sesuai dengan perubahan tingkah laku yang
ingin dicapai. Rencana tindakan yang akan dilakukan dalam penelitian ini meliputi:
a) perencanaan tindakan, b) pelaksanaan tindakan, c) observasi, dan d) refleksi.
Teknik yang digunakan dalam menganalisis data untuk menentukan
ketuntasan belajar dengan menggunakan rumus (Depdiknas, 2003)sebagaiberikut:
Daya serap siswa secara individu,
Skor yang diperoleh siswa
DSI  x 100%
Skor maksimal tes
dimana: DSI = Daya Serap Siswa, Siswa dikatakan tuntas individu jika daya
serap siswa lebih dari atau sama dengan 65%

162
Jurnal Kreatif Tadulako Online Vol. 3 No. 2
ISSN 2354-614X

Ketuntasan hasil belajar siswa secara klasikal


Banyaknya siswa yang tuntas
KBK  x 100%
Banyaknya siswa seluruhnya
dimana: KBK = Tuntas Belajar Klasikal, Siswa dikatakan tuntas klasikal jika
lebih dari atau sama dengan 80% siswa telah tuntas.
Persentaseaktivitasgurudansiswadihitungdenganrumus(masyitadalamrasyid2010:15):
Jumlah Skor Yang diperoleh
persentasenilairata  rata ( NR )  x 100%
Jumlah Skor maksimum
Keterangan: 90% - ≤ NR ≤ 100% = Sangat Baik
80% - ≤ NR ≤ 90% = Baik
70% - ≤ NR ≤ 80% = Cukup
60% - ≤ NR ≤ 70% = Kurang
0% - ≤ NR ≤ 60% = Sangat Kurang

III. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN


Hasil observasi aktivitas guru pada siklus I pertemuan 1 persentase aktivitas
guru mencapai 84% dan berada pada kategori baik kemudian pada pertemuan ke 2
persentase aktivitas guru meningkat menjadi 91% dan berada pada kategori sangat
baik dengan kata lain pengelolaan pembelajaran yang dilakukan peneliti sudah cukup
baik dan hasil observasi aktivitas siswa diperoleh presentasesiklus 1 pertemuan 1
sebesar 71,87% berada pada kategori cukup. Kemudian pada pertemuan2 mengalami
peningkatan sebesar 84,37% dan berada pada kategori baik.
Hasil analisis tes dapat dilihat pada tabel 1.
Tabel 1 Hasil Analisis Tes Akhir Tindakan Siklus 1

No Aspek Perolehan Hasil


1. Skor tertinggi 92
2. Skor terendah 48
3. Banyaknya siswa yang tuntas 16 orang
4. Banyaknya siswa yang tidak tuntas 6 orang
5. Nilai rata-rata 74,54
6. Persentase ketuntasan klasikal 72,72%
Sumber: Hasil tes akhir siswa

163
Jurnal Kreatif Tadulako Online Vol. 3 No. 2
ISSN 2354-614X

Hasil tes akhir tindakan siklus 1 memperlihatkan bahwa hasil skor tertinggi
yang di peroleh adalah 92, dan skor terendah 84, dan banyaknya siswa yang tuntas
berjumlah 16 orang sedangkan anak yang tidak tuntas sebanyak 6 orang. Ketuntasan
belajar klasikal siswa 72,72%. Ini berarti ketuntasan belajar pada siklus 1 belum
mencapai standar yang ingin dicapai yaitu 80% hasil yang diperoleh siswa tersebut
sangat jauh dari yang diharapkan
Hasil penelitian pada siklus I tersebut terlihat jelas masih terdapat kelemahan
yaitu kurangnya motivasi yang diberikan peneliti pada siswa. Oleh kerena itu,
peneliti mencoba membuat alternatif tindakan untuk menutupi kekurangan pada
siklus 1 tersebut yang selanjutnya diperbaiki pada siklus II.
Hasil observasi kegiatan guru pada siklus II didapatkan bahwa rata-rata
persentase aktivitas guru pada siklus ini sebesar 95,31% atau berada dalam kategori
sangat baik. Dengan kata lain pengelolaan pembelajaran yang dilakukan oleh peneliti
pada siklus ini menunjukkan peningkatan dari pada siklus I dan hasil rata-rata
persentase aktivitas siswa pada siklus II sebesar 83,80% kategori baik hal ini
menunjukkan adanya peningkatan aktivitas siswa dalam siklus sebelumnya.
Tabel 2 Hasil Analisis Tes Akhir Tindakan Siklus II
No Aspek Perolehan Hasil
1. Skor tertinggi 96
2. Skor terendah 56
3. Banyaknya siswa yang tuntas 19 orang
4. Banyaknya siswa yang tidak tuntas 3 orang
5. Nilai rata-rata 77,45
6. Persentase ketuntasan klasikal 86,36%
Sumber: Hasil tes akhir siswa
Hasil tes akhir tindakan siklus II memperlihatkan bahwa adanya peningkatan
skor tertinggi mencapai nilai 96 dan skor terendah 56. Banyaknya siswa yang tuntas
berjumlah 19 orang dan yang tidak tuntas hanya 3 orang. Ketuntasan belajar klasikal
yang diperoleh siswa yaitu 86,36% lebih tinggi. dibandingkan pada siklus
sebelumnya hanya mencapai 72,72%. Meskipun demikian, masih ada beberapa orang
siswa yang tidak mampu menjawab soal dengan baik namun secara klasikal sudah
mencapai target indikator kinerja yaitu melebihi 80%. Berdasarkan hal tersebut
diatas, dapat dijelaskan bahwa penelitian ini menunjukkan terjadinya peningkatan

164
Jurnal Kreatif Tadulako Online Vol. 3 No. 2
ISSN 2354-614X

hasil belajar setelah diterapkan pembelajaran kooperatif tipe inkuiri. Hal ini sesuai
dengan hipotesis penelitian yaitu “penerapan pembelajaran dengan metode inkuiri
dapat meningkatkan hasil belajar IPA siswa kelas IV SDN pada mata pelajaran IPA
khususnya pada pokok bahasan Penggolongan Hewan dan Jenis makanannya”.

IV. KESIMPULAN DAN SARAN


1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan di atas, maka dapat
disimpulkan bahwa penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Inkuiri pada mata
pelajaran IPA dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas IV SDN Inpres
Bajawali. Peningkatan hasil belajar dapat dilihat melalui peningkatan ketuntasan
klasikal pada siklus I yaitu 72,72% menjadi 86,36% pada siklus II. Selain itu terjadi
peningkatan ada aktivitas siswa dan aktivitas guru ditiapsiklusnya, persentase rata-
rata aktivitas siswa pada siklus I berada pada kategori cukup yaitu 71,01% dan
meningkat menjadi 83,80% dan berada pada kategori baik pada siklus II. Sedangkan
persentase rata-rata aktivitas guru pada siklus I berada pada kategori baik 87,49%
dan meningkat pada siklus II menjadi 95,31% berada pada kategori sangat baik.
2. Saran
Sesuai dengan hasil penelitian dan analisis data serta simpulan, maka peneliti
menyarankan sebagai berikut:
1. Memilih materi yang sesuai dengan model pembelajaran.
2. Pengelolaan waktu perlu dipertimbangkan dalam setiap pelaksanaan model
pembelajaran, sehingga semua aktifitas siswa yang diharapkan dapat
dikembangkan sesuai dengan tujuan pembelajaran.
3. Kepada tenaga pendidik (Guru) kiranya dapat memilih model pembelajaran
kooperatif tipe inkuiri dalam kegiatan pembelajaran sebagai alternative model
pembelajaran yang dapat meningkatkan hasil belajar siswa.

165
Jurnal Kreatif Tadulako Online Vol. 3 No. 2
ISSN 2354-614X

DAFTAR PUSTAKA

Aziz, 2007: http://edu-articles.com/mengenal-media-pembelajaran/ di Akses tgl 22


November 2012

Depdiknas, 2003: Desain Penelitian. Jakarta, Departemen Pendidikan Nasional

Kunandar, 2010. Beberapa Teori Yang Melandasi Pengembangan Model-Model


Pengajaran. Jakarta: Proyek Peningkatan Mutu SLTP.

Mulyasa, 2006. Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar. Rineka Cipta : Jakarta.

Sagala, 2004: http://deniyuniardimd.blogspot com/2011/12/membaca-nyaring-dan-


membaca-dalam-hati.html di Akses tgl 22 November 2012

Sanjaya, 2006: http://deniyuniardimd.blogspot com/2011/12/membaca-nyaring-dan-


membaca-dalam-hati.html di Akses tgl 22 November 2012

Sudibyo, E. 2003. Beberapa Teori Yang Melandasi Pengembangan Model-Model


Pengajaran. Jakarta: Proyek Peningkatan Mutu SLTP.

166
Unnes.J.Biol.Educ. 2 (1) (2013)

Unnes Journal of Biology Education


http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/ujeb

JURNAL BELAJAR SEBAGAI STRATEGI BERPIKIR METAKOGNITIF


PADA PEMBELAJARAN SISTEM IMUNITAS

Kikie Septiyana, Andreas Priyono Budi Prasetyo, Wulan Christijanti

Jurusan Biologi, FMIPA Universitas Negeri Semarang, Indonesia


Gedung D6 Lt.1 Jl Raya Sekaran Gunungpati Semarang Indonesia 50229

Info Artikel Abstrak


________________ ___________________________________________________________________
Sejarah Artikel: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara jurnal belajar dan strategi berpikir
Diterima April 2013 metakognitif serta menguji pengaruh penerapan jurnal belajar sebagai strategi berpikir metakognitif
Disetujui Mei 2013 pada pembelajaran sistem imunitas terhadap hasil belajar siswa di SMA Negeri 1 Kajen. Desain
Dipublikasikan Mei 2013 penelitian menggunakan Quasi Experiment dengan pola Pre-Posttest Design yang diterapkan pada
________________ kelas XI IPA 2 sebagai kelompok eksperimen (26) dan kelas XI IPA 3 sebagai kontrol (26).
Keywords: Pengambilan sampel secara convenience sampling. Data tentang skor jurnal belajar diperoleh
Imunity System of Learning, melalui jurnal belajar. Strategi berpikir metakognitif diukur melalui lembar inventori strategi berpikir
Learning Journal, and metakognitif. Data hasil belajar diperoleh melalui Post-test. Data jurnal belajar dan strategi berpikir
Metacognitive Thinking metakognitif dianalisis secara kuantitatif melalui uji korelasi. Data hasil belajar dianalisis secara
Strategy kuantitatif dengan uji t dan uji regresi linier sederhana. Hasil penelitian diperoleh bahwa strategi
____________________ berpikir metakognitif berkorelasi positif dengan jurnal belajar (93,8% dan sig < 0,05). Hasil uji t-test
menunjukkan perbedaan nyata dari kedua kelompok. Hasil penelitian penerapan jurnal belajar
sebagai strategi berpikir metakognitif berpengaruh secara signifikan terhadap hasil belajar siswa
(nilai sig.<0,05).

Abstract
___________________________________________________________________
This research aimed to know the relation between learning journal and metacognitive thinking strategy and
examine the influence of the use of learning journal as a metacognitive thinking strategy, for teaching Human
Imunity Systems, on students’ learning achievement at SMA Negeri 1 Kajen. This research design was Quasi
Experiment with Pre-Posttest Design. Subject involved in this research were XI IPA 2 class as the experimental
(26) and XI IPA 3 as the control (26). Sample was collected by the convenience sampling technique. Score of
learning journal was obtained by scoring the journal. Score of metakognitive thinking strtategy was obtained by
Inventory Sheet of Metacognitive Thinking Strategy. Data of the learning achievement were obtained by Post-
test. Data of learning journal and metacognitive thinking strategy were quantitatively analyzed using correlation
test. Data of students’ learning achievement were quantitatively analyzed using t-test and simple linear regression
test. Reseach finding indicated that metacognitive thinking strategy was positively correlated with learning
journal (93,8% and sig < 0,05). T-test indicated the significant difference between two groups. The use of learning
journal as metacognitive thinking strategy brought significant effect on the students’ learning achievement (sig.
value <0,05).

© 2013 Universitas Negeri Semarang


Alamat korespondensi: ISSN 2252-6579
E-mail: kikie.septiyana@yahoo.co.id
K Septiyana / Unnes Journal of Biology Education 2 (1) (2013)

PENDAHULUAN Jurnal belajar menjadi wadah yang tepat untuk


mengembangkan strategi berpikir metakognitif
Jurnal belajar merupakan catatan refleksif karena siswa mampu mendiagnosis kelebihan
siswa selama proses pembelajaran yang berisi dan kelemahannya dalam belajar sehingga dapat
materi yang telah dipahami, yang belum mengoptimalkan hasil belajar. Meskipun
dipahami dan yang perlu dipelajari lebih lanjut demikian belum banyak informasi mengenai
demi mencapai tujuan belajar. Jurnal belajar jurnal belajar sebagai strategi berpikir
bukan ringkasan materi pembelajaran tetapi lebih metakognitif berpengaruh terhadap hasil belajar
fokus pada refleksi diri dan hasil pemikiran siswa siswa.
terhadap apa yang dipelajari. Sabilu (2008) dan Standar kompetensi yang diharapkan dari
Anggraeni (2009) menegaskan kemampuan penguasaan materi sistem imunitas adalah
merefleksikan diri dan memantau proses belajar pemahaman terhadap hakikat biologi sebagai
menjadikan siswa mampu melihat kelebihan dan ilmu, struktur dan fungsi organ manusia, hewan
kelemahan dalam belajar dan kemampuan tertentu dan kelainan yang mungkin terjadi serta
metakognitif siswa berkembang. Peirce (2003) implikasinya pada Salingtemas. Kompetensi
berpendapat metakognitif adalah kemampuan dasar yang diharapkan adalah siswa mampu
memonitor materi yang sedang dipelajari. menjelaskan mekanisme pertahanan tubuh
Kemampuan metakognitif membantu siswa terhadap benda asing berupa antigen dan bibit
memahami materi dan menyelesaikan masalah penyakit. Materi ini sulit dipahami karena pokok
yang dihadapi. Siswa yang menggunakan strategi bahasannya yang cukup rumit dan menimbulkan
metakognitif dengan baik dapat menjadi pemikir banyak masalah bagi siswa sehingga siswa perlu
kritis, problem solver yang baik, dan pengambil berpikir lebih jauh tentang materi yang dipelajari
keputusan yang baik dari pada siswa yang tidak dan memantau kegiatan belajarnya demi
menggunakan strategi metakognitif. mengoptimalkan hasil belajar. Dalam proses
Kenyataannya jurnal belajar sebagai stategi penyelesaian masalah tersebut siswa tentu
berpikir metakognitif masih jarang diterapkan memahami masalah, merencanakan strategi
dalam pembelajaran termasuk pada penyelesaian, membuat keputusan tentang apa
pembelajaran sistem imunitas di SMA Negeri 1 yang akan dilakukan, serta melaksanakan
Kajen yang siswanya lebih dibiasakan berpikir keputusan. Siswa seharusnya memonitor dan
linier dan hafalan. SMA Negeri 1 Kajen mengecek kembali apa yang telah dikerjakan.
merupakan salah satu SMA favorit sehingga Proses menyadari adanya kesalahan, memonitor
siswa merasa termotivasi dan tertantang apabila hasil pekerjaan serta merencanakan strategi apa
diberi kesempatan untuk menulis jurnal belajar yang hendak dilakukan merupakan beberapa
sebagai proses refleksi sekaligus cara melatih aspek dalam strategi berpikir metakognitif. Oleh
strategi berpikir metakognitif. karena itu dibutuhkan strategi berpikir
Proses refleksi merupakan pilar utama metakogntif dalam belajar materi sistem
dalam strategi berpikir metakognitif yang dapat imunitas. Strategi berpikir metakognitif
diwujudkan melalui jurnal belajar. Pillow (2008) diperlukan karena mampu menjadikan siswa
dan Teasdel et al (2002) menegaskan strategi mengawali aktifitas belajarnya dengan
berpikir metakognitif diperlukan untuk merencanakan apa yang hendak dilakukan dan
kesuksesan belajar karena memungkinkan siswa memutuskan apa yang telah dikuasi dari yang
mengelola kecakapan kognitif dan mengatur dipelajari. Dapat dikatakan proses refleksi
proses belajar. Artinya siswa mampu mengetahui menjadikan pengalaman belajar siswa lebih
bagaimana proses belajarnya yang mencakup bermakna. Keberhasilan pembelajaran terletak
perencanaan, pemantauan dan penilaian dalam ketika siswa aktif mengalami sendiri proses
belajar (Laurens 2011). Ketiga aktivitas tersebut belajar dan mengerti tentang kegiatan belajar
merupakan dimensi yang dapat mendorong siswa yang dialaminya.
mengembangkan kemampuan metakognitif.
2
K Septiyana / Unnes Journal of Biology Education 2 (1) (2013)

Penerapan jurnal belajar sebagai strategi Design. Data yang dikumpulkan meliputi skor
berpikir metakognitif pada pembelajaran sistem jurnal belajar diperoleh dari penerapan jurnal
imunitas pada dasarnya membiasakan kegiatan belajar, skor strategi berpikir metakognitif
refleksi dan evaluasi diri pada setiap akhir proses dikumpulkan melalui lembar inventori strategi
pembelajaran agar pembelajaran menjadi lebih berpikir metakognitif dan skor tes penguasaan
bermakna. Untuk itu, perlu dilakukan penelitian materi sistem imunitas diperoleh melalui post-
mengenai hubungan antara jurnal belajar dan test. Data-data tersebut dianalisis dengan metode
strategi berpikir metakognitif serta pengaruh kuantitatif. Data penerapan jurnal belajar dan
penerapan jurnal belajar sebagai strategi berpikir data strategi berpikir metakognitif dianalisis
metakognitif pada pembelajaran sistem imunitas. dengan deskriptif kuantitatif yang kemudian
Penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan untuk mencari hubungan antara keduanya data
antara jurnal belajar dan strategi berpikir tersebut dianalisis dengan uji korelasi. Data
metakognitif serta menguji apakah penerapan kuantitatif yang berupa nilai post-test siswa
jurnal belajar sebagai strategi berpikir dianalisis dengan uji t dan regresi linear
metakognitif pada pembelajaran sistem imunitas sederhana.
berpengaruh terhadap hasil belajar siswa.
HASIL DAN PEMBAHASAN
METODE PENELITIAN
1. Penerapan Jurnal Belajar sebagai
Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri Strategi Berpikir Metakognitif
1 Kajen pada semester genap tahun ajaran Jurnal belajar sebagai strategi berpikir
2011/2012. Populasi penelitian ini adalah kelas metakognitif merupakan catatan hasil refleksi
XI IPA (XI IPA 1 sampai XI IPA 4). Sampel siswa pada setiap akhir proses pembelajaran
penelitian ini adalah kelas XI IPA 2 sebagai memuat lima aspek dengan mengembangkan
kelompok eksperimen (26 siswa) dan kelas XI strategi berpikir metakognitif. Penerapan jurnal
IPA 3 sebagai kelompok kontrol (26 siswa). belajar sebagai strategi berpikir metakognitif
Sampel diambil dengan teknik convenience didefinisikan secara operasional sebagai skor
sampling, karena peneliti tidak mempunyai jurnal belajar selama proses pembelajaran materi
kewenangan untuk menentukan sampel sehingga sistem imunitas. Aspek jurnal belajar disajikan
sampel ditentukan secara sederhana. pada Gambar 1 berikut ini:
Penelitian ini menggunakan rancangan
Quasy Experiment dengan pola Pre-Posttest

Gambar 1. Jurnal belajar siswa

Hasil penelitian menunjukkan sebagian merefleksikan kegiatan belajar dengan baik


besar siswa kelas eksperimen mampu melalui kelima aspek dalam jurnal belajar dengan
3
K Septiyana / Unnes Journal of Biology Education 2 (1) (2013)

mengembangkan regulasi metakognitif (Zaki Ada beberapa faktor yang menghambat


2008). Kelima aspek tersebut meliputi dalam proses penulisan jurnal belajar. Faktor
mengetahui apa yang telah dipelajari (evaluasi), pertama adalah waktu penulisan jurnal belajar
kesulitan yang dihadapi dan menentukan (Dwianto 2010). Penulisan jurnal belajar yang
langkah penyelesaian (pemantauan), apa yang ditulis di rumah menyebabkan siswa
perlu dipelajari lebih lanjut (perencanaan), menyepelekan karena menggangap jurnal belajar
perasaan dan manfaat proses pembelajaran tidak berkaitan dengan tugas materi pelajaran.
(pemantauan) dan menentukan strategi belajar Selain itu, faktor ini juga menyebabkan siswa
demi pencapaian tujuan belajar (perencanaan). lupa tentang kegiatan belajar yang telah
Persentase rata-rata skor jurnal belajar siswa dialaminya di sekolah dan lupa tentang tugasnya
kelas eksperimen disajikan pada Tabel 1. menulis jurnal belajar. Sebaliknya apabila ditulis
di sekolah tepat setelah proses pembelajaran
Tabel 1 Persentase rata-rata skor jurnal belajar waktu yang digunakan tidak mencukupi untuk
siswa kelas eksperimen menulis jurnal belajar dan dikhawatirkan siswa
Persentase Jumlah tidak leluasa karena terburu-buru dengan jam
No Kriteria
(%) Siswa pelajaran selanjutnya. Faktor kedua adalah
1. Rendah 3.8 1 adanya motivasi siswa dalam menulis jurnal
2. Sedang 27 7 belajar. Damayanti (2009) menegaskan perlu
3. Tinggi 69.2 18 adanya motivasi yang kuat baik dari guru
maupun dari siswa sendiri untuk menulis jurnal
Tabel 1 menunjukkan sebagian besar siswa belajar karena seringnya siswa menganggap
berada pada kategori tinggi karena menunjukan bahwa penulisan jurnal belajar hanyalah menjadi
hasil refleksi diri yang baik untuk setiap aspek sebuah beban. Faktor lain adalah rasa bosan yang
dalam jurnal belajar yaitu mampu menuliskan dialami siswa selama menulis jurnal belajar
materi yang dipahami, kesulitan yang dihadapi karena penulisan jurnal belajar yang dilakukan
dan langkah penyelesaian, menuliskan apa yang lebih dari satu kali.
hendak dipelajari disertai alasan, menceritakan
pengalaman belajar serta menuliskan strategi 2. Strategi Berpikir Metakognitif
belajar. Adanya kemampuan siswa Strategi berpikir metakognitif merupakan
merefleksikan kegiatan belajar dengan baik kemampuan siswa dalam memonitor kegiatan
dalam jurnal belajar karena pemanfaatan belajar. Pada penelitian ini didefinisikan secara
metakognisi seperti pengetahuan tentang operasional sebagai skor strategi berpikir
kelemahan diri sendiri dan perencanaan kegiatan metakognitif. Skor ini diperoleh dari hasil
belajar yang menjadi modal dasar dalam belajar pengisian lembar inventori strategi berpikir
(Laurens 2011). Menurut Silberman (2006) jurnal metakognitif yang diisi siswa pada setiap akhir
belajar menjadikan siswa memiliki proses pembelajaran sistem imunitas. Instrumen
kebermaknaan dalam belajar. Meskipun ini didasarkan atas indikator regulasi
penulisan jurnal belajar dilaksanakan pada setiap metakognitif dalam proses pembelajaran
akhir proses pembelajaran namun masih ada (perencanaan, pemantauan dan evaluasi). Rata-
siswa yang tidak serius menulis jurnal belajar. rata skor strategi berpikir metakognitif disajikan
Hal ini disebabkan beberapa faktor yang pada Tabel 2.
menghambat dalam proses penulisan jurnal
belajar.

4
K Septiyana / Unnes Journal of Biology Education 2 (1) (2013)

Tabel 2 Persentase rata-rata skor strategi berpikir berpikirnya saat belajar, maka siswa semakin
metakognitif siswa kelas eksperimen mampu mengontrol tujuan, motivasi dan
Persentase Jumlah perhatian dalam belajar. Sudiarta (2006)
No Kriteria
(%) Siswa menambahkan kegiatan metakognitif berpotensi
1. Rendah 0 0 menghasilkan siswa memiliki kompetensi
2. Sedang 34.6 9 berpikir tingkat tinggi karena memacu motivasi
3. Tinggi 65.4 17 siswa untuk belajar dan meningkatkan hasil
belajar. Hal tersebut dikarenakan siswa mampu
Berdasarkan Tabel 2 diketahui sebagian menyelesaikan tugas belajar dengan baik melalui
besar siswa kelas eksperimen dapat berpikir kemampuan merencanakan, mengatur diri dan
secara metakognitif selama belajar materi sistem mengevaluasi proses belajar yang telah
imunitas. Hal ini disebabkan siswa mampu menjadikan siswa memiliki kebermaknaan
mengevaluasi proses belajar dengan baik melalui mendalam terhadap apa yang dipelajari. Strategi
beberapa pernyataan dalam lembar inventori metakognitif dapat memonitor kemajuan yang
strategi berpikir metakognitif. Meskipun telah dicapai dan digunakan untuk mengontrol
demikian masih ada siswa yang kurang aktivitas kognitif serta menjamin tujuan kognitif
memanfaatkan lembar inventori strategi berpikir yang telah dicapai.
metakognitif dengan baik. Padahal pengisian
istrumen ini dilakukan di rumah dengan maksud 3.Hasil Belajar
siswa dapat leluasa membaca dan melakukan Hasil belajar dalam penelitian ini adalah
kegiatan sesuai dengan pernyataan yang ada skor tes penguasaan materi sistem imunitas yang
dalam lembar inventori strategi berpikir diperoleh melalui post-test. Soal post-test
metakognitif tersebut. Siswa belum menyadari berjumlah 28 dengan 24 soal obyektif dan 4 soal
pentingnya berpikir metakognitif. Hal ini uraian. Hasil penelitian menunjukkan rata-rata
disebabkan siswa merasa menghafal materi skor post-test kelas eksperimen lebih tinggi dari
pelajaran lebih menunjang hasil belajarnya pada kelas kontrol. Hasil pre-test dan post-test
daripada memonitor proses belajar. kelas eksperimen dan kelas control disajikan pada
Menurut Marzano dalam Peirce (2003) Tabel 3.
semakin sering siswa sadar tentang proses

Tabel 3 Hasil pre-test dan post-test kelas eksperimen dan kelas control
Kelas Eksperimen Kelas Kontrol
No Variabel
Prestest Posttest Prestest Posttest
1. Skor terendah 6 18.5 6 17.5
2. Skor tertinggi 21 29.5 18 27.5
3. Rata-rata 13.1 24.7 12.7 21.7
4. Standar deviasi 11.395 9.023 9.441 8.712
5. ∆ post-pretest 11.6 9

Tabel 3 memberikan fakta bahwa siswa merefleksikan pemikirannya dalam bentuk


kelas eksperimen memiliki penguasaan konsep catatan tentang kesadaran terhadap
materi sistem imunitas lebih baik daripada siswa ketidakkonsistenan dan kebingungan serta
kelas kontrol. Perbedaan tersebut disebabkan mengomentari bagaimana peduli dengan
siswa kelas eksperimen selalu merefleksikan kesulitan yang dihadapi (Anggraeni 2009). Jayadi
kegiatan belajar. Kemampuan siswa (2008) menyatakan penggunaan jurnal belajar
merefleksikan kegiatan belajar tersebut karena pada pembelajaran biologi telah meningkatkan
pemanfaatan metakognisi melalui penulisan partisipasi siswa dalam proses pembelajaran.
jurnal belajar. Melalui jurnal belajar siswa dapat Keberanian siswa mengungkapkan pendapat
5
K Septiyana / Unnes Journal of Biology Education 2 (1) (2013)

maupun pertanyaan melalui jurnal belajar serta nyata. Seorang siswa akan belajar lebih baik dan
kemampuan siswa mendeskripsikan kembali apa lebih bermakna apabila siswa dapat mengerti
yang sudah dipelajari termasuk menuliskan hal proses pembelajaran yang telah dialami sehingga
yang dirasa lemah telah memberikan dampak menstimulasi perkembangan kognitif (Walgito
pada peningkatan hasil belajar siswa. Selain itu 2003). Berbeda dengan siswa kelas kontrol yang
strategi berpikir metakognitif dapat tidak melakukan proses refleksi dalam kegiatan
meningkatkan motivasi siswa untuk melakukan belajar sehingga pengalaman belajar siswa
perbaikan dalam proses belajar melalui kegiatan berlalu begitu saja.
evaluasi (Purwandari 2009). Febriyanti (2009)
menambahkan strategi berpikir metakognitif 4.Uji Korelasi Jurnal Belajar dan Strategi
menjadikan siswa memiliki kebermaknaan dalam Berpikir Metakognitif
belajar sehingga dapat meningkatkan hasil Uji korelasi bertujuan untuk mengetahui
belajar. adanya hubungan antara jurnal belajar dan
Penerapan jurnal belajar sebagai strategi strategi berpikir metakognitif. Data yang
berpikir metakognitif memberikan kepuasaan digunakan adalah data rata-rata skor jurnal
intelektual bagi siswa dalam usahanya belajar dan data rata-rata skor strategi berpikir
membongkar dan memperbaiki proses belajar metakognitif siswa di kelas eksperimen. Hasil uji
yang masih keliru. Kegiatan ini menjadikan korelasi disajikan pada Tabel 4.
pengalaman belajar siswa nampak jelas dan

Tabel 4 Uji korelasi jurnal belajar dan strategi berpikir metakognitif


Korelasi
Jurnal Belajar Metakognitif
Jurnal Belajar Pearson Correlation 1 .938
Sig. (2-tailed) .000
N 26 26
Metakognitif Pearson Correlation .938 1
Sig. (2-tailed) .000
N 26 26

Hasil uji korelasi menunjukkan hubungan belajar tercapai (Murti 2011). Jika siswa
yang kuat antara jurnal belajar dan strategi menyadari komitmen dan perhatian untuk
berpikir metakognitif yaitu 93,8% (sig.< 5%). Hal belajar, maka siswa tidak akan lupa untuk
ini sesuai dengan penelitian Sabilu (2008) bahwa memonitor proses belajarnya (Pillow 2008).
terdapat hubungan antara jurnal belajar dan Pemantauan ini memotivasi dan membantu
strategi berpikir metakognitif yang berarti apabila siswa dalam aktivitas belajar demi
jurnal belajar mempunyai nilai baik maka strategi mengoptimalkan hasil belajar.
metakognitif siswa juga baik. Jurnal belajar dan Berdasarkan uraian diatas dapat dikatakan
strategi berpikir metakognitif menitikberatkan bahwa jurnal belajar dan strategi berpikir
proses refleksi sebagai langkah introspeksi diri metakognitif menjadikan siswa mengalami
dalam belajar. Proses refleksi menjadikan siswa proses pembelajaran bermakna. Pembelajaran
memahami keterampilan, strategi dan sumber bermakna yaitu pembelajaran yang menjadikan
daya yang dibutuhkan dalam proses belajar, pengalaman belajar sebagai bagian dari proses
termasuk menemukan ide utama dan belajar. Siswa diberi kesempatan untuk
mengungkapkan informasi, yang kemudian merefleksikan kegiatan belajar sehingga mampu
mengatahui bagaimana dan kapan menggunakan mendiagnosis kelemahan serta kelebihan yang
ketrampilan dan strategi guna menjamin tujuan dapat digunakan untuk menyusun rencana
6
K Septiyana / Unnes Journal of Biology Education 2 (1) (2013)

belajar baik waktu belajar, strategi belajar dan diketahui bahwa skor jurnal belajar berpengaruh
senantiasa melakukan pemantauan dalam proses terhadap skor tes materi sistem imunitas.
belajar demi mengoptimalkan hasil belajar. Penerapan jurnal belajar sebagai strategi
berpikir metakognitif memberi kesempatan pada
5.Pengaruh Penerapan Jurnal Belajar siswa untuk mengkonstruksi pengetahuan sendiri
sebagai Strategi Berpikir Metakognitif terhadap melalui kegiatan refleksi diri dan menjadikan
Hasil Belajar pengalaman belajar tidak berlalu begitu saja
Uji t-test dilakukan untuk melihat sehingga pembelajaran lebih bermakna. Proses
perbedaan nyata hasil belajar kelas eksperimen refleksi dapat meningkatkan penguasaan konsep
dan kelas kontrol. Data yang digunakan adalah sehingga kemampuan metakognitif dan kognitif
rata-rata hasil belajar kelas eksperimen dan kelas siswa meningkat (Sabilu 2008). Sementara
kontrol. Hasil uji t-test disajikan pada Tabel 5 strategi berpikir metakognitif membantu siswa
berikut. sebagai pemantau dan pengarah proses pikiran
dimana siswa aktif membangun sistem makna
Tabel 5 Hasil output uji t-test hasil belajar kelas dan pemahaman melalui pengalaman yang telah
eksperimen dan kelas control dialami (Chi and Kurt 2010). Menurut Walgito
Group Statistics (2003) pengalaman yang bermakna dapat
Std. Std. Error menstimulasi perkembangan kognitif.
Kelas N Mean Pembelajaran biologi yang memfokuskan
Deviation Mean
1 26 77.31 9.023 1.770 pentingnya pengembangan kemampuan dengan
2 26 68.15 8.712 1.709 mengkomunikasikan pemikiran saintifik secara
efektif melalui kegiatan refleksi telah
Tabel 5 menunjukkan rerata nilai post-test memberikan pengaruh terhadap hasil belajar
kelas eksperimen lebih besar dari rataan kelas siswa (Corebima 2005). Miranda (2010)
kontrol, artinya hasil belajar kelas eksperimen menegaskan pembelajaran sistem imunitas terasa
lebih baik dari kelas kontrol. Hal ini lebih berkesan bagi siswa apabila self regulated
mengindikasikan adanya pengaruh dari learning yang meliputi fase merancang belajar
penerapan jurnal belajar sebagai strategi berpikir (menetapkan tujuan belajar dan merancang
metakognitif. Untuk melihat seberapa besar strategi belajar), fase mengevaluasi dan fase
pengaruh penerapan jurnal belajar sebagai merefleksi dapat diwujudkan.
strategi berpikir metakognitif terhadap hasil Jurnal belajar sebagai strategi berpikir
belajar siswa dikelas ekperimen maka dilakukan metakognitif siswa dapat lebih membangun
uji regresi linier sederhana. Data yang digunakan makna dalam ingatan, memonitor proses belajar,
adalah data rata-rata skor jurnal belajar dan hasil mengevaluasi dan menentukan strategi belajar
belajar siswa di kelas eksperimen. guna mencapai tujuan. Menurut Sudiarta (2006)
Hasil uji regresi linier sederhana kemampuan siswa menilai proses belajar dapat
menunjukkan penerapan jurnal belajar sebagai memacu motivasi dan meningkatkan hasil belajar
strategi berpikir metakognitif memberikan siswa. Penelitian Purwandari (2009) menyatakan
pengaruh sebesar 69,9% terhadap hasil belajar motivasi siswa meningkat sejalan dengan
siswa (sig.<0,05). Persamaan regresi yang keterampilan metakognitif yang tinggi karena
didapat yaitu y ̂ = 31,391+ 3,015x, dengan kemampuan menentukan tujuan belajar. Siswa
koefisien variabel peningkatan jurnal belajar akan belajar keras mencapai tujuan apabila
sebagai strategi berpikir metakognitif adalah tujuan itu dirumuskan oleh dirinya sendiri (Anni
3,015 dan konstantanya 31,391. Artinya apabila 2007). Sulistiyo (2008) menambahkan proses
jurnal belajar bertambah 1, maka nilai rata-rata mental yang tinggi seperti daya pikir, ingatan dan
hasil belajar akan bertambah sebesar 3,015. penalaran merupakan bagian dari metakognitif
Berdasarkan hasil pengujian tersebut dapat yang dapat mengoptimalkan hasil belajar siswa.
Berdasarkan hasil analisis dapat dikatakan bahwa
7
K Septiyana / Unnes Journal of Biology Education 2 (1) (2013)

skor jurnal belajar berpengaruh terhadap skor tes Biologi untuk Meningkatkan Kualitas
materi sistem imunitas. Pembelajaran Siswa Kelas X di SMA Negeri 2
Surakarta. (Skripsi). Surakarta: FMIPA
Universitas Sebelas Maret.
SIMPULAN
Laurens T. 2011. Pengembangan Metakognisi Dalam
Pembelajaran Matematika. Diunduh di
Berdasarkan hasil penelitian dan http://p4mriunpat.wordpress.com/2011/11/
pembahasan dapat disimpulkan bahwa jurnal 14/metakognisi-dalam-pembelajaran
belajar dan strategi berpikir metakognitif matematika.htm pada tanggal 2 Januari 2012.
mempunyai hubungan yang kuat dan penerapan Miranda Y. 2010. Dampak Pembelajaran Metakognitif
jurnal belajar sebagai strategi berpikir dengan Strategi Kooperatif terhadap
metakognitif pada pembelajaran sistem imunitas Kemampuan Metakognitif Siswa dalam Mata
berpengaruh secara signifikan terhadap hasil Pelajaran Biologi. Jurnal Penelitian
Pendidikan 20 (2): 187-201.
belajar siswa di SMA Negeri 1 Kajen.
Murti HAS. 2011. Metakognisi dan Theory of Mind
(ToM). Jurnal Psikologi UMK: PITUTUR. 1
DAFTAR PUSTAKA (2): 53-64.
Peirce W. 2003. Metacognition : Study Strategies,
Anggraeni S. 2009. Pengaruh Penggunaan Jurnal Monitoring, and Motivasion. Diunduh di
Belajar (Learning Journal) Terhadap Hasil http://academic.pgcc.edu/~wpeirce/MCCC
Belajar Siswa pada Konsep Sistem Reproduksi TR/metacognition.htm#II pada tanggal 2
Manusia. (Skripsi). Bandung: FMIPA Januari 2012.
Universitas Pendidikan Indonesia. Pillow B. 2008. Development of children’s
Anni CT. 2007. Psikologi Belajar. Semarang: UPT understanding of cognitive activities. Journal of
UNNES Press. Genetic Psychologi. 169 (4): 297 – 321.
Chi M., & Kurt VL. 2010. Meta-Cognitive Strategi Purwandari N. 2009. Keterampilan Metakognitif Pada
Instruction in Intellegent Tutoring Sistem: Pembelajaran IPA Biologi di Kalangan Siswa
How, When, and Why. Journal Educational SMP Kota Blitar. (Tesis). Malang: FMIPA
Tchnology & Sociaty. 13 (1): 25 – 39. Universitas Negeri Malang.
Corebima AD. 2005. Pengaruh Pembelajaran Berpola Sabilu M. 2008. Pengaruh penggunakan jurnal belajar
PBMP (TEQ) terhadap Kemampuan Berpikir dalam pembelajaran multistrategi terhadap
dan Pemahaman Konsep pada Pembelajaran kemampuan kognitif dan metakognitif siswa
IPA Biologi di Beberapa SMPN Kota dan SMA Negeri 9 Malang / Murni. (Disertasi).
Kabupaten Malang Indonesia. Malang: Malang: Program Pasca Sarjana Universitas
FMIPA Universitas Negeri Malang. Negeri Malang.
Damayanti DP. 2009. Penggunana Jurnal Belajar Silberman M. 2006. Active Learning (101 Cara Belajar
dalam Pembelajaran Biologi Model Rancangan Siswa Aktif ). Bandung: Nusa Media
Alat untuk Meningkatkan Penguasaan Konsep Sudiarta P. 2006. Penerapan Strategi Pembelajaran
Siswa Kelas XI IPA SMA Negeri Berorientasi Pemecahan Maslah dengan
Kebakkramat. (Skripsi). Surakarta: FMIPA Pendekatan Metakognitif Untuk
Universitas Sebelas Maret. Meningkatkan Emahaman Konsep dan Hasil
Dwianto A. 2010. Pengertian, Kegunaan, dan Bentuk Belajar Mahasiswa. Jurnal Pendidikan dan
Jurnal Belajar. Diunduh di Pengajaran (3): 588-602.
http://www.sangpengajar.com/2010/08/pen Sulistiyo. 2008. Kemampuan Metakognisi Guru
gertian-kegunaan-dan-bentuk jurnal_02.html Bahasa Indonesia dalam Pembelajaran
pada tanggal 24 Desember 2011. Menulis (Disertasi). Semarang : FBS
Febriyanti WP. 2009. Keefektifan Pendekatan Universitas Negeri Semarang.
Keterampilan Metakognitif dalam Teasdale JD., Pope M., Moore RG., Williams S., &
Pembelajaran Matematika pada Pencapaian Segal ZV. 2002. Metacognitive Awareness and
Hasil Belajar Siswa SMP Kelas VI. (Skripsi). preventation of Relaps in Depression:
Semarang: FMIPA Universitas Negeri Emperical Evidence. Journal of Consulting and
Semarang. Clinical Physicology. 2 (70): 275 – 287.
Jayadi YA. 2008. Penggunaan Jurnal Belajar dengan
Macromedia Flash dalam Pembelajaran
8
K Septiyana / Unnes Journal of Biology Education 2 (1) (2013)

Walgito B. 2003. Pengantar Psikologi Umum. Belajar Ekonomi Kelas X MAN Pemalang
Yogyakarta: Andi. Muhammad. (Skripsi). Semarang: FE
Zaki M. 2008. Pengaruh Strategi Metakognitif Melalui Universitas Negeri Semarang.
Pemahaman Siswa terhadap Hasil Ketuntasan

9
Jurnal Pena Ilmiah: Vol. 1, No. 1 (2016)

PENGGUNAAN MODEL INKUIRI UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR


SISWA PADA MATERI SIFAT-SIFAT MAGNET DI KELAS V SDN SUKAJAYA
KECAMATAN JATINUNGGAL KABUPATEN SUMEDANG

Shanty Della Setiasih¹, Regina Lichteria Panjaitan², Julia³


123Program Studi PGSD Kelas UPI Kampus Sumedang
Jl. Mayor Abdurahman No. 211 Sumedang
1
Email: shantydella64@gmail.com
2
Email: lichtregina@yahoo.com
3Email: Julia@upi.edu

Abstrak
Permasalahan dalam penelitian ini adalah rendahnya hasil belajar dan aktivitas siswa pada
materi sifat-sifat magnet. Upaya yang dilakukan untuk mengatasi permasalahan tersebut
adalah dengan menggunakan model inkuiri. Model inkuiri adalah model pembelajaran yang
berorientasi pada pembelajaran siswa aktif. Metode penelitian yang digunakan yaitu metode
penelitian tindakan kelas. Berdasarkan hasil pelaksanaan siklus I sampai III, maka model
pembelajaran inkuiri dapat meningkatkan hasil belajar dan juga aktivitas siswa pada materi
sifat-sifat magnet. Hal ini dapat tergambarkan pada aktivitas dan hasil belajar siswa sebagai
berikut. Untuk aktivitas siswa pada siklus I mencapai 32%, siklus II 64% dan siklus III 86%.
Sedangkan untuk hasil belajar siklus I siswa yang dikatakan tuntas adalah sebanyak yaitu 45%,
untuk siklus II 73%, dan untuk siklus III sebanyak 91%. Maka dari itu, penggunaan model inkuiri
dalam meningkatkan hasil belajar dan aktivitas siswa mengenai materi sifat-sifat magnet di
Kelas V SDN Sukajaya Kecamatan Jatinunggal Kabupaten Sumedang dikatakan berhasil.
Kata kunci: Inkuiri, Sifat-sifat Magnet, Hasil Belajar.

Pendahuluan Sekolah Dasar (SD) adalah Kurikulum Tingkat


Pendidikan merupakan salah satu dari bentuk Satuan Pendidikan (KTSP) tahun 2006.
interaksi yang dilakukan secara sadar dan
terencana untuk mewujudkan suasana Menilik dari KTSP tahun 2006, salah satu mata
belajar dan proses pembelajaran agar peserta pelajaran yang harus diajarkan pada siswa SD
didik secara aktif mengembangkan potensi adalah mata pelajaran Ilmu Pengetahuan
dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual Alam (IPA). Mata pelajaran IPA di tingkat SD
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, terdiri dari empat kajian utama yaitu:
kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan Makhluk Hidup dan Proses Kehidupan, Benda
yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Sifatnya, Energi dan Perubahannya, dan
dan negara (Undang-Undang Republik Bumi Alam Semesta. Dalam proses
Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 pasal 1). pembelajaran, keempat kajian tersebut
Dalam dunia pendidikan, kurikulum memiliki kompleksitas tinggi. Banyaknya
merupakan suatu alat yang digunakan untuk kajian yang terdapat dalam IPA menjadi hal
mencapai tujuan pendidikan. Salah satu jenis yang sulit dipahami oleh sebagian besar
kurikulum yang dipakai pada pembelajaran di siswa.

421
Shanty Della Setiasih, Regina Lichteria Panjaitan, Julia

Mata pelajaran IPA di tingkat SD terdiri dari Pembelajaran IPA yang dilakukan di SD
empat kajian utama yaitu: Makhluk Hidup dan hendaknya dapat mencapai standar
Proses Kehidupan, Benda dan Sifatnya, Energi kompetensi ketuntasan yang diinginkan.
dan Perubahannya, dan Bumi Alam Semesta. Permendiknas No 22 Tahun 2006 (dalam
Dalam proses pembelajaran, keempat kajian Sujana, 2014, hlm 98-99) menyebutkan
tersebut memiliki kompleksitas tinggi. bahwa standar kompetensi ketuntasan mata
Pembelajaran bukan hanya sekedar pelajaran IPA adalah
menyampaikan materi saja tetapi harus
mengacu pada standar kompetensi dan Melakukan pengamatan terhadap
kompetensi dasar yang bertujuan untuk gejala alam dan menceritakan hasil
pembentukan perubahan tingkah laku pengamatannya secara lisan dan
seorang siswa untuk menjadi lebih baik secara tulisan, Memahami penggolongan
kognitif, afektif dan juga psikomotor yang hewan dan tumbuhan serta manfaat
terangkum dalam bentuk interaksi aktif yang hewan dan tumbuhan bagi manusia,
memperlihatkan karakteristik, perkembangan upaya pelestariannya, dan interaksi
kognitif, serta tipe belajar siswa dalam antara makhluk hidup dengan
mengikuti pembelajaran. lingkungannya. Memahami bagian-
bagian tubuh pada manusia, hewan
Banyaknya kajian yang terdapat dalam IPA dan tumbuhan, serta fungsinya dan
menjadi hal yang sulit dipahami oleh sebagian perubahan pada makhluk hidup.
besar siswa. Padahal IPA sangat diperlukan, Memahami beragam sifat benda
karena dengan IPA siswa dapat lebih hubungannya dengan penyusunnya,
mengetahui, memahami, mengalami, perubahan wujud benda, dan
merasakan, dan menemukan suatu konsep kegunaannya. Memahami berbagai
dengan potensi pengetahuan awal yang bentuk energi, perubahannya dan
dimiliki oleh siswa. Pengetahuan awal siswa manfaatnya. Memahami matahari
sangat penting dalam pembelajaran, karena sebagai pusat tata surya,
hal ini dapat membantu siswa dalam kenampakan dan perubahan
memahami suatu konsep IPA yang akan permukaan bumi, dan hubungan
dipelajari. Pengetahuan awal yang dimiliki peristiwa alam dengan kegiatan
oleh siswa dapat dijadikan sebagai modal manusia.
awal dalam menghubungkan konsep
pembelajaran dengan konsepsi awal siswa. Standar kompetensi yang diharapkan dari
Dengan kombinasi antara pengetahuan awal pembelajaran IPA menurut Permendiknas No
dengan konsep IPA yang diajarkan diharapkan 22 tahun 2006 adalah siswa dapat melakukan
dapat memberikan nilai yang positif terhadap pengamatan terhadap gejala alam karena
keberhasilan dalam pembelajaran IPA di sebelumnya siswa telah mengalami gejala
kelas. Pembelajaran IPA erat kaitannya alam namun tidak mengetahui konsep
dengan kehidupan sehari-hari, karena dalam keseluruhannya. Contohnya adalah siswa
kehidupan sehari-hari siswa dapat mengetahui tempelan yang terdapat pada
mengetahui dan mengalami secara langsung kulkas itu adalah magnet, tetapi siswa tidak
segala sesuatu yang terjadi di alam. Namun mengetahui konsep magnet secara lebih luas.
yang diketahui oleh siswa merupakan konsep Selain itu juga siswa dapat memahami
awal bukan konsep yang sesuai dengan penggolongan hewan, memahami bagian-
standar kompetensi atau kompetensi dasar. bagian tubuh, hubungan sifat benda, bentuk
energi dan matahari. Dengan adanya konsep
awal yang dimiliki oleh siswa menjadi suatu

422
Jurnal Pena Ilmiah: Vol. 1, No. 1 (2016)

kemudahan bagi guru dalam mengajar, Sukajaya dikemukakan bahwa aktivitas siswa
karena siswa sudah mempunyai bekal yang dalam pembelajaran sifat-sifat magnet yaitu:
bisa digunakan pada saat pembelajaran Siswa kurang termotivasi dan antusias dalam
berlangsung. Maka dari itu, besar harapan pembelajaran karena guru hanya
pencapaian standar kompetensi sesuai menggunakan metode ceramah saja ketika
permendiknas dapat tercapai dengan baik. menyampaikan materi, siswa kurang
berpartisipasi aktif dalam menjawab dan
Untuk mencapai standar kompetensi mengeluarkan pendapat, siswa kurang
ketuntasan diperlukan adanya inovasi dalam terlihat saling membantu dan bekerjasama
pembelajaran. Salah satu bentuk dari inovasi dengan baik ketika belajar berkelompok, dan
tersebut adalah dengan adanya model siswa terlihat kurang disiplin pada saat proses
pembelajaran. Sujana (2014, hlm. 130) pembelajaran sedang berlangsung.
menyebutkan bahwa “Model pembelajaran
merupakan suatu rancangan dalam Selain diperoleh data mengenai aktivitas
melaksanakan kegiatan pembelajaran yang siswa, hasil dari observasi juga menunjukan
disusun secara sistematis untuk mencapai kinerja guru dalam pembelajaran sifat-sifat
tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan.” magnet yaitu: guru lebih dominan
Model pembelajaran dirancang untuk tujuan- memberikan materi dengan menggunakan
tujuan tertentu, pengajaran konsep-konsep metode ceramah, guru tidak menggunakan
informasi, cara-cara berpikir, studi nilai-nilai media pembelajaran, guru mengabaikan
sosial, dsb dengan meminta siswa untuk pengelolaan kelas, guru tidak melakukan
terlibat aktif dalam tugas-tugas kognitif dan tanya jawab tentang apa yang belum
sosial tertentu (Huda, 2013, hlm. 73). dipahami oleh siswa, dan guru tidak
menyimpulkan materi yang telah
Namun pada kenyataannya masih terdapat disampaikan.
fakta mengenai pembelajaran yang masih
berpusat pada guru yang tidak sesuai dengan Berdasarkan hasil tes pemahaman yang telah
model pembelajaran. Sebagaimana dilakukan mengenai materi sifat-sifat magnet
dikemukakan oleh (Utami, 2009) bahwa, di kelas V SDN Sukajaya Kecamatan
Masih ada pembelajaran yang Jatinunggal Kabupaten Sumedang maka
berlangsung selama ini umumnya diperoleh data bahwa dari 22 jumlah siswa,
menggunakan metode pengajaran yang mencapai nilai tuntas atau diatas nilai 72
yang cenderung sama setiap kali hanya tiga orang dan sisanya masih belum
pertemuan di kelas. Pembelajaran tuntas. Dilihat dari proses dan hasil belajar,
masih berpusat pada guru, hal ini ternyata pembelajaran pada konsep sifat-
mengakibatkan siswa cenderung sifat magnet masih kurang berhasil. Oleh
pasif dan pembelajaran tidak efektif. karena itu diperlukan sebuah model
Pembelajaran seperti ini dikenal pembelajaran yang inovatif agar bisa
dengan pembelajaran teacher mengantar siswa untuk bisa mencapai hasil
centered yang terkesan monoton, belajar yang lebih baik.
tidak efektif dan jauh dari ketuntasan Hasil Belajar pada hakikatnya adalah
belajar. Hal ini membuktikan perubahan tingkah laku. Tingkah laku
terjadinya kegagalan dalam proses tersebut mencakup bidang kognitif, afektif
pembelajaran di sekolah. dan psikomotor (Sudjana, 2013, hlm. 3). Hasil
belajar yang difokuskan dalam penelitian ini
Kondisi dari pernyataan di atas iperkuat adalah hasil belajar yang meliputi
dengan hasil observasi yang dilakukan di SDN pengetahuan siswa (aspek kognitif) yang

423
Shanty Della Setiasih, Regina Lichteria Panjaitan, Julia

berujung pada pemahaman dan pengetahuan dengan gaya belajar mereka.


siswa terhadap materi sifat-sifat magnet. Dianggap sebagai model yang sesuai
dengan perkembangan psikologi
Ada banyak cara yang dapat digunakan untuk modern. Dapat melayani kebutuhan
menciptakan kondisi belajar yang baik dan siswa yang memiliki kemampuan
bisa meningkatkan hasil belajar siswa. Salah diatas rata-rata.
satu caranya adalah dengan menggunakan
model pembelajaran yang tidak konvensional, Model pembelajaran inkuiri memiliki
model yang digunakan dalam penelitian ini beberapa kelebihan Roestiyah (2012)
adalah model pembelajaran inkuiri. Model menyebutkan beberapa keunggulan yang
pembelajaran inkuiri dijadikan sebagai solusi dimiliki oleh model pembelajaran inkuiri yaitu
karena model ini merupakan rangkaian dapat membantu siswa dalam menggunakan
pembelajaran yang menekankan pada proses ingatan yang sudah ada untuk dikaitkan
berpikir secara kritis dan analitis untuk dengan konsep yang akan dibahas,
mencari dan menemukan sendiri jawaban mendorong siswa untuk berpikir dan bekerja
dari suatu masalah yang dipertanyakan atas inisiatifnya sendiri, memberi kebebasan
(Sanjaya, 2006, hlm. 194). pada siswa dalam belajar, serta mendorong
siswa untuk dapat berpikir dan memecahkan
Menurut Sanjaya (2006, hlm. 195-196) masalah atas masalah yang sedang
pembelajaran inkuiri akan efektif apabila: dihadapinya.
Guru mengharapkan siswa dapat
menemukan sendiri jawaban dari suatu Dilihat dari banyaknya kelebihan yang ada
permasalahan yang ingin dipecahkan, Jika pada model pembelajaran inkuiri, maka
bahan pelajaran yang akan diajarkan tidak model pembelajaran ini dijadikan sebagai
berbentuk fakta atau konsep yang sudah jadi, alternatif pemecahan masalah yang terjadi di
akan tetapi sebuah kesimpulan yang perlu SDN Sukajaya. Model pembelajaran inkuiri
pembuktian, Jika proses pembelajaran diharapkan mampu menyelesaikan masalah
berangkat dari rasa ingin tahu siswa terhadap kinerja guru, aktivitas siswa dan hasil belajar
sesuatu, Jika guru akan mengajar pada pada materi sifat-sifat magnet.
sekelompok siswa yang rata-rata memiliki
kemauan dan kemampuan berpikir, Jika Berdasarkan permasalahan tersebut maka
jumlah siswa yang belajar tak terlalu banyak diperlukan sebuah model pembelajaran yang
sehingga bisa dikendalikan oleh guru, Jika dapat mengajarkan siswa aktif dan kreatif
guru memiliki waktu yang cukup untuk juga dapat menemukan konsep sendiri yang
menggunakan pendekatan yang berpusat mengembangkan sikap positif serta dapat
pada siswa. meningkatkan hasil belajar siswa. Maka
rumusan masalah yang diajukan dalam
Beberapa kelebihan dari model pembelajaran penelitian ini adalah: Bagaimana
inkuiri menurut Sanjaya (2006, hlm.206), perencanaan pembelajaran materi sifat-sifat
yaitu magnet dengan menggunakan model inkuiri
untuk di kelas V SDN Sukajaya Kecamatan
Menekankan pada pengembangan Jatinunggal Kabupaten Sumedang?
aspek kognitif, afektif, dan Bagaimana pelaksanaan pembelajaran materi
psikomotor secara seimbang, sifat-sifat magnet dengan menggunakan
sehingga pembelajaran lebih model inkuiri untuk di kelas V SDN Sukajaya
bermakna. Memberikan ruang Kecamatan Jatinunggal Kabupaten
kepada siswa untuk belajar sesuai Sumedang? Bagaimana aktivitas siswa dalam

424
Jurnal Pena Ilmiah: Vol. 1, No. 1 (2016)

pembelajaran materi sifat-sifat magnet METODE PENELITIAN


dengan menggunakan model inkuiri untuk di Desain
kelas V SDN Sukajaya Kecamatan Jatinunggal Desain penelitian yang digunakan dalam
Kabupaten Sumedang? Bagaimana penelitian ini peneliti menggunakan model
peningkatan hasil belajar siswa pada materi desain Spiral Kemmis dan Mc. Teggart (dalam
sifat-sifat magnet dengan menggunakan Wiriaatmadja, 2005, hlm.66) yaitu “Model
model inkuiri di kelas V SDN Sukajaya yang dilakukan secara siklus berulang-ulang
Kecamatan Jatinunggal Kabupaten dan berkelanjutan, artinya semakin lama
Sumedang? diharapkan semakin baik dan meningkat serta
mendapatkan hasil yang yang tercapai.”

Gambar 1. Model Spiral Kemmis dan Mc Taggart (dalam Wiriaatmadja, 2005, hlm.66)

Lokasi Penelitian selama penelitian didapat dengan


Lokasi yang dijadikan tempat penelitian menggunakan instrumen penelitian. Adapun
adalah SDN Sukajaya yang terletak di Jalan instrumen yang digunakan dalam penelitian
Wado-Bantarujeg. Pertimbangan dipilihnya ini adalah pedoman wawancara, pedoman
SDN Sukajaya sebagai lokasi penelitian karena observasi, lembar kerja siswa (LKS), perangkat
terdapat permasalahan di sekolah tersebut soal, dan catatan lapangan.
dan harus dicari solusi untuk memecahkan
masalah tersebut. Teknik Pengolahan Data dan Analisis Data
Pengolahan data proses dilakukan melalui
Subjek Penelitian format penilaian, untuk aktivitas siswa terdiri
Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas dari tiga aspek penilaian yaitu keaktifan,
V SDN Sukajaya tahun ajaran 2015/2016 yang kerjasama dan memecahkan masalah. Ketiga
berjumlah 22 orang, terdiri dari 12 orang laki- aspek tersebut mempunyai skor 3, 2, 1 untuk
laki dan 10 orang perempuan. setiap aspek yang dinilainya. Jumlah skor
terbesar untuk jumlah keseluruhan dari
Teknik Pengumpulan Data ketiga aspek yang dinilai adalah berjumlah 9.
Teknik pengumpulan data merupakan cara – Kedua, data hasil belajar siswa berupa hasil
cara yang dapat digunakan oleh peneliti untuk penilaian pembelajaran. Data hasil tindakan
mengumpulkan data. Teknik pengumpulan ini diperlukan untuk mengetahui sejauh mana
data ini bertujuan untuk mengetahui data- efektivitas penerapan model inkuiri dapat
data yang diperlukan selama proses meningkatkan hasil belajar siswa. Teknik
penelitian berlangsung. Untuk bisa pengolahan data dilakukan dengan
mendapatkan data-data yang dibutuhkan menggunakan pendekatan kuantitatif yaitu

425
Shanty Della Setiasih, Regina Lichteria Panjaitan, Julia

menentukan skor dari setiap indikator, Hanifah (2014) menyatakan “Analisis data
menghitung jumlah skor yang diperoleh dimulai dengan mempelajari seluruh data
siswa, memberi nilai angka, menghitung yang terkumpul, kemudian direduksi dengan
persentase daya serap, merekapitulasi merangkumnya menjadi intisari, setelah itu
persentase ketuntasan. dikategorisasikan dan yang terakhir adalah
disajikan.” Jadi semua data yang sudah
Teknik pengolahan data untuk tes hasil terkumpul dipelajari dengan baik, kemudian
belajar dilakukan dengan menggunakan dicatat hal yang penting-penting dari setiap
pendekatan kuantitatif, yaitu menentukan data yang ada, lalu dikategorikan berdasarkan
skor dari setiap nilai soal, menghitung jumlah jenis datanya, dan terakhir data disajikan baik
skor yang diperoleh setiap siswa, dalam bentuk tabel, diagram ataupun yang
memberikan nilai angka, dan merekapitulasi lainnya. Adapun interpretasi pencapaian
presentase ketuntasan. indikator menurut Hanifah (2014, hlm. 80)
adalah sebagai berikut.

Tabel 1. Kriteria Pencapaian Indikator (Hanifah, 2014, hlm.80)


Persentase Interpretasi
81-100% Baik sekali
61- 80% Baik
41- 60% Cukup
21- 40% Kurang
0% - 20% Kurang sekali

HASIL DAN PEMBAHASAN setiap siklusnya untuk mencapai target yang


Penelitian ini dilakukan sebanyak tiga siklus, telah ditentukan yaitu 100%, dan pada siklus
dengan terjadi peningkatan pada setiap III telah mencapai 100%. Kejadian ini
siklusnya karena dilakukan perbaikan. Dalam membuktikan adanya peningkatan kinerja
setiap siklusnya terdapat kinerja guru guru dalam merencanakan kegiatan
mengenai merencanakan pembelajaran, pembelajaran pada siklus III. Dengan
melaksanakan pembelajaran, aktivitas siswa peningkatan pada perencanaan tersebut yang
dan juga hasil belajar siswa. mencapai 100% memperoleh interpretasi
data Baik Sekali (BS).
Perencanaan Pembelajaran
Kinerja guru pada tahap perencanaan
pembelajaran mengalami peningkatan pada

150
100
Persentase

91
100 76
52
50

0
Data Awal Siklus I Siklus II Siklus III

Gambar 1. Diagram Peningkatan Persentase Kinerja Guru Pada Perencanaan Pembelajaran Tiap
Siklus

426
Jurnal Pena Ilmiah: Vol. 1, No. 1 (2016)

Pelaksanaan Pembelajaran guru harus melakukan pembelajaran


Pelaksanaan pembelajaran yang baik akan semaksimal mungkin. Dengan melakukan
meningkatkan hasil belajar yang baik pula peraikan pada setiap siklusnya maka
pada siswa. Target yang telah ditentukan perolehan nilai setiap siklusnya pun juga
untuk kinerja guru dalam melaksanakan meningkat, seperti dapat dilihat pada gambar
pembelajaran adalah 100%. Untuk bisa berikut
mencapai target yang telah ditentukan maka

150
Persentase

89 100
100 72
49
50

0
Data Awal Siklus I Siklus II Siklus III
Gambar 2.Diagram Peningkatan Persentase Kinerja Guru Pada Pelaksanaan Pembelajaran Tiap Siklus

Aktivitas Siswa orang siswa atau sekitar 14% dari jumlah


Kriteria penilaian untuk aktivitas siswa adalah keseluruhan masih termasuk dalam kategori
kerjasama, keaktifan dan juga memecahkan baik, dan sudah tidak ada lagi siswa yang
masalah. Sama seperti kinerja guru pada masuk pada kategori cukup, kurang dan
perencanaan dan juga pelaksanaan, pada kurang sekali pada siklus ini. Maka dari itu
aktivitas siswa pun juga terlihat peningkatan penelitian tidak dilanjutkan pada siklus
pada setiap siklusnya karena proses berikutnya karena tarhet untuk aktivitas siswa
pembelajaran yang semakin baik pada setiap telah tercapai. Target untuk aktivitas siswa itu
siklusnya. Dapat dilihat pada siklus III Jumlah sendiri adalah 85% siswa mencapai kategori
siswa yang mencapai kategori baik sekali yaitu baik sekali (BS). Peningkatan presentasi tiap
berjumlah 19 siswa atau sekitar 86% dari siklusnya dapat dilihat pada gambar berikut
jumlah keseluruhan 22 siswa, sedangkan 3

100

80
Baik
Persentase

60 Sekali
Baik
40
Cukup
20
Kurang
0
Siklus I Siklus II Siklus III
Kurang
Sekali

Gambar 3. Diagram Peningkatan Persentase Aktivitas Siswa Tiap Siklus

Hasil Belajar dalam kegiatan pembelajaran yang terus


Hasil belajar siswa pada setiap siklus ternyata meningkat. KKM yang telah ditentukan yaitu
mengalami peningkatan. Hal ini terjadi karena 72, dengan peningkatan Kinerja guru yang
kegiatan perencanaan dan pelaksanaan guru baik, berpengaruh pula pada peningkatan

427
Shanty Della Setiasih, Regina Lichteria Panjaitan, Julia

hasil belajar siswa. Siswa yang berhasil target 85% siswa masuk dalam kategori
memperoleh nilai di atas KKM pada siklus III tuntas telah tercapai. Berikut adalah
yaitu sebanyak 20 orang atau 91%, sedangkan peningkatan persentase hasil belajar siswa.
2 siswa lainnya atau sekitar 2% masih di
bawah KKM. Hal ini membuktikan bahwa

100

80
Persentase
60

40
Tuntas
20

0
Data Siklus I Siklus II Siklus
Awal III

Gambar 4. Diagram Peningkatan Persentase Hasil Belajar Siswa Tiap Siklus

Pembahasan hlm. 202) bahwa “Model pembelajaran inkuiri


Tahap Perencanaan terdiri dari enam tahap, yaitu: orientasi,
Perencanaan pembelajaran disesuaikan merumuskan masalah, mengajukan hipotesis,
dengan model pembelajaan yang digunakan. mengumpulkan data, menguji hipotesis dan
Salah satu inovasi untuk mencapai standar merumuskan kesimpulan.” Tahapan-tahapan
ketuntasan tersebut adalah dengan adanya tersebut terus dikembangkan pada setiap
model pembelajaran yang sesuai dengan siklus sehingga persentase perencanaan yang
yang diungkapkan oleh Sujana (2014, hlm. dilakukan terus mengalami peningkatan pada
130) yang mengungkapkan bahwa “Model setiap siklusnya.
pembelajaran merupakan suatu rancangan
dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran Kinerja guru
yang disusun secara sistematis untuk Kinerja guru sangat berpengaruh terhadap
mencapai tujuan pembelajaran yang telah aktivitas dan hasil belajar siswa. Dengan
ditetapkan.” Kemudian pernyataan Sujana melihat fakta berdasarkan observasi dan
mengenai model pembelajaran juga sesuai wawancara pada saat pengambilan data awal,
dengan yang diungkapkan oleh Huda (2013, kinerja guru belum maksimal sehingga hasil
hlm. 73) bahwa Model pembelajaran belajar siswanya pun juga belum maksimal.
dirancang untuk tujuan-tujuan tertentu, Maka dari itu, dilakukan tindakan untuk
pengajaran konsep-konsep informasi, cara- memperbaikinya. Dalam pembelajaran, guru
cara berpikir, studi nilai-nilai sosial, dsb dituntut untuk membimbing siswa selama
dengan meminta siswa untuk terlibat aktif pembelajaran berlangsung. Hal ini senada
dalam tugas-tugas kognitif dan sosial dengan yang diungkapkan oleh (Slameto,
tertentu. 2003, hlm.12) bahwa hal penting yang harus
diperhatikan oleh guru saat pembelajaran
Dalam penelitian penggunaan model ini, adalah “Mengusahakan agar setiap siswa
perencanaan dilakukan dengan berpartisipasi aktif dalam pembelajaran,
mengembangkan seluruh tahap yang menganalisis struktur materi yang akan
terdapat pada model pemblajaran inkuiri. diajarkan, menganalisis, dan memberikan
Seperti yang diungkapkan oleh Sanjaya (2014, reinforcement dan umpan balik.”

428
Jurnal Pena Ilmiah: Vol. 1, No. 1 (2016)

Pada saat menyampaikan materi Pada siklus I, siswa yang mencapai KKM
pembelajaran, guru menyampaikan materi sebanyak 10 orang atau 45%. Siklus II, siswa
tidak sedetail mungkin, sebab model yang mencapai KKM sebanyak 16 siswa atau
pembelajaran inkuiri ini adalah proses 73%. Peningkatan yang signifikan terlihat
penemuan. Hal ini sama dengan salah satu pada siklus III dengan 20 orang siswa atau
prinsip yang terdapat dalam PLPG 2010 91% yang mampu mencapai KKM. Hal ini
(dalam Sujana, 2014, hlm. 101-102) yaitu terjadi karena merupakan pengaruh dari
“Prinsip menemukan, pada dasarnya siswa penggunaan model inkuiri dalam proses
memiliki rasa ingin tahu yang tinggi terhadap pembelajaran mengenai sifat-sifat magnet.
sesuatu. Maka dari itu, dalam melaksanakan
pembelajaran IPA di SD hendaknya
memperhatikan cara agar siswa mau SIMPULAN
menemukan sesuatu dalam pembelajaran.” Gambaran penggunaan model pembelajaran
Maka dari itu, prinsip tersebut sama dengan inkuiri pada setiap tindakan siklus berbeda-
prinsip yang terdapat pada inkuiri yaitu anak beda peningkatannya. Perubahan pada setiap
menemukan sendiri mengenai konsep perencanaan pembelajaran merupakan
pembelajaran. bentuk perbaikan dari perencanaan siklus
sebelumnya. Aktivitas siswa yang dinilai pada
Aktivitas Siswa pembelajaran mengenai sifat-sifat magnet
Hal yang menjadi penilaian pada aktivitas dengan penggunaan model pembelajaran
siswa adalah keaktifan, kerjasama dan inkuiri meliputi aspek keaktifan, kerjasama
memecahkan masalah. Ketiga hal tersebut dan memecahkan masalah.
mengalami peningkatan pada setiap
siklusnya, hingga mencapai target yang telah Hasil belajar siswa pada pelaksanaan
ditentukan yaitu 85% siswa masuk pada penelitian ini juga mengalami peningkatan
kategori sangat baik. Dalam pembelajaran, pada setiap siklus yang dilaksanakan.
guru menggunakan kartu smile untuk siswa Penilaian hasil belajar siswa pada
yang aktif. Siswa terlihat lebih antusias ketika pembelajaran tentang sifat-sifat magnet
guru mengumumkan adanya kartu smile bagi dengan penggunaan model pembelajaran
siswa yang aktif. Kartu smile merupakan salah inkuiri meliputi aspek menjelaskan
satu media yang digunakan untuk menambah pengertian gaya magnet, menganalisis
semangat dan keaktifan siswa dalam belajar. mengenai benda yang bersifat magnetis dan
Hal ini membuktikan teori Gagne (dalam non magnetis, membuktikan hubungan
Karwati, 2014, hlm. 224) yang menyatakan antara jarak dengan kekuatan magnet,
bahwa “Media pembelajaran merupakan menghubungkan mengenai kekuatan magnet
berbagai jenis komponen dalam lingkungan dalam menembus benda, menyebutkan
peserta didik yang dapat memotivasi peserta mengenai kutub magnet, menganalisis
didik untuk belajar.” mengenai hal yang akan terjadi bila kutub-
kutub magnet didekatkan, mengklasifikasikan
Hasil Belajar benda yang bersifat magnetis dan non
Hasil belajar pada penelitian ini terus magnetis.
mengalami peningkatan yang cukup baik
pada setiap siklusnya. Meskipun demikian, Simpulan dari penelitian ini adalah untuk
dalam setiap siklus hasil belajar siswa masih kinerja guru mengenai perencanaan
ada yang mengalami kesulitan. pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran,
aktivitas siswa dan juga hasil belajar

429
Shanty Della Setiasih, Regina Lichteria Panjaitan, Julia

semuanya meningkat dan telah mencapai


target yang telah ditentukan.

DAFTAR PUSTAKA
Hanifah, N. (2014). Memahami Penelitian
Tindakan Kelas Teori dan Aplikasi.
Bandung: UPI Press.
Huda, M. (2013). Model-model Pengajaran
Dan Pembelajaran. Yogyakarta. Pustaka
Pelajar.

Karwati, E. (2014). Manajemen Kelas.


Bandung: Alfabeta.

Roestiyah. (2012). Strategi Belajar Mengajar.


Jakarta: Rineka Cipta.

Sanjaya, W. (2006, 2014). Strategi


Pembelajaran Berorientasi Standar Proses
Pendidikan. Jakarta: Prenada Media.

Slameto. (2003). Belajar dan Faktor-Faktor


yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka
Cipta.

Sudjana, N. (2013). Penilaian Hasil Proses


Belajar Mengajar. Bandung: Rosdakarya.

Sujana, A. (2014). Pendidikan IPA Teori dan


Praktik. Bandung: Rizqi Press.

Utami, P. U. (2009) Active Learning Untuk


Mewujudkan Pembelajaran Efektif. 151
Wiriaatmadja, R. (2005). Metode Penelitian
Tindakan Kelas Untuk Meningkatkan
Kinerja Guru dan Dosen. Bandung: Rosda
Karya.

430

Anda mungkin juga menyukai