Anda di halaman 1dari 4

BAB I.

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang.

Wilayah Perbatasan merupakan salah satu kawasan strategis yang


diharapkan menjadi kawasan yang mampu mendorong eliminasi disparitas
perkembangan perekonomian nasional antar wilayah. Untuk menggerakan
ekonomi masyarakat perbatasan diutamakan dengan penilaian terhadap
potensi wilayah agar dapat tumbuh relatif lebih cepat dibandingkan dengan
wilayah lainnya serta potensi sektor-sektor unggulan di daerah yang
berdekatan dengan Negara Tetangga, sehingga kabupaten-kabupaten di
wilayah Perbatasan menjadi Beranda Depan NKRI. Pola kebijakan dari
Kementerian Pembangunan Daerah Tertinggal, khususnya wilayah perbatasan
meliputi :

1. Pemberdayaan Masyarakat menjadi prioritas dan diarahkan untuk


meningkatkan kemampuan masyarakat untuk berperan aktif dalam
mengatasi keterketinggalannya dibanding dengan kelompok masyarakat
lain di bidang kegiatan ekonomi, sosial, budaya dan pembangunan
regional. Pemberdayaan masyarakat pada pengembangan kemampuan
atau kapasitas dan kapabilitas, pengembangan peluang dan pengelolaan
modal sosial lokal akan difokuskanpada (1) pemenuhan kebutuhan sosial
dasar masyarakat; (2) kemampuan dan keterampilan masyarakat; (3)
pengelompokan permukiman untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas
penyediaan pelayanan umum, khususnya untuk komunitas adat terpencil
dan (4) kepastian hukum hak atas tanah kepada masyarakat melalui
penegakan hukum pertanahan yang adil dan transparan secara konsisten
yang kesemuanya digerakkan untuk pengembangan ekonomi lokal.

2. Peningkatan Kapasitas Kelembagaan juga termasuk Prioritas yang


diarahkan untuk meningkatkan kapasitas kelembagaan dan sumberdaya
manusia pemerintah dan masyarakat di daerah tertinggal. Peningkatan
kapasitas kelembagaan dan sumberdaya manusia ini untuk memberikan
dukungan strategi pengembangan ekonomi lokal, pemberdayaan
masyarakat, pengembangan prasarana dan sarana.
1
Keterbatasan pemerintah daerah sehingga belum dapat memenuhi
kebutuhan dasar masyarakat khususnya daerah perbatasan yang secara
geografis tertinggal dan terpencil, belum merasakan dampak dari
pembangunan. Kementerian Pembangunan Daerah Tertinggal melalui
Program Percepatan Pembangunan Wilayah Perbatasan (P2WP) mulai dari
Tahun 2007, 2008, 2009 dan 2010 telah melaksanakan bantuan social sebagai
intrumen pemberdayaan masyarakat dalam meningkatkan ekonomi local.

Salah satu strategi pemulihan kondisi sosial ekonomi ke arah yang lebih
kondusif dapat dirancang suatu model kelembagaan penguatan
pemberdayaan masyarakat desa dengan prinsip partisipasi aktif masyarakat
berupa model Pusat Pembelajaran Masyarakat (Community Learning
Centre, CLC). Program CLC merupakan lembaga pendidikan lokal di luar
sistem pendidikan formal yang diperuntukkan bagi perkotaan dan perdesaan,
yang dirancang dan dikelola oleh penduduk lokal untuk memperoleh berbagai
peluang pembelajaran bagi pembangunan masyarakat dan peningkatan
kualitas hidup penduduk (APPEAL, 1995). Program kelembagaan ini
berdasarkan pada prinsip bahwa masyarakat perdesaan memiliki peluang
yang sama besarnya dengan masyarakat perkotaan dalam meningkatkan
kualitas hidupnya.

Ketidakberdayaan masyarakat perdesaan dalam menggali dan


mengaktualkan serta menggerakkan sumberdaya manusia dan sumberdaya
alam yang dimiliki merupakan faktor penghambat utama dalam percepatan
pembangunan wilayah perdesaan khususnya kawasan perbatasan. Formulasi
CLC diharapkan mampu menggerakkan masyarakat kawasan perbatasan
untuk membangun aspek sosial ekonomi wilayahnya dan mampu
meningkatkan kualitas hidupnya.

Pada tahun 2010 Kementerian Pembangunan Daerah Tertinggal melalui


Program Percepatan Pembangunan Wilayah Perbatasan (P2WP) bekerja
sama dengan Universitas Tanjungpura telah mengembangkan model CLC
dengan program kegiatan Pengembangan Kapasitas Kelompok Masyarakat
melalui Pusat Pelatihan Pembelajaran untuk pembangunan Daerah
Perbatasan Kabupaten Sambas dan Bengkayang Provinsi Kalimantan Barat.

2
Berdasarkan hasil kegiatan ini di Desa Kaliau’ Kecamatan Sajingan Besar
Kabupaten Sambas dan Desa Jagoi Kecamatan Jagoi Babang Kabupaten
Bengkayang masyarakat masih sangat memerlukan pelatihan lanjut bidang
pertanian, terutama yang berhubungan dengan usaha produksi Tanaman Padi
Sawah, Jagung dan Sayuran.

Potensi luas tanaman padi sawah di Kecamatan Sajingan Besar


sebesar 1.082 hektar dan di Kecamatan Jagoi Babang sebesar 1.284 hektar.
Namun demikian, Masyarakat desa Kaliau’ Kecamatan Sajingan Besar dan
Desa Jagoi Kecamatan Jagoi Babang baru mengenal padi sawah pada Tahun
2009, karena pencetakan sawah baru dilakukan pada tahun tersebut seluas 75
ha di Desa Kaliau’ dan 60 ha di Desa Jagoi. Di kedua lokasi ini belum
dimanfaatkan oleh masyarakat secara optimal karena petani setempat yang
sudah terbiasa dengan menanam padi ladang atau padi gunung tidak/kurang
mengetahui teknis budidaya padi sawah. Selain sebagai ketahanan pangan,
budidaya padi sawah juga akan menyelamatkan lingkungan hutan di desa-
desa tersebut.

Pada Tahun 2008 di Kecamatan Sajingan Besar produksi jagungnya


71 ton dengan luas lahan 47 hektar atau rata-rata produksi 1,51 ton per ha,
sedang di Kecamatan Jagoi Babang produksi jagungnya 590 ton dengan luas
panen 243 hektar atau rata-rata produksi 2,43 ton per hektar. Rara
produktivitas ini masih rendah karena produktivitas jagung dapat mencapai 4 –
6 ton per hektar. Selain dapat menyelamatkan lingkungan hutan di desa-desa
tersebut, peluang pasar jagung juga sangat besar karena sampai saat ini
provinsi Kalimanta Barat masih mengimpor Jagung sebanyak 100 ton per
bulan sebagai bahan baku pakan ternak.

Untuk sayuran, kebutuhan masyarakat Desa Kaliau’ masih didatangkan


dari Kota Singkawang sedang kebutuhan masyarakat Desa Jagoi dari dari
Sanggau Ledo. Selain untuk memenuhi kebutuhan masyarakat setempat,
Peluang pasar sayuran juga sangat besar karena dapat diekspor ke negara
tetangga Sarawak Malaysia Timur.

3
B. Rasionalisasi

Dengan melihat potensi dan peluang yang ada serta kebutuhan


masyarakatnya akan pelatihan yang diperoleh dari hasil kegiatan pada Tahun
2010 ini, maka sangat perlu dilakukan pelatihan lanjutan bagi kelompok belajar
masyarakat kawasan perbatasan desa Kaliau’ Kecamatan Sajingan Besar
Kabupaten Sambas dan desa Jagoi Kecamatan Jagoi Babang Kabupaten
Bengkayang untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilam mereka
dalam usaha produksi padi sawah, jagung dan sayuran dalam skala ekonomi.

Dengan pelatihan keterampilan yang dilakukan pada lahan seluas 1 ha


untuk masing-masing komoditas padi sawah, jagung dan sayuran, maka
diharapkan dapat meningkatkan kemampuan manajerial dan inovasi
masyarakat dalam memproduksi padi sawah, jagung dan sayuran, sehingga
tercipta masyarakat yang mandiri yaitu masyarakat secara individu mampu
untuk mengatasi dan keluar dari krisis sosial-ekonominya, yang menjadi salah
satu tujuan dari kegian Pengembangan Kapasitas Kelompok Masyarakat
melalui Pusat Pelatihan Pembelajaran (Community Learning Centre, CLC).

C. Tujuan dan Sasaran


Tujuan:
Tujuan pelatihan dalam kegiatan ini adalah untuk meningkatkan pengetahuan
dan keterampilan masyarakat dalam melakukan usaha produksi padi sawah,
jagung dan sayuran mulai dari cara penyiapan lahan, pembibitan, penanaman,
pemeliharaan sampai panen dan penanganan pasca panen serta mengelola
usaha produksinya dalam skala ekonomi.

Sasaran:
Sasaran pelatihan adalah Kelompok Belajar Masyarakat (Kelompok CLC) yang
telah terbentuk pada tahun 2010 di desa Kaliau’ Kecamatan Sajingan Besar
Kabupaten Sambas dan Desa Jagoi Kecamatan Jagoi Babang Kabupaten
Bengkayang.

Output:
Masyarakat mempunyai pengetahuan dan keterampilan teknis serta mampu
mengelola dan mengembangkan usaha produksi padi sawah, jagung dan
sayuran secara mandiri.
4

Anda mungkin juga menyukai