Anda di halaman 1dari 6

TUGAS TEORI AKUNTANSI

CHAPTER 4 THE ECONOMICS OF FINANCIAL REPORTING REGULATION

oleh:

IKBAR LUQYANA (041914253018)

MAGISTER AKUNTANSI
UNIVERSITAS AIRLANGGA
SURABAYA
2019
A. Alasan Yang Mendukung Tanpa Regulasi :

1. Teori Keagenan (Agency Theory)

Dalam situasi persaingan sempurna, jika menggunakan Teori Keagenan, untuk


menjelaskan hubungan dua pihak yang ada di perusahaan. Teori Keagenan menunjukkan
hubungan antara principal dengan agent. Dalam perusahaan, principal adalah pemilik, jika
perusahaan yg go public maka principal adalah pemegang saham, sedangkan agennya adalah
pimpinan/direksi/manajemen perusahaan.

Dalam RUPS disepakati pengangkatan manajemen perusahaan. Karena ini dua pihak,
maka keinginan pemilik ini menginginkan manajemen bekerja untuk kepentingan pemilik
dengan cara menaikkan kekayaan pemilik. Pemilik itu pemegang saham, jika harga sahamnya
naik maka pemiliknya menjadi lebih kaya, jika labanya besar sebagian dibagi sebagai
dividend dan pemiliknya akan menjadi lebih kaya dan menaikkan wealth pemilik. Tetapi
manajemen juga punya kepentingan pribadinya, kepentingan dua pihak ini belum tentu
sejalan yang menimbulkan konflik.

Intinya teori keagenan ini alasan yang menunjukkan ada dorongan kepada manajemen
untuk bekerja demi kepentingan pemilik tanpa perlu regulasi. Jadi tanpa ada aturan,
manajemen sudah mulai terdorong untuk bekerja demi kepentingan principal.
Kesimpulannya, tidak perlu adanya regulasi, manajemen sudah bekerja sesuai keinginan
principal karena pasar tenaga kerja manajemennya juga bersaing.

2. Competitive Capital Market and Signaling Incentive

Tanpa regulasi, informasi akuntansi sudah akan diberikan kepada yang


berkepentingan, karena jika tidak diberikan akan tidak laku karena ada perusahaan lain yang
menjual saham yang memberi informasi, persaingan terjadi. Disamping itu, perusahaan yang
sudah go public, setiap tahun dia harus mengeluarkan informasi walaupun tidak ada aturan
yang mengharuskan, dia akan menerbitkan informasi. Tanpa penerbitan, pasar akan meminta
sahamnya didiskon. Akibatnya harga saham turun, pemegang saham marah dan
memperingatkan manajemen. Akhirnya tidak perlu disuruh, manajemen pasti akan
menerbitkan informasi.

Jika informasinya itu negatif, tetap diterbitkan. Bukan harga informasi yang bagus
saja yang diterbitkan. Jika dia tidak menerbitkan laporan yang negatif, pasar akan
menghukum lebih berat. Bahkan ketika informasinya terlambat terbit, pasar akan mulai
bereaksi. Investor akan curiga dan menjual sahamnya. Jika semuanya menjual, harga belinya
akan turun. Jadi signaling incentive ini adanya insentif atas pemberian sinyal ke pasar.
Karena pasarnya punya kekuatan (capital market power). Jika informasi tidak diberikan,
orang-orang tidak mau berinvestasi. Itu namanya information asymmetry, perusahaan punya
informasi, tetapi pembeli tidak punya. Adanya kekuatan pasar menyebabkan tidak perlunya
regulasi.

3. Arguments in Favor of Private Contracting Opportunities

Saham yang dijual di bursa itu ada orang yang kerja di bursa yang mengikuti
perkembangan perubahan harga, informasi, sampai pemberi nasihat ke perusahaan
sekuritasnya yang disebut Analis. Perusahaan harus menyediakan informasi untuk Analis. Hal
ini juga tidak memerlukan regulasi karena jika informasinya tidak diberikan kepada Analis,
Analis tidak bisa memberikan rekomendasi sehingga tidak ada orang yang mau membeli
sahamnya dan sahamnya menjadi saham yang tidak aktif. Hal ini mendorong penyediaan
informasi supaya Analis bisa memberikan argumennya tentang perusahaan tersebut. Hal ini
dapat terjadi tanpa perlu adanya regulasi akuntansi.

Terlihat dari 3 alasan tersebut yang menunjukkan tidak perlunya regulasi karena pasar yang
bersaing.

**

B. Alasan yang Mendukung Regulasi

Pendukung regulasi mengatakan Pasar tidak selalu bersaing sempurna, pasar bisa gagal yang
disebut market failure. Jika tidak ada regulasi, tujuan sosial tidak bisa tercapai. Yang
namanya kekuatan pasar seperti neolib dan kapitalis itu tidak sosial. Jika mendasarkan diri
pada kekuatan pasar tanpa diregulasi nanti tujuan sosialnya tidak tercapai. Jadi ada 2 alasan
yang mendukung regulasi.

1. Kegagalan pasar (Market Failure)

a. Perusahaan sebagai supplier informasi yang memonopoli

Orang yang memonopoli itu biasanya mengurangi informasi dan menaikkan harga
jual. Itu untuk barang, jika untuk informasi akuntansi maka informasi akuntansinya yang
dikurangi karena informasi itu biaya bagi perusahaan. Perusahaan mengolah informasi adalah
biaya. Jadinya dia mengurangi informasinya. Sehingga orang yang berada di luar perusahaan
tidak mendapatkan informasi yang cukup. Oleh karena itu perlu dilakukan regulasi. Laporan
keuangan harus terbit 2 kali setahun agar tidak dikurangi informasinya. Jika tidak ada
regulasi, perusahaan akan sesukanya mengeluarkan laporan keuangan, bisa hanya sekali
setahun. Karena itu perlu regulasi. Karena pasarnya jadi tidak bersaing.
Perusahaan yang memonopoli informasi akan mengurangi produksi informasi agar
biayanya lebih murah, menambah informasi itu lebih mahal dan mengeluarkan biaya. Dia
mengurangi informasi agar biaya turun.

b. Kegagalan Pelaporan Keuangan dan Auditing

Saat ada regulasi saja laporan keuangan itu masih banyak fraud di dalamnya, sudah
diaudit, masih ada fraud yang terjadi. Bayangkan jika tidak ada regulasi. Jadi, walaupun
sudah ada regulasi pun masih ada kecurangan, jangan sampai tidak ada regulasi.

c. Akuntansi sebagai Public Good

Barang Publik adalah ketika barang itu dikonsumsi oleh seseorang tidak
menyebabkan kegagalan konsumsi orang lain. Laporan keuangan dipandang sebagai barang
publik. Ketika kita membaca laporan keuangan, tidak membuat orang lain tidak bisa
membaca, laporan keuangan tidak bisa habis. Berarti orang lain juga masih bisa membaca.
Jika begitu dibuat aturan, yang membaca harap membayar, ya orang tidak mau, orang lain aja
bisa membaca kenapa harus bayar. Kecuali jika setelah dibaca laporannya jadi habis, orang
lain tidak bisa membaca, baru mau bayar. Ini masalahnya. Jadi biaya mengasilkan informasi
karena informasinya itu barang publik, biayanya itu tidak bisa dibebankan kepada pengguna
informasi. Pembaca tidak mau membayar, lalu biaya untuk membuat informasinya diapakan?
Biaya ini tidak bisa dibebankan menjadi istilahnya eksternalitas. Tidak bisa dijadikan
internalitas. Pembaca yang tidak mau membayar namanya free reader. Jika di Indonesia
istilahnya penumpang gelap.

Public good itu adalah barang yang jika dikonsumsi oleh seseorang, tidak
menghilangkan kesempatan untuk orang lain mengonsumsi itu.
Laporan keuangan yang dimasukkan ke website, diunduh dan dicetak seseorang, tidak
menjadikan laporan keuangan itu tidak bisa diakses, diunduh dan dicetak oleh orang lain.
Dengan demikian, laporan keuangan disebut sebagai public good. Namun ada biaya bagi
perusahaan saat menerbitkan laporan keuangan, pembaca tidak mau membayar, karena orang
lain juga bisa menggunakan, mengapa harus bayar. Kegagalan perusahaan meminta pembaca
untuk membayar menyebabkan biayanya menjadi eksternalitas, tidak bisa diinternalitaskan.
Lalu perusahaan berusaha membebankan biaya ini kepada seseorang atau sesuatu, karena
harus ada yang menanggung biaya penerbitan laporan keuangan ini. Harga jual produk
dinaikkan. Contoh perusahaan Unilever menaikan harga sabun. Sebagian dari biaya itu adalah
biaya untuk menutup pembuatan informasi. Jika kenaikan harganya banyak, pembeli akan
pindah ke penjual sabun lain. Akibatnya perusahaan mengurangi produksi informasi supaya
tidak mengeluarkan banyak biaya sehingga harga jualnya tidak naik terlalu banyak. Maka
dari itu perlu diatur, agar tidak terbit satu kali. Harus terbit dua kali.
2. Tujuan sosial

Sosial itu ada 2:

Pertama, Regulasi akan meningkatkan comparability. Masalah sebelum tahun 1930 di


Amerika adalah tidak ada keterbandingan karena standarnya berbeda-beda. Tidak ada
regulasi sehingga bisa memilih standar tanpa aturan yang akibatnya comparabilitynya jadi
buruk. Regulasi akan meningkatkan komparabilitas.

Kedua, Regulasi digunakan untuk mengurangi asimetri supaya imbang informasi antara
perusahaan dan pengguna informasi.

Alasan tentang regulasi dan tanpa regulasi ini kedua-duanya kuat. Yang terjadi di dunia saat
ini adalah semua wilayah menggunakan regulasi. Akibatnya kita tidak bisa membandingkan
jika tidak menggunakan regulasi.

**

The Conditional Justification of Standard Setting

Standard setting dilakukan oleh DSAK. Ada banyak pembenaran terkait adanya
standar akuntansi yang diterbitkan oleh DSAK. Justifikasinya dalam bentuk kodifkasi.
Kodifikasi itu pendekatan pragmatis untuk meningkatkan standar akuntansi. Jadi, standar
settingnya itu bisa dibenarkan karena standar akuntansinya akan diperbaiki terus-menerus.
Itulah yang disebut codificational justification. Ini akan bekerja paling bagus di masyarakat
yang relatif terbuka dan demokratis. Dalam situasi demokratis itu perbedaan pendapat bisa
terjadi. Perbedaan pendapat disampaikan, pendapat yang baik dipakai untuk memperbaiki,
yang tidak baik tidak dipakai. Ini yang dimaksud terus-menerus dalam kodifikasi. Jadi,
standar akuntansi tidak terbit sekali langsung bagus, standar itu akan dipakai, akan ada
masukan, akan ada perubahan, revisi, peningkatan terus menerus itulah yang disebut evolusi
justifikasi kodifikasi.

**

Ketidaksempurnaan Regulasi Akuntansi

Regulasi itu diperlukan karena pasar itu bisa gagal dan jika tanpa regulasi tujuan
sosial tidak tercapai. Tapi kenyataannya setelah regulasi itu dijalankan, tidak bisa diyakinkan
bahwa adanya regulasi itu memberikan kondisi yang terbaik, optimal, efisiensi yang tertinggi.
Kita tidak bisa meyakinkan hal itu karena tidak ada yang bisa mengukurnya. Jadi sudah ada
regulasi tetapi hasilnya belum tentu yang terbaik. Ini yang disebut paradox. Agar lebih baik
dibuatlah regulasi, setelah ada regulasi belum tentu akan jadi lebih baik. Jika begitu akan jadi
paradox. Kita tidak bisa mengukur kepentingan publik dan tidak bisa mengukur kemakmuran
masyarakat itu meningkat atau tidak. Itu yang disebut paradox regulasi. Itu yang
disebut impossibility theory. Kelemahan regulasi karena adanya paradox. Akibatnya regulasi
itu mendorong terjadinya over production, menyebabkan produksinya menjadi berlebih. Jika
informasi sebagai public good dan biayanya dilimpahkan ke pengguna produk bukan ke
pengguna informasi ini tidak fair. Ini masalah yang timbul dari adanya over
production karena adanya regulasi. Disclosure itu jika tidak diatur setiap tahun akan semakin
banyak ketentuannya. Kecenderungannya regulasi itu menambah (over production). Jika
yang diproduksi itu informasi akuntansi berarti akan semakin banyak informasi akuntansinya.
Yang menanggung biaya informasi itu pembeli barang bukan pengguna informasi akuntansi.
Jadi pengguna informasi disubsidi oleh pembeli barang. Hal ini tidak fair.

**

The Regulatory Process

Political nature dan regulatory behavior itu ranahnya fisipol.


Karena ini sosial maka ini termasuk proses politik. Proses politik itu kepentingan, seharusnya
keputusannya bisa mendukung untuk semua yang berkepentingan. Win-win solution.
Harusnya tidak boleh ada yang merasa dikalahkan. Berusaha untuk melibatkan semua pihak
yang terkena dampak dalam musyawarah dan mempertahankan legitimasi proses regulasi

Regulatory Behavior

 Capture Theory, berpendapat bahwa kelompok yang diatur akhirnya mendatangi


proses hukum untuk mendukung kepentingannya sendiri. Hasilnya adalah bahwa proses
regulasi dipertimbangkan untuk menangkap pendapat tersebut.
 Life-Cycle Theory, berpendapat bahwa proses regulasi berjalan melalui beberapa
tahap yang berbeda. Dimulai untuk kepentingan umum, tetapi kemudian menjadi
instrumen untuk melindungi kelompok yang diatur

Economic Consequences of Accounting Policy

 Accounting policy (Kebijakan akuntansi) bukan hanya masalah tentang efisiensi atau
optimalisasi ekonomi, tapi juga mempengaruhi laba dan kekayaan distribusi.
 FASB mempertimbangkan biaya-manfaat dari memproduksi informasi. Standar dibuat
satu set untuk semua perusahaan. Biaya kepatuhan yang amat tinggi untuk perususahaan
kecil yang berbentuk non publik

Anda mungkin juga menyukai