Anda di halaman 1dari 49

LAPORAN PENDAHULUAN KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH III

ASUHAN KEPERAWATAN PADA GANGGUAN SISTEM PERSARAFAN


(STROKE NON HEMORAGIK)

Oleh :
KELOMPOK 3
A-11 A

1. A.A Istri Meidina Cindy (17.321.2657)


2. Kadek Aristiani Putri (17.321.2673)
3. Ni Komang Sri Wahyuni (17.321.2687)
4. Ni Luh Kade Novita Wahyuningrum (17.321.2691)
5. Ni Made Anggi Febrianti (17.321.2694)
6. Ni Putu Eva Pradnyayanti (17.321.2700)

PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN WIRA MEDIKA BALI

2019
LAPORAN PENDAHULUAN PENYAKIT STROKE

I. KONSEP PENYAKIT
A. Definisi Penyakit Stroke
Stroke adalah suatu gangguan fungsional otak yang terjadi secara mendadak
(dalam beberapa detik) atau secara cepat (dalam beberapa jam) dengan tanda dan
gejala klinis baik fokal maupun global yang berlangsung lebih dari 24 jam
disebabkan oleh terhambatnya aliran darah ke otak karena perdarahan (stroke
hemoragik) ataupun sumbatan (stroke iskemik) dengan gejala dan tanda sesuai
bagian otak yang terkena, yang dapat sembuh sempurna, sembuh dengan cacat,
atau kematian (Junaidi, 2011).Stroke adalah sindroma klinis yang berkembang
cepat akibat gangguan otak fokal maupun global dengan gejala – gejala yang
berlangsung selama 24 jam atau lebih dan dapat menyebabkan kematian tanpa ada
penyebab lain yang jelas selain kelainan vascular (WHO, 2010).
Stroke adalah perubahan neorulogis yang diakibatkan oleh interupsi aliran
darah menuju kebagian – bagian otak tertentu. Stroke adalah gangguan aliran darah
ke otak secara tiba-tiba atau mendadak. Menurut Smeltezer & Bare 2008, stroke
atau cedera Serebrovaskuler (CVA) adalah ketidaknormalan fungsi Sistem Saraf
Pusat (SSP) yang disebabkan oleh gangguan aliran darah serebral. Stroke adalah
defisit nuerologi yang menpunyai awitan mendadak dan berlangsung dalam waktu
24 jam sebagai sebab dari Sereberal Vaskuler Disease (CVD) (Hudak, 2015).
Dari semua definisi di atas secara singkat dapat disimpulkan bahwa stroke
adalah suatu keadaan terjadinya perubahan pada beberapa fungsi neurologis yang
ringan sampai berat yang diakibatkan oleh gangguan pembuluh darah otak.

B. Epidemiologi Penyakit Stroke


Stroke penyebab kematian ketiga di dunia setelah penyakit jantung koroner
dan kanker baik di negara maju maupun negara berkembang. Satu dari 10 kematian
disebabkan oleh stroke (American Heart Association, 2014; Stroke forum, 2015).
Secara global, 15 juta orang terserang stroke setiap tahunnya, satu pertiga
meninggal dan sisanya mengalami kecacatan permanen (Stroke forum, 2015).
Stroke merupakan penyebab utama kecacatan yang dapat dicegah (Ralph et all,
2013).
Data dari Kementerian Kesehatan Republik Indonesia memperlihatkan
bahwa stroke merupakan penyebab kematian nomor satu pada pasien yang dirawat
di rumah sakit. Menurut Yayasan Stroke Indonesia, setiap tahun diperkirakan
500.000 penduduk mengalami serangan stroke dan 25% di antaranya (125.000
penduduk) meninggal, sisanya mengalami cacat ringan maupun berat. Di
Indonesia, kecenderungan prevalensi stroke per 1000 orang mencapai 12,1 dan
setiap 7 orang yang meninggal, 1 diantaranya terkena stroke (Depkes, 2013).
Pada suatu survei di RS Vermont, stroke pada usia muda merupakan 8,5%
dari seluruh pasien rawat; stroke perdarahan intraserebral didapatkan pada 41%
pasien, dengan penyebab tersering adalah aneurisma, AVM (arteriovenous
malformation), hipertensi, dan tumor. Perdarahan subaraknoid didapatkan pada
17% pasien, dan stroke iskemik terjadi pada 42% pasien. Angka kejadian stroke
iskemik pada usia di bawah 45 tahun hanya sekitar 5% dari seluruh kejadian dari
stroke iskemik (Primara & Amalia, 2015).

C. Etiologi Penyakit Stroke


Penyebab stroke menurut Arif Muttaqin (2008):
1. Thrombosis Cerebral
Thrombosis ini terjadi pada pembuluh darah yang mengalami oklusi
sehingga menyebabkan iskemi jaringan otak yang dapat menimbulkan
oedema dan kongesti di sekitarnya. Thrombosis biasanya terjadi pada orang
tua yang sedang tidur atau bangun tidur. Hal ini dapat terjadi karena
penurunan aktivitas simpatis dan penurunan tekanan darah yang dapat
menyebabkan iskemi serebral. Tanda dan gejala neurologis memburuk pada
48 jam setelah trombosis.
Beberapa keadaan di bawah ini dapat menyebabkan thrombosis otak:
a. Aterosklerosi
Aterosklerosis merupakan suatu proses dimana terdapat suatu penebalan
dan pengerasan arteri besar dan menengah seperti koronaria, basilar,
aorta dan arteri iliaka (Ruhyanudin, 2007). Aterosklerosis adalah
mengerasnya pembuluh darah serta berkurangnya kelenturan atau
elastisitas dinding pembuluh darah. Manifestasi klinis atherosklerosis
bermacam-macam. Kerusakan dapat terjadi melalui mekanisme berikut:
1. Lumen arteri menyempit dan mengakibatkan berkurangnya aliran
darah.
2. Oklusi mendadak pembuluh darah karena terjadi trombosis.
3. Merupakan tempat terbentuknya thrombus, kemudian melepaskan
kepingan thrombus (embolus).
4. Dinding arteri menjadi lemah dan terjadi aneurisma kemudian
robek dan terjadi perdarahan.
b. Hyperkoagulasi pada polysitemia
Darah bertambah kental, peningkatan viskositas/ hematokrit meningkat
dapat melambatkan aliran darah serebral.
c. Arteritis( radang pada arteri )
d. Emboli serebal
Emboli serebral merupakan penyumbatan pembuluh darah otak oleh
bekuan darah, lemak dan udara. Pada umumnya emboli berasal dari
thrombus di jantung yang terlepas dan menyumbat sistem arteri serebral.
Emboli tersebut berlangsung cepat dan gejala timbul kurang dari 10-30
detik. Beberapa keadaan dibawah ini dapat menimbulkan emboli:
1. Katup-katup jantung yang rusak akibat Rheumatik Heart Desease
(RHD).
2. Myokard infark
3. Fibrilasi. Keadaan aritmia menyebabkan berbagai bentuk
pengosongan ventrikel sehingga darah terbentuk gumpalan kecil
dan sewaktu-waktu kosong sama sekali dengan mengeluarkan
embolus-embolus kecil.
4. Endokarditis oleh bakteri dan non bakteri, menyebabkan
terbentuknya gumpalan-gumpalan pada endocardium.
2. Hemorhagi
Perdarahan intrakranial atau intraserebral termasuk perdarahan dalam ruang
subarachnoid atau kedalam jaringan otak sendiri. Perdarahan ini dapat terjadi
karena atherosklerosis dan hipertensi. Akibat pecahnya pembuluh darah otak
menyebabkan perembesan darah kedalam parenkim otak yang dapat
mengakibatkan penekanan, pergeseran dan pemisahan jaringan otak yang
berdekatan, sehingga otak akan membengkak, jaringan otak tertekan,
sehingga terjadi infark otak, oedema, dan mungkin herniasi otak.
3. Hipoksia Umum
Beberapa penyebab yang berhubungan dengan hipoksia umum adalah:
a. Hipertensi yang parah
b. Cardiac Pulmonary Arrest
c. Cardiac output turun akibat aritmia
4. Hipoksia Setempat
Beberapa penyebab yang berhubungan dengan hipoksia setempat adalah:
a. Spasme arteri serebral, yang disertai perdarahan subarachnoid.
b. Vasokontriksi arteri otak disertai sakit kepala migrain.
D. Faktor Risiko Stroke
Faktor resiko yang berhubungan dengan kejadian stroke dibagi menjadi
dua, yaitu faktor resiko yang tidak dapat dimodifikasi (non-modifiable risk factors)
dan faktor resiko yang dapat dimodifikasi (modifiable risk factors). Faktor risiko
yang dapat dimodifikasi, yaitu:
a. Usia
Stroke dapat terjadi pada semua orang dan pada semua usia, termasuk anak-
anak. Kejadian penderita stroke iskemik biasanya berusia lanjut (60 tahun
keatas) dan resiko stroke meningkat seiring bertambahnya usia dikarenakan
mengalaminya degeneratif organ-organ dalam tubuh (Nurarif et all, 2013).
Status umur berpengaruh terhadap tingkat kecemasan ibu. Semakin
bertambah umur maka penalaran dan pengetahuan semakin bertambah.
Tingkat kematangan seseorang merupakan salah satu faktor yang dapat
mempengaruhi tingkat kecemasan dimana individu yang matang
mempunyai daya adaptasi yang besar terhadap stresor yang muncul.
Sebaliknya individu yang berkepribadian tidak matang akan bergantung dan
peka terhadap rangsangan sehingga sangat mudah mengalami gangguan
kecemasan (Maslim, 2004).
b. Jenis kelamin
Pria memiliki kecenderungan lebih besar untuk terkena stroke pada usia
dewasa awal dibandingkan dengan wanita dengan perbandingan 2:1. Insiden
stroke lebih tinggi terjadi pada laki-laki daripada perempuan dengan rata-
rata 25%-30% Walaupun para pria lebih rawan daripada wanita pada usia
yang lebih muda, tetapi para wanita akan menyusul setelah usia mereka
mencapai menopause. Hal ini, hormon merupakan 15 yang berperan dapat
melindungi wanita sampai mereka melewati masaMasa melahirkan anak
(Burhanuddin, Wahidudin, Jumriani, 2012). Usia dewasa awal (18-40
Tahun) perempuan memiliki peluang yang sama juga dengan laki-laki untuk
terserang stroke. Hal ini membuktikan bahwa resiko laki-laki dan
perempuan untuk terserang stroke pada usia dewasa awal adalah sama. Pria
memiliki risiko terkena stroke iskemik atau perdarahan intra sereberal lebih
tinggi sekitar 20% daripada wanita. Namun, wanita memiliki resiko
perdarahan subaraknoid sekitar 50%. Sehingga baik jenis kelamin laki-laki
maupun perempuan memiliki peluang yang sama untuk terkena stroke pada
usia dewasa awal 18-40 Tahun (Handayani, 2013).
c. Genetik (herediter)
Beberapa penelitian menunjukkan terdapat pengaruh genetik pada risiko
stroke. Namun, sampai saat ini belum diketahui secara pasti gen mana yang
berperan dalam terjadinya stroke.
d. Ras dan etnis
Insiden stroke lebih tinggi pada orang berkulit hitam daripada berkulit putih
setelah dilakukan kontrol terhadap hipertensi, dan diabetes mellitus.

Faktor risiko stroke yang tidak dapat dimodifikasi, yaitu:


a. Hipertensi
Hipertensi mengakibatkan pecahnya pembuluh darah otak sehingga timbul
perdarahan otak. Hipertensi dapat mempengaruhi hampir seluruh organ tubuh,
terutama otak, jantung, ginjal, mata, dan pembuluh darah perifer.
Kemungkinan terjadinya komplikasi tergantung kepada seberapa besar
tekanan darah itu, seberapa lama dibiarkan, seberapa besar kenaikan dari
kondisi sebelumnya, dan kehadiran faktor risiko lain. Insiden stroke dapat
bertambah dengan meningkatnya tekanan darah dan berkurang bila tekanan
darah dapat dipertahankan di bawah 140/90 mmHg, baik pada stroke iskemik,
perdarahan intrakranial, maupun perdarahan subaraknoid.
b. Hiperkolestrolemia
Secara alamiah tubuh kita lewat fungsi hati membentuk kolesterol sekitar 1000
mg setiap hari dari lemak jenuh. Selain itu, tubuh banyak dipenuhi kolesterol
jika mengkonsumsi makanan berbasis hewani, kolesterol inilah yang
menempel pada permukaan dinding pembuluh darah yang semakin hari
semakin menebal dan dapat menyebabkan penyempitan dinding pembuluh
darah yang disebut aterosklerosis. Bila di daerah pembuluh darah menuju ke
otot jantung terhalang karena penumpukan kolesterol maka akan terjadi
serangan jantung. Sementara bila yang tersumbat adalah pembuluh darah
pada bagian otak maka sering disebut stroke (Burhanuddin et all, 2012).
Kolestrol merupakan zat di dalam aliran darah di mana semakin tinggi
kolestrol semakin besar kolestrol tertimbun pada dinding pembuluh darah. Hal
ini menyebabkan saluran pembuluh darah menjadi lebih sempit sehingga
mengganggu suplai darah ke otak. Hiperkolestrol akan meningkatkanya LDL
(lemak jahat) yang akan mengakibatkan terbentuknya arterosklerosis yang
kemudian diikuti dengan penurunan elastisitas pembuluh darah yang akan
menghambat aliran darah (Junaidi, 2011).
c. Diabetes Mellitus (DM)
Diabetes melitus mempercepat terjadinya arteriskelorosis baik pada pembuluh
darah kecil maupun pembuluh darah besar atau pembuluh darah otak dan
jantung. Kadar glukosa darah yang tinggi akan menghambat aliran darah
dikarenakan pada kadar gula darah tinggi terjadinya pengentalan darah
sehingga menghamabat aliran darah ke otak. Hiperglikemia dapatmenurunkan
sintesis prostasiklin yang berfungsi melebarkan saluran arteri,
meningkatkanya pembentukan trombosis dan menyebabkan glikolisis protein
pada dinding arteri. Diabetes melitus juga dapat menimbulkan perubahan pada
sistem vaskular (pembuluh darah dan jantung), diabetes melitus mempercepat
terjadinya arteriosklerosis yang lebih berat, lebih tersebar sehingga risiko
penderita stroke meninggal lebih besar.
d. Penyakit Jantung
Penyakit atau kelainan jantung dapat mengakibatkan iskemia pada otak. Ini
disebabkan karena denyut jantung yang tidak teratur dapat menurunkan total
curah jantung yang mengakibatkan aliran darah di otak berkurang (iskemia).
Selain itu terjadi pelepasan embolus yang kemudian dapat menyumbat
pembuluh darah otak. Ini disebut dengan stroke iskemik akibat trombosis.
Seseorang dengan penyakit atau kelainan jantung beresiko terkena atroke 3
kali lipat dari yang tidak memiliki penyaki atau kelainan jantung.
e. Obesitas
Obesitas merupakan faktor predisposisi penyakit kardiovaskuler dan stroke
(Wahjoepramono, 2009). Jika seseorang memiliki berat badan yang
berlebihan, maka jantung bekerja lebih keras untuk memompa darah ke
seluruh tubuh, sehingga dapat meningkatkan tekanan darah. Obesitas dapat
juga mempercepat terjadinya proses aterosklerosis pada remaja dan dewasa
muda (Madiyono, 2010). Oleh karena itu, penurunan berat badan dapat
mengurangi risiko terserang stroke. Penurunan berat badan menjadi berat
badan yang normal merupakan cerminan dari aktivitas fisik dan pola makan
yang baik.
f. Merokok
Merokok adalah penyebab nyata kejadian stroke yang lebih banyak terjadi
pada usia dewasa awal dibandingkan lebih tua. Risiko stroke akan menurun
setelah berhenti merokok dan terlihat jelas dalam periode 2-4 tahun setelah
berhenti merokok.Perlu diketahui bahwa merokok memicu produksi
fibrinogen (faktor penggumpal darah) lebih banyak sehingga merangsang
timbulnya aterosklerosis (Pizon & Asanti, 2010). Arteriskle rosis dapat
menyebabkan pembuluh darah menyempit dan aliran darah yang lambat
karena terjadi viskositas (kekentalan). Sehingga dapat menimbulkan tekanan
pembuluh darah atau pembekuaan darah pada bagian dimana aliran melambat
dan menyempit.
E. Klasifikasi Stroke
1. Stroke dapat diklasifikasikan menurut patologi dan gejala kliniknya, yaitu:
(Muttaqin, 2008)
a. Stroke Hemoragik
Merupakan perdarahan serebral dan mungkin perdarahan
subarachnoid. Disebabkan oleh pecahnya pembuluh darah otak pada
daerah otak tertentu. Biasanya kejadiannya saat melakukan aktivitas atau
saat aktif, namun bisa juga terjadi saat istirahat. Kesadaran pasien
umumnya menurun. Perdarahan otak dibagi dua, yaitu:
1. Perdarahan intraserebra
Pecahnya pembuluh darah (mikroaneurisma) terutama karena
hipertensi mengakibatkan darah masuk ke dalam jaringan otak,
membentuk massa yang menekan jaringan otak, dan menimbulkan
edema otak. Peningkatan TIK yang terjadi cepat, dapat mengakibatkan
kematian mendadak karena herniasi otak. Perdarahan intraserebral
yang disebabkan karena hipertensi sering dijumpai di daerah putamen,
thalamus, pons dan serebelum.
2. Perdarahan subaraknoid
Pendarahan ini berasal dari pecahnya aneurisma berry atau AVM.
Aneurisma yang pecah ini berasal dari pembuluh darah sirkulasi willisi
dan cabang-cabangnya yang terdapat diluar parenkim otak.Pecahnya
arteri dan keluarnya keruang subaraknoid menyebabkan TIK
meningkat mendadak, meregangnya struktur peka nyeri, dan
vasospasme pembuluh darah serebral yang berakibat disfungsi otak
global (sakit kepala, penurunan kesadaran) maupun fokal (hemiparase,
gangguan hemisensorik, dll)
b. Stroke Non Hemoragik
Dapat berupa iskemia atau emboli dan thrombosis serebral, biasanya
terjadi saat setelah lama beristirahat, baru bangun tidur atau di pagi hari.
Tidak terjadi perdarahan namun terjadi iskemia yang menimbulkan
hipoksia dan selanjutnya dapat timbul edema sekunder. Kesadaran
umumnya baik
2. Menurutperjalanan penyakit atau stadiumnya, yaitu:
a. TIA (Trans Iskemik Attack) gangguan neurologis setempat yang terjadi
selama beberapa menit sampai beberapa jam saja. Gejala yang timbul
akan hilang dengan spontan dan sempurna dalam waktu kurang dari 24
jam.
b. Stroke involusi: stroke yang terjadi masih terus berkembang dimana
gangguan neurologis terlihat semakin berat dan bertambah buruk. Proses
dapat berjalan 24 jam atau beberapa hari.
c. Stroke komplit: dimana gangguan neurologi yang timbul sudah menetap
atau permanen . Sesuai dengan istilahnya stroke komplit dapat diawali
oleh serangan TIA berulang.

d. Patofisiologi Penyakit Stroke


Stroke non hemoragik disebabkan oleh trombosis akibat plak aterosklerosis
yang memberi vaskularisasi pada otak atau oleh emboli dari pembuluh darah diluar
otak yang tersangkut di arteri otak yang secara perlahan akan memperbesar ukuran
plak sehingga terbentuk trombus (Sudoyo, 2007).Trombus dan emboli di dalam
pembuluh darah akan terlepas dan terbawa hingga terperangkap dalam pembuluh
darah distal, lalu menyebabkan pengurangan aliran darah yang menuju ke otak
sehingga sel otak akan mengalami kekurangan nurisi dan juga oksigen, sel otak
yang mengalami kekurangan oksigen dan glukosa akan menyebabkan asidosis lalu
asidosis akan mengakibatkan natrium, klorida, dan air masuk ke dalam sel otak dan
kalium meninggalkan sel otak sehingga terjadi edema setempat. Kemudian kalsium
akan masuk dan memicu serangkaian radikal bebas sehingga terjadi perusakan
membran sel lalu mengkerut dan tubuh mengalami defisit neurologis lalu mati
(Esther, 2010).
Ketidakefektifan perfusi jaringan yang disebabkan oleh trombus dan emboli
akan menyebabkan iskemia pada jaringan yang tidak dialiri oleh darah, jika hal ini
berlanjut terus-menerus maka jaringan tesebut akan mengalami infark. Dan
kemudian akan mengganggu sistem persyarafan yang ada di tubuh seperti :
penurunan kontrol volunter yang akan menyebabkan hemiplagia atau hemiparese
sehingga tubuh akan mengalami hambatan mobilitas, defisit perawatan diri karena
tidak bisa menggerakkan tubuh untuk merawat diri sendiri, pasien tidak mampu
untuk makan sehingga nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh. Defisit neurologis juga
akan menyebabkan gangguan pencernaan sehingga mengalami disfungsi kandung
kemih dan saluran pencernaan lalu akan mengalami gangguan eliminasi. Karena
ada penurunan kontrol volunter maka kemampuan batuk juga akan berkurang dan
mengakibatkan penumpukan sekret sehingga pasien akan mengalami gangguan
jalan nafas dan pasien kemungkinan tidak mampu menggerakkan otot-otot untuk
bicara sehingga pasien mengalami gangguan komunikasi verbal berupa disfungsi
bahasa dan komunikasi.
Stroke hemoragik, yang merupakan sekitar 15% sampai 20% dari semua
stroke, dapat terjadi apabila lesi vaskular intraserebrum mengalami ruptur sehingga
terjadi perdarahan ke dalam ruang subarakhnoid atau langsung ke dalam jaringan
otak. Sebagian dari lesi vaskular yang dapat menyebabkan perdarahan subarakhnoid
(PSA) adalah aneurisma sakular dan malformasi arteriovena (MAV). Mekanisme
lain pada stroke hemoragik adalah pemakaian kokain atau amfetamin, karena zat-
zat ini dapat menyebabkan hipertensi berat dan perdarahan intraserebrum atau
subarakhnoid. Perdarahan intraserebrum ke dalam jaringan otak (parenkim) paling
sering terjadi akibat cedera vaskular yang dipicu oleh hipertensi dan ruptur salah
satu dari banyak arteri kecil yang menembus jauh ke dalam jaringan otak. Biasanya
perdarahan di bagian dalam jaringan otak menyebabkan defisit neurologik fokal
yang cepat dan memburuk secara progresif dalam beberapa menit sampai kurang
dari 2 jam. Hemiparesis di sisi yang berlawanan dari letak perdarahan merupakan
tanda khas pertama pada keterlibatan kapsula interna.

Penyebab pecahnya aneurisma berhubungan denganketergantungan dinding


aneurisma yang bergantung pada diameter dan perbedaan tekanan di dalam dan di
luar aneurisma. Setelah pecah, darah merembes ke ruang subarakhnoid dan
menyebar ke seluruh otak dan medula spinalis bersama cairan serebrospinalis.
Darah ini selain dapat menyebabkan peningkatan tekanan intrakranial, juga dapat
melukai jaringan otak secara langsung oleh karena tekanan yang tinggi saat pertama
kali pecah, serta mengiritasi selaput otak (Price, 2009).

e. Manifestasi Klinis Penyakit Stroke


Stroke menyebabkan defisit neurologik, bergantung pada lokasi lesi (pembuluh
darah mana yang tersumbat), ukuran area yang perfusinya tidak adekuat dan jumlah
aliran darah kolateral. Stroke akan meninggalkan gejala sisa karena fungsi otak
tidak akan membaik sepenuhnya.
1. Kelumpuhan pada salah satu sisi tubuh (hemiparese atau hemiplegia)
2. Lumpuh pada salah satu sisi wajah anggota badan (biasanya hemiparesis)
yang timbul mendadak.
3. Tonus otot lemah atau kaku
4. Menurun atau hilangnya rasa
5. Gangguan lapang pandang “Homonimus Hemianopsia”
6. Afasia (bicara tidak lancar atau kesulitan memahami ucapan)
7. Disartria (bicara pelo atau cadel)
8. Gangguan persepsi
9. Gangguan status mental
10. Vertigo, mual, muntah, atau sakit kepala.

F. Komplikasi Penyakit Stroke


1. Setelah mengalami stroke pasien mungkin akan mengalmi komplikasi,
komplikasi ini dapat dikelompokan berdasarkan:
2. Berhubungan dengan immobilisasi  infeksi pernafasan, nyeri pada daerah
tertekan, konstipasi dan thromboflebitis.
3. Berhubungan dengan paralisis  nyeri pada daerah punggung, dislokasi
sendi, deformitas dan terjatuh
4. Berhubungan dengan kerusakan otak  epilepsi dan sakit kepala.
5. Hidrocephalus
6. Individu yang menderita stroke berat pada bagian otak yang mengontrol
respon pernapasan atau kardiovaskuler dapat meninggal.

G. Penatalaksanaan Penyakit Stroke


Tujuan intervensi adalah berusaha menstabilkan tanda-tanda vital dengan
melakukan tindakan sebagai berikut:
1. Mempertahankan saluran nafas yang paten yaitu lakukan pengisapan
lenderyang sering, oksigenasi, kalau perlu lakukan trakeostomi, membantu
pernafasan.
2. Mengendalikan tekanan darah berdasarkan kondisi pasien, termasuk untuk
usaha memperbaiki hipotensi dan hipertensi.
3. Berusaha menentukan dan memperbaiki aritmia jantung.
4. Menempatkan pasien dalam posisi yang tepat, harus dilakukan secepat
mungkin pasien harus dirubah posisi tiap 2 jam dan dilakukan latihan-
latihan gerak pasif.
5. Mengendalikan hipertensi dan menurunkan TIK
6. Dengan meninggikan kepala 15-30 menghindari flexi dan rotasi kepala
yang berlebihan,
7. Pengobatan Konservatif :
a. Vasodilator meningkatkan aliran darah serebral (ADS) secara
percobaan, tetapi maknanya: pada tubuh manusia belum dapat
dibuktikan.
b. Dapat diberikan histamin, aminophilin, asetazolamid, papaverin intra
arterial.
c. Anti agregasi thrombosis seperti aspirin digunakan untuk
menghambat reaksi pelepasan agregasi thrombosis yang terjadi
sesudah ulserasi alteroma.
d. Anti koagulan dapat diresepkan untuk mencegah terjadinya/
memberatnya trombosis atau emboli di tempat lain di sistem
kardiovaskuler.
8. Pengobatan Pembedahan :
Tujuan utama adalah memperbaiki aliran darah serebral :
a. Endosterektomi karotis membentuk kembali arteri karotis, yaitu dengan
membuka arteri karotis di leher.
b. Revaskularisasi terutama merupakan tindakan pembedahan dan
manfaatnya paling dirasakan oleh pasien TIA.
c. Evaluasi bekuan darah dilakukan pada stroke akut
d. Ugasi arteri karotis komunis di leher khususnya pada aneurisma.
II. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian Keperawatan
Pengkajian merupakan tahap awal dari proses keperawatan. Suatu proses
kolaborasi melibatkan perawat, pasien dan tim kesehatan lainnya. Pengkajian
dilakukan melalui wawancara dan pemeriksaan fisik. Dalam pengkajian dibutuhkan
kecermatan dan ketelitian agar data yang terkumpul lebih akurat, sehingga dapat
dikelompokkan dan dianalisis untuk mengetahui masalah dan kebutuhan pasien
terhadap perawatan.Pengkajian yang dilakukan pada pasien dengan preeklamsia antara
lain sebagai berikut :
1. Biodata
a. Identitas umum pasien
Berisi data-data yang meliputi nama, umur, jenis kelamin, agama,
kedudukan pasien dalam keluarga, tanggal MRS, tanggal pengkajian, diagnosa
medis, nomor RM, alamat.
b. Identitas penanggung jawab
Berisi data-data yang meliputi nama, umur, pendidikan, pekerjaan, agama,
hubungan dengan pasien, alamat.
2. Keluhan utama
Pada keluhan utama berisi tentang alasan utama pasien ke rumah sakit dan apa yang
dirasakan pasien. Keluhan yang dialami pada pasien Strokebiasanya didapatkan
kelemahan anggota gerak sebelah badan, bicara pelo, dan tidak dapat
berkomunikasi.
3. Riwayat kesehatan
- Riwayat penyakit sekarang
Sesuai dengan keluhan utama.
- Riwayat kesehatan dahulu
Kemungkinan pasien pernah menderita penyakit bawaan sebelum stroke,
seperti hipertensi, diabetes mellitus, dan penyakit jantung sebelumnya.
- Riwayat kesehatan keluarga
Adanya riwayat penyakit keturunandalam keluarga yang mungkin diturunkan
pada pasien.
4. Pola kebutuhan dasar ( bio-psiko-sosio-kultural)
a. Pola persepsi manajemen kesehatan
Karena kurangnya pengetahuan pasien tentang penyakit stroke dan tata cara
penangganan maupun pencegahan akan beresiko mengalami gangguan
pada pembuluh darah otak yang dapat membahayakan bahkan dapat
berakibat kematian akibat hal tersebut.
b. Pola nutrisi dan metabolisme
Kemampuan untuk mempertahankan asupan metabolisme
c. Pola eliminasi
Kemampuan untuk mengeluarkan produk sisa.
d. Pola aktivitas dan latihan
Kemampuan pasien untuk melakukan aktivitas dan latihan sehari-hari,
seperti memenuhi ADL. Dimana pada pasien dengan stroke biasanya pola
aktivitasnya akan terganggu akibat adanya kelemahan pada anggota
geraknya (ekstremitas).
e. Pola kognitif dan persepsi
Pasien menjelaskan mengenai apakah fungsi panca inderanya masih bagus
dan pengetahuannya tentang kesehatan selama ini. Biasanya pada pasien
stroke panca indra akan mengalami gangguan.
f. Pola persepsi konsep diri
Pasien menjelaskan mengenai konsep dirinya, bagaimana ideal dirinya,
pandangannya terhadap dirinya sendiri dan apakah ia telah mampu
memahami dirinya sendiri
g. Pola tidur dan istirahat
Pasien menjelaskan mengenai kondisi tidurnya sebelum sakit dan saat sakit.
Apakah tidurnya nyenyak, berapa lama ia tertidur, apakah ada kendala
ketika ia tertidur.
h. Pola peran-hubungan
Pasien menjelaskan mengenai perannya dalam kehidupan sehari-hari,
bagaimana kehidupan sosialnya/ bagaimana ia berhubungan atau
berinteraksi dengan orang lain
i. Pola seksual reproduksi
Pasien menjelaskan mengenai apakah ia memiliki gangguan atau kendala
dalam seksualitas dan system reproduksinya baik sebelum sakit maupun
saat sakit.
j. Pola toleransi stres koping
Pasien menjelaskan bagaimana kondisi psikisnya ketika ia mengidap
penyakit ini. Apakah ia terlalu berpikir tentang penyakitnya dana pa yang
dilakukannya untuk tetap tenang dalam menghadapi masalah penyakitnya.
k. Pola nilai spiritual dan kepercayaan
Meliputi keyakinan nilai-nilai ketuhanan yang dianut, keyakinan dan
harapan akan kesehatannya.
5. Pemeriksaan fisik
1) Keadaan Umum
Kesadaran komposmestis, gelisah, dan lelah.
GCS : Verbal: …. Psikomotor: ….. Mata: …..
Tanda-Tanda Vital : TD ….. Nadi …. Suhu …. RR….
2) Pemeriksaan Fisik
a. Kepala dan Leher
Pengkajian melalui inspeksi dan palpasi pada daerah kepala dan leher
pasien. Periksa apakah ada peningkatan tekanan vena jugularis.
b. Mata
Pengkajian dengan inspeksi dan palpasi, mengenai kesimetrisan,
kondisi konjungtiva, pupil dan sklera apakah ada nyeri tekan atau tidak.
c. Hidung
Pengkajian dengan inspeksi dan palpasi, mengenai kesimetrisan,
kondisi bulu hidung dan apakah ada nyeri tekan atau tidak
d. Telinga
Pengkajian dengan inspeksi dan palpasi, mengenai kesimetrisan, apakah
ada benjola atau tidak.
e. Mulut
Pengkajian dengan inspeksi dan palpasi, mengenai kondisi daerah mulut
apakah ada stomatitis, bau mulut, kondisi mukosa bibir, dan lain
sebagainya.
f. Dada
Paru-Paru
 Inspeksi : ritme napas terlihat teratur
 Palpasi : apakah terdapat nyeri tekan atau tidak
 Perkusi : thorak anterior & posterior (normal resonan), sonor
 Auskultasi : terdengar suara ronkhi
Jantung
 Inspeksi : Dari permukaan terlihat adanya detak jantung
 Palpasi : Detak jantung terasa dan ada sedikit nyeri tekan
 Perkusi : redup
 Auskultasi : adanya bunyi tambahan
g. Abdomen
Pengkajian dengan inspeksi, auskultasi, palpasi dan perkusi
3) Analisa Data
Disesuaikan dengan data yang diperoleh dari klien.

2. Diagnosa keperawatan
1. Bersihan jalan napas tidak efektif b.d disfungsi neuromuskuler d.d batuk tidak
efektif, dispnea, sputum berlebih
2. Pola napas tidak efektif b.d gangguan neurologis d.d dispnea, penggunaan otot
bantu pernapasan, pola napas abnormal
3. Resiko aspirasi d.d penurunan tingkat kesadaran
4. Resiko perfusi cerebral tidak efektif d.d aterosklerosis aorta
5. Gangguan eliminasi urin b.d disfungsi kandung kemih d.d distensi kandung
kemih, desakan berkemih, urin menetes, mengompol
6. Gangguan mobilitas fisik b.d gangguan neuromuskuler d.d mengeluh sulit
menggerakkan ekstremitas, kekuatan otot menurun, rentang gerak (ROM)
menurun
7. Defisit perawatan diri b.d gangguan neuromuskuler d.d menolak melakukan
perawatan diri, tidak mampu mandi/mengenakan pakaian/makan/ke toilet/berhias
secara mandiri, minat melakukan perawatan diri kurang
8. Gangguan komunikasi verbal b.d gangguan neuromuskuler d.d tidak mampu
berbicara atau mendengar, menunjukkan respon tidak sesuai, sulit menggunakan
ekspresi wajah atau tubuh
9. Resiko gangguan integritas kulit d.d penurunan mobilitas
10. Resiko jatuh d.d kekuatan otot menurun

3. Intervensi Keperawatan

No. Dx NOC NIC Rasional

1 Setelah dilakukan asuhan Manajemen Jalan Napas - Pola napas dapat


keperawatan selama ..x24 - Monitor pola napas (frekuensi, menentukan adanya
jam diharapkan bersihan kedalaman, usaha nafas) gangguan pada
jalan napas pasien efektif - Monitor bunyi nafas tambahan pernapasan
dengan kriteria hasil: - Monitor sputum (jumlah, - bunyi napas tambahan
- Menunjukkan jalan nafas warna, aroma) merupakan salah satu
bersih - Posisikan semi fowler atau tanda masalah
- Suara nafas normal tanpa fowler pernapasan
suara tambahan - Lakukan fisioterapi dada, jika - karakteristik sputum
- Tidak ada penggunaan perlu harus diketahui guna
otot bantu nafas - Berikan minuman hangat mengambil tindak lanjut
- Mampu melakukan - Ajarkan teknik batuk efektif pasien
perbaikan bersihan jalan - Kolaborasi pemberian - memfasilitasi
nafas bronkodilator, jika perlu pemenuhan kebutuhan
oksigen pasien
- fisioterapi dada
merangsang batuk
efektif sehingga sputum
mudah keluar
- minuman hangat
merangsang
pengeluaran sputum
lebih mudah
- secret berlebih dalam
jalan napas lebih mudah
dikeluarkan
- bronkodilator membantu
kepatenan jalan napas
2 Setelah dilakukan asuhan Manajemen Jalan Napas - Pola napas dapat
keperawatan selama ..x24 - Monitor pola napas (frekuensi, menentukan adanya
jam diharapkan pola napas kedalaman, usaha nafas) gangguan pada
pasien efektif dengan - Monitor bunyi nafas tambahan pernapasan
kriteria hasil: - Posisikan semi fowler atau - bunyi napas tambahan
- Menunjukkkan pola fowler merupakan salah satu
nafas efektif dengan - Berikan oksigen, jika perlu tanda masalah
frekuensi nafas 16-24 - Kolaborasi pemberian pernapasan
kali/menit dan irama bronkodilator, jika perlu  memfasilitasi kepatenan
teratur jalan napas pasien
- Mampu menunjukkan  oeksigen sesuai
perilaku peningkatan kebutuhan
fungsi paru meminimalisir dyspnea
- Tidak terlihat adanya yang dirasakan pasien
otot bantu pernapasan  bronkodilator membantu
kepatenan jalan napas
3 Setelah dilakukan asuhan Pencegahan Aspirasi  Mempermudah dalam
keperawatan selama ..x24 - Monitor tingkat kesadaran, pengambilan tindakan
jam diharapkan resiko batuk, muntah, dan selanjutnya
aspirasi dapat teratasi kemampuan menelan  Meminimalisir risiko
dengan kriteria hasil: - Monitor bunyi nafas terutama gangguan pernapasan
- Tingkat kesadaran setelah makan minum  Memfasilitasi tubuh
menjadi meningkat - Posisikan semi fowler 30 pasien sebelum
- Kemampuan menelan menit sebelum memberi menerima asupan
meningkat asupan oral  Kepatenan jalan napas
- Dispnea menjadi - Pertahankan kepatenan jalan menunjukkan tidak
menurun napas adanya masalah
- Kelemahan otot - Sediakan suction di ruangan pernapasan
menurun - Berikan obat oral dalam  Suction disediakan
bentuk cair apabila ada tersedak,
- Ajarkan teknik mengunyah atau secret berlebih
atau menelan  Meminimalisir risiko
- Kolaborasi dengan dokter aspirasi
terkait pemberian obat  Pasien dapat
mengkondisikan dirinya
saat sedang
mengkonsumsi sesuatu
 Pemberian obat guna
meminimalisir aspirasi
4 Manajemen Peningkatan  TIK merupakan nilai
Setelah dilakukan asuhan
Tekanan Intrakranial tekanan dalam rongga
keperawatan selama ..x24
- Monitor CPP (Cerebral kepala
jam diharapkan resiko
Perfusion Pressure)  Kejang adalah salah satu
perfusi cerebral tidak efektif
- Cegah terjadinya kejang tanda adanya
dapat teratasi dengan kriteria
- Hindari pemberian cairan IV ketidakefektifan perfusi
hasil:
hipotonik cerebral
- Tingkat kesadaran - Minimalkan stimulus dengan  Cairan IV Hipotonik
meningkat menyediakan lingkungan yang dapat meningkatkan
- Tekanan intracranial tenang risiko ketidakefektifan
menurun - Kolaborasi pemberian sedasi perfusi cerebral
- Sakit kepala menurun dan anti konvulsan, jika perlu  Memfasilitasi tubuh
- Tekanan darah normal pasien sehingga pasien
merasa nyaman dan
tenang
 Antikonvulsan berguna
untuk mengatasi masalah
saraf
5 Setelah dilakukan asuhan Manajemen Eliminasi Urine - Mengkaji output urine
keperawatan selama ..x24 - Monitor eliminasi urine pasien dan menentukan
jam diharapkan tidak ada - Identifikasi tanda dan gejala normal atau tidaknya
gangguan dalam eliminasi retensi urine jumlah urine yang
urin pasien dengan 22riteria - Ambil sampel urine tengah keluar
hasil: dan kultur - Retensi urine
- Pasien dapat berkemih - Catat waktu-waktu dan merupakan salah satu
dengan normal haluaran berkemih tanda adanya gangguan
- Tidak ada desakan - Anjurkan untuk minum yang eliminasi pada urine
berkemih yang urgensi cukup - Sampel urine untuk
- Tidak ada distensi - Ajarkan mengenali tanda melakukan
kandung kemih berkemih dan waktu yang pemeriksaan
- Frekuensi BAK tepat untuk berkemih laboratorium
membaik - Kolaborasi pemberian obat - Mempermudah
supositoria uretra pemantauan mengenai
cairan pasien (eliminasi
urine)
- Minum yang cukup
membantu proses
balance cairan pasien
- Pasien harus tahu
kapan dia berkemih
- Supositoria uretra
merupakan obat utk
gangguan pada uretra,
khususnya berkemih
6 Setelah dilakukan asuhan Dukungan Mobilisasi - Respon tubuh ketika
keperawatan selama ..x24 - Identifikasi toleransi fisik dilakukan pergerakan
jam diharapkan mobilitas melakukan pergerakan atau mobilisasi
fisik pasien tidak terganggu - Monitor kondisi umum selama - KU pasien penting
dengan kriteria hasil: melakukan mobilisasi guna menentukan
- Pergerakan ekstremitas - Fasilitasi aktivitas mobilisasi kegiatan selanjutnya
meningkat dengan alat bantu - Alat bantu seperti kursi
- Kekuatan otot meningkat - Libatkan keluarga untuk roda, dan lain
- Rentang gerak (ROM) membantu pasien dalam sebagainya
meningkat meningkatkan pergerakan - Peran keluarga
- Ajarkan mobilisasi sederhana mempermudah pasien
yang harus dilakukan melakukan mobilisasi
- Jelaskan tujuan dan prosedur - Mobilisasi sederhana
mobilisai seperti duduk, miring
kanan-kiri dan lain
sebagainya
- Pasien harus tahu
tujuan dilakukannya
mobilisasi
7 Setelah dilakukan asuhan Dukungan Perawatan Diri - Kemandirian pasien
keperawatan selama ..x24 - Monitor tingkat kemandirian dalam melakukan
jam diharapkan defisit - Identifikasi kebiasaan perawatan diri
perawatan diri pasien aktivitas perawatan diri sesuai - Kebiasaan aktivitas
teratasi dengan kriteria hasil: usia ketika melakukan
perawatan diri
- Kemampuan mandi - Dampingi dalam melakukan - Memantau
meningkat perawatan diri sampai mandiri perkembangan pasien
- Kemampuan - Fasilitasi kemandirian dalam melakukan
mengenakan pakaian - Jadwalkan rutinitas perawatan perawatan diri
meningkat diri - Fasilitasi perawatan
- Kemampuan makan - Anjurkan melakukan diri pasien seperti
meningkat perawatan diri secara toileting, berpakaian,
- Kemampuan BAB/BAK konsisten sesuai kemampuan dsb
meningkat - Tentukan jadwal yang
harus diikuti pasien dan
memunculkan niat
pasien untuk merawat
diri
- Melakuka percobaan
perawatan diri sendiri
oleh pasien tanpa
dibantu keluarga
8 Setelah dilakukan asuhan Promosi Komunikasi: Defisit - Memantau
keperawatan selama ..x24 Bicara karakteristik
jam diharapkan gangguan - Monitor kecepatan, tekanan, pembicaraan pasien
komunikasi verbal pasien kuantitas, volume, dan diksi - Pemantauan pasien
teratasi dengan kriteria hasil: bicara menggunakan alat
- Kemampuan berbicara - Identifikasi perilaku bantu gerak untuk
meningkat emosional dan fisik sebagai berbicara
- Kemampuan mendengar bentuk komunikasi - Komunikasi alternative
meningkat - Gunakan metode komunikasi mempermudah pasien
- Kesesuain ekspresi alternative dan perawat
wajah atau tubuh - Sesuaikan gaya komunikasi - Fokuskan pada tujuan
meningkat dengan kebutuhan berkomunikasi dengan
- Ulangi apa yang disampaikan pasien
pasien
- Berikan dukungan psikologis - Mengulang perkataan
- Anjurkan berbicara perlahan pasien guna
- Rujuk ke ahli patologi bicara merangsang pasien
atau terapis berkomunikasi lebih
- Dukungan pada
psikologis pasien
membuat pasien lebih
tenang dana man
- Merangsang pasien
untuk perlahan
mencoba bebricara
- Apabila tidak berhasil,
arahkan pasien ke ahli
patologi bicara utk
tindakan lebih lanjut
9 Setelah dilakukan asuhan Perawatan Integritas Kulit - Penyebab gangguan
keperawatan selama ..x24 - Identifikasi penyebab integritas kulit pada
jam diharapkan resiko gangguan integritas kulit pasien stroke biasanya
gangguan integritas kulit - Ubah posisi tiap 2 jam jika ialah decubitus
pasien teratasi dengan tirah baring - Meminimalisir adanya
kriteria hasil: - Gunakan produk berbahan luka atau decubitus
- Kerusakan jaringan petroleum atau minyak pada pada permukaan kulit
menurun kulit kering dan produk - Produk yang digunakan
- Kerusakan lapisan kulit berbahan ringan pada kulit disesuaikan dengan
menurun sensitive jenis kulit menghindari
- Tidak ada kemerahan - Anjurkan menggunakan adanya iritasi
dan hematoma pelembab - Melembabkan kulit
- Anjurkan menghindari dapat meminimalisir
terpapar suhu ekstrim kerusakan integritas
- Suhu ruangan
dikondisikan dengan
keadaan pasien
10 Setelah dilakukan asuhan Pencegahan Jatuh - Faktor risiko jatuh bagi
keperawatan selama ..x24 - Identifikasi faktor resiko jatuh pasien usia lanjut
jam diharapkan resiko jatuh - Identifikasi faktor lingkungan sangat rentang
pasien teratasi dengan yang meningkatkan resiko - Lingkungan
kriteria hasil: jatuh merupakan faktor
- Jatuh dari tempat tidur - Pastikan roda tempat tidur dan pemicu yang paling
menurun kursi roda selalu dalam posisi dominan
- Jatuh saat berdiri terkunci - Meminimalisir adanya
menurun - Pasang hand rail tempat tidur risiko jatuh pada pasien
- Jatuh saat duduk - Dekatkan bel pemanggil dengan gangguan
menurun dalam jangkauan pasien mobilitas fisik
- Jatuh saat berjalan - Anjurkan memanggil perawat - Handrail tempat tidur
menurun jika membutuhkan bantuan berfungsi melindungi
untuk berpindah pasien ketiak sedang
bedrest
- Pasien dapat
memanggil perawat
jika membutuhkan
sesuatu yg tidak bisa
dikerjakan sendiri
- Pasien dg risiko jatuh
cenderung tdk mampu
melakukan mobilisasi
secara mandiri
sehingga memerlukan
bantuan orang lain

4. Implementasi Keperawatan
Implementasi menyesuaikan dengan intervensi keperawatan
5. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi hasil disesuaikan dengan intervensi dan implementasi keperawatan
menggunakan metode SOAP.
KASUS :

Bapak S berusia 76 tahun dibawa kerumah sakit Bali Medika oleh keluarganya dengan keluhan
merasa lemah pada bagian wajah, lengan atau tungkai sebelah kiri secara mendadak sejak 3 hari
yang lalu, diawali dengan kesemutan atau mati rasa pada bagian tersebut. Pasien merasakan sakit
kepala hebat secara tiba-tiba, kehilangan koordinasi dan keseimbangan saat melakukan aktivitas.
Awalnya pasien merasakan tangan kirinya lemah sehingga pasien tidak kuat untuk menggenggam
dan kelemahan tersebut menjalar keseluruh tubuh bagian kirinya yang menyebabkan pasien
kehilangan keseimbangannya dalam bergerak.Kondisi ini menyebabkan pasien hanya bisa
berbaring di tempat tidur. Keluarga pasien juga mengatakan pengelihatan pasien sedikit kabur.
Pada saat dilakukan pengkajian didapatkan TD : 170/100 mmHg, S : 37,0OC, N : 88x / menit, RR
: 20x /menit. Pasien juga mengalami kesulitan saat berbicara (pelo) serta masih mengeluh sakit
kepala hebat. Dokter mendiagnosa pasien mengalami stroke non hemoragik.
ASUHAN KEPERAWATAN PADA BAPAK S
DENGAN DIAGNOSA STROKE NON HEMORAGIK
DI RUANG SAKURARSUD BALI MEDIKA
TANGGAL 1 OKTOBER- 4 OKTOBER 2019

I. PENGKAJIAN KEPERAWATAN
1. Identitas pasien
Nama : Bapak S
Umur : 76 Tahun
Agama : Hindu
Jenis Kelamin : Laki-laki
Status : Menikah
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Petani
Suku Bangsa : Indonesia
Alamat : Banjar kangkang, Badung
Tanggal Masuk : 1 Oktober 2019
Tanggal Pengkajian : 1 Oktober 2019
No. Register : 011117
Diagnosa Medis : Stroke Non Hemoragik

PENANGGUNG JAWAB
Nama : Bapak J
Umur : 35 Th
Hub. Dengan Pasien : Anak Pasien
Pekerjaan : Petani
Alamat : Banjar Kangkang, Badung

2. Status kesehatan
a. Status kesehatan saat ini
1. Keluhan utama (saat MRS dan saat ini)
a. Saat MRS
Pasien mengeluh mendadak lemah pada bagian wajah, lengan atau tungkai
sebelah kiri
b. Saat Pengkajian
Pasien mengeluh lemah pada bagian wajah, lengan atau tungkai sebelah kiri
2. Alasan masuk rumah sakit dan perjalanan penyakit saat ini
Sebelum masuk rumah sakit pasien mengalami kesemutan pada bagian wajah,
lengan dan tungkai sebelah kiri sejak 3 hari yang lalu disertai dengan sakit
kepala hebat secara mendadak. Sebelumnya pasien sempat dibawa ke
puskesmas, karena tidak ada perubahan pada kondisi pasien kemudian pasien
langsung dirujuk ke RSU Bali Medika tanggal 1 Oktober 2019 pukul 09.00
wita. Saat tiba dirumah sakit keluarga pasien mengatakan awalnya pasien
merasakan tangan kirinya mengalami kesemutan yang mendadak yang
mengakibatkan kelemahan pada bagian wajah, lengan dan tungkai, pasien juga
merasakan sakit kepala hebat secara tiba-tiba, kehilangan koordinasi dan
keseimbangan saat melakukan aktivitas, yang perlahan lahan kelemahan
tersebut menjalar keseluruh tubuh bagian kiri. Kelemahan anggota gerak ini
mengakibatkan pasien hanya bisa berbaring di tempat tidur, bicara kurang jelas
(pelo). Dokter mendiagnosa pasien mengalami stroke non hemoragik, dan saat
ini pasien di rawatdi ruang rawat inap sakura RSU Bali Medika.
3. Upaya yang dilakukan untuk mengatasinya
Pasca pasien mengalami kesemutan tanggal 30 september 2019, keluarga
pasien sempat membawa pasien ke puskesmas terdekat untuk mendapatkan
tindakan karena tidak adanya perubahan maka keluarga pasien langsung
merujuk pasien ke RSU Bali Medika.

b. Status kesehatan masa lalu


1. Penyakit yang pernah dialami
Keluarga mengatakan pasien memiliki riwayat hipertensi dan sudah sempat
melakukan pengobatan namun tidak rutin.
2. Pernah dirawat
Keluarga pasien mengatakan pasien sempat dirawat 1 tahun yang lalu dengan
diagnosa hipertensi
3. Alergi
Keluarga pasien mengatakan pasien tidak mempunyai riwayat alergi seperti
alergi obat maupun makanan.
4. Kebiasan (merokok/kopi/alkohol, dll)
Keluarga pasien mengatakan, pasien mempunyai kebiasasan minum 2 gelas
kopi dalam sehari, pasien juga memiliki kebiasaan merokok.
c. Riwayat penyakit keluarga
Dari riwayat penyakit keluarga, tidak didapatkan anggota keluarga yang
mengalami kelainan penyakit yang sama dengan pasien.
d. Diagnosa medis dan therapy
Diagnosa medis : Stroke Non Hemoragik
Therapy :
No Nama obat Dosis Rute Indikasi Efek samping
1 Ringer lactate 20 tpm Infus Untuk Iritasi kulit.
pemenuhan
cairan tubuh
2 Citiroline 2x 1 mg Injeksi Mengobati Sakit kepala,
penyakit otak mual
seperti troke,
hilang ingatan
faktor usia
3 Amlodipine 1 x 5 mg Oral Untuk Detak jantung
mengobati cepat, mual,
tekanan darah berkeringat
tinggi.
4 Vastigo 3x 1 mg Oral Untuk Gatal-gatal dan
mengobati bercak merah
pusing yang pada kulit
berputar
5 Pregabalin 2x 1 mg Oral Untuk Mengantuk,
mengobati pusing, diare
rasa sakit yang
disebabkan
oleh keruskan
pada saraf

3. Pola kebutuhan dasar (data bio-psiko-sosio-kultural-spiritual)


a. Pola persepsi dan manajemen kesehatan
Keluarga pasien mengatakan kesehatan tersebut sangat penting bagi keluarga dan
pasien. Biasanya pasien dan keluarganya apabila mengalami sakit langsung dibawa
ke puskesmasatau rumah sakit terdekat.
b. Pola nutrisi metabolik
1. Sebelum sakit
Keluarga mengatakan pasien sebelum MRS pasien makan 3 x sehari dengan
porsi cukup dan minum biasa 7-8 gelas/hari (1500cc).
2. Saat sakit
Keluarga mengatakan saat sakit pasien tidak mengalami keluhan pada saat
makan, keluarga juga mengatakan pasien mengonsumsi makanan sesuai
dengan waktu makan di RS dan makanan yang dimakan adalah makanan yang
disediakan pihak RS (Ahli gizi). Pasien minum 7-8 gelas/hari (1500cc)

c. Pola eliminasi
 BAB
Sebelum MRS
Keluarga mengatakan pasien biasa BAB 1x/hari dengan konsistensi
lembek, tidak bercampur darah, warna kuning kecoklatan dan berbau kas
feses.
Saat MRS
Pasien mengatakan biasa BAB 1x/hari dengan konsistensi lembek, tidak
bercampur darah, warna kuning kecoklatan, berbau kas feses dan saat BAB
pasien di bantu.
 BAK
Sebelum sakit
Keluarga mengatakan bahwa pasien BAK 5-6x/hari dengan warna urin
kuning sebanyak 500 cc, bau kas urine dan tidak ada nyeri saat BAK.
Saat sakit
Keluarga mengatakan bahwa pasien BAK 4-5x/hari dengan warna urin
kuning sebanyak 400 cc, bau kas urine dan tidak ada nyeri saat BAK.
d. Pola aktivitas dan latihan
1. Aktivitas
Kemammapuan 0 1 2 3 4 Ket :
Perawatan diri 0 : mandiri
Makan dan minum  1 : Alat bantu
Mandi  2 : Dibantu orang lain
Toileting  3 : Dibantu orang lain
Berpakaian  dan alat
Berpindah  4 : tergantung total

2. Latihan
a. Sebelum sakit
Keluarga mengatakan pasien kesehariannya sebagai petani, dan pasien
dapat melakukan aktivitas ringan sehari-hari secara mandiri.
b. Saat sakit
Keluarga mengatakan pasien merasakan lemah pada bagian tangan
kirinya sehingga pasien tidak kuat untuk menggenggam yang menjalar
keseluruh tubuh bagian kirinya sehingga menyebabkan pasien
kehilangan keseimbangan dalam melakukan aktifitas sehari-hari secara
mandiri, seperti makan-minum, toileting, mandi dan berpindah karena
penyakitnya.
e. Pola kognitif dan persepsi
Keluarga mengatakan pasien dapat mendengar (tidak tuli), namun pengelihatan,
komunikasi verbal dan perabaan pasien mengalami kelemahan.
f. Pola persepsi-konsep diri
Citra Tubuh : Bibir pasien mencong ke kiri
Peran diri : Pasien merupakan seorang ayah dari 2 anak
Ideal diri : Pasien berharap bisa sembuh dan kembali pulang ke rumah.
Identitas diri : Pasien merupakan seorang suami, ayah dan kakek
Harga diri : Pasien tidak merasa rendah diri dengan keadaannya, hanya
sajapasien merasa cemas karena tidak dapat bekerja dan
merasamerepotkan keluarganya.
g. Pola tidur dan istirahat
1. Sebelum sakit
Keluarga mengatakan pasien tidak mengalami kesulitan tidur (insomia),
tidurnya nyenyak dan pasien biasa tidur 5-6 jam/hari.
2. Saat sakit
Keluarga mengatakan pasienhanya tidur kurang lebih 3-4 jam / hari dan pasien
sering terbangun. Keluarga juga mengatakan pasien tampak tidak segar saat
bangun dipagi hari.
h. Pola peran – hubungan
1. Sebelum sakit
Keluarga mengatakan pasien menjalin hubungan dengan keluarga maupun
masyarakat sekitar rumahnya dengan baik.
2. Saat sakit
Keluarga mengatakan pasien tidak dapat berkomunikasi secara verbal dengan
keluarga dan keluarga pasien lain di ruangannya.
i. Pola seksual-reproduksi
1. Sebelum sakit
Keluarga mengatakan pasien sudah menikah dan memiliki 2 orang anak dan 4
orang cucu.
2. Saat sakit
Keluarga mengatakan pasien bahwa beliau sudah menikah dan memiliki 2
orang anak dan 4 orang cucu.
j. Pola toleransi stres-koping
Keluarga mengatakan pasien setiap ada masalah akan menceritakan masalahnya
kepada keluarganya.
k. Pola nilai-kepercayaan
1. Sebelum sakit
Pasien beragama hindu, saat berada dirumah pasien rajin beribadah.
2. Saat sakit
Pasien mengatakan saat sakit hanya bisa beribadah di tempat tidur saja, dan
pasien memiliki harapan untuk sembuh.

4. Pengkajian Fisik
a. Keadaan umum
Pasien terlihat lemah dan pucat.
Tingkat kesadaran : somnolon
GCS : verbal : 3 psikomotor : 3 mata :3
b. Tanda-tanda vital
TD : 170/100 mmHg, S : 37,0OC, N : 88x / menit, RR : 20x / menit
c. Keadaan fisik
 Kepala dan leher
I : Bentuk kepala simetris, rambut beruban, distribusi rambut kurang
merata, tidak terlihat bayangan pembuluh darah, tidak terdapat lesi
tidak adaketombe, dan bau pada rambut
P : Tidak ada hematoma, edema, dan terdapat nyeri tekan
 Mata
I : Mata simetris, konjungtiva ananemis, pandangan tampak kabur.
P : Tidak ada nyeri tekan pada bola mata.
 Hidung
I : Tidak adanya sekret, tidak ada lesi, tidak adanya pernafasan cuping hidung.
P : Tidak ada nyeri tekan
 Telinga
I : Bentuk telinga simetris, terdapat serumen
P : Tidak ada nyeri tekan pada telinga
 Mulut
I : Bentuk mulut asimetris (pelo), mukosa bibir kering, tidak adanya lesi dan
pembengkakan, hanya saja bibir pasien tampak mencong kiri.
P : Tidak ada nyeri tekan pada bagian sekitar mulut.
 Leher
I : Leher antara leher kanan dan kiri simetris, tidak ada lesi, tidak ada
hematoma.
P : Tidak ada pembesaran kelenjar limfe, tiroid dan tidak ada nyeri tekan.
 Dada
Paru
I : Bentuk dan gerakan dada simetris, tidak adanya retraksi dinding otot nafas
P : Tidak ada nyeri tekan pada dada, taktil vocal premitus normal.
P : Tidak ada suara tambahan, getaran suara yang dihasilkan oleh perkusi adalah
sonor.
A : Suara paru vesikuler

Jantung
I :Dada simetris, ictus cordis terlihat pada ICS V medline clavicula
P : Iktus cordis teraba pada medline clavicula ICS V seperti hentakan kuat,
dirasakan dalam dimameter 2 cm
P : Batas jantung normal midline clavicula ICS 3-5 (dulness)
A : Suara jantung S1, S2 tunggal reguler, tidak ada suara tambahan.

 Payudara dan ketiak


I : Payudara (dada) simetris, tidak ada lesi, persebaran bulu ketiak merata

P : Tidak ada nyeri tekan pada payudara dan ketiak.

 Abdomen
I : Tidak ada lesi, tidak ada edema, adanya ascites.

A : Bising usus terdengar 18x/menit

P : Tidak nyeri tekan pada perut

P : Suara ketukan terdengar timpani

 Genetalia
Pasien menggunakan kateter
 Integumen
I : kulit tampak kotor dan kusam, tidak ada lesi ataupun hematoma

P : Tidak ada nyeri tekan.

 Ekstremitas
Atas :
I : Bentuk simetris dan terjadi kelemahan pada lengan dan tangan bagian kiri
P : Akral teraba hangat , CRT < 3 detik.
Bawah :
I : Bentuk simtris kiri dan kanan, terjadi kelemahan pada kaki sebelah kiri
P : Akral teraba hangat, CRT < 3 detik.

 Neurologis
1) Status mental dan emosi
Status mental dan emosi pasienmasih stabil tidak ada masalah.
2) Pengkajian saraf kranial
Lesi pada nerve IIPenglihatan tampak kabur
VII meringis : sudut bibir kiri tertinggal
XII  disartria
Menjulur : deviasi ke kiri
3) Pemeriksaan reflex
4444 (d) 2222 (s)
Kemampuan pergerakan sendi
a. Terbatas pada bagian tangan
4444 (d) kiri
2222 (s)

Kekuatan otot :
N 
N
b. Tonus :

N

5. Pemeriksaan Penunjang
1. Data laboratorium yang berhubungan
Tanggal : 1 Oktober 2019, pukul : 11.13 wita
Nama Hasil Satuan Nilai Normal
Pemeriksaan
Eritrosit 6,1 (H) 10^E/Ul 3,80-5,20
MCH 20 (L) Fg 26-34
MCV 20 (L) Fl 80-100
Eosincfil 0,20 (L) % 2-4
Netrofil 73,50 (H) % 30-70
Limfosit 17,60 (H) % 22-40
Monosit 8,87 (H) % 2-8
SEO T 35 (H) u/L <31

2. Pemeriksaan Radiologi
Pemeriksaan radiologi yang dilakukan adalah pemeriksaan CT-Scan
Dengan hasil :
Lesi hipodens intraserebral fronto temporal kiri, struktur mediana di tengah, sistema
ventrikel baik, slinces interval 10 mm.
Kesan : infark serebri fronto temporal kiri
Pada tanggal : 1 Oktober 2019
Jam : 10.00 wita
3. Hasil konsultasi
Tidak di kaji.

II. DIAGNOSA KEPERAWATAN


A. ANALISA DATA
MASALAH
DATA INTERPRETASI
KEPERAWATAN
DS : Stroke Non Hemoragik Risiko Perfusi Cerebral tidak
DO : Efektif
- Pasien tampak Trombosis akibat plak
mengalami penurunan aterosklerosis yang memberi
kesadaran vaskularisasi pada otak
- Pasien tampak lemah
- TD: 170/100 mmHg Plak membesar
- N: 88x/menit
Suplai darah ke jaringan
cerebral tidak adekuat

Risiko Perfusi Cerebral tidak


Efektif

DS : Stroke Non Hemoragik Gangguan Mobilitas Fisik


- Pasien mengeluh lemah
pada lengan dan Vasospasme cerebral
tungkai sebelah kiri,
- Pasien merasa sulit Iskemia jaringan
menggerakan
ekstremitas bagian kiri Infark
- Pasien merasa
kesemutan atau mati Defisit neurologis
rasa pada bagian
tersebut Penurunan control volunteer

DO : Hemifarese
- Pasien tampak lemah,
kekuatan otot menurun Gangguan Mobilitas Fisik
- TD: 170/100 mmHg
- N: 88x/menit

DS : Stroke non hemoragik Gangguan Komunikasi


DO : Verbal
- Pasien tampak tidak Vasospasme cerebral
mampu berbicara
(pelo) Iskemia jaringan
- Kondisi Bibir mencong
ke kiri Infark
- Pasien tampak sulit
menggunakan ekspresi Defisit neurologis
wajah (lemah)

Penurunan control volunteer

Tidak mampu menggerakkan


otot untuk berbicara
Gangguan Komunikasi
Verbal
DS : Stroke Non Hemoragik Deficit perawatan diri
- Keluarga pasien
mengatakan pasien Vasospasme cerebral
tidak mampu
melakukan perawatan Iskemia jaringan
diri secara mandiri
akibat kelemahan pada Infark
bagian tubuh sebelah
kiri Defisit neurologis

DO : Penurunan control volunteer


- Pasien tampak tidak
mampu mandi, Hemifarese
mengenakan pakaian, ,
makan, toileting secara Defisit Perawatan Diri
mandiri
- Pasien tampak hanya
berbaring diatas tempat
tidur
DS :- Stroke Non Hemoragik Risiko Jatuh
DO :
- Pasien tampak lemah Vasospasme cerebral
dan hanya berbaring di
tempat tidur
- Pasien tidak mampu Iskemia jaringan
melakukan
aktivitas/berpindah Infark
secara mendiri
Defisit neurologis

Penurunan control volunteer

Hemiparese

Kekuatan otot menurun

Risiko Jatuh

B. TABEL DIAGNOSA KEPERAWATAN BERDASARKAN PRIORITAS


TANGGAL /
TANGGAL
JAM DIAGNOSA KEPERAWATAN PARAF
TERATASI
DITEMUKAN
Resiko perfusi cerebral tidak efektif d.d
Pasien tampak mengalami penurunan
kesadaran, Pasien tampak lemah, TD:
170/100 mmHg, N: 88x/menit

Gangguan mobilitas fisik b.d gangguan


neuromuskuler d.d Pasien mengeluh lemah
pada lengan dan tungkai sebelah kiri, Pasien
merasa sulit menggerakan ekstremitas
bagian kiri, Pasien merasa kesemutan atau
mati rasa pada bagian tersebut, Pasien
tampak lemah, kekuatan otot menurun, TD:
170/100 mmHg, N: 88x/menit
Gangguan komunikasi verbal b.d gangguan
neuromuskuler d.d Pasien tampak tidak
mampu berbicara (pelo), Kondisi Bibir
mencong ke kiri, Pasien tampak sulit
menggunakan ekspresi wajah (lemah)

Defisit perawatan diri b.d gangguan


neuromuskuler d.d Keluarga pasien
mengatakan pasien tidak mampu melakukan
perawatan diri secara mandiri akibat
kelemahan pada bagian tubuh sebelah kiri,
Pasien tampak tidak mampu mandi,
mengenakan pakaian, , makan, toileting
secara mandiri, Pasien tampak hanya
berbaring diatas tempat tidur

Resiko jatuh d.d Pasien tampak lemah dan


hanya berbaring di tempat tidur, Pasien tidak
mampu melakukan aktivitas/berpindah
secara mendiri
III. INTERVENSI KEPERAWATAN

No. Dx NOC NIC Rasional

1 Setelah dilakukan asuhan - Monitor tingkat kesadaran dan -


keperawatan selama 3x24 respon pupil
jam diharapkan resiko - Monitor monitor status
perfusi serebral tidak efektif kardiopulmonal
pasien dapat teratasi dengan - Hindari pengukuran tekanan
kriteria hasil: darah di area keterbatasan
- Tingkat kesadaran perfusi
meningkat - Hindari pemasangan infus
- Tekan darah menjadi atau pengambilan darah di
cukup membaik 120/80 area keterbatasan perfusi
mmHg - Anjurkan minum obat
- pengontrol tekanan darah
secara teratur
- Anjurkan penggunaan obat
penurun tekanan darah
- Kolaborasi dengan tenaga
medis lainnya
2. Setelah dilakukan asuhan - Monitor kondisi umum -
keperawatan selama 3x24 selama melakukan mobilisasi
jam diharapkan Gangguan - Fasilitasi aktivitas mobilisasi
Mobilitas Fisik pasien dapat dengan alat bantu
teratasi dengan kriteria hasil: - Fasilitasi melakukan
- Pergerakan extremitas pergerakan
cukup meningkat - Libatkan keluarga untuk
- Kekuatan otot menjadi membantu pasien dalam
cukup meningkat meningkatkan pergerakan
- Kaku sendi menjadi - Jelaskan tujuan dan prosedur
cukup menurun mobilisasi
- Kelemahan fisik cukup - Anjurkan melakukan
menurun mobilasi dini
- Anjurkan melakukan
mobilasisi sederhana yang
harus dilakukan mis dudik di
tempat tdr, duduk di sisi
tempat tdr
- Kolaborasi dengan tenaga
medis lain

3. Setelah dilakukan asuhan - Monitor proses kognitif, -


keperawatan selama 3x24 anatomis dan fisiologi yang
jam diharapkan Gangguan berkaitan dengan bicara
Komunikasi Verbal pasien - Gunakan metode komunikasi
dapat teratasi dengan kriteria alternative
hasil: - Sesuakin gaya komunikasi
- Kemampuan bicara dengan kebutuhan
menjadi cukup - Berikan dukungan prikologis
meningkat - Anjurkan berbicara berlahan
- Pelo menjadi cukup - Ajarkan pasien, keluarga
menurun proses kognitif, anatomis,
- Kesesuaian ekspresi dan fisiologis yang
wajah menjadi cukup berhubungan dengan
meningkat kemampuan berbicara
- Rujuk ke ahli patalogi bicara
atau terapis
4. Setelah dilakukan asuhan - Identifikasi kebiasaan -
keperawatan selama 3x24 aktivitas perawatan diri
jam diharapkan deficit sesuai usia
perawatan diri pasien dapat - Monitor tingkat kemandirian
teratasi dengan kriteria hasil: - Identifikasi kebutuhan alat
- Kemampuan bantu kebersihan diri
menggenakan pakian - Damping dalam melakukan
menjadi cukup perawatan diri
meningkat - Sediakan alat bantu mis
- Kemampuan ke toilet kateter, urinal
(BAB/BAK) menjadi - Fasilitasi untuk menerima
cukup meningkat keadaan ketergantungan
- Kemampuan makan - Fasilitasi kemandirian, bantu
menjadi cukup jika tidak mampu melakukan
meningkat perawatan diri
- Kemampuan mandi - Dukung penggunaan toilet
menjadi meningkat secara konsisten
- Anjurkan melakukan
perawatan diri secara
konsisten sesuai kemampuan
- Anjurkan BAK/BAB secara
rutin
- Kolaborasi dengan tenaga
kesehatan lain
5. Setelah dilakukan asuhan - Identifikasi factor resiko -
keperawatan selama 3x24 jatuh
jam diharapkan resiko jatuh - Identifikasi factor lingkungan
pasien dapat teratasi dengan yang meningkatkan resiko
kriteria hasil: jstuh
- Jatuh dari tempat tidur
menjadi menurun
- Jatuh saat duduk menjadi - Monitor kemampuan
cukup menurun berpindah dari tempat tidur
- Jatuh saar bediri menjadi ke korsi roda dan sebaliknya
cukup menurun - Orientasikan ruangan pada
- Jatuh saat berjalan pasien dan keluarga
menjadi cukup menurun - Pastikan roda tempat tidur
dan kursi roda selalu dalam
kondisi terkunci
- Pasang handrail tempat tidur
- Gunakan alat bantu berjalan
- Dekatkan bel pemanggil
dalam jangkuan pasien
- Anjurkan memanggil
perawat jika membutuhkan
bantuan untuk berpindah
- Anjurkan berkonsentrasi
untuk menjaga keseimbangan
tubuh
- Anjurkan melebarkan jarak
kedua kaki untuk
meningkatkan keseimbangan
saat berdiri
- Anjurkan cara menggunakan
bel pemanggil untuk
memanggil perawat
- Kolabora dengan tenaga
kesehatan lain
IV. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
V. EVALUASI KEPERAWATAN
DAFTAR PUSTAKA

Ariani,April T. 2012. Sistem Neurobehavior. Jakarta:Salemba Medika


Bram, Ignatius.2014. Stroke Non Hemoragik. Tersedia pada
https://www.academia.edu/11445007/STROKE_NON_HEMORAGIK
Moorhead, sue., dkk. 2013. Nursing Outcomes Classification (NOC). Diterjemahkan oleh
Nurjannah, Intansari., dkk. 2016. Pengukuran Outcomes Kesehatan Edisi Kelima.
Yogyakarta: Mocomedia
M. Bulechek, Gloria., dkk. 2013. Nursing Interventions Classification (NIC). Diterjemahkan oleh
Nurjannah, Intansari., dkk. 2016. Pengukuran Intervensi Kesehatan Edisi keenam.
Yogyakarta: Mocomedia
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2016. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia. Jakarta: PPNI
Tim Pokja SIKI DPP PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia. (Definisi dan
Tindakan Keperawatan). Jakarta Selatan: DPP PPNI.
Tim Pokja SLKI DPP PPNI. 2019. Standar Luaran Keperawatan Indonesia. (Definisi dan Kriteria
Hasil Keperawatan). Jakarta Selatan: DPP PPNI.

Anda mungkin juga menyukai