2 Magister Pendidikan Sains, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret
Surakarta, 57126, Indonesia
sajidan_fkip@staff.uns.ac.id
3 Magister Pendidikan Sains, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret
Surakarta, 57126, Indonesia
suciati.sudarisman@yahoo.com
Abstrak
Penelitian dan pengembangan modul ini bertujuan untuk mengetahui: 1) karakteristik produk modul biologi
berbasis inquiry real world application pada materi bioteknologi; 2) kelayakan prototype modul biologi berbasis
inquiry real world application pada materi bioteknologi; 3) keefektifan modul biologi berbasis inquiry real
world application pada materi bioteknologi. Penelitian dan pengembangan ini menggunakan metode Borg dan
Gall (1983) yang telah dimodifikasi menjadi sembilan tahapan: 1) penelitian pendahuluan; 2) perencanaan; 3)
pengembangan prototype produk; 4) validasi prototype produk; 5) revisi prototype produk; 6) uji keterbacaan; 7)
revisi produk; 8) uji coba produk; 9) revisi produk akhir. Model pengembangan modul menggunakan desain
ADDIE (Branch, 2009). Instrumen yang digunakan meliputi: angket, lembar observasi dan tes. Analisis data
yang digunakan selama penelitian dan pengembangan adalah analisis deskriptif, teknik persentase dan uji
independent sample t-test. Hasil penelitian dan pengembangan menunjukkan: 1) karakteristik modul berbasis
inquiry real world application dikembangkan berdasarkan sintaks inquiry real world application, meliputi:
observation, manipulation, generalization, verification dan application; 2) kelayakan prototype modul berbasis
inquiry real world application menurut para ahli berkualifikasi “sangat baik”. Hasil uji keterbacaan modul untuk
guru oleh praktisi pendidikan berkategori “sangat baik”. Hasil uji keterbacaan modul siswa berkategori “baik”;
3) modul biologi berbasis inquiry real world application efektif meningkatkan hasil belajar siswa pada materi
bioteknologi aspek spiritual, aspek sikap sosial, aspek keterampilan, dan aspek pengetahuan.
Kata Kunci: bioteknologi, inquiry real world application, hasil belajar siswa
66
JURNAL INKUIRI
ISSN: 2252-7893, Vol 5, No. 3, 2016 (hal 66-76)
http://jurnal.fkip.uns.ac.id/index.php/sains
67
JURNAL INKUIRI
ISSN: 2252-7893, Vol 5, No. 3, 2016 (hal 66-76)
http://jurnal.fkip.uns.ac.id/index.php/sains
68
JURNAL INKUIRI
ISSN: 2252-7893, Vol 5, No. 3, 2016 (hal 66-76)
http://jurnal.fkip.uns.ac.id/index.php/sains
yang signifikan rata-rata dari dua kelompok kategori sangat baik, dan ahli bahasa sebesar
yang diamati. 100% kategori sangat baik.
3. Uji Keterbacaan
Uji keterbacaan bertujuan untuk
HASIL DAN PEMBAHASAN memperoleh evaluasi dari pengguna lapangan
atas prototype produk modul yang telah
Hasil Penelitian direvisi. Uji keterbacaan dilakukan oleh
1. Penelitian Pendahuluan
praktisi pendidikan sejumlah 3 orang dan uji
Hasil penelitian dan pengembangan
keterbacaan siswa sejumlah 12 dengan
modul biologi berbasis inquiry real world
instrumen berupa angket. Hasil uji keterbacaan
application pada materi bioteknologi kelas XII
disajikan pada Gambar 2.
SMA Negeri 1 Magelang diawali dengan
mengidentifikasi potensi dan masalah yang
akan dijadikan obyek penelitian yaitu analisis
kebutuhan dan analisis produk yang akan
dikembangkan.
Kegiatan awal yang dilakukan adalah
analisis pemenuhan 8 SNP, analisis hasil UN
Tahun Pelajaran 2009/2010, 2010/2011 dan
2012/2013, analisis hasil belajar aspek
pengetahuan, sikap, dan keterampilan, analisis Gambar 2. Histogram Hasil Uji Keterbacaan
buku ajar yang digunakan guru dan siswa serta
hasil angket tanggapan guru dan siswa Gambar 2 menunjukkan bahwa hasil uji
mengenai bahan ajar. keterbacaan oleh praktisi pendidikan
memperoleh nilai rata-rata 94% dengan
2. Validasi Protoype Produk kategori sangat baik, sedangkan hasil uji
Validasi prototype produk digunakan keterbacaan modul oleh siswa memperoleh
untuk memperoleh evaluasi kualitatif awal dari nilai rata-rata 78% dengan kategori baik.
prototype produk yang telah dibuat. Validasi
dilakukan oleh validator ahli materi, ahli Hasil Uji Coba Produk
perangkat pembelajaran, ahli pengembangan 1. Data Hasil Belajar Aspek Pengetahuan
modul, serta ahli bahasa. Hasil validasi oleh Hasil belajar aspek pengetahuan
para validator ahli disajikan pada Gambar 1. diperoleh dari nilai tes yang diberikan pada
akhir pembelajaran. Data hasil belajar aspek
pengetahuan disajikan pada Gambar 3.
69
JURNAL INKUIRI
ISSN: 2252-7893, Vol 5, No. 3, 2016 (hal 66-76)
http://jurnal.fkip.uns.ac.id/index.php/sains
minimum 66,60. Berdasarkan nilai KKM SMA 2. Data Hasil Belajar Aspek Sikap Spiritual
Negeri 1 Magelang sebesar 79, maka terdapat Penilaian hasil belajar aspek sikap
2 siswa yang tidak tuntas pada kelas modul spiritual siswa dilakukan dengan menggunakan
dan 11 siswa yang tidak tuntas pada existing instrumen lembar observasi yang dilakukan
class. Rata-rata nilai tes kelas existing class oleh dua orang pengamat. Data hasil belajar
lebih rendah dibanding dengan rata-rata tes aspek sikap spiritual disajikan pada Gambar 4.
kelas modul dengan selisih nilai 4,30. Data
hasil tes dianalisis menggunakan Independent
Sample t-Test untuk mengetahui keefektifan
modul. Hasil analisis data tahap pemakaian
produk dijabarkan pada Tabel 1.
70
JURNAL INKUIRI
ISSN: 2252-7893, Vol 5, No. 3, 2016 (hal 66-76)
http://jurnal.fkip.uns.ac.id/index.php/sains
71
JURNAL INKUIRI
ISSN: 2252-7893, Vol 5, No. 3, 2016 (hal 66-76)
http://jurnal.fkip.uns.ac.id/index.php/sains
modul diawali dengan bagian observasi yang siswa mengkomunikasikan hasil percobaan
berisi permasalahan nyata sehari-hari. Proses dan analisis data. Komunikasi dapat dilakukan
pembelajaran yang diawali dengan secara lisan maupun tertulis. Komunikasi
permasalahan nyata sehari-hari meningkatkan secara tertulis difasilitasi langsung dalam
motivasi belajar siswa (Siska et al., 2013). modul. Trowndow et al. (2010)
Permasalahan dihadirkan dalam bentuk mengungkapkan bahwa proses inkuiri siswa
wacana dan gambar yang menarik. Wacana dapat diberdayakan melalui jurnal tertulis.
yang dihadirkan bersifat terbuka sehingga Tahap aplikasi merupakan kegiatan siswa
siswa dapat mengidentifikasi beberapa mengevaluasi dan mengaplikasikan
rumusan masalah. Tahap observasi berupa pengetahuan yang sudah diperoleh dalam
kegiatan mengamati dan menanya. Kegiatan konteks kehidupan nyata. Morrison dan Estes
siswa dalam mengamati wacana dan gambar (2010) menyatakan bahwa aplikasi skenario
menjadi dasar dalam kegiatan menanya. dunia nyata merupakan strategi yang efektif
Kegiatan menanya dilakukan siswa dengan untuk mengajarkan sains sebagai proses.
merumuskan permasalahan. Permasalahan
yang dirumuskan sendiri oleh siswa 2. Kelayakan Prototype Modul Biologi
berpengaruh positif terhadap pencapaian Berbasis Inquiry Real World Application
akademik, perkembangan konsep dan sikap pada Materi Bioteknologi
ilmiah siswa (Etherington, 2011). Tahap Kelayakan prototype modul berbasis
manipulasi berupa kegiatan merancang inquiry real world application pada materi
percobaan. Rancangan percobaan berupa daftar bioteknologi dinilai dari hasil validasi oleh
alat dan bahan yang diperlukan serta urutan validator ahli dan uji keterbacaan. Validasi ahli
cara kerja. Penelitian Wulandari et al. (2013) meliputi validator ahli materi, ahli perangkat
menyatakan bahwa keterampilan merancang pembelajaran, ahli pengembangan modul, dan
percobaan merupakan keterampilan yang ahli bahasa. Uji keterbacaan meliputi validasi
kurang dikuasai oleh siswa. Oleh karena itu oleh praktisi pendidikan dan siswa.
perlu adanya panduan dalam merancang Hasil validasi oleh para ahli menyatakan
percobaan. Panduan merancang percobaan bahwa prototype modul yag dikembangkan
dalam modul berupa sketsa gambar alat serta berkategori sangat baik. Hasil ini sejalan
alur cara kerja. Tahap generalisasi merupakan dengan hasil penelitian Muruganantham
kegiatan siswa mengaplikasikan rancangan (2015) dan Hogan & Garling (2010) yang
percobaan yang telah disusun. Siswa menyatakan bahwa modul yang dikembangkan
melakukan percobaan, mengendalikan melalui prosedur ADDIE layak digunakan
variabel, mengumpulkan data, menganalisis, dalam usaha meningkatkan kualitas berbagai
dan mengasosiasi data yang diperoleh dalam sarana pendidikan dan pelatihan Modul
tahap generalisasi. Kegiatan mengumpulkan berdasarkan model ADDIE juga lebih diterima
data termasuk kegiatan yang biasa dilakukan oleh siswa dalam proses pembelajaran sains
saat praktikum, namun keterampilan siswa (Naval, 2014). Prosedur ADDIE menghasilkan
masih kurang dilatih. Pengumpulan data dalam modul yang valid dan efektif digunakan dalam
modul difasilitasi dengan tabel data. Adanya proses pembelajaran (Singh, 2010).
tabel data membantu siswa mengumpulkan dan Hasil uji keterbacaan berupa validasi
menyajikan data dalam bentuk yang mudah dari praktisi pendidikan menyatakan bahwa
dibaca dan bermakna (Wulandari et al., 2013). modul yang dikembangkan berkategori sangat
Analisis data berperan penting dalam baik. Hasil ini sejalan dengan penelitian Alias
mengkonstruk pengetahuan siswa. Elvinawati et al. (2014), yang menyatakan bahwa guru
(2011) mengungkapkan bahwa analisis data berpendapat positif terhadap penggunaan
berperan mengkonstruk pengetahuan serta modul di kelas. Pendapat guru anatara laian:
membuat kaitan antara konsep-konsep yang modul menyediakan kesempatan bagi siswa
dipelajari serta meningkatkan penguasaan untuk menguasai konsep-konsep biologi,
materi. Tahap verifikasi merupakan kegiatan penggunaan modul dalam proses pembelajaran
72
JURNAL INKUIRI
ISSN: 2252-7893, Vol 5, No. 3, 2016 (hal 66-76)
http://jurnal.fkip.uns.ac.id/index.php/sains
73
JURNAL INKUIRI
ISSN: 2252-7893, Vol 5, No. 3, 2016 (hal 66-76)
http://jurnal.fkip.uns.ac.id/index.php/sains
74
JURNAL INKUIRI
ISSN: 2252-7893, Vol 5, No. 3, 2016 (hal 66-76)
http://jurnal.fkip.uns.ac.id/index.php/sains
DAFTAR PUSTAKA Lu, Tan Ni, Bronwoe Cowie, & Allister Jones.
2010. Senior High School Student
Alias, Norlidah, Dorothy De Witt, Mohd Nazri Biology Learning in Interactive
Abdul Rahman, Rashidah Begum Teaching. Research in Science
Gelamdin, Rose Amnah, Abd Rauf, & Education. March 2010, Volume 40,
Saedah Siraj. 2014. Effectiveness of the Issue 2, pp 267-289
Biology PTechLS Module in a Felda Morrison, J. A. & Estes, J. (2010). Using scientists
Science Centre. Malaysian Online and real-world scenarios in professional
Journal of Educational Technology. development for middle school science
Volume 2, Issue 4. 31-36and Social teachers. Journal of Science Teacher
Science, vol. 1, No. 19, hlm. 269-276. Education, 18(2), 165-184
Borg, Walter R & Gall, Meredith D. 1983. Muruganantham, G. 2015. Developing of E-content
Education research. An introduction. package by using ADDIE Model.
Longman. New York & London. International Journal of Applied
Branch, Robert Maribe. 2009. Instructional Design: Research 2015; 1(3): 52-54. ISSN Print:
The ADDIE Approach. New York: 2394-7500 ISSN Online: 2394-5869
Springer Naval, D. J. 2014. Development and Validation of
Dahar, Ratna Wilis. 2011. Teori-teori Belajar dan Tenth Grade Physics Modules Based on
Pembelajaran. Jakarta: Erlangga Selected Least Mastered Competencies.
Domin, Daniel S. 2010. Students’ perceptions of International Journal of Education and
when conceptual development occurs Research. Vol. 2 No. 12. December 2014:
during laboratory instruction. Chemistry 145. ISSN: 2201-6333 (Print) ISSN: 2201-
Education Research and Practice. 2007, 6740 (Online)
8(2), 140-152 Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan
Elvinawati. 2011. Optimalisasi Pembelajaran Kimia Republik Indonesia Nomor 65 Tahun
Pemisahan Melalui Penerapan 2013 tentang Standar Proses Pendidikan
Pendekatan Konstruktivis dan Model Dasar dan Menengah
Peta Konsep. Jurnal Exacta. Vol. IX. Primarinda, Ikha, Maridi & Marjono. 2012.
No. 1 Juni 2011. ISSN: 1412-3617 Pengaruh Model Pembelajaran
Etherington, Matthew. 2011. Investigative Primary Cooperative Learning Tipe Group
Science: A Problem based Learning Investigation Terhadap Keterampilan
Approach. Australian Journal of Teacher Proses Sains dan Hasil Belajar Biologi
Education. Vol 36. No. 9. 53-74 Siswa Kelas X SMA Negeri 4 Surakarta
Gautreau, Brian T. & Ian C. Binns. 2012. Tahun Pelajaran 2011/2012. Jurnal
Investigating Student Attitudes and Pendidikan Biologi. Vol 4. No. 2. Hal 60-
Achievements in an Environmental Place- 71.
Based Inquiry In Secondary Class Rooms. Sadeh, Irit, & Michal Zion. 2012. Which Type of
International Journal of Environmental & Inquiry Project Do High School Biology
Science Education. Vol. 7, No.2, April Students Prefer: Open or Guided?.
2012 167-195 Research Science Education (2012) 42:
Hogan, Lance & Natalie Garling. 2010. Bortz’s 831-848
Learning Module: An Alternative Singh, Oma B. 2010. Development and Validation
Approach to Training Program Curriculum of A Web-Based Module To Teach
Development. The Journal of Human Metacognitive Learning Strategies To
Resource and Adult Learning. Vol. 4, Students In Higher Education. Graduate
Num. 2, December 2010 Thesis and Dissertation. University of
Kolloffel, Bas & Tan de Jong. 2013. Conceptual South Florida
Understanding of Electrical Circuits in Siska, Meli, Kurnia & Yayan Sunarya. 2013.
Secondary Vocational Engineering Peningkatan Keterampilan Sains Siswa
Education: Combining Traditional SMA Melalui Pembelajaran Parktikum
Instruction with Inquiry Learning in a Berbasis Inkuiri Pada Materi Laju Reaksi.
Virtual Lab. Journal of Engineering Jurnal Riset dan Pendidikan Kimia. Vol.
Education. Volume 102, Issue 3, pages 1. No. 1. ISSN: 2301-721X
375–393, July 2013
75
JURNAL INKUIRI
ISSN: 2252-7893, Vol 5, No. 3, 2016 (hal 66-76)
http://jurnal.fkip.uns.ac.id/index.php/sains
Suardana, I Nyoman. 2010. Penerapan Strategi Technology Education.Vol 4 (3). Hal 279-
Pembelajaran Berbasis Masalah Dengan 183
Pendekatan Kooperatif Berbantuan Modul Veloo, A., Perumal, S., & Vikneswary, R., 2013.
Untuk Meningkatkan Kualitas Proses dan Inquiry-based Instruction,
Hasil Belajar Mahasiswa Pada Students’Attitudes and Teachers’support
Perkuliahan Kimia Fisika 1. J. Pendidikan Towards Science Achievement in Rural
dan Pengajaran IKIP Negeri Singaraja No. Primary Schools. Procedia-Social and
4 Th. XXXIX Oktober 2010. ISSN 0215- Behavioral Sciences. Vol 93. Hal 65-69
8250:751-768 Wenning, C. J. 2011. Levels of Inquiry Model of
Sugiyanto, Widha Sunarno & Baskoro Adi Science Teaching: Learning Sequences to
Prayitno. 2013. Pengembangan Modul Lesson Plans. Journal of Phisics Theacher
Berbasis Inkuiri Terbimbing Disertai Education Online, 6(2), 17-20
Multimedia pada Materi Keanekaragaman . 2012. Levels of Inquiry: Using
Makhluk Hidup di SMPN 1 Kendal Inquiry Spectrum Learning Sequences to
Kaupaten Ngawi. Bioedukasi. Vol 6. No. Teach Science. Journal of Phisics
1. Hal 22-23 Theacher Education Online, 5(3), 11-20
Sund, Robert B. & Leslie W. Trowbridge. 1973. Wulandari, Ade Dewi, Kurnia & Yayan Sunarya.
Teaching Science by Inquiry in the 2013. Pembelajaran Praktikum Berbasis
Secondary School. Ohio: Charles E. Inkuiri Terbimbing Untuk Meningkatkan
Merill Keterampilan Berpikir Kritis Siswa SMA
Thoharudin, U., Hendrawati, S., & Rustaman, A. Pada Materi Laju Reaksi. Jurnal Riset dan
2011. Membangun Literasi Sains Peserta Pendidikan Kimia. Vol. 1. No. 1. ISSN:
Didik. Bandung: Humaniora 2301-721X
Trowbridge, Leslie & Rodger Bybee. 1996. Yeung, Alexandra, Simon M. Pyke, Manjula D.
Becoming a Secondary School Science Sharma, Simon C. Barrie, Mark A.
Teacher. New Jersey: Prentice Hall Buntine, Karen Burke Da Silva, Scott H.
Trowbridge, Leslie dan Rodger Bybee. 1996. Kable, Kieran F. Lim, 2011. The
Becoming a Secondary School Science Advancing Science by Enhancing
Teacher. New Jersey: Prentice Hall Learning in the Laboratory (ASELL)
Trowndow, P. A., Ling, T. A. & Venthan, A. M. Project: The first Australian
2010. Promoting Inquiry Through Science multidisciplinary workshop. International
Reflective Journal Writing. Eurasia Journal of Innovation in Science and
Journal of Mathematics, Science & Mathematics Education, 19 (2),51-72,
2011. 51
76
Jurnal Kreatif Tadulako Online Vol. 3 No. 2
ISSN 2354-614X
ABSTRAK
I. PENDAHULUAN
1. Latar Belakang Masalah
Pendidikan adalah proses pengembangan daya nalar, keterampilan, dan
moralitas sebagai pengembangan potensi yang dimiliki oleh setiap manusia.
Pendidikan dikatakan bermutu apabila proses pendidikan berlangsung secara efektif,
manusia memperoleh pengalaman yang bermakna bagi dirinya dan produk
pendidikan merupakan individu-individu yang bermanfaat bagi masyarakat dan
pembangunan bangsa.
Pendidikan memberikan kontribusi yang sangat besar terhadap kemajuan
suatu bangsa. Melalui pendidikan, bangsa Indonesia dapat membebaskan diri dari
kebodohan, keterbelakangan, dan dapat mengembangkan sumber daya manusia
sehingga dapat memiliki rasa percaya diri untuk berdampingan dan bersaing dengan
157
Jurnal Kreatif Tadulako Online Vol. 3 No. 2
ISSN 2354-614X
158
Jurnal Kreatif Tadulako Online Vol. 3 No. 2
ISSN 2354-614X
159
Jurnal Kreatif Tadulako Online Vol. 3 No. 2
ISSN 2354-614X
160
Jurnal Kreatif Tadulako Online Vol. 3 No. 2
ISSN 2354-614X
metode yang menempatkan dan menuntut guru untuk membantu siswa menemukan
sendiri data, fakta dan informasi tersebut dari berbagai sumber agar dengan kegiatan
itu dapat memberikan pengalaman kepada siswa. Pengalaman ini akan berguna
dalam menghadapi dan memecahkan masalah-masalah dalam kehidupannya.
Berdasarkan beberapa pendapat para ahli yang telah dikemukakan sebelumnya, maka
dapat diambil kesimpulan bahwa metode inkuiri adalah metode yang memberi
kesempatan kepada siswa untuk terlibat secara aktif dalam proses pembelajaran
melalui percobaan maupun eksperimen sehingga melatih siswa berkreativitas dan
berpikir kritis untuk menemukan sendiri suatu pengetahuan yang pada akhirnya
mampu menggunakan pengetahuannya tersebut dalam memecahkan masalah yang
dihadapi. Dalam penerapannya di bidang pendidikan, ada beberapa jenis metode
inkuiri. Sebagaimana yang dikemukakan oleh Sund and Trowbridge (Mulyasa, 2006)
bahwa
Jenis-jenis metode inkuiri adalah sebagai berikut:
1. Inkuiri terpimpin (Guide inquiry)
Inkuiri terpimpin digunakan terutama bagi siswa yang belum mempunyai
pengalaman belajar dengan metode inkuiri. Dalam hal ini guru memberikan
bimbingan dan pengarahan yang cukup luas. Dalam pelaksanaannya, sebagian
besar perencanaan dibuat oleh guru dan para siswa tidak merumuskan
permasalahan.
2. Inkuiri bebas (Free inkuiry).
Pada inkuiri bebas siswa melakukan penelitian sendiri bagaikan seorang
ilmuwan. Pada pengajaran ini, siswa harus dapat mengidentifikasikan dan
merumuskan berbagai topik permasalahan yang hendak diselidiki.
Metodenyaadalah inquiry role approach yang melibatkan siswa dalam kelompok
tertentu, setiap anggota kelmpok tugas memiliki tugas sebagai, misalnya
koordinator kelompok, pembimbing teknis, pencatatan data, dan pengevaluasi
proses.
3. Inkuiri bebas yang dimodifikasi (Modified free inquiry)
Pada inkuiri ini guru memberikan permasalahan atau problem dan kemudian
siswa diminta untuk memecahkan permasalahan tersebut melalui pengamatan,
eksplorasi, dan prosedur penelitian.
161
Jurnal Kreatif Tadulako Online Vol. 3 No. 2
ISSN 2354-614X
Gambar 3.1 Diagram penelitian dari Model Kemmis dan Mc Taggart dalam
Arikunto. S. (2002:84)
162
Jurnal Kreatif Tadulako Online Vol. 3 No. 2
ISSN 2354-614X
163
Jurnal Kreatif Tadulako Online Vol. 3 No. 2
ISSN 2354-614X
Hasil tes akhir tindakan siklus 1 memperlihatkan bahwa hasil skor tertinggi
yang di peroleh adalah 92, dan skor terendah 84, dan banyaknya siswa yang tuntas
berjumlah 16 orang sedangkan anak yang tidak tuntas sebanyak 6 orang. Ketuntasan
belajar klasikal siswa 72,72%. Ini berarti ketuntasan belajar pada siklus 1 belum
mencapai standar yang ingin dicapai yaitu 80% hasil yang diperoleh siswa tersebut
sangat jauh dari yang diharapkan
Hasil penelitian pada siklus I tersebut terlihat jelas masih terdapat kelemahan
yaitu kurangnya motivasi yang diberikan peneliti pada siswa. Oleh kerena itu,
peneliti mencoba membuat alternatif tindakan untuk menutupi kekurangan pada
siklus 1 tersebut yang selanjutnya diperbaiki pada siklus II.
Hasil observasi kegiatan guru pada siklus II didapatkan bahwa rata-rata
persentase aktivitas guru pada siklus ini sebesar 95,31% atau berada dalam kategori
sangat baik. Dengan kata lain pengelolaan pembelajaran yang dilakukan oleh peneliti
pada siklus ini menunjukkan peningkatan dari pada siklus I dan hasil rata-rata
persentase aktivitas siswa pada siklus II sebesar 83,80% kategori baik hal ini
menunjukkan adanya peningkatan aktivitas siswa dalam siklus sebelumnya.
Tabel 2 Hasil Analisis Tes Akhir Tindakan Siklus II
No Aspek Perolehan Hasil
1. Skor tertinggi 96
2. Skor terendah 56
3. Banyaknya siswa yang tuntas 19 orang
4. Banyaknya siswa yang tidak tuntas 3 orang
5. Nilai rata-rata 77,45
6. Persentase ketuntasan klasikal 86,36%
Sumber: Hasil tes akhir siswa
Hasil tes akhir tindakan siklus II memperlihatkan bahwa adanya peningkatan
skor tertinggi mencapai nilai 96 dan skor terendah 56. Banyaknya siswa yang tuntas
berjumlah 19 orang dan yang tidak tuntas hanya 3 orang. Ketuntasan belajar klasikal
yang diperoleh siswa yaitu 86,36% lebih tinggi. dibandingkan pada siklus
sebelumnya hanya mencapai 72,72%. Meskipun demikian, masih ada beberapa orang
siswa yang tidak mampu menjawab soal dengan baik namun secara klasikal sudah
mencapai target indikator kinerja yaitu melebihi 80%. Berdasarkan hal tersebut
diatas, dapat dijelaskan bahwa penelitian ini menunjukkan terjadinya peningkatan
164
Jurnal Kreatif Tadulako Online Vol. 3 No. 2
ISSN 2354-614X
hasil belajar setelah diterapkan pembelajaran kooperatif tipe inkuiri. Hal ini sesuai
dengan hipotesis penelitian yaitu “penerapan pembelajaran dengan metode inkuiri
dapat meningkatkan hasil belajar IPA siswa kelas IV SDN pada mata pelajaran IPA
khususnya pada pokok bahasan Penggolongan Hewan dan Jenis makanannya”.
165
Jurnal Kreatif Tadulako Online Vol. 3 No. 2
ISSN 2354-614X
DAFTAR PUSTAKA
Mulyasa, 2006. Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar. Rineka Cipta : Jakarta.
166
Unnes.J.Biol.Educ. 2 (1) (2013)
Abstract
___________________________________________________________________
This research aimed to know the relation between learning journal and metacognitive thinking strategy and
examine the influence of the use of learning journal as a metacognitive thinking strategy, for teaching Human
Imunity Systems, on students’ learning achievement at SMA Negeri 1 Kajen. This research design was Quasi
Experiment with Pre-Posttest Design. Subject involved in this research were XI IPA 2 class as the experimental
(26) and XI IPA 3 as the control (26). Sample was collected by the convenience sampling technique. Score of
learning journal was obtained by scoring the journal. Score of metakognitive thinking strtategy was obtained by
Inventory Sheet of Metacognitive Thinking Strategy. Data of the learning achievement were obtained by Post-
test. Data of learning journal and metacognitive thinking strategy were quantitatively analyzed using correlation
test. Data of students’ learning achievement were quantitatively analyzed using t-test and simple linear regression
test. Reseach finding indicated that metacognitive thinking strategy was positively correlated with learning
journal (93,8% and sig < 0,05). T-test indicated the significant difference between two groups. The use of learning
journal as metacognitive thinking strategy brought significant effect on the students’ learning achievement (sig.
value <0,05).
Alamat korespondensi: ISSN 2252-6579
E-mail: kikie.septiyana@yahoo.co.id
K Septiyana / Unnes Journal of Biology Education 2 (1) (2013)
Penerapan jurnal belajar sebagai strategi Design. Data yang dikumpulkan meliputi skor
berpikir metakognitif pada pembelajaran sistem jurnal belajar diperoleh dari penerapan jurnal
imunitas pada dasarnya membiasakan kegiatan belajar, skor strategi berpikir metakognitif
refleksi dan evaluasi diri pada setiap akhir proses dikumpulkan melalui lembar inventori strategi
pembelajaran agar pembelajaran menjadi lebih berpikir metakognitif dan skor tes penguasaan
bermakna. Untuk itu, perlu dilakukan penelitian materi sistem imunitas diperoleh melalui post-
mengenai hubungan antara jurnal belajar dan test. Data-data tersebut dianalisis dengan metode
strategi berpikir metakognitif serta pengaruh kuantitatif. Data penerapan jurnal belajar dan
penerapan jurnal belajar sebagai strategi berpikir data strategi berpikir metakognitif dianalisis
metakognitif pada pembelajaran sistem imunitas. dengan deskriptif kuantitatif yang kemudian
Penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan untuk mencari hubungan antara keduanya data
antara jurnal belajar dan strategi berpikir tersebut dianalisis dengan uji korelasi. Data
metakognitif serta menguji apakah penerapan kuantitatif yang berupa nilai post-test siswa
jurnal belajar sebagai strategi berpikir dianalisis dengan uji t dan regresi linear
metakognitif pada pembelajaran sistem imunitas sederhana.
berpengaruh terhadap hasil belajar siswa.
HASIL DAN PEMBAHASAN
METODE PENELITIAN
1. Penerapan Jurnal Belajar sebagai
Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri Strategi Berpikir Metakognitif
1 Kajen pada semester genap tahun ajaran Jurnal belajar sebagai strategi berpikir
2011/2012. Populasi penelitian ini adalah kelas metakognitif merupakan catatan hasil refleksi
XI IPA (XI IPA 1 sampai XI IPA 4). Sampel siswa pada setiap akhir proses pembelajaran
penelitian ini adalah kelas XI IPA 2 sebagai memuat lima aspek dengan mengembangkan
kelompok eksperimen (26 siswa) dan kelas XI strategi berpikir metakognitif. Penerapan jurnal
IPA 3 sebagai kelompok kontrol (26 siswa). belajar sebagai strategi berpikir metakognitif
Sampel diambil dengan teknik convenience didefinisikan secara operasional sebagai skor
sampling, karena peneliti tidak mempunyai jurnal belajar selama proses pembelajaran materi
kewenangan untuk menentukan sampel sehingga sistem imunitas. Aspek jurnal belajar disajikan
sampel ditentukan secara sederhana. pada Gambar 1 berikut ini:
Penelitian ini menggunakan rancangan
Quasy Experiment dengan pola Pre-Posttest
4
K Septiyana / Unnes Journal of Biology Education 2 (1) (2013)
Tabel 2 Persentase rata-rata skor strategi berpikir berpikirnya saat belajar, maka siswa semakin
metakognitif siswa kelas eksperimen mampu mengontrol tujuan, motivasi dan
Persentase Jumlah perhatian dalam belajar. Sudiarta (2006)
No Kriteria
(%) Siswa menambahkan kegiatan metakognitif berpotensi
1. Rendah 0 0 menghasilkan siswa memiliki kompetensi
2. Sedang 34.6 9 berpikir tingkat tinggi karena memacu motivasi
3. Tinggi 65.4 17 siswa untuk belajar dan meningkatkan hasil
belajar. Hal tersebut dikarenakan siswa mampu
Berdasarkan Tabel 2 diketahui sebagian menyelesaikan tugas belajar dengan baik melalui
besar siswa kelas eksperimen dapat berpikir kemampuan merencanakan, mengatur diri dan
secara metakognitif selama belajar materi sistem mengevaluasi proses belajar yang telah
imunitas. Hal ini disebabkan siswa mampu menjadikan siswa memiliki kebermaknaan
mengevaluasi proses belajar dengan baik melalui mendalam terhadap apa yang dipelajari. Strategi
beberapa pernyataan dalam lembar inventori metakognitif dapat memonitor kemajuan yang
strategi berpikir metakognitif. Meskipun telah dicapai dan digunakan untuk mengontrol
demikian masih ada siswa yang kurang aktivitas kognitif serta menjamin tujuan kognitif
memanfaatkan lembar inventori strategi berpikir yang telah dicapai.
metakognitif dengan baik. Padahal pengisian
istrumen ini dilakukan di rumah dengan maksud 3.Hasil Belajar
siswa dapat leluasa membaca dan melakukan Hasil belajar dalam penelitian ini adalah
kegiatan sesuai dengan pernyataan yang ada skor tes penguasaan materi sistem imunitas yang
dalam lembar inventori strategi berpikir diperoleh melalui post-test. Soal post-test
metakognitif tersebut. Siswa belum menyadari berjumlah 28 dengan 24 soal obyektif dan 4 soal
pentingnya berpikir metakognitif. Hal ini uraian. Hasil penelitian menunjukkan rata-rata
disebabkan siswa merasa menghafal materi skor post-test kelas eksperimen lebih tinggi dari
pelajaran lebih menunjang hasil belajarnya pada kelas kontrol. Hasil pre-test dan post-test
daripada memonitor proses belajar. kelas eksperimen dan kelas control disajikan pada
Menurut Marzano dalam Peirce (2003) Tabel 3.
semakin sering siswa sadar tentang proses
Tabel 3 Hasil pre-test dan post-test kelas eksperimen dan kelas control
Kelas Eksperimen Kelas Kontrol
No Variabel
Prestest Posttest Prestest Posttest
1. Skor terendah 6 18.5 6 17.5
2. Skor tertinggi 21 29.5 18 27.5
3. Rata-rata 13.1 24.7 12.7 21.7
4. Standar deviasi 11.395 9.023 9.441 8.712
5. ∆ post-pretest 11.6 9
maupun pertanyaan melalui jurnal belajar serta nyata. Seorang siswa akan belajar lebih baik dan
kemampuan siswa mendeskripsikan kembali apa lebih bermakna apabila siswa dapat mengerti
yang sudah dipelajari termasuk menuliskan hal proses pembelajaran yang telah dialami sehingga
yang dirasa lemah telah memberikan dampak menstimulasi perkembangan kognitif (Walgito
pada peningkatan hasil belajar siswa. Selain itu 2003). Berbeda dengan siswa kelas kontrol yang
strategi berpikir metakognitif dapat tidak melakukan proses refleksi dalam kegiatan
meningkatkan motivasi siswa untuk melakukan belajar sehingga pengalaman belajar siswa
perbaikan dalam proses belajar melalui kegiatan berlalu begitu saja.
evaluasi (Purwandari 2009). Febriyanti (2009)
menambahkan strategi berpikir metakognitif 4.Uji Korelasi Jurnal Belajar dan Strategi
menjadikan siswa memiliki kebermaknaan dalam Berpikir Metakognitif
belajar sehingga dapat meningkatkan hasil Uji korelasi bertujuan untuk mengetahui
belajar. adanya hubungan antara jurnal belajar dan
Penerapan jurnal belajar sebagai strategi strategi berpikir metakognitif. Data yang
berpikir metakognitif memberikan kepuasaan digunakan adalah data rata-rata skor jurnal
intelektual bagi siswa dalam usahanya belajar dan data rata-rata skor strategi berpikir
membongkar dan memperbaiki proses belajar metakognitif siswa di kelas eksperimen. Hasil uji
yang masih keliru. Kegiatan ini menjadikan korelasi disajikan pada Tabel 4.
pengalaman belajar siswa nampak jelas dan
Hasil uji korelasi menunjukkan hubungan belajar tercapai (Murti 2011). Jika siswa
yang kuat antara jurnal belajar dan strategi menyadari komitmen dan perhatian untuk
berpikir metakognitif yaitu 93,8% (sig.< 5%). Hal belajar, maka siswa tidak akan lupa untuk
ini sesuai dengan penelitian Sabilu (2008) bahwa memonitor proses belajarnya (Pillow 2008).
terdapat hubungan antara jurnal belajar dan Pemantauan ini memotivasi dan membantu
strategi berpikir metakognitif yang berarti apabila siswa dalam aktivitas belajar demi
jurnal belajar mempunyai nilai baik maka strategi mengoptimalkan hasil belajar.
metakognitif siswa juga baik. Jurnal belajar dan Berdasarkan uraian diatas dapat dikatakan
strategi berpikir metakognitif menitikberatkan bahwa jurnal belajar dan strategi berpikir
proses refleksi sebagai langkah introspeksi diri metakognitif menjadikan siswa mengalami
dalam belajar. Proses refleksi menjadikan siswa proses pembelajaran bermakna. Pembelajaran
memahami keterampilan, strategi dan sumber bermakna yaitu pembelajaran yang menjadikan
daya yang dibutuhkan dalam proses belajar, pengalaman belajar sebagai bagian dari proses
termasuk menemukan ide utama dan belajar. Siswa diberi kesempatan untuk
mengungkapkan informasi, yang kemudian merefleksikan kegiatan belajar sehingga mampu
mengatahui bagaimana dan kapan menggunakan mendiagnosis kelemahan serta kelebihan yang
ketrampilan dan strategi guna menjamin tujuan dapat digunakan untuk menyusun rencana
6
K Septiyana / Unnes Journal of Biology Education 2 (1) (2013)
belajar baik waktu belajar, strategi belajar dan diketahui bahwa skor jurnal belajar berpengaruh
senantiasa melakukan pemantauan dalam proses terhadap skor tes materi sistem imunitas.
belajar demi mengoptimalkan hasil belajar. Penerapan jurnal belajar sebagai strategi
berpikir metakognitif memberi kesempatan pada
5.Pengaruh Penerapan Jurnal Belajar siswa untuk mengkonstruksi pengetahuan sendiri
sebagai Strategi Berpikir Metakognitif terhadap melalui kegiatan refleksi diri dan menjadikan
Hasil Belajar pengalaman belajar tidak berlalu begitu saja
Uji t-test dilakukan untuk melihat sehingga pembelajaran lebih bermakna. Proses
perbedaan nyata hasil belajar kelas eksperimen refleksi dapat meningkatkan penguasaan konsep
dan kelas kontrol. Data yang digunakan adalah sehingga kemampuan metakognitif dan kognitif
rata-rata hasil belajar kelas eksperimen dan kelas siswa meningkat (Sabilu 2008). Sementara
kontrol. Hasil uji t-test disajikan pada Tabel 5 strategi berpikir metakognitif membantu siswa
berikut. sebagai pemantau dan pengarah proses pikiran
dimana siswa aktif membangun sistem makna
Tabel 5 Hasil output uji t-test hasil belajar kelas dan pemahaman melalui pengalaman yang telah
eksperimen dan kelas control dialami (Chi and Kurt 2010). Menurut Walgito
Group Statistics (2003) pengalaman yang bermakna dapat
Std. Std. Error menstimulasi perkembangan kognitif.
Kelas N Mean Pembelajaran biologi yang memfokuskan
Deviation Mean
1 26 77.31 9.023 1.770 pentingnya pengembangan kemampuan dengan
2 26 68.15 8.712 1.709 mengkomunikasikan pemikiran saintifik secara
efektif melalui kegiatan refleksi telah
Tabel 5 menunjukkan rerata nilai post-test memberikan pengaruh terhadap hasil belajar
kelas eksperimen lebih besar dari rataan kelas siswa (Corebima 2005). Miranda (2010)
kontrol, artinya hasil belajar kelas eksperimen menegaskan pembelajaran sistem imunitas terasa
lebih baik dari kelas kontrol. Hal ini lebih berkesan bagi siswa apabila self regulated
mengindikasikan adanya pengaruh dari learning yang meliputi fase merancang belajar
penerapan jurnal belajar sebagai strategi berpikir (menetapkan tujuan belajar dan merancang
metakognitif. Untuk melihat seberapa besar strategi belajar), fase mengevaluasi dan fase
pengaruh penerapan jurnal belajar sebagai merefleksi dapat diwujudkan.
strategi berpikir metakognitif terhadap hasil Jurnal belajar sebagai strategi berpikir
belajar siswa dikelas ekperimen maka dilakukan metakognitif siswa dapat lebih membangun
uji regresi linier sederhana. Data yang digunakan makna dalam ingatan, memonitor proses belajar,
adalah data rata-rata skor jurnal belajar dan hasil mengevaluasi dan menentukan strategi belajar
belajar siswa di kelas eksperimen. guna mencapai tujuan. Menurut Sudiarta (2006)
Hasil uji regresi linier sederhana kemampuan siswa menilai proses belajar dapat
menunjukkan penerapan jurnal belajar sebagai memacu motivasi dan meningkatkan hasil belajar
strategi berpikir metakognitif memberikan siswa. Penelitian Purwandari (2009) menyatakan
pengaruh sebesar 69,9% terhadap hasil belajar motivasi siswa meningkat sejalan dengan
siswa (sig.<0,05). Persamaan regresi yang keterampilan metakognitif yang tinggi karena
didapat yaitu y ̂ = 31,391+ 3,015x, dengan kemampuan menentukan tujuan belajar. Siswa
koefisien variabel peningkatan jurnal belajar akan belajar keras mencapai tujuan apabila
sebagai strategi berpikir metakognitif adalah tujuan itu dirumuskan oleh dirinya sendiri (Anni
3,015 dan konstantanya 31,391. Artinya apabila 2007). Sulistiyo (2008) menambahkan proses
jurnal belajar bertambah 1, maka nilai rata-rata mental yang tinggi seperti daya pikir, ingatan dan
hasil belajar akan bertambah sebesar 3,015. penalaran merupakan bagian dari metakognitif
Berdasarkan hasil pengujian tersebut dapat yang dapat mengoptimalkan hasil belajar siswa.
Berdasarkan hasil analisis dapat dikatakan bahwa
7
K Septiyana / Unnes Journal of Biology Education 2 (1) (2013)
skor jurnal belajar berpengaruh terhadap skor tes Biologi untuk Meningkatkan Kualitas
materi sistem imunitas. Pembelajaran Siswa Kelas X di SMA Negeri 2
Surakarta. (Skripsi). Surakarta: FMIPA
Universitas Sebelas Maret.
SIMPULAN
Laurens T. 2011. Pengembangan Metakognisi Dalam
Pembelajaran Matematika. Diunduh di
Berdasarkan hasil penelitian dan http://p4mriunpat.wordpress.com/2011/11/
pembahasan dapat disimpulkan bahwa jurnal 14/metakognisi-dalam-pembelajaran
belajar dan strategi berpikir metakognitif matematika.htm pada tanggal 2 Januari 2012.
mempunyai hubungan yang kuat dan penerapan Miranda Y. 2010. Dampak Pembelajaran Metakognitif
jurnal belajar sebagai strategi berpikir dengan Strategi Kooperatif terhadap
metakognitif pada pembelajaran sistem imunitas Kemampuan Metakognitif Siswa dalam Mata
berpengaruh secara signifikan terhadap hasil Pelajaran Biologi. Jurnal Penelitian
Pendidikan 20 (2): 187-201.
belajar siswa di SMA Negeri 1 Kajen.
Murti HAS. 2011. Metakognisi dan Theory of Mind
(ToM). Jurnal Psikologi UMK: PITUTUR. 1
DAFTAR PUSTAKA (2): 53-64.
Peirce W. 2003. Metacognition : Study Strategies,
Anggraeni S. 2009. Pengaruh Penggunaan Jurnal Monitoring, and Motivasion. Diunduh di
Belajar (Learning Journal) Terhadap Hasil http://academic.pgcc.edu/~wpeirce/MCCC
Belajar Siswa pada Konsep Sistem Reproduksi TR/metacognition.htm#II pada tanggal 2
Manusia. (Skripsi). Bandung: FMIPA Januari 2012.
Universitas Pendidikan Indonesia. Pillow B. 2008. Development of children’s
Anni CT. 2007. Psikologi Belajar. Semarang: UPT understanding of cognitive activities. Journal of
UNNES Press. Genetic Psychologi. 169 (4): 297 – 321.
Chi M., & Kurt VL. 2010. Meta-Cognitive Strategi Purwandari N. 2009. Keterampilan Metakognitif Pada
Instruction in Intellegent Tutoring Sistem: Pembelajaran IPA Biologi di Kalangan Siswa
How, When, and Why. Journal Educational SMP Kota Blitar. (Tesis). Malang: FMIPA
Tchnology & Sociaty. 13 (1): 25 – 39. Universitas Negeri Malang.
Corebima AD. 2005. Pengaruh Pembelajaran Berpola Sabilu M. 2008. Pengaruh penggunakan jurnal belajar
PBMP (TEQ) terhadap Kemampuan Berpikir dalam pembelajaran multistrategi terhadap
dan Pemahaman Konsep pada Pembelajaran kemampuan kognitif dan metakognitif siswa
IPA Biologi di Beberapa SMPN Kota dan SMA Negeri 9 Malang / Murni. (Disertasi).
Kabupaten Malang Indonesia. Malang: Malang: Program Pasca Sarjana Universitas
FMIPA Universitas Negeri Malang. Negeri Malang.
Damayanti DP. 2009. Penggunana Jurnal Belajar Silberman M. 2006. Active Learning (101 Cara Belajar
dalam Pembelajaran Biologi Model Rancangan Siswa Aktif ). Bandung: Nusa Media
Alat untuk Meningkatkan Penguasaan Konsep Sudiarta P. 2006. Penerapan Strategi Pembelajaran
Siswa Kelas XI IPA SMA Negeri Berorientasi Pemecahan Maslah dengan
Kebakkramat. (Skripsi). Surakarta: FMIPA Pendekatan Metakognitif Untuk
Universitas Sebelas Maret. Meningkatkan Emahaman Konsep dan Hasil
Dwianto A. 2010. Pengertian, Kegunaan, dan Bentuk Belajar Mahasiswa. Jurnal Pendidikan dan
Jurnal Belajar. Diunduh di Pengajaran (3): 588-602.
http://www.sangpengajar.com/2010/08/pen Sulistiyo. 2008. Kemampuan Metakognisi Guru
gertian-kegunaan-dan-bentuk jurnal_02.html Bahasa Indonesia dalam Pembelajaran
pada tanggal 24 Desember 2011. Menulis (Disertasi). Semarang : FBS
Febriyanti WP. 2009. Keefektifan Pendekatan Universitas Negeri Semarang.
Keterampilan Metakognitif dalam Teasdale JD., Pope M., Moore RG., Williams S., &
Pembelajaran Matematika pada Pencapaian Segal ZV. 2002. Metacognitive Awareness and
Hasil Belajar Siswa SMP Kelas VI. (Skripsi). preventation of Relaps in Depression:
Semarang: FMIPA Universitas Negeri Emperical Evidence. Journal of Consulting and
Semarang. Clinical Physicology. 2 (70): 275 – 287.
Jayadi YA. 2008. Penggunaan Jurnal Belajar dengan
Macromedia Flash dalam Pembelajaran
8
K Septiyana / Unnes Journal of Biology Education 2 (1) (2013)
Walgito B. 2003. Pengantar Psikologi Umum. Belajar Ekonomi Kelas X MAN Pemalang
Yogyakarta: Andi. Muhammad. (Skripsi). Semarang: FE
Zaki M. 2008. Pengaruh Strategi Metakognitif Melalui Universitas Negeri Semarang.
Pemahaman Siswa terhadap Hasil Ketuntasan
9
Jurnal Pena Ilmiah: Vol. 1, No. 1 (2016)
Abstrak
Permasalahan dalam penelitian ini adalah rendahnya hasil belajar dan aktivitas siswa pada
materi sifat-sifat magnet. Upaya yang dilakukan untuk mengatasi permasalahan tersebut
adalah dengan menggunakan model inkuiri. Model inkuiri adalah model pembelajaran yang
berorientasi pada pembelajaran siswa aktif. Metode penelitian yang digunakan yaitu metode
penelitian tindakan kelas. Berdasarkan hasil pelaksanaan siklus I sampai III, maka model
pembelajaran inkuiri dapat meningkatkan hasil belajar dan juga aktivitas siswa pada materi
sifat-sifat magnet. Hal ini dapat tergambarkan pada aktivitas dan hasil belajar siswa sebagai
berikut. Untuk aktivitas siswa pada siklus I mencapai 32%, siklus II 64% dan siklus III 86%.
Sedangkan untuk hasil belajar siklus I siswa yang dikatakan tuntas adalah sebanyak yaitu 45%,
untuk siklus II 73%, dan untuk siklus III sebanyak 91%. Maka dari itu, penggunaan model inkuiri
dalam meningkatkan hasil belajar dan aktivitas siswa mengenai materi sifat-sifat magnet di
Kelas V SDN Sukajaya Kecamatan Jatinunggal Kabupaten Sumedang dikatakan berhasil.
Kata kunci: Inkuiri, Sifat-sifat Magnet, Hasil Belajar.
421
Shanty Della Setiasih, Regina Lichteria Panjaitan, Julia
Mata pelajaran IPA di tingkat SD terdiri dari Pembelajaran IPA yang dilakukan di SD
empat kajian utama yaitu: Makhluk Hidup dan hendaknya dapat mencapai standar
Proses Kehidupan, Benda dan Sifatnya, Energi kompetensi ketuntasan yang diinginkan.
dan Perubahannya, dan Bumi Alam Semesta. Permendiknas No 22 Tahun 2006 (dalam
Dalam proses pembelajaran, keempat kajian Sujana, 2014, hlm 98-99) menyebutkan
tersebut memiliki kompleksitas tinggi. bahwa standar kompetensi ketuntasan mata
Pembelajaran bukan hanya sekedar pelajaran IPA adalah
menyampaikan materi saja tetapi harus
mengacu pada standar kompetensi dan Melakukan pengamatan terhadap
kompetensi dasar yang bertujuan untuk gejala alam dan menceritakan hasil
pembentukan perubahan tingkah laku pengamatannya secara lisan dan
seorang siswa untuk menjadi lebih baik secara tulisan, Memahami penggolongan
kognitif, afektif dan juga psikomotor yang hewan dan tumbuhan serta manfaat
terangkum dalam bentuk interaksi aktif yang hewan dan tumbuhan bagi manusia,
memperlihatkan karakteristik, perkembangan upaya pelestariannya, dan interaksi
kognitif, serta tipe belajar siswa dalam antara makhluk hidup dengan
mengikuti pembelajaran. lingkungannya. Memahami bagian-
bagian tubuh pada manusia, hewan
Banyaknya kajian yang terdapat dalam IPA dan tumbuhan, serta fungsinya dan
menjadi hal yang sulit dipahami oleh sebagian perubahan pada makhluk hidup.
besar siswa. Padahal IPA sangat diperlukan, Memahami beragam sifat benda
karena dengan IPA siswa dapat lebih hubungannya dengan penyusunnya,
mengetahui, memahami, mengalami, perubahan wujud benda, dan
merasakan, dan menemukan suatu konsep kegunaannya. Memahami berbagai
dengan potensi pengetahuan awal yang bentuk energi, perubahannya dan
dimiliki oleh siswa. Pengetahuan awal siswa manfaatnya. Memahami matahari
sangat penting dalam pembelajaran, karena sebagai pusat tata surya,
hal ini dapat membantu siswa dalam kenampakan dan perubahan
memahami suatu konsep IPA yang akan permukaan bumi, dan hubungan
dipelajari. Pengetahuan awal yang dimiliki peristiwa alam dengan kegiatan
oleh siswa dapat dijadikan sebagai modal manusia.
awal dalam menghubungkan konsep
pembelajaran dengan konsepsi awal siswa. Standar kompetensi yang diharapkan dari
Dengan kombinasi antara pengetahuan awal pembelajaran IPA menurut Permendiknas No
dengan konsep IPA yang diajarkan diharapkan 22 tahun 2006 adalah siswa dapat melakukan
dapat memberikan nilai yang positif terhadap pengamatan terhadap gejala alam karena
keberhasilan dalam pembelajaran IPA di sebelumnya siswa telah mengalami gejala
kelas. Pembelajaran IPA erat kaitannya alam namun tidak mengetahui konsep
dengan kehidupan sehari-hari, karena dalam keseluruhannya. Contohnya adalah siswa
kehidupan sehari-hari siswa dapat mengetahui tempelan yang terdapat pada
mengetahui dan mengalami secara langsung kulkas itu adalah magnet, tetapi siswa tidak
segala sesuatu yang terjadi di alam. Namun mengetahui konsep magnet secara lebih luas.
yang diketahui oleh siswa merupakan konsep Selain itu juga siswa dapat memahami
awal bukan konsep yang sesuai dengan penggolongan hewan, memahami bagian-
standar kompetensi atau kompetensi dasar. bagian tubuh, hubungan sifat benda, bentuk
energi dan matahari. Dengan adanya konsep
awal yang dimiliki oleh siswa menjadi suatu
422
Jurnal Pena Ilmiah: Vol. 1, No. 1 (2016)
kemudahan bagi guru dalam mengajar, Sukajaya dikemukakan bahwa aktivitas siswa
karena siswa sudah mempunyai bekal yang dalam pembelajaran sifat-sifat magnet yaitu:
bisa digunakan pada saat pembelajaran Siswa kurang termotivasi dan antusias dalam
berlangsung. Maka dari itu, besar harapan pembelajaran karena guru hanya
pencapaian standar kompetensi sesuai menggunakan metode ceramah saja ketika
permendiknas dapat tercapai dengan baik. menyampaikan materi, siswa kurang
berpartisipasi aktif dalam menjawab dan
Untuk mencapai standar kompetensi mengeluarkan pendapat, siswa kurang
ketuntasan diperlukan adanya inovasi dalam terlihat saling membantu dan bekerjasama
pembelajaran. Salah satu bentuk dari inovasi dengan baik ketika belajar berkelompok, dan
tersebut adalah dengan adanya model siswa terlihat kurang disiplin pada saat proses
pembelajaran. Sujana (2014, hlm. 130) pembelajaran sedang berlangsung.
menyebutkan bahwa “Model pembelajaran
merupakan suatu rancangan dalam Selain diperoleh data mengenai aktivitas
melaksanakan kegiatan pembelajaran yang siswa, hasil dari observasi juga menunjukan
disusun secara sistematis untuk mencapai kinerja guru dalam pembelajaran sifat-sifat
tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan.” magnet yaitu: guru lebih dominan
Model pembelajaran dirancang untuk tujuan- memberikan materi dengan menggunakan
tujuan tertentu, pengajaran konsep-konsep metode ceramah, guru tidak menggunakan
informasi, cara-cara berpikir, studi nilai-nilai media pembelajaran, guru mengabaikan
sosial, dsb dengan meminta siswa untuk pengelolaan kelas, guru tidak melakukan
terlibat aktif dalam tugas-tugas kognitif dan tanya jawab tentang apa yang belum
sosial tertentu (Huda, 2013, hlm. 73). dipahami oleh siswa, dan guru tidak
menyimpulkan materi yang telah
Namun pada kenyataannya masih terdapat disampaikan.
fakta mengenai pembelajaran yang masih
berpusat pada guru yang tidak sesuai dengan Berdasarkan hasil tes pemahaman yang telah
model pembelajaran. Sebagaimana dilakukan mengenai materi sifat-sifat magnet
dikemukakan oleh (Utami, 2009) bahwa, di kelas V SDN Sukajaya Kecamatan
Masih ada pembelajaran yang Jatinunggal Kabupaten Sumedang maka
berlangsung selama ini umumnya diperoleh data bahwa dari 22 jumlah siswa,
menggunakan metode pengajaran yang mencapai nilai tuntas atau diatas nilai 72
yang cenderung sama setiap kali hanya tiga orang dan sisanya masih belum
pertemuan di kelas. Pembelajaran tuntas. Dilihat dari proses dan hasil belajar,
masih berpusat pada guru, hal ini ternyata pembelajaran pada konsep sifat-
mengakibatkan siswa cenderung sifat magnet masih kurang berhasil. Oleh
pasif dan pembelajaran tidak efektif. karena itu diperlukan sebuah model
Pembelajaran seperti ini dikenal pembelajaran yang inovatif agar bisa
dengan pembelajaran teacher mengantar siswa untuk bisa mencapai hasil
centered yang terkesan monoton, belajar yang lebih baik.
tidak efektif dan jauh dari ketuntasan Hasil Belajar pada hakikatnya adalah
belajar. Hal ini membuktikan perubahan tingkah laku. Tingkah laku
terjadinya kegagalan dalam proses tersebut mencakup bidang kognitif, afektif
pembelajaran di sekolah. dan psikomotor (Sudjana, 2013, hlm. 3). Hasil
belajar yang difokuskan dalam penelitian ini
Kondisi dari pernyataan di atas iperkuat adalah hasil belajar yang meliputi
dengan hasil observasi yang dilakukan di SDN pengetahuan siswa (aspek kognitif) yang
423
Shanty Della Setiasih, Regina Lichteria Panjaitan, Julia
424
Jurnal Pena Ilmiah: Vol. 1, No. 1 (2016)
Gambar 1. Model Spiral Kemmis dan Mc Taggart (dalam Wiriaatmadja, 2005, hlm.66)
425
Shanty Della Setiasih, Regina Lichteria Panjaitan, Julia
menentukan skor dari setiap indikator, Hanifah (2014) menyatakan “Analisis data
menghitung jumlah skor yang diperoleh dimulai dengan mempelajari seluruh data
siswa, memberi nilai angka, menghitung yang terkumpul, kemudian direduksi dengan
persentase daya serap, merekapitulasi merangkumnya menjadi intisari, setelah itu
persentase ketuntasan. dikategorisasikan dan yang terakhir adalah
disajikan.” Jadi semua data yang sudah
Teknik pengolahan data untuk tes hasil terkumpul dipelajari dengan baik, kemudian
belajar dilakukan dengan menggunakan dicatat hal yang penting-penting dari setiap
pendekatan kuantitatif, yaitu menentukan data yang ada, lalu dikategorikan berdasarkan
skor dari setiap nilai soal, menghitung jumlah jenis datanya, dan terakhir data disajikan baik
skor yang diperoleh setiap siswa, dalam bentuk tabel, diagram ataupun yang
memberikan nilai angka, dan merekapitulasi lainnya. Adapun interpretasi pencapaian
presentase ketuntasan. indikator menurut Hanifah (2014, hlm. 80)
adalah sebagai berikut.
150
100
Persentase
91
100 76
52
50
0
Data Awal Siklus I Siklus II Siklus III
Gambar 1. Diagram Peningkatan Persentase Kinerja Guru Pada Perencanaan Pembelajaran Tiap
Siklus
426
Jurnal Pena Ilmiah: Vol. 1, No. 1 (2016)
150
Persentase
89 100
100 72
49
50
0
Data Awal Siklus I Siklus II Siklus III
Gambar 2.Diagram Peningkatan Persentase Kinerja Guru Pada Pelaksanaan Pembelajaran Tiap Siklus
100
80
Baik
Persentase
60 Sekali
Baik
40
Cukup
20
Kurang
0
Siklus I Siklus II Siklus III
Kurang
Sekali
427
Shanty Della Setiasih, Regina Lichteria Panjaitan, Julia
hasil belajar siswa. Siswa yang berhasil target 85% siswa masuk dalam kategori
memperoleh nilai di atas KKM pada siklus III tuntas telah tercapai. Berikut adalah
yaitu sebanyak 20 orang atau 91%, sedangkan peningkatan persentase hasil belajar siswa.
2 siswa lainnya atau sekitar 2% masih di
bawah KKM. Hal ini membuktikan bahwa
100
80
Persentase
60
40
Tuntas
20
0
Data Siklus I Siklus II Siklus
Awal III
428
Jurnal Pena Ilmiah: Vol. 1, No. 1 (2016)
Pada saat menyampaikan materi Pada siklus I, siswa yang mencapai KKM
pembelajaran, guru menyampaikan materi sebanyak 10 orang atau 45%. Siklus II, siswa
tidak sedetail mungkin, sebab model yang mencapai KKM sebanyak 16 siswa atau
pembelajaran inkuiri ini adalah proses 73%. Peningkatan yang signifikan terlihat
penemuan. Hal ini sama dengan salah satu pada siklus III dengan 20 orang siswa atau
prinsip yang terdapat dalam PLPG 2010 91% yang mampu mencapai KKM. Hal ini
(dalam Sujana, 2014, hlm. 101-102) yaitu terjadi karena merupakan pengaruh dari
“Prinsip menemukan, pada dasarnya siswa penggunaan model inkuiri dalam proses
memiliki rasa ingin tahu yang tinggi terhadap pembelajaran mengenai sifat-sifat magnet.
sesuatu. Maka dari itu, dalam melaksanakan
pembelajaran IPA di SD hendaknya
memperhatikan cara agar siswa mau SIMPULAN
menemukan sesuatu dalam pembelajaran.” Gambaran penggunaan model pembelajaran
Maka dari itu, prinsip tersebut sama dengan inkuiri pada setiap tindakan siklus berbeda-
prinsip yang terdapat pada inkuiri yaitu anak beda peningkatannya. Perubahan pada setiap
menemukan sendiri mengenai konsep perencanaan pembelajaran merupakan
pembelajaran. bentuk perbaikan dari perencanaan siklus
sebelumnya. Aktivitas siswa yang dinilai pada
Aktivitas Siswa pembelajaran mengenai sifat-sifat magnet
Hal yang menjadi penilaian pada aktivitas dengan penggunaan model pembelajaran
siswa adalah keaktifan, kerjasama dan inkuiri meliputi aspek keaktifan, kerjasama
memecahkan masalah. Ketiga hal tersebut dan memecahkan masalah.
mengalami peningkatan pada setiap
siklusnya, hingga mencapai target yang telah Hasil belajar siswa pada pelaksanaan
ditentukan yaitu 85% siswa masuk pada penelitian ini juga mengalami peningkatan
kategori sangat baik. Dalam pembelajaran, pada setiap siklus yang dilaksanakan.
guru menggunakan kartu smile untuk siswa Penilaian hasil belajar siswa pada
yang aktif. Siswa terlihat lebih antusias ketika pembelajaran tentang sifat-sifat magnet
guru mengumumkan adanya kartu smile bagi dengan penggunaan model pembelajaran
siswa yang aktif. Kartu smile merupakan salah inkuiri meliputi aspek menjelaskan
satu media yang digunakan untuk menambah pengertian gaya magnet, menganalisis
semangat dan keaktifan siswa dalam belajar. mengenai benda yang bersifat magnetis dan
Hal ini membuktikan teori Gagne (dalam non magnetis, membuktikan hubungan
Karwati, 2014, hlm. 224) yang menyatakan antara jarak dengan kekuatan magnet,
bahwa “Media pembelajaran merupakan menghubungkan mengenai kekuatan magnet
berbagai jenis komponen dalam lingkungan dalam menembus benda, menyebutkan
peserta didik yang dapat memotivasi peserta mengenai kutub magnet, menganalisis
didik untuk belajar.” mengenai hal yang akan terjadi bila kutub-
kutub magnet didekatkan, mengklasifikasikan
Hasil Belajar benda yang bersifat magnetis dan non
Hasil belajar pada penelitian ini terus magnetis.
mengalami peningkatan yang cukup baik
pada setiap siklusnya. Meskipun demikian, Simpulan dari penelitian ini adalah untuk
dalam setiap siklus hasil belajar siswa masih kinerja guru mengenai perencanaan
ada yang mengalami kesulitan. pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran,
aktivitas siswa dan juga hasil belajar
429
Shanty Della Setiasih, Regina Lichteria Panjaitan, Julia
DAFTAR PUSTAKA
Hanifah, N. (2014). Memahami Penelitian
Tindakan Kelas Teori dan Aplikasi.
Bandung: UPI Press.
Huda, M. (2013). Model-model Pengajaran
Dan Pembelajaran. Yogyakarta. Pustaka
Pelajar.
430